Anda di halaman 1dari 49

   

                       


   ! " #

SPESIFIKASI TEKNIS

NAMA KEGIATAN : PEMELIHARAAN/REHABILITASI GEDUNG KANTOR DAN


BANGUNAN LAINNYA
NAMA PEKERJAAN : JASA KONSULTANSI PERENCANAAN PEMELIHARAAN
GEDUNG DAN PAGAR PENGAMAN KANTOR
LOKASI : KANTOR DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN
KELUARGA BERENCANA KABUPATEN NGANJUK
: Jl. Megantoro No. 22, Ganung Kidul Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk - 64419
TAHUN ANGGARAN : 2023

OUTLINE SPEK
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
I. PEKERJAAN UMUM
Dynamix, Gresik, Tiga
Semen Semen / Portland Cement ( PC )
Roda, Semen Indonesia
Pasir Pasir Pasangan Lokal (kwalitas bagus)
Pasir cor Lokal (kwalitas bagus)
Triplek 9 mm/ Multiplek 9mm Untuk Beton balok, kolom,
Bekisting
Rangka Kayu Kelas III Untuk Balok dan Kolom

II. PEKERJAAN STRUKTUR


Pekerjaan Beton
Mutu beton K-300, untuk pekerjaan :
Beton Site Mix Harus didahului mix design
- Kolom Pedestal 15/15 dan
dan uji bahan
Ring Balok 15/25
Ex. Krakatau Steel, Gunung
Besi Beton Besi beton yang berstandart SNI
Garuda, Hanil Jaya Steel

Besi Pagar Besi Canal C 60.30.2,3 Lokal (kwalitas bagus)

Pekerjaan Konstruksi Pagar Galvanis

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 1


   
                       
   ! " #

No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan


Besi Hollow Pagar Besi Hollow Galvanis 40.40.2,3 Lokal (kwalitas bagus)
III. PEKERJAAN PASANGAN
Pekerjaan.Pas. Bata Pas. Bata merah 1/2 bata Ex. MRH, Jatirogo, Lokal
Merah Dinding 1SP : 3PP (kwalitas bagus)
Dynamix, Gresik, Tiga
Semen / Portland Cement ( PC )
Pekerjaan Plesteran dan Roda, Semen Indonesia
Acian semen Ex. Lokal yang disetujui
Pasir Pasangan
oleh pengawas
Pas. Batu Kali
Pekerjaan . Pas. Batu Kali Lokal (Kwalitas Bagus)
1SP : 5PP
Pasangan Batu alam Batu Alam+Coating Lokal (Kwalitas Bagus)
IV. PEKERJAAN PENGECATAN
Ex Nippon, Maxillite,
Cat Tembok Interior
Jotun, Dulux, Avian
Pengecatan Interior
Ex Nippon, Maxillite,
Cat Plafond Interior
Jotun, Dulux, Avian
Ex. Nippon Weatherbond,
Pengecatan Exterior Cat Exterior Jotashield, Dulux
Weathershield
Ex.
Pengecatan Besi Cat Besi
Nippon/Avian/Emco/Setara
Ex.
Pengecatan Kayu Cat Kayu
Nippon/Avian/Emco/Setara
V. PEKERJAAN TATA CAHAYA

Letter Neon Box Akrilik Putih List Merah Sesuai Gambar

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 2


   
                       
   ! " #

A. SPESIFIKASI UMUM

1. UMUM

1.1. Lokasi Pekerjaan


Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung dan Pagar Pengaman Kantor Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana sesuai yang tercantum dalam Surat
Perjanjian/Kontrak dan sebagaimana dapat terlihat pada album gambar-gambar.

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan


1. Pemeliharaan Gedung dan Pengaman Kantor Dinas PPKB meliputi:
- Biaya Penerapan SMKK
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Struktur Bawah dan Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Struktur Beton Atas
- Pekerjaan Besi
- Pekerjaan Pasangan Dinding, Lantai, Plafond, dan Dinding Partisi
- Pekerjaan MEP
- Pekerjaan Gudang
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan/ dilihat dan
tercantum pada Bill Of Quantity (BQ) dan BQ bersifat tidak mengikat.

2. Kecuali disebutkan secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup


pekerjaan yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
1) Pengadaan tenaga kerja.
2) Pengadaan bahan/ material.
3) Pengadaan peralatan & alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan
yang ditugaskan.
4) Koordinasi dengan Kontraktor/ pekerja lain yang berhubungan dengan
pekerjaan pada bagian pekerjaan yang ditugaskan.
5) Penjagaan kebersihan, kerapian dan keamanan area kerja.
6) Pembuatan gambar pelaksanaan (as build drawing).

3. Persyaratan Teknis Umum ini menjadi satu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis
bagi seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen-dokumen berikut ini :
1) Gambar-gambar pelelangan/ pelaksanaan termasuk perubahannya,
2) Persyaratan teknis umum/ pelaksanaan pekerjaan/ bahan,
3) Rincian volume pekerjaan/ rincian penawaran,
4) Dokumen-dokumen pelelangan/ pelaksanaan yang lain.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 3


   
                       
   ! " #

4. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan diatas, maka bagian
dari Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

2.2 REFERENSI
1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun Peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atau jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan
antara lain :
- NI - 2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
- NI-(1983) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (SKBI.1.3.55.1987)
- NI - 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan Di Indonesia
- NI - 5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
- NI - 8 Peraturan Semen Portland Indonesia
- NI - 10 Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan
- Peraturan Plumbing Indonesia
- Peraturan Umum Instalasi Listrik
- Standart Industri Indonesia (SII)
- Standard Nasional Indonesia (SNI)
- ASTM, JIS dan lain sebagainya yang dianggap berhubungan dengan bagian-bagian
pekerjaan ini.
- Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-
03).
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
- Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
- Peraturan Bangunan Nasional 1978.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04).
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart- standart yang disebut
diatas, maupun standart-standart Nasional lainnya, maka diberlakukan standart-standart
Internasional yang berlaku atau pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal bahan/ pekerjaan
yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik pembuatnya.

2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam
Persyaratan Teknis Umum/ Khususnya maupun salah satu dari ketentuan yang

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 4


   
                       
   ! " #

disebutkandiatas, maka atas bagian pekerjaan tersebut Kontraktor harus mengajukan


salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini guna disepakati oleh Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas untuk dipakai sebagai patokan
persyaratan teknis :
1) Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan
bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi/ Institusi/ Assosiasi Profesi/ Assosiasi
Produsen/ Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain yang
berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat Internasional ataupun
Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa atau hal tersebut diperoleh persetujuan
dari Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
2) Brosur teknis dari produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/ Internasional.

2.3 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN

1. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaian.
2. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus
dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang setebal minimum 5 cm atau seperti
tercantum pada gambar pelaksanaan.
3. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
4. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan
gambar dan spesifikasi struktur.
5. Apabila Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas memandang perlu,
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus,Kontraktor
harus meminta nasihat/ petunjuk teknis dari tenaga ahli/ Lembaga yang ditunjuk
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas atas beban Kontraktor.

2.4 JENIS DAN MUTU BAHAN

2.4.1. Baru/ bekas.

Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam/
untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan bahan bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan/ dilarang digunakan.

2.4.2. Tanda Pengenal.

1. Dalam hal dimana pabrik/ produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkannya, baik berupa cap/ merk dagang pengenal pabrik/
produsen ataupun sebagai pengenal kwalitas/ kelas/ kapasitas, maka semua bahan
dari pabrik/ produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
mengandung tanda pengenal tersebut.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 5


   
                       
   ! " #

2. Khusus untuk bahan pekerjaan instalasi (daya, penerangan, komunikasi, alarm,


plumbing dan lain-lain) kecuali ditetapkan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi/ Pengawas, bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi tanda
pengenal yang berbeda pula. Tanda pengenal ini dapat berupa warna atau tanda lain
yang harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Dalam hal ini
harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas.

2.4.3. Merk Dagang dan Kesetaraan.

1. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/ produk didalam persyaratan
teknis, secara umum harus dimengerti sebagai keharusan memakai produk tersebut.

2. Bilamana Produk yang dimaksudkan tidak ditemukan dipasaran maka Kontraktor


dapat mengajukan usulan material dengan kualitas setara.

3. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan/ produk lain
yang dapat dibuktikan mempunyai kualitas penampilan yang setara dengan
bahan/produk yang memakai merk dagang yang disebutkan dapat diterima apabila
sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas atas ijin dari
pemberi tugas tentang kesetaraan tersebut.

4. Penggunaan bahan/ produk yang disetujui Direksi Pengawas sebagai "setara” tidak
dianggap sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan
bahan produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.

5. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi


dalam negeri lebih diutamakan.

2.4.4. Penggantian (Substitusi).

1. Kontraktor/ Supplier bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan/


produk dengan sesuatu bahan/ produk lain dengan penampilan yang setaraf dengan
yang dipersyaratkan bilamana produk yang disyaratkan dalam RKS tidak ditemukan
dipasaran.

2. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang


ada dengan bahan/ produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai
perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan Kontraktor/


Supplier untuk mendapatkan bahan/ produk seperti yang dipersyaratkan, maka
perubahan pekerjaan yang bersifat biaya tambah dianggap tidak ada.

b. Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi Direksi/


Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas sebagai masukan (input) baru

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 6


   
                       
   ! " #

yang menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan pekerjaan


mengakibatkan biaya tambah dapat diperkenankan.

2.4.5. Persetujuan Bahan.

1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan, dianjurkan dengan sangat


agar sebelum sesuatu bahan/ produk akan dibeli/ dipesan/ diprodusir, terlebih
dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas atau kesesuaian dari bahan/ produk tersebut pada persyaratan teknis,
yang mana akan diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/
brosur dari bahan/ produk yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas Lapangan.

2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas sepenuhnya


merupakan tanggung jawab Kontraktor/ Supplier, dan tidak dapat diberikan
pertimbangan keringanan apapun.

3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/ brosur seperti tersebut diatas
tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor/ Supplier dari kewajibannya dalam
perjanjian kerja ini untuk mengadakan bahan/ produk yang
sesuaidengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima/ disetujuinya seluruh bahan/ produk tersebut dilapangan, sejauh dapat
dibuktikan bahwa tidak seluruh bahan/ produk yang digunakan sesuai dengan
contoh brosur yang telah disetujui.

2.4.6. Contoh Bahan/ Produk.


Pada waktu memintakan persetujuan atau bahan/ produk kepada Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus disertakan contoh dari bahan/ produk tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah contoh:
a. Untuk bahan/ produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat pengujian
yang dapat disetujui/ diterima oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas sehingga oleh karenanya perlu diadakan pengujian, maka kepada
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus
diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji
guna diserahkan pada Badan/ Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
b. Untuk bahan/ produk yang dapat ditunjukkan sertifikat pengujian agar dapat
disetujui/ diterima oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas,
kepada Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus
diserahkan3 (tiga) buah contoh yang masing-masing disertai dengan salinan
sertifikat pegujian yang bersangkutan.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 7


   
                       
   ! " #

2. Contoh yang disetujui.


a. Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi/ Pengawas atau contoh yang telah memperoleh persetujuan dari
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus dibuat suatu
keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu oleh Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus dipasangkan tanda
pengenal persetujuannya pada 3 (tiga) buah contoh yang semuanya akan
dipegang oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
Bila dikehendaki, kontraktor/ supplier dapat meminta sejumlah set tambahan
dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan
persetujuan untuk kepentingan dokumentasi sendiri.
Dalam hal demikian jumlah contoh yang harus diserahkan kepadaDireksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas harus ditambah seperlunya
sesuai dengan kebutuhan tambahan tersebut.
b. Pada waktu Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas sudah tidak
lagi membutuhkan contoh yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan
bahan produk bagi pekerjaan, Kontraktor berhak meminta kembali contoh
tersebut.
3. Waktu persetujuan contoh
a. Adalah tanggung jawab dari Kontraktor/ supplier untuk mengajukan contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atas contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan
bahan.
b. Untuk bahan/ produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan
kesetarafan pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh akan
diberikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas dalam
waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja.
c. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan
tambahan diluar persyaratan teknis (seperti penentuan model, warna, dll.),
maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21
(dua puluh satu) hari kerja.
d. Untuk bahan produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan
sesuatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan
diberikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas dalam
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapanya pembuktian
kesetarafan.
e. Untuk bahan/ produk yang bersifat pengganti (substitusi), keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya dengan
lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 8


   
                       
   ! " #

f. Untuk bahan/ produk yang bersifat peralatan/ perlengkapan ataupun produk


lain yang karena sifat/ jumlah/ harga penadaannya tidak memungkinkan
untuk diberikan contoh dalam bentuk bahan/ produk jadi permintaan
persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur dari produk tersebut, yang
mana harus dilengkapi dengan :
- Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik/ produsen
- Surat-surat seperlunya dari agen/ importir, sesuai keagenan, surat
jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales service) dan
lain-lain.
- Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
- Sertifikat pengujian, penetapan kelas dan dokumen-dokumen lain sesuai
petunjuk Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
g. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atau
contoh dari bahan/ produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas, maka dengan sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan
telah disetujui oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
2.4.7. Penyimpanan Bahan.
1. Persetujuan atas sesuatu bahan/ produk harus diartikan sebagai perijinan untuk
memasukkan bahan/ produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak untuk
dipakai.
Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan/ produk menjadi tidak lagi layak
untuk pakai dalam pekerjaan, maka Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas berhak untuk memerintahkan agar:
a. Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai.
b. Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin untuk dilakukan,
maka bahan/produk tersebut agar segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dalam waktu 2 x 24 jam untuk diganti dengan bahan/ produk
yang memenuhi persyaratan.
2. Untuk bahan/ produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu, maka
kegiatan penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian bahan/
produk tersebut yang mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Terbuat dari kaleng, kertas karton, atau material yang tidak akan rusak
selama penggunaan ini
b. Berukuran minimal 40 x 60 cm
c. Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah
d. Diletakkan ditempat yang mudah terlihat

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 9


   
                       
   ! " #

3. Penyusunan bahan/ produk sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian


rupa, sehingga bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan
untuk dipergunakan dalam pekerjaan.

2.5. HEALTH AND SAFETY ENVIRONTMENT (HSE)

2.5.1. Lingkup Pekerjaan


1. Menyediakan tenaga kerja , bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam RKS ini dengan hasil yang
baik dan sempurna.
2. Harga pekerjaan ini termasuk dalam skope pekerjaan persiapan, bilamana tidak
tercantum pada item pekerjaan maka pekerjaan ini tetap merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan.
3. Indikator keberhasilan adalah Pelaksanaan proyek berjalan dengan tertib, aman dan
tidak ada kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan proyek.

2.5.2. Standard dan Persyaratan.


Standard dan persyaratan yang berlaku mengikuti:
1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/ KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung;
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan;
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
Kep. 174/MEN/1986, dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;

2.5.3. Akses, Pagar Pengaman Proyek, Barrier, Perlindungan pada bangunan yang sudah
ada dan lingkungan sekitar.

2.5.3.1. Akses Keluar Masuk Proyek


a. Akses kerja adalah area kantor proyek, area pabrikasi, area yang dikerjakan dan
akses/jalur yang menghubungkan ketiga-tiganya. Direncanakan dan disiapkan
terlebih dulu sebelum digunakan.
b. Tersedia pintu masuk dan pintu keluar, baik untuk rutin dan darurat di kantor
proyek serta terjaga dengan baik.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 10


   
                       
   ! " #

c. Ada batas atau tanda peringatan atau pagar yang memberi tanda area kerja kantor
proyek, pabrikasi area kerja lapangan dan jalur/akses penghubung terhadap area
umum masyarakat
d. Jalan dan jalur lintas pekerja diberi batas dan pengaman serta tanda peringatan yang
jelas, terutama yang bersinggungan dengan Pekerja Konstruksi dan atau masyarakat
umum

2.5.3.2. Pagar Pengaman Proyek, Barier, Barikade.


a. Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kasus terbunuh didalam konstruksi.
Kontraktor harus membuat setiap usaha/pekerjaan yang dilakukan jauh dari
kejadian tersebut.
b. Sebagai persyaratan umum, ketika bekerja di lokasi yang lebih tinggi dari 2 meter,
perlindungan dari kejadian jatuh harus disediakan. Sisi terbuka atau tepi tempat
kerja atau jalan harus dibarikade dengan bahan yang dapat menahan kekuatan
lahiriah 100kg, papan pijakan kaki dan jaring pengaman harus disediakan juga.
c. Pipa tubular adalah satu-satunya bahan yang diperbolehkan untuk digunakan
sebagai barikade dan pagar. Perimeter ditutup dengan signage peringatan di
atasnya.

2.5.3.3. Perlindungan Pada Bangunan Sudah Ada dan Lingkungan Sekitar.


a. Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan perlindungan terhadap Pihak
Ketiga dan pengawasan keamanan dalam hubungannya dengan pekerjaan.
b. Kontraktor akan menyediakan perlindungan seperlunya untuk mencegah terjadinya
kerusakan atau kehilangan dari :
a. Semua pekerjaan dan orang yang mungkin berkepentingan dalam pekerjaan.
b. Semua pekerjaan dan bahan-bahan serta alat perlengkapan yang harus
ditempatkan dengan aman dibawah pengawasan Kontraktor atau salah satu Sub
Kontraktor.
c. Harta benda ditapak pekerjaan atau yang berbatasan dengan pekerjaan.
d. Semua harta benda milik orang lain atau Pihak ketiga disekitar lokasi
pekerjaan.

c. Kontraktor harus mematuhi semua hukum, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang


berlaku mengenai keamanan orang, harta benda dan melindungi dari kerusakan,
cidera atau kehilangan.
d. Kontraktor diharuskan memperbaiki dan mengganti kerugian, apabila ternyata lalai
terhadap kewajiban yang disebutkan diatas.

2.5.4. Kebersihan harian, Pembersihan lokasi proyek, pembuangan sisa material keluar
lokasi Proyek.
Kontraktor harus, menjamin bahwa akan diberikan perhatian yang penuh terhadap
kebersihan proyek dari hari kehari, pengendalian kebersihan lingkungan dan

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 11


   
                       
   ! " #

pengaruhnya lingkungan dan bahwa semua penyediaan sarana dan prasarana untuk
pencegahan yang berhubungan dengan polusi lingkungan dan perlindungan lahan serta
lintasan air disekitarnya dengan memperhatikan:
a. Bahan, material yang berserakan harus dirapihkan baik sebelum, selama kerja dan
setelah jam kerja.
b. Alat kerja, perkakas lainnya yang digunakan tidak boleh merintangi dan
membahayakan akses kerja dan disimpan setelah selesai jam kerja.
c. Tempat sampah sesuai jenis sampah dan volume yang terjadi, selalu dibersihkan
dan dikumpulkan serta siap diangkut keluar proyek.
d. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk, harus ada jadual dan pembersihan yang
rutin
e. Tempat Kerja yang licin karena air, minyak, atau zat lainnya harus segera
dibersihkan
f. Semua orang wajib menyingkirkan paku yang berserakan, kawat/besi menonjol,
potongan logam yang tajam, semuanya yang dapat membahayakan.
g. Untuk mencegah polusi debu selama musim kering, Kontraktor harus melakukan
penyiraman secara teratur kepada jalan angkutan tanah atau jalan angkutan kerilkil
dan harus menutupi truk angkutan dengan terpal.
h. Jumlah bahan/material yang tersedia di lapangan untuk digunakan hari ini tidak
berlebihan, agar tidak mengganggu dan membahayakan akses kerja (selebihnya
dikembalikan ke gudang umum).
i. Material sisa, bahan bongkaran dan sampah secara rutin dibawa keluar lokasi
proyek dengan persetujuan Direksi Pengawas.

2.5.5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.5.5.1. Pengendalian Resiko


Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat
pada kerugian.
Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang
terjadinya kejadian tersebut.
Jenis- jenis kecelakaan yang sering terjadi pada proyek konstruksi adalah sebagai
berikut :
a. Jatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Menginjak, terantuk, dan terbentur
d. Terjepit dan terperangkap
e. Kontak suhu tinggi/terbakar

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 12


   
                       
   ! " #

f. Kontak aliran listrik


g. Kontak dengan bahan berbahaya (Kimia/Radiasi)
Untuk itu Kontraktor wajib melakukan Rencana Pemantauan Keselamatan dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rencana kerja dengan metode kerja dan rencana cara berkerja yang
memperhatikan :
 Resiko-resiko yang mungkin timbul dari setiap jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
 Perhatikan jenis-jenis kecelakaan yang sering terjadi pada kegiatan tersebut.
 Adanya alat-alat konstruksi yang bergerak.
 Untuk lokasi-lokasi kritis atau tindakan yang akan menimbulkan bahaya bagi
pekerja maka Kontraktor wajib menyediakan seorang petugas yang membantu
mengingatkan Pekerja saat melakukan pekerjaannya.
b. Kontraktor wajib menyediakan peralatan safety yang sesuai dengan jenis dan lokasi
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Bilamana terdapat pekerjaan yang akan menimbulkan percikan api atau sumber api
maka Kontraktor wajib menyediakan petugas siaga dengan Pemadam Api Portable.
d. Form Rencana Pematauan Keselamatan wajib diserahkan dan ditanda tangani oleh
Direksi Pengawas sebelum pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan.
Pekerjaan yang memerlukan Rencana Pemantauan Keselamatan dan ijin kerja dari
Direksi Pengawas:
a. Bekerja diruang terbatas (conned area), sempit, gorong-gorong
b. Bekerja terkait dengan pemeliharaan, pembersihan, bersinggungan langsung
dengan jalan raya yang sedang digunakan
c. Menggunakan bahan kimia berbahaya
d. Menggunakan bahan mudah terbakar
e. Menggunakan bahan mudah meledak
f. Bekerja berhubungan dengan listrik
g. Bekerja dengan cara menyelam
h. Pasang, bongkar, pindah perancah (scaffolding)
i. Memindahkan barang/benda berat
j. Pekerjaan pembongkaran
k. Bekerja diluar jam kerja normal tanpa pengawas
l. Penggalian lebih dari 2 (dua) meter

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 13


   
                       
   ! " #

m. Bekerja di ketinggian

2.5.5.2. Fasilitas Pekerja


a. Bedeng pekerja
Kontraktor wajib menyediakan bedeng pekerja di luar lokasi proyek untu tempat
tidur, istirahat, tempat ganti pakaian dan penyimpanan pakaian yang aman. Ukuran
bedeng yang cukup nyaman bagi pekerja dilengkapi dengan MCK dan Tempat
memasak yang aman.
b. Air minum
Tersedia air minum untuk pekerja yang memenuhi standard kesehatan.
c. Air bersih dan MCK
Ada tersedia bak air bersih dengan ukuran cukup untuk cuci tangan demi menjaga
kebersihan dan sejumlah Toilet yang memadai bagi jumlah pekerja yang ada.
d. Tempat memasak, Kantin Pekerja.
Tempat memasak dan kantin pekerja berada diluar lokasi proyek. tIdak diijinkan
memasak dilokasi Proyek Konstruksi.
e. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja mengandung
resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan berat), berbagai
upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan tidak terjadi. Selain itu,
keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama tetap diperlukan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu di setiap tempat
kerja harus memiliki petugas P3K (First Aid), atau setidaknya setiap karyawan
memiliki keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama ketika terjadi
kecelakaan kerja maupun kegawatan medic.

