SEBAGAI SISTEM
ETIKA
“KEMANUSIAAN
YANG ADIL DAN
BEDADAB”
RESA KHARISMA R. (185040201111086)
Dalam pidato Sukarno, rumusan Pancasila masih belum disempurnakan. Rumusannya masih
berupa dasar-dasar filosofis kemerdekaan Indonesia. Dasar atau prinsip filosofis pertama adalah
Kebangsaan Indonesia. Prinsip kedua adalah Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan. Prinsip
ketiga adalah Dasar Mufakat, Dasar Perwakilan, dan Dasar Permusyawaratan. Prinsip keempat
adalah Kesejahteraaan Sosial. Prinsip kelima adalah Taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Sukarno, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan itu adalah sebuah bentuk
nasionalisme asli Indonesia. Kata “internasionalisme’ di sini bukanlah bentuk kosmopolitanisme
yang menganggap semua bangsa sama, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon,
tidak ada Birma, tidak ada Inggris, dan sebagainya. Sebaliknya, internasionalisme di sini dimaknai
sebagai pernyataan nasionalisme sejati.
HUBUNGAN PANCASILA KEDUA
DENGAN UUD 1945
Pasal 27
(1) Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan
dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Penjelasan : warga negara Indonesia apapun statusnya, seharusnya sama dihadapan
hukum dan pemerintahan. Baik orang biasa atau pejabat negara jika melakukan
kesalahan dan diadili, hukumannya harus setimpal. Tidak dibeda-bedakan dan harus
adil. Dan semua warga negara, harus mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia
tanpa terkecuali. Warga negara juga berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup
yang layak.
NILAI – NILAI ETIKA
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
Pancasila sebagai sistem etika adalah poin – poin yang terkandung di dalam
pancasila yang mencerminkan etika yang ada pada diri bangsa Indonesia.
Pembentukan etika ini berdasarkan hati nurani dan tingkah laku, tidak ada paksaan
dalam hal ini. Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika
yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang
adil dan beadab ” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, setiap sila pada dasarnya
merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan.
CONTOH NILAI – NILAI ETIKA
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga
Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah
laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
SEBAGAI JALAN KELUAR DARI MASALAH
KORUPSI
Korupsi sangat merugikan negara. Kurangnya efek jera menjadi penyebab utama korupsi
ini. Negara lain sudah menerapkan hukuman berat bagi pelaku korupsi.
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
SEBAGAI JALAN KELUAR DARI MASALAH
ISU SARA
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kehidupan
berbangsa sudah diatur, bahwa setiap individu manusia
memiliki kesetaraan hak untuk diakui dan dihormati.
Sebagai bangsa yang memiliki kesadaran kemanusiaan
akan saling menghormati.
Sebagai contoh warga di daerah Solo, terdapat masjid
dan gereja saling berdampingan, dan selalu saling bantu
membantu, dan tidak pernah terjadi pertikaian. Juga ada di
daerah Bali, para umat Hindu membantu mengamankan
Shalat Ied
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
SEBAGAI JALAN KELUAR DARI
PERMASALAHAN LINGKUNGAN