LP Ansietas
LP Ansietas
ANSIETAS
1. Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Klasifikasi Ansietas :
C. Etiologi
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari
penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan ansietas disebabkan
oleh :
1) Faktor Predisposisi :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan
instring dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego
bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal
balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik
yang dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.
2) Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
D. Manifestasi Klinis
E. Akibat
tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya
yaitu seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam
seksual, pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).
2. Pathway dan Masalah Keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
4. Rencana Keperawatan
Tujuan
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.
b. TUK 2
c. TUK 3
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
d. TUK 4
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan
e. TUK 5
Pertemuan pertama
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
b. Diagnosa Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
b. Kerja
“bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah
beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih lanjut
tentang perasaan bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang bapak
pikirkan? Oh, jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh?
Bagaimana kalau kita coba megatasi kecemasan bapak dengan relaksasi dengan cara
tarik napas dalam. Ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak
rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan
bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya
pak? Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas.
Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan udara melalui mulut dengan
meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba bapak praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di serambi depan?
d) Rencana Tindakan Lanjutan
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas
pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang
dipanggil siapa pak?”
2. Evaluasi
b. Kerja
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
b. Diagnosa Keperawatan
a. Orientasi
a. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas
pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang
dipanggil siapa pak?”
b. Evaluasi
c. Kontrak
b. Kerja
sudah beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak
masih merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin kita
sudah
mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak sudah
melakukanya lagi? Kali ini kita akan memelajari teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan
mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan . lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu
jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh bapak begitu sehat.
Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika bapak
mendapatkan hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari pada kepada
jari manis, bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling nyaman, tempat
yang sangat bahagia. Tautkan ibu jari bapak kepada jari kelingking,
bayangkanketika bapak mendapatkansuatu penghargaan. Tarik napas, buang
perlahan, lakukan selama 3kali lalu buka mata kembali.”
c. Terminal
1) Evaluasi Subyektif
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia (Lansia).
Jurnal Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.