2.5.5.3. Alat Pelindung Diri


Kontraktor wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para Pekerja maupun
Tamu yang dating ke lokasi proyek dengan menyediakan Peralatan keselamatan kerja
yang berfungsi untuk mencegah dan melindungi Pekerja maupun pengunjung proyek
dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja.
APD utama yang wajib disediakan adalah Helm pelindung dan Safety shoes sedangkan
APD lain disediakan sesuai jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Macam-macam dan jenis APD dapat berupa:
a. Helmet: Topi/Pelindung kepala Melindungi dari kejatuhan benda, benturan benda
keras, diterpa panas dan hujan
b. Safety Shoes: Pelindung kaki Melindungi kaki dari benda tajam, tersandung benda
keras, tekanan dan pukulan, lantai yang basah, lincir dan berlumpur, disesuaikan
dengan jenis bahayanya

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 14


   
                       
   ! " #

c. Safety Glasses: Kaca mata/Kedok Las Melindungi dari sinar las, silau, partikel
beterbangan, serbuk terpental, radiasi, cipratan cairan berbahaya
d. Earplug: Pelindung telinga/Earmuff Melindungi dari suara yang menyakitkan
terlalu lama, dengan batas kebisingan diatas 85 db.
e. Masker Mulut/hidung/oksigen : Melindungi dari pekerjaan yang menggunakan
bahan/serbuk kimia, udara terkontaminasi, debu, asap, kadar oksigen kurang.
f. Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastic : Melindungi tangan dari bahan kimia yang
korosif, benda tajam/kasar, menjaga kebersihan bahan, tersengat listrik.
g. Safety belt/ harness : Melindungi dari bahaya jatuh dari ketinggian kerja diatas 2
meter dan sekeliling bangunan.
h. Rompi Pelindung dengan Scotchlight : untuk membatu visibilitas pengguna disaat
malam ataupun di tempat gelap.
i. Jaket pelampung Melindungi dari bahaya jatuh keair, tenggelam, tidak dapat
berenang
j. Seluruh peralatan APD yang digunakan memenuhi standard SNI.
k. Selama bekerja Pekerja wajib menggunakan baju kerja yang sesuai, baju dengan
lengan dan celana panjang.

2.5.5.4. Rambu-rambu dan Tanda bahaya


Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah sebuah media visual berupa
gambar piktogram untuk ditempatkan di area pabrik yang memuat pesan-pesan agar
setiap Pekerja selalu memperhatikan aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
Fungsi Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah.
a. Untuk mengetahui larangan atau memenuhi perintah/ permintaan, peringatan atau
untuk memberi informasi
b. Mencegah kecelakaan (mengisyaratkan terhadap suatu bahaya)
c. Mengindikasikan lokasi perlengkapan keselamatan dan pemadam kebakaran
d. Memberi arahan dan petunjuk tentang prosedur keadaan darurat.
Kontraktor wajib menyediakan Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3
secukupnya untuk hal-hal tersebut diatas.

2.5.5.5. Pengoperasian Alat Berat/Mekanis.


Peralatan berat mekanis umumnya seperti : excavator, motor grader, bulldozer, wheel
loader, vibro roller, pneumatic tire roller, dump truck, Beton Molen, Concrete Pump
dll.
Kotraktor wajib menyediakan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelaikan Peralatan Berat Mekanis, ada inspeksi dan dinyatakan oleh
Mekanik/petugas yang kompeten serta alat dijalankan operator mempunyai
kompetensi (SIO) yang masih berlaku
b. Setiap persiapan pengoperasian alat harus dilakukan uji coba tanpa beban lebih
dulu, yang menyangkut keselamatan: rem, gigi, kemudi, kaca spion, gerakan

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 15


   
                       
   ! " #

lengan, alarm dan tanda mundur,lampu sein jika semuanya baik maka boleh
beroperas
c. Jika bekerja pada jalur lintas dimana ada pengguna jalan lain maka Operator harus
bekerja/bergerak searah (tidak berlawanan) supaya tidak terperanjat, kaget, tidak
dapat menduga gerakan tersebut.
d. Jika bekerja pada lokasi yang terdapat kegiatan lain maka operator wajib dibantu 2
petugas yang memberikan aba-aba bantuan dan pemerhati kegiatan sekeliling nya.
e. Saat selesai operasi, posisi alat harus aman: gigi netral, bucket diturunkan, ruang
kabin dan panel dalam keadaan tertutup, mesin dalam keadaan mati, parkir
ditempat yang ditentukan. (dalam jarak aman dari pengguna jalan dan kegiatan di
lingkungan)
f. Terpasang tanda peringatan untuk tidak boleh istirahat didalam dan disekitar alat
baik bagi operator atau pekerja lainnya.
g. Kontraktor tidak boleh menggunakan kendaraan-kendaraan yang memancarkan
suara sangat keras (gaduh), dan di dalam daerah pemukiman suatu sarigan
kegaduhan harus dipasang serta dipelihara selalu dalam kondisi baik pada semua
peralatan dengan motor, di bawah pengendalian Kontraktor.
h. Kontraktor harus juga menghindari penggunaan peralatan berat yang berisik dalam
daerah-daerah tertentu sampai larut malam atau dalam daerah-daerah rawan seperti
dekat Pemukiman, Perkantoran dan lain-lain.

2.5.5.6. Pencegahan Kebakaran


Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa, peralatan
produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja.
Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan
menghentikan proses konstruksi, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat besar.
Untuk mencegah hal ini Kontraktor wajib melakukan upaya-upaya penanggulangan
kebakaran.
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat
kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau
tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Kontraktor wajib melatih pekerjanya dalam upaya yang pengendalian setiap bentuk
energi :

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 16


   
                       
   ! " #

a. Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/ perusahaan
baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan yang dapat
menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan api, nyala api atau
ledakan);
b. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran berdasarkan
peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.
Pada Lokasi proyek tidak diijinkan sama sekali untuk Merokok.
2.5.5.7. Asuransi
1. Construction’s All Risk (CAR)
a. Bilamana diminta maka Kontraktor Atas nama Pemilik, Kontraktor diwajibkan
mengansurasikan pekerjaan terhadap semua risiko (Construction’s all risk atau
Erection all risk) termasuk Third-Party Liability (TPL). Yaitu kehilangan dan
kerusakan akibat kebakaran, petir, ledakan, taufan, banjir, pecahnya tangki air atau
pipa, gempa bumi, kejatuhan benda terbang, huru hara serta kecelakaan-kecelakaan
robohnya bangunan akibat kesalahan teknis.
b. Besarnya nilai yang harus ditanggung adalah sebesar nilai borongan pekerjaan
meliputi semua pekerjaan yang telah dilaksanakan, bahan-bahan bangunan dan
perlengkapan bangunan yang belum terpasang yang direncanakan untuk pekerjaan
tersebut, tetapi tidak termasuk peralatan-peralatan, milik Kontraktor atau Sub
Kontraktor.
c. Besarnya nilai pertanggungan Third Party Liability (TPL) senilai Rp.
....................................................... (.....................................................).
Pengasuransian itu harus oleh Perusahaan Asuransi yang disetujui Pemilik.
d. Polis asuransi diserahkan kepada pemilik dan berlaku selama berlakunya Surat
perjanjian Kontraktoran termasuk perpanjangan waktu yangmungkin diberikan.
e. Atas penggantian dari klaim yang tergantung asuransi, Kontraktor harus segera
memperbaiki pekerjaan yang rusak, mengganti atau memperbaiki semua pekerjaan
yang rusak atau hilang, membersihkan segala puing yang ada dan menyelesaikan
pekerjaan sampai selesai menurut surat Perjanjian Pekerjaa Konstruksi. Dalam hal
demikian Kontraktor hanya berhak menerima penggantian biaya sejumlah yang
diganti oleh asuransi.
2. Asuransi Pekerja Konstruksi
Kontraktor diwajibkan untuk mengansuransikan personil lapangan termasuk
personil Sub Kontraktor terhadap bahaya kecelakaan dan keehatan yang mungkin
terjadi selama waktu pelaksanaan Konstruksi.
Asuransi untuk personil Kontraktor harus dapat digabung dalam satu paket polis
asuransi ASTEK/ BPJS/ Atau jenis asuransi lainnya.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 17


   
                       
   ! " #

2.6. SKEMA PROTOKOL PENCEGAHAN COVID-19 DALAM


PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

2.6.1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID-19


a. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID-19
yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
b. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a dibentuk oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
c. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a berjumlah
paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas:
 1 (satu) Ketua merangkap anggota; dan
 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d. Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan
untuk melakukan:
1. sosialisasi;
2. pembelajaran (edukasi);
3. promosi teknik;
4. metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan;
5. berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID-19 Kementerian PUPR
melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan;
6. pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua
pekerja dan tamu proyek;
7. pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian
mobilisasi/demobilisasi pekerja;
8. pemberian vitamin dan nutrisi tambahanguna peningkatan imunitas pekerja;
pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan; dan
9. melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan
dilakukan penghentian kegiatan sementara.

2.6.2. Identifikasi Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan.

a. Satgas Pencegahan COVID-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan


COVID-19 Kementerian PUPR untuk menentukan:

1) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran penyebaran


COVID-19 di daerah yang bersangkutan;

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 18


   
                       
   ! " #

2) Kesesuaian fasilitas kesehatan di lapangan dengan protokol penanganan


COVID-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah; dan

3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi:


1) Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran;
2) Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam
Pengawasan (PDP); atau
3) Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi/Kepala Daerah telah mengeluarkan
peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat keadaan kahar.
Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diberhentikan sementara
akibat Keadaaan Kahar;
c. Penghentian Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana di maksud huruf b di
atas dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Instruksi Menteri ini.
d. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan urgensinya
tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak sosial dan
ekonomi dari COVID-19, maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat
diteruskan dengan ketentuan:
1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; dan
2) Melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 dengan disiplin tinggi dan
dilaporkan secara berkala oleh Satgas Pencegahan COVID-19.

2.6.3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan

a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di


lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah,
obat-obatan, dan petugas medis;

b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional


perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit dan/atau
pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan kahar (emergency);

c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara


lain: pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker di kantor dan
lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan

d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 19


   
                       
   ! " #

2.6.4. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan

a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik
tentang himbauan/anjuran pencegahan COVID-19 untuk disebarluaskan atau
dipasang di tempat-tempat strategis di lokasi proyek;

b. Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan


penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap
kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);

c. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan


pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan
sore;

d. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38 (tiga puluh delapan) derajat celcius datang ke
lokasi pekerjaan;

e. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)


COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja.

f. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan

g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan


disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang
pernah melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 20


   
                       
   ! " #

2.7. MEKANISME PROTOKOL PENCEGAHAN PENYEBARAN CORONA VIRUS


DISEASE 2019 ( COVID-19 ) DALAM PENYELENGGARAAN JASA
KONSTRUKSI

2.8. PELAKSANAAN

2.8.1. Persiapan Pelaksanaan


1. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda-tanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Pengawas sebuah "Network Plan” mengenai seluruh
kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram
yang menyatakan pula urutan logis serta kaitan/hubungan antara seluruh kegiatan-
kegiatan tersebut, antara lain:

1) Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama masa pengadaan/ pembelian serta


waktu pengiriman/pengangkutan dari:
b. Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/
pembantu.
c. Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan.
2) Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/ selama waktu fabrikasi, pemasangan dan
pembangunan.
3) Kegiatan pembuatan gambar-gambar kerja.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 21


   
                       
   ! " #

4) Kegiatan permintaan persetujuan atas bahan serta gambar kerja maupun rencana
kerja.
5) Penyampaian harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.
6) Penyampaian jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
2. Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas akan memeriksa rencana kerja
Kontraktor dan memberikan tanggapan atas hal tersebut dalam waktu 2 (dua)
minggu.
3. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atau rencana kerja apabila
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas meminta diadakannya
perbaikan/ penyempurnaan atas rencana kerja tersebut paling lambat 4 (empat)
hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan.
4. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum
adanya persetujuan dari Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas terhadap rencana kerja tersebut, yang dituangkan dalam bentuk Ijin
tahapan pelaksanaan pekerjaan (tertulis).

2.8.2. Gambar Kerja (Shop Drawing).


1. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Construction
Drawing) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan pelaksanaan, Kontraktor wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang
secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
2. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
3. Gambar kerja harus diajukan dalam rangkap 3 (tiga) kepadaDireksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4. Pengajuan gambar kerja tersebut diserahkan untuk disetujui oleh Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Pengawas sebelum pemesanan bahan atau
pelaksanaan pekerjaan dimulai.

2.8.3. Ijin Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan.


Ijin tahapan pelaksanaan pekerjaan diajukan secara tertulis oleh kontraktor kepada
Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas sebelum memulai pekerjaan,
dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui.
Ijin tahapan pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui tersebut, selanjutnya
dipergunakan sebagai pedoman bagi Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.

2.8.4. Rancangan tampilan pekerjaan / bahan (Mock Up).


Bila tahapan pekerjaan tersebut membutuhkan tersedianya contoh tampilan pekerjaan /
bahan atau dikehendaki oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas, maka Kontraktor wajib menyediakan Rancangan tampilan pekerjaan / bahan
(Mock Up) atas beban Kontraktor sebelum tahapan pekerjaan dimulai.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 22


   
                       
   ! " #

2.8.5. Rencana Mingguan dan Bulanan.


1. Selambat-lambatnya pada setiap akhir minggu dalam masa dimana pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, Kontraktor wajib untuk menyerahkan kepada Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas suatu rencana mingguan yang berisi
rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
minggu berikutnya.
2. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Kontraktor wajib
menyerahkan kepada Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas
suatu rencana bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai
rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk
dilaksanakan dalam bulan berikutnya.
3. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan rencana mingguan maupun
bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Kontraktor diwajibkan untuk
memberitahu Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas mengenai
hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam sebelumnya.

2.9. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka gambar
detail yang diikuti.
2. Bila pada gambar terdapat perbedaan antara skala dan ukuran maka ukuran dengan
angka dalam gambar yang diikuti.
3. Bila terdapat perbedaan ukuran, jumlah serta bahan-bahan yang diperlukan, maka
RKS yang diikuti.
4. Bila Kontraktor meragukan perbedaan antara gambar-gambar yang ada dengan RKS,
baik tentang mutu bahan maupun konstruksi, maka Kontraktor wajib bertanya
kepada Pengawas secara tertulis.
5. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus meneliti kembali semua
dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan
(Aanwijzing).
6. Kekeliruan pelaksanaan akibat kelalaian hal-hal diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor

2.10. KEAMANAN DAN PENJAGAAN


1. Untuk keamanan,Kontraktor diwajibkan mengadakan penjagaan dan pengamanan,
bukan saja terhadap pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keselamatan
penduduk sekitar, keamanan, kebersihan bangunan-bangunan, jalan-jalan, dan
sarana prasarana lainnya yang telah ada terhadap pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Kontraktor berkewajiban menyelamatkan/ menjaga bangunan yang telah ada/
berada di sekitar lokasi, apabilabangunan yang telah ada mengalami kerusakan
akibat pekerjaan ini, maka Kontraktor berkewajiban untuk
memperbaiki/membetulkan sebagaimana mestinya.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 23


   
                       
   ! " #

3. Kontraktor harus menyediakan penerangan yang cukup dilapangan, terutama pada


waktu lembur, jika Kontraktor menggunakan aliran listrik dari bangunan/ komplek,
diwajibkan bagi Kontraktor untuk memasang meter sendiri untuk menetapkan
sewa listrik yang dipakai.
4. Kontraktor harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran serta debu yang
ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan agar tidak mengurangi kebersihan dan
keindahan bangunan-bangunan ataupun prasarana yang telah ada/ berada di sekitar
lokasi.
5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan/ kerusakan terhadap
ketentraman dan kepemilikan penduduk sekitarmaupun infrastruktur yang
digunakan, baik merupakan kepemilikan perorangan atau umum, milik Pemberi
Tugas ataupun milik pihak lain. Maka Kontraktor harus membebaskan Pemberi
Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut diatas.
6. Kontraktor harus bertanggung jawab dengan mengganti atau memperbaiki
kerusakan-kerusakan pada jalan, jembatan maupun infrastruktur lainnya
sebagai akibat dari lalu lalang peralatan ataupun kendaraan yang dipergunakan
untuk mengangkut bahan-bahan/ material guna keperluan proyek.
7. Kontraktor harus bertanggung jawab dengan memperbaiki kerusakan-
kerusakan pada kepemilikan penduduk sekitar lokasi pekerjaan sebagai akibat dari
operasional pelaksanaan pekerjaan.
8. Apabila Kontraktor memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau unit-
unit alat berat lainnya dari bagian-bagian pekerjaan, melalui jalan raya, jembatan
maupun infrastruktur lainnya yang dimungkinkan akan mengakibatkan kerusakan
dan seandainya Kontraktor akan membuat perkuatan-perkuatan atas infrastruktur
tersebut, maka hal tersebut harus terlebih dahulu diberitahukan kepada Pemberi
Tugas dan Intansi yang berwenang dan biaya yang ditimbulkan untuk perkuatan
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.

2.11. LAPORAN MINGGUAN DAN HARIAN


Kontraktor membuat laporan bulanan/harian tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan,
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut minimal menyampaikan mengenai
semua keterangan yang berhubungan dengan kejadianselama satu bulan pelaksanaan
pekerjaan yang mencakup mengenai:

1. Jumlah semua tenaga kerja yang digunakan dalam bulan ini.


2. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
3. Semua bahan/barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat
pekerjaan.
4. Keadaan cuaca.
5. Kunjungan semua tamu yang berkaitan dengan proyek.
6. Kunjungan tamu-tamu lain.
7. Kejadian khusus.
8. Foto-foto berwarna ukuran kartu post sesuai petunjuk Direksi.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 24


   
                       
   ! " #

9. Pengesahan Pimpinan Proyek.

2.12. JAMINAN KESELAMATAN TENAGA KERJA


1. Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja pekerja sesuai dengan yang ditentukan
dalam Peraturan Ketenagakerjaan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap
bidang pekerjaan.
2. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum dan air bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya, serta air untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
selama masa pelaksanaan dengan menggunakan/menyambung pipa air yang telah ada
dengan meteran air tersendiri (guna perhitungan pembayaran pemakaian air) atau air
sumur yang bersih/jernih dan tawar. Bila kondisi air yang disediakan meragukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas,
maka air tersebut harus diperiksakan pada laboratorium dan Kontraktor harus
menyediakan ketersediaan air penggantinya.
3. Apabila terjadi kecelakaan pada pekerja Kontraktor saat pelaksanaan, maka
Kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
dengan biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kejadian tersebut harus segera dilaporkan pada Serikat Tenaga Kerja dan Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.
4. Di lokasi pekerjaan harus selalu disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan
pertama yang selalu tersedia setiap saat dan berada di Direksi keet.

2.13. ALAT–ALAT PELAKSANAAN PENGUKURAN


Selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan alat-alat, baik
untuk sarana pekerjaan maupun yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil
pekerjaan antara lain pengaduk beton, pompa air, dan sebagainya. Penentuan semua titik
duga letak bangunan, siku-siku bangunan, maupun datar (water pass) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan dengan memakai alat ukur instrumen water pass atau
theodolit.

2.14. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

1. Kontraktor harus selalu memegang teguh disiplin kerja, dan tidak memperkerjakan
tenaga kerja yang tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang
diserahkan kepadanya.
2. Kontraktorwajib menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa semua pekerjaan
berkualitas baik. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar dapat ditolak/
tidak diterima oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas.

2.15. PENGUJIAN HASIL PEKERJAAN

1. Dalam pengajuan penawaran, Kontraktor harus memperhitungkan semua biaya


pengujian, pemeriksaan berbagai bahan dan hasil pekerjaan, Kontraktor tetap
bertanggung jawab atas biaya-biaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 25


   
                       
   ! " #

(penolakan bahan) yang dikehendaki oleh Direksi/ Konsultan Manajemen


Konstruksi/ Pengawas.
2. Kecuali dipersyaratkan lain, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara dan
Tolok Ukur Pengujian yang dipersyaratkan dan ditetapkan dalam Persyaratan
Teknis.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, maka Badan/ Lembaga yang akan melakukan
Pengujian dipilih atas persetujuan kedua pihak.
4. Semua Biaya Pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
Kontraktor.

