PABRIK SEMEN
PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN
Disusun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
0
Laporan Kerja Praktek Periode 1-31 Juli 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Praktek Kerja dengan sebaik-baiknya. Praktek Kerja dilaksanakan tanggal 1-31 Juli
2023 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, Pabrik Tuban. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana di Program Studi Sarjana Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret. Selama proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
dukungan, bimbingan dan dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena
itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dorongan material maupun spiritual.
2. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. atas izin yang diberikan kepada
penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja.
3. Bapak Arrochman selaku Pembimbing Lapangan di PT. SemenIndonesia
(Persero) Tbk, Pabrik Tuban atas segala bimbingannya.
4. Bapak Beni Dwi Putranto selaku Kepala Seksi Operasi RKC 4 di PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk, Pabrik Tuban atas kesempatan belajar dan segala
bimbingannya.
5. Bapak Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Sarjana
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Demikian sedikit pengantar dari penulis, penulis memohon maaf jika masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan laporan ini. Mudah-mudahan
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Tuban, 31 Juli 2023
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tenaga Kerja di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk ........................... 15
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1950, Drs. Moh. Hatta (wakil presiden RI pada masa itu),
mendorong pemerintah untuk merealisasikan proyek pembangunan Pabrik
Semen tersebut. Hasil penelitian ulang yang dilakukan menyimpulkan
bahwa proses pendirian Pabrik Semen Gresik sangat baik. Dilaporkan
bahwa deposit bahan galian tersebut dapat memenuhi kebutuhan Pabrik
Semen yang beroperasi dengan kapasitas 250.000 ton per tahun selama 60
tahun. Tanggal 25 Maret 1953, dengan akte notaris Raden Meester
Soewandi nomor 41 Jakarta, didirikanlah badan hukum NV. Semen Gresik.
1.1.2 Masa Persiapan
Realisasi pembangunan Pabrik Semen Gresik tersebut selanjutnya
oleh Pemerintah Indonesia diserahkan ke BIN (Bank Industri Negara).
Dengan penugasan tersebut, BIN mulai mengadakan persiapan- persiapan
terutama yang menyangkut penyediaan pembiayaan lokal yang berupa
rupiah. Sedangkan untuk pembiayaan valuta asing, digunakan kredit Bank
USA.
Bahan baku batu kapur dan tanah liat cukup tersedia, batu kapur
berada di Desa Popongan dan tanah liat terletak di Desa Tlogowaru dan
Mliwang, kurang lebih 5 km dari lokasi pabrik.
2. Pertimbangan Bahan Pembantu
Pasir Silika diperoleh dari Tuban dan Madura.Copper Slag diperoleh
dari PT Copper Smelting Gresik.Gypsum diperoleh dari PT Petrokimia
Gresik berupa gypsum sintetis. Walaupun bahan pembantu tersebut
lokasinya jauh, hal ini bukan merupakan masalah yang serius, karena
lokasi pabrik dekat dengan jalan raya yang menghubungkan kota-kota di
Pulau Jawa.
3. Pertimbangan Faktor Transportasi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Tuban memiliki lokasi yang
strategis karena:
a. Terletak kurang lebih 9 km dari tepi jalan raya yang menghubungkan
kota-kota besar seperti Surabaya dan Semarang.
b. Terletak dekat dengan pantai Tuban dan memiliki pelabuhan sendiri.
4. Pertimbangan Faktor Sosial
PT Semen Indonesia menyerap tenaga kerja sehingga dapat
membantu program pemerintah dalam menanggulangi pengangguran.
Tenaga kerja di Tuban cukup tersedia.
5. Pertimbangan Pemasaran
Wilayah pemasaran Semen Indonesia Group menjangkau seluruh
provinsi di Indonesia serta ekspor ke beberapa negara di Asia.
1.4 Struktur Organisasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Kelancaran kontinuitas jalannya suatu pabrik merupakan hal penting
dan menjadi tujuan utama setiap perusahaan. Struktur organisasi memberikan
wewenang pada setiap bagian perusahaan untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya, juga mengatur fungsi-fungsi atau orang-orang dalam
hubungan satu dengan yang lain dalam melaksanakan fungsi mereka.
Struktur organisasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berbentuk
(PPC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Pembentukan C2S
2C + S →C2S .......................................................................... (3)
• Pembentukan C2F
2C + F → C2F .......................................................................... (4)
b. Pada 800oC-900oC :
• Awal pembentukan C12A7
5C + 7CA → C12A7 ................................................................................................ (5)
c. Pada 1090oC -1200oC :
• C3A terbentuk dan C2S pada keadaan maksimal
9C + C12A7→7 C3................................................................................................... (6)
• C4AF terbentuk
C + CA + C2F → C4AF........................................................... (7)
d. Pada 1200oC:
• Pembentukan fasa cair material menjadi kental dan homogen.
e. Pada 1200oC-1450oC :
• C3S terbentuk dan C2S berkurang
C + C2S → C3S ........................................................................ (8)
f. Pada >1450oC :
• Dekomposisi C3S menjadi C2S dan CaO berjalan lambat
2.1.4 Sifat – sifat Semen
2.1.4.1 Sifat Fisika
Sifat fisika semen merupakan salah satu segi penting yang
perlu diperhatikan, karena sifat fisik sangat mempengaruhi kualitas
dan kemampuan semen. Sifat-sifat fisik semen antara lain :
1. Kehalusan
Kehalusan sangat berpengaruh terhadap kecepatan hidrasi
semen, semakin tinggi kehalusan kecepatan hidrasi semen akan
semakin meningkat. Efek kehalusan dapat dilihat setelah 7 hari
setelah reaksi semen dengan air. Alat pengukur kehalusan adalah
ayakan dan alat blaine.
5. Modulus Semen
Modulus semen adalah bilangan yang menyatakan
perbandingan kuantitatif dari senyawa- senyawa CaO, SiO2,
Al2O3, dan Fe2O3. Perhitungaan modulus semen ini bertujuan
untuk menentukan perbandingan jumlah dari masing- masing
bahan mentah dalam penyiapan umpan kiln (kiln feed) sehingga
diharapkan akan diperoleh terak/ klinker dengan komposisi yang
dikehendaki. Komposisi terak yang berbeda akan menghasilkan
sifat semen yang berbeda pula. Beberapa modulus semen yang
biasa digunakan adalah sebagai berikut :
a. Hydraulic Modulus (HM)
Hydraulic Modulus merupakan perbandinganantara
CaO dengan SiO2, Al2O3, dan, Fe2O3. Nilai HM antara 1,7-
2,3. Hydraulic Modulus dinyatakan dengan rumus:
CaO
HM =
SiO2+Al2O3+ Fe2O3
…………………….…………(1)
Keuntungan :
• Kiln yang digunakan lebih pendek
• Diperoleh terak yang seragam
Kerugian :
• Menghasilkan debu
• Membutuhkan filter
4. Proses Kering (Dry Process)
Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air
1% dan tepung baku yang telah homogen ini diumpankan dalam
keadaan kering untuk mendapatkan terak. Terak sealanjutnya
didinginkan dan dcampur dengan gypsum dalam perbandingan 96:4
kemudian digiling dalam finish mill hingga menjadi semen.
Keuntungan :
• Rotary kiln yang digunakan relatif pendek
• Heat comsumption rendah yaitu sekitar 800-1000 kcal/kg terak
sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit
• Kapasitas produk besar
• Biaya operasi rendah
Kerugian :
• Kadar air sangat menggangu operasi karena material lengket pada
inlet chute
• Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
• Campuran kurang homogen
• Banyak debu yang dihasilkan sehingga perlu dibutuhkan alat
penangkap debu
Pada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk proses pembuatan
semen menggunakan teknologi proses kering, karena biaya operasi
yang dibutuhkan paling rendah daripada proses lainnya dan dapat
menghasilkan produk dengan kapasitas yang tinggi.
limestone crusher dan dibawa ke limestone dan clay mix pile storage
melalui belt conveyor dan tripper serta ditimbang oleh belt scale check
weighting system yang terdapat pada belt conveyor.
c. Persiapan Pasir Silika
PT. Semen Indonesia menggunakan pasir silika berasal dari
Tuban yang diangkut dengan menggunakan dump truk.
d. Persiapan Copper Slag
Kebutuhan copper slag didatangkan dari Gresik. Tidak ada
perlakuan awal dan diangkut dengan dump truk.
e. Persiapan Gipsum
Kebutuhan gipsum diperoleh dari Petrokimia Gresik dan PT.
Smelting Gresik yang diangkut dengan dump truk dalam bentuk kerikil.
Penggunaan gipsum sebagai tambahan dalam pembentukan semen tipe
I atau OPC.
f. Persiapan Trass
Penggunaan Trass sebagai tambahan dalam pembuatan semen
PPC diperoleh dari Rembang diangkut dengan dump truk menuju
lokasi pabrik.
g. Persiapan GBFS
Penggunaan GBFS merupakan bahan pencampur pada
pembuatan Semen OPC yang didapatkan dari limbah PT. Krakatau
Steel yang diangkut dengan dump truk menuju lokasi pabrik.
2.4.1.2 Raw Material Reclaiming
Limestone dan clay produk dari crusher dibawa belt conveyor untuk
disimpan di dalam limestone and clay mix pile storage yang berfungsi
sebagai preblending (mixing bed). Sebagai alat stacking atau penumpukan
digunakan tripper yang dipasang pada bagian bawah atap dari bangunan
storage. Panjang pile material adalah 2 x 160 m yang akan diumpankan ke
mix bin secara bergantian. Pile storage dilengkapi dengan reclaimer tipe
bridge scrapper dengan harrow. Produk dari reclaimer dibawa belt
Calciner 900,8
(Sumber: Central Control Room Tuban II, 2022)
Temperatur keluar suspension preheater dipertahankan pada
900°C. Pada titik tersebut, derajat kalsinasi berkisar antara 90% – 95%.
Pada kondisi normal,efektifitas kalsinasi ILC adalah 70%, sedangkan
efektifitas kalsinasi SLC adalah 85%.
3. Proses Pembakaran Akhir (Rotary Kiln)
Umpan akan masuk rotary kiln dengan temperatur inlet pada kiln
sekitar 900oC. Rotary kiln terbagi menjadi empat zona, yaitu:
a. Zona Kalsinasi (Calsining Zone)
Pada daerah tersebut terjadi proses kalsinasi lanjutan, yaitu
reaksi peruraian kalsium dan magnesium karbonat menjadi CaO,
MgO dan CO2. Temperatur di zona kalsinasi ini sekitar 900 –
kenaikan viskositas cairan. Partikel padat dalam kiln terdiri dari C2S
dan CaO bebas. Pada temperatur ini, sisa unsur CaO akan mengikat
C2S untuk membuat campuran kristal 3CaO.SiO2 atau C3S. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 Reaksi pada Zona Pembakaran (Clinkerization Zone)
Suhu Reaksi
(oC)
Kalsinasi Lanjutan :
CaCO3 → CaO + CO2
900 – 1000
Awal Pembentukan Dicalsium Silikat (C2S)
2CaO + SiO2 → C2S
Awal Pembentukan Tricalsium Alumina (C3A)
2CaO + CaO.Al2O3 → C3A
1000 – 1250
Awal Pembentukan TetraCalsium Alumina Ferrit
pabrik menginginkan jenis semen yang OPC, maka bahan yang akan
dipakai adalah terak, gipsum, dan limestone.
Tabel 2.6 Perbandingan Bahan Baku dan Bahan Campuran
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
1. Hopper 6. Hammer
Gambar 3. 3 Reclaimer
3.1.2 Penggilingan dan Homogenisasi Bahan Baku
3.1.2.1 Roller Mill
Fungsi : Menggiling material
Tipe : Fuller Loesche
Keterangan Gambar:
1. Cerobong feed
2. Grinding table
3. Grinding roller
4. Classifier
5. Reducer
6. Oversize material gas
7. Outler material
3.1.2.2 Blending Silo
Fungsi : Menghomogenasi produk dari Raw mill
Tipe : IBAU Central Chember Silo
Bahan konstruksi : Beton
Bentuk : Silinder dengan bottom berbentuk cone yang
terbalik
Kapasitas : 20.000 ton
Diameter dalam : 20 m
Tinggi : 60,3 m
Cara kerja :
Produk Loesche Vertical Roller Mill masuk dari bagian atas Blending silo
melalui Air slide system (1) dan keluar secara bergantian setiap 36 menit sehingga
akan terbentuk layer-layer atau lapisan dengan ketebalan maksimal 1 m. Layer-
layer tersebut akan bercampur sewaktu proses pengeluaran dengan membentuk
suatu terowongan. Saat terjadi pencampuran material halus akan menimbulkan
banyak debu sehingga perlu Dust collector (2) untuk menguranginya.
Pengeluaran material dilakukan bersama melalui 2 dari 10 Flow gate (3) pada
setiap silo. Pengeluaran melalui Flow gate ini diulang dalam selang waktu tertentu,
satu siklus lengkap memerlukan waktu 12 menit. Selama proses tersebut material
diaerasi oleh Blower (6) pada bagian bawah layer tersebut. Material keluar
selanjutnya akan ditampung dalam sentral Hopper (5) melalui air slide yang diatur
oleh bukaan Valve (6). Kemudian dari sentral hopper akan dikirim ke dalam Kiln
feed bin.
Kapasitas : 55 TPH
Motor / putaran : 600 kW / 1000 rpm, 6 kV
Clasifier motor : 65 kW / 1750 rpm, 6 kV
Mill fan : 2 x 753.000 m3/jam
Cara kerja :
Secara umum cara kerja Coal mill sama dengan Raw mill,
dalam pengoperasian Coal mill jumlah udara yang masuk dibatasi
untuk mencegah terjadinya kebakaran akibat berkontaknya batu
bara dengan oksigen.
3.1.3.2. Suspension Heater
Fungsi : Sebagai pemanas awal umpan Kiln
Jumlah cyclone : 4 buah
Tipe calciner ILC : FLS 5200
Tipe calciner SLC : FSC 7800
Diameter Cyclone : 6,9 m
Umpan kiln dari Preheater akan masuk melalui Inlet chamber (1).
Tenaga gerak dari motor dan main gear menyebabkan Kiln berputar.
Perputaran pada kiln diatur oleh Girth gear (2) yang berfungsi sebagai
pengaman dan mengurangi beban Main gear (4). Karena pengaruh
kemiringan dan gaya putar Kiln umpan Kiln akanbergerak perlahan di
sepanjang Kiln.
1. Grate Cooler
Fungsi : Mendinginkan klinker secara mendadak
Tipe : Reciprocating hydraulic grate
Kapasitas : 7.500 ton/jam Motor
pompa hidraulik : 90 Kw, 1500 rpm
Motor penghancur terak : 75 Kw, 1000 rpm
Jumlah fan : 12 unit
Jumlah motor : 6 unit
Bahan konstruksi : Baja
Grate cooler berfungsi sebagai alat pendingin klinker yang dilakukan secara
Program Studi Teknik Kimia 66
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Kerja Praktek Periode 1-31 Juli 2023
mendadak. Tujuan pendinginan di Grate cooler adalah agar dihasilkan
klinker amorf sehingga mudah digiling. Terak panas dengan suhu sekitar
1300°C keluar dari Rotary kiln didinginkan oleh Recriprocating grate cooler
yang terbagi menjadi16 kompartemen. Udara dihembuskan oleh 12 Under grate
fan dalam Cooler untuk pendinginan terak sampai suhu 65°C diatas udara
ambient.
Keterangan Gambar:
2. Inlet material 6. Clinker breaker
3. Grate-grate cooler 7. Movable frame
4. Motor 8. Grizzly bars
5. Drag conveyor 9. Clinker outlet
6. Fan udara pendingin
3.1.4. Penggilingan Semen
3.1.4.1. Roll Crusher
Fungsi : Menggiling clinker sebelum ke Ball mill
Tipe : Hydraulic roll crusher
Power : 1.000 kW
3.1.4.2. Ball Mill
Fungsi : Menggiling campuran terak dan gypsumatau
terak
Kapasitas : 215 ton/jam
Mill drive : Symmetro TSX – 2160A, 4900 kW
Diameter/Panjang : 4,6 m / 13 m
Keterangan Gambar:
1. Feed chute 5. Bola-Bola baja
2. Feed cone 6. Discharge cone
3. Mill shell 7. Hexagonal trommel screen
4. Sekat diafragma
3.1.4.3. Air Separator
Fungsi : Memisahkan material semen halus dan kasar serta gas
: terikut
Jenis : High Eff Separator O – Sepa
Ukuran : N – 5000
Kapasitas : 215 ton/jam
Main drive : 550 kW, 1.500 rpm
Daya pompa : 75 kW, 1.500 rpm
Suhu masuk : 107°C
Suhu keluar : 96°C
Program Studi Teknik Kimia 68
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Kerja Praktek Periode 1-31 Juli 2023
Cara kerja : Material masuk melalui separator di bagian atas,
kemudian didistribusikan secara merata dalam ruangan terpisah (separating
zone) dengan menggunakan Distribution plate. External blower menghasilkan
aliran udara melewati material dalam separating zone, dan kemudian
memisahkan material dengan efek gravitasi.Partikel halus terbawa aliran udara
dan kemudian dipisahkan di Cyclone. Udara bebas debu dikembalikan ke
Blower dan masuk kembali ke separator lewat Ring pengatur Fan. Aliran udara
tersebut melewati partikel kasar, ketika partikel kasar tersebut jatuh, akan
melewati serangkaian Buffle sehingga terjadi pemisahan secarasekunder.
3.1.5. Pengisian Semen
3.1.5.1. Rotary Packer
Fungsi : Mengemas semen Jumlah Filling
spout : 6 unit
Kapasitas : 2.000-2.200 kantong/jam
Udara Tekan : 22 Nm3/jam
Diameter Packer : 1,6 m
Tinggi : 18 m
Daya : 15 kW
Cara Kerja :
Filling spout dimasukkan ke dalam lubang pada kantong kemasan. Semen akan
dicurahkan melalui Filling spout ke dalam kantong. Pada alat Rotary packer terdapat
timbangan sebagai pengukur berat semen masuk ke kemasan dengan ketelitian 0,1 kg.
