Anda di halaman 1dari 15

PERNIKAHAN DINI

Disampaikan oleh:
Dra. LYNDA KRISTIANE

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK KELUARGA BERENCANA


PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN MURUNG RAYA
Pernikahan
 Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah
yang dilaksanakan antara seorang pria dengan
seorang wanita dan dimaksudkan untuk meresmikan
ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum
negara, dan hukum adat
Pernikahan Dini
 Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan
dibawah usia yang seharusnya serta belum siap
dan matang untuk melaksanakan pernikahan dan
menjalani kehidupan rumah tangga.
UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
 Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai 16 tahun.
 Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang
yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat
izin kedua orang tua.
 Khusus untuk wanita apabila dikaitkan dengan Undang-
Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
bahwa seorang yang belum berusia 18 tahun masih
masuk dalam kategori anak.
FAKTOR
1. Faktor Ekonomi
Perkawinan usia dini terjadi karena adanya keluarga yang
hidup miskin, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak
perempuannya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

2. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang
tua, anak dan masyarakat, menyebabkan kecenderungan
mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur. Selain itu sarana
dan prasarana yang masih kurang dapat menyebabkan anak-anak
tidak lahi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
sehingga banyak anak yang putus sekolah kemudian menikah.
3. Faktor Pemahaman Agama
Ada sebagian masyarakat kita yang memahami
jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis maka
akan terjadi perzinahan yang berarti telah terjadi
pelanggaran agama. Orang tua wajib melindungi dan
mencegahnya dengan segera menikahkan anaknya.

4. Faktor Media Massa


Pada zaman globalisasi saat ini banyak terdapat
sarana dan prasarana komunikasi yang berkembang.
Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan
remaja saat ini sangat mudah mengaksesnya.
5. Faktor Adat Istiadat
Adanya anggapan atau mitos bahwa perempuan berusia 20
tahun keatas yang belum menikah berarti perawan tua. Menjadi
perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk
kekurangan yang terjadi pada perempuan, oleh karena itu banyak
orang tua yang menikahkan anaknya meski masih belum siap untuk
menghindari sebutan perawan tua.

6. Faktor Pergaulan Bebas


Pergaulan bebas yang teradi pada anak remaja ini karena
kurangnya pengawasan dari orang tua. Banyak orang tua yang kurang
memahami bagaimana melakukan pendekatan terhadap anaknya
sehingga secara emosional seorang anak akan merasa jauh dengan
orang tuanya dan mereka dapat melakukan hal-hal yang negatif.
DAMPAK
1. Segi Kesehatan
Dilihat dari segi kesehatan pasangan usia dini
dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian
ibu yang melahirkan karena secara fisik organ
reproduksinya belum tumbuh secara sempurna.
Kematian bayi juga akan tinggi serta pegaruh pada
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak karena
pada usia dini belum memahami tentang makanan
yang sehat bagi ibu dan anank sehingga kebutuhan
gizinya tidak terpenuhi.
2. Segi Fisik
Pasangan muda secara fisik belum mampu dibebani
pekerjaan yang memerlukan keterampilan untuk mendapatkan
penghasilan. Sehingga banyak anak yang menikah usia dini
masih sepenuhnya bergantung hidup pada orangg tuanya.
Apabila orang tuanya juga hidup di garis kemiskinan berarti
akan bertambah lagi keluarga miskin.

3. Segi mental/jiwa
Pasangan muda belum siap bertanggung jawab secara
moral, mereka sering mengalami goncangan mental karena
masih memiliki sikap yang labil dan belum matang emosinya.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya pertengkaran dalam
keluarga yang berakhir pada perceraian.
4. Segi pendidikan
Pernikahan dini dapat berpengaruh pada kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia, karena banyak anak
yang sudang menikah tidak akan melanutkan
pendidikannya.

5. Segi Kependudukan
Perkawinan usia dini dari segi kependudukan
mempunyai tingkat fertilitas atau kelahiran yang tinggi
karena usia yang masih muda memungkinkan untuk
memiliki anak yang banyak, sehingga kurang mendukung
pembangunan di bidang kesejahteraan.
CONTOH KASUS :
Pernikahan Anak SD di Sinjai, Sulawesi Selatan
Bocah berusia 12 tahun,
kelas VI SD berinisial SR, berencana
melakukan resepsi pernikahan, pada
8 Maret 2018. Kabar pernikahan
siswi SD tersebut telah dibenarkan
oleh Lurah Balangnipa, Kecamatan
Sinjai Utara Muh Azharuddi Al
Anshari.
Ia menghimbau orang tua
anak untuk tidak menikahkannya
karena masih di bawah umur. Meski
dilarang namun kedua orangtua
mereka Basri dan Sinar tetap akan
menikahkan anaknya di hari yang
telah ditentukan. Belum diketahui apa
alasan orang tua mereka menikahkan
kedua anak mereka secepat ini.
Pernikahan Remaja di Bentaeng, Sulawesi Selatan

Pasangan berusia 15
dan 14 tahun ini bernama
Syamsudin dan Fitrah Ayu, dari
Bentaeng, Sulawesi Selatan.
Pasangan ini mengajukan
permohonan kehendak nikah ke
KUA setempat, namun ditolak
karena dinilai belum cukup umur.
Walaupun belum
menikah secara resmi, anehnya
pasangan ini lebih dulu
menggelar acara resepsi
pernikahan pada 1 Maret 2018.
Alasan mereka menikah dini juga
dinilai unik, sang perempuan
takut tidur sendiri, sementara
sang ibu sudah meninggal dan
kerap ditinggal sang ayah yang
kerja di luar daerah.
UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENCEGAH PERNIKAHAN DINI

 Undang-Undang Perkawinan
 Bimbingan kepada remaja dan pembinaan remaja
tentang sex education
 Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan
masyarakat
 Bekerjasama dengan tokoh agama dan tokoh
masyarakat
KESIMPULAN
 Pernikahan dini hanya akan berdampak negatif,
dengan usia yang masih sangat muda dan labil, orang
yang melakukan pernikahan dini belum siap secara
mental untuk menghadapi kehidupan rumah tangga.
 Secara hukum, pernikahan dini melanggar hukum
karena tidak sesuai dengan Undang-Undang yang
ada. Walaupun sah secara agama tapi juga
memberikan dampak yang negatif bagi yang
melakukan pernikahan dini. Baik dampak dari segi
kesehatan, segi fisik, segi mental/jiwa, segi pendidikan,
dan segi kependudukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai