Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

“ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOEMETRI MENURUT TEORI VAN


HIELE DALAM MEMAHAMI KONSEP SEGIEMPAT SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”

ACO FAUZAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
Daftar Isi

Daftar Isi...........................................................................................................................2
BAB 1................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Pertanyaan Penelitian..........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................11
LANDASAN TEORI......................................................................................................11
A. Kajian Teori........................................................................................................11
1. Proses Berpikir...............................................................................................11
2. Teori Van Hiele...............................................................................................12
3. Konsep Segiempat..........................................................................................14
B. Penelitian Relevan..............................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................18
METODE PENELITIAN..............................................................................................18
A. Jenis Penelitian...................................................................................................18
B. Subjek Penelitian................................................................................................18
C. Instrumen Penelitian..........................................................................................19
D. Prosedur Penelitian............................................................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................21
F. Pemeriksaan Keabsahan Data...........................................................................22
G. Teknik Analisis Data......................................................................................22
Daftar Pustaka...............................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika adalah suatu materi pembelajaran yang memiliki peran

penting pada bidang pendidikan. Pendidikan perlu diterapkan dan

direalisasikan sejak dini, menurut Chotimah, Bernard,& Wulandari, (2018)

bahwa “Education is very important to prepare qualified human resources

and to complete in the development of science” dimana pendidikan memiliki

peranan yang begitu penting untuk mempersiapkan sumber daya yang

berkualitas untuk bersaing dalam pembangunan sains.

Pendidikan matematika adalah suatu upaya dalam meningkatkan dan

mengembangkan daya menalar siswa, menumbuh- kembangkan kecerdasan

siswa, dan mengubah perilaku menjadi lebih baik, bahkan bisa menciptakan

suatu karya dari konsep matematika (Hamzah, 2014). Secara tidak langsung

konsep matematika dapat menciptakan suatu karya yang dapat dimanfaatkan

dalam kebutuhan sehari-hari, hal ini tentu berkaitan dengan sikap kreatif yang

dimunculkan siswa, sehingga siswa bisa menciptakan suatu karya nyata

(Linda dkk, 2019).

Kebutuhan matematika pada zaman sekarang ialah memahami

pembelajaran matematika sehingga bisa diterapkan untuk mencari solusi dari

masalah matematika dan ilmu lainnya. Salah satunya yaitu pembelajaran

matematika pada materi geometri (Linda, 2020). Di dalam pembelajaran


geometri diperlukan pemikiran dan penalaran yang kritis, serta kemampuan

abstraksi yang logis.

Geometri sangat erat kaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari, sebab segala visualisasi yang ada di muka bumi ini adalah sebuah

geometri. Geometri menyentuh setiap aspek dari kehidupan (Mamolo &

Rutteberg, 2015). Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang sangat

besar untuk dipahami oleh siswa karena mereka sebenarnya sudah mengenal

ide-ide geometri sejak lama sebelum mereka masuk sekolah, seperti

pengenalan garis, bidang, dan ruang (Susanto & Mahmudi, 2021).

Menurut Prihandoko dalam Asmianti & Hidayah (2019) geometri adalah

salah satu bagian dalam matematika yang diawali oleh sebuah titik. Titik

tersebut dapat membentuk suatu garis yang dapat menyusun suatu bidang dan

mengkonstruksi macam-macam bangun datar dan segi banyak. Kemudian

segi banyak dapat membentuk suatu bangun ruang. Sedangkan menurut Bird

dalam Asmianti & Hidayah (2019) geometri merupakan bagian dari

matematika yang mengkaji tentang titik, garis, bidang, dan ruang. Geometri

berkaitan dengan konsep abstrak yang dengan simbol-simbol dan konsep

tersebut terbentuk berdasarkan unsur yang didefinisikan secara induktif.

Dalam mempelajari geometri, siswa membutuhkan suatu konsep yang

matang sehingga siswa mampu menerapkan keterampilan geometri yang

dimiliki seperti menvisualisasikan, mengenal bermacam-macam bangun datar

dan ruang, mendeskripsikan gambar, menyeketsa gambar bangun, melabel

titik tertentu, dan kemampuan untuk mengenal perbedaan dan kesamaan antar
bangun geometri (Baeti, 2018). Kesulitan siswa dalam memahami konsep

geometri berhubungan erat dengan tingkat berpikir geometri siswa. Siswa

hanya mampu mengerti materi geometri sesuai dengan tingkat berpikirnya.

Dengan demikian, guru perlu mengetahui tingkat berpikir geometri siswa

agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan

berpikir siswa tersebut (Rahmawati, 2022).

Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika

menengah, sebab banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Salah

satunya yaitu pembelajaran matematika pada materi bangun datar segiempat.

Dengan mempelajari segiempat, siswa dapat lebih mudah dan cekat

menyelesaikan permasalahaan di kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya

dengan konsep tersebut, seperti menghitung serta mengukur luas dan keliling

pada tanah. Namun materi tersebut ialah salah satu pelajaran yang dianggap

sukar bagi siswa SMP, dimana siswa sering keliru dalam mengidentifikasi

bentuk segiempat, bahkan siswa tidak faham mengenai hubungan antara

bangun segiempat (Linda, 2020).

Kesulitan siswa dalam memahami definisi juga dipengaruhi oleh

gambaran mereka sendiri mengenai suatu bentuk jenis segiempat. Sehingga

definisi mereka tidak formal dan memengaruhi mereka dalam

mengklasifikasikannya (Burger & Shaughnessy, 1986; M De Villiers, 1994;

Fujita & Jones, 2007; Monaghan, 2000). Hasil penelitian Fujita (Fujita, 2012)

menemukan bahwa banyak pelajar mendefinisikan persegi panjang sebagai

segiempat yang mempunyai dua sisi panjang dan dua sisi pendek. Definisi
persegi panjang ini memberikan alasan siswa tidak menggolongkan persegi

termasuk persegi panjang, karena persegi mempunyai empat sisi yang sama

panjang. Terdapat siswa yang menganggap bahwa segiempat merupakan

sebuah kotak atau kubus, serta terdapat siswa yang tidak mengetahui

keterkaitan karakteristik bangun segiempat, sehingga terjadi kesulitan dalam

pendefinisian konsep segiempat (Amalliyah, 2021).

Penelitian-penelitian lainnya juga menggambarkan perkembangan konsep

geometri dalam level berpikir van Hiele meliputi keterkaitan antara

kemampuan mendefinisikan, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan

membuktikan terdapat dalam level berpikir van Hiele dalam menggambarkan

perkembangan konsep geometri (Crowley, 1987; Fuys et al., 1988; Gutiérrez,

Angel., Jaime, Adela ., & Fortuny, 1991; Ho, 2003). Penerapan teori van

Hiele diyakini dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam geometri. Hal

ini disebabkan karena teori Van Hiele menjelaskan perkembangan berpikir

siswa dalam belajar geometri. Pendapat ini didukung beberapa penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-penelitian

tersebut membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak

yang positif dalam pembelajaran geometri (Aisia, 2013).

Menurut De Villiers (Gutiérrez & Jaime, 1998) mengategorikan pemikiran

geometri yang sesuai dengan teori van Hiele yaitu: 1) mengenal dan

menunjukan jenis-jenis bentuk geometri; 2) menggunakan dan memahami

terminologi; 3) mendeskripsikan secara verbal sifat-sifat dari berbagai bentuk

geometri; 4) mengklasifikasikan bentuk geometri; dan 5) berpikir deduktif.


Level berpikir van Hiele terbagi ke dalam 5 tahapan yang saling simultan tiap

tahapannya. Penjelasan masing-masing dari tahapan-tahapan level van Hiele

adalah sebagai berikut (Crowley, 1987; van De Walle, J. A., Karp, K. S., &

Bay-Williams, 2016): Tahapannya dimulai dari level 0 (visualisasi), level 1

(analisis), level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi) dan level 4

(rigor/keterautran). Kelima level ini berkaitan erat dengan pembentukan

konsep dalam geometri karena dalam tahap berpikir geometri saling terkait

dan berurutan.

Peneliti mengambil istilah proses berpikir sebagai gambaran kegiatan

aktivitas mental yang melibatkan pemahaman konsep. Pemahaman konsep

dalam penelitian ini meliputi kemampuan siswa dalam mengidentifikasi,

mendefinisikan, mengklasifikasikan, dan membuktikan. Ketiga aktivitas

mental ini dapat dibimbing dan diarahkan untuk menentukan dan membangun

konsep dari setiap bentuk bangun datar (Linda et al., 2020). Salah satu cara

mengetahui pemahaman konsep adalah dengan memberikan persoalan pada

siswa. Ketika siswa diberikan suatu masalah matematika maka siswa akan

mengolah informasi yang ada dan memanggil kembali informasi yang

tersimpan dalam memori jangka panjang untuk memecahkan masalah

(Rohman, 2021). Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmat (Rahmat, 2019)

yang menyatakan bahwa proses berpikir adalah proses yang dimulai dari

penemuan informasi (dari luar atau diri siswa), pengolahan, penyimpanan dan

memanggil kembali informasi itu dari ingatan siswa.


Secara spesifik, peneliti memilih materi pokok segiempat untuk

menganalisis proses berpikir geometri dalam memahami konsep segiempat

siswa sekolah menengah pertama. Hal ini dikarenakan temuan-temuan

sebelumnya dan studi pendahuluan mengenai kelemahan siswa dalam

mengidentifikasi, mendefinisikan, dan mengklasifikasikan serta teori van

Hiele yang komprehensif mengenai gambaran perkembangan konsep

geometri tiap level berpikir.

Maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui proses berpikir siswa

dengan mengerjakan tes teori Van Hiele. Kemudian dilakukan pendeskripsian

sebagai hasil dari tes yang dilakukan. Memandang permasalahan yang ada,

maka peneliti mengangkat judul “Analisis Proses Berpikir Geometri

Menurut Teori Van Hiele Dalam Memahami Konsep Segiempat Siswa

Sekolah Menengah Pertama”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses berpikir geometri siswa pada tahap 0 (visualisasi)

menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat?

2. Bagaimana proses berpikir geometri siswa pada tahap 1 (analisis) menurut

teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat?

3. Bagaimana proses berpikir geometri siswa pada tahap 2 (deduksi

informal) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat?


4. Bagaimana proses berpikir geometri siswa pada tahap 3 (deduksi formal)

menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat?

5. Bagaimana proses berpikir geometri siswa pada tahap 4 (rigor) menurut

teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan

penelitian, yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan proses berpikir geometri siswa pada tahap 0

(visualisasi) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat

2. Untuk mendeskripsikan proses berpikir geometri siswa pada tahap 1

(analisis) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat

3. Untuk mendeskripsikan proses berpikir geometri siswa pada tahap 2

(deduksi informal) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep

segiempat

4. Untuk mendeskripsikan proses berpikir geometri siswa pada tahap 3

(deduksi formal) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep

segiempat

5. Untuk mendeskripsikan proses berpikir geometri siswa pada tahap 4

(rigor) menurut teori Van Hiele dalam memahami konsep segiempat


D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian mengenai

tahapan berpikir siswa dalam memahami konsep segiempat berdasarkan

teori Van Hiele.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Sebagai sarana belajar untuk memperoleh pengalaman dan

mendapatkan pengetahuan dalam memahami konsep segiempat.

2) Mendapat masukan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan mutu pendidikan ketika peneliti menjadi

seorang pendidik.

b. Bagi guru

Bisa memberikan informasi kepada guru serta calon guru mengenai

proses berpikir geometri siswa dalam memahami konsep segiempat

berdasarkan teori Van Hiele.

c. Bagi siswa

Mengetahui sejauh mana tingkatan berpikir siswa SMP dalam

memahami konsep segiempat sehingga siswa dapat memacu diri

dalam meningkatkan kemampuannya.


d. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan referensi tambahan dan bahan pertimbangan untuk

penelitian yang berkaitan. Tentunya penelitian ini masih terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu, terbuka lebar bagi peneliti lain untuk

melakukan kajian lanjutan di masa akan datang.

E. Batasan Istilah

Peneliti perlu melakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih

fokus.

1. Analisis

Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penjelasan secara

merinci bagaimana proses berpikir geometri siswa dalam memahami

konsep segiempat berdasarkan Teori Van Hiele.

2. Proses Berpikir

Proses berpikir yang dimaksud adalah proses dalam memahami konsep

yang dilandasi dengan berbagai ide atau gagasan yang ada dalam ingatan

seseorang yang sesuai dengan indikator-indikator.

3. Soal Geometri Segiempat

Yang dimaksud soal geometri segiempat dalam penelitian ini adalah soal

matematika mengenai materi segiempat yang disesuaikan dengan KD yang

harus dicapai siswa di sekolah pada tingkat SMP.

4. Tahapan Berpikir Van Hiele

Menurut teori Van Hiele, sesorang akan melalui lima tingkatan hierarkis

pemahaman dalam belajar geometri (Usiskin, 1982). Lima tahapan


tersebut adalah tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi

informal), tahap 3 (deduksi) dan tahap 4 (rigor). Setiap tahapan

menunjukkan perkembangan berpikir yang dilalui seseorang dalam belajar

geometri.
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori

1. Proses Berpikir

Proses berpikir merupakan suatu proses dimana siswa melakukan

serangkaian kegiatan dalam pikiran mereka sehingga tercipta suatu

pikiran atau gagasan baru. Sebelum proses berpikir siswa melakukan

kegiatan yang dinamakan berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan

mental yang melibatkan kerja otak, memikirkan sesuatu berarti

mengarahkan diri pada objek tertentu, menyedari kehadirannya secara

aktif menghadirkann dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau

wawasan tentang objek tersebut, kegiatan berpikir juga dirangsang oleh

kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami.

Siti Machmurotun (2014) menyatakan bahwa berpikir adalah

proses yang dialektis, artinnya selama berpikir, pikiran kita dalam

keadaan tanya jawab untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita,

dimana dalam berpikir kita memerlukan alat, yakni akal. Berpikir

merupakan salah satu bentuk aktivitas belajar. Biasanya, proses berpikir

menghasilkan penemuan baru atau setidaknya seseorang bisa mengetahui

hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain (Rohmah, 2018).

Selama kegiatan berpikir tersebut siswa melakukan serangkaian

proses untuk menghubungkan informasi yang diterima dan meresponnya

untuk mendapatkan pengetahuan atau penemuan baru. Kegiatan tersebut


dinamakan proses berpikir. Menurut Mayer dalam Siti Machmurotun

(2014) proses berpikir meliputi tiga komponen, diantaranya :

a. Berpikir adalah aktifitas kognitif yang terjadi didalam mental atau

pikiran seseorang yang tidak tampak akan tetapi dapat disimpulkan

dari perilaku yang nampak.

b. Berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa

manipulasi pengetahuan didalam sistem kognitif, pengetahuan yang

pernah dimiliki (disimpan dalam ingatan) digabungkan dengan

informasi sekarang, sehinggga mengubah pengetahuan seseorang

mengenai situasi yang sedang dihadapi.

c. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan penyelesaian masalah

atau diarahkan menuju pada penyelesaian masalah.

Dari beberapa teori di atas, dapat kita ketahui bahwa proses

berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah

atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media

yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek

yang memengaruhinya, yang di dalamnya terjadi peristiwa

mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan

mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman

sebelumnya untuk diperoleh suatu hasil berpikir.


2. Teori Van Hiele

Menurut Van De Walle terjemahan Suyono (2008:151)

“Visualisasi bisa disebut juga sebagai geometri yang dilakukan melalui

mata pikiran”. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan peserta didik

gambaran-gambaran dalam pikiran, berpikir bagaimana terlihat dari

berbagai sudut pandang tentang sifat-sifat dari suatu bentuk geometri.

Seluruh aktivitas yang menurut peserta didik untuk berpikir bentuk atau

merepresentasikan sebuah bentuk sebagaimana terlihat secara visualisasi

peserta didik.

Teori Van Hiele, yang diusulkan oleh Dina Van Hiele-Geldof dan

Pierre Van Hiele pada tahun 1957, adalah sebuah teori yang menjelaskan

tentang perkembangan pemahaman geometri pada anak-anak. Teori ini

mengidentifikasi lima level berbeda dalam perkembangan pemahaman

geometri dan menjelaskan bagaimana siswa dapat naik dari satu level ke

level yang lebih tinggi.

Teori Van Hiele termasuk teori pembelajaran dengan aliran

kognitif. Teori belajar yang dipaparkan oleh Van Hiele menjelaskan

beberapa tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri.

Berikut level-level belajar anak menurut teori Van Hiele, yaitu:

a. Tahap Pengenalan (Visualisasi)

Pada tahap pengenalan, siswa baru mengetahui bangun-bangun

geometri. Akan tetapi, belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari

bangun geometri.
b. Tahap Analisis

Pada tahap analisis, siswa sudah paham mengenai ciri-ciri bentuk

geometris, tetapi belum memahami hubungan antara bentuk geometris

yang satu dengan yang lainnya.

c. Tahap Deduksi Informal

Pada tahap ini, siswa dapat memahami hubungan terkait antara

bangun geometri yang satu dengan yang lain. Siswa yang ada pada

tahap ini sudah mahir dalam pengurutan bangun-bangun geometri.

Selain itu, siswa juga sudah mampu menyimpulkan secara deduktif,

tetapi masih dalam tahap awal yang artinya belum mengalami

kemajuan.

d. Tahap Deduksi

Pada tahap ini, siswa mampu memahami deduksi, yang artinya

menyimpulkan secara deduktif. Siswa juga sudah memahami betapa

pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping

unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem dan teorema

namun siswa belum memahami guna dari sistem deduktif.

e. Tahap Keakuratan (Rigor)

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam memahami geometri sehingga

perlu cara berpikir kompleks yang rumit. Pada tahap ini anak sudah

memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip dasar yang


melandasi suatu pembuktian. Siswa pada tahap ini sudah memahami

mengapa sesuatu dijadikan postulat atau dalil.

Prabowo dan Ristiani (2011) menyusun indikator tahap berpikir

geometri menurut Van Hiele sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Tahap Berpikir Geometri van Hiele

Tahap Indikator

1. Mengenal nama suatu bangun dalam geometri dan


mengenal bentuknya
Tahap 0 2. Memandang suatu bangun dalam geometri sekedar
karakteristik visual dan penampakannya.
(visualisasi) 3. Belum dapat memahami dan menentukan sifat bangun
dalam geometri serta ciri-ciri atau karakteristik dari
bangun yang ditunjukkan.
1. Mengenal bangun dalam geometri berdasarkan ciri-ciri
Tahap 1
dari masing-masing bangun.
2. Dapat menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu
(analisis)
bangun dalam geometri dan mengamati sifat-sifat yang
dimiliki oleh unsur-unsur tersebut
Tahap 2 1. Memahami hubungan antara ciri satu dengan ciri yang
lain pada suatu bangun dalam Geometri
(deduksi 2. Dapat memahami hubungan antara bangun yang satu
dengan bangun yang lain.
informal) 3. Memahami pengambilan keputusan sederhana, tetapi
belum memahami pembuktiannya.
1. Memahami peranan pengertian-pengertian, definisi-
Tahap 3
definisi, aksioma-aksioma dan teorema-teorema pada
suatu bangun
(deduksi)
2. Mampu menyusun bukti-bukti secara formal dan tepat
dalam sebuah pembuktian
1. Melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem
Tahap 4
matematika geometri, tanpa membutuhkan model bangun
yang konkret sebagai acuan.
(keakuratan)
2. Memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu
Geometri.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teori

Van Hiele merupakan salah satu teori pembelajaran aliran kognitif yang
menjelaskan tahapan berpikir siswa dalam mempelajari geometri yang

terdiri dari 5 tahap yaitu visualisasi (level 0), analisis (level 1), relasional

atau deduksi informal (level 2), deduksi formal (level 3) dan rigor (level

4).

3. Konsep Segiempat

Dalam penelitian ini, materi segiempat yang akan dibahas adalah

jajar genjang, persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapesium, dan

layang-layang. Sebelum mempelajari materi ini, terdapat istilah-istilah

penting untuk segiempat antara lain sebagai berikut.

a. Persegi

Persegi adalah suatu bangun segiempat yang memiliki panjang sisi

yang sama besar.

Sifat persegi:

1. Mempunyai 4 buah sumbu simetri serta simetri putar tingkat 4.

2. Bisa menempati bingkainya dengan 8 cara.

3. Keempat sisinya memiliki sama panjang (AB = BC = CD = AD).

4. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar (AB // CD dan BC // AD)

5. Pada masing-masing sudutnya sama besar (∠A = ∠B = ∠C = ∠D

=90°).

6. Diagonal-diagonalnya sama panjang (BD = AC).


7. Diagonal-diagonalnya saling berpotongan tegak lurus serta

membagi dua sama panjang (AO = OC = BO = OD).

Rumus persegi:

 Sisi-sisi: s
 Luas: L = s x s = s2
 Keliling: K = 4 x s

b. Persegi panjang

Persegi panjang adalah suatu bangun segiempat yang keempat

sudutnya siku-siku serta sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan

sejajar.

Sifat persegi:

1. Mempunyai 2 buah sumbu simetri serta simetri putar tingkat 2.

2. Bisa menempati bingkainya dengan 4 cara.

3. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang (AB = DC dan AD =

BC).

4. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar (AB // DC dan AD // BC).

5. Pada masing-masing sudutnya sama besar (∠A = ∠B = ∠C = ∠D

=90°) .
6. Diagonal-diagonalnya sama panjang (AC = BD).

7. Diagonal-diagonal saling berpotongan serta membagi dua sama

panjang (AO = OC = BO = OD).

Rumus persegi panjang:

 P: panjang
 L: lebar
 Luas: L = p x l
 Keliling: K = p + l + p + l atau K = 2 x (p + l)

c. Jajar Genjang

Jajar genjang merupakan bangun segi empat di mana masing-masing

pasang sisinya berhadapan sama panjang dan juga sejajar.

Sifat jajar genjang:

1. Sisi yang berhadapan sejajar serta sama panjang (AB = DC dan

AB // DC, AD = BC dan AD // BC)

2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besarnya yaitu ∠A = ∠C dan

∠B = ∠D.

3. Dua sudut yang berdekatan berjumlah 180o atau saling berpelurus

yaitu: ∠A + ∠B = ∠B + ∠C = ∠C + ∠D = ∠D + ∠A = 180°.

4. Jumlah semua sudutnya = 360o

5. Diagonal-diagonalnya membagi jajargenjang menjadi dua bagian

sama besar.
6. Kedua diagonal berpotongan di tengah-tengah (titik P) serta saling

membagi dua sama panjang (AP = PC dan BP = PD).

Rumus jajar genjang:

 Alas: a
 Tinggi:t
alas dan tinggi haruslah tegak lurus
 Luas: L = a x t
 Keliling: K = AB + BC + CD + DA = Jumlah semua sisi

d. Trapesium

Trapesium merupakan bangun segi empat yang mempunyai tepat

sepasang sisi sejajar. Trapesium di bagi menjadi 2 macam, yakni

Trapesium Sama Kaki serta Trapesium Siku-Siku.

Sifat umum trapesium:

1. Mempunyai sepasang sisi berhadapan sejajar (AB // DC)

2. Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar yaitu 180 o

∠A + ∠D = ∠B + ∠C = 180o

Rumus trapesium:

 Luas: L = ½ x (AB + DC) x t = ½ x Jumlah sisi yang sejajar x


tinggi
 Keliling: K = AB + BC + CD + DA = Jumlah semua sisi

e. Belah Ketupat

Belah ketupat merupakan suatu bangun datar dua dimensi yang

dibentuk oleh empat buah rusuk yang memiliki panjang yang sama.

Serta mempunyai dua pasang sudut bukan siku-siku yang mana pada

masing-masing sudutnya sama besar dengan sudut di hadapannya.

Sifat belah ketupat:

1. Keempat sisinya sama panjang dan juga berpasangan sejajar (AB

= BC = CD = DA dan AB // DC dan BC // AD)

2. Kedua diagonal berpotongan tegak lurus serta saling membagi

sama panjang (AC = BD serta AO = OC, BO = OD)

3. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar serta terbagi dua sama

besar oleh diagonal-diagonalnya, yaitu: ∠A = ∠C , ∠B = ∠D

Rumus belah ketupat:

 Diagonal: d
 Sisi-sisi: s
 Luas: L = ½ x d1 x d2 = ½ x AC x BD
 Keliling: K = 4 x s

f. Layang-layang

Layang-layang merupakan sebuah bangun datar dua dimensi yang

dibentuk oleh dua pasang rusuk yang mana pada masing-masing

pasangannya sama panjang serta saling membentuk sudut.

Sifat belah ketupat:

1. Memiliki dua pasang sisi yang salaing berdekatan sama panjang

(AD = DC dan AB = BC)

2. Dua diagonalnya saling tegak lurus serta yang satu membagi dua

yang lain sama panjang (AC ⊥ BD serta AT = TC)

3. Mempunyai sepasang sudut yang berhadapan sama besar

yaitu ∠BAD = ∠BCD

4. Mempunyai sebuah diagonal (BD) yang membagi dua sudut sama

besar yaitu ∠ADB = ∠BDC dan ∠ABD = ∠CBD.

Rumus belah ketupat:

 Diagonal: d
 Luas: L = ½ x d1 x d2 = ½ x BD x AC
 Keliling = K = AB + BC + CD + DA = 2(AB + CD) = Jumlah
semua sisi
B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan merupakan salah satu acuan peneliti dalam melakukan

penelitian sehingga peneliti dapat menambah banyak teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak

mendapatkan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian yang

diajukan peneliti. Akan tetapi peneliti mengambil beberapa penelitian sebagai

referensi dalam menambah bahan sebagai kajian.

Berikut beberapa penelitian terdahulu berupa artikel/jurnal terkait :

1. Penelitian dari Ahmad Sulthon Afifuddin, dkk. yang berjudul “Proses

Berpikir siswa dalam memecahkan masalah segiempat berdasarkan teori

Van Hiele”. Deskripsi dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan secara

jelas dan terperinci mengenai proses berpikir siswa dalam menyelesaikan

masalah segiempat berdasarkan teori Van Hiele. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan rendah berada pada level

0 tidak dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan

bahasa sendiri, siswa yang berkemampuan sedang berada pada level 1

kurang dapat mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan

bahasa sendiri, dan siswa berkemampuan tinggi berada pada level 2

mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa

sendiri.
2. Penelitian dari Detrik Venda Falupi dan sofil Widadah, dengan judul

“Profil Berpikir Geometris pada Materi Bangun Datar Ditinjau dari Teori

Van Hiele”. Deskripsi dalam penelitian ini yakni, 12 peserta didik pada

level 0 (visualisasi) atau 37,5%, 18 siswa peserta didik pada level 1

(analisis) atau 56,25%, dan masing-masing satu peserta didik pada level 2

(abstraksi) dan level 3 (deduksi) atau 3,125%.

3. Penelitian dari Iyad Mulyadi dan Dedi Muhtadi, dengan judul “Proses

Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan

Teori Van Hiele Ditinjau dari Gender”. Deskripsi dalam penelitian ini

yakni, ditinjau dari gender siswa laki-laki berkemampuan tinggi berada

pada level 2 (deduksi informal), siswa laki-laki berkemampuan sedang

berada pada level 1 (analisis), dan siswa laki-laki berkemampuan rendah

berada pada level 0 (visualisasi). Sedangkan siswa perempuan

berkemampuan tinggi dan sedang berada pada level 1 (analisis), dan siswa

perempuan berkemampuan rendah berada pada level 0 (visualisasi).

4. Penelitian dari Laili Nurul Fitriyah, dengan judul dengan judul “Proses

Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan

Teori Van Hiele Kelas VIII I SMPN 3 Kedungwaru.”. Deskripsi dalam

penelitian ini untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam

menyelesaikan masalah geometri berdasarkan teori Van Hiele pada siswa

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa siswa berkemampuan tinggi mampu mencapai 3 tahap teori van

hiele yakni tahap 0, tahap 1, dan tahap 2. Siswa yang berkemampuan


sedang mampu mencapai 2 tahap teori van hiele yaitu tahap 0 dan tahap 1.

Siswa yang berkemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah

geometri hanya mampu mencapai satu tahap teori van hiele yakni tahap 0.

5. Penelitian dari Lisa Aditya Musa dengan judul dengan judul “Level

Berpikir Geometri Menurut Teori Van Hiele Berdasarkan Kemampuan

Geometri dan Perbedaan Gender Siswa Kelas VII SMPN 8 Pare-Pare.”.

Deskripsi dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan level berpikir

geometri menurut teori Van Hiele berdasarkan kemampuan geometri dan

perbedaan gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) subjek LT

berada pada level 2 pra pengurutan (level 2 belum maksimal), subjek

kurang memahami hubungan antarbangun dalam membangun definisi, (b)

subjek PT berada pada level 2 pra pengurutan (level 2 belum maksimal),

subjek kurang memahami hubungan antarbangun dalam membangun

definisi, (c) subjek LR berada pada level 1 analisis, subjek dapat

menentukan sifat-sifat suatu bangun sedangkan (d) subjek PR berada pada

level 1 analisis, subjek dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif yang cenderung

menggunakan analisis. Penelitian kualitatif menitik beratkan pada peneliti dengan

mengkajji proses dengan landasan teori sebagai fokus peneliti untuk memberikan

gambaran umum tentang latar belakang penelitian dan pembahasan hasil

penelitian. Penelitian ini mendeskripsikan proses berpikir geometri menurut teori

Van Hiele dalam memahami konsep segiempat siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam

penelitian kualitatif, pengambilan subjek penelitian digunakan untuk menjaring

sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber yang digunakan untuk merinci

kekhususan yang ada. Tujuan lainnya adalah untuk mencari informasi yang akan

menjadi dasar dari kesimpulan atau rancangan teori yang muncul dari fenomena

yang ada. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif digunakan sampel bertujuan

(Purposive Sample) bukan sampel acak. (Moleong, 2012:224). Subjek diambil

tidak ditekankan pada jumlah tetapi ditekankan pada kualitas pemahaman kepada

masalah yang diteliti


Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 1 Tinambung.

Subjek di dalam penelitian ini dipilih melalui tes VHGT (Van Hiele Geometry

Thinking) diambil berdasarkan pengklasifikasian tingkat berpikir teori Van Hiele.

C. Instrumen Penelitian

Berikut instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Instrumen Utama

Instrumen utama pada penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Hal ini

dikarenakan peneliti yang memecahkan dan mengumpulkan data secara

langsung dari subjek.

2. Instrumen Pendukung

a. Soal Tes

Soal tes menjadi instrumen pendukung. Lembar soal tes pada

penelitian ini menggunakan Van Hiele geometry test (VHGT) yang

dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengumpulkan data tertulis

mengenai tingkat berpikir geometri sujek penelitian dalam materi

segiempat dengan mengadopsi, mengembangkan dan memodifikasi

soal-soal yang berasal dari Van Hiele Geometry Thinking (VHGT)

(Usiskin, 1982), A Model of Test Design To Assess The Van Hiele

Levels oleh Jaime dan Gutierrez, Lawrie dan Pegg (1999), Burger dan

Shaughnessy Task (1985. Adapun tes VHGT terdiri dari 5 soal sesuai

tingkatan berpikir van hiele. Kemudian lembar tes Proses Berpikir

yang akan digunakan untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam

menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan.


b. Wawancara

Pedoman wawancara dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan

secara langsung informasi dari subjek penelitian. Jenis wawancara

yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur. Pada saat

wawancara dilakukan, peneliti mengajukan pertanyaan yang mampu

memperoleh hasil bagaimana pemahaman siswa dalam menjawab soal.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memverifikasi hasil tes.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap, sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Mengadakan observasi disekolah yang akan diteliti yaitu SMPN 1

Tinambung

b. Meminta surat izin penelitian

c. Meminta izin melakukan penelitian sekaligus menyerahkan surat izin

penelitian kepada pihak sekolah atau kepala sekolah

d. Koordinasi dengan guru Matematika SMPN 1 Tinambung

e. Menyusun Proposal penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyusun instrument berupa tes dan pedoman wawancara materi

segiempat

b. Melakukan validasi instrumen oleh beberapa ahli

c. Memberikan tes Van Hiele Geometry Thinking (VHGT)


d. Memeriksa tes Van Hiele Geometry Thinking (VHGT) yang telah

diberikan

e. Memilih subjek penelitian dilihat dari hasil pengerjaan VHGT siswa

f. Memberikan tes proses berpikir

g. Memeriksa tes proses berpikir yang telah diberikan

h. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian

i. Mengumpulkan data secara menyeluruh

j. Melakukan analisis data

k. Menarik kesimpulan

l. Penulisan laporan penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menentukan data yang dibutuhkan, maka diperlukan adanya suatu

teknik pengumpulan data agar bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperoleh sebagai

data-data objektif, valid serta tidak ada penyimpangan dari keadaan sebenarnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Metode Tes

Peneliti akan memberikan tes kepada siswa untuk mengumpulkan

informasi tentang tingkat berpikir geometri siswa sesuai dengan teori Van

Hiele pada materi segiempat. Bentuk tes yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah tes isian singkat agar memudahkan peneliti dalam

mengidentifikasi masalah yang menjadi fokus penelitian. Dari tes isian ini
peneliti dapat melihat bagaimana proses berpikir geometri siswa menurut

teori van hiele dalam memahami konsep segiempat.

2. Metode Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengkonfirmasi dan menelusuri

lebih dalam hasil tes proses berpikir yang akan diberikan. Hal yang

menjadi pokok dalam proses wawancara adalah peneliti bermaksud

mengetahui bagaimana proses berpikir siswa dalam memahami konsep

segiempat dalam menjawab tes yang diberikan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari

catatan-catatan mengenai data pribadi subjek. Dokumentasi diambil dari

siswa kelas VIII A maupun segala hal yang berhubungan dengan SMPN 1

Tinambung yang membantu pengumpulan informasi penelitian.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, suatu data dikatakan valid apabila tidak terdapat

perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dan apa yang terjadi dilapangan.

Di dalam penelitian ini, data akan divalidasi dengan menggunakan triangulasi.

Teknik triangulasi menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa teknik triangulasi

merupakan teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Triangulasi yang

digunakan ialah triangulasi sumber yang dilakukan dengan menggali kebenaran

informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,
selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, catatan resmi, catatan

atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

G. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data kualitatif terdapat tiga kegiatan yang berlangsung.

Hal ini diungkapkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014) yaitu data

condensation, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data yaitu kegiatan menyederhanakan, menggolongkan dan

memilah data yang tidak perlu sedemikian rupa sehingga memperoleh

informasi yang signifikan dan mudah dalam penarikan kesimpulan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengelompokan atau penyatuan dari

informasi yang memungkinkan penyimpulan. Penyajian data membatu

dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk

analisis yang lebih mendalam.

3. Penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing)

Dari permulaan pengumpulan data, seorang pengalisis kualitatif mulai

mencari arti dan konfigurasi yang mungkin. Suatu penarikan kesimpulan

dianggap kredibel jika didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti ke lapangan mengumpulkan data. Hal ini diperoleh dengan

cara membandingkan analisis hasil pekerjaan dan wawancara.


Daftar Pustaka

Afifuddin, A. S., & Budiarto, M. T. (2018). Proses Berpikir Siswa dalam


Memecahkan Masalah Segiempat Berdasarkan Teori Van
Hiele. MATHEdunesa, 7(2), 221-224.
Aisia, U.S., & Mega. T. (2013). Profil keterampilan geometri siswa smp dalam
memecahkan masalah geometri berdasarkan level perkembangan berfikir
van hiele. Universitas Negeri Surabaya.
Amalliyah,N. Dewi, N. Dwijanto (2021). Tahap berpikir geometri siswa SMA
berdasarkan teori van hiele ditinjau dari perbedaan gender. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Semarang.
Asmianti, N., & Hidayah, A. N. (2019). Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak melalui Media Karpet Geometri. Jurnal Riset Golden Age PAUD
UHO, 2(2), 167-176.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36709/jrga.v2i2.8367
Baeti.N & Murtalib. (2018). Analisis keterampilan geometri siswa dalam
memecahkan masalah geometri berdasarkan tingkat berpikir van hiele di
Mts Muhammadiyah 1 Malang. Supermat Jurnal Pendidikan Matematika.
Burger, W. F., & Shaughnessy, J. M. (1986). Characterizing the van Hiele Levels
of Development in Geometry. Journal for Research in Mathematics
Education, 17(1), 31–48.
Cesaria, A., Herman, T., & Dahlan, J.A. (2021). Level Berpikir Geometri Peserta
Didik Berdasarkan Teori Van Hiele pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Journal Elemen: Universitas Hamzanwadi
Chotimah, S., Bernard, M., & Wulandari, S. M. (2018). Contextual Approach
Using VBA Learning Media to Improve Students’ Mathematical
Displacement and Disposition Ability. Journal of Physics: Conference
Series 948 012025.
Crowley, M. L. (1987). The van Hiele Model of the Development of Geometric
Thought. In Learning and Teaching Gemretry, K-12, (pp. 1–16). National
Council of Teachers of Mathematics.
De Villiers, M. (1994). The role and function of a hierarchical classification of
quadrilaterals. For the Learning of Mathematics, 14(1), 11–18.
De Villiers, M. (2010). Some Reflections on the Van Hiele theory. The 4th
Congress of Teachers of Mathematics of the Croatian Mathematical
Society. https://www.researchgate.net/publication/264495589
De Villiers, M. (1996). The Future of Secondary School Geometry Michael de
Villiers. The SOSI Geometry Imperfect Conference, 2-4 October.
Fuys, D., Geddes, D., & Tischler, R. (1988). The Van Hiele Model of Thinking in
Geometry among Adolescents. Journal for Research in Mathematics
Education. Monograph, 3, i – 196.
Gutiérrez, Angel., Jaime, Adela ., & Fortuny, J. M. (1991). An Alternative
Paradigm to Evaluate The Acquisition Acquisition of The Van Hiele Levels.
Journal for Research in Mathematics Education, 22(3), 237–251.
Linda, L., Bernard, M., & Fitriani, N. (2020). Analisis Kesulitan Siswa SMP
Kelas VIII pada Materi Segiempat dan Segitiga Berdasarkan Tahapan
Berpikir van Hiele.
Mamolo, A., & Ruttenberg, R. (2015). Developing a network of and for geometric
reasoning. ZDM, (April 2016).
https://doi.org/10.1007/s11858-014-0654-3.
Musa, L. A. D. (2018). Level berpikir geometri menurut teori van Hiele
berdasarkan kemampuan geometri dan perbedaan gender siswa kelas VII
SMPN 8 Pare-Pare. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, 4(2), 103–116.
https://doi.org/10.24256/jpmipa.v4i2.255
Mulyadi, I., & Muhtadi, D. (2019). Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah geometri berdasarkan Teori Van Hiele ditinjau dari gender. JP3M
(Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika), 5(1), 1-8.
Palupi, D. V., & Widadah, S. (2016). Profil Berpikir Geometris pada Materi
Bangun Datar Ditinjau dari Teori Van Hiele. jurnal pendidikan
matematika, 4(1), 1-8.
Prabowo, Ardhi dan Ristiani, Eri. Rancangan Bangun Instrumen Tes Kemampuan
Keruangan Pengembangan Tes Kemampuan Keruangan Hubert Maier dan
Identifikasi Penskoran Berdasarkan Teori Van Hiele. Jurnal Kreami, Vol. 2
No. 2. Desember 2009
Rahmat, T. (2019). Proses Berpikir Mahasiswa Pendidikan Matematika IAIN
Bukittinggi. Math Educa Journal, 3(1), 98–108.
Rahmawati, Sridana.N, Triutami. T.W (2023). Analisis Tingkat Berpikir Geometri
Siswa Menurut Teori Van Hiele dari Gaya Belajar.Journal of Classroom
Action Research.. Universitas Mataram.
Rohmah, N. (2018). Psikologi pendidikan. CV Jakad Media Publishing.
Rohman, H.A, Juandi, D & Jupri, A. (2021). Berpikir Geometri Level Visualisasi
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Topik Segiempat menurut Teori
Van Hiele. Alifmatika: Journal of Mathematics Education and Learning.
Siti Machmurotun Chilmiyah (2014). Kemampuan Berpikir Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika (The Thinking Ability of Students
in Solving Mathematics Story Problem), Jurnal Pendidikan Matematika
STKIP PGRI Sidoarjo, Vol. 2, No. 2, 2014, hal. 238
Susanto, S., & Mahmudi, A. (2021). Tahap Berpikir Geometri Siswa SMP
Berdasarkan Teori Van Hiele Ditinjau dari Keterampilan Geometri. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 8(1), 106-116
Van De Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay-Williams, J. (2016). Elementary and
Middle School Mathematics, Teaching Developmentally. Pearson
Education.

Anda mungkin juga menyukai