STAF ASISTEN
David Stefan Giovani
Farras Haidar Murchan
Angghita Putri Sekar Ningrum
Nabila Putri Imalianda
Ari Paskah Tampubolon
Kintan Kayla Husna
James Christopher Chang
Bima Indra Pratama
Febrian Aji Mahendra
Robertus Belarminus Rangga S
Muhammad Aziz Rifai
Aldi Febrian 2023
Adam Raka Ekasara, S.T., M.Eng.
Daniel Radityo, S.T., M.T.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala limpahan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan revisi Buku Pedoman Praktikum Geologi Teknik edisi
tahun 2023. Buku ini tersusun atas dorongan untuk perbaikan dan penyempurnaan atas buku
panduan praktikum edisi sebelumnya yang masih belum sempurna.
Buku Pedoman Praktikum Geologi Teknik ini disusun berdasarkan rujukan beberapa
referensi pilihan tentang Geologi Teknik serta berbagai percobaan-percobaan yang telah dilakukan,
sehingga diharapkan mampu memberikan pemahaman dasar tentang Geologi Teknik bagi praktikan.
Tersusunnya buku ini tidak luput dari dukungan beberapa pihak. Ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada Ir. Puji Pratiknyo, M.T. , Dr. Ir. Purwanto, M.T., M.Sc., Dr. Herry
Riswandi S.T., M.T. Thema Arrisaldi, S.T., M.Eng., Hasan Triatmojo, S.T., M.T., Adam Raka Ekasara,
S.T., M.Eng., dan Daniel Radityo, S.T., M.T. selaku rekan dosen KBK Geologi Teknik dan Hidrogeologi
yang telah membantu terwujudnya buku Pedoman Praktikum Geologi Teknik ini.
Akhir kata semoga buku ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mempelajari Geologi
Teknik, khususnya untuk lingkup Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Tim Penyusun
ii
TATA TERTIB
PRAKTIKAN GEOLOGI TEKNIK
1. Praktikan diharuskan datang paling lambat 10 menit dari jadwal, menurut jam
Laboratorium Geologi Teknik.
2. Selama praktikum berlangsung praktikan dilarang makan, minum, merokok,
membawa senjata (tajam, api, dll), membawa narkoba dan wajib menjaga sopan
santun.
3. Praktikan yang datang terlambat boleh mengganti jadwal dengan surat dari asis-
ten, kemudian diberi izin oleh Kepala Lab/ Penanggung Jawab Praktikum, jika
alasan terlambat jelas atau masuk akal.
4. Praktikan yang berhalangan hadir pada jadwal yang sudah ditentukan, dapat
memindahkan jadwal dengan konfirmasi satu hari sebelumnya. Ijin disertai
dengan surat dari asisten yang disertai cap Laboratorium Geologi Teknik
kemudian diberi izin oleh Kepala Lab/ Penanggung Jawab Praktikum, jika alasan
keterlambata jelas atau masuk akal.
5. Praktikan wajib menyelesaikan administrasi paling lambat minggu ke-4 dari
waktu mulai praktikum acara pertama . Jika praktikan tidak menyelesaikan ma-
salah administrasi sesuai batas waktu tersebut maka akan diberi nilai F dan tidak
ada permohonan ganti nilai di kemudian hari.
6. Praktikan wajib membawa perlengkapan yang dibutuhkan, jika tidak membawa
perlengkapan tersebut maka asisten berhak mengeluarkan praktikan karena di-
anggap tidak siap mengikuti praktikum Geologi Teknik.
7. Praktikan yang ingin memperbaiki nilai diberi waktu maksimal 2 minggu dari
acara yang bersangkutan. Jika melebihi waktu tersebut maka dianggap
menerima nilai yang sudah diperoleh sebelumnya.
8. Setiap tugas individu wajib dikerjakan oleh setiap praktikan secara individu. Apa-
bila tugas tersebut dikerjakan oleh pihak lain, maka praktikan tersebut akan
dinyatakan TIDAK LULUS.
9. Tata tertib ini dibuat dan disepakati bersama oleh Ka. Lab, Penanggung jawab
Praktikum, Koordinator Praktikum, dan Asisten Lab.
10. Tata tertib lainnya yang belum tercantum akan dibuat lebih lanjut.
iii
JADWAL ACARA PRAKTIKUM
GEOLOGI TEKNIK 2023
iv
Buku Panduan Praktikum Geologi Teknik
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Setelah survei pendahuluan selesai maka dapat dibuat rencana penelitian lapangan
yang seksama. Penelitian di lapangan merupakan penunjang dasar bagi perencana dalam
merancang bangunan yang stabil, aman dan ekonomis.
Untuk merencanakan hal tersebut si perencana harus mengerti bagaimana reaksi tanah
terhadap rencana bangunannya dan bagaimana bangunannya kelak akan dipengaruhi oleh
keadaan tanah tersebut.
Penelitian lapangan di sini adalah penelitian terhadap lingkungan dan tanah pada
lokasi rencana bangunan, jadi yang dimaksud dangan penelitian lapangan bukan hanya
penyelidikan tanah tetapi juga termasuk penelitian-penelitian lain yang bisa memberikan
keterangan tambahan yang berguna bagi si perencana, misalnya bangunan tidak boleh runtuh
akibat gaya geser atau penurunan tanah, bendung tidak boleh bocor atau bergerak dan lain-
lain.
Yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah penyelidikan tanah baik lapangan
maupun laboratorium dimana dalam bab ini akan dibahas tentang penyelidikan tanah di
lapangan.
tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi
mengenai susunan batuan dibawah permukaan bumi.
Macam-macam peta geologi yang dihasilkan tergantung pada tujuan pemetaan, di antaranya
:
- Keilmuan
- Geologi ekonomi
- Geologi minyak
- Geologi teknik
Peta-peta tersebut walaupun pada dasarnya sama tetapi tiap macam mengandung
penekanan-penekanan tertentu dan sifat-sifat yang diperlukan dalam tujuan masing-masing.
Sebagai contoh pemetaan untuk lokasi bendungan (geologi teknik), yang nantinya akan
digunakan untuk teknik sipil, tidak ada gunanya bila yang dikemukakan itu hanya geologi
sejarah saja. Peta tersebut akan mendukung apabila di dalamnya terkandung semua aspek
yang berkaitan dengan komunikasi bendungan.
Kegunaan
Prosedur pelaksanaannya
Tahap pelaksanaan pemetaan geologi dapat dibagi dalam 3 tahap utama yaitu :
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan ini meliputi kegiatan diruang kerja dan perencanaan kerja dilapangan.
Perencanaan kerja antara lain :
a. Pengumpulan data mengenai keadaan daerah (medan)
b. Membuat rencana, tenaga, perlengkapan, biaya.
c. Penyusunan jadwal
Setelah dilapangan melakukan penyelidikan untuk dapat mengenali medan, jalan,
sungai, nama kampung, mengetahui secara sepintas jenis-jenis litologi dan membuat
perencanaan mengenai lintasan-lintasan yang akan ditempuh.
Pengamatan dilapangan
Semua yang dapat dilihat, bagi pemeta mempunyai arti tertentu yang berfungsi untuk
memberikan informasi yang lebih kepadanya, adalah kewajiban bagi para pemeta untuk
mencatat segala yang diamati, walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya tidak
ada gunanya, sebab data tersebut mungkin akan diperlukan saat mendatang.
Ada 3 hal pokok yang harus direkam di dalam suatu buku lapangan, yaitu :
- Unsur struktur
Jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang perlapisan, kekar, sesar,
foliasi dan lain-lain), serta arah dan penunjaman struktur gawir (misalnya sumbu
microfold, goresgaris, liniasi mineral).
- Deskripsi litologi
Dilapangan harus di usahakan pada singkapan yang baik serta dapat diharapkan mewakili
satu satuan.
- Membuat sketsa atau potret
Mungkin tujuannya perlu dilakukan sebab dengan foto ada saja kemungkinan gagal dan
pada sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.
Sumur uji berguna untuk daerah timbunan dan secara visual dapat memberikan
gambaran tentang lapisan tanah yang ada. Dengan sumur uji juga dapat dilihat adanya
daerah-daerah patahan, lapisan dasar batuan. Sumur uji daerah diperpanjang menjadi paritan
uji (trenches) untuk mengikuti atau menyilang daerah longsor.
Contoh tanah terganggu bisa diperoleh langsung. Contoh tanah asli bisa diperoleh
dengan menekan tabung contoh pada dasar sumuran.
Batasan
Untuk tanah yang ada lepas dan adanya muka air tanah yang tinggi maka percobaan ini
sulit dilaksanakan, juga untuk daerah batuan yang keras.
2. Probing
Dalam bentuk yang paling sederhana adalah dengan cara memukul batang baja yang
tajam atau berbentuk peluru ke dalam tanah. Jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk
memasukkan batang dapat dikorelasikan dengan kekuatan tanah yang bersangkutan
Penggunaan umum
Percobaan ini adalah percobaan yang mudah, sederhana dan murah dalam menentukan
kedalaman lapisan tanah lepas.
Dalam hal ini tidak dapat diambil contoh tanah dan juga tidak dapat dilaksanakan
percobaan ditempat.
Batasan
Alat ini hanya dapat digunakan pada lapisan tanah mengandung kerikil/kerakal dapat
memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah. Hal ini hanya dapat dilakukan sebagai
petunjuk awal lubang bor.
3. Bor Tangan
Metode ini dijalankan dengan tangan untuk membedakan lapisan tanah yang ada.
Hasil yang didapat adalah lubang bor dengan kedalaman maksimum 6,00 – 10,00 meter
dengan dimeter 50- 200 mm
Penggunaan umum
Pemboran tangan adalah metode yang cepat dan murah untuk tanah yang lunak
percobaan ini dapat dilaksanakan pada daerah yang terpencil dan sulit untuk transportasi alat
besar.
Percobaan ini berguna sebagai perencana awal dan dapat digunakan untuk pencarian
muka air tanah dan untuk memasang peralatan-peralatan.
Batasan
Biasanya jarang digunakan pipa pelindung dan kadang-kadang tanah berguna dan air
dapat menghambat penetrasi, juga batuan atau lempung yang sangat kenyal.
Metode ini menggunakan anjungan ringan yang dikembangkan dari teknik pemboran
kuno dan dirakit oleh Land Rover. Alat ini terdiri dari kaki tidak yang disambung dangan
rantai digunakan untuk menaikkan dan menjatuhkan berbagai alat kedalam lubang yang
biasanya berdiameter 150 – 200 mm.
Peralatan yang digunakan dipilih sesuai dengan keadaan lapisan tanah dan muka air
tanah yang akan ditembus. Sering dikenal sebagai “pemboran dengan tumbukan ringan”.
Penggunaan umum
Metode ini paling umum digunakan di Inggris. Dapat digunakan untuk segala macam jenis
tanah dan dapat mencapai kedalaman 60,00 m.
Batuan dapat dipahat atau batuan yang sangat keras dapat dibor dengan bor putar. Alat ini
cukup ringan sehingga dapat diletakkan pada permukaan tanah yang lunak.
Dapat diambil contoh tanah terganggu menerus atau contoh tanah asli dengan diameter
100 mm.
Juga percobaan penetrasi standar (SPT) dapat dilaksanakan dengan menggunakan palu
seberat 63,5 kg.
Batasan
5. Pemboran putar
Dengan sistem ini batang bor diputar secara mekanis dan putaran ini diteruskan
kemata bor pada dasar mata lubang bor. Anjungan juga memberikan tekanan pada mata bor.
Batangnya bisa dipasang pada pahat mekanis yang berputar atau diputar dari atas oleh motor
hidrolis.
Mata bor dilumasi dan hasil potongannya diangkat kepermukaan dengan bantuan
pelumas (Lumpur, air, udara atau busa). Inti batuan yang terpotong akan tertinggal dalam
tabung inti dan diangkat kepermukaan untuk diuji.
Penggunaan umum
Ini adalah metode umum dalam penyelidikan tanah dan anjungan yang berbeda-beda
mulai dari yang ringan sampai yang berat sehingga memerlukan kran untuk pemasangan.
Mata bornya pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanah atau batuan, alat bor dan
kapasitas pemboran yang dikehendaki.
Dengan teknik pemboran yang benar, seluruh contoh inti dapat terambil untuk
pengujian yang dibutuhkan, juga berbagai macam percobaan ditempat dapat dilaksanakan.
Batasan
Pipa pelindung mungkin dibutuhkan untuk tanah yang tidak stabil untuk menjaga
supaya lubang tidak tertutup. Pengalaman tertentu dibutuhkan untuk memilih jenis mata bor,
penentuan jumlah media pelumas, kecepatan putaran, tekanan mata bor dan lain-lain untuk
mendapatkan contoh inti yang baik.
Sering pemboran ini dapat ditemukan pada pelaksanaan pengambilan bahan (quarry)
dan peledakan. Alat ini dipasang pada traktor, lori atau crawler dan media pelumas yang
digunakan adalah udara. Kadang-kadang alat ini dikenal sebagai palu tekan atau bor wagon.
Mata bor tanpa inti dapat digunakan untuk alat bor Ikama untuk menghasilkan
langsung lubang bor yang terbuka.
Penggunaan umum
Metode ini menghasilkan lubang yang cepat dan murah dan sering digunakan dalam
pencarian barang tambang dimana dibutuhkan sejumlah besar lubang dalam jarak dekat
untuk melokasikan rongga-rongga.
Gambaran kasar tentang lapisan yang ada bisa diperoleh dari penetrasi rata-rata dan
dari keadaan dan arna gumpalan-gumpalan kecil tanah yang dihasilkan.
Seperti dijelaskan diatas, contoh yang bisa diperoleh hanya debu atau gumpalan-
gumpalan kecil tetapi berbagai percobaan ditempat dapat dilaksanakan.
Batasan
Contoh yang dihasilkan hanya dapat memberikan gambaran tentang lapisan secara
kasar sehingga dibutuhkan pengawasan yang terus menerus. Percobaan ini menimbulkan
suara yang bising dan debu. Untuk tanah yang lepas dibutuhkan pipa pelindung sehingga
ada biaya tambahan.
Pemboran Mekanis
Dalam proses ini anjungan yang berputar secara mekanis menekan bor yang bisa yang
berbentuk pipa penuh atau berlubang ditengah. Batang yang penuh hanya bisa menghasilkan
contoh terganggu tetapi batang berlubang bisa menghasilkan baik contoh asli maupun
contoh seni terganggu menerus. Anjungan ini biasanya dipasang pada lori.
Penggunaan umum
Metode ini pelaksanaannya cepat pada tanah kohesif dan jika diperoleh contoh
menerus hal ini akan sangat berguna dalam mendeteksi perubahan yang kecil pada tanah
misalnya ada lensa pasir yang tipis. Ukuran bor tipikal adalah 150-250 mm dan kedalaman
yang bisa dicapai 50 m. Pada tanah yang bulat dapat digunakan bor yang bulat yang pendek
digunakan untuk memindahkan tanah permukaan. Jika ditemui lapisan batuan, pemboran
dapat dilanjutkan dengan menggunakan pemboran inti dengan diameter kecil dengan batang
yang berlubang.
Batasan
Persoalan akan timbul jika digunakan pada lapisan tanah lepas khususnya dibawah
permukaan air tanah atau jika ada kerakal. Anjungan cederung berat karena dibutuhkan
tenaga yang besar dan jalan masuk yang lunak akan menyulitkan.
1. Sumur Uji
a. Kegunaan
- Penelitian visual tentang keadaan tanah setempat
- Pengujian detail tentang perbedaan tanah, sruktur dan profil akibat perubahan
cuaca
- Observasi aliran air dan pengukurannya
- Pengujian rendaman
- Pencarian benda-benda geologi dan arkeologi atau detail fondasi yang ada
- Penetapan model kelongsoran dari lereng galian, fundasi atau timbunan dengan
melokasikan daerah longsor
- Mencari kelongsoran geologis dengan membuat/memperluas sumur uji menjadi
paritan untuk mendapatkan kedalaman lapisan tanah/batuan
- Mendapatkan cara yang mudah untuk penggalian ditinjau dari segi biaya dan untuk
menetapkan kedalaman lapisan batuan
- Mengadakan percobaan ditempat dalam skala besar termasuk percobaan daya
dukung pelat dan percobaan pembebanan horizontal
- Menenentukan lokasi titik bor
- Mendapatkan contoh-contoh tanah
- Menetapkan kestabilan galian
- Selain untuk keperluan di atas biasanya sumur uji juga dilaksanakan untuk daerah
yang terpencil dimana peralatan sukar mencapai lokasi.
b. Pelaksanaan
Bagian ini mengungkapkan kebutuhan peralatan untuk percobaan sumur uji dan
prosedur lapangan yang disarankan.
- Skop
- Palu biasa
- Cangkul
- Kompas
- Tali
Tidak semua peralatan ini dibutuhkan untuk dan kadang dibutuhkan tambahan.
Sebelum pekerjaan dimulai semua peralatan yang dibutuhkan harus dipersiapkan.
Salah satu langkah pertama adalah pemilihan lokasi yang tepat sehingga data yang
diharapkan bisa diperoleh. Kadang-kadang perlu diperhatikan kerusakan yang timbul pada
lengkungan baik akibat sumur uji itu sendiri maupun akibat peralatan yang dibawa. Setelah
lokasi ditemukan, rencana sumur uji ditandai dengan patok. Lapisan humus dibuang terlebih
dahulu. Setiap penggalian dilakukan lapis demi lapis setebal kurang lebih 30 cm untuk
memungkinkan pengujian setempat. Untuk sumur uji dengan kedalaman lebih dari 1,50 m
harus diberi kemiringan atau diberi turak pelindung tetapi untuk tanah lumpur yang sangat
lunak kadang-kadang diperlukan turak meskipun kedalaman kurang dari 1,50 m. Untuk
tanah lempung kenyal kadang-kadang tidak dibutuhkan turak sampai kedalaman 1,50 m
tetapi untuk kedalaman > 1,50 m diperlukan turak.
Tanah pasir dan lanau akan membahayakan terutama jika mengandung air dan
terutama jika berada dibawah permukaan air tanah. Tanah batuan sering-sering tidak
membutuhkan turak hanya perlu diperhatikan bahaya batu jatuh.
Setelah galian selesai maka diadakan pengukuran dan kemudian dapat dibuat
penampang lapisan tanah. Jika tidak dibutuhkan lagi maka sumur uji harus ditutup kembali
tetapi jika masih dibutuhkan untuk penelitian maka sumur uji harus dijaga agar tidak
tertimbun kembali.
Untuk keperluan percobaan gradasi, klasifikasi dan CBR harus diambil contoh seberat
25 kg untuk tanah berbutir halus dan 50 kg untuk tanah berbutir kasar. Untuk percobaan
pemandatan atau perencanaan campuran beton diambil contoh seberat 100 kg. Dapat juga
diambil contoh asli untuk percobaan CBR kedalam tanah. Beberapa percobaan yang dapat
dilaksanakan adalah penetrometer saku dan percobaan kipas manual yang hanya bisa
memberikan nilai secara kasar. Penetrometer konus yang sederhana juga bisa dilaksanakan
dengan cara menekan batang dengan konus kecil pada ujungnya. CBR ditempat dengan cara
menghitung penurunan plunyer yang berbeban, untuk mendapatkan gambaran harga CBR
lapangan secara umum, selain juga percobaan daya dukung pelat, untuk percobaan
kepadatan lapangan dapat diadakan percobaan konus pasir (sand cone).
2. Pemboran Tangan
Pemboran tangan bisa digunakan untuk pengambilan contoh tanah dalam lapisan
dangkal (<10,00 m).
a. Kegunaan
Untuk mendapatkan keterangan tanah, jenisnya, sifat-sifat fisis dan keadaan tanah itu
sendiri.
b. Pelaksanaan
Bor tangan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam bor (auger) pada
ujung bagian bawah dari stang berbentuk T untuk memutar stang bor.
- Pita ukur
- Pensil, kertas dan lembaran data
- Alas terpal untuk tempat contoh
d. Prosedur pelaksanaan
Setelah lubang untuk pemeriksa dibuat dan bersih, kemudian bor dimasukkan kedalam
tanah dengan memutar stang bor hingga bor penuh terisi tanah dan kemudian stang ditarik
ke atas. Tanah dalam mata bor dibersihkan dan dimasukkan kedalam kantong plastik.
Untuk contoh ini dapat diambil dari contoh tanah dengan bor. Tanah yang diambil
adalah contah dari setiap lapisan yang ditentukan dengan pemeriksaan visual.
3. Pemboran putar
a. Kegunaan
- Penyelidikan bahan tabung/endapan mineral
- Mengetahui struktur geologi suatu daerah
- Menyilidiki tanah dasar untuk tujuan teknik sipil, seperti untuk fondasi
bangunan gedung, jalan, jembatan bendungan, pelabuhan, dan lapangan terbang
- Pembuatan sumur ekplorasi dan eksploitasi minyak atau air
- Pembuatan lubang udara ventilasi dan lubang pengeringan air dalam tambang di
bawah tanah
- Maksud pemecahan batu dan pembuatan terowongan
b. Peralatan yang dibutuhkan
- Mesin bor dengan alat lengkap dengan alat pengatur geral, alat pemegang bor dan
sebagainya
- Mesin pompa lengkap dengan selang air dan alat penggerak air
- Alat penembus tanah (mata bor) dan stangnya
- Menara atau tripod sebagai pembantu dalam pemasukkan dan pengeluaran batang
bor dari dalam tanah
- Batang bor yang biasa dipakai dengan panjang 2,5 dan 10 feet
- Pipa pelindung dengan panjang 2,3,5, dan 10 feet
- Macam-macam matam bor : straight chopping bit, cross chopping bit, three cone
roller bit, carbide core bit
- Unit cere barrel (penginti)
- Kotak contoh
c. Posedur Pelaksanaan :
- Untuk lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan lempung, lanau atau pasir dapat
dimulai dengan bor spiral dari common auger (1 7/8”), closed spiral dari auger (2
1/2") atau open spiral auger, dimana pemboran dengan sistem kering. Tapi dari
pengalaman lebih baik di pakai jenis pertama. Pemboran dari spiral ini dilakukan
tiap 40 cm sampai kedalaman 2 atau 3 meter. Bila ini sudah selesai dapat diteruskan
dengan pencucian (washing) sampai kedalaman bor spiral tadi. Maksud pencucian
disini adalah untuk melebarkan lubang bekas bor spiral yang maksudnya sebagai
persiapan langkah-langkah selanjutnya. Pencucian dapat dilakukan dengan three
cone roller bit yang berdiameter 4 1/2” atau 4 1/8”. Maksud penggunaan mata bor
yang besar ini adalah sebagai persiapan untuk memasukkan pipa pelindung dengan
diameter luar 4 1/2".
- Untuk lapisan permukaan yang tediri dari campuran kerakal, kerikil dan pasir yang
bersifat lepas, maka langkah pertama adalah membuat lubang dan langsung dipasang
pipa pelindung. Untuk membersihkan lubang dipakai 3 cone bit yang diameternya
lebih kecil dari diameter pipa pelindung. Hasil pemotongan contoh tanah (cutting)
dapat diambil sebagai contoh tidak asli. Pengambilan kotoran dalam pipa pelindung
juga dapat dilakukan dengan pompa.
- Pada umumnya dilakukan terhadap contoh tanah dari jenis lempung, lanau, pasir
lempung atau pasir lanauan.
- Alat yang dipakai adalah tabung dinding tipis dengan diameter 75 mm dan panjang
76 cm
- Bersihkan lubang bor sampai dasarnya dilakukan dengan pemboran basah dan untuk
mengangkat kerikil yang tersisa dapat dikerjakan dengan pompa pasir.
- Pasang tabung contoh dan kepalanya pada batang bor dan turunkan kedasar lubang.
- Batang bor ditekan dengan mesin bor (secara hidrolis) sehingga tabung masuk
kedalam contoh tanah maksimum sedalam 60 cm.
- Sesudah tabung masuk sampai kedalaman yang diinginkan putar tabung untuk
memisahkan contoh tanah dengan sekitarnya.
- Tabung diangkat dengan hati-hati dan dilapaskan dari kepalanya dan dibersihkan
kedua ujungnya, kemudian ditutup dengan parafin dan diberi label.
- Batang bor
- Split spoon sampler
- Penembuk dengan berat 63,5 kg
- Batang peluncur penumbuk dengan panjang minimum 0.5 cm
- Kepala batang penumbuk
- Ring penumbuk
Pelaksanaan :
- Dalam pemotongan mesin bor tumbuklah batang ini dengan penumbukan diatas
dengan tinggi jatuh bebas 75 cm. Jumlah tumbukan untuk tiap 15 cm tadi dicatat,
yaitu nilai N1, N2, dan N3.
- Yang disebut dengan nilai N SPT adalah N2 + N3.
- Angkat split spoon perlahan-lahan agar contoh yang didalamnya tidak jatuh
Pemboran mekanis dan lainnya dalam hal ini jarang digunakan sehingga tidak dibahas
dalam buku ini
4. Sondir
Kegunaan
Untuk mengetahui kedalamannya lapisan tanah keras serta sifat daya dukung
maupun daya lekat setiap kedalaman.
Pelaksanaan
Alat yang biasa digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer dengan bikonus jenis
Gegemann dengan kapasitas maksimum 250 kg/cm2
Bikonus yang digunakan bekerja ganda sehingga dapat menunjukkan tingkat
kepadatan lapisan tanah yang dicapai sehingga ujung konus dan geseran setempat yang
diukur oleh geseran mantel konus.
- Satu set (30) buah batang stang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya
masing-masing 1,0 meter
- Manometer 2 buah
a. Kapasitas 0-50 kg/cm2
b.Kapasitas 0-250 kg/cm2
- Satu buah bikonus dan satu buah paten konus
- Satu set angker
- Peralatan kunci pipa, kunci plunyer, palu, kunci manometer, waterpass dll
- Minyak hidrolik (kastrol Oli, SEA 10).
Prosedur Pelaksanaan
- Pasang mesin tegak lurus pada tempat yang akan diselidiki yang diperkuat dengan
angker yang dipasang dalam tanah.
- Pasang traker, tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan bergerak
kebawah sedalam 4 cm, kemudian baca manometer yang menyatakan perlawanan
ujung. Pada penekanan selanjutnya conus dan mantelnya bergerak kebawah 4 cm.
Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tahanan ujung dan perlawanan lekat.
- Tekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm
- Pekerjaan sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut :
Jika bacaan manometer tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai > 150 kg/cm2
Jika alat sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan manometer belum
menunjukkan angka yang maksimum maka alat sondir diberi pemberat
Perhitungan
𝐽𝐻𝐿𝑖 = ∑ 𝑖𝑜 𝐻𝐿
a. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah
b. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
c. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja baik maka hasil yang diperoleh bisa
meragukan
5. Percobaan permeabilitas
Untuk mengukur rata-rata aliran air melalui suatu jenis tanah.
Percobaan dengan menurunkan muka air adalah percobaan yang paling sederhana
dan baik untuk tanah berbutir halus sedang cara dengan permukaan tetap lebih teliti
tetapi juga tidak cocok untuk tanah berbutir kasar. Percobaan Packer sering digunakan
pada batuan sedang percobaan dengan pemompaan bisa dilaksanakan baik tanah
maupun batuan dengan permeabilitas tinggi dan biasanya digunakan untuk
mengevaluasi sumber air (aquifer) untuk penyediaan air.
Untuk mendapatkan harga rata-rata dari permeabilitas (daya rembes dari suatu
lapisan)
Peralatan yang digunakan :
- Alat pembor
- Pipa pelindung
- Meteran air
- Manometer tekanan
- Pompa
- Pipa air dan penyambungnya
Prosedur Pelaksanaan :
- Pipa pelindung ditanamkan sampai kedalaman yang diinginkan
- Jika pipa harus ditanamkan dibawah muka air tanah maka harus diperhatikan
bahwa air harus selalu ada dalam pipa untuk mencegah naiknya tanah
- Lubang kemudian di bersihkan
- Setelah bersih tambahkan air bersih melalui suatu sistem meter untuk menjaga
aliran gravitas pada ketinggian tetap
- Kemudian dicatat tinggi permukaan tetap, aliran rata-rata tetap kedalaman lubang,
ukuran pipa pelindung, ketinggian pipa pelindung sebelah atas dan bawah.
Perhitungan:
𝑄 𝐿
𝑘= ln > 10𝑟
2𝜋𝐿𝐻 𝑟
𝑄
𝑘= sin ℎ−1 > 10𝑟 > 𝐿 > 𝑟
2𝜋𝐿𝐻
k = permeabilitas
Q = aliran rata-rata konstan dalam lubang
L = panjang bagian yang diuji
H = perbedaan tinggi muka air
r = jari-jari lubang yang diuji
1. Bor
2. Alat penampung
3. Klep dengan alat pengaturnya
4. Pengapung
5. Pipa pelindung
6. Beban pemberat
Prosedur pelaksanaan
Jika kedalaman yang akan diuji di bawah permukaan air tanah maka diperlukan
bantuan pipa pelindung yang kelak akan dicabut apabila praktikum akan
dilaksanakan. setelah sumur bersih kemudian diurug dengan pasir bersih atau
kerikil halus sampai ketinggian ±15 cm dibawah permukaan air yang harus
dijaga.
Pipa pelindung galvanis berisi ditempatkan secara vertikal pada ruang diatas
pasir dan pasir porus ditempatkan diantara pipa dan pelindung sumur.
c. Pasir untuk sumur uji
Pasir untuk sumur uji mempunyai dua kegunaan :
1. Mengganti pipa pelindung sebagai pencegah longsornya dinding
2. Sebagai alat pengukur tidak langsung jari-jari sumuran
d. Pengaturan peralatan uji
Bak penampung harus ditaruh dalam daerah datar dan pada ketinggian tertentu.
Tabung 1/2 inchi pada sisi pipa pelindung dapat digunakan sebagai pencatat suhu
(termometer) sumuran atau pipa air pleksibel dari klep apung dapat
disambungkan. Panjang rantai ringan dari batang apung kebatang pengatur klep
harus dipasang dan pemberat banding ditempatkan mengimbangi jika di airi.
e. Suhu Air
Karena adanya kemungkinan perubahan suhu dilapangan dan perubahan
kekentalan air karena suhu, maka perlu dicatat suhu selama percobaan dan
mengoreksi koefisien permeabilitas ke standar 20° C.
f. Pencatatan aliran dan waktu
Uji permeabilitas diadakan dengan mencatat pembacaan pada tabung manometer
pada interval waktu. Dari data ini bisa digambar kurva yang menunjukkan
hubungan akumulatif aliran dengan waktu dan bisa dihitung aliran rata-rata pada
setiap waktu
g. Lama waktu pengujian
Pengujian harus dilaksanakan cukup lama untuk mendapat selimut jenuh pada
tanah tapi tidak perlu cukup lama untuk menghasilkan muka air atau
menghasilkan kejernihan yang berlebihan sehingga timbul kelongsoran.
Waktu minimum
2
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 2.09 𝛾𝑠 ℎ√ −1
sin ℎ−1 (ℎ⁄𝑟)
[ ]
Waktu maksimum
Perhitungan koefisien permeabilitas
𝑄
(sin ℎ−1 (ℎ⁄𝑟) − 1) ⁄2𝜋 𝑈
𝑘20 : 525.6 ( 𝑡⁄𝑈 )
ℎ2 20
BAB II
MEKANIKA TANAH
Prosedur Pelaksanaan
1. Cincin dalam keadaan bersih ditimbang (W1).
2. Benda uji (undisturb) disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh sampai
cincin terisi penuh.
3. Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar.
4. Timbang cincin beserta isinya (W2).
5. Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan ketelitian 0,01
cm dengan menggunakan jangka sorong.
Perhitungan
𝑾𝟐 − 𝑾𝟏 𝒈𝒓
𝜸= ( ⁄ 𝟑)
𝑽 𝒄𝒎
Prosedur Pelaksanaan
1. Tanah yang akan diperiksa baik disturb maupun undisturb ditempatkan dalam cawan
yang bersih, kering, dan telah diketahui beratnya (disturb), dan dalam cincin
(undisturb).
2. Kedua wadah tersebut beserta isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat dalam
formulir yang tersedia.
3. Kemudian kedua wadah tersebut dipanaskan dalam oven pemanas / heater sampai
berat contoh tanah konstan.
4. Setelah konstan, kedua wadah tersebut didinginkan dalam desikator.
5. Setelah dingin, ditimbang dan beratnya dicatat.
Perhitungan
Berat wadah + tanah basah = W1 gram.
Berat wadah + tanah kering = W2 gram.
Berat wadah kosong = W3 gram.
Berat air = (W1 – W2) gram.
Berat tanah kering = (W2 – W3) gram.
𝑾𝟏 − 𝑾𝟐
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝟐 − 𝑾𝟑
Prosedur Pelaksanaan
a. Kalibrasi Piknometer
1. Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (W1)
2. Isi piknometer dengan air suling dengan suhu ruang, kemudian timbang beratnya
(Wa) dan ukuran suhu air tersebut (ta)
𝑾𝟒 = 𝒌 × 𝑾𝒂
Dimana :
W4 : berat piknometer dan air pada suhu T.
Wa : berat piknometer dan air pada suhu Ta.
W1 : berat piknometer.
k : perbandingan kerapatan air pada suhu standar (25o C) dibanding
kerapatan air pada suhu tertentu (suhu ruang).
b. Benda Uji
1. Siapkan contoh (disturb dan undisturb) tanah sebanyak 6,25 gram dan kemudian
keringkan dengan oven.
2. Masukkan contoh tanah.
3. Timbang contoh tanah + piknometer (W2).
4. Didihkan contoh tanah tersebut dengan menggunakan larutan gliserin untuk
menghilangkan udara yang terperangkap dalam contoh tanah atau dengan
menghisap udara yang terperangkap dengan pompa vakum.
5. Rendam dan diamkan piknometer sampai mencapai suhu konstan dan tambah air
suling sampai batas leher. Bersihkan bagian luar piknometer dan keringkan
kemudian timbang (W3).
Perhitungan
𝑾𝟐 − 𝑾𝟏
𝑮𝒔 =
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏 ) + (𝑾𝟒 − 𝑾𝟑 )
Prosedur Pelaksanaan
1. Ambil contoh tanah (disturb) secukupnya.
2. Tempatkan dalam cawan porselin dan campurkan dengan air suling sebanyak 15 –
20 ml. Campur dengan merata dengan bantuan spatula.
3. Ambil contoh tanah yang telah terampur homogen dan taruh pada cawan alat
cassagrande.
4. Ratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan permukaan
alas cawan.
5. Buat alur di tengah pada contoh tanah tersebut (dibelah) dengan bantuan grooving
tool.
6. Pasang cawan pada rangkaian alat cassagrande kemudian operasikan.
7. Hentikan percobaan apabila alur yang telah dibuat telah menyatu kembali pertama
kali, dan hitung berapa ketukan yang dibutuhkan.
8. Ambil contoh tanah sebagian untuk diperiksa kadar airnya dalam wadah yang telah
diketahui beratnya.
9. Ulangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda (minimal 4 kali).
Perhitungan
Buat grafik dimana absis adalah jumlah ketukan (N) dan ordinat adalah kadar air
contoh tanah yang bersangkutan. Yang disebut batas cair adalah kadar air dimana N = 25
ketukan.
Prosedur Pelaksanaan
1. Tempatkan contoh tanah dalam cawan pecampur dan campurkan dengan air suling
sehingga contoh tanah jenuh dan tidak lagi terdapat gelembung udara. Kadar air yang
dibutuhkan minimal sama dengan kadar air pada batas cair.
2. Ambil contoh tanah secukupnya dari cawan pencampur, kemudian buat gulungan
kecil-kecil dengan 3,2 mm dan panjangnya 8 cm sebanyak 8 buah.
3. Setelah jadi, bagi 2 gulungan tadi dan tempat pada 2 wadah yang berbeda. Berarti
satu wadah terdapat 4 gulungan.
Perhitungan
Sama dengan perhitungan kadar air.
Tabel 2 Klasifikasi Kepadatan Relatif (Terzaghi & Peck, 1967)
KEPADATAN
JUMLAH
KELAS RELATIF ISTILAH
KETUKAN (N)
(%)
1 < 15 <4 Sangat urai
2 15 – 35 4 – 10 Urai
3 35 – 60 10 – 30 Agak Padat
4 60 – 85 30 – 50 Padat
5 > 85 > 50 Sangat Padat
IDENTIFIKASI JUMLAH
KELAS ISTILAH
LAPANGAN TUMBUKAN (N)
Keluar diantara jari
1 <2 Sangat lembek
bila ditekan
Mudah dibentuk oleh
2 2–4 Lembek
tekanan jari
Dapat dibentuk oleh
3 4–8 Teguh
tekanan kuat jari
Tidak dapat dibentuk
4 8 – 15 Kaku
oleh tekanan jari
Rapuh (getas) atau
5 15 – 30 Sangat kaku
sangat liat
KOEFISIEN
BATU
KELULUSAN TANAH
BERKEKAR
(cm/detik)
1 > 10 Sangat tinggi Kerikil bersih Sangat rapat
2 10 – 10-2 Tinggi Pasir kasar bersih Rapat
3 10-2 – 10-3 Sedang Pasir halus Sedang
4 10-3 – 10-5 Rendah Pasir lanauan – lanau Sangat jarang
5 10-5 – 10-7 Sangat rendah Lempung Tidak berkekar
Kegunaan
Test ini dilakukan untuk mengetahui gradasi dari material dan dilaksanakan baik
dengan menggunakan analisa saringan maupun analisa hidrometer. Test ini merupakan
penentuan kuantitatif dari distribusi ukuran butir 0,075 mm (tertahan saringan No. 200) yang
didapatkan dari penyaringan. Cara-cara pelaksanaan dilakukan dengan mengikuti standar
ASTM D 421.
Prosedur Pelaksanaan
1. Benda uji dikeringkan dalam oven/heater.
2. Saringan benda uji lewat uuran saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan mesin pengguncang selama 15
menit.
3. Benda uji yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang.
Perhitungan
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒔 = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑠𝑠 + 𝑖𝑠𝑖) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑠𝑠
𝑱𝒎𝒍𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒔 = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑠𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
(banyak
mengandung
TANAH BERBUTIR KASAR
bahan halus
sedikit
Pasir, pasir krikilan bergradasi
mengandung
SP buruk tanpa atau dengan sedikit
bahan halus)
bahan halus
PASIR
mm) >
KASA
LANA
BERB
LEMP
(0.075
UTIR
n No.
UNG
50%
200
ML
H
D60
Tentukan prosentase kerikil dan pasir dari kurva pembagian butir.
Berdasarkan pada prosentase bahan halus (fraksi lebih halus dari mess
D10
GW
(D30)2
GM, GC, SM, SC
D10 x D60
Pada grs bts
(D30)2
Cc = ---------- antara 1 dan 3
D10 x D60
SP Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk SW
SM Batas Atterberg di atas garis Batas Atterberg yang
A atau PI lebih besar dari 7 masuk pada daerah arsir
dengan PI antara 4 dan 7
SC disebut kasus garis batas
dengan menggunakan
symbol ganda
ML
CL
OL
MH
CH
OH
Prosedur Pelaksanaan
1. Rendam 50 gram contoh tanah yang lolos saringan No. 200 dengan disversi water
glass. Aduk sampai merata dan biarkan 24 jam.
2. Sesudah perendaman, campuran dipindahkan dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air suling secukupnya. Aduk dengan pengaduk mekanik selama 15 menit.
3. Pindahkan campuran ke dalam tabung gelass ukuran dan tambahkan air suling
sampai 100 ml. Mulut tabung ditutup rapat dengan telapak tangan dan kocok dalam
arah horizontal selama 1 menit.
4. Setelah dikocok, tabing diletakkan dan masukkan hidrometer dengan hati-hjati dan
biarkan terapung bebas, lalu jalankan stop watch / jam. Angka hidrometer dibaca
pada waktu-waktu 0,5 , 1, 2 menit dan dicatat pembacaan-pembacaan itu sampai 0,5
gr/lt yang terdekat atau mendekati 0,001 berat jenis. Sesudah pembacaan pada menit
kedua, hidrometer diangkat hati-hati. Kemudian dicucii dengan air suling dan
masukan ke dalam tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu
tabung percobaan.
5. Hidrometer dimasukan kembali dengan hati-hati ke dalam tabung berisi campuran
dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5, 15, 30 menit, dan 1, 4, 24 jam.
Setiap setelah pembacaan, hidrometer dicuci dan dikembalikan ke dalam tabung air
suling. Proses pemasukan dan mengeluarkan hidrometer dilakukan masing-masing
10 detik.
6. Suhu campuran diukur pada 15 menit pertama dan kemudian pada setiap pembacaan
berikutnya.
7. Sesudah pembacaan yang terakhir, campuran dipindahkan ke dalam saringan No.
200 dan dicuci sampai air pencucian jernih dan biarkan air yang mengalir terbuang.
Fraksi yang tertinggal di atas saringan No. 200 dikeringkan dan dilakukan
Pemeriksaan Analisa Saringan.
Perhitungan
Hitung persen berat dan butiran yang lebih kecil dari diameter dengan rumus :
𝒂(𝑹𝒉 + 𝒌)
𝑷= × 𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝒔
Tabel 8 Faktor Koreksi a Untuk Hidrometer 152 H Terhadap Berat Jenis Tanah (ASTM D 421)
BERAT JENIS ( G
NO. FAKTOR KOREKSI ( a )
)
1. 2,95 0,94
2. 2,90 0,95
3. 2,85 0,96
4. 2,80 0,97
5. 2,75 0,98
6. 2,70 0,99
7. 2,65 1,00
8. 2,60 1,01
9. 2,55 1.02
10. 2,50 1,03
11. 2,45 1,05
PEMBACAAN
KEDALAMAN PEMBACAAN KEDALAMAN
HIDROMETER
EFEKTIF ( L) HIDROMETER EFEKTIF ( L)
(R1 +
(cm) (R1 + MENISKUS) (cm)
MENISKUS)
0 16.3 31 11.2
1 16.1 32 11.1
2 16.0 33 10.8
3 15.8 34 10.7
4 15.6 35 10.6
5 15.5 36 10.4
6 15.3 37 10.2
7 15.2 38 10.1
8 15.0 39 9.9
9 14.8 40 9.8
10 14.7 41 9.8
11 14.5 42 9.6
12 14.3 43 9.4
13 14.2 44 9.2
14 14.0 45 9.1
15 13.8 46 8.9
16 13.7 47 8.6
17 13.5 48 8.4
18 13.3 49 8.2
19 13.2 50 8.1
20 13.0 51 7.9
21 12.9 52 7.8
22 12.7 53 7.6
23 12.5 54 7.4
24 12.4 55 7.3
25 12.2 56 7.1
26 12.0 57 7.0
27 11.9 58 6.8
28 11.7 59 6.6
29 11.5 60 6.3
30 11.4
Prosedur Pelaksanaan
Perhitungan
Berat isi tanah :
𝑩𝟐 − 𝑩𝟏
𝜸=
𝑽
Berat isi kering :
𝜸 × 𝟏𝟎𝟎
𝜸𝒅 =
(𝟏𝟎𝟎 + 𝑾)
Dimana:
B1 : berat mold.
B2 : berat + berat mold.
V : volume mold
W : kadar air sesudah kompaksi.
Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan benda uji sebanyak 3 buah (undisturb)
2. Hitung luas dan volume dari benda uji
3. Masukan benda uji kedalam cincin geser yang masih terkunci menjadi satu, posisi
tanah berada pada dua batu pori.
4. Atur posisi setang penekan dalam posisi vertical dan tepat menyentuh bidang
penekan.
5. Putar engkol pendorong sampai tepat menyentuh stang penggeser benda uji.
6. Buka kunci cincin geser.
7. Pasang dial konsolidasi pada posisi Nol (0).
8. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.
9. Putar engkol pendorong sehingga tanah mulai menerima benda geser. Baca nilai
proving ring dan dial pergeseran setiap 15 detik sampai terapai beban maksimum
atau deformasi 10 % benda uji.
10. Berikan beban normal pada benda uji kedua dan ketiga sebesar 2 kali dan 3 kali
beban normal pertama dengan mengulangi prosedur di atas.
Perhitungan
Tegangan normal : Tegangan geser :
𝑵 𝑷
𝝉𝒏 = 𝝉=
𝑨 𝑨
Kuat geser :
𝑺 = 𝒄 + 𝝉𝒏 𝐭𝐚𝐧 𝜽
Dimana:
N : beban (kg).
A : luas contoh (cm2).
P : tekanan terbesar (kg/cm2).
c : kohesi.
: sudut geser dalam ( o ).
KUAT GESER
NO. KETERANGAN URAIAN DI LAPANGAN
(Kpa)
1. Keras > 288 Getas atau sangat kokoh
Tidak dapat diremas dengan jari-
2. Sangat kaku 144 – 288
jari tangan
Peremasan hanya mungkin jika
3. Kaku 72 – 144
jari-jari tangan ditekan dengan kuat
Memungkinkan peremasan secara
4. Kokoh 36 – 72
normal
5. Lunak 18 – 36 Dapat dengan mudah diremas
Akan ke luar dari sela jari pada saat
6. Sangat lunak < 18
diremas
Keterangan :
1. Dial pengeser 8.Box gigi penggerak
2. Bak perendam 9. Meja pudukan
2.2.1.2.3 Permeabilitas
1 . Pendahuluan
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berongga yang memungkinkan air atau
cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui hubungan antar pori. Bahan yang
mempunyai pori-pori ontinu disebut dapat tembus (permeable). Kerikil mempunyai sifat
dapat tembus yang tinggi sedangkan lempung kaku mempunyai sifat dapat tembus yang
rendah dan karena itu lempung disebut tidak dapat tembus (impermeable) untuk semua
tujuan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah tersebut.
Untuk mempelajari rembesan air melalui tanah adalah penting untuk masalah-masalah
teknik sipil ialah:
c. Menghitung gaya angkat ke atas (uplift) di bawah bangunan air dan keamanannya
terhadap piping.
2. Hukum Darcy
Hukum pengaliran air melalui tanah pertama kali dipelajari oleh Darcy (1856) yang
mendemonstrasikan percobaannya untuk aliran laminer dalam kondisi tanah jenuh.
Kecepatan aliran dan kuantitas/debit air per satuan waktu adalah proporsional dengan
gradien hidrolik.
[ q = k.i.A ] atau
[ v = q/A = k.i ]
Jika contoh tanah panjang = L dan luas penampang = A, beda tinggi air =h1 - h2, maka
gradien hidrolik:
h1 − h2
i= (i)
𝐿
Jika persamaan (i) dimasukkan ke dalam persamaan (R1), maka persamaan (R1.) menjadi:
h1 − h2
q=k A
𝐿
Karena gradien hidrolik tidak berdimensi, maka: k mempunyai dimensi sama dengan v.
Kecepatan aliran v adalah kecepatan debit/kuantitas air per satuan jumlah luas penampang
tanah A. Jumlah luas penampang terdiri dari luas butir As dan luas ruang pori Av.
Karena aliran melalui pori merupakan kecepatan sebenarnya atau kecepatan aktual, maka
kecepatannya lebih besar dari kecepatan aliran v. Kecepatan aktual ini disebut kecepatan
rembesan vs dan didefinisikan sebagai kecepatan rembesan debit tiap satuan luas penampang
pori tegak lurus arah aliran.
Dari definisi kecepatan debit dan kecepatan rembesan dapat diperoleh persamaan-
persamaan sebagai berikut:
q = v . A = vs . Av
Av
vs = v .
A
Av Vv
= =n
A V
A V
vs = v . =
Av n
V 1+ e
vs = = v
n e
V = k . i.
Vs Kp 1
= =
V k n
k
kp =
n
a. Metoda la boratorium:
b. Metoda /a pangan:
Metoda ini sangat mudah dilaksanakan, apabila pada lubang yang akan diuji,
permukaan tanahnya tinggi. Sesudah permukaan air tanah dalam lubang bor mencapai
elevasi yang sama dengan permukaan air tanah di sekitarnya, maka dilakukan pemompaan
air dari dalam lubang bor keluar.
2,3r˳ so 2,3r˳2 so
k= log (i) atau k= log (ii)
4t st E. t st
Untuk mendapatkan koefisien permeabilitas pada lapisan tanah di atas permukaan air tanah,
maka pengujian dapa' dilakukan dengan menuangkan air ke dalam lubang bor dan rumus-
rumus (i) dan (ii) dapat digunakan .
Dalam keadaan ini S0 = ke tinggian permu kaan air dalam lubang bor karena penuangan air
ke dalamnya dan st = tinggi perm ukaan air selama jangka waktu (t) set elah air meresap ke
dalam tanah.
BAB III
MEKANIKA BATUAN
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah
mempelajari prilaku (behaviour) batuan di tempat asalnya untuk
dapatmengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut, mekanika batuan merupakan gabungan dari :
Sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan
oleh TALOBRE sebagai berikut deskriptif yang mengidentifikasikan batuan dan
mempelajari sejarah dari batuan.
2. Menurut COATES
a. Mekanika adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada
sebuah benda. Efek ini bermacam-macam, misalnya percepatan, kecepatan,
perpindahan.
b. Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap
batuan. Efek utama yang menarik bagi para geologiawan adalah perubahan
bentuk.
3. Bagi para insinyur, mekanika batuan adalah :
a. Analisis dari pada beban atau gaya yang dikenakan pada batuan.
b. Analisis dari dampak dalam yang dinyatakan dalam tegangan (stress), regangan
(strain) atau energi yang disimpan.
c. Analisis akibat dari dampak dalam tersebut, yaitu rekahan (fracture), aliran atau
deformasi dari batuan.
4. Menurut US National Committee on Rock Mechanics (1964) :
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku
(behaviour) batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang dari ilmu
menkanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan-medan gaya pada
lingkungannya.
BATUAN
TANAH
SIFAT
BATU TIDAK
BERKOHESI
BERKOHESI
Kebundaran
Keterpilahan
Warna
Kelapukan
Permeabilitas
Kerapatan
Kehalusan
Lebar bukaan
Isian
Kepadatan Relatif
Konsistensi
Kekuatan
Kegunaan
Untuk mengetahui karakteristik dasar batuan, seperti porositas, kadar air, void ratio,
dan lain-lain.
1. Timbangan
2. Desikator
3. Gelas beker
4. Oven pemanas/heater
5. Jangka sorong
6. Benang/tali
7. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
8. Pemberat 500 gram dan 1 kg
Prosedur Pelaksanaan
Perhitungan
Sesuai dengan perhitungan yang ada dalam lembar kerja.
Tabel 17 Klasifikasi Hard And Soft Rock Berdasarkan Porositas dan Void Ratio
EGREE OF SATURATION
TERM
(%)
0,00 – 0,25 Naturally dry
0,25 – 0,50 Wet
0,50 – 0,80 Very wet
0,80 – 0,95 Highly saturated
0,95 – 1,00 Saturated
Kuat tekan didefinisikan sebagai harga tekan yang diterima pada saat batuan pecah
akibat ditekan oleh suatu gaya tertentu. Dalam teorinya prinsip penentuan kuat tekan adalah
sangat sederhana, tetapi pada prakteknya sangat jauh dari sederhana, sebab cukup banyak
faktor yang mempengaruhi (VUTUKURI et al. 1974), yaitu :
1. Faktor dalam, antara lain :
a. Mineralogi.
b. Ukuran butir.
c. Porositas.
2. Faktor luar, antara lain :
a. Gaya gesekan antara bidang pelat penekan (platens) dan permukaan ujung-ujung
contoh batuan.
b. Geometri contoh, yaitu perbandingan antara panjang dan diameter contoh (L/D)
serta ukuran contoh.
c. Kecepatan penekanan.
d. Faktor lingkungan, antara lain :
Kadar air.
Jenis cairan.
Temperatur.
Tentang ukuran contoh, ada berbagai pendapat :
1. ISRM, 1972, ukuran standar disarankan tidak lebih kecil dari contoh inti berbentuk
silinder berukuran 54 mm, sedangkan perbandingan panjang dan (L/D) adalah 2,51
sampai 3 : 1.
2. HAWKES dan MELLOR (1970), untuk L/D = 2 : 1 merupakan perbandingan
minimum yang masih bisa diterima (minimum acceptable ratio).
3. VUTUKURI (1974), pengaruh mineralogi kuarsa adalah merupakan yang paling
kuat diantara batuan sedimen.
4. PRICE (1960), makin kecil ukuran butir makin kuat.
5. Brace (1961), makin kecil porositas makin kuat.
Tentang pengaruh bentuk contoh terhadap kuat tekan ada yang mengatakan bahwa
contoh yang berbentuk silinder selalu lebih besar kuat tekannya dari yang berbentuk kubus.
Pengaruh temperatur atas hasil pengujian kuat tekan adalah makin tinggi temperatur
pengeringan akan makin tinggi kuat tekannya (SIMPSON dan PERRUS, 1968 – opcit
VUTUKURI et al 1974).
Pengujian ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan
percontohan batuanyang berbentuk silinder, balok atau prisma satuarah (uniaxial).
Penyebaran tegangan di dalam percontohan batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya
yang dikenakan pada percontohan tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak
searah dengan gaya yang dikenakan pada percontohan tersebut karena ada pengaruh dari
plat penekan mesin tekan yang menghimpit percontohan. Sehingga bentuk pecahan tidak
berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk cone.
Sebagai perilaku pecahnya contoh batuan menurut HAWKES dan MELLOR (1970)
ada 3 macam, yaitu :
1. Pecahnya secara kataklastik
Merupakan peretakan bagian dalam secara umum oleh pembentukan multi rekahan
searah dengan penekanan. Apabila contoh tersebut pecah tampak tertinggal fragmen
berbentuk kerucut diujungnya, bersama-sama dengan potongan batuan yang panjang
dari sekitar keliling contoh tersebut.
2. Pecah searah bidang belah sumbu atau pecah vertical
Memperlihatkan terjadinya satu rekahan utama atau lebih panjang arah penekanan.
3. Pecah searah bidang geser
Yaitu pecahnya contoh batuan sepanjang bidang miring tunggal.
Kegunaan
Untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap tekanan beban, sudut geser dalam, dan
kohesi batuan.
Prosedur Pelaksanaan
1. Contoh batuan diukur panjangdan diameternya dengan jangka sorong.
2. Dihitung luas permukaannya.
3. Tentukan harga perbandingan L/D dengan menggunakan table Concrete Strenght
Coreection Factor Percent.
4. Letakkan contoh batuan diantara pelat penekan, dimana jarun manometer harus
menunjukkan angka nol.
5. Tekan contoh batuan secara perlahan-lahan sampai pecah dan catat harganya. Harga
di sini harga minimum.
6. Ukur sudut pecah pada contoh dengan tujuan untuk mendapatkan harga sudut geser.
Perhitungan
Dari percobaan didapat harga :
1. Beban maksimum ( P ) lbs. 3. Tinggi contoh ( t ) cm.
2. Diameter ( ) cm. 4. Sudut pecah ( ) o.
L/D koreksi :
𝑹% (𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)
Beban efektif :
𝑷𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 = 𝑸 × 𝟎. 𝟒𝟓𝟑𝟔
Prisma :
𝑼𝒍𝒕𝒊𝒎𝒂𝒕𝒆⁄
𝟐
Setelah perhitungan di atas, dicari nilai tegangan geser dengan menggunakan Lingkaran
Mohr.
L/D .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
1.0 85.8 86.7 86.6 87.0 87.4 87.7 88.0 88.4 88.7 89.0
1.1 89.3 89.6 89.9 90.2 90.5 90.8 91.1 91.4 91.6 91.9
1.2 92.1 92.4 92.7 93.0 93.2 93.5 93.7 94.0 94.2 94.5
1.3 94.6 94.8 95.0 95.2 95.3 95.5 95.6 95.8 95.9 96.1
1.4 96.2 96.3 96.4 96.5 96.7 96.8 96.8 96.9 97.0 97.0
1.5 97.1 97.2 97.3 97.4 97.4 97.5 97.5 97.7 97.8 97.6
1.6 97.8 97.8 97.9 97.9 98.0 98.0 98.1 98.1 98.2 98.2
1.7 98.3 98.4 98.4 98.5 98.6 98.6 98.7 98.7 98.9 98.2
1.8 98.9 99.5 99.0 99.1 99.1 99.2 99.2 99.3 99.3 99.4
1.9 99.5 100.1 99.6 99.6 99.7 99.8 99.8 99.9 99.9 100.0
2.0 100.0 100.7 100.1 100.2 100.2 100.3 100.4 100.4 100.5 100.5
2.1 100.6 101.3 100.8 100.8 100.8 100.9 101.0 101.0 101.1 101.7
2.2 101.2 101.9 101.4 101.4 101.5 101.5 101.6 101.7 101.7 102.3
2.3 102.4 102.5 102.4 102.0 102.1 102.1 102.0 102.2 102.3 102.9
2.4 103.0 103.1 102.6 102.6 102.7 102.7 102.8 102.8 102.9 103.5
2.5 103.0 103.7 103.1 103.2 103.2 103.3 103.4 103.4 103.5 104.1
2.6 104.2 104.3 103.7 103.8 103.9 103.8 104.0 104.1 104.1 104.7
2.7 104.8 104.9 104.3 104.4 104.5 104.0 104.6 104.7 104.7 105.2
2.8 104.8 105.5 104.9 105.0 105.1 104.6 105.2 105.3 105.2 105.3
2.9 105.4 105.5 105.5 105.5 105.7 105.2 105.8 105.8 105.9 105.9
PRESSURE PRESSURE
GAUGE CORRECTION GAUGE CORRECTION
TYPE TYPE
(kg/cm2) (K) (kg/cm2) (K)
(P‘) (P‘)
2.900 45 25.250 - 218
7.375 - 13 20.200 - 174
12.575 - 59 17.625 - 102
SOIL
ROCK
17.600 - 77 12.600 - 84
20.150 - 124 7.400 - 38
25.225 - 193 2.925 - 20
29.750 - 300
D 25 – 50 Cukup kuat
E < 25 Lemah
E 25 D 50 C 100 B 200 A
granit
sabak
basalt
skiss
gneis
batupasir
kuarsit
Batu kapur
beton
Mohr adalah seorang insinyur jerman (1835 – 1918) yang mengembangkan metode
analisa stress dengan gambaran grafis. Pada tahun 1773, COULOMB mengajukan hipotesa
mengenai kekuatan geser tanah sebagai berikut :
Dimana :
S : kekuatan geser tanah
c : kohesi tanah
Tahun 1925 terjadi perubahan rumus COULOMB dengan memasukan unsur tegangan air
pori (uplift pressure)
Dimana :
c‘ : kohesi tanah kuat
n‘ : tegangan normal efektif
u : tegangan pori air
: sudut geser dalam efektif
Pada beberapa percobaan kuat tekan bebas dihasilkan pecahan yang mempunyai sudut
dengan bidang datar. Sudut tersebut disebut sudut pecah. Pada bidang pecah tersebut bekerja
gaya-gaya yaitu gaya normal dan gaya geser, sebagai akibat tegangan utama yang bekerja
yaitu T1. Sedangkan untuk T2 dan T3 = 0.
Lihat gambar :
n
Untuk penentuan tegangan normal dan tegangan geser pada percobaan ada sedikit
penentuan, yaitu :
14. Hasil tegangan normal dan tegangan geser yang didapatkan dari lingkaran Mohr
adalah hasil secara grafis. Cocokan hasil secara grafis tersebut dengan perhitungan
secara matematis terhadap tegangan normal dan tegangan geser.
Dimana besarnya tegangan geser secara matematis adalah :
𝝉 = 𝒓 𝐬𝐢𝐧 𝟐𝜶
Y
2
n X
Kekuatan batuan terhadap beban tergantung pada keadaan bebanitu sendiri. Jika
beban yang menerpa batuan berupa bidang, maka gaya tekanan dari beban tersebar merata
ke semua permukaan bidang. Tetapi bila beban berupa titik, maka semua gaya beban
bertumpu pada satu titik. Bila dibandingkan, maka batuan yang menerima beban berupa titik
akan hancu terlebih dahulu.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari percontohan batu
secara tidak langsung di lapangan. Percontohan batu dapat berbentuk silinder atau bentuknya
tidak beraturan. Peralatan yang digunakan mudah dibawa, tidak begitu besar dan cukup
ringan. Pengujian cepat, sehingga dnegan cepat dapat diketahui kekuatan batuan di
lapangan, sebelum pengujian di laboratorium di lakukan. Percontohan yang disarankan
untuk pengujian ini adalah berbentuk silinder dengan 50 mm (nx = 54 mm).
Kegunaan
Untuk mengetahui klasifikasi batuan. Prinsip kerja alat point load test adalah menekan
contoh batuan pada sumbunya dari 2 arah dengan penekanan yang berbentuk conical.
Prosedur Pelaksanaan
1. Contoh batuan diukur dulu panjangnya (L) dan (D) dengan menggunakan selipper
atau jangka sorong, dan tentu saja metode uji beban titik berdasarkan syarat-syarat
di bawah ini :
a. Diametral test L = 0,7 D
b. Axial test D/L = 1,1 0,05
c. Irregular test D/L = 1,0 sampai 1,4
2. Tempatkan contoh batuan diantara 2 conical, kemudian tekan alat point load test
secara perlahan-lahan dengan melihat pergerakan jarum manometer.
3. Tentukan nilai manometer maksimum, yaitu nilai manometer pada saat batuan
pecah.
Perhitungan
Faktor koreksi manometer :
𝑲⁄
𝑷′
Beban efektif :
𝑲⁄ × 𝑷
𝑷′
Is :
𝑷𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇
⁄ 𝟐
𝑫
Is50 : (Lihat tabel)
Tabel 23 Penentuan K/P’
PRESSURE PRESSURE
GAUGE CORRECTION GAUGE CORRECTION
TYPE TYPE
(kg/cm2) (K) (kg/cm2) (K)
(P‘) (P‘)
4 - 2.5 29 5
8 - 2.5 25 2.5
12 -2 20 1
ROCK
SOIL
21 - 1.25 17 0
25 0 15 -3
29 1 7 -2
34 2.5 3 -1
Apa yang dinamakan Rock Quantity Designation (RQD) telah dirancang secara
khusus untuk memperoleh petunjuk tidak langsung dari pemboran inti bagi sifat-sifat batuan.
Nilai RQD didasarkan pada hasil yang diperoleh dari pemboran inti atau core recovery
(Deere and Deere, 1989). Hasil yang diperoleh dari pemboran inti adalah ratio dari ukuran
panjang bor dan ini bervariasi mulai dari 0% (tiada perolehan) sampai 100% (perolehan
penuh). Di sini RQD merupakan sebuah penyesuaian. Hanya bagian pemboran inti yang
utuh saja dan panjangnya lebih dari 10 cm dapat kita gunakan untuk menghitung perolehan.
Sebuan inti yang lebih kecil seringkali akan patah akibat pemboran itu sendiri sehingga
dapat memberikan sebuah nilai RQD yang salah.
Selain penentuan jarak, kondisi suatu diskontinuitas merupakan hal yang penting pula.
Apakah semua permukaannya licin atau kasar, apakah terdapat kandungan material
(lempung, kalsit, kuarsit) di sela-selanya, apakah telah terjadi pelapukan pada bagian
permukaan, berapakah kelebarannya, dan sebagainya. Selain itu tentu saja orientasi ruang
dari berbagai diskontinuitas merupakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya.
Kegunaan
Untuk mengetahui kualitas batuan hasil pemboran inti.
Prosedur Pelaksanaan
1. Amati core yang telah ditentukan.
2. Deskripsikan masing-masing core yang hanya mempunyai panjang minimal 10 cm.
3. Pendeskripsian adalah merupakan gabungan antara prosedur standar deskripsi
batuan dengan pendeskripsian secara geologi teknik.
4. Catat keseluruhan panjang core, baik yang lebih dari 10 cm atau pun kurang dari 10
cm.
Perhitungan
∑ 𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑪𝒐𝒓𝒆 𝑹𝒆𝒄𝒐𝒗𝒆𝒓𝒚 = × 100%
𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑟𝑢𝑛
∑ 𝐶𝑜𝑟𝑒 > 10 𝑐𝑚
𝑹𝑸𝑫 = × 100%
𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑟𝑢𝑛
Tabel 24 Kualitas Batuan (Palmstrom, 2005)
Berikut ini adalah prosedur perhitungan untuk mendapatkan nilai RQD berdasarkan
sampel core.
BAB IV
APLIKASI GEOLOGI TEKNIK
4.1.1 Pendahuluan
Gerakan tanah menurut Varnes (1978), ialah perpindahan masa tanah, batuan, atau
regolith pada arah tegak, mendatar, atau miring dari kedudukan semula. Secara umum
terjadinya longsoran pada suatu lereng diakibatkan oleh ketidak seimbangan antara beban
dan tahanan kuat geser dari material penyusun lereng tersebut.
Suatu massa seberat W yang berada dalam keadaan setimbang diatas satu bidang
membetuk sudut α terhadap horizontal. Gaya berat yang memiliki arah vertikal dapat
diuraikan pada arah sejajar dan tegak lurus bidang miring. Komponen gaya berat yang
sejajar bidang miring dan cenderung membuat benda menggelincir adalah W sin α atau gaya
penggerak, sedangkan komponen gaya yang tegak lurus bidang dan merupakan gaya yang
menahan benda untuk menggelincir adalah W cos α atau gaya normal
Tabel 25 Klasifikasi longsoran oleh Varnes (1978, dalam M.J. Hansen, 1984) yang digunakan oleh Highway
Research Board Landslide Comitte (1978, dalam Sudarsono & Pangular, (1986).
Berdasarkan bentuk longsoran, maka tata nama tubuh longsoran dapat diberikan
dengan melihatnya dari bagian atas lereng atau di mahkotanya. Tata nama tersebut secara
sederhana dapat diuraikan berdasarkan HWRLBC, (1978 ; dalam Pangular, 1985) yang
mengacu pada Varnes (1978).
Gambar 15 Tubuh longsoran (HWRBLC, Highway Researh Board Landslide Comitte 1978 ; dalam
Pangular, 1985 ; menurut Varnes 1978, dalam Burma & Van Asch,1997)
kurang kompak. Faktor lain untuk timbulnya longsor adalah rembesan air dan aktivitas
geologi seperti patahan, rekahan, dan liniasi. Kondisi lingkungan setempat merupakan
komponen yang terkait. Bentuk dan kemiringan lereng, kekuatan material, kedudukan muka
airtanah, dan kondisi drainase setempat sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan
lereng.
Dalam bidang teknik sipil ada 3 macam lereng yang perlu kita perhatikan yaitu :
Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang
menggerakkan.
∑ 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
𝐹𝐾 =
∑ 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
Menurut Bowles (1991), kelompok rentang faktor keamanan (FK) dapat dibagi 3
ditinjau dari intensitas kelongsorannya, yaitu:
Lereng yang stabil memiliki harga FK yang tinggi dan lereng yang tidak stabil
memiliki harga FK yang rendah. Faktor keamanan lereng tersebut harganya tergantung pada
besaran ketahanan geser dan tegangan geser, dimana keduanya bekerja saling berlawanan
arah disepanjang bidang gelincir. Bidang gelincir tersebut terletak pada zona terlemah
didalam tubuh lereng. Jika harga FK = 1,07 maka longsor akan berhenti jika ketahanan geser
batuan penyusun mampu menopang geometri lereng yang baru (yang lebih landai) dan
FKnya menjadi lebih tinggi.
Geometri lereng ditampilkan sebagai bentuk penampang tegak lurus sumbu lereng
yang terdiri dari sudut kemiringan, ketinggian puncak dan panjang permukaan lereng,
sebagai penciri geometri lereng tersebut berpengaruh terhadap kestabilannya. Suatu massa
tanah/batuan memiliki harga batas ketahanan tertentu dalam membenuk suatu ukuran
geometri lereng, sehingga penciri geometri memiliki harga kritis tertentu pula.Lereng
berkestabilan kritis bila nilai salah satu atau lebih penciri geometrinya sama dengan harga
kritisnya, bahkan gerakan tanah bisa terjadi bila nilainya melebihi harga kritisnya.
Batuan/massa tanah pembentuk lereng memiliki sifat fisik yaitu berat isi (Gwet) dan
sifat mekanik yang terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (). Kedua sifat ini harganya
sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah (w). Harga-harga sifat fisik dan mekanik tersebut
akan menentukan kestabilan suatu lereng. Selama harga-harga sifat fisik dan mekanik
tersebut masih dapat membentuk suatu harga tahanan geser yang cukup besar didalam tubuh
lereng, sampai harga batas maksimal harga kadar air (w) tertentu, maka lereng masih akan
tetap stabil.
b. Faktor Luar
Faktor-faktor yang berasal dari luar massa tanah atau batuan pembentuk lereng yang
berpengaruh terhadap kestabilan lereng yang dibentuk, meliputi beban dan vegetasi, gempa
dan hujan atau air dari sumber yang lain.
1) Vegetasi
Beban tanaman (vegetasi) pada massa pembentuk lereng berasal dari tanaman keras
yang berpengaruh terhadap penambahan beban pada massa lereng. Sedangkan adanya
jalinan akar vegetasi akan menambah semakin kuatnya lereng.
Gerakan tanah sangat rentan terjadi pada daerah yang bervegetasi jarang dan batuan
yang tidak stabil. Dapat berupa kurang kompaknya lapisan penyusun batuan.
2) Gempa
Gempa bumi merupakan penyebab permukaan tanah beserta segenap bangunan
diatasnya berguncang. Gempa berasal dari energi regangan (strain energy) yang lepas secara
tiba-tiba, setelah terhimpun secara beragsur-angsur selama kurun waktu tertentu. Proses
tersebut menimbulkan penjalaran getaran ke segala arah dalam tubuh bumi, termasuk tubuh
lereng yang akhirnya dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
3) Curah Hujan
Air hujan jika meresap kedalam tanah dapat meningkatkan kadar air dalam tanah
pembentuk lereng, yang berakibat pada penurunan kohesi, sudut geser dalam dan kenaikan
berat isi tanah. Air akan memperkecil ketahanan geser massa tanah pada lereng dan
menaikkan tekanan pori yang dapat mengakibatkan longsor.
Faktor-faktor penyebab tersebut diatas saling mempengaruhi satu sama lainnya dan
akan menentukan besar dan luasnya gerakan tanah yang akan terjadi. Kerentanan suatu
daerah terhadap terjadinya gerakan tanah ditentukan oleh pengaruh dan keterkaitan faktor-
faktor tersebut satu sama lainnya diantaranya :
Keterangan:
F = faktor keamanan lereng W = bobot massa di atas segmen L (ton)
Cara ini juga dapat digunakan oleh para inspektur tambang atau pengawas
keselamatan kerja dimana perkiraan stabilitas lereng secara cepat dapat dihitung walaupun
relatif tidak terlalu teliti.
Hoek’s Charts ini yang dibuat oleh E. Hoek dan Bray dalam “Rock Slope
Engineering”, second edition. The Institute of Mining and Metallurgy, London 1977. Cara
memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Langkah-langkahnya adalah :
a. Buatlah gambar lereng yang akan di analisis sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pada
gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level air tanahnya. Dari gambar ini
pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang paling sesuai diantara lima
kondisi air yang digambarkan oleh Hoek.
𝑐
b. Hitung harga 𝛾.𝐻.tan
Dimana : c = kohesi
𝑐
=0
𝛾. 𝐻. tan
𝑐
c. Kemudian dari titik luar chart dari nilai , tarik garis radial kedalam sampai
𝛾.𝐻.tan
d. Dari titik potong pada p, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiri untuk
mendapatkan harga:
tan dan 𝑐
𝐹𝐾 𝛾. 𝐻. 𝐹𝐾
Dari salah satu harga (pilih yang paling suka) Harga Faktor Keamanan (FK)
dapat dihitung.
Gambar 19 Lima Kondisi Permukaan Air Tanah yang Digunakan Untuk Analisis Grafis Hoek’s Charts
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadar air
tanah ( ᵚ ) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan komputer (terutama
bila memerlukan data ᵧdry atau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : ᵧdry = ᵧwet / ( 1 + ᵚ ).
Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda sayatan, Fellenius)
adalah sbb.:
𝑐. 𝐿 + tan . ∑(𝑊𝑖 cos 𝛼𝑖 − 𝜇𝑖𝑥 𝑙𝑖 )
𝐹=
∑(𝑊𝑖 sin 𝛼𝑖 )
c = kohesi (𝑘𝑁⁄𝑚2 )
𝑊 = luas tiap bidang sayatan (𝑚2 ) X bobot satuan isi tanah (𝛾. 𝑘𝑁⁄𝑚3 )
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka airtanah, nilai F adalah :
KETERANGAN :
→ Untuk menghitung nilai FK, data- data di atas dimasukkan dalam tabel
→ Hitung luas pada masing-masing sayatan, sin 𝛼 , cos 𝛼 , W (luas sayatan X 𝛾),
(𝑊 sin 𝛼), (𝑊 cos 𝛼)
→ Hitung jumlah L, jumlah 𝑊 sin 𝛼 dan 𝑊 cos 𝛼 masukkan dalam rumus F, didapat
nilai F.
Analisis kestabilan lereng dengan metode irisan digunakan bila tanah tidak
homogen. Bila tanah tidak homogen dan aliran rembesan terjadi didalam tanahnya
memberikan bentuk aliran dan berat volume tanah yang tidak menentu. Metode Bishop
menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol
pada arah vertikal.
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik dilingkaran bidang longsor, terutama
dipengaruhi oleh berat tanah diatas titik tersebut. Dalam metode irisan, massa tanah yang
longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan vertikal Keseimbangan dari tiap-tiap irisan
diperhatikan memperlihatkan suatu irisan yang bekerja padanya. Gaya-gaya ini terdiri dari
gaya geser (Xr dan Xl) dan gaya normal efektif (Er dan El) di sepanjang irisannya, dan juga
resultan gaya geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal efektif (Ni) yang bekerja di
sepanjang dasar irisannya. Pada irisannya, tekanan air pori Ul dan Ur bekerja di kedua
sisinya, dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasarnya.
Gambar 27 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan dikutip dari Wesley (1977)
lereng berdasarkan input parameter dari lereng yang diperlukan serta metode yang
diinginkan.
Adapun bagan alir dari pengunaan software SLIDE adalah sebagai berikut :
Langkah – langkah pengerjaan menggunakan software SLIDE adalah sebagai berikut ini :
DXF Options
Langkah selanjutnya ialah masukan hasil gambar geometri lereng yang telah anda
buat pada AutoCAD2007 (.dxf) lalu buka pada program SLIDE 6.0 ini
Open
Langkah selanjutnya boundary seluruh geometri lereng yang telah dibuat dengan
catatan apabila pada lereng hanya mempunyai 1 litologi atau lereng bersifat
homogen
Lalu akan muncul tampilan jendela seperti dibawah, untukUnit Weight, Cohesion
dan Phi didapatkan dari hasil uji Geologi Teknik
Setelah pada bagian jendelan Define Material Properties diatur sesuai data yang ada, anda
dapat melanjutkan pada proses Analysis Project Setting
Pada tampilan jendela Project Setting anda akan menemukan pilihan seperti General,
Methods, Groundwater, Transient dll
General
Methods
Groundwater
Grid Spacing
Hasil Interpret
Penampang lereng di atas memiliki nilai FK 1.209 dan 1.165, maka menurut
Bowles (1991), lereng bagian atas termasuk lereng stabil. Sedangkan lereng bagian bawah
termasuk dalam lereng kritis.
Menurut Wesley (1977), pada prinsipnya cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya
lebih stabil dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
Umumnya kedua cara tersebut hanya dapat dipakai pada lereng yang mempunyai
ketinggian terbatas, yaitu mempunyai jenis gerakan tanah rotational slide. Cara ini
tentu kurang cocok apabila digunakan untuk lereng yang tinggi, dimana gerakan
tanahnya bersifat translational slide.
a. Dengan memakai counterweight, yaitu tanah timbunan pada kaki lereng. Hal ini
dilakukan agar gaya melawan lebih besar dibandingkan dengan gaya penggerak
sehingga faktor keamanan menjadi lebih besar.
- Dengan demikian kekuatan geser tanah akan naik dan gaya melawan juga akan
ikut naik.
c. Dengan cara mekanis, yaitu dengan memasang tiang atau membuat dinding
penahan.
Dengan membuat dinding penahan atau memasang tiang hanya dipakai pada
lereng yang mempunyai potensi gerakan tanah agak kecil. Umumnya pada lereng
yang tinggi, tekanan dari tanah yang mengalami gerakan tanah sangat besar
sekali dibandingkan dengan gaya yang dapat ditahan oleh dinding atau tiang
sehingga dinding atau tiang tersebut tidak akan berpengaruh. Tiang atau dinding
tersebut hanya akan berguna apabila diletakkan pada sesuatu yang keras,
misalnya lapisan batuan dibawah tanah yang mengalami gerakan tanah. Dinding
atau tiang tersebut dipasang pada tanah yang masih dapat bergerak tentu tidak
akan berpengaruh.
BAB V
GEOMEKANIK
5.1 Pendahuluan
Massa batuan dapat diklasifikasikan melalui geomekanik. Klasifikasi geomekanik
dari Bieniawsky menilai beberapa parameter dalam massa batuan yang kemudian diberi
bobot (Setiawan, 1990). Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan (a.l. Mekanika Batuan,
Geomekanika dll.) diperlukan klasifikasi geomekanik. Tujuan klasifikasi geomekanik ini
adalah sebagai alat komunikasi para ahli dalam permasalahan geomekanika selain untuk
memperkirakan sifat-sifat dari massa batuan, dan juga merencanakan atau menilai
kemantapan terowongan maupun lereng.Parameter yang diberi bobot adalah: kekuatan
batuan, RQD, spasi rekahan, kondisi rekahan, kondisi air tanah, orientasi strike (arah jurus
perlapisan batuan) dan dip (kemiringan lapisan batuan). Hasil pembobotan massa batuan
(rock mass rating, RMR) ini dapat digunakan dalam perencanaan terowongan, fondasi
maupun pembobotan massa lereng (Romana, 1990).
1973, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996), juga dipakai dalam memperkirakan
kestabilan suatu pengupasan lereng massa batuan. Sama halnya dengan penilaian
terowongan, penilaian kestabilan lereng juga menggunakan data hasil observasi
lapangan dan data laboratorium (lihat Tabel) sehingga dalam pembobotan dapat
dilihat nilai RMR. Massa batuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Romano et al (2003) memberikan nilai SMR dari keempat faktor tersebut sbb.:
SMR = RMRb + (F1 x F2 x F3) + F4
Berdasarkan total nilai dari semua parameter, Romana (1993) dalam Yousif et al.
(2014) membagi menjadi lima kelas (I-V). Probabilitas kemungkinan jenis longsoran
juga dapat diidentifikasi menggunakan klasifikasi SMR. Jenis longsoran tersebut
antara lain longsoran bidang, longsoran membaji, robohan dan longsoran massa
(Romana et al., 2013).
5.1.3 Q System
Q system merupakan klasifikasi kuantitatif yang dikembangkan untuk mendukung
klasifikasi massa batuan dan bertujuan untuk desain terowongan
(Bieniawski,1969).
a. RQD
b. Jumlah kekar
c. Kekasaran
d. Tingkat alterasi
e. Keterdapatan aliran air
f. Kondisi tekanan
𝑹𝑸𝑫 𝐉𝐫 𝐉𝐰
𝑸= . .
𝑱𝒏 𝑱𝒂 𝑺𝑹𝑭
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D2487-11, Standard Practice for Classification of Soil for Engineering Purposes
(Unified Soil Classification System).
ASTM D421, Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for Prticle-Size
Analysis and Determination of Soil Constants.
Brace, W. F., 1961, Dependence of Fracture Strength of Rocks on Grain Size, Fourth
Symposium on Rock Mechanics: Penn. State Univ. Mineral Industries
Experiment Sta. Bull. 76.
Deere, D. U., dan Deere, D. W., (1989), Rock Quality Designation (RQD) After Twenty
Years, Washington DC, Department of The Army.
Hawkes, I., Mellor, M., 1970, Uniaxial Testing in Rock Mechanics. Eng. Geol. 4.
Palmstrom, A., (2005), Measurement of and Correlations Between Block Size and Rock
Quality Designation (RQD, Tunnels and Underground Space Technology 20,
362 - 377 p.
Rafsanjani, Reza Febri. 2014. Geologi Dan Studi Gerakan Tanah Berdasarkan
Kondisi Geologi Teknik Daerah Wonosroyo Dan Sekitarnya, Kecamatan
Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
SNI 1965:2008, Cara Uji Penentuan Kadar Air untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium.
SNI 1966:2008, Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah.
SNI 2813:2008, Cara Uji Kuat Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi dan Terdrainase.
SNI 1969:2008, Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Penerbit Kanisius.
Terzaghi K., & Peck R. B., 1967, Soil Mechanic in Engineering Practice, Wiley
Vutukuri, V. S., Lama, R. D., and Suluja, S. S., 1974, Handbook on Mechanical Properties
of Rocks. First edition, Trans Tech. Publication I. III.
The Asphalt Institute, MS – 10. 1978. Soil Manual For The Design Of Asphalt Pavement
Structure.