Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

Makalah ini diajukan untuk


Perbaikan nilai UTS mata kuliah etika keperawatan semester genap 2022
Dosen Pengampu: Ermawati Dalami, S.Kp, M.Kes

Nama : Anicah Sovianti


Nim : P27901121056
Kelas : 1B D3 Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat
dan karunia-Nya penulis telah dapat menyusun makalah ETIKA KEPERAWATAN.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mengalami banyak keterbatasan. Namun,
berkat referensi dan sumber acuan yang digunakan, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari kaidah pedoman
Bahasa Indonesia, isi makalah maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis
berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.

Tangerang, 10 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP NILAI, NORMA DAN MORAL

A. Konsep Nilai
a. Pengertian nilai
Nilai adalah kualitas yang penting atau berguna bagi umat manusia. J. S.
Purwadaminta (buku “Kamus Umum Bahasa Indonesia”), Nilai adalah ide seseorang
atau kelompok tentang apa yang diinginkan, apa yang layak dan apa yang baik atau
buruk (Anthony Giddens). Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan digunakan sebagai
pedoman dan prinsip umum ketika bertindak atau berperilaku (Theodorson), sedangkan
menurut Clyde Kluckhohn (buku “Common Humanity and Diverse Cultures”), Nilai
adalah konsesi publik teroganisir yang mempengaruhi perilaku dalam kaitannya dengan
alam, posisi manusia di alam, hubungan manusia, dan hal-hal yang diinginkan dan tidak
diinginkan yang mungkin terkait hubungan antra manusia dan lingkungan dan sesama
manusia.
Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa, nilai adalah segala
sesuatu yang layak sehingga dpat digunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan
berperilaku dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia dan lingkungan.

b. Jenis-jenis Nilai
1. Nilai agama, merupakan nilai yang mengajarkan kebaikan. Setiap agama
mengajarkan tentang bagaimana mematuhi perintah terhadap Tuhan dan
menjalankan kewajiban-Nya untuk selalu berbuat baik kepada siapapun dan
setiap perbuatan manusia itu mendapatkan balsan dari Tuhan berupa pahala, dan
perbuatan yang buruk akan mendapatkan dosa.
2. Nilai hati nurani manusia, merupakan nilai berupa mampu membedakan hal-hal
yang baik dan buruk, yang jujur dan melakukaan dosa, serta rasaa mengasihani
terhadap orang lain dan mau berbagi terhadap orang lain, hati nurani manusia
itulah yang membedakan manusia dengan ciptaan yang lainnya.
3. Nilai adat istiadat dan budaya, merupakan suatu nilai yang dijadikan patokan
bagi seseorang untuk menilai perilaku/ kebiasaan seseorang tentang bagaimana
seseorang itu menghormati orang lain dan orang yang lebih tua. Adat istiadat
dan budaya dijadikan patokan sebagi ajaran moral
B. Konsep Norma
a. Pengertian Norma
Norma adalah kaidah, pedoman, acuan, dan ketentuan berperilaku dan berinteraksi
antar manusia didalam suatu kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan
bersama-sama.
b. Ciri-ciri Norma
Kita dapat mengenali norma yang berlaku di masyarakat dengan memperhaatikan
karakteristiknya. Secara umum, berikut ini adalah ciri-ciri norma :
 Pada umumnya norma tidak tertulis, kecuali norma hukum
 Norma bersifat mengikat dan terdapat sanksi di dalamnya.
 Norma merupakan kesepakatan bersama anggota masyarakat.
 Anggota masyarakat wajib menaati norma yang berlaku.
 Anggota masyarakat yang melanggar norma dikenakan sanksi.
 Norma dapat mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat.
c. Macam-macam Norma
Menurut pendapat C.J.T. Kansil, Norma dapat dikelompokkan menjadu beberapa
jenis yaitu :
1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan
3. Norma Kesopanan
4. Norma Hukum
5. Norma Kebiasaan
6. Norma Sosial
C. Konsep Moral
a. Pengertian
Istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Maka arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu
yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari
sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa
sumber.
ETIKA
a. Definisi Etika
Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani
adalah “ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Biasanya
etika berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk.
Perbedaan moral dan etika adalah moral atau moralitas untuk penilaian perbuatn
yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak, berdasarkan norma-norma tertentu. Moralitas dipertanyakan
tampak (tangible) dalam perilaku tidak jujur dan tampak (intangible) dalam pikiran yang
bertentangan dengan hati nurani dalam perencaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Etika adalah berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun, walaupun
keduanya menyangkut perilaku manusia secara normatif yaitu memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian manyatakan apa yang diperbolehkan dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan,
padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya.
Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores)
sedangkan kata etiket berkaitan dengan nilai sopan, santun tata krama dalam pergaulan
formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis.
Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya
seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuaatan.
Ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umunya sebagai
berikut :
 Etika adalah niat, apaakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah
menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan besar sesuai dengan yang
diharapkan.
 Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas
(lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan
kebaikan.
 Etika bersifat absolut,, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau
perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.
Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.
 Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang
hadir. Etiket hanya berlaku, jika orang lain yang hadir, dan jika tidak ada
orang lain maka etiket itu tidak berlaku.
b. Fungsi Etika
Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, itu jaran moral.
Melainkan etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
sebagai moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan
intelektual yaitu ketrampilan untuk beragumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi
etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam susunan pluralisme.

ETIKA KEPERAWATAN DALAM PENERAPANNYA DI MASYARAKAT


a. Definisi Etika Keperawatan
Menurut Araskar David (1978) dalam (Utami, Agustine and Happy E, 2016)
tertuang dalam bahasa Yunani baahwa etiks berasal dari kata “ethos” merupakan
“kebiasaan” atau “model perilaku” atau “standar” dari sebuah tindakan yang diharapkan.
Etika dalam kamus Webster dijelaskan artinya ilmu yang mempelajari moral yang baik
dan buruk.
Potter dan Perry (1997) menjelaskan terminologi etika adalah ilmu yang
dipelajari individu untuk bertindak terhadap seseorang serta cara berinteraksi terhadap
orang lain. Ismani (2001) menyebutkan erika merupakan ilmu mempelajari cara
seseorang atau individu berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan aturan dan prinsip
yang menentukan perilaku yang baik atau buruk selama menjalankan kewajiban dan
tanggung jawab. Etika dimaknai ilmu mendalami kebiasaan, adat, istiadat, serta motif
mempengaruhi perilaku orang secara baik atau buruk dalam berinteraksi terhadap orang
lain yang dilandasi oleh prinsip dan aturan yang mengandung tanggung jawab moral
(Utami, Agustine and Happy E, 2016).
Penerapan konsep etika keperawatan merupakan tanggung jawab perawat
terhadap individu yang diberikan pelayanan serta menghargai nilai yang dianut individu
tersebut. Definisi kata etika, hak asasi ataupun tanggung jawab sangat mudah dujelaskan,
tetapi penggunaan istilah tersebut belum jelas letaknya pada suatu situasi. Contoh yang
dapat dilihat : seorang profesional menghentikan tindakan penyelamatan pada pasien
yang menderita penyakit terminal, apakah tindakan ini benar dipandang dari sudut etika,
tanggung jawab serta hak asasi manusia (Hunt, 2005).
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai contoh :
melakukan tindakan transplantasi, legalisasi abortus, pengetahuan tentang kloning,
perkembangan ilmu biologi dan genetika. Penggunann manusia sebagai subjek penelitian
memerlukan pertimbangan terhadap nilai, hak asasi manusia serta tanggung jawab dar
profesi. Penyusunan kode etik terhadap kondisi ini membutuhkan pertimbangan sehingga
mampu mengahrgai, mengembangkan dan menerapkan nilai tersebut (Suhaemi, 2003).
Perawat sering kali dihadapkan terhadap kondisi yang membutuhkan keputusan
dalam mengambil tindakan. Pemberian asuhah keperawatan terhadap klien, keluarga dan
masyarakat, menerima pendelegasian dalam proses penyambuhan dengan menciptakan
lingkungan yang tepat, menginformasikan cara pencegahan penyakit serta memberikan
penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Keputusan tindakan yang
diberikan diharapkan tepat atau bermoral melalui etika.
Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang memiliki tujuan untuk
mencapai kesejahteraan manusia. Perawat berinteraksi dan saling memengaruhi, serta
memberikan dampak pada individu tersebut. Kontrak sosial dari profesi perawat adalah
kepada masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa perawat diberikan kepercayaan oleh
masyarakat untuk menjaga dan mengopyimalkan mutu pelayanan yang diberikan.
Pelayanan keperawatan yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan, metodologi dan etika
profesi memberu jaminan kepercayaan masyarakat terhadap perawat.
b. Kegunaan Etika Keperawatan
Perawat dalam memberikan tindakan keperawatan dengan melaksanakan
kehendak terhadap pasien tanpa menjelaskan tujuan tindakan, tidak menjelaskan
prosedur, dan tidak meminta persetujuan dengan kondisi pasien berasal dari
desa, kurang berpendidikan dan tidak bisa mengajukan pendapat maka pasien
merasa terpaksa menerima tindakan yang diberikan serta tidak memiliki
kekuatan untuk menolak tindakan tersebut. Perawat saat dihadapkan dengan
kondisi seperti ini akan sangan penting mempelajari ilmu etika keperawatan
sebagai dasar memahami kebebasan atau otonomi pasien dalam menentukan,
menerima ataupun menolak intervensi keperawatan yang akan diberikan (Utami,
Agustine and Happy E, 2016).
Kegunaan perawat mempelajari serta menerapkan etika keperawatan menurut
Utami, Agustine and Happy E (2016) adalah :
1. Pertimbangan etis dibutuhkan karena pesatnya teknologi yang berkembang
dibidang medis dan reproduksi, adanya perubahan pada hak klien, pergeseran
kondisi sosial dan hukum serta perhatian terhadap sumber pelayanan
kesehatan yang minimal.
2. Kode etik merupakan standar perilaku profesionalisme perawat. Organisasi
perawat sebagai wadah dan membina profesi perawat mengesahkan kode etik
yang digunakan sebagai pedoman dalam mengaplikasikan konsep etis
sehinnga perawat harus bertindak dengan penuh tanggung jawab,
mengahargai nilai dan hak dari individu.
3. Fungsi utama perawat adalah pelayanan kepada umat manusia serta sebagai
dasar dari profesi keperawatan. Perawat memberikan pelayanan profesional
sesusai kebutuhan dan tidak membeda-bedakan pasien. Dasar pelayanan
keperawatan adalah kepercayaan bahwa perawat akan memberikam tindakan
dengan benar dan sesuai kebutuhan serta menguntungkan prinsip dan aturan
etis membuat keputusan saat dihadapkan pada masalah etis.
4. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menetapkan keputusan etis yaitu
: keyakinan serta nilai dari klien, anggota profesi lain, perawat, sendiri serta
keterlibatan hak dan tanggung jawab orang lain.
5. Peran perawat sebagai advokasi utamanya adalah bertanggung jawab
melindungi hak-hak klien. Prinsip etis “beneficence” atau “memberikan
manfaat” dan “nonmalaficence” atau “tidak merugikan” adalah prinsip yang
digunakan dalam peran perawat sebagai advokasi.
c. Tujuan Etika Keperawatan
Perilaku moral dalam keperawatan diukur menggunakan alat ukur yang disebut
etika profesi keperawatan. Kode etik digunakan sebagai standar untuk mengukur
serta mengevaluasi perilaku mora perawat. Tujuan secara umum etika profesi
membentuk serta menjaga kepercayaan pasien dan masyarakat kepada perawat
dan profesi keperawatan (Suhemi 2003).
KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA, PERILAKU ETIK DAN
PENYELESAIAN DILEMA ETIK
A. Kode Etik Keperawatan Indonesia
Kode etik Adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah
kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik
keperawatan Indonesia :
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi seseorang bilamelakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

PENYELESAIAN DILEMA ETIK


A. Pengertian Dilema Etik
Pengertian Dilema Etik, Dilema Etik yang terjadi dalam Keperawatan, Prinsip
moral dalam menyelesaiakan dilema etik keperawatan, Pemecahan Dilema Etik
Keperawatan, Model Pemecahan Masalah Etik. Dilema etik adalah suatu masalah yang
melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan
keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah
serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik
terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan
interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
B. Dilema Etik yang terjadi dalam Keperawatan
1) Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis agama/
kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien memiliki cara
pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah .Misalnya ada seorang wanita(non
muslim) meminta seorang perawat untuk melakukan abortus. Dalam ajaran agama wanita
itu,tidak ada hukum yang melarang tentang tindak abortus. Tetapi di satu sisi
perawat(muslim) memiliki keyakinan bahwa abortus itu dilarang dalam agama.

Pastinya dalam kasus ini akan timbul dilema pada perawat dalam pengambilan
keputusan.Masih banyak contoh kasus- kasus lainnya yang pasti muncul di dalam
keperawatan.
2) Hubungan perawat dengan klien
Dilema yang sering muncul antara lain:
a. Berkata jujur atau tidak. Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit
untuk dikatakan kepada klien mengingat kondisi klien. Tetapi perawat
harus mampu mengatakan kepada klien tentang masalah kesehatan klien.
b. Kepercayaan klien. Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan
klien.tujuannya adalah untuk mempercepat proses penyembuhan klien.
c. Membagi perhatian. Perawat juga harus memberikan perhatiannya kepada
klien.tetapi perawat harus memperhatikan tingkat kebutuhan klien.keadaan
darurat harus diutamakan terlebih dahulu. Tidak boleh memandang dari
sisi faktor ekonomi sosial,suku, budaya ataupun agama.
d. Pemberian informasi kepada klien. Perawat berperan memberikan
informasi kepada klien baik itu tentang kesehatan klien, biaya pengobatan
dan juga tindak lanjut pengobatan
3) Hubungan perawat dengan dokter
a. Perbedaan pandangan dalam pemberian praktik pengobatan. Terjadi
ketidaksetujuan tentang siapa yang berhak melakukan praktik pengobatan,
apakah dokter atau perawat.
b. Konflik peran perawat. Salah satu peran perawat adalah
melakukanadvokasi,membela kepentingan pasien. Saat ini keputusan pasien
dipulangkan sangat tergantung kepada putusan dokter. Dengan keunikan
pelayanan keperawatan, perawat berada dalam posisi untuk bisa menyatakan
kapan pasien bisa pulang atau kapan pasien harus tetap tinggal.
4) Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran
yang rasional dan bukan emosional. Terkadang saat berhadapan dengan dilema etik
terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi. Dalam hal ini dibutuhkan
kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.

C. Prinsip moral dalam menyelesaiakan dilema etik keperawatan


1. Otonomi, Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai.
2. Keadilan, Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan.
3. Kejujuran, Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani
perawatan.
4. Kerahasiaan, Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi klien
dijaga privasinya. Yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak seorangpun dapat
memperoleh informasi kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dicegah.
D. Pemecahan Dilema Etik Keperawatan
Kerangka pemecahan dilema etik, menurut Kozier and Erb (1989)
1. Mengembangkan Data Dasar
a. Siapa saja orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut seperti
klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
b. Tindakan yang diusulkan. Sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk
membiarkan penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya
bukan hal itu yang di inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai
peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik)
serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi klien tersebut
untuk hidup dan menyelamatkan jiwa klien dari ancaman kematian.
c. Maksud dari tindakan. Dengan memberikan pendidikan, konselor,
advokasi diharapkan klien dapat menerima serta dapat membuat
keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan Misalnya pada kasus wanita
yang mengidap kanker payudara dan harus dilakukan pengangkatan
payudara.
Bila operasi dilaksanakan
 Biaya Membutuhkan biaya yang cukup besar.
 Psikososial : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang (bila operasi
itulancar dan baik) namun klien juga dihadapkan pada kecemasan akan
kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal
 Fisik : Klien akan kehilangan salah satu payudaranya.,Begitu juga sebaliknya
jika operasi tidak dilaksanakan.
2. Identifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut
a. Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada klien,perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
b. Apabila tindakan tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode
etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan.
3. Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan.
4. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak- pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim kesehatan
itu sendiri, klien dan juga keluarga.
5. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat
a. Menghindarkan klien dari ancaman kematian.
b. Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan.
c. Menghargai otonomi klien
6. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga dari
pertimbangan tim kesehatan lainnya

E. Model Pemecahan Masalah Etik


1. Model pemecahan masalah (Megan,1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
 Mengkaji situasi
 Mendiagnosa masalah etik moral
 Membuat tujuan dan rencana pemecahan
 Melaksanakan rencana
 Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989)
 Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat memerlukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
 Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya
 Apa tindakan yang diusulkan
 Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
 Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
 Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
 Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
 Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
 Mengidentifikasi kewajiban perawat
 Membuat keputusan
3. Model Murphy dan murphy
 Mengidentifikasi masalah kesehatan
 Mengidentifikasi masalah etik
 Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
 Mengidentifikasi peran perawat
 Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
 Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
 Memberi keputusan
 Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
 Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4. Model Curtin
 Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
 Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
 Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
 Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu
 Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
 Memecahkan dilema
 Melaksanakan keputusan
5. Model Levine – Ariff dan Gron
 Mendefinisikan dilema
 Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
 Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
 Pasien dan keluarga
 Faktor-faktor eksternal
 Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
 Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
 Identifikasi pengambil keputusan
 Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
 Tentukan alternatif-alternatif
 Menindaklanjuti
6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981)
Purtillo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
 Mengumpulkan data yang relevan
 Mengidentifikasi dilema
 Memutuskan apa yang harus dilakukan
 Melengkapi tindakan
7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
mengusulkan 10 langkah model keputusan biotis
 Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
 Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
 Mengidentifikasi issue etik
 Menentukan posisi moral
 Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
 Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
 Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
HUKUM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
A. Pengertian Hukum Kesehatan dan Hukum Keperawatan
Hukum kesehatan adalah hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaankesehatan; meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan
tata usaha negara. atau Seperangkat kaidah yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan upaya di bidang kesehatan; meliputi kedokteran, keperawatan
dan kebidanan, makanan dan minuman, rumah sakit, lingkungan hidup,
lingkungan kerja, dan lain-lain yang terkait dengan upaya Kesehatan. Sedangkan
hukum keperawatan Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua aspek
yang berkaitan dengan amalan keperawatan
B. Tujuan Hukum Keperawatan dan Kesehatan
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu
cita-cita bangsa Indonesia adalah melindungi segenap warga dari ancaman (termasuk
ancaman penyakit) dan memajukan kesejahteraan.Dalam rangka itu perlu dilakukan
pembangunan kesehatan yang meliputi semua segi kehidupan (baik fisik, mental
maupun sosial ekonomi) dengan meletakkan peran pemerin-tah dan masyarakat yang
sama besar dan sama penting.
Meningkatnya taraf hidup masyarakat dewasa ini pasti akan mempengaruhi
tingkat kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga,
sarana dan prasarana; baik jumlah maupun mutunya.Dalam rangka memberikan
kepastian dan perlindungan hukum bagi upaya meningkatkan, mengarahkan dan
memberikan landasan pembangunan di bidang kesehatan diperlukan perangkat hukum
kesehatan yang dinamis agar dapat menjangkau dan mengantisipasi perkembangan
C. Fungsi hukum dalam keperawatan:
 Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa
yang legal dalam merawat pasien.
 Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
 Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan
keperawatan
 Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat
perawat akontabilitas dibawah hukum yang berlaku
D. Peraturan yang terkait dengan praktik Keperawan
1. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
2. UU Keperawatan No. 38 tahun 2014
3. Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38 tahun
2018 tentang Keperawatan
4. UU Tenaga Kesehatan No. 36 tahun 2014
5. UU Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999
E. Isi peraturan yang terkait dengan praktik Keperawatan
1. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, berisi antara lain:
 Ketentuan Umum
 Asas dan tujuan
 Hak dan kewajiban
 Tanggung jawab Pemerintah
 Sumber Daya dibidang Kesehatan
 Upaya Kesehatan
 Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang
cacat
 Gizi
 Kesehatan Jiwa
 Penyakit Menular dan Tidak Menular
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Kerja
 Pengelolaan Kesehatan
 Informasi Kesehatan
 Pembiayaan Kesehatan
 Peran Serta Masyarakat
 Badan Pertimbangan Kesehatan
 Pembinaan dan Pengawasan
 Penyidikan
 Ketentuan Pidana
 Ketentuan Peralian
 Ketentuan Penutup
2. UU Keperawatan No. 38 tahun 2014
Berikut isi UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan (bukan format
asli):
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat
dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studi Keperawatan.
7. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik
Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga
Negara Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas
mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
18. Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
22. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan
Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan Klien.
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 4
1. Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
2. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. ners; dan
b. ners spesialis.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN
Pasal 5
Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:
a. pendidikan vokasi;
b. pendidikan akademik; dan
c. pendidikan profesi.
Pasal 6
1. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
merupakan program diploma Keperawatan.
2. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
paling rendah adalah program Diploma Tiga Keperawatan.
Pasal 7
Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri
atas:
a. program sarjana Keperawatan;
b. program magister Keperawatan; dan
c. program doktor Keperawatan.
Pasal 8
Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri
atas:
a. program profesi Keperawatan; dan
b. program spesialis Keperawatan.
Pasal 9
1. Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
2. Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau
akademi.
3. Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi
Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana
Pendidikan serta berkoordinasi dengan Organisasi Profesi Perawat.
4. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan melalui:
a. kepemilikan; atau
b. kerja sama.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) merupakan rumah sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termasuk jejaring dan
komunitas di dalam wilayah binaannya.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan diatur dengan Peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan setelah berkoordinasi dengan Menteri.
Pasal 10
1. Perguruan tinggi Keperawatan diselenggarakan oleh Pemerintah
atau masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
2. Perguruan tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melaksanakan tridarma perguruan tinggi.
Pasal 11
1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan harus memenuhi
Standar Nasional Pendidikan Keperawatan.
2. Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3. Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun secara bersama oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan,
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan, asosiasi institusi pendidikan, dan Organisasi
Profesi Perawat.
4. Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
Pasal 12
1. Dalam rangka menjamin mutu lulusan, penyelenggara pendidikan
tinggi Keperawatan hanya dapat menerima mahasiswa sesuai
dengan kuota nasional.
2. Ketentuan mengenai kuota nasional penerimaan mahasiswa diatur
dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan
Menteri.
Pasal 13
1. Institusi Pendidikan tinggi Keperawatan wajib memiliki dosen dan
tenaga kependidikan.
2. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari:
a. perguruan tinggi; dan
b. Wahana Pendidikan Keperawatan.
3. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
4. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundan-undangan.
Pasal 15
1. Dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan memberikan
pendidikan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dan pelayanan kesehatan.
2. Dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan memiliki kesetaraan,
pengakuan, dan angka kredit yang memperhitungkan kegiatan
pelayanan kesehatan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kesetaraan, pengakuan, dan angka
kredit dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
1. Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai
negeri.
2. Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Pasal 16
1. Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
2. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
perguruan tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga
pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
3. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi
kerja.
4. Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh
Menteri.
5. Mahasiswa pendidikan vokasi Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi
diberi Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
6. Mahasiswa pendidikan profesi Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi
diberi Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi
diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN
A. Pengertian Hukum Keperawatan
Hukum keperawatan Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan amalan keperawatan
B. Tujuan Hukum Keperawatan dan Kesehatan
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu cita-
cita bangsa Indonesia adalah melindungi segenap warga dari ancaman (termasuk
ancaman penyakit) dan memajukan kesejahteraan.Dalam rangka itu perlu dilakukan
pembangunan kesehatan yang meliputi semua segi kehidupan (baik fisik, mental
maupun sosial ekonomi) dengan meletakkan peran pemerin-tah dan masyarakat yang
sama besar dan sama penting. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dewasa ini pasti
akan mempengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan pemerataan
yang mencakup tenaga,sarana dan prasarana; baik jumlah maupun mutunya.Dalam
rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi upaya meningkatkan,
mengarahkan dan memberikan landasan pembangunan di bidang kesehatan
diperlukan perangkat hukum kesehatan yang dinamis agar dapat menjangkau dan
mengantisipasi perkembangan
C. Fungsi hukum dalam keperawatan:
 Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang
legal dalam merawat pasien.
 Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
 Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan
 Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat
akontabilitas dibawah hukum yang berlaku
D. Peraturan yang terkait dengan praktik Keperawan
1. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
2. UU Keperawatan No. 38 tahun 2014
3. Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 38
tahun 2018 tentang Keperawatan
4. UU Tenaga Kesehatan No. 36 tahun 2014
5. UU Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999
E. Isi peraturan yang terkait dengan praktik Keperawatan
1. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, berisi antara lain:
 Ketentuan Umum
 Asas dan tujuan
 Hak dan kewajiban
 Tanggung jawab Pemerintah
 Sumber Daya dibidang Kesehatan
 Upaya Kesehatan
 Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang cacat
 Gizi
 Kesehatan Jiwa
 Penyakit Menular dan Tidak Menular
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Kerja
 Pengelolaan Kesehatan
 Informasi Kesehatan
 Pembiayaan Kesehatan
 Peran Serta Masyarakat
 Badan Pertimbangan Kesehatan
 Pembinaan dan Pengawasan
 Penyidikan
 Ketentuan Pidana
 Ketentuan Peralian
 Ketentuan Penutup

Anda mungkin juga menyukai