Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Vokasi Indonesia

Volume 10 Number 1 Article 5

June 2023

FENOMENA CANCEL CULTURE DI INDONESIA: SEBUAH


TINJAUAN LITERATUR
Melisa Bunga Altamira
Program Studi Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia,
melisa.altamira@ui.ac.id

Satwika Gemala Movementi


School of Government and Public Policy Indonesia, Master Kebijakan Publik School of Government and
Public Policy Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi

Recommended Citation
Altamira, Melisa Bunga and Movementi, Satwika Gemala (2023) "FENOMENA CANCEL CULTURE DI
INDONESIA: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR," Jurnal Vokasi Indonesia: Vol. 10: No. 1, Article 5.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi/vol10/iss1/5

This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Vokasi Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

FENOMENA CANCEL CULTURE DI INDONESIA: SEBUAH


TINJAUAN LITERATUR
Melisa Bunga Altamira1, Satwika Gemala Movementi2
1
Program Studi Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia
2
School of Government and Public Policy Indonesia, Master Kebijakan Publik School of Government and
Public Policy Indonesia
Corresponding Author’s Email: melisa.altamira@ui.ac.id

ABSTRAK
Fenomena dan terminologi cancel culture saat ini sedang diperbincangkan di Indonesia. Gaung cancel culture
semakin meluas bersamaan dengan peningkatan pengguna media sosial. Melalui media sosial, gerakan cancel
culture disebarluaskan. Penelitian ini memaparkan fenomena cancel culture di Indonesia dan perbandingannya
dengan di beberapa negara, beserta dampaknya. Penelitian dan pembahasan mengenai cancel culture dalam
konteks global sudah banyak dipublikasikan. Namun, penelitian dan pembahasan mengenai cancel culture di
Indonesia, masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fenomena cancel culture di Indonesia
dengan menggunakan metodologi deskriptif melalui tinjauan literatur (rentang 2018-2021). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cancel culture di Indonesia masih merupakan fenomena baru dan sangat terkait erat
dengan media sosial. Selebritas adalah figur publik paling banyak terdampak cancel culture, baik yang tampil di
media massa maupun media sosial. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru mengenai
maraknya fenomena cancel culture serta rekomendasi mengenai pentingnya pertimbangan dalam
menyampaikan pernyataan kepada khalayak. Juga dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pembuat
kebijakan untuk menaikkan tingkat literasi digital.
Kata kunci: cancel culture, figur publik, media sosial

ABSTRACT
The phenomenon and terminology of cancel culture is currently being discussed in Indonesia. The echo of
cancel culture is expanding along with the increase of social media users. Through social media, the movement
of cancel culture is disseminated. This study describes the phenomenon of cancel culture in Indonesia compared
to several other countries, along with the impacts. Research and discussion on cultural cancellation in a global
context have been widely published. However, research and discussion on the cultural cancellation in Indonesia
have yet been sufficient. This study aims to describe the phenomenon of cancel culture in Indonesia using a
descriptive methodology through literature review (range 2018-2021). The results show that cancel culture in
Indonesia is still a new phenomenon and closely related to social media. Celebrities are public figures that most
affected by the cancel culture, both those who appear in the mass media and social media. This research is
expected to provide a new understanding of the phenomenon that occurs in aborted culture and
recommendations regarding the importance of consideration in conveying to the public. In addition, this study
can be used as a recommendation for the policy-makers to elevate the level of digital literacy.
Keywords: cancel culture, public figure, social media.

37
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

PENDAHULUAN negara tersebut. Sejak 2011-2014 korban kerap


Terminologi cancel culture menjadi dirisak dan dicaci oleh para seniornya.
perbincangkan publik Indonesia belakangan ini, Merujuk artikel digital Tempo (2021), pada
terutama di media sosial. Pelabelan cancel culture 2015 korban mengalami pelecehan seksual yang
banyak disematkan pada figur publik yang membuat kesehatan mentalnya terganggu Namun
mengecewakan atau dianggap tidak berperilaku baik demikian, tidak ada tindakan tegas dari KPI
atau pantas. Akibatnya, mereka tidak lagi mendapat mengenai hal tersebut, melainkan hanya sanksi
kepercayaan publik. Seiring dengan meningkatnya ringan yang diberikan terhadap terduga para pelaku.
pengguna media sosial, praktik pelabelan cancel Perusahaan yang sempat terkena cancel
culture pun meningkat. Menjelang akhir tahun, culture adalah PT Alpen Food Industry, produsen es
publik di media sosial ramai memperbincangkan krim AICE pada tahun 2020. Saat itu, publik
aksi Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini yang memboikot es krim AICE karena perusahaan
memaksa seorang anak dengan difabel Tuli untuk tersebut diduga tidak menerapkan sistem
berbicara pada kegiatan peringatan Hari Disabilitas ketenagakerjaan yang sesuai regulasi.
Internasional 2021. Aksi ini menuai cukup banyak Sunyoto Usman dalam wawancaranya
kritik dari masyarakat. dengan VOA Indonesia (2021) menyebutkan bahwa
Publik juga sempat resah dengan sejauh ini cancel culture di Indonesia masih
beredarnya konten televisi yang menampilkan bekas merupakan fenomena di kelompok urban atau
terpidana kasus pelecehan seksual dan juga perkotaan, terutama di pulau Jawa. Keterbatasan
penyanyi, Saipul Jamil. Kehadirannya yang perkembangan ini dikaitkan dengan fasilitas
disambut meriah seperti pahlawan pasca bebas dari internet, perangkat digital yang dimiliki, serta
penjara dianggap melukai korban dan keluarga kemampuan literasi secara digital.
korban pelecehan seksual. Fenomena cancel culture sangat terkait erat
Ironisnya, Komisi Penyiaran Indonesia di dengan media sosial sebagai medium penyampaian
pusat melalui ketuanya, Agung Suprio, justru dan penyebarannya. Melalui media sosial, cancel
memberikan pernyataan pada sebuah podcast bahwa culture digaungkan dan kemudian diikuti oleh
Saipul Jamil bisa mengisi konten edukasi mengenai pengguna media sosial lainnya. Dalam sebuah studi
bahaya pelecehan seksual (Kompas, 11 September ilmiah, disebutkan bahwa media sosial dapat
2021). Pernyataan Agung tersebut justru membuat digunakan salah satunya sebagai platform untuk
publik semakin marah. KPI kemudian meralat memunculkan isu-isu sosial, misalnya tentang ras,
pernyataannya dan memohon maaf. gender, dan lainnya (Haskell, 2021). Cancel culture,
Akibat dari adanya pemberitaan tersebut, sebagai isu sosial turut termasuk di dalamnya.
muncul gerakan cancel culture di masyarakat Meningkatnya pengguna internet sepanjang
melalui media sosial terhadap Saipul Jamil dan KPI. pandemi COVID-19 turut berkontribusi terhadap
KPI yang seharusnya mampu menjadi pengawas jumlah pengguna media sosial. International
konten penyiaran, justru melakukan pembiaran. Telecommunication Union (ITU) mencatat terdapat
Sebelumnya, dunia hiburan Indonesia 782 juta kenaikan pengguna internet sejak 2019
dikagetkan dengan isu pelecehan seksual yang hingga 2021 di seluruh dunia. Data ITU
dilakukan oleh seorang pembawa acara, Gofar menyebutkan, pada 2019 sebanyak 54 persen
Hilman. Saat itu, gaung untuk melakukan aksi populasi dunia menggunakan internet, sedangkan
penolakan kepada Gofar Hilman, ramai di media pada 2021 jumlahnya naik menjadi 63 persen dari
sosial. Cancel culture di Indonesia juga pernah total populasi.
dialami oleh seorang YouTuber sekaligus atlet e- Saat ini, fenomena cancel culture di
sport yang melakukan perselingkuhan. Imbas dari Indonesia semakin marak, namun belum dilakukan
cancel culture tersebut, sdia kemudian kehilangan penelitian secara ilmiah mengenai dampak dan
kontrak dari tim e-sport dan beberapa merek. solusinya. Sehingga, diperlukan pemahaman yang
Namun demikian, dalam tulisannya, baik oleh publik figur dalam bertindak dan membuat
Nguyen (2020) menyebutkan hal menarik terkait pernyataan. Selain itu, agar audiens semakin bijak
pelabelan cancel culture juga dapat disematkan tak dalam bereaksi terhadap suatu informasi.
hanya pada individu, tetapi juga pada institusi, Artikel ini memaparkan cancel culture dan
perusahaan, atau lembaga yang tidak sejalan dengan dampaknya yang dikaitkan dengan peran media
norma-norma sosial yang berlaku. sosial sebagai pendorong fenomena tersebut.
Pada September 2021, muncul berita Penjelasan mengenai fenomena cancel culture di
adanya dugaan aksi pelecehan seksual yang Indonesia dikatikan dengan konteks global. Dalam
menimpa seorang pegawai KPI. Publik Indonesia memaknai informasi khususnya di media sosial,
pun dibuat resah dengan pemberitaan terkait dengan dibutuhkan pemahaman literasi digital yang baik
kasus pelecehan seksual yang melibatkan lembaga agar bijak dalam bereaksi terhadap informasi.

