Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/7
Erik Ariyanto, Amd.Kep
Puskesmas Roga
NIP. 19860409 201001 1 017
1. Pengertian Asuhan persalinan normal adalah suatu tindakan yang dilakukan tenaga
medis (dokter, bidan maupun perawat) dalam memberikan asuhan bagi ibu
hamil yang akan bersalin.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam memberikan asuhan
persalinan normal dengan cara lahir spontan.
3. Kebijakan

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/ MENKES/ 1186/ 2022


tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
5. Prosedur/Langkah - a. Petugas menyiapkan alat dan bahan :
langkah 1. Pasien: duk steril, partus set (beserta alat episiotomi), kasa, wadah,
DTT/Klorin 0,5%.
2. Penolong: apron, sarung tangan steril, lampu sorot.
3. Bayi baru lahir: alat resusitasi, alat penghisap lendir, handuk atau
kain bersih dan kering.
4. Dopler untuk mendeteksi denyut jantung janin.
5. Stetoskop.
6. Tensimeter.
7. Partograf.
b. Petugas melakukan asuhan persalinan normal dengan langkah – langkah :
1. Petugas mengidentifikasi adanya tanda dan gejala persalinan kala
dua yaitu :
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan atau vaginanya.
3) Perineum menonjol dan menipis.
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2. Petugas memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial :
1) Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril siap
dalam wadahnya.
2) Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat.
3) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam
kondisi baik dan bersih.
4) Patahkan oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai
di dalam partus set/ wadah DTT.
5) Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering, alat penhisap lendir, lampus
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas bayi.
6) Persiapan bilan terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan
kristaloid, set infus.
3. Petugas menggunakan apron, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala,
masker, kacamata.
4. Petugas memastikan lengan dan jari tidak memakai perhiasan,
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan
dengan handuk atau kain bersih.
5. Petugas menggunakan sarung tangan DTT /steril untuk pemeriksaan
dalam.
6. Petugas mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali ke dalam
wadah partus set.
7. Petugas membersihkan vulva dan perineum dengan kapas yang
dibasahi air DTT dengan gerakan dari arah vulva ke perineum.
8. Petugas melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan serviks sudah lengkap.
9. Petugas melakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah,
dengan syarat: kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat
tidak teraba.
10. Petugas mencelupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan setelahnya.
11. Petugas memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai (pastikan DJJ dalam keadaan batas normal 120-160 x/menit).
Ambil tindakan yang sesuai bila DJJ tidak normal.
12. Petugas memeritahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik
13. Petugas meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman, anjurkan ibu untuk minum
cukup).
14. Petugas melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
1) Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
2) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
15. Petugas menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
16. Petugas meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm.
17. Petugas meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu.
18. Petugas membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
19. Petugas menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
20. Petugas melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala saat kepala
janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, (Anjurkan ibu
meneran sambil bernafas cepat dan dangkal).
21. Petugas memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
Lakukan tindakan yang sesuai bila hal tersebut terjadi.
1) Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali
pusat lewat kepala bayi
2) Jika lilitan terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting
di antaranya.
22. Petugas menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
23. Petugas memegang secara biparental, setelah kepala melakukan
putaran paksi luar, Anjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi.
24. Petugas dengan lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakan ke atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Petugas menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, setelah kedua
bahu lahir. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
26. Petugas melanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke
punggung ke arah bokong dan tungkai dan kaki bayi (pegang kedua
mata kaki, masukan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya),
setelah tubuh dan lengan bayi lahir.
27. Petugas melakukan penilaian selintas (30 detik): apakah kehamilan
cukup bulan? apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif?
28. Petugas melanjutkan manajemen bayi baru lahir normal, bila tidak
ada tanda asfiksia. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut
ibu.
1) Keringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks).
2) Ganti handuk yang basah dengan yang kering.
3) Pastikan bayi dalam posisi mantap di atas perut ibu.
29. Petugas memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).
30. Petugas memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi dengan baik.
31. Petugas memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin), dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
32. Petugas menjepit tali pusat menggunakan klem, 2 menit setelah bayi
lahir, kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
33. Petugas memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
1) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan
ikatan kedua menggunakan simpul kunci
2) Lepaskan klem dan masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%
34. Petugas menempatkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu,
luruskan bahu bayi agar menempel dengan baik di dinding dada-
perut ibu. Usahakan posisi bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
35. Petugas menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi.
36. Petugas memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
37. Petugas meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
38. Petugas menegangkan tegangkan tali pusat ke arah bawah, sementara
tangan yang lain menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial, setelah uterus berkontraksi.
39. Petugas meminta keluarga untuk menstimulasi puting susu, jika
uterus tidak segera berkontraksi
40. Petugas melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil menahan
uterus ke arah dorsokranial hingga plasenta terlepas, lalu meminta
ibu meneran sambil menarik plasenta dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan tekanan dorsokranial.
41. Petugas meneruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati dengan
kedua tangan, setelah plasenta tampak pada introitus vagina.
42. Petugas melakukan masase pada fundus uteri dengan cara mengusap
fundus uteri secara sirkuler hingga kontraksi uterus baik (fundus
teraba keras), segera setelah plasenta lahir.
43. Petugas memeriksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta untuk
memastikan bahwa seluruh selaput ketuban lengkap dan utuh.
44. Petugas mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
45. Petugas menilai ulang uterus dan memastikan kontraksi baik dan
tidak terdapat perdarahan per vaginam.
46. Petugas memulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk
melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
47. Petugas menimbang dan mengukur bayi
48. Petugas memberikan bayi tetes mata antibiotika profilaksis
49. Petugas menyuntikkan vitamin K1 1 mg di paha kiri anterolateral
bayi
50. Petugas memastikan suhu tubuh normal (36.5-37.5°C)
51. Petugas memberikan gelang pengenal pada bayi
52. Petugas melakukan pemeriksaan adanya cacat bawaan dan tanda-
tanda bahaya pada bayi
53. Petugas memberikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral bayi, satu jam setelah pemberian vitamin K1.
54. Petugas melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
pendarahan per vaginam.
55. Petugas mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu, serta kapan
harus memanggil bantuan medis.
56. Petugas mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
57. Petugas memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
58. Petugas memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik serta suhu tubuh normal (tunda proses
memandikan hingga 24 jam setelah suhu stabil).
59. Petugas menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
60. Petugas membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
61. Petugas membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering.
62. Petugas memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
63. Petugas melakukan dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan
klorin 0,5%.
64. Petugas memersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%.
65. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
66. Petugas melengkapi partograf dan rekam medis.
6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait VK (Ruang Bersalin)
8. Dokumen Terkait Rekam Medis Pasien, Partograf
9.Rekam Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai