Anda di halaman 1dari 33

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit pada Kucing

Dengan Metode Certainty Factor Berbasis Web

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Informatika

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

MATARAM

2022
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang meningkat sangat cepat

tentu diiringi dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan

menuntun manusia ke era informasi. Kemajuan pesat dalam bidang

teknologi dapat membantu kegiatan manusia sehari- hari termasuk

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya perkembangan

teknologi, penerapan teknologi juga dapat menunjang dan

meningkatkan aktivitas sehari-hari manusia, terlihat dari banyaknya

orang yang memanfaatkan teknologi untuk membantu kegiatan

sehari- hari. Sistem pakar (expert system) merupakan salah satu

teknologi yang digunakan saat ini (Aditya Sugih Pangestu, 2020).

Sistem pakar merupakan penerapan berplatform komputer dipakai

guna menuntaskan permasalahan seperti diperhitungkan ahli. Sistem

pakar pula bisa didefinisikan selaku sistem berlandas komputer yang

memakai wawasan, kenyataan, serta metode penalaran dalam

memecahkan permasalahan yang umumnya cuma bisa dipecahkan

oleh seseorang ahli dalam aspek itu (Adriana, 2021).

Certainty Factor adalah suatu metode yang digunakan untuk

menyatakan kepastian dalam sebuah Insident (hipotesis atau fakta)

yang berdasarkan penilaian pakar atau bukti yang ada.

1
2

Certainty Factor biasa digunakan untuk pengambilan keputusan

dalam menghadapi ketidakpastian sebuah kejadian (Wulandari et al.

2018).

Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang paling

banyak dipelihara oleh manusia. Manusia sebagai pemilik kucing

diharapkan dapat mengetahui pencegahan maupun perawatan

berbagai macam penyakit pada kucing agar tidak mengganggu

kesehatan lingkungan. Kucing memiliki penyakit yang seringkali tidak

dapat terdeteksi oleh si pemilik karena penyakit pada kucing tidak

seperti penyakit pada manusia yang umumnya memiliki gejala-gejala

yang terlihat. Penyakit kucing seringkali disebabkan adanya virus,

parasit atau bakteri yang berkembang di dalam tubuh kucing tanpa

sepengetahuan pemilik kucing. Terkadang pemilik kucing memberikan

obat yang seharusnya tidak diberikan kepada kucing, seperti

menggunakan obat cacing yang bukan dikhususkan untuk kucing.

Oleh karena itu apabila penyakit kucing tidak ditangani oleh ahli atau

pakar yang sesuai dengan bidangnya, maka kucing tersebut akan

mengalami penurunan dan gangguan kesehatan, overdosis hingga

menimbulkan kematian (Dwi Purnomo, Beni Irawan, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadapa para

pemelihara, masalah utamanya adalah tidak disetiap daerah terdapat

dokter hewan dan biasanya hanya terdapat di kota, namun pemelihara

kucing tidak bisa setiap waktu membawanya ke klinik karena


3

kesibukan mereka, banyak diantaranya yaitu sekitar 75% dari 20

pemelihara memilih untuk mengobati sendiri peliharaan mereka jika

kucing mereka terkena penyakit yang ringan, ini dikarenakan tidak

semua pemelihara kucing mempunyai ekonomi yang berada.

Kemudian berdasar dari hasil wawancara terhadap pakar sebagian

besar yaitu sekitar 65% kucing yang di bawa ke klinik adalah kucing

yang sudah parah kondisinya hal ini disebabkan karena sebagian

pemelihara kucing kurang mengetahui penyakit-penyakit apa saja

yang dapat menyerang kucing, dan sebagian besar pemilik kucing

malas untuk membaca buku panduan pengenalan penyakit pada

peliharaan mereka sehingga para pemelihara tidak dapat memberikan

terapi ataupun penanganan pertama, hal tersebut akan membuat

kondisi kucing semakin parah (Widiyawati & Imron, 2018).

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan, perlu dirancang

suatu program aplikasi sistem pakar yang mampu melakukan

diagnosis kemungkinan seekor kucing menderita suatu penyakit

berdasarkan gejala-gejala yang tampak dan juga cara penanganan

secara dini yang menyerupai kinerja seorang dokter hewan. Oleh

karena itu, maka dalam penyusunan Skripsi ini, penulis mengambil

judul “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit pada Kucing

Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web”.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

masalah “Bagaimana membangun sistem pakar diagnosa penyakit

pada kucing menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web”?.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan lebih terarah maka perlu

untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan tersebut. Adapun

permasalahan yang akan dibahas meliputi:

1. Aplikasi ini ditujukan untuk masyarakat yang ingin mengetahui

tentang penyakit pada kucing, cara diagnosis dan cara penanganan

penyakit yang sifatnya hanya untuk memberikan pertolongan

pertama yang harus diberikan kepada kucing yang sakit.

2. Aplikasi ini hanya untuk mendiagnosa penyakit pada kucing.

3. Data yang diinput kedalam aplikasi berupa data gejala, penyakit

dan pengetahuan, output yang dihasilkan oleh aplikasi ini berupa

laporan hasil diagnosa lengkap dengan penyebab dan saran.

4. Aplikasi ini berbasis web menggunakan bahasa pemrograman

PHP, menggunakan Boostrap sebagai templatenya dan

menggunakan MySQL sebagai media penyimpanan atau database.

5. Agar aplikasi ini mendapat kemampuan diagnosa yang valid, maka

data yang dibutuhkan harus didapatkan dari sumber yang benar

benar memahami tentang penyakit pada kucing.


5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk membangun sistem pakar yang mampu mendiagnosis

penyakit pada kucing.

2. Untuk mengimplementasikan metode certainty factor dalam

mengatasi ketidakpastian hasil diagnosis sistem pakar penyakit

pada kucing.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan kreativitas dalam

menyelesaikan permasalahan dalam bidang sistem pakar

berdasarkan keilmuan yang dimilikinya.

2. Bagi Masyarakat

Dapat mempermudah masyarakat untuk mendiagnosis penyakit

pada kucing berdasarkan gejala-gejala yang tampak dan juga cara

penanganan penyakit yang sifatnya hanya untuk memberikan

pertolongan pertama yang harus diberikan kepada kucing yang

sakit.

3. Bagi Kampus

Dapat mengembangkan materi pengajaran, Mendukung

pengabdian masyarakat dan dapat meningkatkan reputasi kampus


6

melalui hasil dari penelitian yang berpengaruh terhadap

masyarakat luas.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang penulisan Skripsi

ini, dibuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat Landasan Teori, Penelitian Terkait

dan Rancangan Penelitian. Pada bab ini menjelaskan

tentang kemiripan penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian sebelumnya sehingga penulis bisa

memperbaiki kekurangan yang ada pada penelitian

sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan Metode Penelitian, Metode

Pengumpulan Data dan Perancangan Sistem. Pada


7

bab ini penulis mengemukakan metode yang akan

digunakan dalam perancangan sistem dan

pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi penjelasan tentang hasil akhir dari

penulisan Skripsi ini yaitu Pengembangan Sistem

berupa desain interface, implementasi dan hasil

pengujian sistem dari program yang telah dibuat.

BAB V PENUTUP

Merupakan akhir dari penulisan Skripsi ini yang berisi

Kesimpulan dan Saran Penulisan. Kesimpulan

menyajikan informasi secara cepat dan singkat

tentang hasil akhir dari penelitian yang telah

dilakukan. Sedangkan saran berisi solusi dari

kekurangan dari penelitian yang telah dilakukan

sehingga pembaca dapat menganalisis kekurangan

yang ada penelitian yang dilakukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Konsep Dasar

1. Kecerdasan Buatan (Artificial Intellegence)

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence yakni

menunjuk mesin sanggup dan berasumsi, mengukur aksi

hendak didapat, serta sanggup mengutip ketetapan

semacam yang di coba oleh orang (Adriana, 2021).

2. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah program komputer yang

menggunakan kecerdasan buatan yang berguna untuk

memecahkan masalah yang rumit dan kurang jelas. Diberi

nama sistem pakar karena salah satu karakteristik intinya

adalah memberikan saran dalam pemecahan masalah

berdasarkan pengetahuan para pakar. Sistem pakar

biasanya menggabungkan aturan dengan fakta untuk

menggambar kesimpulan; prosesnya sangat bergantung

pada teori deduksi logis (Aditya Sugih Pangestu, 2020).

Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu

basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan

merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam

8
9

komputer, dimana pengetahuan ini diambil dari

pengetahuan pakar (Syahroni, 2019).

Adapun keunggulan sistem pakar adalah sebagai

berikut :

a. Memungkinkan orang awam bisa melakukan pekerjaan

seorang pakar.

b. Meningkatkan produktivitas kerja dengan jalan

meningkatkan efisiensi pekerjaan.

c. Menghemat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau

permasalahan yang rumit.

d. Pengolahan berulang-ulang secara otomatis.

e. Tersedianya pengetahuan pakar bagi masyarakat luas.

3. Certainty Factor

Teori Certainty Factor (CF) diusulkan oleh Shortliffe

dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomodasi

ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang

pakar. Seorang pakar sering kali menganalisis informasi

yang ada dengan ungkapan seperti “kemungkinan besar”,

“hampir pasti”. Untuk mengakomodasikan hal ini digunakan

Certainty Factor (CF) untuk menggambarkan keyakinan

pakar terhadap masalah yang dihadapi (Dewi Fauziah,

Husni Mubarok, 2018).


10

4. Website

Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan

halaman yang menampilkan informasi data teks, data

gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan

atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis

maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian

bangunan yang saling terkait dimana masing-masing

dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink)

(Syahroni, 2019). Secara garis besar, website bisa

digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:

a. Website Statis

Website statis adalah web yang mempunyai

halaman tidak berubah. Artinya adalah untuk melakukan

perubahan pada suatu halaman dilakukan secara

manual dengan mengedit code yang menjadi struktur

dari website tersebut.

b. Website Dinamis

Website dinamis merupakan website yang secara

struktur diperuntukkan untuk update sesering mungkin.

Biasanya selain utama yang bisa diakses oleh user pada

umumnya, juga disediakan halaman backend untuk

mengedit konten dari website. Biasanya sebuah website

dinamis terhubung ke database sehingga dapat dengan


11

mudah menyimpan dan menarik informasi dengan cara

yang terorganisir dan terstruktur. Contoh umum

mengenai website dinamis adalah web berita atau web

portal yang didalamnya terdapat kebudayaan berita,

polling dan sebagainya.

c. Website Interaktif

Website Interaktif adalah web yang saat ini memang

sedang populer. Salah satu contoh website interaktif

adalah blog dan forum. Di website ini user bisa

berinteraksi dan beradu argumen mengenai apa yang

menjadi pemikiran mereka. Biasanya website seperti ini

memiliki moderator untuk mengatur supaya topik yang

diperbincangkan tidak keluar jalur.

2.1.2 Software pendukung

1. Unified Modeling Language (UML)

Dikala pembentukan fitur lunak muncullah suatu

standar metode rancangan mengarah subjek, ialah UML.

UML menggambarkan bahasa visual buat pemodelan serta

komunikasi dengan memanfaatkan diagram serta

pendukung (Adriana, 2021).


12

Didalam UML sendiri terdapat beberapa bagian seperti :

A. Use Case Diagram

Use case yakni metode langkahyang hendak

dicoba sistem data. Use case ialah cerminan suatu

interaksi antara satu ataupun lebih pemakai kaidah data

yang hendak terbuat. Dengan kata lain, use case

dipakai buat mengenali guna yang terdapat di dalam

suatu sistem data serta siapa pemakai yang dapat

melaksanakan fungsi itu (Adriana, 2021).

B. Entity Relationship Diagram

ERD merupakan suatu model untuk menjelaskan

hubungan antar data dalam basis data berdasarkan

objek-objek dasar data yang mempunyai hubungan

antar relasi. Diagram Entity-Relationship melengkapi

penggambaran grafik dari struktur logika. Dengan kata

lain Diagram E-R menggambarkan arti dari aspek data

seperti bagaimana entity-entity, atribut-atribut dan

relationship- relationship disajikan (Adriana, 2021).

C. Activity Diagram

Diagram aktivitas melukiskan alur kerja ataupun

kegiatan antara suatu system yang hendak terbuat.

Serta tutur lain bagan kegiatan cuma menerangkan


13

kegiatan system tidak apa yang dicoba oleh pengguna

(Adriana, 2021).

2. XAMPP

XAMPP adalah software aplikasi pengembang yang

digunakan untuk pengembangan website berbasis PHP

dan juga sebagai server untuk local dalam pembuatan

database dengan MySql. XAMPP merupakan perangkat

lunak bebas, yang mendukung banyak sistem operasi,

merupakan kompilasi dari beberapa program. Fungsinya

adalah sebagai server yang berdiri sendiri (localhost), yang

terdiri atas program Apache HTTP Server,

MySQLdatabase, dan penerjemahbahasa yang ditulis

dengan bahasa pemrograman PHP dan Perl. Nama

XAMPP merupakan singkatan dari X (empat sistem operasi

apapun), Apache, MySQL, PHP dan Perl (Syahroni, 2019).

3. Edraw Max

Edraw Max adalah software diagram yang dapat

membantu anda membuat bagan organisasi, presentase

bisnis, diagram jaringan, rencana pembangunan, peta

pikiran, ilmu ilustrasi, desain fashion, UMLdiagram,

workflow, struktur Program, diagram desain web, dan

masih banyak lagi (Syahroni, 2019).


14

2.1.3 Bahasa Pemrograman

1. HTML

HTML ( HyperTex Markup Language ) adalah sebuah

bahasa markup/tanda yang digunakan untuk membuat

sebuah halaman web dan menampilkannya di web

browser. HTML berupa kode-kode tag yang

menginstruksikan browser internet untuk menghasilkan

tampilan sesuai yang diinginkan. HTML adalah bahasa

standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan

sebuah halaman web. File-file HTML dapat dibukan

menggunakan web browser seperti Mozilla Firefox,

Microsoft Internet Explorer, Opera. Bisa juga dibuka

menggunakan aplikasi email atau juga menggunakan

program-program yang memiliki kemampuan browser. Teks

HTML hampir mirip dengan teks biasa, akan tetapi

didalamnya memuat intruksi yang ditandai dengan adanya

kode-kode (Syahroni, 2019).

2. CSS (Cascading Style Sheet)

CSS yakni bahasa perancangan situs di gambarkan

spesial guna mengatur serta menciptakan bermacam

bagian dalam website lebih tertata serta serupa. CSS ialah


15

suatu perancangan harus html serta mesti di mengerti oleh

tiap pelaku pemrograman web (Adriana, 2021).

3. Javascript

JavaScript merupakan tutur kata scripting kecil, mudah,

mengarah subjek yang diletakan pada kode HTML dan di

olah dibagian pelanggan. JavaScript dipakai dalam

pembangunan web supaya lebih aktif dengan membagikan

keahlian baru kepada HTML melintasi arahan di bagian

pencarian. JavaScript mampu manjawab arahan pengguna

dengan sangat gesit serta mambuat lembaran web menjadi

sangat tanggap. JavaScript mempunyai susunan simpel,

simbolnya bisa diselipkan di dalam catatan HTML maupun

bertumpu menjadi satu program (Adriana, 2021).

4. PHP

PHP atau Hypertext Processor merupakan salah satu

bahasa pemrograman di sisi server untuk membuat web

dinamis. Bahasa pemrograman PHP diciptakan oleh

Rasmus Lerdorf, pada tahun 1995 Lerdorf membuat

sebuah alat untuk yang kemudian disebut “Personal Home

Page”. PHP sendiri merupakan bahasa pemrograman yang

bebas dipergunakan (open source), dan sudah banyak

digunakan oleh pengembang website. Perbedaan PHP dan


16

HTML adalah, HTML hanya digunakan untuk menampilkan

content Website didalam Browser (IE,Opera, Firefox),

Sedangkan PHP bersemayam didalam sebuah Sever /

Web Server (Apche, IIS, dsb) (Adriana, 2021).

2.1.4 Pengujian Sistem

1. Blackbox Testing

Pengertian black box testing adalah pengujian yang

dilakukan hanya mengamati hasil eksekusi melalui data uji

dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak. Jadi

dianalogikan seperti kita melihat suatu kotak hitam, hanya

bisa melihat penampilan luarnya saja, tanpa tau ada apa

dibalik bungkus hitam nya. (Hanya tau input- dan

outputnya).Pengujian BlackBox dilakukan dengan membuat

kasus yang bersifat mencoba semua fungsi dengan

memakai perangkat lunak apakah sesuai dengan

spesifikasi yang dibutuhkan (Syahroni, 2019).

2.2. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terdahulu mengenai sistem pakar didalam

jurnal menjadi referensi bagi penulis dalam penelitian sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lia Adriana yang berjudul

“Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing


17

Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining”, .Untuk

membantu masyarakat awam khususnya pemelihara kucing

yang pengetahuannya masih kurang dalam mengenali jenis

penyakit kulit pada kucing serta menghemat waktu dan biaya

dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan sebuah

sistem pakar. Sistem pakar yang akan digunakan untuk

mendiagnosis penyakit kulit pada kucing, sekaligus memberikan

cara mencegah dan penanggulangan menggunakan metode

forward chaining. Hasil dari penelitian ini adalah sistem yang

dapat mendiagnosis penyakit kulit pada kucing berbasis website.

Dengan adanya sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada

kucing dapat membantu masyarakat umum khususnya

pemelihara kucing untuk mengetahui lebih dini tentang jenis

penyakit kulit pada kucing beserta gejala- gejala penyakit kulit

tersebut dan solusi penanganannya (Adriana, 2021).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fauziah, Husni Mubarok

dan Neng Ika Kurniati yang berjudul “Sistem Pakar Untuk

Mendiagnosa Penyakit Hewan Peliharaan Menggunakan

Metode Certainty Factor” untuk mendiagnosis penyakit hewan

peliharaan berdasarkan gejalanya adalah alternatif untuk

mengatasi masalah ini. Sistem pakar ini menerapkan faktor

kepastian untuk mengelola ketidakpastian dalam mendiagnosis

proses dan menggunakan forward chaining sebagai strategi


18

untuk menyimpulkan proses diagnosis berdasarkan aturan.

Hasilnya berdasarkan perhitungan Certainty Factor yang ada

pada sistem ini, dihasilkan sebuah nilai kepastian yang diambil

dari perhitungan Measure Believe (MB) dan Measure Disbelieve

(MD). MB dan MD ini didapat dari perhitungan nilai probabilitas

penyakit dan nilai evidance gejala. Nilai kepastian disesuaikan

dengan nilai CF pada uncertainty term. Pada perhitungan sistem

dan manual dihasilkan nilai kepastian 0.8 artinya “hampir pasti”

(Dewi Fauziah, Husni Mubarok, 2018).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Sugih Pangestu yang

berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Berbasis

Mobile Untuk Mendiagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing

Persia” Berdasarkan proses yang sudah dilalui, peneliti

membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dikerjakan, hasil

wawancara dan observasi bersama pakar dapat diolah menjadi

pohon keputusan yang kemudian diimplementasikan menjadi

sistem pakar sementara dengan menggunakan software Expert

System Builder System Shell atau McGoo, pembuatan aplikasi

berbasis mobile dibuat dengan dasar pengetahuan dari pohon

keputusan yang telah dirancang dan diimplementasikan

menggunakan apps builder Thunkable dengan menerapkan

metode Forward Chaining. Berdasarkan aplikasi sistem pakar

yang telah dibuat, aplikasi dapat berguna untuk melakukan


19

diagnosis sementara penyakit kulit pada kucing Persia dengan

dasar pengetahuan dari pakar, hasil uji user acceptance testing

pada pengguna melalui kuesioner menunjukkan mereka sangat

setuju akan kemudahaan dan manfaat yang didapatkan dari

aplikasi sistem pakar yang dibuat.(Aditya Sugih Pangestu, 2020)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Tika Wulandari, Guna Yanti

Kumala Sari Siregar Pahu, Dita Novita Sari dan Saiful Isnandar

yang berjudul “Perancangan Sistem Pakar Deteksi

Pertumbuhan Tanaman Semangka Berbasis Website

Dengan Certainty Factor” Tujuan perancangan pembuatan

sistem dan aplikasi ini untuk membangun Sistem Pakar untuk

Deteksi Pertumbuhan Tanaman Semangka Berbasis Website

yang menggunakan certainty factor untuk digunakan oleh petani

maupun masyarakat untuk mengetahui pertumbuhan tanaman

semangka tanpa harus bertanya secara langsung pada ahli

pakar, dimana dapat dikatakan bahwa perhitungan certainty

factor pada ciri penyakit tanaman semangka memiliki tingkat

keyakinan 99,70 %, karena dalam hal ini Certainty Factor biasa

digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menghadapi

ketidakpastian sebuah kejadian (Wulandari et al., 2018).

5. Penelitian yang dilakukan oleh Oleh Lita Likmalatri yang berjudul

“Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Pada Kucing

Menggunakan Metode Certainty Factor” Tujuan penelitian ini


20

adalah membangun aplikasi sistem pakar yang mampu

melakukan diagnosis penyakit kucing berdasarkan gejala yang

dialami dengan mengimplementasikan metode certainty factor.

Pengembangan sistem pakar menggunakan model waterfall,

yang terdiri dari tahap analisis, desain, kode, dan pengujian.

Implementasi metode certainty factor pada sistem pakar ini

digunakan untuk menghasilkan tingkat kepercayaan dalam

diagnosis penyakit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa sistem mampu memberikan nilai kepercayaan dan dapat

mendiagnosis penyakit kucing berdasarkan gejala yang

dimasukkan user. (Likmalatri, 2016)

State Of The Art

Kelima penelitian tersebut sama sama membangun Sistem Pakar

yang dapat mendiagnosa suatu keadaan berdasarkan gejala maupun

kondisi obyek yang akan di diagnosa sehingga mampu mempermudah

masyarakat untuk menentukan kondisi dan tindakan yang diperlukan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Angga Wahyu Syahroni, Sistem yang

dihasilkan hanya mampu mendiagnosa satu penyakit saja. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Lia Adriana, sistem yang dihasilkan hanya

dapat mendiagnosa penyakit kulit pada kucing. Sedangkan Pada

penelitian ini sistem yang dibangun akan dapat mendiagnosa lebih banyak

penyakit dengan diagnosa gejala yang saling berhubungan. Setelah


21

penelitian ini selesai, Akan dihasilkan sebuah aplikasi yang dapat

mendiagnosa segala macam penyakit kucing berdasarkan gejala apa saja

yang telah diinput oleh pengguna, Sehingga dapat mempermudah pemilik

maupun semua orang yang akan menyelamatkan/menyembuhkan seekor

kucing dan dapat dengan cepat mengambil tindakan yang diperlukan

untuk mengobati kucingnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengembangan Perangkat Lunak

3.1.1. Metode Waterfall

Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential

Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle”

atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul

pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering

dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak

dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini

melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari

level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain,

coding, testing verification, dan maintenance. Disebut dengan

waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus

menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan

berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu

selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement.

Waterfall Model adalah sebuah metode pengembangan

software yang bersifat sekuensial dan terdiri dari 5 tahap yang

saling terkait dan mempengaruhi seperti terlihat pada gambar

3.1 (Yuldi & Andri, 2017).

74
75

Sumber : (Yuldi & Andri, 2017)


Gambar 3.1 Model Waterfall

Penjelasan tahapan metode waterfall :

1. Analisis Kebutuhan (Requirements Analysis)

Tahap awal dari metode ini yaitu melakukan berbagai

analisis segala kebutuhan dalam membangun sistem

seperti menentukan masalah, menentukan tujuan

penelitian, mempelajari berbagai jurnal literatur maupun

artikel terkait serta pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara meneliti dan mewawancarai seorang pakar

yaitu seorang dokter hewan.

2. Desain Sistem (System and Software Design)

Tahap selanjutnya yaitu merancang alur sistem dan

mendesain interface sistem sesuai kebutuhan, Desain

yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah

ERD (Entity Relationship Diagram) dan UML (Unified


76

Modeling Languange), disini penulis menggunakan

software pendukung yaitu E-Draw Max.

3. Penulisan Kode Program (Implementation)

Tahap selanjutnya yaitu penulisan kode program sesuai

dengan rancangan yang telah dibuat, penulis

menggunakan berbagai bahasa pemrograman yaitu PHP,

CSS dan JavaScript. Boostrap sebagai template dan

MySql sebagai media penyimpanan data (Database)

4. Pengujian Program (System Testing)

Setelah selesai dibangun selanjutnya penulis akan

melakukan pengujian baik dari segi kinerja sistem maupun

hasil diagnosa yang dilakukan dengan BlackBox Testing.

5. Penerapan Program (Operation and Maintenance)

Tahapan terakhir dari metode Waterfall yaitu Penerapan

program didukung dengan perawatan (Maintenance),

perawatan dilakukan dengan cara mempersiapkan backup

untuk program dan database agar tidak kehilangan data

jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Untuk Mendapatkan data-data yang valid sehingga maksud dan

tujuan dari penelitian ini tercapai sesuai harapan. Penulis


77

menggunakan metode pengumpulan data dengan cara sebagai

berikut:

3.2.1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung

dengan melakukan wawancara dengan seorang dokter hewan

yang menjalankan sebuah klinik hewan di Perumnas Tj.

Karang Permai, yaitu ibu Drh. Diah Purwitasari, M.Sc. tentang

gejala gejala penyakit pada kucing beserta cara

menanganinya.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh secara tidak

langsung yang berupa catatan-catatan, laporan-laporan

tertulis, dokumen-dokumen, dan makalah ataupun majalah.

Data sekunder dapat berupa Artikel tentang penyakit pada

kucing, artikel tentang penanganan dini terhadap penyakit

pada kucing dan Jurnal terkait penyakit kucing.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, perlu adanya suatu metode yang

akan digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan

cara sebagai berikut :


78

3.3.1. Studi Lapangan

Studi lapangan secara langsung dapat diperoleh dengan

meninjau dan mengamati lsngsung terhadap obyek yang

diteliti melalui :

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan

narasumber/pakar sehingga dapat mengetahui masalah

secara jelas dan valid. Beberapa pertanyaan yang

diajukan berupa :

a. Apa saja penyakit yang paling sering menjadi masalah

pasien..?

b. Apa penyebab terjangkitnya kucing terhadap penyakit

penyakit tersebut..?

c. Apa saja Gejala yang terdapat pada penyakit penyakit

tersebut..?

d. Bagaimana cara mengatasi dan menangani penyakit

penyakit tersebut secara mandiri..?

e. Berapakah tingkat keyakinan gejala gejala tersebut

terhadap penyakit yang berkaitan..?

2. Observasi (Survey)
79

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara pencatatan dan pengamatan secara cermat

terhadap obyek berupa data dari narasumber/pakar.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengoprasionalisasikan data kedalam

bentuk item atau pertanyaan tentang gejala apasaja yang

ada pada kucing yang sakit beserta cara menanganinya.

3.3.2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah penelitian dengan cara mempelajari

tentang jenis jenis penyakit pada kucing yang ada di buku-

buku, artikel, literatur maupun jurnal-jurnal yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti sebagai landasan teori bagi

penulis.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. Aplikasi ini sudah mampu mendiagnosis penyakit pada kucing

berdasarkan gejala-gejala yang terlihat pada kucing.

2. Hasil dari penelitian yang dilakukan di klinik hewan Drh. Diah

Purwitasari, M.sc yaitu pemberian bobot nilai CF pada suatu

gejala diberikan berdasarkan kemungkinan gejala tersebut

mempengaruhi suatu penyakit.

3. Sistem yang dibuat bukan hanya untuk mendiagnosis penyakit,

namun juga dapat menjadi pusat informasi tentang penyakit

pada kucing.

4. Sistem ini dikembangkan dengan metode pengembangan

Waterfall.

5. Berdasarkan dari hasil pengujian Blackbox Testing, sistem telah

berjalan dengan baik dan sesai dengan rancangan yang telah

dibuat.

6. Berdasarkan hasil pengujian usabilitas dari 20 orang responden,

tingkat usablitas dari aplikasi adalah sebesar 93.2% dengan

kategori sangat baik.

107
108

5.2. Saran

Dikarenakan hasil dari penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna, maka untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya

penulis memberikan saran :

1. Penambahan pilihan jenis kucing berdasarkan ras didalam

aplikasi agar hasil diagnosis dapat lebih tepat berdasarkan dari

tingkat kerentanan kucing.

2. Penambahan data gejala dan penyakit yang lebih banyak.

3. Pemeliharaan metode perhitungan seperti melakukan update

data pengetahuan secara berkala.

4. Penambahan fitur-fitur didalam sistem agar aplikasi menjadi lebih

menarik
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Sugih Pangestu, R. T. (2020). Rancang Bangun Aplikasi Sistem


Pakar Berbasis Mobile Untuk Mendiagnosis Penyakit Kulit Pada
Kucing Persia. Pangestu, A.S., et.Al.: Rancang Bangun Aplikasi
Sistem Pakar Berbasis Mobile Untuk Mendiagnosis Penyakit Kulit
Pada Kucing Persia, 9(November), 81–87.
https://doi.org/10.34148/teknika.v9i2.279

Adriana, L. (2021). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing


Berbasis Web Dengan Metode Forward Chaining.

Alim, S., Lestari, P. P., & Rusliyawati, R. (2020). Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Tanaman Kakao Menggunakan Metode Certainty Factor
Pada Kelompok Tani Pt Olam Indonesia (Cocoa) Cabang Lampung.
Jurnal Data Mining Dan Sistem Informasi, 1(1), 26.
https://doi.org/10.33365/jdmsi.v1i1.798

Dewi Fauziah, Husni Mubarok, N. I. K. (2018). Sistem Pakar Untuk


Mendiagnosa Penyakit Hewan Peliharaan Menggunakan Metode
Certainty Factor. Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi,
4(April), 1–16.

Dwi Purnomo, Beni Irawan, Y. B. (2017). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit


Pada Kucing Menggunakan Metode Dempster-Shafer Berbasis
Android. Jurnal Coding Sistem Komputer Untan, 05(1).

Herman Patria, Anton, P. A. (2020). Sistem Pakar Menggunakan Metode


Certainty Factor Untuk Mendiagnosa Penyakit Kulit Pada Hewan
Kucing. Jurnal Informasi Dan Teknologi, 1(1), 89–96.
https://doi.org/10.37034/jidt.v2i3.68

Ridwansyah. (2017). Aplikasi Program untuk Mendiagnosa Penyakit


Kandungan Menggunakan Metode Waterfall. Jurnal Teknik Komputer,
III(2), 7–11.

Setyaputri, K. E., & Fadlil, A. (2018). Analisis Metode Certainty Factor


pada Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT. Jurnal Teknik Elektro,
10(1), 30–35.

Syahroni, A. W. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Demam


Berdarah Berbasis Website Menggunakan Metode Certainty Factor.

Tika Wulandari, Guna Yanti Kumala Sari Siregar Pahu, Dita Novita Sari,
S. I. (2018). Perancangan Sistem Pakar Deteksi Pertumbuhan
Tanaman Semangka Berbasis Website Dengan Certainty Factor.

111
112

Jurnal TAM (Technology Acceptance Model), 9.

Widiyawati, C., & Imron, M. (2018). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada
Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier. Techno.COM,
17(2), 134–144.

Yuldi, E., & Andri, H. (2017). Penerapan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Ternak Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining ( Studi
Kasus : Dinas Peternakan Kabupaten Dharmasraya ). JOISIE Journal
Of Information System And Informatics Engineering, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai