Anda di halaman 1dari 2

Sistem pemilihan jodoh:

Dalam suku bugis terdapat beberapa tata cara dalam memilih jodoh, dan orang tua berperan
dalam melakukan perjodohan tersebut. Tata cara tersebut dikenal dengan Mammamu-manu.
Mammanu-manu ialah tata cara yang dilakukan untuk mengetahui sudah terikat atau belumnya
seorang perempuan yang telah dipilih serta upaya untuk mengetahui kemungkinan diterima atau
tidaknya peminangan tersebut. Dalam hal ini maka keluarga laki-laki akan mengirim seseorang
yang dipercayai dalam melakukan penyelidikan melalui tindakan mendekati keluarga si
perempuan secara langsung. Prosesi ini biasanya dilakukan oleh orang tua pada masa lampau
tetapi masih dilakukan hingga saat ini karena dinilai tindakan tersebut masih rasional dan untuk
menghindari penolakan dari pihak perempuan yang dianggap dapat mempermalukan keluarga
perempuan. Saat terdapat lamaran dari pihak laki-laki ke pihak perempuan maka keluarga dari
pihak perempuan akan meminta waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan anak yang ingin
dijodohkan dan cocok ataupun tidaknya hal ini juga bergantung pada pilihan si anak perempuan.
Selanjutnya terdapat perubahan dalam melakukan perjodohan antarsesama bugis, yakni terdapat
persetujuan dari anak saat orang tua memberitahu bahwa terdapat lamaran. Saat anak menolak,
orang tua berusaha untuk membujuk agar anak mau dan sebaliknya, saat sebelum melamar pihak
perempuan orang tua akan membujuk anaknya agar dapat mau dinikahkan sehingga anaknya
dapat menerima lamaran tersebut. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat
bugis untuk menikah dengan sesama bugis. Hal yang menjadi kekhawatiran adalah saat pihak
orang tua dari perempuan sudah menerima lamaran dari pihak laki-laki tetapi saat orang tua
memberi tahu pada anaknya dan anaknya menolak maka orang tua tersebutlah yang akan malu
dan juga sebaliknya.

Masyarakat bugis pada zaman dulu tidak akan memberi tahu anak perempuannya saat
perjodohan, orang tua akan menunggu sampai sudah dekat dengan hari pernikahan karena harus
patuh pada adat dan tradisi. Dan anaknya baru dapat melihat pasangannya saat duduk atau
bersanding
bersama. Hal tersebut berbeda dengan situasi saat ini, orang tua memiliki hak untuk memberi
tahu anak yang dijodohkan bahwa ada yang melamar dan akan lansung dipertemukan. Setelah itu
anak akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak. Si anak akan menerima atau
menolak atass kemauan sendiri tanpa ada unsur paksaan atau tindakan kekerasan yang dilakukan
oleh anaknya. Dan orang tua tidak akan memilih jodoh yang buruk bagi anaknya, yang menjadi
faktor dalam proses perjodohan ini adalah ketakutan orang tua karena takut anaknya akan
memilih jodoh yang kurang baik dan hal itu nantinya akan memunculkan masalah bagi
keluarganya.

Referensi :

Sukri, Priagung. 2019. Adat Perjodohan Masyarakat Bugis Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi
Kasus Kelurahan Tellumpanua Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang). Skripsi. Palu: Institut
Agama Islam Negeri Palu.

Anda mungkin juga menyukai