Anda di halaman 1dari 2

Koentjaraningrat dalam bukunya Mentalitas, Kebudayaan, dan Pembangunan (1974) juga

pernah mengemukakan beberapa rintangan mental dalam pembangunan di Indonesia


dalam perspektif modernisasi. Jelaskan apa saja rintangan mental dimaksud!

Sebelum membahas pada kelemahan atau rintangan untuk pembangunan maka kita perlu
melakukan pengkategorian terlebih dahulu antara dua golongan besar dalam masyarakat kita
yang menunjukkan suatu bentuk mentalitas yang berbeda. Dalam hal ini, orang desa
mendominasi 84% dari seluruh penduduk dan orang kota. Orang desa yang sehari-harinya
bekerja dalam bidang pertanian dan mental yang dimiliki bersifat mentalitas yang khas dan
disebut sebagai mentalitas petani. Sedangkan, orang kota yang biasanya bekerja sebagai buruh,
pedagang, usahawan ataupun pegawai. Penduduk kota didominasi oleh mentalitas pegawai.

 Dalam konteks terkait dengan kelemahan atau rintangan dalam mentalitas pembangunan,
kita perlu untuk membedakan antara dua hal, yakni konsepsi-konsepsi, pandangan-
pandangan, dan sikap mental terhadap lingkungan kita yang telah tertanam dan
bersumber dari sistem nilai-budaya. Dan konsepsi-konsepsi atau pandangan-pandangan
kita terhadap lingkungan kita yang muncul melalui pengaruh zaman revolusi dan tidak
terpengaruh oleh sistem nilai-budaya.
 Mentalitas petani terkait dengan hakikat hidup, dari karya dan hasil karya manusia dan
hal lainnya maka akan beranggapan bahwa manusia itu bekerja keras untuk dapat hidup.
Sedangkan mentalitas priayi Jawa terkait dengan hakekat karya akan menghubungkan
dengan konsep amal yang mana konsep amal dipandang sebagai hasil karya yang
menunjukkan kebahagiaan-kebahagiaan dalam hidup seperti kedudukan, kekuasaan, dan
kemakmuran. Mental-mental tersebut tidak cocok dengan jiwa pembangunan karena
tidak bersumber dari suatu nilai-budaya yang berorientasi pada hasil dari karya manusia
itu sendiri tetapi hanya amal dari karya.
 Konsep terkait pengaruh nasib yang masih kental dalam mentalitas petani di Indonesia,
hal ini bersumber pada suatu nilai-budaya yang sudah tidak aktif terhadap alam
sekelilingnya. Konsep yang mengatakan bahwa orang itu harus hidup selaras dengan
alam merupakan konsep yang awam dalam mentaltas petani di Indonesia. Begitu juga
dengan priyayi di kota yang terdapat suatu pandangan bahwa manusia tidak hidup
sendirian di dunia. Mentalitas ini sudah banyak menggantungkan diri kepada nasib dan
tidak cocok dengan jiwa pembangunan.
 Mentalitas petani Indonesia yang beranggapan bahwa manusia itu pada hakekatnya tidak
hidup sendiri dan dapat selalu bergantung pada sesamanya terutama kerabat. Hal ini
dilandasi dengan kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan sesamanya. Sifat
gotong royong tentu bukan bentuk yang negatif tetapi akan bersifat negatif apabila
mewajibkan suatu sikap konformisme yang besar. Dan sikap konformisme inilah yang
kemudian akan berlawan arah dengan jiwa pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai