Anda di halaman 1dari 41

Strategi Kependudukan Kepulauan Riau

Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

BAB II
GAMBARAN UMUM
KEPULAUAN RIAU

A. Geografis

Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2002, terdiri dari dua Kota dan tiga Kabupaten yang

ibukota Tanjungpinang. Pada tahun 2003 Kabupaten Kepulauan Riau

dimekarkan menjadi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan

Riau (menjadi Kabupaten Bintan tahun 2006). Tahun 2008 Kabupaten

Natuna mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Natuna dan

Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan Motto: “Berpancang

Amanah, Bersauh Marwah” Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk

membangun menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian

nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu

yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, berakhlak mulia, dan

ramah lingkungan.

Sesuai dengan Undang-undang pembentukan Provinsi

Kepulauan Riau luas wilayahnya adalah sebesar 251.810,71 Km²,

terdiri dari luas lautannya sebesar 241.215,30 Km² (95,79 %) dan

sisanya seluas 10.595,41 Km ² (4,21 %) merupakan wilayah daratan.

Laporan Akhir 2- 1
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.1 : Wilayah Administrasi Provinsi Kepulauan Riau


Kabupaten/ Luas Daratan Luas Daratan Kelurahan /
No. Kecamatan
Kota (km2) (%) Desa

1 Tanjungpinang 239,50 2,26 4 18

2 Batam 770,27 7,27 12 64

3 Bintan 1.946,13 18,36 10 51

4 Karimun 2.873,20 27,12 9 54

5 Natuna 2.058,45 19,43 12 73

6 Lingga 2.117,72 19,99 5 57


Kepulauan
7 Anambas
590,14 5,57 7 34

Provinsi Kepulauan Riau 10.595,41 100 59 351

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari tujuh kabupaten/kota yaitu


Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten
Kepulauan Anambas. Berdasarkan tabel diatas kabupaten Karimun
merupakan daerah dengan luas wilayah daratan terluas yaitu 2.873,20
Km2 dan wilayah dengan luas daratan terendah yaitu Kota Tanjung
Pinang seluas 239,50 Km2. Berdasarkan tabel diatas, jumlah Kecamatan
yang ada pada Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 59 Kecamatan yang
terdiri dari 351 Kelurahan/Desa.
Jarak dan aksesibilitas yang terdapat antar suatu wilayah dengan
wilayah lainnya akan mempengaruhi tingkat interaksi penduduk antar
wilayah. Semakin jauh jarak dan minimnya sarana aksesbilitas suatu
wilayah dengan pusat-pusat layanan misalnya seperti pusat
pemerintahan, pusat pendidikan, maupun pusat perdagangan, maka
akan memperkecil intensitas interaksi antar penduduk wilayah dan
semakin memperbesar rentang kendali beban pembangunan.

Laporan Akhir 2- 2
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 1.2 : Nama Ibukota Kabupaten/Kota dan Jarak Ke Ibukota


Jarak Ke Ibukota Provinsi
No. Kabupaten / Kota Nama Ibu Kota
(Km)
1 Tanjungpinang Tanjungpinang 0

2 Batam Batam 70,4


3 Bintan Bintan Buyu 32

4 Karimun Tanjung Balai 120,8

5 Natuna Ranai 704

6 Lingga Daik 96

7 Kepulauan Anambas Tarempa 310,4

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jarak yang paling


jauh dengan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau adalah Ibu kota
Kabupaten Natuna (Ranai), sedangkan Ibu kota Kabupaten/Kota yang
paling dekat dengan Ibu Kota Provinsi adalah Bintan Buyu dengan
jarak 32 Km dari Tanjungpinang.
Provinsi Kepulauan Riau terletak pada lokasi yang sangat
strategis yakni berada di wilayah perbatasan antar negara, bertetangga
dengan salah satu pusat bisnis dunia (Singapura) serta didukung oleh
adanya jaringan transportasi laut internasional dengan lalu lintas yang
ramai. Secara geografis, Provinsi Kepulauan Riau terletak antara 0˚40’
LS dan 07˚19’ LU serta antara 103˚3’ -110˚00’ BT, dengan batas wilayah
sebagai berikut :

Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Negara Kamboja


Sebelah Selatan : Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi
Sebelah Barat : Negara Singapura, Negara Malaysia dan Provinsi Riau
Sebelah Timur : Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat

Laporan Akhir 2- 3
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.3 : Letak Geografis Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota

Letak Geografis
No. Kabupaten / Kota
Lintang Utara Bujur Timur

1 Tanjungpinang 0’51” – 0’59” 104’23” – 104’34”

2 Batam 0’55” – 1’55” 103’45” – 104’10”

3 Bintan 1’48” – 0’48” 104’00” – 108’00”

4 Karimun 0’35” – 1’10” 103’30” – 104’00”

5 Natuna 1’16” – 7’19” 105’00” – 110’00”

6 Lingga 0’20”LU – 0’40”LS 104’00” – 105’00”

7 Kepulauan Anambas 2’10” – 3’40” 105’10” – 106’40”

Kepulauan Riau 7’19” LU – 0’40” LS 103’30” – 110’00”

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-


pulau besar dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya
dihubungkan oleh perairan/laut. Beberapa pulau yang relatif besar
diantaranya adalah Pulau Bintan dimana Ibukota Provinsi
(Tanjungpinang) dan Kabupaten Bintan berlokasi; Pulau Batam yang
merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdagangan; Pulau
Rempang; dan Pulau Galang yang merupakan kawasan perluasan
wilayah industri Batam; Pulau Karimun, Pulau Kundur di Karimun,
Pulau Lingga, Pulau Singkep di Lingga, Pulau Bunguran di Natuna,
serta Gugusan Pulau Anambas (di Kepulauan Anambas).
Selain itu Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulau-pulau kecil
yang hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada, termasuk
diantaranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan
Negara Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat
perhatian khusus mengingat memiliki kerentanan terhadap masalah
keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan
hidup.

Laporan Akhir 2- 4
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 78 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, dinyatakan bahwa
terdapat 19 pulau-pulau kecil terluar di Provonsi Kepulauan Riau.
Letak dan nama-nama pulau tersebut tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 : Nama-nama Pulau Terluar di Provinsi Kepulauan Riau

No Nama Pulau Koordinat Keterangan

1 Tokong Burung 04o04'01"LU, 107o26'29"BT Kab. Natuna

2 Kepala 02o38'43"LU, 109o10'04"BT Kab. Natuna

3 Subi Kecil 04o01'51"LU, 108o54'52"BT Kab. Natuna

4 Sebetul 04o42'25"LU, 107o54'20"BT Kab. Natuna

5 Sekatung 04o47'38"LU, 108o00'39"BT Kab. Natuna

6 Semiun 04o31'09"LU, 107o43'17"BT Kab. Natuna

7 Senoa 04o00'48"LU, 108o25'04"BT Kab. Natuna

8 Tokong Malang Biru


o o
02 18'00"LU, 105 34'07"BT Kab. Natuna

9 Tokong Berlayar 03o20'74"LU, 106o16'08"BT Kab. Kepulauan Anambas

10 Mangkai 03o05'32"LU, 105o53'00"BT Kab. Kepulauan Anambas

11 Damar 02o44'29"LU, 105o22'46"BT Kab. Kapulauan Anambas

12 Tokong Nanas 03o19'52"LU, 105o57'04"BT Kab. Kepulauan Anambas

13 Sentut 01o02'52"LU, 104o49'50"BT Kab. Bintan

14 Nipah 01o09'13"LU, 103o39'11"BT Kota Batam

15 Nongsa 01o12'29"LU, 104o04'47"BT Kota Batam

16 Pelampung 01o07'44"LU, 103o41'58"BT Kota Batam

17 Batu Berhantu 01o11'06"LU, 103o52'57"BT Kota Batam

18 Iyu Kecil 01o11'25"LU, 103o21'08"BT Kab. Karimun

19 Karimun Kecil 01o09'59"LU, 103o23'20"BT Kab. Karimun

Sumber : Biro Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau

Laporan Akhir 2- 5
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Topografi wilayah Provinsi Kepulauan Riau terbagi menjadi 4


(empat) kelompok, yaitu:

1. Wilayah Pulau-pulau Lepas Pantai Timur Sumatera

Untuk Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga, dan


Kota Batam, ketinggian wilayah bervariasi antara 0 – 50 meter dpl, 50 –
200 m (paling dominan), dan diatas 200 meter, dengan puncak tertinggi
terdapat di Gunung Lingga (1.163 meter dpl). Kemiringan lereng yang
dominan adalah 15 – 25% pada wilayah perbukitan, serta 25 – 40% dan di
atas 40% pada wilayah pegunungan.

2. Wilayah Pulau-pulau di sebelah Timur Jauh

Pulau-pulau ini terletak di wilayah Kabupaten Natuna dan Kepulauan


Anambas pada perbatasan Laut Cina Selatan, seperti Pulau Anambas,
Pulau Jemaja, Pulau Bunguran, Pulau Tambelan, dan lain-lain. Kondisi
morfologi, ketinggian, dan kemiringan lereng wilayah secara umum
menunjukkan kesamaan dengan pulau-pulau di Kabupaten Bintan,
dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Ranai (1.035 meter dpl).
Wilayah Pulau-pulau di Bagian Tenggara dari Kepulauan Lingga-
Singkep . Pulau-pulau ini membentuk jajaran sesuai arah struktur utama
geologi di Kepulauan Riau berarah Barat Laut Tenggara. Kelompok
pulau ini merupakan relik morfologi tua memberi topografi bukit dan
gunung.

3. Kelompok Pulau Batam, Rempang dan Galang

Gugusan pulau ini ditandai oleh bentang alam bergelombang sebagai sisa
morfologi tua paparan tepian benua Sunda.

Laporan Akhir 2- 6
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Berdasarkan kondisi geomorfologinya, Provinsi Kepulauan Riau

merupakan bagian kontinental yang terkenal dengan nama ”paparan

sunda” atau bagian dari kerak Benua Asia. Batuan yang terdapat di

Kepulauan Riau diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika

geneis, meta batu lanau, batuan gunung api seperti tuf, tuf litik, batu

pasir tufan yang tersebar di bagian timur Kepulauan Riau, batuan

terobosan seperti granit muskovit dapat dijumpai di Pulau Kundur

bagian timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro,

yang tersebar di Pulau Batam, Bintan dan Buru. Juga terdapat batuan

aluvium tua terdiri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium

muda seperti lumpur, lanau, dan kerakal.

Geomorfologi Pulau Kundur dan Pulau Karimun Besar terdiri

dari perbukitan dan dataran, dengan pola aliran sungai radial hingga

dendritik yang dikontrol oleh morfologi bukit granit yang homogen.

Struktur geologi berupa sesar normal dengan arah barat-timur atau

barat daya-timur laut. Geomorfologi Pulau Batam, Pulau Rempang

dan Pulau Galang berupa perbukitan memanjang dengan arah barat

laut-tenggara, dan sebagian kecil dataran terletak di bagian kakinya.

Geomorfologi Pulau Bintan berupa perbukitan granit yang terletak di

bagian selatan pulau dan dataran di bagian kaki. Struktur geologi

sesar Pulau Bintan dominan berarah barat laut-tenggara dan barat

daya-timur laut, beberapa ada yang berarah utara-selatan atau barat-

timur. Pulau-pulau kecil di sebelah timur dan tenggara Pulau Bintan

juga disusun oleh granit berumur Trias (Trg) sebagai penghasil

bauksit.

Laporan Akhir 2- 7
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Geomorfologi Pulau Lingga berupa perbukitan dengan puncak


Gunung Lingga, membentang dengan arah barat laut-tenggara dan
dataran di bagian kaki, dengan pola aliran sungai trellis hingga sejajar.
Juga geomorfologi Pulau Selayar dan Pulau Sebangka berupa
perbukitan yang membentang dengan arah barat laut-tenggara dan
dataran di bagian kakinya, pola aliran sungai adalah trellis yang
dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan dengan sumbu
memanjang barat laut-tenggara dan arah patahan utara-selatan.
Stratigrafi keempat pulau ini tersusun oleh Formasi Pancur (Ksp) yang
terdiri dari serpih kemerahan dan urat kwarsa, sisipan batupasir
kwarsa, dan konglomerat polemik. Geologi Pulau Singkep selain
terdiri dari Formasi Pancur dan Formasi Semarung juga terdapat
granit (Trg) yang mendasari kedua formasi di atas dan menjadi
penghasil timah atau bauksit.
Geomorfologi Pulau Bunguran berupa perbukitan yang
membujur dari tenggara-barat laut dengan puncak Gunung Ranai dan
dataran di bagian barat dari Pulau Bunguran. Pola aliran sungai
adalah radial hingga dendritik di sekitar Gunung Ranai, sedangkan ke
arah barat laut berubah menjadi pola aliran trellis.
Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai tiga pulau relatif
besar yaitu Pulau Matak, Siantan, dan Jemaja. Ketiga pulau disusun
oleh granit Anambas (Kag) yang tersusun oleh granit, granodiorit dan
syenit. Batuan granit Anambas (Kag) ini menerobos batuan mafik dan
ultramafik (Jmu) yang terdiri dari diorit, andesit, gabro, gabro porfir,
diabas dan basalt, bersisipan rijang-radiolaria. Pola struktur sesar
dominan berarah barat laut-tenggara dan sedikit berarah utara-selatan
hingga barat daya-timur laut seperti di Pulau Jemaja. Sehingga
mempunyai potensi tambang granit yang merupakan cekungan tersier
yang kaya minyak dan gas bumi yaitu Cekungan Natuna Barat yang
masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Cekungan
Natuna Timur yang masuk wilayah Kabupaten Natuna.

Laporan Akhir 2- 8
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.5 : Nama gunung dan ketinggiannya di Provinsi Kepulauan


Riau

No Kabupaten/Kota Gunung Tinggi

1 Tanjungpinang - -

2 Batam - -

3 Bintan Gunung Bintan 380 m

4 Karimun Gunung Jantan 478 m

Gunung Ranai 959 m


Gunung Datuk 510 m
Gunung Tukong 477 m
Gunung Selasih 387 m
5 Natuna
Gunung Lintang 610 m
Gunung Punjang 443 m
Gunung Kute 232 m
Gunung Pelawan Condong 405 m
Gunung Daik 1272 m
Gunung Sepincan 800 m
6 Lingga Gunung Tanda 343 m
Gunung Lanjut 519 m
Gunung Muncung 415 m

7 Kepulauan Anambas - -

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Kota Batam, Kota Tanjungpinang serta Kabupaten Kepulauan


Anambas menjadi daerah Kota/Kabupaten yang tidak memiliki
Gunung di daerahnya. Natuna menjadi Kabupaten yang memiliki
Gunung paling banyak yaitu delapan buah gunung. Kabupaten
Lingga memiliki gunung yang paling tinggi di Provinsi Kepulauan
Riau yaitu Gunung Daik dengan ketinggian 1272 m, dan Gunung Kute
sebagai gunung dengan ketinggian terendah (232 m) yang terletak di
Kabupaten Natuna.

Laporan Akhir 2- 9
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Pulau-pulau di wilayah Provinsi Kepulauan Riau umumnya


merupakan sisa-sisa erosi atau pencetusan dari daratan pratersier yang
membentang dari Semenanjung Malaysia sampai Pulau Bangka dan
Belitung. Gugusan beberapa pulau kondisi daratannya berbukit-bukit
dan landai di bagian pantainya, dengan ketinggian rata-rata 2 - 5 meter
dari permukaan laut.
Tekstur tanah di Provinsi Kepulauan Riau dibedakan menjadi
tekstur halus (liat), tekstur sedang (lempung), dan tekstur kasar.
Sedangkan jenis tanahnya, sedikitnya memiliki 5 macam jenis tanah
yang terdiri dari organosol, glei humus, podsolik merah kuning, latosol,
dan aluvial. Jenis tanah Organosol dan glei humus merupakan
segolongan tanah yang tersusun dari bahan organik, atau campuran
bahan mineral dan bahan organik dengan ketebalan minimum 50 cm,
dan mengandung paling sedikit 30% bahan organik bila liat atau 20%
bila berpasir. Kepadatan atau bulk, density kurang dari 0,6 dan selalu
jenuh. Lapisan tanah Organosol tersebar di beberapa pulau Kecamatan
Moro (Kabupaten Karimun), Kabupaten Natuna, Pulau Rempang, dan
Pulau Galang.
Jenis lainnya adalah tanah Latosol, dijumpai di Kabupaten
Natuna, Pulau Karimun, Pulau Kundur, dan beberapa pulau di
Kecamatan Moro. Sementara tanah Aluvial yang belum mempunyai
perkembangan, dangkal sampai yang berlapis dalam, berwarna
kelabu, kekuningan, kecoklatan, mengandung glei dan bertotol
kuning, merah, dan coklat. Tekstur bervariasi dari lempung hingga
tanah tambahan yang banyak mengandung bahan-bahan organik.
Tanah ini terdapat di Pulau Karimun, Pulau Kundur, dan pulau-pulau
lainnya di wilayah Provinsi Kepulauan Riau lainnya.

Laporan Akhir 2- 10
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Kondisi hidrologi di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari


dua jenis, yaitu air permukaan dan air bawah tanah (hidrogeologi).
Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, dapat diperoleh dari air
permukaan berupa air sungai, mata air/air terjun, waduk, dan kolong,
sedangkan air bawah tanah (hidrogeologi) didapat dengan menggali
sumur dangkal.

Tabel 2.6 : Persebaran Potensi Sumberdaya Air Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau
No Kabupaten/Kota Daerah Aliran Sungai Mata Air DAM/Waduk Kolong

1 Batam - - Duriangkang, -
Muka Kuning,
Sekupang, Sei
Ladi, Nongsa

2 Natuna (termasuk Antang Nuraja, Gunung - -


Kabupaten Datuk, Tarempa,
Kepulauan Temurun,
Anambas) Gunung Bini,
Gunung Kesayana

3 Karimun Sei Bati, Selangat - - Ex. Galian


Timah Perayon,
Ex. Galian Pasir
Kobel, Galian
Pasir Tempan

4 Tanjungpinang - Hutan Lindung - -

5 Bintan Sekuning, Ekang, Gunung Sungai Pulai Danau Kolong


Kangboi, Bopeng, Lengkuas Jago, Kawasan Gunung
Busung, Korindo, Kijang,Danau
wisata Lagoi
Kawal, Hangus, Belakang Mesjid
Pengudang Raya, Ex. Galian
Pasir Galang
Batang, Ex.
Galian Pasir
Simpang
Busung, Ex.
Galian Pasir
Pengujan

6 Lingga Resun, Tenam, Buluh, Gunung Daik, - Ex. Galian


Marok Kecil Gunung Timah Singkep
Muncung, Batu
Ampar

Sumber :Rencana Tata Ruang Provinsi Kepulauan Riau 2008-2028

Laporan Akhir 2- 11
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Kota Batam dan Kota Tanjungpinang merupakan dua daerah


yang tidak memiliki Daerah Aliran Sungai. Sedangkan Kabupaten
Bintan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang paling banyak yaitu
Sembilan bauh Daerah Aliran Sungai (DAS).
Terdapat dua daerah yang tidak memiliki air permukaan yang
berasal dari Mata Air yaitu Kota Batam dan Kabupaten Karimun.
Kabupaten Natuna (termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas)
memiliki 6 mata air dari air permukaan, yaitu Nuraja, Gunung Datuk,
Tarempa, Temurun, Gunung Bini, dan Gunung Kesayana.
Provinsi Kepulauan Riau hanya memiliki dua daerah
Dam/Waduk, yaitu Kota Batam dan Kabupaten Bintan. Serta Kota
Batam memiliki Dam/Waduk yang terbanyak yaitu lima
Dam/Waduk.
Kolong pada dasarnya kolam bekas tambang bauksit, timah, dan
pasir yang terbentuk akibat eksploitasi yang digunakan sebagai
sumber air bersih. Kolong terdapat pada tiga kabupaten/kota yang
ada di Kepulauan Riau, yaitu Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan
dan Kabupten Lingga.
Bentuk wilayah yang berupa Kepulauan, menjadikan kondisi
iklim Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh angin.
Provinsi Kepulauan Riau beriklim laut tropis basah, terdapat musim
hujan dan musim kemarau yang diselingi musim pancaroba dengan
suhu terendah rata-rata 20,40C. Pada bulan November sampai Februari
bertiup angin musim Utara dan pada bulan Juni sampai bulan
Desember bertiup angin musim Selatan. Pada musim angin Utara
ketinggian dan arus gelombang yang besar serta kecepatan angin yang
besar sangat menghambat kelancaran arus transportasi udara dan laut,
kerawanan terhadap abrasi dan menghambat kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang bergantung pada laut sehingga
berpengaruh terhadap tingginya kecelakaan laut, langkanya bahan
makanan, serta kebutuhan bahan bakar minyak.

Laporan Akhir 2- 12
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.7 : Suhu, Kelembaban Udara, Tekanan Udara, Curah Hujan,


kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009
Stasiun

No. Uraian Hang


Tanjung Ranai Dabo Tarempa
Nadim Karimun
Pinang Natuna Lingga Anambas
Batam
1. Suhu ( 0C)

Minimum 21,3 22,7 24,4 24,1 23,0 -


Maksimum 34,2 33,3 31,6 30,3 31,4 -
Rata-rata 26,9 27,4 27,6 25,8 26,8 -
2. Kelembaban Udara (%)

Minimum 49,0 52,0 64,0 75,1 65,0 -


Maksimum 100,0 99,0 99,0 94,3 97,0 -
Rata-rata 84,0 83,0 86,0 90,4 84,0 -
3. Curah Hujan (mm) 3.363,3 164,7 230,4 193,2 216,7 168,7
4. Tekanan Udara (mb) 1.010,5 1.097,8 1.010,4 1.009,7 1.009,4 1.009,5
5. Kecepatan Angin (knot) 7,0 5,0 5,0 6,0 5,0 4,7
Penyinaran Matahari
6. (%)
56,0 55,6 49,0 51,0 52,0 48,0

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Sebagai wilayah yang beriklim tropis basah, musin kemarau, dan


musim hujan yang diselingi dengan musim pancaroba pada wilayah
ini memiliki suhu rata-rata terendah yang tercatat di Stasiun Batam
sebesar 20,4o C dan suhu rata-rata tertinggi tercatat di Stasiun
Karimun sebesar 29,8o C, Adapun kelembaban rata-rata di Kepulauan
Riau antara 84 persen sampai 90,4 persen.
Curah hujan yang terjadi sepanjang tahun 2009 di provinsi ini
cukup beragam. Kisaran curah hujan tertinggi tercatat di stasiun
Tanjungpinang sebesar 2.738,9 mm. Namun jumlah hari hujan justru lebih
banyak terjadi di Karimun sebanyak 195 hari dan stasiun Natuna
mencatat kisaran terendah, yaitu 1.893,0 mm. Jumlah hari hujan justru
lebih banyak terjadi di Karimun sebanyak 195 hari dan stasiun Natuna
mencatat jumlah hari terendah, yakni 150 hari sepanjang tahun 2009.

Laporan Akhir 2- 13
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

B. Penggunaan lahan dan Potensi Pengembangan Wilayah

Jenis penggunaan lahan di Provinsi Kepulauan Riau bisa dibagi


menjadi lahan sawah, lahan bukan sawah, dan lahan bukan pertanian.
Luas lahan sawah di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2009 adalah
sebesar 313 ha, sedangkan luas lahan bukan sawah dan lahan bukan
pertanian masing-masing adalah 523418 ha dan 535810 ha, yang
tersebar dalam tujuh kabupaten/kota.

Tabel 2.8 : Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah Menurut


Kabupaten/kota Tahun 2009

Luas Lahan (ha)


No Kab/Kota
Lahan Lahan Bukan Lahan Bukan
Jumlah
Sawah Sawah Pertanian

1
Karimun 157 55519 231644 287320

2
Bintan 54 93186 101373 194613

3
Natuna 78 170184 35464 205726

4
Lingga 0 152815 58957 211772

5
Kep.Anambas 23 20658 38452 59133

6
Batam 0 22023 55004 77027

7
Tanjungpinang 1 9033 14916 23950

Prov. Kep Riau 313 523418 535810 1059541

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2009.

Jenis penggunaan lahan bukan sawah dapat dibedakan menjadi


beberapa klasifikasi, yaitu: tegal/kebun; ladang huma, perkebunan;
lahan yang ditanami pohon/hutan rakyat; tambak;
kolam/tebat/empang; padang rumput; lahan sementara tidak
diusahakan; dan lahan lainnya.

Laporan Akhir 2- 14
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.9 : Luas Lahan Bukan Sawah Menurut Kabupaten/kota dan Jenis Lahan Tahun 2009

Luas Lahan Bukan Sawah (ha)

Ditanami
Kab/Kota Tegal/ Ladang Kolam/ Sementara
pohon/ Padang Lain
Perkebunan Tambak Tebat/ Tidak Jumlah
Kebun Huma Hutan Rumput nya
Empang Diusahakan
Rakyat

Karimun
5.636 213 14.569 8.072 124 8 401 26.496 0 55.519

Bintan
19.044 16.695 21.306 10.248 2.129 1.753 1.110 20.897 4 93.186

Natuna
9.703 12.717 40.012 43.753 510 30 25.499 16.958 21.002 170.184

Lingga
1.315 695 41.090 20.387 420 116 857 87.935 0 152.815

Kep.Anambas
3.166 515 12.736 1.270 5 5 11 2.945 5 20.658

Batam
4.494 2.830 7.454 1.105 2.214 242 1.949 1.735 0 22.023

Tanjungpinang
994 300 1.047 0 0 15 150 4.299 2.228 9.033

Prov.Kep. Riau
44.352 33.965 138.214 84.835 5.402 2.169 29.977 161.265 23.239 523.418

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2009.

Laporan Akhir 2- 15
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Penggunaan lahan bukan pertanian diklasifikasikan menjadi


beberapa jenis, yaitu lahan yang diperuntukkan untuk rumah,
bangunan, dan halaman sekitarnya; hutan negara; rawa-rawa; dan
lahan lainnya.

Tabel 2.10 : Luas Lahan Bukan Pertanian Menurut Kabupaten/Kota


Tahun 2009
Luas Lahan Bukan Pertanian (ha)
Rumah,
Kab/Kota Rawa-rawa
Bangunan, & Hutan
(Tdk Lainnya Jumlah
Halaman Negara
Ditanami)
Sekitarnya
Karimun 62.467 27.934 807 14.0436 231.644
Bintan 72.667 3.931 7.369 17.406 101.373
Natuna 13.418 8.895 4.657 8.494 35.464
Lingga 14.942 23.656 428 19.931 58.957
Kep.Anambas 3.891 19.080 1.173 14.308 38.452
Batam 34.659 11.541 2.811 5.993 55.004
Tanjungpinang 9.787 365 1.390 3.374 14.916
Prov. Kep Riau 21.1831 95.402 18.635 209.942 535.810

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2009.

Luas hutan lindung di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2009


menurut fungsinya terdiri dari hutan lindung seluas 74.234,05 Ha,
Hutan Produksi Terbatas seluas 44.275,25 Ha, Kawasan Konservasi
1.412.294,50 Ha, dan Hutan Mangrove seluas 44.700,03 ha.

Laporan Akhir 2- 16
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.11 : Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi Provinsi Kepulauan


Riau Tahun 2006-2009

Hutan Kawasan Hutan


Hutan Produksi
No. Kabupaten/Kota Lindung Konservasi Mangrove
Terbatas (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha)

1 Tanjungpinang 367,40 - 197.133,70 -NA

2 Batam 11.107,54 - - --NA

3 Bintan 10.997,87 8.302,29 1.212.214,75 --NA

4 Karimun 5.773,21 1.164,43 - --NA

5 Natuna 12.906,07 2.4943,6 - --NA

6 Lingga 27.132,42 9.865,37 - --NA

Kepulauan
7 5.949,54 - 2.966,05 --NA
Anambas

Jumlah

2009 74.234,05 44.275,25 1.412.294,50 --NA

2008*) 74.234,05 44.275,25 1.412.294,50 44.700,03

2007 74.686,10 148.488,80 55.065,80 161.128,14

2006 68.744,44 - 37.000,00 62.943,36

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.


*) Batas belum ditata

Berdasarkan tabel di atas, Kota Tanjungpinang memiliki jumlah


Hutan Lindung yang terkecil yaitu 367,4 Ha sedangkan Kabupaten
Lingga memiliki Hutan Lindung terluas yaitu 27132,42 Ha. Tabel
tersebut juga memberikan informasi mengenai Produksi Terbatas yang
terluas (9865,37 Ha) yang berada di kawasan Kabupaten Lingga.
Terdapat tiga Kota/Kabupaten yang tidak memiliki hutan produksi
terbatas yaitu Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten
Kepulauan Anambas.

Laporan Akhir 2- 17
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Pada tabel tertera bahwa Kawasan Konservasi terluas yang


terdapat di Provinsi Kepulauan Riau berlokasi di Kabupaten Bintan
dengan luas 1212214,75 Ha. Terdapat empat Kabupaten/Kota yang
tidak memiliki Kawasan Konservsi yaitu Kota Batam, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.
Provinsi Kepulauan Riau memiliki 39 Hutan lindung yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten/Kota. Kota Batam memiliki
jumlah Hutan Lindung yang paling banyak dengan jumlah Hutan
Lindung sebanyak 16 Hutan Lindung. Hutan Lindung yang paling
luas di Provinsi Kepulauan Riau terdapat di Kabupaten Lingga yaitu
Hutan Lindung Gunung Daik dengan luas 19,552.03 Ha.

Tabel 2.12 : Sebaran Hutan Lindung di Provinsi Kepulauan Riau


Tahun 2008 – 2009

No. Kabupaten / Kota Nama Hutan Lindung * Luas (Ha)


1 Karimun Hl Pulau Karimun Kecil 380.39
Hl G. Jantan-Betina 1,584.42
Hl Pulau Combol 1,978.80
Hl Pulau Panjang 463.30
Hl Pulau Durian 1,366.30
2 Batam Hl Nongsa I 365.90
Hl Nongsa II 251.60
Hl Duriangkang 3,511.00
Hl Bukit Dangas 174.60
Hl Sei. Harapan 709.40
Hl Bukit Tiban 1,830.00
Hl Sei. Ladi 48.95
Hl Batu Ampar II 60.71
Hl Tanjung Piayu + Bagan 559.00
Hl Tembesi 2,119.00
Hl Lelai 279.20

Laporan Akhir 2- 18
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

No. Kabupaten / Kota Nama Hutan Lindung * Luas (Ha)


Hl Telaga Punggur 366.10
Hl Tiban Utara 19.27
Hl Bandara 481,3
Hl Tanjung Uncang 36,71
Hl Dapur 12 294.80
3 Tanjungpinang Hl Bukit Kucing 54,4
Hl Sei. Pulai 562,75
4 Bintan Hl. Bintan Kecil 308
Hl. Bintan Besar 280
Hl Gunung Langkuas 1.071,80
Hl Gunung Kijang 760
Hl Sungai Pulai 249,75
Hl Sei. Jago 1.629,60
Hl Bukit Siolong + Usulan Baru 6.698,72
5 Lingga Hl G. Lanjut 4.896,33
Hl G. Muncung 2.684,06
Hl G. Daik 19.552,03
Hl Bukit Tunggal 337,57
6 Kepulauan Anambas Hl P. Jemaja 2.495,78
Hl P. Siantan 3.453,76
7 Natuna Hl G. Ranai 2.654,40
Hl G. Bedung 5.263,62
Hl G. Sekunyam 4.988,05
Jumlah 75.029,02

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.

Laporan Akhir 2- 19
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Potensi perikanan di kawasan Provinsi Kepulauan Riau sangat


besar. Mengingat luas lautannya yang mencapai 95 persen lebih dari
total luas. Apabila aspek-aspek yang ada yang berhubungan dengan
kelautan dan perikanan dikembangkan dengan baik, maka bukan
tidak mungkin bisa menjadi sumber pendapatan daerah yang terbesar.
Data budidaya perikanan berdasarkan jenis budidaya, sawah dan
bukan sawah serta data perkebunan berdasarkan luas areal terdapat
tanaman yang belum menghasilkan, tanaman yang menghasilkan dan
tanaman tua rusak.

Tabel 2.13 : Luas Usaha Budidaya Perikanan Menurut Jenis Budidaya


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2010
No. Kabupaten/Kota Laut (Ha) Payau (Ha) Tawar (Ha)
1 Tanjungpinang 952,0 1,0 11,0
2 Batam 8.903,0 NA NA
3 Bintan 1.643,0 1.21,0 77,0
4 Karimun NA 18,0 98,0
5 Natuna NA NA NA
6 Lingga 1.021,0 28,0 3,0
7 Kepulauan Anambas 3.961,0 NA NA
Jumlah
2009*) 16.480,0 168,0 189,0
2008 32.307,0 16.273,0 22.352,0
2007 8.434,0 153,1 108,1
2006 151,9 92,6
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009.
*) Data Perkiraan Sementara

Berdasarkan data tabel diatas, hanya Kabupaten Karimun dan


Kabupaten Natuna yang tidak memiliki Luas laut yang menjadi usaha
budidaya perikanan. Kota Batam menjadi daerah yang menggunakan
laut yang paling luas untuk menjadi usaha budidaya perikanan
dengan jumlah 8903 Ha.

Laporan Akhir 2- 20
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

C. Kependudukan

1. Kepadatan Penduduk

Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Oleh

karena itu dalam pembangunan, penduduk tidak hanya dipandang

sebagai objek tapi juga sebagai subjek dalam pembangunan. Jumlah

penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang

cepat akan memperlambat tercapainya kondisi penduduk yang ideal.

Sehingga perlu didorong kebijakan pengarahan mobilitas penduduk yang

didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan agar persebaran penduduk

antar wilayah dapat optimal.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau relatif cukup

tinggi dengan rata-rata pertumbuhan penduduk selama tahun 2006 – 2010

setiap tahunnya tumbuh sebesar 5,84 persen, dimana pada tahun 2006

jumlah penduduk provinsi Kepulauan Riau sebanyak 1.337.863 jiwa

meningkat menjadi sebanyak 1.679.163 jiwa pada tahun 2010.

Provinsi Kepulauan Riau sebagai daerah yang terbuka, menjadikan

pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan

penduduk alamiah tapi juga dipengaruhi oleh pertumbuhan non alamiah.

Kondisi ini menyebabkan kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Riau

meningkat cukup tinggi, dimana pada tahun 2006 kepadatan penduduk

sebesar 126 jiwa per km2 meningkat menjadi sebesar 158 jiwa per km2

pada tahun 2010.

Laporan Akhir 2- 21
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.14 : Kepadatan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
Kepadatan
Jumlah
No Kabupaten/Kota Luas Daratan Penduduk Per
Penduduk
Km2
1 Karimun 2.873,20 212.561 74
2 Bintan 1.946,13 142.300 73
3 Natuna 2.058,45 69.003 34
4 Lingga 2.117,72 86.244 41
5 Kepulauan Anambas 590,14 37.411 63
6 Kota Batam 770,27 944.285 1.226
7 Kota Tanjung Pinang 239,50 187.359 782
Kepulauan Riau 2010 10.595,41 1.679.163 158
2009 10.595,41 1.514.594 143
2008 10.595,41 1.453.073 137
2007 10.595,41 1.392.918 131
2006 10.595,41 1.337.863 126
Sumber : BPS, Data Sensus Penduduk 2010

Dilihat menurut wilayah, persebaran penduduk antar wilayah


masih relatif kurang merata. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau masih
terkonsentrasi pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan atau pusat
industri. Kota Batam merupakan daerah dengan kepadatan penduduk
tertinggi yaitu 1.226 jiwa per km2 diikuti Kota Tanjung Pinang dengan
kepadatan penduduk sebesar 782 jiwa per km2. Sedangkan daerah dengan
kepadatan terendah adalah Kabupaten Natuna dengan kepadatan
penduduk 34 jiwa per km2.

2. Struktur Umur
Jika diperhatikan perbandingan antara penduduk laki-laki dan
perempuan (sex ratio) penduduk Kepri adalah 105,62 yang berarti bahwa
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Dan
semua kabupaten/kota yang ada ternyata jumlah penduduk laki-lakinya
lebih banyak dari penduduk perempuan.

Laporan Akhir 2- 22
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.15 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Kabupaten/Kota Tahun 2010

Kelompok Umur Karimun Bintan Natuna Lingga Anambas Batam Tanjung Total
Pinang
0–4 21.971 16.317 8.087 8.386 4.143 122.807 19.325 201.036
5–9 22.222 14.736 7.595 8.964 4.141 92.025 18.650 168.333
10 – 14 20.508 11.549 6.532 7.545 3.695 57.840 15.646 123.315
15 – 19 18.058 10.256 5.560 6.522 2.900 56.904 15.313 115.513
20 – 24 16.850 13.283 5.687 6.738 3.135 129.095 15.428 190.216
25 – 29 20.111 16.992 7.277 8.351 3.622 143.436 19.872 219.661
30 – 34 20.149 15.588 6.383 7.371 3.472 123.439 18.859 195.261
35 – 39 17.291 12.128 5.481 6.800 3.019 87.273 16.459 148.451
40 – 44 13.937 9.102 4.234 5.650 2.330 54.335 13.279 102.867
45 – 49 11.923 6.870 3.739 5.048 2.116 30.386 10.669 70.751
50 – 54 9.776 4.993 2.805 4.630 1.644 19.065 8.173 51.086
55 – 59 7.155 3.625 2.076 3.570 1.161 12.035 5.868 35.490
60 – 64 4.681 2.573 1.471 2.516 786 6.897 3.780 22.704
65 – 69 3.587 1.964 974 1.862 592 4.021 2.721 15.721
70 – 74 4.342 2.324 1.102 2.291 652 4.727 3.320 18.758
Jumlah 212.561 142.300 69.003 86.244 37.411 944.285 187.359 1.679.163

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Laporan Akhir 2- 23
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau, kelompok umur


25–29 tahun yang paling tinggi yakni sebesar 219.661 jiwa. Kelompok
umur ini adalah kelompok umur yang sangat produktif untuk memulai
usaha kerja. Kemudian kelompok umur 0 – 4 tahun, yakni sebesar 201.036
jiwa. Disisi lain penduduk pada usia sekolah jumlahnya juga cukup besar,
dimana kelompok penduduk usia 5 - 9 tahun sebanyak 168.333 jiwa,
kelompok penduduk usia 10-14 tahun jumlahnya sebanyak 123.315 jiwa,
ini berarti pemerintah berkewajiban menyediakan berbagai fasilitas
pendidikan yang memadai dan terjangkau. Sedangkan jumlah penduduk
usia di bawah 5 tahun sebanyak 201.036 jiwa dan penduduk 65+ tahun
jumlahnya sebanyak 34.479 jiwa, kelompok penduduk ini pada umumnya
lebih membutuhkan pelayanan kesehatan dibandingkan kelompok umur
lainnya dan sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan
berbagai fasilitas dan kebutuhan dasar penduduknya.

Tabel 2.16 : Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur Produktif dan


Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010

Kelompok Karimun Bintan Natuna Lingga Anambas Batam Tanjung Total


Umur Pinang

0 – 14 64.701 27.922 22.214 24.895 11.979 272.672 53.621 492.684

15 – 64 139.931 110.090 44.713 57.196 24.188 663.308 127.697 1.152.000

65+ 7.929 4.288 2.076 4.153 1.244 8.305 6.041 34.479

Jumlah 212.561 142.300 69.003 86.244 37.411 944.285 187.359 1.679.163

DR 52 29 54 51 55 42 47 46

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Laporan Akhir 2- 24
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Dapat dilihat bahwa beban ketergantungan penduduk Provinsi


Kepulauan Riau sebesar 46, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia
produktif di Kepri mempunyai tanggungan sekitar 46 penduduk yang
non produktif. DR yang dibawah Kepri adalah Kabupaten Bintan sebesar
29 dan Batam sebesar 42, yang berarti bahwa untuk ke dua kabupaten ini
beban tanggungannya lebih kecil karena penduduk yang tidak produktif
(tidak bekerja) bisa dikatakan sangat kecil. Sedangtkan DR yang tertinggi
adalah Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Karimun. Penduduk usia produktif tersebut sangat membutuhkan
tersedianya lapangan pekerjaan.
Di negara sedang berkembang pada umumnya pembangunan
kependudukannya ditandai dengan tingkat kelahiran yang tinggi dan
tingkat kematian yang rendah. Kondisi ini mengakibatkan proporsi
penduduk pada usia muda di negara sedang berkembang pada umumnya
lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia dewasa. Proporsi
penduduk usia muda yang lebih besar tersebut bagi pembangunan
ekonomi kurang menguntungkan. Hal ini disebabkan penduduk usia
muda yang besar tersebut pada umumnya belum produktif dalam
menghasilkan barang dan jasa, dan sebaliknya mereka akan menambah
beban tanggungan bagi penduduk yang produktif. Dengan demikian
peningkatan jumlah penduduk usia muda akan cenderung memperkecil
angka penghasilan per kapita.
Disisi lain, jumlah penduduk usia muda yang besar di suatu negara
mengakibatkan alokasi faktor-faktor produksi akan lebih diarahkan pada
investasi-investasi sosial seperti penyediaan pendidikan dan kesehatan
dan bukan pada investasi-investasi kapital yang akan lebih cepat
mendorong perkembangan ekonomi. Hal ini tentunya akan menyebabkan
tertundanya pembangunan ekonomi, mengingat prioritas pembangunan
lebih diarahkan pada pembangunan untuk investasi-investasi sosial.

Laporan Akhir 2- 25
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau


sebanyak 1.679.163 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
862.144 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 817.019 jiwa. Dilihat
menurut struktur umur menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Provinsi Kepulauan Riau berada pada usia muda. Struktur umur yang
demikian membutuhkan tersedianya kesempatan kerja yang luas, jika
tidak maka akan menimbulkan permasalahan pengangguran.

90-94
80-84
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4

Perempuan Laki-Laki

Gambar 2.1 :
Piramida Penduduk Provinsi Kepulauan Riau

Sebagian besar penduduk di Provinsi Kepulauan Riau tinggal di


wilayah perkotaan sebanyak 1.390.787 jiwa atau 82,83 persen dan
selebihnya tinggal di wilayah pedesaan sebanyak 288.376 jiwa atau 17,17
persen. Pada wilayah perkotaan dilihat berdasarkan jenis kelamin,
penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan, dimana
penduduk laki-laki sebanyak 711.274 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 679.513 jiwa.

Laporan Akhir 2- 26
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

95+
90-94
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4

Perempuan Laki-laki

Gambar 2.2 :

Piramida Penduduk Perkotaan


Provinsi Kepulauan Riau

Sedangkan pada wilayah pedesaan, ratio penduduk menurut jenis


kelamin di Provinsi Kepulauan Riau yaitu 110. Artinya setiap 100 orang
perempuan pada wilayah pedesaan terdapat sebanyak 110 orang laki-laki.
Terbatasnya infrastruktur pendidikan pada wilayah pedesaan
menyebabkan penduduk usia muda pada wilayah pedesaan melakukan
urbanisasi dari desa ke kota untuk melanjutkan pendidikan. Indikasi ini
juga terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, dimana berdasarkan data sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk usia muda pada umumnya (81,65
persen) tinggal diwilayah perkotaan dan selebihnya (18,35 persen) tinggal
diwilayah pedesaan.

Laporan Akhir 2- 27
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

90-94

80-84

70-74

60-64

50-54

40-44

30-34

20-24

10-14

0-4

Laki-laki Perempuan

Gambar 2. 3 :
Piramida Penduduk Pedesaan
Provinsi Kepulauan Riau

Dimensi kependudukan dalam pembangunan nasional dapat


dilihat dalam dua sisi, yaitu : (1) bagaimana mengintegrasikan aspek
kependudukan dalam perencanaan pembangunan nasional dan (2)
pembangunan kependudukan itu sendiri. Sisi pertama merupakan
penjabaran dari pembangunan berwawasan kependudukan merujuk pada
konsep agar perencanaan pembangunan (baca pembangunan ekonomi)
harus memeperhatikan dinamika kependudukan yang ada. Sisi kedua
merujuk pada bagaimana membangun penduduk itu sendiri agar dapat
menjadi pelaku-pelaku pemabngunan yang andal. Dalam hal ini
bagaimana mengendalikan pertumbuhan penduduk, mengarahkan
mobilitas penduduk, meningkatkan kualitas penduduk dan didukung
dengan sistem informasi kependudukan yang andal.

Laporan Akhir 2- 28
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

4. Pendidikan
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pembangunan suatu
daerah. Tanpa adanya pendidikan tidak akan ada sumberdaya manusia
yang dapat berperan memajukan suatu daerah. Demikian juga apabila ada
sumberdaya tetapi tidak pernah ada upaya untuk meningkatkannya,
maka sia-sialah sumberdaya tersebut. Untuk meningkatkan sumberdaya
manusia diperlukan suatu perencanaan yang baik khususnya dalam
mempersiapkan pendidikan anak-anak.
Gambaran menyeluruh mengenai data base kondisi sarana dan
prasarana (infrastruktur) pendidikan sangat menentukan keberhasilan
dalam pengelolaan pendidikan terutama berkaitan dengan strategi
pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna. Gambaran ini dapat
diperoleh jika data dan informasi yang mencakup seluruh aspek yang
mempengaruhi perkembangan pendidikan dapat ditampilkan dengan
lengkap dan akurat melalui pembuatan data base infrastruktur sekolah.
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
dititikberatkan pada (1) peningkatan partisipasi anak yang belum men-
dapatkan layanan pendidikan dasar terutama melalui penjaringan anak-
anak yang belum pernah sekolah pada jenjang SD termasuk
SDLB/MI/Paket A dan peningkatan angka melanjutkan lulusan SD
termasuk SDLB/MI/Paket A ke jenjang SMP/MTs/Paket B atau bentuk
lain yang sederajat; (2) mempertahankan kinerja pendidikan yang telah
dicapai terutama dengan menurunkan angka putus sekolah dan angka
mengulang kelas, serta dengan meningkatkan kualitas pendidikan; dan (3)
penyediaan tambahan layanan pendidikan bagi anak-anak yang tidak
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Program pendidikan
menengah didorong untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan sekolah
menengah pertama secara signifikan sebagai dampak positif pelaksanaan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, serta penguatan
pendidikan vokasional baik melalui sekolah/madrasah umum maupun
kejuruan dan pendidikan non-formal.

Laporan Akhir 2- 29
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.17 : Banyaknya Sekolah TK, SD, SMP, Jumlah Guru, Jumlah Murid Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
No. Kabupaten/ TK SD SMP SMA SMK
Kota Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid
1. Karimun 61 245 2.919 132 1.767 26.824 45 625 9.514 16 355 6.159 6 172 1.995
2. Bintan 24 97 1.293 96 1.160 16.488 25 436 5.485 7 214 2.567 5 117 830
3. Natuna 44 183 1.629 78 950 9.407 19 280 2.957 14 293 2.304 4 89 340
4. Lingga 10 52 488 137 1.366 10.609 31 346 3.567 9 190 2.148 3 50 328
5. Kepulauan 14 55 615 58 449 5.197 16 165 1.838 4 69 951 1 8 155
Anambas
6. Batam 289 946 12.580 261 3.739 86.751 87 1.423 22.218 32 663 8.280 29 718 9.662
7. Tanjung Pinang 25 139 1.529 63 1.155 22.244 23 523 8.567 10 304 4.507 11 375 4.442
Jumlah 467 1.717 23.053 825 10.586 177.520 246 3.798 54.146 92 2.088 26.916 59 1.529 17.752

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Tabel 2.18 : Rasio Murid - Guru, Rasio Murid – Sekolah TK, SD, SMP Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
No. Kabupaten/ TK SD SMP SMA SMK
Kota Rasio Murid- Rasio Murid- Rasio Rasio Murid- Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio
Guru sekolah Murid- Guru Murid- Murid- Murid- Murid- Murid-Guru Murid-
Guru sekolah Guru Sekolah Sekolah Sekolah
1. Karimun 12 48 15 17 385 12 333 203 15 211
2. Bintan 13 54 14 12 367 7 166 172 13 219
3. Natuna 9 37 10 8 165 4 85 121 11 156
4. Lingga 9 49 8 11 239 7 109 77 10 115
5. Kepulauan Anambas 11 44 12 14 238 19 155 90 11 115
6. Batam 15 50 23 12 259 13 333 332 16 225
7. Tanjung Pinang 11 61 19 15 451 12 404 353 16 372
13 49 17 13 293 12 301 215 14 220

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Laporan Akhir 2- 30
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Kualitas sumberdaya manusia yang rendah akan menghasilkan


produktivitas dan output yang rendah. Kualitas sumberdaya manusia
yang rendah diantaranya dapat tercemin dari kemampuan suatu
penduduk dalam membaca dan menulis. Pada kondisi penduduk yang
buta huruf akan lebih sulit untuk memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan dibandingkan dengan penduduk yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis.
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang berumur 5 tahun
keatas pada tahun 2010 yaitu 1.478.124 jiwa dari jumlah tersebut sebagian
besar yaitu sebanyak 1.400.451 jiwa memiliki kemampuan untuk
membaca dan menulis. Sedangkan sebanyak 73.508 jiwa merupakan
penduduk yang buta huruf. Dilihat menurut struktur umurnya pada
umumnya penduduk yang buta huruf tersebut berada pada usia muda.
Jumlah penduduk yang buta huruf pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu
sebanyak 41.668 jiwa. Tingginya penduduk yang buta huruf pada
kelompok umur 5-14 tahun tersebut ditengarai pada kelompok ini pada
umumnya merupakan usia kanak-kanak yang memang belum
mengenyam pendidikan.
Pada penduduk usia 15-44 tahun yang buta huruf sebanyak 12.064
jiwa dan pada kelompok umur 45-63 sebanyak 13.122 jiwa. Pada
kelompok tersebut merupakan penduduk yang seharusnya berada pada
usia kerja. Ketidakmampuan untuk membaca dan menulis penduduk
tersebut akan menjadi kendala bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk lebih produktif.
Rendahnya produktifitas penduduk tersebut pada akhirnya akan
berdampak pada rendahnya tingkat pendapatan yang akan mereka
terima.

Laporan Akhir 2- 31
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.19 : Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur dan Kemampuan Baca Tulis di Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2010
Kemampuan Membaca dan Menulis
Kelompok Umur
Huruf Latin Huruf Lainnya Buta Huruf Tidak Ditanyakan Jumlah
5-9 126.601 1.473 40.242 9 168.325
10-14 121.553 244 1.426 81 123.304
15-19 114.251 64 1.059 193 115.567
20-24 188.005 100 1.407 803 190.315
25-29 216.584 167 2.016 980 219.747
30-34 192.230 221 2.178 709 195.338
35-39 145.330 258 2.395 522 148.505
40-44 99.215 331 3.009 340 102.895
45-49 66.403 454 3.701 233 70.791
50-54 46.659 503 3.809 136 51.107
55-59 31.950 431 3.031 84 35.496
60-64 19.701 370 2.581 50 22.702
65-69 12.976 413 2.317 15 15.721
70-74 7.561 308 1.986 4 9.859
75-79 3.329 197 1.145 3 4.674
80-84 1.488 117 706 1 2.312
85-89 589 54 285 2 930
90-94 195 29 128 0 352
95+ 86 11 87 0 184
Jumlah 1.394.706 5.745 73.508 4.165 1.478.124
Sumber : BPS, SP 2010

Laporan Akhir 2- 32
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam


meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. “Carilah Ilmu dari sejak
berada dalam ayunan hingga masuk liang lahat” pepatah ini mengajarkan
kita betapa pentingnya pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Kita dianjurkan menuntut ilmu mulai dari kecil
hingga kita meninggal dunia.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 penduduk Provinsi
Kepulauan Riau yang berada pada usia kanak-kanak yaitu berumur 5-6
tahun sebanyak 72.486 jiwa. Pada kelompok umur ini pada umumnya
mereka sedang berada pada pendidikan taman kanak-kanak (TK).
Sehingga status pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada umumnya
adalah tidak /belum pernah sekolah atau tidak/belum tamat sekolah
dasar. Kelompok umur 7-12 tahun merupakan penduduk pada usia
sekolah dasar, dimana jumlahnya mencapai 172.969 jiwa dan dari jumlah
tersebut sebanyak 5.931 jiwa tidak/belum pernah sekolah.
Pada kelompok umur 13-24 tahun pada umumnya merupakan
penduduk pada usia sekolah menengah dan tinggi dengan jumlah
penduduk pada usia ini mencapai sebanyak 352.056 jiwa dan dari jumlah
tersebut sebanyak 4.637 jiwa tidak/belum pernah sekolah. Sedangkan
selebihnya sebanyak 347.419 jiwa pernah sekolah dengan tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan mulai dari tidak/belum tamat SD
sampai dengan pendidikan jenjang S2/S3.
Jumlah penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur 25-64
tahun sebanyak 846.581 jiwa dari jumlah tersebut sebanyak 34.550 jiwa
atau 4,08 persen tidak/belum pernah sekolah. Sedangkan penduduk yang
tidak/belum pernah sekolah pada usia tua jumlahnya lebih tinggi yaitu
sebanyak 8.111 jiwa atau 23,83 persen dari penduduk kelompok umur
lebih dari 65 tahun yaitu 34.032 jiwa.

Laporan Akhir 2- 33
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.20 : Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan
Kelompok
Umur Tidak/Belum Tidak/Belum SD/MI/ SLTP/MTs/ SLTA/MA/ Diploma Diploma Diploma IV/
SMK S2/S3 Jumlah
Pernah Sekolah Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat I/II III Universitas
5-6 49.696 22.790 0 0 0 0 0 0 0 0 72.486
7-12 5.931 154.041 12.997 0 0 0 0 0 0 0 172.969
13-15 846 8.914 41.046 17.002 0 0 0 0 0 0 67.808
16-18 941 2.309 10.946 33.964 14.236 2.398 0 0 0 0 64.794
19-24 2.850 5.462 24.016 36.039 115.787 25.998 2.028 3.995 3.253 26 219.454
25-29 3.448 6.542 29.994 36.971 99.254 21.126 3.516 7.741 10.925 230 219.747
30-34 3.785 7.101 33.831 31.300 83.387 14.478 3.028 7.210 10.819 399 195.338
35-39 4.053 7.156 31.118 23.754 58.315 7.461 1.976 4.744 9.414 514 148.505
40-44 4.584 7.570 25.275 14.909 34.556 3.880 1.408 2.824 7.260 629 102.895
45-49 5.516 8.351 23.371 9.338 15.824 1.736 902 1.429 3.873 451 70.791
50-54 5.418 7.799 19.286 6.451 8.025 1.140 493 703 1.525 267 51.107
55-59 4.297 6.049 14.164 4.361 4.530 712 321 340 601 121 35.496
60-64 3.449 4.426 9.024 2.335 2.347 339 236 214 267 65 22.702
65-69 3.054 3.474 6.047 1.368 1.282 177 68 123 110 18 15.721
70-74 2.368 2.400 3.698 600 570 88 21 58 49 7 9.859
75-79 1.363 1.249 1.652 195 148 32 5 15 13 2 4.674
80-84 776 655 735 71 62 5 1 5 2 0 2.312
85-89 311 272 303 16 20 2 3 2 1 0 930
90-94 144 109 87 7 4 0 0 1 0 0 352
95+ 95 48 33 2 4 1 0 0 0 1 184
Jumlah 102.925 256.717 287.623 218.683 438.351 79.573 14.006 29.404 48.112 2.730 1.478.124

Sumber : Sensus Penduduk 2010

Laporan Akhir 2- 34
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

5. Kesehatan
Persoalan lainnya yang menjadi isu pembangunan kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau adalah masih belum lengkap dan meratanya
sarana dan prasarana kesehatan yang tersebar pada seluruh wilayah
kecamatan maupun desa. Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten
Kepulauan Riau terdiri dari 24 unit rumah sakit, 66 unit puskesmas, 71
unit puskesmas keliling, 36 unit puskesmas keliling laut dan 215 unit
Puskesmas Pembantu.

Tabel 2.21 : Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Keliling,


Puskesmas Keliling Laut, Puskesmas Pembantu Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
Puskesmas
Puskesmas Puskesmas
No. Kabupaten/Kota RS Puskesmas Keliling
Keliling Pembantu
laut
1. Karimun 2 9 24 2 37
2. Bintan 1 12 5 3 29
3. Natuna 2 12 9 5 30
4. Lingga 2 6 2 4 36
5. Kepulauan 1 7 2 8 21
Anambas

6. Batam 14 14 19 14 50
7. Tanjung Pinang 2 6 10 - 12
Jumlah 24 66 71 36 215

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Rasio untuk dokter umum yaitu 48 per 100.000 penduduk, perawat


186 per 100.000 penduduk dan bidan 70 per 100.000 penduduk. Kondisi
ini masih jauh dari kondisi ideal, dimana standarnya untuk dokter umum
yaitu 24 per 10.000 penduduk, perawat yaitu 158 per 10.000 penduduk
dan bidan yaitu 40 per 10.000 penduduk.

Laporan Akhir 2- 35
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.22 : Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
No. Kabupaten/Kota Dokter Dokter Farmasi Perawat Bidan Gizi Teknis Kesmas Sanitasi Terapi Jumlah
Gigi Fisik
1. Karimun 87 16 18 227 100 9 19 15 10 2 500
2. Bintan 73 21 33 281 155 22 29 42 21 - 677
3. Natuna 51 13 30 240 89 13 26 29 12 5 508
4. Lingga 22 10 18 230 133 11 8 16 7 - 458
5. Kepulauan Anambas 27 7 13 118 57 4 - 12 2 - 241
6. Batam 512 78 146 1.481 456 39 122 72 43 13 2.958
7. Tanjung Pinang 25 40 42 516 171 14 29 20 18 5 879
Provinsi 8 1 15 26 10 6 3 28 2 - 99
Jumlah 805 186 315 3.119 1.171 118 236 234 115 25 6.320
Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Tabel 2.23 : Rumah Sakit Umum Pemerintah, Swasta dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010

Pemerintah Swasta Jumlah


No. Kabupaten/Kota
Rumah Sakit Tempat Tidur Rumah Sakit Tempat Tidur Rumah Sakit Tempat Tidur
1. Karimun 1 163 1 40 2 203
2. Bintan 1 76 - - 1 76
3. Natuna 2 62 - - 2 62
4. Lingga 2 93 - - 2 93
5. Kepulauan Anambas 1 15 - - 1 15
6. Batam 2 261 12 790 14 1.051
7. Tanjung Pinang 2 314 - - 2 314
Jumlah 11 984 13 830 24 1.814
Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka 2010

Laporan Akhir 2- 36
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

5. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga


kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja
(man power) adalah penduduk dalam usia kerja (dalam literatur 15-64
tahun). Di Indonesia dipakai batasan umur 10 tahun. Tenaga kerja adalah
jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),
penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu
penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar
9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah
bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain
bekerja). Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang
bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja
dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Sedangkan, bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang
tidak bekerja ataupun mencari kerja.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah tenaga kerja di
Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 1.186.495 orang. Dari jumlah tersebut
yang bekerja sebanyak 738.743 orang dan dalam kategori pengangguran
yaitu 81.329 yang terdiri dari mencari pekerjaan sebanyak 25.267 orang
dan bersedia bekerja apabila ada yang menyediakan sebanyak 56.026
orang. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja sebanyak 362.844
orang.

Laporan Akhir 2- 37
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.24 : Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kelompok


Umur dan Kegiatan Seminggu yang Lalu di Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2010

Kegiatan Seminggu yang Lalu

Bersedia
Kelompok
bekerja Bukan
Umur Mencari Tidak
Bekerja apabila ada Angkatan Jumlah
pekerjaan Ditanyakan
yang Kerja
menyediakan

15-19 33.260 4.440 5.660 72.021 186 115.567

20-24 134.648 7.494 10.124 37.277 772 190.315

25-29 148.542 5.380 12.971 51.928 926 219.747

30-34 129.427 3.364 10.812 51.083 652 195.338

35-39 100.716 2.033 7.239 38.067 450 148.505

40-44 71.921 1.079 3.952 25.681 262 102.895

45-49 48.088 622 2.400 19.515 166 70.791

50-54 32.215 381 1.474 16.952 85 51.107

55-59 19.739 249 940 14.526 42 35.496

60-64 10.168 125 490 11.895 24 22.702

65-69 5.959 67 0 9.686 9 15.721

70-74 2.667 33 0 7.157 2 9.859

75-79 922 0 0 3.750 2 4.674

80-84 329 0 0 1.983 0 2.312

85-89 99 0 0 830 1 930

90-94 28 0 0 324 0 352

95+ 15 0 0 169 0 184

Jumlah 738.743 25.267 56.062 362.844 3.579 1.186.495

Sumber : BPS – SP 2010

Laporan Akhir 2- 38
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

6. Kesejahteraan Penduduk

Ukuran kesejahteraan tidak hanya sebatas pada ukuran-kuran

ekonomi yang diukur dari peningkatan pendapatan perkapita. Tapi

dibutuhkan ukuran lainnya. Memang Pertumbuhan ekonomi merupakan

suatu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang

dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor

ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan

ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna

untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang.

Namun demikian, ukuran kesejahteraan lainnya juga memiliki peranan

penting. Sehingga selain PDRB ada indikator lain untuk mengukur

tingkat kesejahteraan. Ukuran ini menjelaskan pelbagai indikator yang

ada, ukuran itu adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) paling tepat

dipakai untuk mengukur profil kesejahteraan umum. Indeks

pembangunan Manusia (IPM) adalah Indeks yang digunakan untuk

menggambarkan capaian disektor kesejahteraan masyarakat secara

agregat, karena indeks ini menangkap perkembangan di sektor ekonomi

dan sektor sosial sekaligus.

Di dalam indeks ini, kesejahteraan tidak hanya ditilik melalui

perspektif ekonomi semata sebagaimana lazim terekam dalam Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, tetapi juga diteropong via

capaian disektor sosial, yakni pemdidikan dan kesehatan. Dalam hal yang

terakhir, Tingkat Melek huruf (TMH) dan Tingkat Harapan Hidup (THH)

adalah dua indikator yang lazim termaktub dalam konstruksi IPM.

Laporan Akhir 2- 39
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tabel 2.25 : Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau


Menurut Kabupaten Kota tahun 2008 - 2010

Tahun
Kabupaten/Kota
2008 2009 2010
1.Karimun 72,8 73,15 73,64
2.Bintan 73,34 73,66 74,44
3.Natuna 69,81 70,11 70,56
4.Lingga 70,74 71,05 71,35
5.Kep. Anambas - 69,94 68,60
6.Batam 77,28 77,51 77,80
7.Tanjungpinang 74,18 74,54 75,07

Prov. KEPRI 74,18 74,54 75,07

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau


Ket. : * termasuk Kab. Anambas

Perkembangan indeks pembangunan manusia Provinsi Kepulauan


Riau menunjukkan angka yang terus meningkat yaitu dari 74,18 poin
pada tahun 2008 meningkat menjadi 75,07 poin pada tahun 2010. Dilihat
menurut kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Riau, IPM tertinggi
adalah Kota Batam sebesar 77,80 poin pada tahun 2010 dan terendah yaitu
IPM Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 68,60. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan manusia di Kepulauan Riau masih terjadi
ketimpangan pembangunan terutama pada wilayah perkotaan dan
pedesaan. Infrastruktur baik ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya
di perkotaan yang lebih memadai di bandingkan dengan di pedesaan
menjadikan penduduk perkotaan lebih mudah untuk mengakses berbagai
fasilitas dalam mengupgrade kualitasnya.

Laporan Akhir 2- 40
Strategi Kependudukan Kepulauan Riau
Sebagai Landasan Rencana Pembangunan 2012-2020

Tingkat kesejahteraan penduduk juga dapat dilihat dari sebanyak


penduduk suatu wilayah yang berada pada garis kemikinan. Pada tahun
2008 jumlah penduduk miskin sebanyak 131,80 ribu orang, jumlah ini
meningkat pada tahun 2010 menjadi sebanyak 138,19 ribu orang. Kota
Batam merupakan daerah dengan jumlah penduduk miskin tertinggi
yaitu sebanyak 41,39 ribu jiwa pada tahun 2008 dan meningkat sebanyak
69,75 ribu jiwa pada tahun 2010. Sedangkan daerah dengan tingkat
kemiskinan terendah yaitu Kabupaten Natuna sebanyak 8,98 ribu jiwa
pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 dapat diturunkan menjadi 3,37 ribu
jiwa, dimana data tersebut masih termasuk didalamnya penduduk miskin
yang terdapat pada Kabupaten Anambas.

Tabel 2.26 : Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Kepulauan Riau

Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)


Kabupaten/Kota
2008 2009 2010

1.Karimun 20,90 15,54 15,40

2.Bintan 13,63 9,24 10,47

3.Natuna 8,98* 4,39* 3,37

4.Lingga 28,83 15,36 13,65

5.Kep. Anambas 1,80

6.Batam 41,39 54,78 69,75

7.Tanjungpinang 18,08 26,03 23,75

Prov. KEPRI 131,80 125,33 138,19

Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Susenas Juli 2008-2010


Ket. : * termasuk Kab. Anambas

Laporan Akhir 2- 41

Anda mungkin juga menyukai