38
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi mengapa harus menjadi perdebatan di tengah arus
mengenai pentingnya pertimbangan dalam utama publik.
menyampaikan pernyataan kepada khalayak, Fenomena tren baru cancel culture ini
khususnya melalui media massa dan media sosial. dipaparkan oleh Bromwich (2018) dalam tulisannya
Sebabnya, informasi yang disampaikan ke publik yang berjudul “Everyone is Canceled”. Dalam
dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap artikelnya tersebut Bromwich menyampaikan bahwa
masyarakat. hampir semua orang pernah di-cancel atau
Hingga saat ini, belum banyak referensi dibatalkan oleh publik. Sebabnya beragam, mulai
karya ilmiah di Indonesia yang mengangkat topik dari perkataan atau pernyataan, hingga sikap atau
mengenai cancel culture. Oleh karena itu, penelitian perbuatan dari figur publik yang dirasa jauh dari
ini juga diharapkan mampu menjadi referensi ilmiah ekspektasi dan norma yang ada.
bagi penelitian selanjutnya mengenai cancel culture, Firman Kurniawan dalam podcast Digital
khususnya di Indonesia. Dilemma dengan judul “Cancel Culture” (2019)
Melalui jurnal ini, peneliti ingin menggali menyatakan bahwa cancel culture merupakan
informasi mengenai: turunan langsung dari post truth. Sebagaimana
1. Apa dampak sosial yang ditimbulkan dari diketahui dalam post truth kita memahami dan
fenomena cancel culture? mempercayai sebuah kebenaran jika dirasa cocok
2. Apa dampak yang ditimbulkan bagi pihak dengan perasaan kita. Sama halnya dengan post
yang mengalami cancel culture? truth, cancel culture banyak terjadi ketika kita
mendukung seseorang karena jejaring relasi kita
TINJAUAN PUSTAKA turut mendukungnya. Kita tidak melihat fakta
Definisi Cancel Culture mengapa orang tersebut harus didukung. Lalu ketika
Menurut kamus Merriam-Webster, cancel dukungan tersebut ditarik, termasuk oleh jejaring
culture adalah tendensi untuk menarik massa sosial, kita pun melakukan hal yang sama.
melakukan suatu penolakan sebagai bagian dari Praktik pelabelan cancel culture tidak
mengekspresikan ketidaksetujuan dan memberikan dapat dipisahkan oleh media sosial. Proses cancel
tekanan sosial. Sementara Cambridge Dictionary dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Namun
mendefinisikan cancel culture sebagai sikap atau demikian, juga dapat terjadi dalam waktu yang tidak
aksi seseorang atau kelompok, terutama dalam berdekatan, misalnya saat audiens menemukan jejak
media sosial, menolak atau berhenti untuk digital orang yang didukung sebelumnya, ternyata
mendukung dan mengidolakan seseorang akibat tidak sesuai dengan harapan, maka proses cancel
perkataan atau perbuatannya yang tidak sesuai atau juga dapat terjadi. Situasi ini membuktikan bahwa
menyinggung. media sosial berperan besar dalam fenomena cancel
Menurut Velasco (2020), cancel culture culture.
sudah ada sejak berabad-abad lalu yang diawali Kirkwood et.al melalui penelitiannya pada
dengan penghinaan publik terhadap individu. 2019 menyebutkan bahwa media sosial menjadi
Manusia memiliki berbagai cara mengerikan pertimbangan utama organisasi dalam berpromosi
sekaligus kreatif untuk mempermalukan orang yang secara efektif kepada para pemangku kepentingan
dianggap bersalah, salah satunya hukuman cambuk dengan berbagai karakteristik. Media sosial dapat
di muka umum. Pihak yang dianggap bersalah tidak menjadi sangat kompleks apabila kontennya tidak
diberikan kesempatan untuk melakukan debat dikelola dengan baik. Reputasi dapat dibangun dan
terbuka secara konstruktif sebagaimana yang terjadi dikelola secara online dan dapat seketika rusak jika
di masa kini. Dengan demikian, bentuk canceling publik tidak puas. Terlebih, jika publik
dengan cara desktuktif telah lama berkembang. mengungkapkan ketidakpuasannya melalui media
Namun demikian, di era digital bukan tidak sosial.
mungkin kritik yang diberikan kepada seseorang Pada studi yang yang dirilis oleh Pew
dapat bersifat konstruktif. Research Center (2021), cancel culture diartikan
Lebih lanjut Clark (2020) menyebutkan, sebagai membatalkan relasi atau dukungan terhadap
cancel culture adalah fenomena yang secara unik seseorang. Pada awalnya, istilah ini banyak
diciptakan oleh dua sisi, yaitu permintaan kapitalis, digunakan dalam film dan televisi. Namun, saat ini
yakni media massa, sekaligus dari sisi audiens yang mulai berkembang dan banyak digaungkan di ranah
terhubung kepada media sosial. Media sosial media sosial.
menjadi ruang bagi jurnalis untuk memperkuat suatu Berbicara mengenai media sosial, tentu tak
konten yang awalnya terlihat biasa, menjadi suatu akan dapat dipisahkan dari aktivitas digital sebagai
hal yang mampu memenuhi permintaan dari media dampak dari perkembangan teknologi. Aktivitas
massa dan menarik audiens. Namun demikian, digital ini meliputi clicktivism (klik like, mendukung
konten tersebut gagal memberikan konteks budaya pesan, atau mengikuti sebuah akun di media sosial)

39
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

dan metavoicing atau proses redistribusi pesan yang melalui media sosial. Mereka memahami bagaimana
meliputi sharing, retweet, repost, memberi secara efektif mengaitkan demografis dengan
komentar, dan lainnya yang berfungsi untuk mengenali isu terbaru dan menjadikannya sebagai
mengamplifikasi pesan (Milbrath dalam Louis, topik relevan sesuai dengan generasinya. Generasi
2021). muda pun dianggap sebagai bagian vital penentu
Terkait dengan media sosial, pelaku paling konten di masa depan. Data Internet
banyak dari gerakan cancel culture di media sosial Telecommunication Union (ITU) menunjukkan
berasal dari usia milenial akhir dan generasi Z. bahwa kelompok usia 15-24 tahun mendominasi
Sebagai kelompok digital native, mereka memiliki pengguna internet di seluruh dunia atau mencapai 70
kekuatan yang besar untuk mengangkat sebuah isu persen pada 2020. Jumlah tersebut menunjukkan
atau tren. Sebuah riset yang dilakukan terkait bahwa kelompok usia tersebut mengakses internet
pemahaman mengenai terminologi cancel culture 1,24 kali lebih banyak dibanding kelompok lainnya.
menunjukkan bahwa kelompok milenial merupakan
kelompok yang paling familiar dan memahami Cancel Culture dalam Konteks Global
cancel culture. Jika di Indonesia cancel culture baru mulai
Martinez melalui bukunya yang berjudul dikenal, di sejumlah negara fenomena ini sudah
“Uncovering the Dirt on Cancel Culture: An In- cukup lama ada. Dalam beberapa tahun terakhir, jika
depth Analysis of Publishing‟s Relationship with seseorang ter-cancel dapat juga dikatakan secara
Controversy” memaparkan bahwa sebagian besar budaya mengalami penolakan publik yang
pengguna media sosial familiar istilah cancel berdampak terhadap keberlanjutan karirnya. Namun
culture seperti pada Gambar 1. demikian, fenomena ini telah membentuk polarisasi
topik perdebatan.
Cancel culture telah menjadi istilah
Apakah Anda Familiar dengan Istilah Cancel Culture?
populer. Seorang selebritas atau figur publik
13,10%
melakukan atau mengatakan hal yang menyinggung
kemudian muncul gerakan penolakan terhadap
orang tersebut. Fenomena tersebut kemudian secara
efektif mengakhiri karir mereka atau membalikkan
86,90%
kebanggaan mereka, baik melalui boikot atau
tindakan pendisiplinan. Romano (2020) melalui
artikelnya di situs Vox menyebutkan bahwa proses
Familiar Tidak Familiar
penolakan tersebut sekaligus menuntut adanya
Gambar 1. Pemahaman terminologi cancel culture akuntabilitas. Jika hal tersebut tidak berjalan, maka
berdasarkan pembagian generasi (Martinez, 2021) boikot adalah cara lain yang digunakan sebagai alat
untuk membentuk keadilan sosial.
Mengakhiri karir figur publik melalui
Adapun survei dilaksanakan di tiga
cancel culture bukanlah mudah. Sebagian dari
platform media sosial, yaitu Facebook, Twitter, dan
mereka memang benar-benar menghadapi penilaian
Instagram pada Maret-April 2021. Mayoritas
responden adalah milenial seperti pada Gambar 2. negatif dan kritik. Tetapi tidak banyak dari mereka
yang karirnya sepenuhnya berakhir akibat gerakan
tersebut. Di Amerika Serikat, komedian Louis C.K
3,70%
dan Roseanne Barr kehilangan penggemar dan
15% pekerjaan dalam sekejap. C.K mengakui adanya
kegiatan seksual secara ilegal, sedangkan Barr
membuat sebuah cuitan rasis di Twitter.
26,20% 55,10% Penulis Harry Potter, J.K Rowling
menghadapi kritikan tajam setelah dianggap fobia
terhadap transgender terkait cuitannya di Twitter.
Sebaliknya, tidak lama kontroversi dan gerakan
tersebut, penjualan buku Rowling justru meningkat
Milenial Gen Z Gen X Baby Boomer
signifikan. Bahkan, dia menuliskan surat terbuka
melalui majalah Harper‟s untuk melawan cancel
Gambar 2. Demografi responden survei di tiga
culture. Rowling mengatakan bahwa cancel culture
platform (Martinez, 2021)
telah menciptakan iklim intoleransi untuk kebebasan
berpendapat. Dia juga menyebutkan, intoleransi
Melalui survei tersebut dapat disimpulkan
telah terjadi terhadap kelompok yang memiliki
bahwa generasi muda paling memiliki keterikatan
pandangan berbeda, adanya cara mempermalukan
aktif dengan isu terbaru khususnya yang muncul

40
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

orang di publik, serta tendensi untuk menghilangkan arah, sebuah bentuk komunikasi yang tidak dapat
kebijakan yang kompleks sekalipun hal itu dilakukan oleh media konvensional. Dalam
membutakan moral. perjalanannya, secara tidak langsung, media sosial
Adapun cancel culture juga menimpa aktor membentuk sebuah komunitas virtual yang
Korea Selatan, Kim Seon Ho yang tengah populer di memberikan ruang kepada anggota di dalamnya
kalangan pencinta serial drama. Media kontroversial untuk mengumpulkan dukungan dan solidaritas
Dispatch melaporkan adanya dugaan pemaksaan (Haskell, 2021).
aborsi oleh Seon Ho terhadap mantan kekasihnya. Dalam kaitannya dengan cancel culture,
Terlepas dari kebenaran tuduhan tersebut, secara media sosial menjadi platform untuk menyebarkan
resmi Seon Ho membuat pernyataan minta maaf gerakan atau isu tersebut, untuk kemudian diikuti
karena telah mengecewakan penggemarnya. Segera oleh aksi nyata pengguna lain.
setelah munculnya kasus tersebut, berbagai
perusahaan yang mengontrak Seon Ho, baik sebagai METODOLOGI PENELITIAN
aktor maupun bintang iklan, ramai-ramai memutus Penelitian ini disusun secara kualitatif
kontraknya. Karir Seon Ho di dunia hiburan pun menggunakan metode tinjauan literatur atau studi
diprediksi tamat. kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan melalui
Tidak lama setelah munculnya kontroversi beragam dokumen yaitu artikel ilmiah, buku, dan
Seon Ho, Dispatch kembali merilis laporan yang pemberitaan. Seluruh sumber data tersebut dianalisis
dianggap menjadi kebenaran dari kasusnya. Dia sehingga dapat digunakan untuk mendefinisikan dan
diduga menjadi korban dari kebohongan mantan menggambarkan fenomena cancel culture mulai dari
kekasih. Walaupun belum ada pernyataan resmi dari penyebab hingga pengaruh yang diakibatkan, baik
pihak Seon Ho, sang aktor dianggap akan selamat kepada pelaku maupun audiens.
dari cancel culture. Menurut Snyder (2019), tinjauan literatur
Menurut Eve Ng (2020) budaya cancel dapat menjadi metodologi terbaik untuk
culture melalui platform digital menunjukkan betapa menghasilkan jawaban dari berbagai pertanyaan
cepatnya sirkulasi dan masifnya reaksi akan sebuah penelitian. Tinjauan bermanfaat bagi peneliti yang
konten. Sehingga, penting untuk tidak membiarkan ingin mengevaluasi suatu teori atau bukti pada area
kecaman di media sosial, serta penelitian lebih penelitian tertentu guna memvalidasi atau menguji
mendalam terhadap interaksi di luar platform media akurasi teori tersebut. Dalam penelitian ini, tinjauan
sosial. literatur berguna dalam menghasilkan gambaran
mengenai cancel, baik dalam sudut pandang luas
Media Sosial maupun sempit.
Perkembangan teknologi dan digital saat Selain itu peneliti juga melakukan
ini, memunculkan berbagai platform media baru. observasi terhadap berbagai platform media sosial,
Melalui platform media baru tersebut, manusia di antaranya Twitter dan Instagram, serta
semakin dimungkinkan untuk saling terhubung dan perbincangan yang terjadi di dalamnya mengenai
bersosialisasi. Dalam artikel yang ditulis Maryville cancel culture. Terdapat juga contoh kasus pada
University, media sosial semakin popular seiring figur publik maupun institusi atau lembaga. Seluruh
dengan berkembangnya perangkat elektronik, data dan informasi yang didapat, diolah kembali
maraknya sosialisasi secara virtual, bahkan terkait oleh peneliti untuk disajikan dalam penelitian ini.
dengan pemasaran dan promosi. Kamus Merriam
Webster mendefinisikan media sosial sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
sebuah platform komunikasi berbasis elektronik Hingga saat ini, cancel culture belum
yang memungkinkan manusia untuk berbagi menjadi fenomena masif di Indonesia. Efek viral
informasi, pandangan, pesan personal, dan bentuk masih terbatas, utamanya pada daerah-daerah
konten lainnya seperti video. perkotaan dengan karakter penduduk yang memiliki
Berdasarkan data We Are Social (2022), tingkat literasi digital yang baik, memiliki beragam
saat ini jumlah pengguna sosial aktif di Indonesia perangkat digital, dan akses internet yang mumpuni.
berjumlah lebih dari 190 juta orang, dengan rata-rata Seiring dengan semakin dikenalnya cancel culture,
mengakses media sosial lebih dari tiga jam setiap muncul perdebatan terkait dampak yang
harinya. Jumlah yang besar ini menjadikan media ditimbulkan. Apakah cancel culture memberi
sosial sebagai sarana komunikasi yang sangat dampak yang konstruktif, atau justru destruktif
efektif, tak hanya untuk bertukar pesan, saling kepada figur publik atau institusi yang diberi label
terhubung dengan keluarga, tetapi juga untuk canceled? Nyatanya, cancel culture memiliki
mengetahui apa yang sedang tren saat itu. dampak ganda, positif dan negatif.
Sebagai bagian dari media baru, media Cancel culture yang lebih banyak
sosial memungkinkan terjadinya komunikasi dua ditemukan di perkotaan berkaitan juga dengan akses

41
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

internet masyarakat. ITU menyebutkan secara melakukan tindakan serupa. Melalui kejadian cancel
global akses internet di perkotaan dua kali lebih tersebut, Gofar kemudian kehilangan reputasi
banyak dibandingkan di pedesaan pada 2020. positifnya, kehilangan pengikut, hingga dikeluarkan
Namun demikian, hal tersebut juga tergantung dari dari komunitas bisnisnya. Lebih lanjut, sesuai
kondisi sosial-ekonomi suatu negara. Sebagai dengan studi dari Nguyen (2020) dampak cancel
contoh, di Afrika terdapat gap sebesar 35 persen culture tidak hanya dapat menimpa individu, tetapi
antara pengguna internet di perkotaan dan pedesaan. juga pada institusi, lembaga, atau perusahaan seperti
Sedangkan di negara maju gap penggunanya hanya yang terjadi pada KPI, yang kehilangan kepercayaan
empat persen. publik setelah „mendukung‟ Saipul Jamil untuk
Pada jurnal ini, peneliti menggali berbagai kembali tampil di televisi
sumber dari fenomena cancel culture di Indonesia Tak hanya memberikan dampak positif, di
dan membandingkannya dengan yang terjadi di luar sisi lain gerakan cancel culture juga memberikan
negeri. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang dampak negatif. Pertama, dapat merusak citra figur
hanya berfokus kepada satu contoh kasus. Namun publik terkait tuduhan yang belum terkonfirmasi
demikian, melihat dari beberapa kasus yang telah kebenarannya. Hal tersebut akan dianggap biasa jika
dibahas, baik di Indonesia maupun luar negeri masyarakat tidak teredukasi dengan baik mengenai
cancel culture memberi dampak ganda, yakni positif cancel culture.
dan negatif. Kedua, dapat mendorong orang untuk
Dampak positif pertama, cancel culture mengikuti suara mayoritas terhadap sebuah isu,
dapat menjadi alat kontrol sosial dalam bahkan mungkin saja mereka berbeda pendapat.
bermasyarakat. Sebagaimana teori kontrol sosial Ketiga, dapat menciptakan kondisi spiral of
yang mengatur perilaku manusia melalui norma, silence, karena fenomena ini membungkam
aturan, hukum, dan struktur sosial, fenomena cancel kelompok orang yang memiliki pandangan atau
culture secara tidak langsung turut mengatur pendapat berbeda. Kelompok orang ini akhirnya
perilaku manusia khususnya dalam aktivitasnya di memilih diam dan mengikuti kelompok mayoritas
media sosial. Hal tersebut menjadi penting agar tidak dikucilkan atau diserang. Dalam hal ini,
mengingat media sosial sebagai platform digital media berperan dalam mempengaruhi opini publik,
memiliki daya amplifikasi yang kuat dalam khususnya melalui media sosial.
memviralkan sebuah konten. Penelitian sebelumnya Selaras dengan penelitian yang dilakukan
yang dilakukan oleh Ng (2020) telah menunjukkan oleh Haskell (2021), para pengguna media sosial
betapa media sosial dapat dengan cepat tersebut akan menyatakan dengan tegas terkait
menyebarkan sebuah isu, hingga menimbulkan aksi pandangannya meng-cancel seseorang. Pernyataan
nyata meng-cancel seseorang. tersebut mereka sampaikan melalui unggahan yang
Kedua, cancel culture dapat membuat figur dilengkapi dengan tagar. Tagar ini kemudian
publik seperti selebriti, politisi, influencer, dan berfungsi untuk mempermudah pencarian isu
lainnya agar berhati-hati dalam memproduksi dan terkini. Sehingga, semakin spesifik tagar, maka isu
mempublikasikan konten. Diharapkan pula untuk atau opini yang terbentuk semakin terdiseminasi
selalu membuat konten berkualitas dan tidak sebagai opini publik, mudah dicari, dan terbentuk
menyinggung pihak tertentu. Bila pertimbangan secara massal.
tersebut tidak diindahkan dan mengalami cancel Berbicara mengenai media sosial,
culture, bukan tidak mungkin mereka akan peningkatan literasi digital para penggunanya juga
kehilangan pengikut, akun media sosialnya ditutup, menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Walau
serta kehilangan reputasi positif dan karier. Kondisi saat ini fenomena cancel culture masih menjadi
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan fenomena urban, tidak menutup kemungkinan
Kirkwood, et all (2019) bahwa reputasi yang fenoma ini akan juga diikuti oleh masyarakat
dikelola dan dibangun secara daring dapat suburban. Kemudahan penyebaran informasi atau
berpotensi menjadi negatif jika pemilik akun isu sosial melalui media sosial berpotensi
dianggap melanggar ekspektasi dan norma sehingga menyebarkan isu cancel culture ke masyarakat luas,
membuat publik kecewa atau tidak puas. tidak hanya di perkotaan.
Terakhir, cancel culture efektif dalam Pada proses penyebaran informasi, media
menghalau rasisme, seksisme, kekerasan, atau hal sosial masih menjadi sarana utama penyebaran isu
lain yang membahayakan (Kusumaningtyas, 2021). yang berdampak pada call to action. Oleh karena
Pada contoh kasus yang telah dipaparkan itu, literasi digital yang dilakukan tak hanya
sebelumnya, ketika selebriti Gofar Hilman diketahui meliputi dokumen kebijakan, namun sebaiknya
melakukan pelecehan seksual, muncul gerakan diikuti dengan literasi dalam melakukan aktivitas
cancel kepadanya. Apa yang terjadi pada Gofar, digital seperti yang disampaikan dalam studi oleh
dapat menjadi peringatan bagi orang lain untuk tidak Milbrath (Louis, 2021). Setiap pengguna media

42
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

sosial harus bisa memahami bahwa setiap aktivitas mempertimbangkan konsep mengenai
digital di media sosial yang mereka lakukan dapat kontennya agar tidak bersinggungan dengan
memberi dampak pada pihak lain. sesuatu yang keluar dari norma atau aturan
Terakhir, terkait dengan kesehatan mental. yang berlaku. Hal ini dilakukan agar dapat
Jika seseorang tidak sanggup menghadapi canceling menimimalisasi kemungkinan menerima
terhadap dirinya dan tidak mampu mengelola cancel dan cyberbullying dari masyarakat.
emosinya, bukan tidak mungkin orang tersebut akan 2. Tidak hanya bijak pada produksi konten,
mengalami gangguan kesehatan mental. sebagai pengguna media sosial juga harus bijak
pada pemanfaat teknologi. Pergunakan media
SIMPULAN sosial untuk keperluan yang positif agar dapat
Berdasarkan paparan hasil tinjauan menciptakan ruang serta ekosistem digital
literatur, cancel culture menjadi fenomena yang yang aman, nyaman, dan damai. Pelajari ragam
semakin dikenal dan tren belakangan ini. karakteristik media sosial agar kita dapat
Berkembangnya cancel culture tidak luput dari memanfaatkan platform tersebut dengan baik
peran perkembangan media sosial. Dalam hal ini, sehingga tidak mudah menghakimi
media sosial memberi ruang pada masyarakat untuk seseorang/industri/lembaga hanya dari konten
dapat memberi label canceled pada individu atau yang relatif singkat. Membiasakan diri untuk
institusi yang dianggap berperilaku atau berkata- selalu mencari latar belakang dan membekali
kata tidak sesuai dengan norma, di antaranya diri dengan sudut pandang pola pikir yang luas.
mengenai rasisme, penghinaan, hingga kekerasan Peningkatan literasi digital kepada masyarakat
seksual. Di Indonesia, fenomena cancel culture baru yang didorong oleh para pemangku
dapat ditemui di area perkotaan dengan karakteristik kepentingan di antaranya pemerintah,
penduduk yang melek teknologi digital dan internet, akademisi, dan penyedia konten. Sehingga
terutama di pulau Jawa. masyarakat dapat lebih bijak beraktivitas di
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah media sosial, tidak mudah terprovokasi, dan
tingkat literasi digital audiens dan perspektif media selalu mencari kebenaran informasi terlebih
massa sebagai penyebab fenomena cancel culture dulu sebelum memutuskan bersikap atas
tidak digunakan sebagai variabel. Penelitian sebuah isu.
berfokus kepada contoh kasus di Indonesia dan luar
negeri beserta dampak terhadap individu yang ter- DAFTAR PUSTAKA
cancel.
Namun, belum banyaknya referensi ilmiah Admin. (2021, March 13). Cancel culture :
mengenai cancel culture di Indonesia Membahayakan Atau Menyelamatkan?
memungkinkan adanya ketidak sesuaian antara Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
fenomena cancel culture yang terjadi di Indonesia Jakarta. Retrieved January 20, 2021, from
dengan di luar negeri. Hal ini dapat terjadi akibat http://psikologi.uinjkt.ac.id/cancel-culture-
dari perbedaan tujuan dalam memanfaatkan media membahayakan-atau-menyelamatkan/
sosial, tingkat literasi digital yang berbeda, serta Bromwich, J. E. (2018, June 28). Everyone is
kemajuan teknologi dan digital yang juga berbeda di canceled. The New York Times. Retrieved
tiap negara. June 10, 2022, from
Namun demikian, cancel culture belum https://www.nytimes.com/2018/06/28/style/is
memberikan dampak signifikan terhadap publik -it-canceled.html
figur atau lembaga. Kemunculannya di publik Clark, M. D. (2020). DRAG THEM: A Brief
menandai bahwa karir mereka tidak sepenuhnya Etymology of so-Called “Cancel Culture”.
berakhir. Artinya, Sebagian audiens masih Communication and the Public, 5(3-4), 88–
menerima kehadiran mereka. Pihak yang mengalami 95.
fenomena cancel culture pun memilih bungkam dan https://doi.org/https://doi.org/10.1177%2F20
tidak memberikan klarifikasi atas perbuatan atau 57047320961562
penyataannya. Dershowitz, A. (2020). Cancel culture: The latest
attack on Free Speech and due process.
SARAN Skyhorse Publishing Company, Incorporated.
Melihat fenomena cancel culture yang Dwiastono, R. (2021, March 9). Cancel culture
telah dipaparkan, berikut beberapa saran yang marak di AS, bagaimana di Indonesia?
disampaikan oleh peneliti: Retrieved December 19, 2021, from
1. Sehubungan dengan eratnya cancel culture https://www.voaindonesia.com/a/cancel-
dengan media sosial, diharapkan para pembuat culture-marak-di-as-bagaimana-di-indonesia-
konten dapat lebih bijak dengan /5806176.html

43
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Haskell, S. (2021). Cancel Culture: A Qualitative Ramadhan, F. M. (2021, September 3). Kronologi
Analysis Of The Social Media Practice Of Dugaan Pelecehan seksual Dan
Canceling (thesis). Boise State University, Perundungan Terhadap pegawai KPI.
Boise. Tempo. Retrieved October 13, 2021, from
International Telcommunication Union. (2021). https://grafis.tempo.co/read/2794/kronologi-
Measuring Digital Development. Facts and dugaan-pelecehan-seksual-dan-perundungan-
Figures 2021. Retrieved June 7, 2022, from terhadap-pegawai-kpi
https://www.itu.int/itu- Rizal, J. G. (2021, September 11). Ketua KPI sebut
d/reports/statistics/2021/11/15/internet-use/ Saipul Jamil Bisa Tampil Di TV Untuk
Kecewakan Daku, Kau Ku-cancel. Remotivi. (n.d.). Edukasi, Ini Kata Komisioner Kpai Halaman
Retrieved June 10, 2022, from all. KOMPAS.com. Retrieved October 13,
https://www.remotivi.or.id/mediapedia/574/k 2021, from
ecewakan-daku-kau-ku-cancel https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/
Kirkwood, G. L., Payne, H. J., & Mazer, J. P. 11/194500965/ketua-kpi-sebut-saipul-jamil-
(2019). Collective trolling as a form of bisa-tampil-di-tv-untuk-edukasi-ini-
organizational resistance: Analysis of the kata?page=all
#Justiceforbradswife Twitter campaign. Romano, A. (2019, December 30). Why we can't
Communication Studies, 70(3), 332–351. stop fighting about cancel culture. Vox.
https://doi.org/https://doi.org/10.1080/10510 Retrieved October 13, 2022, from
974.2019.1610015 https://www.vox.com/culture/2019/12/30/20
Kurniawan, F. (2020). In Cancel Culture dan 879720/what-is-cancel-culture-explained-
Leburnya Batas Ruang-Waktu (pp. 91–94). history-debate
essay, Rajawali Press. Saint-Louis, H. (2021). Understanding cancel
Martinez, A. (2021). culture: Normative and unequal sanctioning.
https://pdxscholar.library.pdx.edu/eng_book First Monday, 26, 5–7.
pubpaper/58/. Book Publishing Final https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5210/fm.v
Research Paper. Retrieved 2021, from 26i7.10891
https://archives.pdx.edu/ds/psu/35780 Shead, S. (2020, July 8). JK Rowling criticizes
Merriam-Webster. (n.d.). Cancel Culture. 'cancel culture' in open letter signed by 150
https://www.merriam- public figures. CNBC. Retrieved December
webster.com/dictionary/cancel%20culture. 10, 2021, from
Mishan, L. (2020, December 3). The Long and https://www.cnbc.com/2020/07/08/jk-
Tortured History of Cancel Culture. The New rowling-cancel-culture.html
York Times Style Magazine. Retrieved from Silverton, L. (2021, March 5). All the reasons why
https://www.nytimes.com/2020/12/03/t- cancel culture is so toxic for our mental
magazine/cancel-culture-history.html. health. British Vogue. Retrieved December
Ng, E. (2020). Reflections on Cancel Culture and 11, 2022, from
Digital Media Participation. Television & https://www.vogue.co.uk/beauty/article/canc
New Media, 21(6), 621–627. el-culture-toxic-for-mental-health
https://doi.org/https://doi.org/10.1177%2F15 Snyder, H. (2019). Literature review as a research
27476420918828 methodology: An overview and guidelines.
Nguyen, B. (2020). (thesis). Cancel Culture on Journal of Business Research, 104, 333–339.
Twitter: The Effects of Information Source https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jbusr
and Messaging on Post Shareability and es.2019.07.039
Perceptions of Corporate Greenwashing. Spotify. (2019). Cancel Culture. Digital Dilemma. .
University of Pennsylvania, Pennsylvania. broadcast, Jakarta, Jakarta.
Retrieved 2021, from Teixeira da Silva, J. A. (2021). How to shape
https://repository.upenn.edu/wharton_researc academic freedom in the digital age? are the
h_scholars/197/. retractions of opinionated papers a prelude to
Primastiwi, E. (2020, September 17). "Cancel “Cancel culture” in Academia? Current
culture" di indonesia: Kesadaran Sosial atau Research in Behavioral Sciences, 2(100035),
sekedar ikut-ikutan? Whiteboard Journal. 1–6.
Retrieved December 10, 2021, from https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.crbeh
https://www.whiteboardjournal.com/ideas/hu a.2021.100035
man-interest/cancel-culture-di-indonesia- Velasco, J. C. (2020). You are cancelled: Virtual
kesadaran-sosial-atau-sekedar-ikut-ikutan/ collective consciousness and the emergence
of cancel culture as ideological purging.

44
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Rupkatha Journal on Interdisciplinary accountability, others see censorship,


Studies in Humanities, 12(5). punishment. Pew Research Center: Internet,
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.21659/ru Science & Tech. Retrieved June 10, 2022,
pkatha.v12n5.rioc1s21n2 from
Vogels, E. A., Anderson, M., Porteus, M., https://www.pewresearch.org/internet/2021/0
Baronavski, C., Atske, S., McClain, C., 5/19/americans-and-cancel-culture-where-
Auxier, B., Perrin, A., & Ramshankar, M. some-see-calls-for-accountability-others-see-
(2021, September 27). Americans and 'cancel censorship-punishment/
culture': Where some see calls for

45

Anda mungkin juga menyukai