Anda di halaman 1dari 13

lOMoARcPSD|31747905

MAKALAH PKN
" PERAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI ( KPK ) "

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Ferdiansyah
2. Intan Nuraeni
3. Musandi
4. Sufianti

XII IPS 2
SMA NEGERI 10 BONE
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Peran Komisi Pemberantasan Korupsi”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, khususnya para penerus-penerus bangsa. Karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kami.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca makalah kami ini, agar makalah kami ke depannya
bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7
2.1 Tugas Dan Peran Komisi Pemberantasan Korupsi...........................................................7
2.2 Upaya Untuk Mewujudkan Harmonisasi Antara Lembaga Kejaksaan Dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi................................................................................................................8
2.3 Tindakan Yang Dilakukan KPK Kepada Pelaku Korupsi................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa (extra ordenary crime) telah merasuk
kedalam lingkungan instansi pemerintahan, hampir disemua instansi pemerintahan tidak
terlepas dari praktik korupsi. Praktik korupsi yang terjadi di Instansi pemerintahan
tersebut jika di biarkan maka akan dapat menganggu kelangsungan bangsa Indonesia.
Upaya pemberantasan korupsi telah dilakukan oleh pemerintah melalui institusi penegak
hukumnya, mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, dan Hakim. Polisi, Jaksa dan Hakim
merupakan tiga unsur penting dalam penegak hukum yang masing-masing mempunyai
tugas, wewenang dan kewajiban yang sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku. Akan tetapi upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga tersebut dinilai
belum cukup ampuh untuk melakukan pemberantasan korupsi karena upaya
pemberantasan oleh aparat tersebut dilakukan dengan menggunakan cara yang biasa saja
sehingga pencapaiannya sangat jauh dari yang diharapkan.
Berawal dari kondisi yang seperti itu sehingga dibentuklah institusi khusus yang
diberikan tugas dan wewenang secara khusus untuk mengatasi persoalan korupsi. Komisi
tersebut yaitu adalah Komisi Pemberantasan Korupsi, atau yang lebih sering disebut
dengan KPK. KPK dibentuk dengan tujuan khusus untuk memberantas korupsi dan
menjadi suatu harapan baru untuk memberantas korupsi agar dapat memberikan hasil
secara efektif dan optimal. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk atas dasar ketentuan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Kiranya bukan suatu hal yang berlebihan jika masyarakat menaruh harapan
yang besar terhadap KPK untuk memberantas korupsi, ini dikarenakan kewenangan yang
dimiliki KPK sangat luar biasa dalam menjalankan tugas memberantas korupsi.
Kewenangan tersebut mulai dari proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Tidak
hanya kewenangan itu saja, KPK juga mempunyai wewenang untuk melakukan
penyadapan, pencekalan keluar negari, pemblokiran rekening, bahkan KPK juga
diberikan hak istimewa yang disebut dengan hak supervisi.
Pemberantasan korupsi akan lebih berhasil bila dalam penanganannya
menggunakan cara yang luar biasa mengingat korupsi sebagai salah satu tindak pidana
khusus juga sebagai salah satu bentuk kejahatan luar biasa. Pemberantasan korupsi
melalui cara yang luar biasa tersebut adalah dengan melalui hubungan koordinasi yang
terjalin diantara institusi kejaksaan dan KPK yang dibungkus dalam satu ikatan partner.
Koordinasi tersebut sangat penting mengingat tindak pidana korupsi dalam penangannya
memiliki kesulitan dan kerumitan yang lebih bila dibandingkan dengan tindak pidana
umum lainnya. Koordinasi diantara Kejaksaan dan KPK wajib dilakukan karena selain
keduanya memiliki kesamaan kewenangan dalam penanganan tindak pidana korupsi.
Juga dikarenakan adanya kewenangan khusus yang dimiliki oleh KPK yaitu hak supervisi
yang tidak dimiliki oleh intitusi lainnya termasuk Kejaksaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah peran komisi
perantasan komisi adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Tugas Dan Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi
Di Indonesia ?
2. Bagaimanakah upaya untuk mewujudkan harmonisasi antara lembaga
Kejaksaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi ?
3. Bagaimana Tindakan Yang Dilakukan KPK Kepada Pelaku Korupsi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja tugas dan peran komisi pemberantasan korupsi
di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya untuk mewujudkan harmonisasi
antara lembaga Kejaksaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tindakan Yang Dilakukan KPK Kepada


Pelaku Korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tugas Dan Peran Komisi Pemberantasan Korupsi


KPK adalah lembaga Negara yang dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun.
KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam menjalankan tugasnya,
KPK berasaskan pada : kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,
kepentingan umum dan proporsionalitas.
• KPK Bertugas :
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
tindak pidana korupsi.
4. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan Negara.
5. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

• Wewenang KPK :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
tindak pidana korupsi
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi.

• KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan


tindak pidana korupsi yang :
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara Negara, dan
orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara Negara.
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat
3. Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).

2.2 Upaya Untuk Mewujudkan Harmonisasi Antara Lembaga Kejaksaan


Dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
Korupsi sebagai bentuk kejahatan yang luar biasa dan memerlukan cara
yang luar biasa pula dalam penangannya yaitu melalaui kerjasama antara
Kejaksaan dan KPK dalam pemberantasan korupsi. Kejaksaan dan KPK memiliki
peran yang sangat sentral melalui tugas dan wewenangnya, serta diantara
Kejaksaan dan KPK juga terdapat kesamaan kewenangan dalam penanganan
perkara korupsi. Kewenangan tersebut yaitu mulai dari Penyidikan sampai pada
tahap penuntutan. Dari adanya kesamaan wewenang tersebut dapat memunculkan
adanya tumpang tindih kewenangan atau over lapping di antara masing-masing
pihak. Dengan adanya kesamaan tesebut diperlukan adanya koridor khusus untuk
membatasi kewenanagan masing-masing agar pada pelaksanaannya tidak terjadi
benturan kewenangan.
Kewenangan kejaksaan untuk melakukan penyidikan disebutkan dalam
Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Berdasarkan pasal 30 UU Kejaksaan, kejaksaaan berwenang untuk melakukan
penyidikan terhadap tindak pidana tertentu termasuk tindak pidana korupsi.
Sedangkan kewenangan Kejaksaan dalam melakukan penuntutan telah dinyatakan
secara tegas di dalam Pasal 1 dan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, yang menegaskan bahwa penuntut
Umum adalah kejaksaan yang telah diberikan kewenangan oleh undang-undang
kejaksaan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 33, kejaksaan dalam pelaksanaan tugas
dan wewenang, kejaksaan membina hubungan kerja sama dengan badan penegak
hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainya.
Dengan kesamaan wewenang tersebut agar tidak menimbulkan benturan
kewenangan pada saat penangan perkara korupsi maka koordinasi antra
Kejaksaan dan KPK tersebut sangat mutlak diperlukan. Walaupun dalam
pelaksanaanya tedapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut
diantaranya adalah adanya pengambil alihan kewenangan penyidikan atau
penuntutan dari KPK terhadap perkara korupsi yang sedang ditangani. Pengambil
alihan kewenangan penyidikan dan penuntutan oleh KPK tersebut dapat
menimbulkan ketidak harmonisan diantara Kejaksaan dan KPK atau dengan
pengambil alihan kewenangan tersebut dapat juga tidak berdampak pada
hunbungan keduanya. Semua itu tergantung pada bagaimana proses hubungan dan
koordinasi diantara Kejaksaan dan KPK pada saat penaganan perkara korupsi.

2.3 Tindakan Yang Dilakukan KPK Kepada Pelaku Korupsi


Menanggulangi tindak pidana korupsi harus melalui dua tindakan
yaitu tindakan preventif dan kedua tindakan represif.
Tindakan preventif adalah tindakan pencegahan yaitu langkah-langkah
yang diambil untuk tidak terjadinya korupsi. Ada pepatah yang mengatakan
“prevention is better than cure”, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Tindakan preventif ini perlu dilakukan di semua instansi pemerintah apalagi
instansi pemerintah yang rawan terjadinya tindak pidana korupsi. Perlu diciptakan
suatu sistem pengawasan yang ketat oleh lembaga-lembaga pengawas baik
pengawasan parlemen yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, pengawasan internal yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal (pengawasan melekat) maupun pengawasan yuridis yang dilakukan oleh
Kepolisian dan Kejaksaan.
Tindakan represif atau tindakan penegakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan terhadap orang atau pelaku yang telah melakukan tindak pidana
korupsi. Tindakan hukum ini tidak boleh pandang bulu atau tebang pilih.
Siapapun yang disangka melakukan tindak pidana korupsi harus diproses di
pengadilan. Bahkan di Indonesia sudah ada semacam “preseden” bahwa seorang
besan dari Presidenpun dapat dituntut dan dijatuhi pidana karena melakukan
tindak pidana korupsi. Hal yang juga dapat dipikirkan untuk menimbulkan efek
jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi adalah jenis pidana yang dijatuhkan.
Maraknya tindak pidana korupsi di Indonesia kemungkinan disebabkan karena
pidana yang dijatuhkan tidak mempunyai efek jera, misalnya belum ada seorang
koruptor yang dijatuhi pidana mati seperti di Cina. Paling tinggi dua puluh tahun
dan bahkan belum ada yang dipidana seumur hidup.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah korupsi adalah salah satu masalah sosial yang perlu ditanggulangi
karena korupsi telah melanda hampir semua segi kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara,
tetapi juga telah merupakan pelanggaran hak hak sosial dan ekonomi masyarakat
secara luas, sehingga digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime) dan penanganannya harus dilakukan secara luar biasa juga (extra ordinary
action/extra ordinary court). Kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh
Undang-undang kepada Komisi Pembarantasan Korupsi dan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, ada optimisme bahwa korupsi dapat ditanggulangi setidak-
tidaknya ditekan seminimal mungkin. Penanganan terhadap pelaku tindak pidana
korupsi tidak boleh diskriminasi terhadap siapapun pelakunya, dengan pidana
yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukan. Perlunya partisipasi masyarakat
dalam usaha pemberantasan tindak pidana korupsi dengan antara lain melaporkan
terjadinya korupsi kepada pihak yang berwajib dengan menjauhkan dari fitnah
dan pencemaran nama baik.

3.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Albab, U. (2009). A to Z korupsi. Malang: Jaring Pena.


McWalters, I. (2006). Memerangi Korupsi. Surabaya:
JPBooks.
Mohede, N. (2012). Tugas dan Peranan Komisi Pemberatasan Korupsi di Indonesia.
Vol.XX/No.1/Januari-Maret/2012 , 73-79.
Sodelli, Y. L. (2015 ). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, BalitBang, Kemendikbud.
Widiyatmoko, N. (2011). Latar Belakang Masalah KPK. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai