Anda di halaman 1dari 7

1378

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 7 No. 8, Agustus 2019: 1378–1384
ISSN: 2527-8452

Pengaruh Keragaman Tanaman Sela pada Tumpangsari


Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)
terhadap Pertumbuhan dan Hasil dalam Sistem Roof Garden

The Effect of Diversity on Intercropping


Chili (Capsicum frutescens L.) on Growth and Yield in Roof Garden
Tifana Rasyitagani*) dan Sitawati

Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University


Jln. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
*)
Email: tifagani225@gmail.com

ABSTRAK August 2018 on the 6th floor of the Central


Building of the Agriculture Faculty,
Pemanfaatan atap rumah menjadi taman University of Brawijaya, Malang. The
akan membuat rumah menjadi produktif. research using a randomized block design
Penanaman tanaman roof garden dengan with 6 treatments and 4 replications. The
sistem tumpangsari diharapkan mampu results showed that the treatment of
memberikan hasil optimal meskipun berada intercropping plants in chili intercropping
pada lahan sempit. Penelitian ini bertujuan increase all the parameters observed
untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan including non-destructive parameters, yield
dan hasil tanaman cabai pada berbagai parameters and additional parameters.
ragam tanaman sela dalam sistem roof
garden. Penelitian ini dilaksanakan pada Keywords: Chili, Diversity of plant,
Bulan April sampai dengan Agustus 2018 di Intercropping, Roof Garden
lantai 6 Gedung Sentral Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian PENDAHULUAN
menggunakan rancangan acak kelompok
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil Saat ini pertumbuhan maupun
menunjukkan bahwa perlakuan keragaman perkembangan daerah perkotaan di
tanaman sela pada tumpangsari cabai Indonesia semakin meningkat. Modernitas
meningkatkan seluruh parameter yang kehidupan kota mengakibatkan peningkatan
diamati meliputi pengamatan non destruktif, kebutuhan manusia terhadap sarana dan
panen dan pengamatan pendukung. prasarana yang memudahkan guna
menjalankan beragam aktivitas. Tidak
Kata Kunci: Cabai, Keragaman Tanaman, jarang pula kebutuhan tersebut menuntut
Roof Garden, Tumpangsari alih fungsi lahan dan mempersempit areal
pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik
ABSTRACT (BPS) pada tahun 2014, alih fungsi lahan
pertanian di Pulau Jawa setiap tahun adalah
Utilizing the roof of a house into a garden 24.000 hektar. Sementara secara nasional
will make the house productive. Roof konversi lahan pertanian menjadi non
garden plants with intercropping systems pertanian mencapai 100.000 hingga
are expected to provide optimal results even 110.000 hektar per tahun.
though they are on narrow land. This study Ketahanan pangan saat ini menjadi
aims to determine the effect of growth and isu paling penting karena tidak ada satupun
yield of chili plants on various varieties of makhluk yang dapat bertahan tanpa adanya
intercrops in the roof garden system. This makanan. Akan tetapi lahan yang tersedia
research was conducted out in April to semakin sempit untuk digunakan bercocok
1379

Rasyitagani,dkk, Pengaruh Keragaman Tanaman Sela....

tanam. Sehingga inovasi budidaya pada berbeda famili dan berbeda dalam
lahan yang terbatas sangat diperlukan saat kebutuhan zat hara serta hama
ini dan pada masa yang akan datang. penyakitnya. Tumpangsari memiliki
Pemanfaatan atap rumah menjadi taman berbagai manfaat diantaranya adalah
akan membuat rumah menjadi produktif meningkatkan produktivitas lahan dan
karena mampu menghasilkan berbagai menjamin penutupan tanah dan mengurangi
macam sayur dan buah sehingga dapat resiko terjadinya erosi (Permanasari, 2012).
memenuhi gizi keluarga. Selain itu, Sedangkan menurut Suwarto (2006) suatu
keuntungan dari rooftop gardening menurut lahan yang ditanami dua atau lebih tanaman
Apsari (2007), yaitu dapat menurunkan akan memberikan total produksi lebih besar
suhu di dalam dan disekitar bangunan serta dibandingkan bila hanya satu tanaman.
memberikan keindahan visual. Salah satu sayuran yang banyak
Praktik budidaya di atap tidak lepas dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah
dari pengaturan tanaman, diantaranya cabai. Cabai (Capsicum frutescens L.)
adalah tahan dan mampu tumbuh pada memiliki potensi yang baik untuk
suhu tinggi, relatif tahan kekurangan air, dikembangkan karena memiliki peran
memiliki perakaran yang tidak terlalu dalam, penting sebagai makanan yang bergizi.
pertumbuhannya tidak menganggu struktur Demikian juga dengan jagung manis, okra,
bangunan serta tanaman mudah dalam kacang hijau, kangkung dan sawi yang
perawatan. Salah satu cara meningkatkan banyak dikonsumsi masyarakat guna
produksi tanaman pada lahan yang terbatas memenuhi gizi. Keragaman tanaman
yaitu dengan penanaman dua atau tiga dengan tajuk yang berbeda akan
tanaman dalam satu area penanaman atau memberikan pengaruh terhadap
dikenal dengan istilah tumpangsari. pertumbuhan serta hasil produksi.
Penanaman tanaman taman atap dengan
sistem tumpangsari diharapkan mampu BAHAN DAN METODE
memberikan hasil yang optimal meskipun
berada pada lahan yang relatif sempit. Penelitian dilaksanakan pada Bulan
Turmudi (2002) menjelaskan bahwa April – Agustus 2018 di Lantai 6 Gedung
tumpangsari merupakan penanaman lebih Sentral Fakultas Pertanian Universitas
dari satu jenis tanaman berumur genjah Brawijaya, Malang. Metode yang digunakan
dalam barisan tanaman teratur dan ialah Rancangan Acak Kelompok dengan 6
penanamannya dilakukan bersamaan pada perlakuan, yaitu K1:cabai rawit, K2:cabai
sebidang lahan. Penjelasan mengenai rawit + jagung manis, K3:cabai rawit +
tumpangsari juga ditambahkan oleh Syarif jagung manis + okra, K4:cabai rawit +
(2004) bahwa tanaman yang memiliki jagung manis + okra + kacang hijau,
periode kritis pada fase tertentu dan K5:cabai rawit + jagung manis + okra +
cekaman pada periode kritis dapat kacang hijau + kangkung. K6:cabai rawit +
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. jagung manis + okra + kacang hijau +
Dalam sistem tumpangsari, kompetisi antar kangkung + sawi. Masing-masing perlakuan
tanaman pada periode kritis dapat diulang sebanyak 4 kali.
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat Bahan yang digunakan adalah pupuk
sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. kandang kambing, arang sekam, cocopeat,
Oleh karena itu, diperlukan pengaturan jenis geotextile, pecahan batu bata, benih cabai
serta waktu tanam agar tidak terjadi rawit, benih jagung manis, benih okra, benih
kompetisi. kacang hijau, benih kangkung, benih sawi
Pemilihan tanaman penyusun dalam hijau, pupuk AB Mix dan pupuk NPK. Alat
tumpangsari senantiasa didasarkan pada yang digunakan meliputi wadah tanaman
perbedaan karakter morfologi dan fisiologi (plant container) ukuran 100 x 40 x 50 cm3,
antara lain kedalaman dan distribusi seed tray, cangkul, cetok, ajir, timbangan
perakaran, bentuk tajuk, dan lintasan analitik dan oven. Plant container diisi
fotosintesis. Jenis tanaman yang dengan pecahan batu bata sebanyak 1/3
ditumpangsarikan ialah tanaman yang bagian selanjutnya diletakkan geotextile
1380

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 8, Agustus 2019, hlm. 1378–1384

sebagai filter dan media tanam. Media dikarenakan jarak tanam dan kepadatan
tanam dicampurkan dengan perbandingan tanaman lebih rapat sehingga cahaya yang
1:1:1. Satu bulan sebelum penanaman diterima lebih sedikit.
diaplikasikan pupuk dasar NPK 16:16:16 Ferry (2009), menjelaskan bahwa
sebanyak 20 g pot-1. Tanaman cabai semakin tinggi kepadatan populasi tanaman
disemai selama 4 MST selanjutnya ditanam maka tanaman akan semakin bersaing
sengan jarak 60 x 40 cm. Kelima tanaman mendapatkan cahaya sehingga individu
sela ditanam langsung. Pemupukan susulan tanaman semakin memperlihatkan gejala
NPK dilakukan saat 35 HST dengan dosis etiolasi.
7,5 g tanaman-1 dan AB MIX 1,5 L pot-1. Dalam penelitian Pradita (2018) pada
Pengamatan komponen pertumbuhan tumpangasari cabai rawit dan oyong
dan hasil dilakukan terhadap tanaman cabai menjelaskan bahwa jarak tanam yang padat
rawit sebagai tanaman utama. Sedangkan menyebabkan penerimaan cahaya matahari
pengamatan bobot konsumsi total per oleh tanaman menjadi berkurang.
satuan luas meliputi tanaman utama dan Berkurangnya cahaya mengakibatkan
tanaman sela dalam satu pot. Berdasarkan tanaman mengalami etiolasi yakni tanaman
data hasil masing-masing jenis tanaman cenderung tumbuh memanjang. Hal ini
dalam pertanaman tumpangsari maupun berhubungan dengan sifat cahaya matahari
monokultur dapat dihitung Nilai Kesetaraan yang merusak hormon auksin, sehingga
Lahan (NKL). Menurut Rifai (2014), rumus auksin lebih banyak ditemukan pada
NKL : tanaman yang sedikit menerima cahaya
matahari dan pemanjangan batang akan
lebih cepat.

Keterangan: HA1 = Hasil jenis Jumlah Daun Cabai Rawit


anaman A yang ditanam secara Hasil analisis ragam pengamatan
tumpangsari, HB1 = Hasil jenis anaman B jumlah daun cabai rawit menunjukkan
yang ditanam secara tumpangsari, HA2 = adanya pengaruh nyata perlakuan
Hasil jenis anaman A yang ditanam secara keragaman tanaman sela terhadap jumlah
monokultur, HB2 = Hasil jenis anaman B daun. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
yang ditanam secara monokultur perlakuan monokultur cabai dan
Data komponen pertumbuhan tumpangsari cabai + jagung manis memiliki
tanaman, komponen hasil dan hasil jumlah daun lebih tinggi dan berbeda nyata
tanaman dianalisis dengan sidik ragam dengan perlakuan lainnya.
pada taraf nyata 5%. Bila ada beda nyata Sucipto (2009) pada tumpangsari
dilanjutkan dengan Uji BNT. jagung dengan kacang hijau yang lebar (35
cm x 30 cm) menghasilkan jumlah daun
HASIL DAN PEMBAHASAN tertinggi, hal tersebut disebabkan karena
cahaya matahari yang diterima oleh kacang
Tinggi Tanaman Cabai Rawit hijau lebih tinggi sehingga menyebabkan
Pada pengamatan tinggi tanaman hasil fotosintat yang dihasilkan juga lebih
cabai rawit terjadi pengaruh nyata perlakuan banyak.
keragaman tanaman sela terhadap tinggi
tanaman. Tabel 1 menunjukkan bahwa Luas Daun Cabai Rawit
pada tumpangsari cabai + jagung manis + Terjadi pengaruh nyata perlakuan
okra + kacang hijau + kangkung + sawi dan keragaman tanaman sela terhadap luas
cabai + jagung manis + okra + kacang hijau daun cabai rawit. Tabel 1 menunjukkan
+ kangkung mampu meningkatkan tinggi bahwa perlakuan monokultur cabai dan
tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata tumpangsari cabai + jagung manis mampu
dengan perlakuan perlakuan monokultur meningkatkan luas daun lebih tinggi dan
cabai, cabai + jagung manis + cabai + berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya.
jagung manis + okra, cabai + jagung manis Hasil penelitian Bilman (2001) pada
+ okra + kacang hijau. Hal tersebut jagung manis jarak tanam yang rapat
1381

Rasyitagani,dkk, Pengaruh Keragaman Tanaman Sela....

menunjukkan bahwa tanaman Hal tersebut sejalan dengan


menghasilkan luas daun yang tinggi karena penelitian yang dilakukan oleh Sanura
kerapatan memacu tanaman untuk (2015) pada tomat dengan beberapa taraf
menyerap cahaya, air dan unsur hara. naungan yang mendapati bahwa tanaman
Tercukupinya hara untuk tanaman akan tomat dengan taraf naungan terbesar yaitu
merangsang pembentukan daun-daun baru. 75% memiliki saat munculnya bunga paling
Daun-daun baru yang terbentuk lama jika dibandingkan dengan taraf
mengakibatkan peningkatan jumlah daun naungan lainnya yang lebih rendah.
sehingga meningkatkan luas daun total Menurutnya, perbedaan kecepatan
pertanaman meskipun luas daun per berbunga dikarenakan perbedaan cahaya
individu kecil. Bertambahnya luas daun yang diterima tanaman. Hal ini berkaitan
meningkatkan pula penyerapan cahaya oleh dengan adanya pigmen fitokrom atau
daun. pigmen yang tanggap terhadap
Daun merupakan salah organ yang pembungaan. Fitokrom merupakan salah
berperan penting dalam fotosintesis. satu jenis pigmen yang berperan penting
Perbedaan luas daun tanaman berakibat dalam respon tumbuhan terhadap panjang
pada kemampuan daun dalam hari.
menghasilkan fotosintat yang akan
didistribusiakn keseluruh bagian tanaman. Jumlah Buah Cabai Rawit
Luas daun berbanding lurus dengan Terdapat pengaruh nyata perlakuan
kemampuan fotosintesis tanaman. Semakin keragaman tanaman sela terhadap jumlah
luas permukaan daun maka semakin besar buah cabai rawit. Tabel 1 menunjukkan
kemampuan fotosintesis suatu tanaman. bahwa perlakuan monokultur cabai memiliki
buah yang lebih banyak dan berbeda nyata
Saat Munculnya Bunga dengan seluruh perlakuan lainnya.
Pengamatan saat munculnya bunga Hasil penelitian yang dilakukan oleh
tanaman cabai rawit terjadi pengaruh nyata. Pratiwi et al., (2014) pada tumpangsari
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman tomat dan selada keriting pada
perlakuan monokultur cabai memiliki saat jarak tanam lebar (40 cm) menghasilkan
munculnya bunga lebih cepat dan berbeda jumlah buah, bobot buah dan diameter buah
nyata dibanding perlakuan lainnya tetapi lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan selain
tidak berbeda nyata dengan tumpangsari jarak tanam yang lebar, umur tanaman sela
cabai + jagung manis dan cabai + jagung yang lebih pendek akan mampu
manis + okra. mengurangi kompetisi antar tanaman.

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang, Jumlah Daun, Luas Daun per tanaman, Saat
Munculnya Bunga dan Jumlah Buah Tanaman Cabai akibat Perlakuan Keragaman
Tanaman Sela
Saat
Tinggi Luas Daun Jumlah
Jumlah 2 Munculnya
Perlakuan Tanaman (cm Buah (Buah
Daun Bunga
(cm) tanaman-1) Tanaman-1)
(HST)
C 48.28 ab 127.92 d 1644.55 d 24.88 a 105.75 c
C + JM 45.69 ab 102.00 c 1163.14 c 26.38 a 64.25 b
C + JM + O 46.83 ab 44.13 ab 588.96 a 28.13 ab 20.25 a
C + JM + O + KH 41.79 a 55.79 b 896.99 b 31.63 bc 15.00 a
C + JM + O + KH + K 52.76 bc 41.21 ab 590.30 a 35.38 cd 21.25 a
C + JM + O + KH + K + S 56.25 c 35.67 a 527.77 a 36.38 d 24.00 a
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.
1382

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 8, Agustus 2019, hlm. 1378–1384

Bobot Basah dan Bobot Kering Buah secara tumpangsari jarak tanam rapat, hal
Cabai Rawit tersebut dikarenakan dalam sistem
Keragaman tanaman sela tumpangsari terjadi persaingan dalam
memberikan pengaruh nyata terhadap penyerapan air dan unsur hara.
bobot basah dan bobot kering buah cabai Ditambahkan pula oleh Permanasari dan
rawit. Tabel 2 menunjukkan bahwa Kastono (2012) bahwa keadaan dimana
perlakuan monokultur cabai dan kerapatan tanaman renggang akan
tumpangsari cabai + jagung manis memiliki menyebabkan tanaman tersebut mampu
jumlah buah yang lebih tinggi dan berbeda mengarbsorbsi energi matahari untuk
nyata dengan seluruh perlakuan baik pada digunakan dalam proses fotosintesis lebih
bobot basah buah maupun bobot kering baik dan efisien sehingga hasil yang
buah cabai. Jarak tanam berpengaruh diperoleh juga akan lebih besar.
terhadap persaingan antar individu tanaman
dalam memperebutkan cahaya, air, tempat Bobot Konsumsi Total Tanaman
tumbuh dan hara dengan demikian akan Perlakuan keragaman sela
berdampak terhadap hasil. berpengaruh nyata terhadap bobot
Hasil penelitian Kusumasiwi (2013) konsumsi total tanaman. Tumpangsari cabai
pada tumpangsari tanaman terung dan + jagung manis + okra + kacang hijau +
kangkung darat dengan jarak tanam lebar kangkung + sawi memiliki bobot konsumsi
menghasilkan jumlah buah, panjang buah total lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
dan bobot buah lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
dengan tanaman terung yang ditanam

Tabel 2. Rerata Bobot Basah Buah Cabai, Bobot Kering Buah Cabai dan Bobot Konsumsi Total
Tanaman
Bobot Basah Bobot Kering Bobot Konsumsi Total
Perlakuan
Buah Cabai (g) Buah Cabai (g) Tanaman (g pot-1)
C 107.75 c 19.75 d 220.75 a
C + JM 66.25 b 13.50 c 424.82 b
C + JM + O 22.00 a 6.50 ab 494.50 b
C + JM + O + KH 17.25 a 5.75 a 435.71 b
C + JM + O + KH + K 24.00 a 7.75 b 1194.58 c
C + JM + O + KH + K + S 26.25 a 7.25 ab 1654.31 d
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.

Tabel 3. Rerata Nilai Kesetaraan Lahan

Perlakuan NKL

C+JM 0.98 a
C+JM+O 0.95 a
C+JM+O+KH 0.87 a
C+JM+O+KH+K 1.47 b
C+JM+O+KH+K+S 1.61 b
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.
1383

Rasyitagani,dkk, Pengaruh Keragaman Tanaman Sela....

Perlakuan dengan kerapatan tinggi Akan tetapi perlakuan dengan keragaman


memiliki bobot konsumsi lebih rendah dari tanaman yang tinggi mampu memberikan
masing-masing tanaman, namun dengan hasil lebih beragam yang didapat dari
keragaman tanaman yang tinggi tanaman sela dengan bobot konsumsi total
memberikan hasil yang lebih beragam tanaman 1654,31 g pot-1 dan NKL sebesar
sehingga apabila dijumlahkan akan 1,61 pada perlakuan cabai + jagung manis
mendapat bobot konsumsi lebih tinggi. + okra + kacang hijau + kangkung + sawi,
Bobot tanaman merupakan salah satu sehingga mampu menjadi salah satu
parameter untuk mengetahui efek dari alternatif pemenuhan gizi skala rumah
proses pertumbuhan tanaman (Kuswandi, tangga.
2015). Pertumbuhan merupakan perubahan
ukuran maupun massa akibat perbesaran DAFTAR PUSTAKA
ukuran sel. Akan tetapi pada penelitian yang
dilakukan tidak didapatkan hasil dari kacang Apsari, Juwita. 2007. Kajian
hijau dikarenakan terserang hama tikus dan Pengembangan Roof Garden di
burung gereja. Burung gereja banyak Metropolitan dalam Upaya Mengatasi
didapati pada atap tempat penelitian Fenomena Urban Heat Island.
dilakukan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Nilai Keseteraan Lahan Badan Pusat Statistik. 2014. Alih Fungsi
Pengamatan pada NKL menunjukkan Lahan Pertanian. http:bps.go.id
bahwa perlakuan keragaman sela (online). Diakses pada 5 Desember
berpengaruh nyata terhadap NKL. Tabel 3 2017.
menunjukkan bahwa perlakuan cabai + Bilman, W. S. 2001. Analisis Pertumbuhan
jagung manis + okra + kacang hijau + Tanaman Jagung Manis (Zea mays
kangkung + sawi dan perlakuan cabai + Saccharata) Pergeseran Komposisi
jagung manis + okra + kacang hijau + Gulma pada Beberapa Jarak Tanam
kangkung memiliki NKL tinggi dan berbeda Jagung dan Beberapa Frekuensi
nyata dengan perlakuan lainnya. Pengolahan Tanah. Jurnal Ilmu-Ilmu
Keuntungan dari penerapan Pertanian Indonesia 3 (1): 25-30.
tumpangsari dapat dilihat dari Niskah Ferry, F., Anngo M. Tinno dan Aos M.
Kesetaraan Lahan (NKL). Dijelaskan oleh Akyas. 2009. Pengaruh Umur Pindah
Nurmas (2011), Nilai Kesetaraan Lahan Biibit dan Populasi Tanaman
(NKL) atau Land Equivalent Ratio (LER) terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran
dapat digunakan sebagai tolak ukur Pakcoy (Brassica campestris L.,
peningkatan pertumbuhan dan produksi Chinensis group) yang Ditanam
tanaman yang ditanam secara tumpangsari dalam Naungan Kasa di Dataran
dan monokultur. Apabila pada analisa Medium. Jurnal Agrikultura 20 (3):
diperoleh NKL lebih besar 1 (>1), itu berarti 216-224.
menunjukkan bahwa pola tumpangsari lebih Kusumasiwi, A. W. P., S. Muhartini dan S.
produktif dibandingan dengan pola Trisnowati. 2011. Pengaruh Warna
monokultur. NKL = 1,61 artinya bahwa Mulsa Plastik terhadap pertumbuhan
untuk mendapatkan produksi yang sama dan hasil terung (Solanum
dengan 1 ha diperlukan 1,61 ha pertanaman melongena L.) Tumpangsari dengan
yang ditanam secara monokultur. NKL yang Kangkung Darat (Ipomea reptans
lebih dari 1 menunjukkan keuntungan dalam Poir.). Jurnal Vegetalika 1 (4):118-
budidaya (Yuwariah, 2011). 127.
Kuswandi, P. Cahyaningrum dan L.
KESIMPULAN Sugiyarto. 2015. Aplikasi Mikoriza
pada Media Tanam Dua Varietas
Pertambahan jenis keragaman Tomat untuk Peningkatan
tanaman sela dapat menurunkan Produktivitas Tanaman Sayur pada
pertumbuhan dan hasil dari tanaman cabai.
1384

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 8, Agustus 2019, hlm. 1378–1384

Kondisi Cekaman Kekeringan. Jurnal Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari


Sains Dasar 4 (1):17-22. dengan Jagung manis. Buletin
Nurmas, Andi. 2011. Kajian Waktu Tanam Agronomi 34 (2) : 87 – 92.
dan Kerapatan Tanaman Jagung Syarif, Z,. 2004. Pertumbuhan dan Hasil
Sistem Tumpangsari dengan Kacang Tanaman Kentang dengan dan
Tanah terhadap Nilai LER dan Indeks Tanpa Diikatkan dengan Turus dalam
Kompetisi. Jurnal Agriplus 21 Sistem Tumpangsari Kentang/Jagung
(1): 61-67. manis dengan Berbagai Waktu
Permanasari, Indah dan K. Dody. 2012. Tanam Jagung manis di Dua Lokasi
Pertumbuhan Tumpangsari Jagung Dataran Medium Berbeda Elevasi.
manis dan Kedelai Pada Perbedaan Disertasi. Program Pasca Sarjana.
Waktu Tanam dan Pemangkasan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Jagung manis. Jurnal Agroteknologi 3 Turmudi, Edhi. 2002. Kajian Perumbuhan
(1): 13-20. dan Hasil Tanaman dalam Sistem
Pradita, Tiara, P., Wiwin S. D. Y. dan Titin Tumpangsari Jagung dengan Empat
Sumarni. 2018. Pengaruh Jarak Kultivar Kedelai pada Berbagai Waktu
Tanam Cabai Rawit (Capsicum Tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
frutescens L.) dan Populasi Oyong Indonesia 4 (2): 89-96.
(Luffa acutangula) dalam Yuwariah, Y., D. Ruswandi dan A.W.
Tumpangsari Terhadap Hasil Irwan. 2017. Pengaruh Pola Tanam
Tanaman Cabai Rawit. Jurnal Tumpangsari Jagung dan Kedelai
Produksi Tanaman 6 (1): 1-8. terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Pratiwi, N., Koesriharti, dan M.D. Jagung Hibrida dan Evaluasi
Maghfoer. 2014. Pemanfaatan Tepi Tumpangsari di Arjasari Kabupaten
Bedengan Tanaman Tomat Bandung. Jurnal Kultivasi 16 (3): 514-
(Lycopersicon Esculentum Mill.) 521.
dengan Berbagai Tanaman Sela
dalam Upaya Peningkatan
Produktivitas Lahan. Jurnal Produksi
Tanaman 2 (1): 50-58.
Rifai, A., Seno B., B. Utomo. 2014. Nilai
Kesetaraan Lahan Budi Daya
Tumpang Sari Tanaman Tebu
dengan Kedelai: Studi Kasus di Desa
Karangharjo, Kecamatan Sulang,
Kabupaten Rembang. Widyariset 17
(1): 59-70.
Sanura, C. Prelita. 2013. Pengaruh
Naungan terhadap Produksi dan
Kualitas Buah Enam Varietas Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.).
Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sucipto. 2009. Dampak Pengaturan Baris
Tanam Jagung (Zea mays L.) dan
Populasi Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.) dalam Tumpangsari
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kacang Hijau. Jurnal Agrovigor 2 (2):
67-77.
Suwarto, Setiawan, A. dan Septariasari,
D. 2006. Pertumbuhan dan Hasil Dua

Anda mungkin juga menyukai