3.2 Spesifikasi Alat Pendukung
3.2.1 Alat Transportasi
3.2.1.1 Bucket Elevator
Fungsi : Menaikkan material padat secara vertikal
Lokasi : Pengangkutan bahan baku, klinker dan semen ke
Bin, pengangkutan semen dari semen mill keCyclone
3.2.3.2. Bin
Fungsi : Menampung limestone and clay mix,
limestone, copper slag, dan pasir silika
secara terpisah
Kapasitas : 250 ton/jam
Bahan konstruksi : Baja
3.2.3.3. Bin Gypsum
Fungsi : Menampung gypsum
Kapasitas : 175 ton/jam
3.2.4.8. Cyclone
Fungsi : Memisahkan material besar dan
kecil (produk Raw mill) menggunakan turbulensi udara
Diameter : 6,3 m
Ukuran : 1,6 x 2,8 m
Efisiensi : 93%
3.2.4.9. Raw Mill Fan
Fungsi : Menarik material halus dari Raw mill
Kapasitas : 753.000 m3/jam
Tekanan : -1,57 mmWg
Suhu : 95°C
Power motor drive : 4.400 kW, 1.000 rpm, 600 Volt
3.2.4.10. Preheater ID Fan
Fungsi : Menarik flue gas dari SLC dan ILC
Kapasitas : 706.000 m3/jam
Tekanan : -846 mmWg
Suhu : 403°C
Power motor drive : 2.500 kW, 1.000 rpm
3.2.9. Stack
Fungsi : Tempat pengeluaran limbah gas dan debu
Bentuk : Silinder vertikal
Bahan konstruksi : Baja
3.2.10. Vibrating Screen
Fungsi : Memisahkan semen yang halus dan kasar
Desain umpan
Kecepatan : 500 ton/ jam
Temperatur : 100°C
Kandungan air : 0,5%
BAB IV
UTILITAS
Utilitas merupakan unit yang bertugas sebagai sarana penunjang proses yang
ada di pabrik guna memperlancar kerja operasi yang ada di pabrik. Hal- hal yang di
support oleh unit utilitas di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. yaitu :
4.1 Penyediaan Air
Kebutuhan air pabrik dipenuhi oleh seksi utilitas yang disiapkan di unit
pengolahan air (water treatment). Kebutuhan proses meliputi:
• Air pendingin : 1600 m3/hari
• Air sanitasi : 3000 m3/ hari
• Air Hydrant : Sesuai dengan permintaan seksi keselamatan kerja dan
kebersihan
Penyediaan air yang digunakan adalah dari Waduk Temandang, Bozem, dan
Sumur Artesis. Air dari Waduk Temandang dan Bozem dengan kapasitas 162.000
m3 dipompa dan ditampung dalam bak penampung raw water sebelum diolah di
unit water treatment plant dan digunakan sebagai air clear (sanitasi). Sedangkan 2
buah Sumur Artesis dengan debit masing-masing 120 m3/jam digunakan jika ada
masalah pada proses pengendapan di unit water treatment plant. Penggunaan air di
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban meliputi air sanitasi dan air
proses.
4.1.1 Pengolahan Air Sanitasi
Kebutuhan air sanitasi atau air bersih mencapai 3000 m3/hari.Air sanitasi
digunakan untuk melayani kebutuhan pabrik (MCK, perawatan mesin, menyiram
tanaman dan halaman pabrik, aquarium) dan memberikan bantuan penduduk
sekitar. Tahap- tahap pengolahan air sanitasi:
1) Pompa Air
Sumber air untuk keperluan sanitasi adalah air dari Bozem (Limbah
domestik dan Waduk Temandang) yang disimpan di bak penampung raw water 1.
Sistem pemompaan air dari bak penampung raw water dipergunakan 3 (tiga)
pompa centrifugal, letak pompa ini berada di bawah permukaan bak penampung
raw water kemudian air dialirkan ke bak pengendapan (clarifier).
2) Sedimentasi awal
Air dari bak penampung raw water 1 dialirkan ke bak pengendapan
(clarifier) yang mengandung partikel-partikel padat kecil (lumpur, pasir, dan lain-
lain). Sebagian partikel mudah mengendap, sebagian lagi tidak mudah mengendap
sehingga dilakukan proses koagulasi.
3) Settling
Air dari kolam pengendapan awal (water reservoir) dipompa ke clarifier
lewat tangki aerasi dengan dialiri larutan alum dan dialiri udara yang berfungsi
sebagai pengaduk. Pada proses ini ditambahkan Poli Aluminium Cloride (PAC),
dan kaporit. PAC sebagai bahan koagulan, akan menggumpalkan koloid-koloid
pengotor air. Gumpalan koloid itu kemudian diperbesar dengan kaporit sehingga
mudah mengendap. Kaporit yang mengandung unsur Cl sebagai desinfektan
mampu membunuh mikroorganisme dalam air. Kebutuhan aluminium (dalam
tawas) sekitar 80 ppm - 100 ppm, tetapi jika menggunakan PAC cukup dengan 30
ppm – 35 ppm dan apabila ditambahkan kaporit sebagai flokulan menghasilkan air
yang bersih. Volume yang sempit pada tangki aerasi dan hembusan udara,
menjadikan air mengalir ke clarifier dengan kecepatan turbulen, dan tidak terjadi
pembentukan flok dalam perpipaan.
Air kemudian dialirkan ke bagian tengah (ruang flokulasi) perbedaan
diameter pipa inlet dengan ruang flokulasi yang sangan besar, menjadikan aliran
berubah dari turbulen menjadi laminar dan dengan pengadukan lambat (7 rpm),
sehingga akan terbentuk inti flok Al(OH)3. Ruang flokulasi air dialirkan ke ruang
sedimentasi (diameter 13,5 meter), membentuk flok yang lebih besar dan turun
mengandap ke dasar clarifier. Inti flok dari ruang flokulasi, sebelum masuk ke
sedimentasi akan melewati lapisan endapan sehingga system ini juga disebut
sludge blanket classifier. Lapisan endapan (sludge) berfungsi juga sebagai filter
untuk flok. Endapan di dasar clarifier dikumpulkan ke pengeluaran sludge
menggunakan scrapper. Scrapper yang dipasang digerakkan oleh motor dengan
putaran tertentu. Filtrat dari clarifier di alirkan ke sand filter untuk penyempurnaan
pemisahan flok.
4) Filtrasi
Filtrat (air baku) dari clarifier dialirkan secara gravitasi ke sand filter
sebanyak 7 buah sedangkan yang bekerja efektif 4 buah dengan masing- masing
debit maksimum 50 m3/jam sementara 3 buah yang lainnya dilakukan pencucian
(back washing). Air dari clarifier dialirkan ke bagian inlet filter diatas media pasir.
Secara gravitasi air akan melewati pasir, sehingga flok yang masih terbawa akan
terperangkap (tersaring) diantara media pasir. Selama sand filter masih dalam
keadaan baik, tinggi air diatas lapisan pasir tidak melebihi tinggi air yang sudah
ditentukan. Air tersaring dialirkan dan ditampung pada clear water tank. Pada saat
kotoran telah mengisi sebagian besar rongga dari bed pasir, menyebabkan turunnya
efisiensi laju air melalui bed. Untuk pencucian, dipergunakan air bersih dari clear
water tank. Air dari bagian dasar, dialirkan ke arah atas (up-flow) dengan laju aliran
diatur agar lapisan pasir tidak terlalu terangkat sehingga melewati pipa
pembuangan. Proses pencucian dihentikan setelah keadaan air cucian nampaksudah
bersih atau pressure drop kembali seperti semula. Setelah pencucian selesai kondisi
semua valve dikembalikan seperti semula untuk proses penyaringan. Air produk
dari clarifier sementara ditampung dalam bak penampung. Alternatif menggantikan
sand filter, digunakan filter amiad dengan diameter screen 50 mikrondan mampu
menyaring air dari clarifier pengendapan agar lebih jernih. Amiad adalah filter air
yang bekerja secara otomatis dan secara periodik dapat melakukanback wash secara
otomatis. Untuk otomatis back wash bisa di setting berdasarkan presure atau timer
(0.5 bar atau 15 menit sekali) kondisi yang dicapai terlebih dulu.Dalam perawatan
diperlukan pembersihan screen, dan pengoperasiannya relatif mudah. Filter ini akan
bekerja secara baik jika pressure masuk minimun 2 bar. Air kemudian masuk ke bak
ground dengan kapasitas 546 m3. Dalam setiap harinya proses pengendapan air
beroperasi 8 s/d 10 jam.
Bak ground merupakan tempat penyimpanan sementara dan juga sebagai
tempat pengendapan lumpur-lumpur yang masih terikut. Bak air clear ini untuk
menampung produk dari proses pengendapan (clear water) atau air yang berasal
dari sumur air bawah tanah (ABT). Bak air clear ini di beri atap untuk mencegah
timbulnya ganggang, sehingga air tetap terjaga kejernihannya. Kapasitas dari bak
air clear ini adalah 1500 m3, dan terbuat dari beton. Dengan menggunakan pompa,
air clear di pompakan ke elevated tank dan selanjutnya didistribusikan sebagai raw
water proses pelunakan dan sebagai persediaan air clear ke perkantoran dan unit-
unit lain yang memerlukan air bersih. Elevated ini memiliki ketinggian 27 meter
diatas permukaan tanah dan memiliki kapasitas total 500 m3.
5) Desinfektan
Air bersih masih mengandung mikroba-mikroba yang berbahaya, maka
untuk membunuh kuman-kuman tersebut diberi kaporit (Calsium Hypoclorit), efek
oksidasi dari klorin akan menghancurkan enzim yang dibutuhkan oleh kuman-
kuman tersebut. Selanjutnya untuk membunuh kuman dalam air digunakan zat
desinfektan berupa chlor air. Chlor cair diperoleh dengan melarutkan kaporit dalam
air. Kebutuhan kaporit sekitar 9 kg/m3. Setelah klorinasi, air diendapkan dalam
tangki, selanjutnya dipompa ke tangki air bersih. Dari sini air telah siap
didistribusikan.
4.1.2 Pengolahan Air Proses (Pendingin)
Kebutuhan air proses rata-rata 1600 m3/hari terutama untuk pendingin. Air
pendingin digunakan untuk pendinginan oli-oli pada mesin-mesin pabrik. Syarat-
syarat dari air proses adalah : bebas dari lumpur, garam-garam, dan zat kapur
terlarut, juga mempunyai pH netral dan tingkat kesadahan rendah.
Kerugian kesadahan antara lain :
a. Kebutuhan mencuci maka air dengan tingkat kesadahan yang terlalu tinggi
akan menyebabkan kebutuhan penggunaan sabun menjadi meningkat
b. Akan menimbulkan kerak pada alat yang kita gunakan untuk memasak air
(ketel) dan dapat menghambat perpindahan panas\
c. Menurunkan kadar vitamin yang ada pada air normal, sehingga air yang
dikonsumsi tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuahan vitamin.
Proses produksi di PT. Semen Gresik Pabrik Tuban memiliki tingkat
kesadahan air yang berasal dari raw water (di atas 300 ppm) harus dikurangi agar
apabila digunakan pada proses (air pendingin) maka tidak akan menimbulkan kerak
dan juga untuk menghindari terbentuknya flok-flok pada pipa saluran air. Cara yang
digunakan oleh bagian pengolahan air untuk mengurangi tingkat kesadahan airnya
sesuai dengan keinginan (di bawah 90 ppm), yaitu dengan proses pelunakan.
Sumber air pada proses pengolahan ini adalah air dari clear water atau air yang
berasal dari sumur air bawah tanah (ABT) dan ditampung dalam bak penampung
raw water 2. Bak raw water dengan kapasitas 1500 m3 dan terbuat dari beton ini di
beri atap untuk mencegah timbulnya ganggang, sehingga air tetap terjaga
kejernihannya. Air dari raw water 2 dipompa menuju clarifier untuk dilakukan
proses pelunakan dengan proses kapur.
Raw water masuk melalui bagian bottom sedikit ke atas clarifier dan
produknya keluar melalui over flow bagian atas. Raw water memiliki kesadahan
total sebesar 350 ppm dan setelah melalui proses pelunakan kesadahannya 50 ppm.
Pada cara ini kesadahan dihilangkan dengan menggunakan bahan kimia Ca(OH)2
dan Na2CO3. Kesadahan dari karbonat dan bikarbonat dihilangkan dengan
penambahan Ca(OH)2, sedangkan kesadahan non- bikarbonat dihilangkan dengan
penambahan Na2CO3. Jika kesadahan Mg sangat tinggi, maka diperlukan
penambahan Ca(OH)2 dalam jumlah berlebihan, tetapi jika kesadahan Mg relatif
rendah, maka cukup hanya dengan penambahan Ca(OH)2 saja. Cara ini banyak
menghasilkan sludge (lumpur) yang memerlukan penanganan tersendiri. Larutan
Ca(OH)2 dibuat dengan cara mencampurkan sejumlah berat tertentu bubuk kapur,
Ca(OH)2 dengan air dengan berat tertentu pula.
Kapur yang dibeli dipasaran mengandung butiran-butiran bahan yang tidak
mudah larut dalam air sehingga ada butir-butir kasar dan halus yang ada di dalam
larutan kapur. Butir- butir tersebut tidak boleh ikut bersama larutan kapur yang
dipompakan dengan dosing pump menuju tempat penambahan kapur karena dapat
merusak pompa. Di dalam pembuatan larutan kapur disediakan pula alat penyaring
butir-butir kasar. Pembuatan larutan kapur berdasarkan campuran kapur dari lime
silo dan air dari pipa air, dengan komposisi sekitar 5%. Larutan kapur ini
diinjeksikan bersamaan saat raw water masuk ke dalam clarifier melalui inlet.
Jumlah pemakaian tergantung kondisi raw water, yang bisa diatur melalui dosing
pump. Kapur Ca(OH)2 berbentuk bubuk ditampung di dalam Silo silindris untuk
persediaan selama 7 hari. Pada silo ini dilengkapi vibrator untuk mengantisipasi jika
kapur tidak mau turun. Biasanya akibat kelembaban udara kapur menempel pada
dinding Silo.
Bubuk kapur yang keluar melalui rotary feeder di terima oleh screw
conveyor dan dijatuhkan ke tangki kapur. Bersamaan dengan masuknya bubuk
kapur ke tangki kapur tersebut dialirkan pula air secara tangensial sehingga kapur
teraduk dan terlarut. Kapur dimasukkan ke dalam clarifier dengan menggunakan
dosing pump. Kebutuhan larutan soda 10% sehari diperlukan soda pasaran sebesar
178,35 kg. Kebutuhan larutan soda abu 10% adalah 1,2 liter/menit atau 1,73 m3 per
hari. Pelarutan soda dilakukan pada tangki yang mempunyai kapasitas 2 m3. Soda
abu dimasukkan ke dalam clarifier dengan menggunakan dosing pump soda. Sludge
yang keluar dari clarifier pelunakan ditampung dalam bak penampung. Sludge ini
terdiri dari kapur dan soda yang dipakai untuk proses pelunakan. Pada bak pemisah
sludge dan air, air akan mengalir ke sistem drainase dan lumpur tetap tinggal di
dalam bak.
Penetralan pH ditambahkan HCl dari tangki HCl. Tangki HCl terbuat dari
jenis fiber sehingga tahan terhadap sifat korosif. HCl sangat diperlukan untuk
menurunkan pH dari hasil proses pelunakan karena proses pelunakan menggunakan
lime-soda. Air dari proses ini memiliki pH berkisar antara 9-10. HCl akan
mengembalikan ke pH normal (pH = 7) sehingga air yang telah dilunakkan tidak
korosif dan siap untuk ditransfer ke sistem. Penggunaan HCl ini selain murah
harganya jika dibandingkan dengan asam yang lain, keberadaan ion Cl- akan
memberikan kegunaan sebagai desinfektan.
Air dari clarifier pelunakan diumpankan ke sand filter yang berfungsi
sebagai penyaringan (filtration). Proses ini dipakai untuk memisahkan suspended
solid, koloid, lempung, mikroba, bakteri dan virus. Sand filter merupakan alat
berbentuk silinder tegak yang didalamnya berisi air-pasir dengan bermacam jenis
(pasir: 0,50 mm diameter, dengan tinggi bed: 45 - 76 cm) dan gravel (krakal - krikil)
dibawahnya untuk penyangga pasir. Keuntungan filter ini bekerja dengan sangat
cepat dan laju alir yang tinggi serta mudah dalam pembersihannya. Air kemudian
dilewatkan pada bak ground dengan kapasitas 198 m3.
Air dari bak ground kemudian dipompa menuju elevated tank untuk
selanjutnya digunakan sebagai air proses (air pendingin) dan didistribusikan ke
cooling tower sebagai air make up. Cooling tower adalah sistem pendingin yang
dipergunakan untuk mendinginkan air proses seperti (pendingin mesin, heat
exchanger, compresor dll). Cooling tower dikatakan baik jika sistem tersebut
mampu menurunkan temperature hot water dari sistem lapangan menjadi cool
water sekitar 30OC – 40OC. Sistem di dalam cooling water vakum sehingga udara
sekitar cooling tower (udara dingin) akan masuk ke sistem dan terjadilah heat
transfer hot water dengan udara tersebut.
4.1.3 Pengolahan Air Hydrant
Air yang di gunakan untuk air hydrant tidak memerlukan penanganan
khusus. Suplai air berasal dari Waduk Temandang, yang dipompa menuju Bozem
kemudian ditampung di bak raw water. Kapasitas untuk air hydrant menyesuaikan
sesuai dari permintaan dari Seksi K3.
4.2 Penyediaan Listrik
Kebutuhan listrik tenaga diesel di PT.Semen Indonesia (Persero) Tbk.
dipenuhi dari tiga sumber, yaitu
1) Perusahaan Listrik Negara (PLN)
PLN dengan daya 96 MVA dan Genset dengan daya 2500 kVA untuk
melayani Cooler dan Kiln jika ada pemadaman PLN.
2) Generator Set (Genset)
Generator set sebagai emergency power apabila di dalam pabrik terjadi
pemadaman mendadak dari PLN yang pada setiap plant terdapat 1 Genset.
Genset mampu menghasilkan daya 2,5 MW dan voltage 6,3 kV dengan
pemanasan 2 kali seminggu selama kurang lebih 15 menit. Distribusi genset
dibagi menjadi beberapa Emergency Room (ER) untuk dialirkan Kiln, Cooler,
dengan sistem hidrolik dan gas nitrogen sebagai pegasnya. Batu bara jatuh
ke atas grinding table dan tersebar menuju tepi table akibat gaya
sentrifugal. Batu bara tersebut kemudian digiling oleh grinding roller
dengan tekanan hidrolik sebesar 90 kg/cm2.
Selain penggilingan, di dalam coal mill, batu bara juga mengalami
pemanasan awal. Ke dalam coal mill, dialirkan gas panas bertemperatur
sekitar 186oC dari suspension preheater dan kiln. Umpan masuk mill
berkadar air 10-25% dan keluar dengan spesifikasi ukuran produk lolos
80% dari classifier 170 mesh berkadar air 3% – 4% dan bertemperatur
sekitar 40°C.
Produk dari coal mill akan terbawa aliran udara oleh alat explossion
vent kemudian dihembuskan menuju bag filter untuk pemisahan batu bara
dari udara pembawa. Batu bara kemudian terkumpul dan dibawa dengan
screw conveyor menuju pulverized coal bin berkapasitas 120 ton. Batu
bara tersebut kemudian dipompa dengan menggunakan pump menuju dua
bin lain berkapasitas 120 ton dan 70 ton. Bin dengan kapasitas lebih besar
digunakan untuk mensuplai batubara ke burner Separated Line Calciner
(SLC) dan In Line Calciner (ILC), sedangkan bin berkapasitas lebih kecil
digunakan untuk mensuplai batu bara pada kiln burner.
b. IDO
BAB IV
PENGOLAHAN LIMBAH
BAB VI
LABORATORIUM
terisi sampel yang akan diuji dan kemudian akan ditembakkan sampai ke lab
pengendalian proses. Hasil analisis tersebut akan dijadikan acuan dalam
menentukan kondisi operasi peralatan dalam rentang waktu satu jam ke
depan.
b. Jaminan Mutu
Seksi ini bertanggug jawab untuk melakukan serangkaian uji
laboratorium untuk memastikan kualitas bahan baku, bahan bakar, dan
produk sudah mencapai target. Seksi ini bertindak sebagai Quality Assurance
di dalam pabrik. Uji laboratorium yang dilakukan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan standar yang diterapkan oleh perusahaan itu
sendiri. Seksi ini memiliki dua laboratorium, yaitu :
a. Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia bertugas menguji bahan mentah dan semen
dengan analisa kimia. Pengujian yang dilakukan berupa analisa oksigen,
Loss of Ignition ( LOI), free lime, dan insoluble residue.
b. Laboratorium Fisika
Laboratorium ini bertugas menguji sifat-sifat fisika semen meliputi
kuat tekan semen, kehalusan semen, false set, dan kekekalan semen.Selain
itu dilakukan pula uji pack set untuk semen curah. Tujuannya adalah
mengetahui terjadinya penggumpalan. Adanya gumpalan akan
mempengaruhi pengosongan truk dan pengisian semen.
6.2 Alat-Alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium utama dalam laboratorium PT. Semen Indonesia
(Persero) adalah sebagai berikut
1. Blaine
Berdasarkan kecepatan udara dalam volume tertentu untuk menembus
suatu batch semen. Makin halus semen maka nilai blain semakin besar.
2. Wagner
Digunakan untuk menentukan particle size distribution semen.
3. Spektrofotometer Sinar X
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Dari hasil Kerja Praktek yang telah dilakukan selama satu bulan di PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. PT. Semen Indonesia pabrik tuban didirikan di Sumberarum, kerek
dengan pertimbangan faktor bahan baku, bahan pembantu, transportasi,
sosial dan pemasaran.
2. PT. Semen Indonesia memproduksi sekitar 12 juta ton/tahun
semendengan tigaa jenis produk yaitu OPC (Ordinary Portland Cement)
Reguler, OPC (Ordinary Portland Cement) Premium, dan PCC(Portland
Composit Cement).
3. Teknologi proses produksi yang digunakan PT.Semen Indonesia adalah
proses kering dengan pertimbangan penghematan biaya dengan bahan
utama pembuatan semen berupa batu kapur dan tanah liat serta dilengkapi
bahan koreksi dan bahan tambahan berupa pasir besi, pasir silika,
Limestone High Grade, dan Gypsum.
4. Empat proses utama pembuatan semen di PT. Semen Indonesia yaitu
pengolahan bahan baku, pembakaran, penggilingan akhir, dan
pengemasan.
5. Unit utilitas untuk menunjang produksi pada Pabrik Tuban meliputi
penyediaan air, tenaga listrik, udara tekan, dan bahan bakar.
6. Sebagai pengelolaan lingkungan dan pencegahan terjadinya polusi
terdapat pemasangan alat-alat seperti Bag Filter, elektrostatik
presipitator sebagai tindakan preventif.
7. Untuk menjaga kualitas semen sehingga selalu memenuhi kepuasan
pelanggan maka dilakukan pengendalian jaminan mutu mulai dari
pengendalian kualitas bahan baku sampai produk yang dihasilkan.
7.2 SARAN
1. Agar visi dan misi terus tercapai, maka selalu meningkatkan kualitas
produk semen dan terus meningkatkan kesejahteraan karyawan serta
masyarakat sekitar.
2. Meningkatkan pengawasan kepada karyawan terhadap penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di lingkungan pabrik.
3. Perlu adanya perawatan dan peremajaan terhadap alat-alat analisa yang
terdapat dalam laboratorium agar ketelitian dalam analisis dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arsa, K., Ir, 1995, “Diktat Teknologi Semen PT Semen Gresik (Persero) Tbk.”, PT
Semen Gresik (Persero) Tbk., Tuban.
Bogue, R.H., 1968. Cement in Kirk Othmer Encyclopedia of Chemical.
Technology, 2 nd Edition, John Wiley ang Sons Inc., Taiwan.
Duda, W.H., 1985, “Cement Data Book”, 3rd Edition, Vol I, Vol II, Vol III,
Banverlag GMBH, Wesbeden and Berlin.
FLSmidth LOW Control System Operation Manual Book.
Locher F.W dan Kropp., 1986. “Cement Concetre”, VCh Verlagsgesellscaft
Gmbh Weinhein, Germany.
Peray, K. E., 1979, “Cement Manufacture Handbook”, Chemical Publishing Co.
Inc., New York.
Perry, R.H and Chilton, C.H., 1999, “Perry’s Chemical Engineering Handbook”,7th
ed, McGraw Hill Book Co.Inc., New York.
Shukla, S.D., dan Pandey, G.N., 1977. A Texbook of Chemical Technology, lsted.,
Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi
700 350
CN Cyclone
SC-2 II II CR Crusher
SP FN-6
598 CS Cement Silo
CN-1 623
FN-1 CT Conditioning Tower
549
437 EP Electrostatic Precipitator
BC-1 BC-2 BF-1 FE Wobler Fedder
WF-3 WF-4
CC
BC-9 130 CN-2
BC-18
BC-17 BC-16 BM-1
BE-5
&
BE-6 500 BM-2
130 AS-8
215
BE-3 BE-8
BC-12 107
Disusun Oleh :
1. Dhita Ayu Pramesthi I 0520021
2. Laura Hanifa Aprian I 0520058
3. Muthi’ah Syafa Gustian I 0520077
4. Viana Silvia I 0520113
BAB 1
PENDAHULUAN
Clinker yang keluar dari rotary kiln akan mengalami proses pendinginan
(quenching). Pendinginan clinker dilakukan di dalam clinker cooler. Clinker
yang masuk clinker cooler membawa panas dan dipertukarkan dengan udara
pendingin yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Suhu clinker keluar clinker
cooler akan turun dan akan dibawa ke penggilingan akhir. Udara pendingin yang
telah membawa panas, selanjutnya didistribusikan ke sejumlah peralatan yang
membutuhkan misalnya rotary kiln dan suspension preheater, dan raw mill.
Proses pembakaran raw meal dan pendinginan clinker merupakan proses
yang kompleks dalam proses produksi semen dan melibatkan banyak energi.
Perhitungan energi dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu perhitungan neraca
massa dan perhitungan neraca panas. Perhitungan neraca massa diperlukan untuk
perhitungan neraca panas. Dari perhitungan neraca panas dapat diketahui besar
energi yang dibutuhkan. Dengan memperhatikan faktor tersebut, perlu dilakukan
analisis perhitungan neraca massa dan energi di unit suspension preheater, rotary
kiln, dan cooler untuk melakukan evaluasi efisiensi panas pada sistem kiln
sehingga proses pemanasan dan kalsinasi dapat berjalan secara optimal, efektif
dan efisien.
I.3. Tujuan
Tujuan dari peninjauan masalah yang diberikan ialah untuk
1. Mengetahui aliran massa yang masuk dan keluar suspension preheater,
rotary kiln, dan grate cooler.
2. Mengetahui aliran panas yang masuk dan keluar suspension preheater,
rotary kiln, dan grate cooler.
I.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh, antara lain:
1. Mahasiswa dapat memahami proses suspension preheater, rotary kiln,
dan grate cooler.
2. Mahasiswa dapat mengetahui analisa neraca massa suspension preheater,
rotary kiln, dan grate cooler.
3. Mahasiswa mendapatkan wawasan baru dan pengalaman kerja di Industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unit kiln merupakan unit utama dalam proses pembuatan semen. Hal ini
dikarenakan kualitas semen sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pengoperasian di
unit ini. Sub bagian yang ada di unit kiln adalah Suspension Preheater, Rotary Kiln,
dan Grate Cooler.
Kiln berbentuk silinder panjang dengan kemiringan tertentu, bagian outlet lebih
rendah daripada bagian inlet yang bertujuan agar material dapat mengalir.
Rotary Kiln terdiri atas empat zona, yaitu zona kalsinasi, zona transisi,
zona klinkerisasi (zona pembakaran), dan zona pendinginan. Pada zona kalsinasi
terjadi kalsinasi lanjutan dari Suspension Preheater. Sehingga semua CaCO3
terurai menjadi CaO. Pada zona klinkerisasi, senyawa-senyawa penyusun semen
terbentuk. Proses ini terjadi akibat reaksi antara oksida-oksida penyusun semen,
yaitu CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Senyawa-senyawa tersebut bereaksi satu
sama lain menghasilkan C2S, C3S, C3A, dan C4AF. Kemudian terbentuk fase
cair aluminat dan ferit. Pada zona pendingina n, klinker mengalami penurunan
temperatur dan terjadi kristalisasi fase cair. Rotary Kiln memiliki 2 tipe, yaitu :
1. Continuous Kiln
Adalah kiln yang digunakan terus menerus sebagai pembakaran. Terdiri dari
direct fire type (bahan bakar langsung membakar produk tanpa perantara)
dan indirect type (bahan bakar tidak langsung membakar produk). Pada
direct fire, transfer panas lebih efektif daripada indirect fire karena panas
pembakaran langsung diterima material yang dipanaskan, tanpa melewati
dinding. Akan tetapi, produk yang dihasilkan direct fire mengandung
impuritas tinggi.
2. Periodic Kiln
Pada Periodic Kiln, pembakaran tidak dilakukan secara terus menerus.
Di PT. Semen Indonesia menggunakan kiln berbentuk Rotary Kiln secara
kontinyu. Tepung baku masuk Rotary Kiln pada suhu + 800oC. Pada
paling akhir kiln sehingga temperatur klinker keluar kiln sekitar 1200oC.
Karena proses pembentukan klinker di dalam rotary Kiln berlangsung pada
temperatur yang sangat tinggi, maka dinding rotary Kiln harus dilapisi
dengan bata tahan api untuk melindungi shell kiln akibat nyala api, gas
panas dan material panas, mengurangi beban rotary kiln dan berfungsi
2. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan sistem pada
perubahan fase pada tekanan 1 atm.
Dimana:
4 5 6 7 8 9
Gambar II.6 Skema Alat Grate Cooler
1. Input Material 7. Blower Chamber 4
2. Gas Panas ke RSP (Tertiary Air) 8. Blower Chamber 5 dan 6
3. Gas Panas ke Kiln (Secondary Air) 9. Blower Chamber 7
4. Blower Chamber 1 10. Udara Panas dan Debu ke EP
5. Blower Chamber 2 11. Hammer Breaker
6. Blower Chamber 3
Perhitungan neraca massa di grate cooler melibatkan komponen
clinker dan udara. Di dalam grate cooler hanya terjadi reaksi fisika yaitu
BAB III
METODE PENELITIAN
Selain itu, perhitungan panas hilang yang terjadi di setiap alat diperoleh
dengan cara dihitung. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya
panas yang hilang menggunakan :
1. Panas Konveksi yang hilang di Suspension preheater
𝑄 = 𝛿. 𝐴. (𝑇𝑠 – 𝑇𝑜)
Dengan:
III.2. Cooler
III.2.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui distribus i material-
material dalam grate cooler, serta untuk mengetahui panas yang terkandung
dalam material tersebut. Untuk menyusun persamaan neraca massa, diperlukan
data sebagai berikut:
a. Jenis arus
b. Massa arus
c. Laju alir arus
d. Densitas udara pendingin
udara.
3. Menganalisis jumlah panas yang dibawa masing-masing udara.
4. Menganalisis panas konveksi yang hilang.
5. Mengidentifikasi panas yang terlibat pada komponen input dan
output.
6. Menganalisis persentase panas yang tidak terdeteksi dari panas
yang hilang melalui dinding.
7. Menganalisis efisiensi kerja grate cooler.
Dimana
T : suhu
A, B, C, D : konstanta
Cp : kapasitas panas
Kemudian panas sensible dari udara dan clinker dicari dengan
menggunakan persamaan:
𝑇
Q = n ∫𝑇𝑟𝑒𝑓 𝐶𝑝 𝑑𝑇 (III.2)
Dimana :
Q : panas reaksi (kJ)
T : suhu (K)
Tref : suhu refrensi (K) = 298K
Cp : kapasitas panas (kJ/kmol)
Untuk mencari efisiensi grate cooler perlu dicari panas yang hilang
melalui konveksi ke dinding grate cooler. Jumlah panas yang hilang
melalui konveksi dicari melalui persamaan perpindahakn panas konveksi:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Neraca Massa
Dari analisa dan perhitunan data-data yang ada, didapathasil neraca
massa di suspension preheater, rotary kiln dan grate cooler
Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Neraca Massa di Suspension Preheater
Input Output
Massa(kg) Massa(kg)
Komponen Komponen
Rawmeal 580000.0 Uap air 2377.9
Batubara di
16987.5 Debu keluar 57762.2
Calciner
CO2 hasil kalsinasi
Udara tersier 150336.3 166513.70
di Calciner
Gas Hasil
161105.5
Pembakaran
Umpan kiln 354273.73
O2 Sisa GHP 2870.06
N2 dari Batu Bara 174.97
H2O Batu Bara 2245.75
Total 747323.82 Total 747323.82
INPUT OUTPUT
Panas Sensible
94,931,850.0000 Panas Klinker 95,388,243.1518
Batu Bara
H2O Batu Bara 105,560.6875 Panas N2 47,218.2653
Panas O2 sisa 777,383.7803
Heat Loss 53,535,962.1698
TOTAL 217,220,492.2188 TOTAL 217,220,492.2188
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pembahasan Suspension Preheater
Suspension preheater adalah bagian dari sistem kiln yang berfungsi
mengeringkan material dan memanaskan material sebelum masuk Rotary
Kiln. Proses pemanasan awal material terjadi didalam suspension preheater.
Hal ini terjadi karena adanya pembakaran batubara di Suspension Preheater.
Dari perhitungan neraca massa untuk material masuk dan keluar
suspension preheater diperoleh 747323.82 kg/jam. Selanjutnya, dari
perhitungan neraca panas di suspension preheater berdasarkan prinsip
perpindahan panas, termodinamika serta kekekalan energi, kebutuhan panas
untuk proses pemanasan awal sebesar 6,749,868,397.4379 kcal. Terdapat
panas yang hilang akibat panas konveksi di dinding cyclone sebesar
1,134,198,833.5866 kcal. Terdapat perbedaan antara input dan output pada
perhitungan neraca panas pada suspension preheater disebabkan oleh
pengoperasian sistem suspension preheater yang kurang sempurna, false air
yaitu udara lingkunga n yang masuk ke sistem karena kebocoran, dan panas
yang hilang karena hidrasi,
IV.2.2 Pembahasan Rotary Kiln
sempurna seperti api pembakaran terlalu dekat dengan brick (batu tahan api)
sehingga batu tahan api menjadi cepat tipis dan panas yang hilang ke udara
(panas konveksi dan radiasi) bertambah besar serta adanya kebocoran yang
menyebabkan panas tersebut tidak terkonsumsi maksimal oleh material.
IV.2.3 Pembahasan Grate Cooler
Pendinginan clinker merupakan hal wajib dalam industri semen. Tujuan
dari pendinginan ini adalah menghasilkan clinker yang mudah digiling di clinker
breakerdan ball mill. Sistem pendinginan clinker ini tidak bisa dilepaskan dari
unit pembakaran di rotary kiln. Dalam perhitungan neraca massa, clinker masuk
dan keluar sistem memiliki massa yang sama sebesar 1078055.0 kg/jam. Dari
perhitungan neraca panas kebutuhan panas pada grate cooler sebesar
96810151.6450 kcal. Dalam grate cooler terdapat panas hilang melalui
dinding sebesar -4152405.2249 kcal. Kehilangan panas disebabkan oleh :
a. Adanya perpindahan panas konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari
dalam cooler menembus isolasi sampai dinding cooler dan perpindahan
panas konveksi yaitu perpindahan panas dari dinding cooler ke lingkungan.
b. Adanya kebocoran atau kemungkinan masuknya udara luar ke dalam cooler
yang kemudian membawa panas dari dalam cooler. Selain itu, castable yang
berfungsi sebagai isolasi akan terkikis seiring dengan waktu sehingga
sebagian panas akan hilang
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan neraca massa dan neraca panas pada
suspension preheater, rotary kiln, dan grate cooler diperoleh:
1. Umpan masuk dan keluar suspension preheater sebesar 747323.82
kg/jam, umpan masuk dan keluar rotary kiln sebesar 556988.87
kg/jam, serta umpan masuk dan keluar grate cooler 1078055.0 sebesar
kg/jam
2. Kebutuhan panas pada suspension preheater sebesar
6,749,868,397.4379 kcal, kebutuhan panas pada rotary kiln sebesar
217,220,492.2188 kcal, dan kebutuhan panas pada grate cooler
sebesar 96810151.6450 kcal
3. Panas yang hilang pada suspension preheater sebesar
1,134,198,833.5866 kcal, panas yang hilang pada rotary kiln sebesar
53,535,962.1698 kcal, dan panas yang hilang pada grate cooler
sebesar -4152405.2249 kcal.
V.2 Saran
Panas yang disediakan belum terserap secara maksimal pada proses yang
terjadi di suspension preheater, rotary kiln, dan grate cooler. Sehingga
diperlukan saran perbaikan guna memaksimalkan panas tersebut, antara lain;
1. Melakukan maintenance pada alat secara periodik supaya kondisi alat
tetap terjaga dengan baik.
2. Mengganti batu tahan api yang rusak atau menipis
3. Memperhatikan inlet dan outlet pada suspension preheater, rotary kiln
agar tidak terjadi kebocoran.
4. Pengambilan data untuk neraca massa dan neraca panas harus dilakukan
secara komprehensif dan menyeluruh dalam unit tersebut demi
mengetahui efisiensi alat.
5. Agar performa grate cooler tetap terjaga, perlu dilakukan pengecekan
berkala khususnya dalam laju alir udara pendingin dan suhu pembakaran
material penyusun clinker.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Membuat Neraca massa dan Neraca Panas Overall pada Rotary Kiln pada
RKC 4 Pabrik Tuban
1. Perhitungan Neraca Massa pada Rotary Kiln RKC 4
Data yang diperoleh dari laboratorium pengendalian proses dan laboratorium
jaminan mutu PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban.
Asumsi :
1. Sistem steady-state (akumulasi = 0)
2. Reaksi pembakaran batubara sempurna
3. Efisiensi cyclone 90% (10% debu hilang keluar SP)
4. Derajat kalsinasi 90%
5. Excess oksigen pembakaran 10%
CaCO3 100,0862
MgCO3 84,3132
CaO 56,08
MgO 40,30
CO2 44,01
Cl 0.03
H2O 0.41
Total 64.56
• CaO terikat sebagai CaCO3 dan MgO terikat sebagai MgCO3
• Perhitungan komposisi CaCO3
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3
% CaCO3 = 𝑥 %𝐶𝑎𝑂
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑂
100,0862
= 𝑥 %43,27%
56,08
= 75.94%
𝐵𝑀 𝑀𝑔𝐶𝑂3
% MgCO3 = 𝑥 %𝑀𝑔𝑂
𝐵𝑀 𝑀𝑔𝑂
84,3132
= 𝑥 %1,21
40,30
= 3.93%
• Dengan menggunakan cara yang sama maka diperoleh massa masing-
masing komponen umpan kiln sebesar :
Tabel 3. Massa Masing-Masing Komponen Umpan Kiln
Komponen % Massa Massa (kg)
SiO2 13.53 78469.71
Al2O3 3.68 21342.83
Fe2O3 2.01 11657.36
CaCO3 75.94 440443.44
MgCO3 3.93 22808.95
Na 0.11 637.97
K 0.30 1739.90
Cl 0.03 173.99
SO3 0.06 347.98
H2O 0.41 2377.87
Total 100,00 580000
• Umpan kering (tanpa H2O) masuk SP
H2O akan menguap pada suhu 100-400 ̊C
H2O menguap = 100% x H2O
= 118765.69 kg
Kebutuhan udara udara tersier
79%
= x Kebutuhan O2 sebenarnya
21%
= 118765.69 kg
O2 sisa pembakaran
= (kebutuhan O2 sebenarnya – kebutuhan O2
teoritis)
= (31570.6 kg – 28700.6 kg)
= 2870.06 kg
Tabel 10. Komposisi Gas Hasil Pembakaran (GHP)
Komponen Massa (kg)
CO2 35652.39
SO2 190.06
H2O 8743.12
N2 118940.66
O2 2870.1
Total 166396.30
Reaksi II :
MgCO3 MgO +CO2
m 24.34737511 0 0
r 24.34737511 24.34737511 24.34737511
s 0 24.34737511 24.34737511
Total CO2 hasil kalsinasi
= (CO2 hasil reaksi I + CO2 hasil reaksi II)
= (396.0576923+24.34737511) kg
= 18501.52253 kg
Total CaO
= (CaO umpan kiln + (CaO hasil kalsinasi x BM CaO))
= (199975.69 + (396.0576923 x 56,08) kg
= 222185.58 kg
Total MgO
= (MgO umpan kiln + (MgO hasil kalsinasi x BM MgO))
= (8866.63+ (24.34737511 x 40,30))
= 9847.94 kg
• Pembakaran Batu Bara di Kiln
Umpan batubara SP + kiln = 37000 kg/jam
Persentase umpan masuk kiln = 54.7% (Sumber: CCR Tuban IV)
Umpan batubara masuk kiln = 20512.5 kg/jam
Tabel 14. Komposisi batu bara
Komponen % Massa Massa (kg)
C 57.24 11741.36
H2 4.28 877.94
N2 1.03 211.28
O2 18.21 3735.33
S 0.56 114.87
H2O 13.22 2711.75
Ash 5.46 1119.98
Total 100.0000 20512.50
S 0 0 967.8552415
Reaksi II :
S + O2 SO2
M 3.582410728 3.582410728 0
R 3.582410728 3.582410728 3.582410728
S 0 0 3.582410728
Reaksi III :
H2 + ½ O2 H2O
M 435.4965922 217.7482961 0
R 435.4965922 217.7482961 435.4965922
S 0 0 435.4965922
Reaksi IV :
N2 + O2 2NO
M 7.464880889 7.464880889 0
R 7.464880889 7.464880889 14.92976178
S 0 0 14.92976178
Sisa NO = 70% x sisa 2NO x BM NO
= 313.6232352 kg
Reaksi V :
NO + ½ O2 NO2
m 7.464880889 7.464880889 0
r 7.464880889 7.464880889 14.92976178
S 0 0 14.92976178
Reaksi VI :
C + ½ O2 CO
M 9.77631557 4.888157785 0
R 9.77631557 4.888157785 9.77631557
S 0 0 9.77631557
Kebutuhan O2 teoritis
= O2 yang diperlukan – O2 batu bara
= 38519.47 kg - 3735.33 kg
= 34784.14 kg
Udara pembakaran yang digunakan 10% excess
Udara pembakaran yang digunakan 110% excess (udara berlebih)
Sehingga:
Kebutuhan O2 sebenarnya :
= 110% x kebutuhan O2 teoritis
= 110% x 34784.14 kg
= 38262.55 kg
Asumsi udara mengandung 79% N2 dan 21% O2
100%
Kebutuhan udara sebenarnya = x Kebutuhan O2 sebenarnya
21%
= 182202.64 kg
79%
N2 dalam udara = x Kebutuhan O2 sebenarnya
21%
= 143940.08 kg
Total Nitrogen = (N2 dalam udara +(N2 dalam batu bara x 0.01) )
= 143942.20 kg
O2 sisa pembakaran = (kebutuhan O2 sebenarnya – kebutuhan O2
teoritis)
= 3478.41 kg
Udara primer dimasukkan lewat nozzle bersama dengan bahan
pengukuran.
Dari data pengukuran:
= 15465.23143 kg
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
O2 pada aliran udara primer = + 21% + 𝐵𝑀 𝑂2
𝐵𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
= 4694.77 kg
Kebutuhan udara sekunder = kebutuhan (udara sebenarnya – udara
primer)
= 162042.6 kg
21%
O2 pada udara sekunder = 100% x Kebutuhan udara sekunder
= 37735.74777 kg
N2 pada udara sekunder = (kebutuhan udara sekunder – O2 pada
udara sekunder)
= 124306.8885 kg
Tabel 17. Komposisi Gas Hasil Pembakaran (GHP)
Komponen Massa (kg)
CO2 42594.14775
SO2 229.5028444
H2O 10557.37
N2 143942.20
O2 3478.41
NO2 519.6933623
CO 273.8287333
Total 201595.1538
Tabel 18. Komposisi Clinker Panas (stream 14)
Komponen % massa massa (kg)
SiO2 21.18265333 71363
Al2O3 5.850652663 19710
Fe2O3 3.224182503 10862
CaO 65.98262086 222290
MgO 2.935671914 9890
SO3 0.115692612 390
K 0.464811717 1566
Na 0.1704309629 574
Cl 0.0464811717 157
Inert 0.02680226856 90
Total 100.0000 336892.2
56 78 13 14 17
12
15 18
Suspension Kiln Cooler
Preheater
2 3 4 10 11 12 16
H4 H5 H6 H7
SUSPENSION
H1
PREHEATER
H8
H2
H3 H14
Keterangan:
H1. Raw mill H6. Debu keluar
H2. Batu bara H7. Gas hasil pembakaran di SP
H3. Udara tersier H8. Kiln feed
H4. Uap air H14. Gas hasil pembakaran di kiln
H5. CO2 Kalsinasi
A. Input Suspension Preheater
B. Input Rotary Kiln
Basis perhitungan : 1 hour/day
Produksi klinker : 329522,07 kg/h
1. Panas Sensibel Umpan SP (Q1)
Panas Sensibel Umpan SP = Panas Sensibel (umpan kering + H2O
umpan SP)
Panas Sensibel Umpan Kering
Massa umpan kering (M) = 577622.13kg/h kg/h
Suhu Umpan (T) = 63 oC
Suhu Referensi (Tref) = 25 oC
= 325645.3127 kcal/jam
Panas Pembakaran Coal (Q panas pembakaran)
Massa H2O Coal (M) = 16987.50 kg/jam
NHV coal = 4628 kcal/kg
Panas Sensibel H2O Coal = Massa H2O Coal x NHV coal
= 78618150 kcal/jam
Panas Sensibel Coal (Q2)
Q2 = Qcoal kering + QH2O coal
= 78943795.31 kcal/jam
3. Panas Sensibel Udara Tersier (Q3)
Massa udara tersier (M) = 150336.3 kg/jam
Suhu udara tersier (T) = 180 oC
Suhu Referensi (Tref) = 25 oC
Asumsi udara mengandung 79% N2 dan 21% O2
𝑇
Panas Sensibel Udara Tersier (Q3) = 𝑀. ∫𝑇𝑟𝑒𝑓 𝐶𝑝(𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎). 𝑑𝑇
= 5649892.557 kcal/jam
Tabel 27. Data untuk menghitung panas udara tersier
Q
Komponen % massa(kg) BM kmol cp.Dt (m.Cp.Dt)
N2 79% 118765.6919 28 4.241631855 1150.915 136689216.3
O2 21% 31570.62697 32 0.9865820929 2328.766753 73520626.46
Total 100% 150336.3189 5.228213948 3479.681753 5649892.557
= 3960.426556 kmol
= 1584.170622 kmol/jam
m CaCO3 string B bereaksi = 60% x CaCO3 pada umpan kalsiner
= 237839.4564 kg/jam
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂3
Mol String B (Nb) = 𝐵𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3
= 2376.255934 kmol/jam
Massa CaO terbentuk = 237839.4564 kg/jam
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝑂
Mol CaO = 𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑂
= 3564.51923 kmol
Massa CO2 terbentuk (MCO2) = 156870.2139 kg/jam
Mol CO2 terbentuk = 3565.232134 kmol
Karena mempunyai koefisien reaksi yang sama, maka:
Mol CaCO3 bereaksi = mol CaO terbentuk = mol CO2 terbentuk
Data entalpi pembentukan pada 298 K (kcal/kmol)
Hf CaCO3 = -298500
Hf CO2 = -94052
Hf CaO = -151700
(Perry, Tabel 2-220)
ΣΔHf 298 K = n {(ΔHf CO2 + ΔHf CaO) - ΔHf CaCO3)}
= 306132547 kcal/jam
𝑇𝑠𝑡𝑑 𝑇𝑠𝑡𝑑
ΔHf reaktan = Na.∫𝑇𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐶𝑝(𝐶𝑎𝐶𝑂3). 𝑑𝑇 + Nb.∫𝑇𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐶𝑝(𝐶𝑎𝐶𝑂3). 𝑑𝑇
Cp.Dt
Komponen A B C
(kkal/kg.C)
CaCO3 string -
19.68 0.011890 - 8,193.765142
A 307600
CaCO3 string -
19.68 0.011890 -8312.958708
B 307600
ΔHf reaktan = -32734039.48 kcal/jam
𝑇𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
ΔHf produk = n.∫𝑇𝑠𝑡𝑑 𝐶𝑝(𝐶𝑎𝑂). 𝑑𝑇 + MCO2. ∫𝑇𝑠𝑡𝑑 𝐶𝑝(𝐶𝑂2). 𝑑𝑇
Cp.Dt
Komponen A B C
(kkal/kg.C)
CaO 10 0.00484 108000 10,334.087491
CO2 10.34 0.00274 195500 9483.840439
ΔHf produk = 70648146.28 kcal/h
ΣΔHf total CaCO3 = {(ΣΔHf 298 K + ΣΔHf produk – ΣΔHf reaktan)}
= 409514732.8 kcal/jam
Panas dari reaksi disosiasi MgCO3
m MgCO3 pada umpan pada kalsiner = 20528.05 kg
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑔𝐶𝑂3
mol MgCO3 = 𝐵𝑀 𝑀𝑔𝐶𝑂3
= 243.4829921 kmol
MgCO3 string A bereaksi = 40% x MgCO3 umpan kalsiner
= 8211.220427 kg/jam
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑔𝐶𝑂3
Mol string A (Na) = 𝐵𝑀 𝑀𝑔𝐶𝑂3
= 70,75 kmol/jam
m MgCO3 string B bereaksi = 60% x MgCO3 umpan kalsiner
= 12316.83064 kg/jam
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑔𝐶𝑂3
Mol string B (Nb) = 𝐵𝑀 𝑀𝑔𝐶𝑂3
= 146.0897953 kmol/jam
Massa MgO terbentuk = 8831.757107 kg/jam
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑔𝑂
Mol MgO =
𝐵𝑀 𝑀𝑔𝑂
= 219.1263759
Massa CO2 terbentuk (MCO2) = 9643.488854 kg/jam
Mol CO2 terbentuk (n) = 219.1702012 kmol
Karena mempunyai koefisien reaksi yang sama, maka
Mol MgCO3 bereaksi = Mol MgO terbentuk = Mol CO2 terbentuk
STRING A
massa gas buang string A = 40% x Massa gas buang
= 66541.38106 kg/jam
Suhu gas buang string A = 394 oC
Suhu Referensi (Tref) = 25 oC
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Gas Buang String A
Tabel 32. Panas gas buang string A
Komponen Massa (kg) Persen Cp.Dt Q (kkal_
CO2 14260.95705 21.43% 3531.124177 50357210.24
STRING B
massa gas buang string B = 60% x Massa gas buang
= 99812.07159 kg/jam
Suhu gas buang string B = 397 oC
Suhu Referensi (Tref) = 25 oC
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Gas Buang String B
Tabel 33. Panas gas buang string B
Komponen Massa (kg) Persen Cp.Dt Q (kkal_
CO2 21391.43558 21.43% 3569.144755 76349130.11
SO2 114.0381593 0.11% 3280.4476 374096.2058
H2O 5325.148485 5.34% 3069.6538 16346362.28
N2 71259.41516 71.39% 3165.76 225590206.2
O2 1722.034198 1.73% 3569.526906 6146847.404
Total 99812.07159 100.00% 16654.53306 324806642.2
Panas Sensibel Gas Buang SP (Q11)
Q11 = Qgas string A + Qgas string B
= 539211298.7 kcal/jam
= 83.20%
2) Neraca Eneregi Rotary Kiln
A. Input Rotary Kiln
1. Panas yang dibawa umpan kiln (Q1)
Massa Umpan Kiln = 354273.73 kg/jam
Suhu Umpan Kiln = 900 ºC (Data dari Evaluasi Proses)
Suhu referensi = 25 ºC
Cp = 0.24 kcal/kmoloC
SiO2 10.87 + 0.008712 T – 241200 T-2
Al2O3 22.08 + 0.008971 T – 522500 T-2
Fe2O3 24.27 + 0.01604 T – 423400 T-2
CaCO3 Sisa 19.68 + 0.01189 T – 307600 T-2
= 75%
3) Neraca Energi Grate Cooler
A. Input Grate Cooler
1. Panas klinker dari kiln (Q1) = 95388243.15 kcal/jam
2. Panas udara pendingin (Q1)
Massa udara pendingin = 741162.8218 kg
Q2 =
= 1421908.493 kcal/jam
B. Output Grate Cooler
1. Panas Udara Sekunder ke Kiln (Q3)
Massa udara sekunder = 162042.6 kg/jam
Suhu udara sekunder (T) = 880 ºC
Tref = 25 ºC
Cp = 0.241 kcal/kg oC
Q3 = M x Cp x (T – Tref)
= 33389695.42 kcal/jam
2. Panas Udara Tersier ke Preheater (Q4)
Massa udara tersier = 150336.32 kg/jam
Suhu udara tersier (T) = 880 ºC
Tref = 25 ºC
Cp = 0.241 kcal/kgC
Q4 = Massa udara tersier x Cp x (T – Tref)
= 30977550.19 kcal/jam
3. Panas ke Finish Mill dan EP (Q5)
Massa debu keluar cooler = 6737.843835 kg/jam
Suhu debu = 223 ºC
Tref = 25 oC
Cp = 0.17 kcal/kg oC
Q5 = M x Cp x (T – Tref)
= 226795.8235 kcal/jam
= 95.71%
Keterangan :
H1. Umpan SP H9. Batu bara kiln
H2. Batu bara SP H10. Udara primer
H3. Udara tersier H11. Udara sekunder
H4. Uap air H12. CO2 hasil kalsinasi
di kiln H13.
H5. CO2 hasil kalsinasi di SP H13 GHP di kiln
LAMPIRAN