2.16. PENUTUPAN HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Sebelum menutup suatu Bagian Pekerjaan dengan Bagian Pekerjaan yang lain,
sehingga secara visuil menghalangi Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas untuk memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu,
maka Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi/ Pengawasmengenai rencananya untuk melaksanakan
bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sehingga Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi
2. Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang
bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pekerjaannya.
3. Kelalaian Kontraktor untuk menyampaikan laporan tertulis diatas, memberikan hak
kepada Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawasuntuk memerintahkan
pembongkaran kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, guna
pemeriksaan Pekerjaan yang terdahulu dengan resiko pembongkaran dan
pemasangannya kembali menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Apabila laporan tertulis telah disampaikan (dibuktikan dengan tanda terima dari
pihak Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas) dan Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawastidak mengambil langkah untuk
menyelesaikan pemeriksaan tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sejak
laporan disampaikan, maka Kontraktor berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan
serta menganggap Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas telah
menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
5. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/
Pengawas terhadap suatu pekerjaan, tidak melepaskan Kontraktor dari
kewajibannya untuk melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan Dokumen
Pelaksanaan atau Kontrak Pekerjaan.

2.17. PEKERJAAN TIDAK BAIK

2. Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawas berhak mengeluarkan


instruksi agar Kontraktor membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup /
diselesaikan untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan
atau pekerjaan, baik pekerjaan yang sudah maupun yang belum dilaksanakan. Biaya

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 26


   
                       
   ! " #

untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Kontraktor untuk disesuaikan


dengan kontrak.
3. Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi/ Pengawasdiperbolehkan (secara adil)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan tenaga kerja dari pekerjaan.

2.18. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG

1. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rincian pekerjaan yang


diterimanya dan gambar detail yang telah disahkan Direksi, melaksanakan secara
keseluruhan atau dalam bagian-bagian menurut semua persyaratan teknis untuk
mendapatkan pekerjaan yang baik. Kontraktor selanjutnya wajib pula tanpa
tambahan biaya mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau
memakai bahan yang tepat, walaupun satu dan lain hal tidak dicantumkan dengan
jelas dalam gambar dan bestek.
2. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan
tertulis dari Direksi. Selanjutnya perhitungan penambahan pengurangan pekerjaan
dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak, jika tidak
tercantum dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan.
3. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tanpa ijin tertulis Direksi adalah
tidak sah dan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

2.19. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN

2.19.1. Dokumen Terlaksana.


1. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan, Kontraktor wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari:
a. Gambar-gambar terlaksana (as build drawings).
b. Spesifikasi Teknis Terlaksana dari pekerjaan sebagaimana yang telah
dilaksanakannya.
2. Penyusunan Dokumen Terlaksana dikecualikan untuk pekerjaan tersebut dibawah ini:
a. Ornamental.
b. Pertamanan.
c. Finishing Arsitektur.
d. Pekerjaan Persiapan.
e. Supply bahan, Perlengkapan dan Peralatan kerja.
3. Dokumen Terlaksana dapat disusun berdasarkan :
a. Dokumen Pelaksanaan.
b. Gambar Perubahan Pelaksanaan.
c. Perubahan Spesifikasi Teknis.
d. Brosur Teknis yang telah diberi tanda pengenal khusus sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.
4. Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
a. Khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan dengan sistem jaringan bersaluran banyak
yang secara operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif,

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 27


   
                       
   ! " #

Dokumen Terlaksana ini harus dilengkapi dengan Daftar Instalasi / Peralatan /


Perlengkapan yang mengidentifikasikan lokasi dari masing-masing barang
tersebut.
b. Kecuali dengan izin khusus dari Direksi Pengawas, Kontraktor harus membuat
Dokumen Terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Direksi Pengawas.
Kontraktor tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan ataupun copy dari
Dokumen Terlaksana tanpa izin dari Direksi Pengawas.

2.19.2. Penyerahan
Pada waktu Penyerahan Pekerjaan, Kontraktor wajib menyerahkan :
1. 2 (dua) set Dokumen Terlaksana.
2. Untuk peralatan / perlengkapan :
a. 2 (dua) set Pedoman Operasi (Operation Manual) dan Pedoman Pemeliharaan
(Maintenance Manual).
b. Suku Cadang sesuai yang dipersyaratkan.
3. Untuk berbagai macam kunci :
a. Semua kunci orsinil.
b. Minimum 1 (satu) kunci duplikat.
c. Dilakukan pewarnaan / penomoran pada kunci
4. Dokumen-dokumen Resmi (seperti Surat Izin Tanda Pembayaran Cukai, Surat Fiskal
Pajak dan lain-lain).
5. Segala macam Surat Jaminan sesuai yang dipersyaratkan.
6. Surat pernyataan Pelunasan sesuai Petunjuk Direksi Pengawas

3. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIPERGUNAKAN


- SNI 03 – 2847 – 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton. Untuk Bangunan
Gedung
- SNI 03 – 1729 – 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Baja. Untuk Bangunan
Gedung
- SNI – 1726 – 2002 tentang Standard Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung
- SNI 04-0225-2000 PTentang ersyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2014 Tentang Pengelolaan Air
Hujan Pada Bangunan Gedung dan Persilnya
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 28


   
                       
   ! " #

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 Tentang Pedoman


Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Tim
Ahli Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Gedung Negara
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
- Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
Bangunan Gedung
- Peraturan Umum Keselamatan kerja dari Depatemen Tenaga Kerja
- Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan
- Perubahan pekerjaan dari dokumen pelaksanaan yang telah disahkan oleh Pemberi
Tugas dan Petunjuk dan atau perintah lisan/ tertulis dari Direksi atas nama dan atau
Pemberi tugas.

B. SPESIFIKASI KHUSUS

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengadaan material, tenaga kerja dan peralatan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan yang termasuk dalam
kontrak.

2. STANDART BAHAN
Dalam menggunakan bahan-bahan bangunan berdasarkan PUBI 1982 dan standar yang
dipakai di Indonesia seperti dibawah ini:

2.1. Semen Portland (PC) SNI 15-2049-2004 Semen portland


a. Semen portland (PC) yang digunakan adalah semen jenis I dengan standar mutu
SII 0013-81 dan sesuai dengan SNI 15.2049.1994 serta memenuhi persyaratan
kimia dan fisik sesuai tabel 1-1 dan 1-2 PUBI tahun 1982.
b. Bila menggunakan PC yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian terlebih
dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi
lembab, begitu pula penempatannya harus ditempatkan di tempat kering.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 29


   
                       
   ! " #

d. PC yang sudah membatu (menjadi keras dan sweeping) tidak boleh


dipakai/dipergunakan lagi.
e. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam kantong-
kantong semen asli dari pabrik.
f. Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di atas
lantai setinggi 30 cm. Kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis

2.2. Air (SNI 7974:2013)


a. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan, dipakai air yang tidak mengandung minyak,
asam, alkali, garam. bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak bangunan.
b. Khusus untuk beton, jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton atau dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat serta harus dilakukan setepat- tepatnya.
c. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, benda
terapung yang dapat dilihat secara visual, asam-asam, zat organik dan sebagainya.

2.3. Pasir
a. Pasir Urug, Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan harus bersih
dan keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dan Direksi Pekerjaan.
b. Pasir Pasang, Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
i. Butiran-butiran harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari.
ii. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen).
iii. Butiran-butiran harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.
iv. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
c. Pasir Beton, Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971 (Nl-2) diantaranya yang paling penting adalah:
i. Butiran-butiran harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari
dan pengaruh cuaca.
ii. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen).
iii. ketentuan pasal 11 PUBI tahun 1982 dan SNI-03-1756-1990
d. Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila
diayak dengan ayakan 150 maka sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm,
berkisar antara 60% sampai dengan 90% dari berat
e. Pasir laut tidak boleh dipergunakan
f. Syarat-syarat tersebut di atas harus dibuktikan dengan pengujian laboratorium.

2.4. Agregat Kasar (Kerikil Dan Batu Pecah)


a. Yang dimaksud dengan Agregat Kasar dapat berupa kerikil atau batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu (Stone Chruser) dengan besar butiran lebih besar
dari 5 mm (split).

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 30


   
                       
   ! " #

b. Kerikil atau Batu Pecah untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam SK SNI T-15-1991 diantaranya : harus terdiri dari butir-butir yang keras,
tidak berpori, tidak pecah/hancur o!eh pengaruh cuaca.
c. Kerikil atau Batu Pecah harus keras, bersih serta sesuai butiran dan gradasinya
bergantung pada penggunaannya
d. Kerikil/Batu Pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1% (satu
persen)
e. Warnanya harus hitam mengkilat keabu-abuan

2.5. Kayu (PPKI 1961)


a. Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan segar dengan ketentuan bahwa sifat
dan kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan
merusak atau mempengaruhi nilai konstruksi bangunan
b. Jenis kayu yang digunakan harus sudah cukup tua, dipilih dan mutu yang terbaik,
kering, lurus dan dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putih
kayu, pecah-pecah, mata kayu, melinting basah dan lapuk.
c. Untuk kayu balok, kelembaban tidak dibenarkan melebihi 19% dan kayu papan
(kayu yang ketebalannya kurang dari 2,5 cm) disyaratkan kelembabannya tidak
lebih dari 12%.

2.6. Baja Tulangan Beton dan Kawat Pengikat (SNI 2052:2014)


a. Jenis baja besi tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang dikenal dan
bentuk belahan-belahan polos.
b. Mutu baja minimum besi tulangan dipakai BJTP-24 untuk tulangan polos dan
BJTS-35 untuk Tulangan Sirip
c. Kawat pengikat harus terbuat dari besi baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
d. Besi baja tulangan harus memenuhi persyaratan yang disyaratkan dalam SNI
2052:2014 tentang besi tulangan beton

2.7. Beton
a. Beton struktural harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI
2847:2013
b. Kecuali ditentukan dalam gambar / RAB, mutu beton yang dipakai adalah minimal
K-175
c. Kekentalan adukan beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan sebuah
kerucut terpancung Abram. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
menurut Tabel 4.4.1. PBI 1971 (NI-l)

2.8. Batu Bata


Persyaratan Batu Bata harus memenuhi persyaratan seperti tertera dalam Nl-10 atau
secara singkatnya diuraikan sebagai berikut :
a. Batu Bata merah harus satu Pabrik, satu ukuran, satu warna atau satu kualitas
b. Ukuran harus sama :

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 31


   
                       
   ! " #

- Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm, atau


- Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm.
c. Penyimpangan terbesar dan ukuran seperti tersebut di atas adalah panjang
maksimum 3%, lebar 4% tetapi antara batu bata ukuran terbesar dengan ukuran
selisih maksimum adalah sebagai berikut :
- Untuk Panjang diperbolehkan maksimum 10 mm
- Untuk lebar diperbolehkan maksimum 5 mm
- Untuk tebal diperbolehkan 4 mm
d. Warna satu sama lainnya harus sama dan bila dipatahkan warna penampang harus
sama dan merata kemerah-merahan
e. Bentuk bidang-bidangnya harus rata, sudut-sudutnya. atau. rusuk-rusuknya harus
siku atau bersudut 90 derajat dan bidangnya tidak boleh retak-retak
f. Berat satu sama lainnya harus sama, berarti ukuran, pembakaran dan
pengadukannya harus sama dan sempurna
g. Bila dipukul dengan benda keras suaranya harus nyaring

2.9. Cat
a. Cat kayu dan cat meni, cat besi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam PUBI tahun 1982 tabel 53-1 dengan referensi NI 4 (empat) Peraturan Cat
Indonesia dan juga SNI 03-2407-1991.
b. Cat tembok yang digunakan adalah cat emulsion dengan persyaratan sesuai tabel
54-2 PUBI tahun 1982 dan juga SNI 03-2410-1991.

2.10. Tingkat Komponen dalam Negeri


Telah memperhatikan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri dan juga
kandungan lokal.

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan ini meliputi penyedian, pendayagunaan tenaga kerja, bahan–bahan, peralatan
dan alat–alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada proyek
ini.
Bagian ini meliputi pembersihan lokasi, pembuatan Direksi Keet dan Gudang Material,
penyediaan papan nama proyek, penyediaan air kerja dan penerangan kerja, serta
mobilisasi dan demobilisasi, Pengukuran-pengukuran, pemasangan papan bangunan
(Bowplangk) serta pekerjaan bongkaran.

3.1.1. Perkerjaan Pengukuran dan pasang Bowplank


3.1.1.1. Persyaratan
- Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan
berpengalaman.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 32


   
                       
   ! " #

- Pemeriksaan hasil pengukuran harus segera dilaporkan kepada Konsultan


Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan dimintakan
persetujuannya.
- Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik juga akan
menentukan patokan utamasebagai dasar dari gedung, jalan dan bangunan-
bangunan lainnya.

3.1.1.2. Material dan peralatan


- Theodolite, waterpass serta peralatannya dan patok-patok yang kuat
diperlukan dalam pengukuran.
- Semua peralatan ini harus dimiliki Kontraktor dan harus selalu ada bila
sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

3.1.1.3. Pelaksanaan
3.1.1.3.1. Pengukuran
- Lokasi, dan ukuran gedung, jalan maupun bangunan-bangunan lainnya
ditentukan dalam gambar. Jika terdapat keragu-raguan supaya
menanyakan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi
teknik.
- Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus
- dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi
teknik untuk dimintakan keputusannya segera.
- Pekerjaan pengukuran sepenuhnya dilakukan pemborong disaksikan
oleh Direksi atau Pengawas.
- Pengukuran yang dilakukan tanpa disaksikan / sepengetahuan
Pengawas / direksi dianggap tidak sah dan diulang kembali.
- Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan cermat / teliti dengan
mempergunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul benar sesuai
yang diminta.
- Patok profil / bouwplank ditanam dengan kuat agar tidak hilang /
berubah dari tempatnya serta dicat / diberi tanda yang jelas.

3.1.1.3.2. Pekerjaan Papan Bangunan (Bouwplank)


 Bahan papan bangunan harus dibuat dari kayu kelas IV ukuran 3/20
yang kering dan kuat dengan tiang-tiang ukuran 5/7 dari kayu sejenis
setiap 1 m. Papan harus diketam dahulu bagian atasnya dan tiangnya
harus benar-benar kuat.
- Cara Pemasangan
- Papan ini harus benar-benar rata (waterpass) dan saling tegak lurus,
dalam hal ini harus dibantu dengan alat ukur.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 33


   
                       
   ! " #

- Selama pekerjaan masih berlangsung papan bangunan ini harus


dijaga dan dipelihara jangan sampai berubah letak maupun
tingginya.
- Papan harus menunjukkan tinggi 0,00 serta sumbu-sumbu dinding.
3.1.2. Pekerjaan Bongkaran
Bongkaran yang dimaksud adalah pekerjaan pembongkaran atap dan plafond
existing di lokasi bangunan yang direncanakan dengan ketentuan sebagaimana
berikut:
- Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati
- Hasil bongkaran harus ditempatkan pada tempat yang aman dari material-
material proyek serta tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya

3.2. Pekerjaan Beton dan Pembesian


3.2.1. Lingkup Pekerjaan
- Bekisting beton
- Pembesian
- Pengecoran

3.2.2. Pengendalian Pekerjaan


Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti tertera dalam:

- SNI 2847:2013 tentang Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung


- SNI 03-6814-2002 Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6813-2002 Tata Cara Pembuatan Silinder dan Prisma Uji untuk
Menentukan Kekuatan dan Densitas Beton Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6809-2002 Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode
Maturity
- SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-6883-2002 Spesifikasi toleransi untuk konstruksi dan bahan beton
- SNI 07-6401-2000 Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin
untuk Tulangan Beton
- SNI 03-4433-1997 Spesifikasi Beton Siap Pakai

3.2.3. Bahan-bahan
Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, PC,
dan sebagainya sesuai dengan yang syaratkan pada dokumen ini. Demikian juga
mengenai cara penyimpanan.

3.2.4. Ukuran
Ukuran beton yang dipakai adalah sesuai dalam gambar serta RAB.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 34


   
                       
   ! " #

3.2.5. Mutu beton


- Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah
campuran beton mutu K-225 dan yang non struktural adalah beton mutu K-
175
- Bahan Untuk Adukan Beton sesuai kebutuhan dan standart bahan yang telah
di atur diatas
- Adukan beton harus memenuhi K-225 untuk itu harus dilakukan dengan Mix
Design lebih dahulu guna penetapan perbandingan campuran di lapangan.
- Sebelum mix design dilakukan kontraktor pelaksana melaksanakan pengujian
agregat dilaboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan
campuran beton (mix design) harus mendapatkan relomendasi dari
laboratorium dan dipakai sebagai tolak banding pemeriksaan untuk agregat
yang didatangkan di lapangan.
- Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam
pelaksanaan pekerjaan ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran
dengan seatuan volume (bahan berat) yang selanjutnya dinyatakan dalam
takaran bahan lapangan.

3.2.6. Besi Beton


- Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu U-24 untuk
(besi polos) dan U-35 dengan diameter seperti yang tertera dalam gambar.
Penggunaan diameter lain yang diperkenankan apabila ada persetujuan dari
Direksi.
- Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut
gambar/ rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal/ patrun
sesuai dengan diameter masing-masing.
- Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenankan
langsung dikerjakan sebelum mendapat pembenaran/persetujuan dari Direksi
(Konsultan Pengawas).
- Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak/sulit
ditemukan di pasaran, Kontrkator pelaksana harus segera mengajukan
permintaan ijin secara tertulis yang dilampiri dengan rencana perubahan
beserta perhitungan teknis. Bila Direksi meluluskan, kontraktor pelaksana
dapat melaksanakannya dengan seijin Direksi (Konsultan Pengawas)
- Pengerjaan pelaksanaan tulangan (penyambungan, pembengkokan, pasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi SNI 2847:2013.

3.2.7. Kayu Untuk Cetakan Beton


- Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau
dipakai kayu meranti/ kayu tahun.
- Papan bekisting dari kayu meranti/ kayu tahun tebal 2 cm/ multiplek 9 mm
dan pemakaiannnya maksimum 2 kali.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 35


   
                       
   ! " #

- Sebelum pengecoran bidang bagian dalam bekisting dilapis cairan mud oil
sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada
bagian papan bekisting, perancah bekisting dipakai kayu meranti minimum
ukuran 5/7.
- Bahan untuk bekisting harus dari kayu meranti sesuai persyaratan kayu
struktural, yang terdiri atas :
 Papan bekisting minimal tebal 2 cm / multiplek 9 mm.
 Klem bekisting minimal berpenampang 4/6 cm.
 Perancah dan penyangga lainnya minimal berpenampang 5/7 cm.
- Bekisting harus dipotong dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
 Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan
atau tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
 Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk
bekisting kolom disyaratkan tinggi penuangan maksimum adalah 2 mm
dari permukaan dasar yang telah mengeras.
 Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi. Untuk
dapat memenuhi hal ini, kontraktor pelaksana harus membuat gambar
pelaksanaan (shop drawing) nya lebih dahulu beserta perhitungan
konstruksinya, dan telah mendapatkan persetujuan Direksi pengawas
sebelum bekisting dilaksanakan.

3.3. Pekerjaan Pasangan.

3.3.1. Pasangan Bata Merah,


3.3.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan bata untuk dinding secara umum serta
pasangan bata untuk dinding yang bersinggungan dengan air seperti pada KM,
ram, saluran dan sebagainya.

3.3.1.2. Persyaratan Bahan


a. Mutu bata yang digunakan dari jenis kelas I menurut NI -10 dengan bentuk
standart batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku-siku
dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak
yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran
bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur
bila terendam air dengan ukuran 5x11x22 cm dengan mutu terbaik dan
disetujui pleh konsultan pengawas.
b. Semen Portland (PC), pasir air sebagaimana disyaratkan pada bab
sebelumnya.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 36


   
                       
   ! " #

3.3.1.3. Pedoman Pelaksanaan


- Campuran yang dipakai 1 PC : 6 PS untuk pasangan secara umum dan
campuran 1 PC : 3 PS untuk pasangan yang bersinggungan dengan air seperti
pada kamar mandi, ram, tangga, saluran dan sebagianya.
- Adukan pasangan harus dibuat secara hati - hati, diaduk dalam bak kayu yang
memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir harus dalam keadaan
kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya,
tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
- Pengukuran ( Uit - Zet ) harus dilakukan Kontraktor secara hati - hati dan
sesuai gambar, dengan syarat :
 Semua pasangan dinding harus rata ( Horizontal ), dan pengukuran harus
dilakukan dengan pengukuran pasangan benang antara satu kali
menaikkan benang tidak melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah
selesai.
 Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata yang di atasnya harus
berbeda setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan
digunakan ditengah pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
- Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun
dan tidak tegak berdiri untuk menghnidari retak dikemudian hari. Pada tempat
- tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom - kolom praktis yang ukurannya
disesuaikan dengan ukuran dinding.
- Lubang untuk alat - alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam dinding, harus
dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum di plester). Pahatan
tersebut setelah dipasang pipa / alat, harus ditutup dengan adukan plesteran
yang dilaksanakan secara sempurna dikerjakan bersama - sama dengan
plesteran seluruh bidang tembok.
- Pada mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan
sesuatu penutup sesuai (plastik).
- Dinding yang telah dipasang harus diberi perawatan dengan cara
membasahinya secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah pemasangan.
- Pasangan bata tidak boleh dibebani dengan perancah (andang) atau alat
apapun yang dapat mempengaruhi kesetabilan pasangan bata.

3.3.2. Pekerjaan Plesteran


3.3.2.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan
semua pekerjaan plesteran seperti yang tertera pada gambar-gambar. Pelaksanaan
harus bernar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti yang
terlihat dalam gambar-gambar dan persyaratan ini.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 37


   
                       
   ! " #

3.3.2.2. Persyaratan Bahan-Bahan


- Semen Portland (PC), pasir air sebagaimana disyaratkan pada bab
sebelumnya.

3.3.2.3. Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan


- Campuran yang dipakai 1 PC : 6 PS untuk pasangan secara umum dan
campuran 1 PC : 3 PS untuk pasangan yang bersinggungan dengan air seperti
pada kamar mandi, ram, tangga, saluran dan sebagianya.
- Sebelum plesteran dilakukan, maka:
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran sampai benar - benar siap
menerima plesteran.
 Singkirkan semua hal yang dapat merusak / menganggu pekerjaan.
 Dinding dibasahi dengan air. Dinding jangan dipasang plester sampai
permukaan air yang terlihat tersebut telah lenyap.
 Pada permukaan dinding yang akan diplaster, siar - siar sebelumnya
harus dikerok sedalam 1 cm untuk memberikan pegangan pada plesteran.
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran
dapat merekat dengan baik.
 Bentuk Screed sementara bila mungkin ( untuk pembentukan dasar yang
permanen) serta untuk menjamin adanya ketebalan yang sama,
permukaan yang datar/rata kontur dan profil - profil yang akurat.
- Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 3 ps, setelah dipermukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
- Letakkan dan / atau tempelkan campuran pleateran dengan masa tunggu
selama 2,5 jam (maximum) setelah proses pencampuran, kecuali udara
panas/kering, kurangi waktu penempatan itu sesuai yang diperlukan untuk
mencegah kekakuan yang bersifat sementara dari plesteran, jangan
menambah air lagi untuk membasahi plester yang sudah kaku itu.
- Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau
dihaluskan permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang
plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaanya pemborong
harus menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala
plesteran setiap bidangnya.
- Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.
- Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm, apabila tebal melebihi 2 cm harus
diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat plesteran.
- Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang - bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat)
dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 38


   
                       
   ! " #

- Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, tidak rata,
tidak tegak lurus, bengkok adanya pecahan atau retak, keropos, maka bagian
tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki oleh Kontraktor.
- Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
sejak permulaan plesteran.
- Untuk Plesteran permukaan datar, harus mempunyai toleransi lengkungan /
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap 2 m2 , jika melebihi
Kontraktor harus memperbaikinya.
- Perbandingan campuran plesteran acian halus adalah 1 PC : 3 pasir pasang.
Diterapkan pada seluruh permukaan plesteran adukan 1: 5 maupun 1 : 3 yang
sudah kering benar.
- Hasil akhir dinding adalah rata, tidak bergelombang.
- Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan) supaya digunakan
plesteran 1 pc : 2 ps dilaksanakan lurus dan tajam.
- Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan di atas, selanjutnya
permukaan plesteran diaci (semen dan air) hingga lurus.

3.3.3. Pekerjaan Acian dan Benangan


3.3.3.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan acian dan benangan meliputi pelapisan semua permukaan plesteran
dengan adukan acian yang terdiri dari campuran semen dan air dan benangan pada
tiap sudut-sudut bangunan yang ada.

3.3.3.2. Persyaratan bahan


- Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah
digariskan pada pasal beton bertulang.

3.3.3.3. Pedoman pelaksanaan


- Sebelum acian dilakukan, maka:
 Dinding/beton dibersihkan dari semua kotoran sampai benar - benar siap
menerima acian.
 Singkirkan semua hal yang dapat merusak / menganggu pekerjaan.
 Dinding/beton dibasahi dengan air, tidak boleh diaci sampai permukaan
air yang terlihat tersebut telah lenyap.
 Permukaan beton yang akan diaci dibuat kasar agar bahan acian dapat
merekat dengan baik.
 Bentuk Screed sementara bila mungkin ( untuk pembentukan dasar yang
permanen) serta untuk menjamin adanya ketebalan yang sama,
permukaan yang datar/rata kontur dan profil - profil yang akurat.
- Letakkan dan / atau tempelkan campuran acian dengan masa tunggu selama 1
jam (maximum) setelah proses pencampuran, kecuali udara panas/kering,
kurangi waktu penempatan itu sesuai yang diperlukan untuk mencegah

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 39


   
                       
   ! " #

kekakuan yang bersifat sementara dari acian, jangan menambah air lagi untuk
membasahi acian yang sudah kaku itu.
- Bilamana terdapat bidang acian dan benangan yang berombak harus
diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang - bidang yang harus
diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk
segi empat) dan acian baru harus rata dengan sekitarnya.
- Jika hasil acian dan benangan menunjukkan hasil yang tidak memuaskan,
tidak rata, tidak tegak lurus, bengkok adanya pecahan atau retak, keropos,
maka bagian tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki oleh Kontraktor.
- Semua bidang acian dan bengangan harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesteran.
- Untuk acian dan benangan permukaan datar, harus mempunyai toleransi
lengkungan / cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap 2 m2 , jika
melebihi Kontraktor harus memperbaikinya.

3.4. Pekerjaan Dinding Partisi


3.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan dinding partisi gypsum,
termasuk pemasangan rangka sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam
gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

3.4.2. Persyaratan bahan


Rangka :
- Rangka vertikal dari besi hollow 4 x 4 cm/ 2 x 4 cm, tebal pelat besi hollow
minimal 0,3 mm dan diberi meni.
- Rangka horizontal atas dan bawah dari metal runner berbahan steel
galvanized, berupa profil kanal C (C-Channal).
Penutup partisi :
- Digunakan Gypsum Board yang bermutu baik produk JAYA Plasterboard
atau produk lain yang setara, tebal = 12 mm.
- Bahan penutup sambungan partisi : Compound atau bahan plester ex
UB400 atau produk lain yg setara. Paper tape yang berpori/berlubang dan
bergaris tengah, serta Corner Bead berbahan metal, yaitu untuk penutup
bagian sudut dinding partisi.
Bahan Insulasi Glasswool, tebal 4 cm density 28 kg/m3.
- Kesemua bahan di atas harus disetujui oleh Konsultan Pengawas,
Perencana dan Pemberi Tugas.

3.4.3. Syarat Syarat Pelaksanaan


- Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil),
termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out / penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar. Juga terlebih dahulu harus

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 40


   
                       
   ! " #

memeriksa untuk dikoordinasikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terkait


dengan partisi gypsum, diantaranya adalah :
 Pekerjaan Instalasi pada dinding
 Pekerjaan Kosen, dan lain sebagainya yang terkait dalam terlaksananya
pekerjaan ini.
- Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih
dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian
yang retak, gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
- Sebelum pemasangan metal runner, dibuat tanda/marking terlebih dahulu di
atas bidang lantai sesuai gambar rencana dan diajukan untuk diperiksa
terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas dan Perencana.
- Modul rangka vertikal besi hollow adalah setiap berjarak per as = 60 cm.
- Rangka besi hollow dan metal runner harus siku, tegak, kaku dan kuat,
kecuali bila dinyatakan lain, misal : permukaan merupakan bidang miring
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
- Bahan penutup langit-langit adalah gypsum dengan mutu bahan seperti
yang telah dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
- Gypsum board dipasang dengan sekrup khusus, dengan menggunakan alat
bor listrik dan setiap pemasangan masing-masing sekrup sejajar minimal
berjarak 300 mm.
- Kepala sekrup yang terlihat diberi compund agar tertutup dan diamplas.
Sambungan partisi gypsum board diberi compound dengan sebelumnya
diberi paper tape khusus gypsum. Setelah compound kering, diamplas
sampai rata dan garis sambungan setiap unit gypsum board hilang.
- Bagian sudut partisi gypsum board yang tidak terlindung oleh material lain,
diberi corner bead dan dicompound dan diamplas dengan baik.
- Setelah panel gypsum board terpasang, bidang permukaan partisi harus rata,
lurus dan siku, dan antara unit-unit gypsum board tidak terlihat
bergelombang dan sambungan. Kecuali bila dinyatakan lain, misal :
permukaan merupakan bidang miring atau melengkung sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
- Untuk menguji kesikuan/kerataan bidang partisi gypsum, dilakukan dengan
menggunakan waterpas khusus, dan diperiksa bersama-sama Konsultan
Pengawas/MK.

3.5. Pekerjaan Batu Alam+Coating

3.5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan Batu Alam pada bidang
pasangan bata yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas/MK.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 41


   
                       
   ! " #

3.5.2. Persyaratan Bahan


- Bahan wall cover adalah Batu Alam Lokal Kwalitas Bagu + Coating

3.5.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


- Pada permukaan dinding yang akan dilapisi batu alam, permukaannya harus
rata, kering dan bersih (bebas debu dan kotoran lainnya).
- Harus mengikuti aturan / persyaratan pabrik dalam mencampur dan
menggunakan bahan pelapis dan perekat.
- Sebelum pemotongan pola dan warna harus diperiksa dan dicocokkan dengan
contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.
- Semua bagian batu alam, terutama pada bagian tepi dan antar sambungan
vertikal dengan batu alam selanjutnya, terpasang sama rekat dan hasilnya
rapi.
- Pemotongan batu alam harus dilakukan secara hati-hati dan rapih dengan
menggunakan alat potong yang tajam.
- Setelah selesai pemasangan dilakukan coating dengan cairan khusus
mengkilapkan
- Awal pemasangan dan sisa buangan harus dikoordinasikan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas/MK.

3.5 Pekerjaan Pengecatan

3.7.1. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga untuk
melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh permukaan plesteran bata, beton,
gypsum, baja / metal termasuk pipa-pipa serta permukaan-permukaan lain yang
ditentukan dalam gambar rencana maupun rincian anggaran biaya.
2. Pengecatan semua permukaan dan area yang pada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Direksi Pengawas
maupun penyempurnaan / pengulangan cat karena belum rata, berubah warna &
sebab-sebab lainnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

3.7.2. Standar Dan Persyaratan


1. Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standard sebagai berikut :
- NI – 3 – 1970
- NI – 4 – 1972
- ASTM D – 3363 (powder coating)
- A 153 (galvanizing)
2. Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang
bidang transparant ukuran 30x60 cm. Dan pada bidang bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari
cat dasar s/d lapisan akhir).

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 42


   
                       
   ! " #

3. Semua bidang contoh tersebut diperhatikan kepada Direksi Pengawas dan Perencana.
Jika contoh contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Direksi
Lapangan, barulah pemborong melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti
tercantum diatas.
4. Sebelum pengecatan dimulai, Pemborong harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang
bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi
Pengawas.
5. Jika masing masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Pengawas dan
Perencana, bidang bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.

3.7.3. Pengecatan Dinding

A. Persyaratan Bahan
a. Cat dinding dan plafond bagian luar bangunan (Exterior) dan ruang basah (toilet).
 Cat yang digunakan Vinyl Acrylic dengan kemampuan tahan cuaca dan jamur
ex. Dulux / Jotun/ Mowilex/ Setara kualitas disetujui oleh Direksi Pengawas.
 Tanpa plamir
 Tahap 1 : Alkali resistant primer, 1 Lapis.
 Tahap 2 : Acrylic wall filler, 1 Lapis
 Tahap 3 : Cat akhir, Wheather shied dengan minimal 2 kali pengecatan.
 Warna akan ditentukan Kemudian.
b. Cat dinding dan Plafond bagian dalam bangunan (Interior)
 Cat yang digunakan cat Maxillite/Jotun/ Mowilex/setara kualitas yang
disetujui Direksi Pengawas.
 Dilaksanakan pada permukaan tembok bagian dalam, dinding atau
plafond/plafond beton ekspose dengan urutan pengecatan sebagai berikut :
 Tahap 1 : Alkali resistant primer, 1 Lapis
 Tahap 2 : Undercoat, Acrylic wall filler, 1 Lapis
 Tahap 3 : Cat akhir, Acrylic emulsion paint 2 kali pengecatan

B. Persyaratan Pelaksanaan
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding/ plafond/ Beton expose adalah pengecatan
seluruh plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian yang lain yang ditentukan
gambar.
b. Sebelum dinding plamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada
retak-retak dan pemborong meminta persetujuan kepada Perencana.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan
plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
d. Sesudah 7 hari plamur terpasang kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 43


   
                       
   ! " #

e. Lapisan pengecatan untuk dinding luar adalah minimum 2 (dua) lapis dengan
kekentalan sama setiap jenisnya.
f. lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer
yang dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis dengan kekentalan cat sebagai berikut :
 Lapis I encer (tambahkan 20% air)
 Lapis II kental.
g. Untuk warna-warna yang jenis, kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
h. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

3.7.4. Pengecatan Besi

A. Persyaratan Bahan
Produk cat menggunakan produk Nippon/Avian/Emco/Setara yang disetujui oleh
Direksi Pengawas.
Pengecatan untuk besi dengan urut-urutan sebagai berikut :
1. Cat dasar : Zinc chromate primer, ketebalan 40 mikron.
2. Cat akhir : High quality synthetic enamel gloss ketebalan 2x30 mikron.

B. Persyaratan Pelaksanaan
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian bagian besi
pagar railing, tangga besi dan pekerjaan besi lain ditentukan dalam gambar.
b. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat , selesai diamplas halus
dan bebas debu, oli dn lain lain.
c. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las
dan ujung ujung yang tajam diberi "touch up" dengan dua lapis setelah itu
lapisan tebal 40 micron diulaskan.
d. Setelah kering sesudah 8 jam, dan diamplas kembali maka disemprot 1 lapis.
Setelah 16 jam mengering baru lapisan akhir disemprot 3 lapis.
e. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3
lampis.
f. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung gelembung dan dijaga terhadap pengotoran pengotoran.

3.7.5. Persediaan Untuk Perawatan


1. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi Pengawas, untuk kemudian akan
diteruskan kepada Pemberi tugas, minimal 2kg untuk cat besi dan 2 galon uncuk cat
acrylic-vinyl acrylic emulsion dari tiap warna dan jenis cat yang dipakai.

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 44


   
                       
   ! " #

2. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang pada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan, oleh pemberi tugas.

3.6 Pekerjaan Instalasi Listrik


3.6.1 Lingkup Pekerjaan
Pemborong harus melaksanakan pengadaan, pemasangan, pengujian dan serah
terima di lapangan instalasi listrik seperti yang disebutkan di bawah ini dan/atau
diperlihatkan dalam gambar. Sebelum serah terIma dilakukan seluruh sistim
beserta komponen komponennya harus lengkap, bekerja dengan balk sesual
dengan unjuk kerja yang diinginkan, dan lulus dalam pengujiannya.

Sistim distribusi daya terdiri dari :


 Panel panel tegangan rendah
 Instalasi tegangan rendah
 Sistem pentanahan (Grounding)
 Semua material Bantu yang diperlukan supaya peralatan di atas terpasang dan
bekerja dengan baik
 Sistim penerangan
Sistim penerangan terdiri dari lampu lampu beserta fixturenya, sakelar, kabel
kabel dan conduit, serta material bantuannya.

3.6.2 Peraturan Dan Standard


 Semua bahan bahan, komponen dan peralatan harus diproduksi memenuhi
standar negeri asal dan/atau standar internasional yang telah dikenal dan
berlaku di Indonesia. Pemborong harus membuat daftar barang barang yang
diadakan beserta dengan standar produksinya
 Pada umumnya dan Jika tidak disebutkan lain dalam. spesifikasi ini, instalasi
listrik harus dilaksanakan sesuai dan memenuhi Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL) Indonesia edisi terakhlr (1987).
 Peraturan lain, pedoman dan panduan yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan , Departemen Tenaga Kerja, dan
Perum Listrik Negara harus ditaati selama ada hubungannya dengan
pekerjaan ini
 Pemborong harus memiliki Surat Pengesahan Instalatir (SPI) dan Surat Ijin
Kerja (SIKA) dari Perum Listrik Negara yang masih berlaku. Pemborong
wajib menunjukkan dan/atau menyerahkan salinan surat surat ini bila diminta
oleh Pemberi Tugas, pengawas/atau pihak pihak yang berwenang lainnya.

3.6.3 Bahan, Peralatan Dan Tenaga Pelaksanaa

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 45


   
                       
   ! " #

 Semua bahan./material dan peralatan yang akan dipasang harus dalam


keadaan baik, 100 % baru, dan lulus pengujian di pabrik dan/atau di lapangan
 Pemborong harus menyerahkan contoh (sample) bahan/material sesuai
dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini kepada pengawas sebelum
pengadaannya. Pengawas berhak menolak pengadaan bahan/matenial yang
tidak sesual dengan spesifikasi atau yang sudah disetujui (approved sample)
 Pemborong harus mengerahkan teknisi dan/atau tenaga pelaksana yang
berpengalaman dalam bidang pekerjaan ini. Mereka harus berada. di tempat
pada saat pekerjaan berlangsung, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan tersebut.

3.6.4 Spesifikasi Umum Pekerjaan Listrik


 Kabel Daya Tegangan Rendah.
Kabel daya. tegangan rendah yang dipakai adalah berdasarkan ukuran dan
type yang sesuai dengan gambar. Kabel daya tegangan rendah ini harus sesual
standar SII atau standar PLN.

 Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus ditest dengan pengujian¬-


pengujian sebagai berikut:
 Test insulasi
 Test kontinuitas
 Test tahanan pentanahan

 Panel Tegangan Rendah.


- Umum
Type panel adalah tertutup (metal enclosed), wall mounting, lengkap
dengan semua komponen komponen pasangan dalam panel sesuai
gambar rencana.
- Accessories
Bus bar, terminal terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya
harus sesuai SNI dan dipasang di dalam panel dengan kuat dan tidak
boleh ada bagian yang bergetar.

 Penerangan dan Stop Kontak


- Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang tertera pada gambar.
- Semua armature lampu vang terbuat dari metal harus mempunnyai
terminal pentanahan (grounding).
- Pasang titik lampu NYM 2 x 1.5 mm2
- Pasang titik stop kontak NYM 2 x 1.5 mm2
- Lampu-lampu lengkap dengan fitting dan accessories

 Saklar Dinding
Saklar seri merk Broco/setara

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 46


   
                       
   ! " #

 Kabel Instalasi
Kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus sesuai dengan
standar PLN, kabel inti dari tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih
(NYA/NYM).
Kode warna insulasi kabel harus menglkuti ketentuan PUIL sebagai berikut:
- Fasa 1 merah
- Fasa 2 kuning
- Fasa. 3 hitam
- Netral biru
- Tanah (ground) hijau kuning
- Merek kabel Kabelindo, Kabel metal, Supreme / standar PLN

 Pipa Instalasi Pelindung Kabel


Adalah pipa PVC kelas AW, elbow, socket, Junction box, clamp dan
accessories lainnya harus sesual yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang
dari ¾”. Pipa fleksible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambung (Junction box) dan amature lampu. Sedangkan pipa untuk instalasi
penerangan dan. stop kontak menggunakan pipa PVC.

 Lain lain
Pengetesan
 Pemborong pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua. testing dan
pengukuran pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi
dengan balk dan memenuhl semua persyaratan.
 Semua tenaga, bahan dan perlengkapannya yang perlu untuk testing
tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong. Termasuk peralatan
khusus yang perlu untuk testing dari seluruh sistim ini, seperti dianjurkan
oleb pabrik, harus disediakan Pemborong.
 Semua pengetesan dan atau. pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
team pelaksana pembangunan.

3.6.5 Panel Tegangan Rendah


 Panel tegangan rendah harus mengikuti standar VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL
 Panel panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus dizinchromat dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat
dengan cat bakar, warna, dan cat akan ditentukan kemudian oleh pihak
pemberi kerja. Pintu dari panil panil tersebut harus dilengkapi dengan master
key.
 Konstruksi dalam panel panel serta. letak dari komponen komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 47


   
                       
   ! " #

perbaikan perbaikan, penyambungan pmyambungan komponen komponen


dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen komponen lainnya
 Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdin' dari 3 busbar phase4 R
S T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar
diperhitungkan untuk besarnya arus yang akan mengalir dalam. busbar
tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65o C. Setiap busbar
copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan
untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap
kenaikan suhu yang diperbolehkan
 Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak
tahan getaran, untuk Amphere meter dan. volt meter dengan ukuran 96 x 96
mm dengan skala linier dan ketelitian I % dan bebas dari pengaruh induksi
serta ada sertifikat tera dari LMK/PLN (mimimum 1 buah untuk setiap Jenis
alat ukur).
 Ukuran tiap tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan
sesuai dengan yang disetujui oleh pengawas
 Komponen komponen pengaman yang dapat dipakai adalah:
- MCCB sesuai gambar rencana
- Miniatur Circuit Breaker
Rated sesuai gambar
Operating Voltage 200 V, 380 V
Frequency 50 Hz
Breaking capacity 5 KA
Permitted ambient temp. 550 C
Overload release sesual gambar
3.6.6 Komponen komponen pengukuran yang dapat dipakai
- Current Transformator
- Ampermeter
- Voltmeter
- Frequency meter
- Instalasi Tegangan Rendah
3.6.7 Instalasi Tegangan Rendah
- Kabel kabel yang akan dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan
min.0,6 KV dan 0,5 KV untuk kabel NYM
- Pada prinsipnya kabel kabel daya yang dipergunakan adalah jenis kabel NYM
dan NYY
- Sebelum dipergunakan kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada pengawas
- Penampang kabel minimum yang dapat dipakal 2,5 mm2.
3.6.8 Sistem Pentanahan (Grounding)
- Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telarijang (BC = Bare Copper
Conductor)

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 48


   
                       
   ! " #

- Besarnya kawat grounding yang dapat dipergunakan minimal berpenampang


sama dengan penampang kabel masuk (incoming feeder) untuk penampang
kabel lebih kecil dari 50 MM2 , atau sesuai gambar
- Nilai tahanan grounding system untuk panel panel adalah maximum 2 ohm,
diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut turut.

C. PENUTUP

1. Apabila dalam rencana dan syarat-syarat pekerjaan ini untuk menguraikan bahan-bahan
dan pekerjaan tidak disebutkan atau kalimat-kalimat “DIADAKAN OLEH PENYEDIA
JASA ATAU DISELENGGARAKAN PENYEDIA JASA”, maka hal ini dianggap
seperti betul-betul disebutkan jika uraian tersebut ternyata masuk dalam pekerjaan.
2. Guna mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka bagian-bagian yang betul-
betul termasuk dalam pekerjaan ini tetapi tidak atau belum disebut dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan ini harus diselenggarakan oleh Penyedia jasa seperti
benar-benar disebut.
3. Segala sesuatu yang tidak disebut secara nyata, tetapi lazim dan mutlak adanya maka
tetap diadakan / dikerjakan Penyedia jasa.
4. Hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
pihak Pengguna Jasa, unsur teknis, Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

Kediri, ………………. 2023


Disusun oleh:
Konsultan Perencana
CV. PURWA WISESA

MEYDA ARDIANTO, ST
Direktur

PURWA WISESA Konsultan – Architech and Civil Engineering 49

Anda mungkin juga menyukai