tanam. Sehingga inovasi budidaya pada berbeda famili dan berbeda dalam
lahan yang terbatas sangat diperlukan saat kebutuhan zat hara serta hama
ini dan pada masa yang akan datang. penyakitnya. Tumpangsari memiliki
Pemanfaatan atap rumah menjadi taman berbagai manfaat diantaranya adalah
akan membuat rumah menjadi produktif meningkatkan produktivitas lahan dan
karena mampu menghasilkan berbagai menjamin penutupan tanah dan mengurangi
macam sayur dan buah sehingga dapat resiko terjadinya erosi (Permanasari, 2012).
memenuhi gizi keluarga. Selain itu, Sedangkan menurut Suwarto (2006) suatu
keuntungan dari rooftop gardening menurut lahan yang ditanami dua atau lebih tanaman
Apsari (2007), yaitu dapat menurunkan akan memberikan total produksi lebih besar
suhu di dalam dan disekitar bangunan serta dibandingkan bila hanya satu tanaman.
memberikan keindahan visual. Salah satu sayuran yang banyak
Praktik budidaya di atap tidak lepas dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah
dari pengaturan tanaman, diantaranya cabai. Cabai (Capsicum frutescens L.)
adalah tahan dan mampu tumbuh pada memiliki potensi yang baik untuk
suhu tinggi, relatif tahan kekurangan air, dikembangkan karena memiliki peran
memiliki perakaran yang tidak terlalu dalam, penting sebagai makanan yang bergizi.
pertumbuhannya tidak menganggu struktur Demikian juga dengan jagung manis, okra,
bangunan serta tanaman mudah dalam kacang hijau, kangkung dan sawi yang
perawatan. Salah satu cara meningkatkan banyak dikonsumsi masyarakat guna
produksi tanaman pada lahan yang terbatas memenuhi gizi. Keragaman tanaman
yaitu dengan penanaman dua atau tiga dengan tajuk yang berbeda akan
tanaman dalam satu area penanaman atau memberikan pengaruh terhadap
dikenal dengan istilah tumpangsari. pertumbuhan serta hasil produksi.
Penanaman tanaman taman atap dengan
sistem tumpangsari diharapkan mampu BAHAN DAN METODE
memberikan hasil yang optimal meskipun
berada pada lahan yang relatif sempit. Penelitian dilaksanakan pada Bulan
Turmudi (2002) menjelaskan bahwa April – Agustus 2018 di Lantai 6 Gedung
tumpangsari merupakan penanaman lebih Sentral Fakultas Pertanian Universitas
dari satu jenis tanaman berumur genjah Brawijaya, Malang. Metode yang digunakan
dalam barisan tanaman teratur dan ialah Rancangan Acak Kelompok dengan 6
penanamannya dilakukan bersamaan pada perlakuan, yaitu K1:cabai rawit, K2:cabai
sebidang lahan. Penjelasan mengenai rawit + jagung manis, K3:cabai rawit +
tumpangsari juga ditambahkan oleh Syarif jagung manis + okra, K4:cabai rawit +
(2004) bahwa tanaman yang memiliki jagung manis + okra + kacang hijau,
periode kritis pada fase tertentu dan K5:cabai rawit + jagung manis + okra +
cekaman pada periode kritis dapat kacang hijau + kangkung. K6:cabai rawit +
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. jagung manis + okra + kacang hijau +
Dalam sistem tumpangsari, kompetisi antar kangkung + sawi. Masing-masing perlakuan
tanaman pada periode kritis dapat diulang sebanyak 4 kali.
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat Bahan yang digunakan adalah pupuk
sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. kandang kambing, arang sekam, cocopeat,
Oleh karena itu, diperlukan pengaturan jenis geotextile, pecahan batu bata, benih cabai
serta waktu tanam agar tidak terjadi rawit, benih jagung manis, benih okra, benih
kompetisi. kacang hijau, benih kangkung, benih sawi
Pemilihan tanaman penyusun dalam hijau, pupuk AB Mix dan pupuk NPK. Alat
tumpangsari senantiasa didasarkan pada yang digunakan meliputi wadah tanaman
perbedaan karakter morfologi dan fisiologi (plant container) ukuran 100 x 40 x 50 cm3,
antara lain kedalaman dan distribusi seed tray, cangkul, cetok, ajir, timbangan
perakaran, bentuk tajuk, dan lintasan analitik dan oven. Plant container diisi
fotosintesis. Jenis tanaman yang dengan pecahan batu bata sebanyak 1/3
ditumpangsarikan ialah tanaman yang bagian selanjutnya diletakkan geotextile
1380
sebagai filter dan media tanam. Media dikarenakan jarak tanam dan kepadatan
tanam dicampurkan dengan perbandingan tanaman lebih rapat sehingga cahaya yang
1:1:1. Satu bulan sebelum penanaman diterima lebih sedikit.
diaplikasikan pupuk dasar NPK 16:16:16 Ferry (2009), menjelaskan bahwa
sebanyak 20 g pot-1. Tanaman cabai semakin tinggi kepadatan populasi tanaman
disemai selama 4 MST selanjutnya ditanam maka tanaman akan semakin bersaing
sengan jarak 60 x 40 cm. Kelima tanaman mendapatkan cahaya sehingga individu
sela ditanam langsung. Pemupukan susulan tanaman semakin memperlihatkan gejala
NPK dilakukan saat 35 HST dengan dosis etiolasi.
7,5 g tanaman-1 dan AB MIX 1,5 L pot-1. Dalam penelitian Pradita (2018) pada
Pengamatan komponen pertumbuhan tumpangasari cabai rawit dan oyong
dan hasil dilakukan terhadap tanaman cabai menjelaskan bahwa jarak tanam yang padat
rawit sebagai tanaman utama. Sedangkan menyebabkan penerimaan cahaya matahari
pengamatan bobot konsumsi total per oleh tanaman menjadi berkurang.
satuan luas meliputi tanaman utama dan Berkurangnya cahaya mengakibatkan
tanaman sela dalam satu pot. Berdasarkan tanaman mengalami etiolasi yakni tanaman
data hasil masing-masing jenis tanaman cenderung tumbuh memanjang. Hal ini
dalam pertanaman tumpangsari maupun berhubungan dengan sifat cahaya matahari
monokultur dapat dihitung Nilai Kesetaraan yang merusak hormon auksin, sehingga
Lahan (NKL). Menurut Rifai (2014), rumus auksin lebih banyak ditemukan pada
NKL : tanaman yang sedikit menerima cahaya
matahari dan pemanjangan batang akan
lebih cepat.
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang, Jumlah Daun, Luas Daun per tanaman, Saat
Munculnya Bunga dan Jumlah Buah Tanaman Cabai akibat Perlakuan Keragaman
Tanaman Sela
Saat
Tinggi Luas Daun Jumlah
Jumlah 2 Munculnya
Perlakuan Tanaman (cm Buah (Buah
Daun Bunga
(cm) tanaman-1) Tanaman-1)
(HST)
C 48.28 ab 127.92 d 1644.55 d 24.88 a 105.75 c
C + JM 45.69 ab 102.00 c 1163.14 c 26.38 a 64.25 b
C + JM + O 46.83 ab 44.13 ab 588.96 a 28.13 ab 20.25 a
C + JM + O + KH 41.79 a 55.79 b 896.99 b 31.63 bc 15.00 a
C + JM + O + KH + K 52.76 bc 41.21 ab 590.30 a 35.38 cd 21.25 a
C + JM + O + KH + K + S 56.25 c 35.67 a 527.77 a 36.38 d 24.00 a
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.
1382
Bobot Basah dan Bobot Kering Buah secara tumpangsari jarak tanam rapat, hal
Cabai Rawit tersebut dikarenakan dalam sistem
Keragaman tanaman sela tumpangsari terjadi persaingan dalam
memberikan pengaruh nyata terhadap penyerapan air dan unsur hara.
bobot basah dan bobot kering buah cabai Ditambahkan pula oleh Permanasari dan
rawit. Tabel 2 menunjukkan bahwa Kastono (2012) bahwa keadaan dimana
perlakuan monokultur cabai dan kerapatan tanaman renggang akan
tumpangsari cabai + jagung manis memiliki menyebabkan tanaman tersebut mampu
jumlah buah yang lebih tinggi dan berbeda mengarbsorbsi energi matahari untuk
nyata dengan seluruh perlakuan baik pada digunakan dalam proses fotosintesis lebih
bobot basah buah maupun bobot kering baik dan efisien sehingga hasil yang
buah cabai. Jarak tanam berpengaruh diperoleh juga akan lebih besar.
terhadap persaingan antar individu tanaman
dalam memperebutkan cahaya, air, tempat Bobot Konsumsi Total Tanaman
tumbuh dan hara dengan demikian akan Perlakuan keragaman sela
berdampak terhadap hasil. berpengaruh nyata terhadap bobot
Hasil penelitian Kusumasiwi (2013) konsumsi total tanaman. Tumpangsari cabai
pada tumpangsari tanaman terung dan + jagung manis + okra + kacang hijau +
kangkung darat dengan jarak tanam lebar kangkung + sawi memiliki bobot konsumsi
menghasilkan jumlah buah, panjang buah total lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
dan bobot buah lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
dengan tanaman terung yang ditanam
Tabel 2. Rerata Bobot Basah Buah Cabai, Bobot Kering Buah Cabai dan Bobot Konsumsi Total
Tanaman
Bobot Basah Bobot Kering Bobot Konsumsi Total
Perlakuan
Buah Cabai (g) Buah Cabai (g) Tanaman (g pot-1)
C 107.75 c 19.75 d 220.75 a
C + JM 66.25 b 13.50 c 424.82 b
C + JM + O 22.00 a 6.50 ab 494.50 b
C + JM + O + KH 17.25 a 5.75 a 435.71 b
C + JM + O + KH + K 24.00 a 7.75 b 1194.58 c
C + JM + O + KH + K + S 26.25 a 7.25 ab 1654.31 d
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.
Perlakuan NKL
C+JM 0.98 a
C+JM+O 0.95 a
C+JM+O+KH 0.87 a
C+JM+O+KH+K 1.47 b
C+JM+O+KH+K+S 1.61 b
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam; C = Cabai; JM =
Jagung manis; O = Okra; KH = Kacang Hijau; K = Kangkung; S = Sawi.
1383