Oleh :
1906091029
IIA
PRODI D3 KEBIDANAN
2020
Resume Persalinan Normal
E. Partograf
Contoh Partograf :
F. Kala I
PENILAIAN KLINIK
Pengkajian Awal
Apabila seorang Ibu hendak melahirkan, pengkajian awal perlu
dilakukan untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya,
apakah kondisi ibu dan bayinya normal. Pengkajian awal tersebut adalah
sebagai berikut :
Diagnosis
Kategori Keterangan
Sudah dalam persalinan (inpartu) Ada tanda-tanda persalinan:
-Pembukaan serviks > 3 cm.
-His adekuat (teratur, minimal 2 kali
dalam 10 menit selama 40 detik).
-Lendir darah dari vagina.
Kemajuan persalinan normal Kemajuan berjalan sesuai dengan
Persalinan bermasalah partograf
Seperti : kemajuan persalinan yang
tidak sesuai dengan partigraf, melewati
garis waspada.
Rekam Medik
PENANGANAN
Pemantauan
Rujukan
Pada kasus-kasus kegawatdaruratan dan kasus penyulit yang melebihi tingkat
ketrampilan dan kemampuan petugas kesehatan dalam mengelola, maka harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan menangani
kegawatdaruratan obstetrik. Bantuan awal untuk menstabilkan kondisi ibu harus
diberikan sesuai kebutuhan. Partograf atau rekam medik harus dikirim bersama
ibu, dan anggota keluarga dianjurkan untuk menemani. Petugas harus membawa
peralatan obat-obatan yang diperlukan.
Resume Asuhan Persalinan Normal
BAB I
A. Pengertian
Ada lima aspek yang penting dan salin terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman.
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
3. Pencegahan Infeksi
4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
5. Rujukan
B. Pembahasan
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien.
Tujuan langkah dalam membuat keputusan klinik :
1. Pengumpulan data
Dapat dilakukan dengan cara :
Anamnesis dan observasi langsung
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Catatan medik
2. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi
masalah
Diperlukan :
Data yang lengkap dan akurat
Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data
Pengetahuan esensial
3. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah
Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat pilihan lain
dengan kondisi yangt hampir sama atau mirip.
4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
menghadapi masalah
Kesiapan mengahadapi persalinan dan tanggap terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi.
5. Menyusun Rencana Asuhan atau Intervensi
Dibuat dari kajian data obyektif dan subyektif, identifikasi
kebutuhan dan kesiapan asuhan atau intervensi efektif, dan
mengukur sumber daya atau kemampuan yang dimiliki pasien.
6. Melaksanakan Asuhan
Setelah merencanakan asuhan, segera laksanakan rencana tersebut
secara tepat waktu dan aman.
7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi
solusi
Rencana kerja yang telah dilaksanakan, akan di evaluasi untuk
menilai tingkat efektivitasnya.
2. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tsb.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan khekawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan hati ibu
beserta anggota-anggota keluarganya.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-
cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung
ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi
yang baik.
10. Hargai privasi ibu.
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi.
12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan
sepanjang ia menginginkannya.
13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
seperti episiotomi, pencukuran dan klisma.
15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir.
17. Siapkan rencana rujukan bila perlu.
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap untuk melakukan resusitasi bbl pada setiap kelahiran bayi.
BAB II
Kala Satu Persalinan
A. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu.
B. Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan
Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 3-10 cm.
C. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang
riwayat kesehatan,kehamilan, dan persalinan. Dokumentasikan
semua temuan, setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Pemeriksaan Abdomen :
1. Menentukan tinggi fundus uteri
2. Memantau kontraksi uterus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling
kuat atau adanya dominasi di fundus uteri dan sesudah itu terjadi
relaksasi.Frekuensi His adalah jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitudo
dikalikan dengan frekuensi His dalam 10 menit menggambarkan keaktifan uterus
dan ini diukur dengan unit Montevideo. Tiap His dimulai sebagai gelombang dari
salah satu sudut di mana tuba masuk ke dalam dinding uterus yang disebut
sebagai pace maker tempat gelombang his berasal.
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan
puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Beberapa faktor yang
diduga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim, besar janin,
berat badan ibu, dll.
Perasaan sakit pada waktu his amat subjektif, tidak hanya bergantung
padaintensitas his, tetapi bergantung pula pada keadaan mental orangnya.
Perasaan sakit ini dapat dikurangi dengan cara nonmedikamentosa yaitu memberi
penjelasan apa yang terjadi/akan terjadi, pendampingan selama persalinan yang
kontinyu, bersalin di air, atau cara medis misalnya anestesia spiral, epidural,
kombinasi spiral dan epidural, PCEA, pemakaian akupuntur, atau pudendal block.
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
Pendataran serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran
serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan
tepi hampir setipis kertas.
Dilatasi serviks
Jika dibandingkan dengan corpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks
merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu selama terjadi
kontraksi, struktur-struktur ini mengalami peregangan yang dalam prosesnya
serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan
tekanan pada selaput ketuban tekanan hidrostatik kantong amnion akan
melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah tekanan pada
bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama
efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks
selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap
serviks dan segmen bawah uterus. Proses pendaftaran dan dilatasi serviks ini
menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion di depan kepala yang akan
diuraikan secara rinci kemudian.
Ketuban pecah
Ketuban pecah secara Spontan paling sering terjadi sewaktu waktu pada
persalinan aktif. Selaput ketuban yang masih utuh sampai bayi lahir lebih jarang
ditemukan. Jika kebetulan selaput ketuban masih utuh sampai kelahiran selesai,
Janine yang lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan bagian yang
membungkus kepala bayi yang baru lahir kadang kala disebut call. Pecah ketuban
sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan disebut ketuban pecah
Perlepasan Plasenta
Pemisahan amniokorion
Ekstrusi Plasenta
Pada beberapa kasus, Plasenta dapat terdorong keluar dari lokasi itu akibat
meningkatnya tekanan abdomen tetapi ibu yang dalam posisi terlentang sering
tidak dapat mendorong keluar Plasenta secara Spontan.
Mekanisme Ekstrusi Plasenta
Bila terjadi pemisahan plasenta tipe sentral atau tipe biasa, hematoma
retroplasma dipercaya mendorong plasenta menuju ke rongga uterus, pertama
bagian tengah dan kemudian sisanya. Dengan demikian plasenta mengalami
inversi dan dibebani oleh hematoma tersebut, kemudian turun. Karena membran
di sekitarnya menempel kaku pada desidua, plasenta hanya dapat turun dengan
menyeret membran secara perlahan-lahan kemudian mebran tersebut mengelupas
bagian perifernya. Akibat kantong yang terbentuk oleh membran tersebut
mengalami inversi dan yang muncul di vulva adalah amnion yang mengilap di
atas permukaan plasenta atau ditemukan di dalam kantong inversi. Pada proses ini
yang dikenal sebagai EksPulsi plasenta secara mekanisme Schultzc, darah dari
tempat Plasenta tercurah ke dalam kantong inversi tersebut dan tidak mengalir
keluar setelah Ekstrusi Plasenta.
PARTOGRAF
WHO (2000) telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan lebih
mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan dan pencatatan pada partograf
dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. Partograf harus digunakan
untuk semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan sampai dengan kelahiran bayi
sebagai elemen penting asuhan persalinan.
Dasar asuhan persalinan adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu
fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman aspek tersebut adalah ;
A. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan
menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana
tindakan yang sesuai diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan
akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan
kepada ibu dan atau bayi baru lahir.
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang Ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang Ibu. Salah satu
prinsip dasar asuhan sayang Ibu adalah dengan mengikutsertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
C. Pencegahan infeksi
Pencatatan ( Dokumentasi)
Rujukan
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-
lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.J
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap
mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arahbawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekananberlawanan
arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cmdari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu
30 menit sejak kelahiran bayi.
KEGIATAN
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta denganmenggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkanselaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau sterildan memeriksa vagina
dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tanganatau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan
bagianselapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkantelapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar denganlembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaputketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasentadi dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selam 15 detik mengambiltindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasiyang mengalami perdarahan aktif.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %,membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksitingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam
DOKUMENTASI
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)Asuhan
Persalinan Kala – dua – tiga – empat