MANUSIA INDONESIA
Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
Pandangan dan Corak Sosial Manusia Indonesia
Kelas C
Pandangan Hidup Manusia Indonesia
Kelompok 1:
Karinska Salsabila Priyatno 1606908142
Lareta Sekar Puspitarani 1706021890
Velladia Zahra Taqiya 1706022994
______________________________________________________________________
1 Kusuma, R.M.A.B, PidatoSoepomo dalam Sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945, halaman 125
2 Ibid, halaman 126
3 Ibid, halaman 127
Di dalam hukum adat, manusia sama sekali bukan individu yang terasing, yang
bebas dari segala ikatan dan semata mata hanya ingat keuntungan sendiri, melainkan
terutama ialah anggota masyarakat. Dimana di lingkungan yang ia tinggali itu tercipta
suatu pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian itu tidak bersifat “pengorbanan”, yang
harus di berikan oleh individu untuk kebaikan umum. Didalam kesadaran rakyat,
kewajiban kemasyarkat semata-mata adalah fungsi sewajarnya dari kehidupan manusia.
Sebaliknya individu sebagai anggota masyarakat juga memiliki sejumlah hak, Akan
tetapi, dalam cara berfikir orang Indonesia, hak tersebut adalah hak kemasyarakatan. 4
Jadi, seseorang diharapkan dapat menjalankan hak-haknya sesuai dengan tujuan sosial
dalam masyarakat untuk suatu kepentingan bersama.
Masyarakat tidak dipandang sebagai badan tersendiri dengan susana kepentingan
sendiri. Masyarakat bukan susatu kekuasaan yang berdiri lepas dari manusia seorang-
seorang dan berhadapan dengannya. Masyarakat ialah keseluruhan dari sekalian anggota
perorangan, karena keinsafan kemasyarakatan dan keinsyafan individu bercampur baur.
Itulah sebabnya makna hukum adat mempunyi sifat kommunal (untuk bersama).5
Sifat itu sangat kuat pada golongan rakyat Indonesia yang khususnya suku Dayak,
Toraja, Batak, dan Bali. Semua golongan rakyat Indonesia mengalami pengembangan
individualisasi akibat dari perkembangan ekonomi dan pergaulan hidup dengan dunia
internasional. 6 Tetapi pada intinya orang Indonesia tetap memandang dirinya sebagai
makhluk sosial yang besamasyarakat, Mereka juga memandang lingkungan sekitarnya
masih mempertahankan hukum adat daerah masing-masing, meskipun diantaranya sudah
tidak mempertahankan hukum adat tersebut dengan baik. Tetapi mereka tetap hidup
bersmasyarakat tanpa individualisme.
Dilihat dari kedudukan indidividu dan masyarakat dalam hukum barat, negara-
negara Barat yang demokratis pada abad ke-19 terjadi kodifikasi-kodifikasi (pembukuan
hukum) dimana pada saat itu semangat individualism mencapai puncaknya.
Kesadarannya sebagai individu, manusia mengasingkan diri dari kehidupan sekitarnya. Ia
menonjolkan dirinya sebagai pusat kekuasaan, dimana ia selalu berusaha memperbesar
7 Ibid, halaman 5
8 Ibid, halaman 6
9 Ibid, halaman 6-7
10 Kusuma, R.M.A.B, PidatoSoepomo dalam Sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945, halaman 130
11 Henley, D, Custom and Koperasi. The Co-operative Ideal in Indonsia, halaman 87-112