1
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
2
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
3. Rancangan percobaan
Penelitian disusun dalam Rancangan Keterangan:
ratio (CR) dan land equivalent ratio (LER) ab : C. Pubescens dalam tumpangsari
dilakukan penanaman ubi jalar dan cabai ba : Ubijalar / cabai rawit dalam
lahan seluas 120 cm x 120 cm. tumpangsari tidak memiliki beda nyata
3
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
4
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
tumbuh dengan baik. Tajuk tanaman C. digunakan untuk proses fotosintesis dan
pubescens lebih tinggi dari pada ubijalar memperlambat hilangnya air dari dalam
serta cabai rawit dengan kanopi yang luas tubuh tanaman. Selain itu Rahayu et al.,
karena mempunyai percabangan banyak (2010), menyatakan bahwa ubi jalar
masih belum mampu meneutupi tajuk bukan termasuk tanaman yang rakus
tanaman C. pubescens pada umur 12 cahaya, sehingga nanas yang
minggu setelah tanam (MST), sehingga ditumpangsari dengan ubijalar tetap
persaingan untuk memperoleh cahaya mendapatkan sinar matahari yang cukup
masih mampu untuk dihindari. Suwarto untuk pertumbuhan.
et al., (2006), yang menyatakan bahwa
Ubijalar tidak memberikan kompetisi Nilai competition ratio (CR) dan Nilai
kepada jagung dalam mendapatkan land equivalent ratio (LER) dalam sistem
faktor tumbuh. Suwandi et al.,(2003), tumpangsari.
menunjukan hasil bahwa tanaman cabai Tumpangsari menciptakan agroekosistem
tidak mempengaruhi pertumbuhan pertanaman yang komplek, yang
tomat, sehingga tomat masih baik dalam mencakup interaksi antara tanaman
perkembangannya. sejenis maupun berbeda jenis. Ketika dua
Ubijalar memiliki sulur yang atau lebih jenis tanaman tumbuh
panjang kemudian diikuti jumlah daun bersamaan akan terjadi interaksi,
yang banyak serta ruang tumbuh luas interaksi dapat berupa negatif dan positif
tersebar di bawah tajuk C. pubescens dan (Suwarto et al., 2005). Turmudi (2002),
cabai rawit dengan percabangan dan menyatakan bahwa kesesuaian tanaman
jumlah daun yang banyak akan dalam sistem tumpangsari berhubungan
memberikan pengaruh terhadap suhu dengan kompatibilitas beberapa sifat
udara yang rendah dan meningkatkan yang dimiliki oleh kedua jenis tanaman.
kelembapan disekitar tanaman C. Pemilihan kombinasi tanaman dapat
pubescens. Wibowo et al., (2012), didasarkan pada perbedaan-perbedaan
menyatakan itensitas cahaya matahari sistem perakaran tanaman, kebutuhan
yang rendah dalam pertanaman tanaman terhadap hara dan cahaya
tumpangsari kedelai hitam dalam barisan matahari (Suwandi, et al.,2003).
yang rapat akan menurunkan suhu dan Nilai competition ratio (CR) antara C.
akan meningkatkan kelembapan relatif pubescens (tanaman “a”) dengan ubijalar
udara, sehingga laju evapotranspirasi maupun cabai rawit (tanaman “b”) yang
menjadi rendah. Rendahnya suhu ditanam secara tumpangsari (tabel 2)
menguntungkan bagi proses mem- menunjukan bahwa nilai “a” lebih kecil
bukanya stomata sehingga penyerapan dari pada “b” yang ditunjukan dengan
CO2 berjalan dengan baik dan dapat nilai berat basah yaitu a= 1,52 : b= 2,68
5
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dan a= 0,71 : b= 1,81, sedangkan pada atau lebih tanaman yang ditumpangsari-
berat kering memiliki nilai yaitu a= 1,01 : kan. Nilai LER (tabel 2) menunjukkan
b= 2,10, dan a= 0,80 : b= 1,55. bahwa sistem tumpangsari antara C.
Berdasarkan nilai tersebut dapat pubescens dengan ubijalar dan cabai
diketahui bahwa nilai b > a, artinya mampu meningkatkan produktivitas
ubijalar maupun cabai rawit yang lahan yang ditunjukan pada parameter
ditumpangsarikan dengan C.pubescens berat basah dan berat kering. Turmudi
masih mempunyai kecenderungan lebih (2002) menyatakan bahwa nilai LER > 1
kompetitif, namun nilai kompetisi dapat menggambarkan efisiensi lahan
tersebut menjadi tidak berpengaruh dan dapat memberi keuntungan dari
terhadap pertumbuhan C.pubescens pada monokultur. Keuntungan yang
karena masih menunjukan pertumbuhan dinyatakan dengan nilai LER yang paling
yang baik antara C.pubescens monokultur berpengaruh adalah berat kering.
dan tumpangsari (tabel 1), kemudian nilai Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan
kompetisi juga menjadi tidak berarti bahwa biomasa merupakan parameter
karena penanaman secara tumpangsari kekuatan kompetitif tanaman dan
antara C.pubescens dengan ubijalar didukung kenyataan biomasa berasal dari
maupun cabai lebih memberikan serapan kebutuhan nutrisi yang dibutuh-
keuntungan dibandingkan dengan kan tanaman untuk proses pertumbuhan-
penanaman secara monokultur. nya. Nilai LER pada tumpangsari C.
Keuntungan dalam tumpangsari dapat pubescens dengan cabai memiliki nilai
ditunjukan dengan nilai land equivalent 2,87 sedangkan kombinasi C. pubescens
ratio (LER) (tabel 2). dengan cabai memiliki nilai LER 2,18.
Tabel 2. Analisis kompetisi (CR) dan land Berdasarkan nilai LER berarti sistem
equivalent ratio (LER) tumpangsari antara C.
pubescens dengan tanaman ubijalar dan cabai tumpangsari antara C. pubescens dengan
Berat Basah Berat Kering
Perlakuan CR CR ubijalar maupun cabai rawit masih
LER LER
a b a b
Carica + mampu memberikan keuntungan secara
1,52 2,68 2,75 1,01 2,10 2,87
Ubijalar
Carica + agronomis dan masih dianjurkan untuk
Cabai 0,71 1,87 1,81 0,80 1,55 2,18
Rawit ditanam secara tumpangsari dari pada
Keterangan: monokultur. Penelitian ini sejalan dengan
a>b maka tanaman “a” lebih kompetitif,
b>a maka tanaman “b” lebih kompetitif. hasil yang ditunjukan oleh Koten et al.,
CR: competition ratio,
a: tanaman C. pubescens, (2013), menunjukan hasil rerata nilai LER
b: ubijalar/cabai.
Jika nilai LER lebih dari satu ( > 1) maka sistem tumpangsari tanaman arbila dan sorgum
tumpangsari lebih menguntungkan. pada penelitian ini adalah 1,67. Nilai LER
yang lebih besar dari 1 maka
Nilai land equivalent ratio (LER)
tumpangsari arbila dan legum
merupakan salah satu cara untuk
menghasilkan produksi yang lebih besar
menghitung produktivitas lahan dari dua
6
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
7
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.3, No.2, hal 1 – 8, September 2015 http://jurnal.pasca.uns.ac.id