Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

NCTM dalam Ekananda dkk (2020) menegaskan bahwa pemecahan masalah

itu sangat penting karena termasuk bagian batasan dalam proses pembelajaran

matematika, oleh karena itu hal tersebut tidak diperkenankan dilepaskan dari

pembelajaran matematika. Pemecahan masalah metematika merupakan upaya

yang diterapkan siswa dalam penyelesaian soal matematika dengan

mengkombinasikan semua pengetahuan yang tersimpan dan perihal yang dimiliki

sebelumnya (Padliani dkk, 2017).

Pemecahan masalah dianggap sebagai inti matematika karena berbagai

macam kegiatan matematika adalah untuk memecahkan masalah. Dengan

memecahkan suatu masalah dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan

matematika. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dan merupakan

salah satu dari lima standar proses matematika selain komunikasi, penalaran dan

bukti, koneksi, dan representasi matematis (Winata, 2018).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa Indonesia adalah dengan memasukkan

numerasi sebagai salah satu kompetensi utama yang diukur dalam Asesmen

Nasional yang setiap komponennya mengacu pada komponen-komponen dalam

PISA dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) (Pusat

Asesmen dan Pembelajaran, 2020). Numerasi didefinisikan sebagai suatu

kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika

untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang

129
relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia (Pusat Asesmen

dan Pembelajaran, 2020).

Dalam memecahkan masalah, terdapat langkah-langkah. Langkah penting

yang harus ditempuh siswa untuk menyelesaikan masalah menurut Polya (1973)

ada empat tahapan yakni memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Hasil penelitian

dari Kurniati dkk (2023) menyatakan bahwa pada proses memahami masalah,

siswa cenderung menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan

informasi penting. Pemecahan masalah merupakan cara paling tepat untuk

mengasah pola pikir siswa yang dimiliki. Seorang guru dalam mengajarkan

matematika harus memperhatikan tahapan berpikir siswa. Untuk mengatasi

masalah tersebut, dalam pembelajaran matematika khususnya, guru harus selalu

memahami tahapan berpikir siswa khususnya materi geometri (Linda, 2020).

Dalam memecahkan masalah geometri dibutuhkan pola berpikir dalam

menerapkan konsep dan keterampilan dalam memecahkan masalah tersebut.

Tetapi dalam kenyataannya siswa-siswa masih mengalami kesulitan dalam

mempelajari dan memecahkan soal-soal geometri. Dengan demikian, guru perlu

mengetahui tahapan berpikir geometri siswa agar dapat melaksanakan proses

pembelajaran yang sesuai dengan tahapan berpikir siswa tersebut (Rahmawati,

2022).

Teori yang membahas tahapan berpikir adalah tahapan berpikir menurut Van

Hiele. Tahap berpikir van Hiele terbagi ke dalam 5 tahapan yang saling simultan

tiap tahapannya. Penjelasan masing-masing dari tahapan-tahapan level van Hiele


adalah sebagai berikut (Crowley, 1987; van De Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay-

Williams, 2016): Tahapannya dimulai dari level 0 (visualisasi), level 1 (analisis),

level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor/keteraturan).

Kelima level ini berkaitan erat dengan pembentukan konsep dalam geometri

karena dalam tahap berpikir geometri saling terkait dan berurutan.

Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa siswa pada sekolah

menengah pertama baru sampai pada level 0 – 2 pada teori Van Hiele. Penelitian

yang dilakukan Burger & Shaughnessy (1986) menyatakan bahwa level berpikir

siswa SMP dalam belajar geometri tertinggi pada level 2 (deduksi informal) dan

sebagain besar berada pada level 0 (visualisasi). Pernyataan ini juga didukung

oleh pendapat Van de Walle (2001) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa

SMP/MTs berada pada level 0 (visualisasi) sampai level 2 (deduksi informal).

Secara spesifik, peneliti memilih materi pokok segiempat dan segitiga untuk

menganalisis proses pemecahan masalah numerasi siswa berdasarkan teori Van

Hiele. Hal ini dikarenakan temuan-temuan sebelumnya dan studi pendahuluan

mengenai kelemahan siswa dalam mengidentifikasi, mendefinisikan, dan

mengklasifikasikan serta teori van Hiele yang komprehensif dengan proses

pemecahan masalah numerasi pada tiap tahap berpikir.

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Batasan Istilah

Kajian Teori

1. Pemecahan masalah numerasi

Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan penting yang harus

dimiliki oleh siswa (Nurhayati dkk, 2020). Widodo dkk (2019)

mengemukakan alasan pentingnya yaitu pemecahan masalah sebagai

kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa, diantaranya pemecahan

masalah dapat melatih siswa dalam merumuskan konsep dan

mengembangkan ide-ide berdasarkan permasalahan yang ada, serta

pemecahan masalah juga menjadi salah satu standar proses kemampuan

berpikir sekaligus tujuan utama dalam pembelajaran matematika.

Aktivitas siswa dalam memecahkan suatu masalah disebut juga dengan

proses pemecahan masalah (Roebyanto dan Harmini, 2017). Salah satu

tahapan pemecahan masalah yang terkenal dan sering menjadi rujukan

adalah tahapan Polya. Tahapan Polya merupakan tahapan pemecahan

masalah yang terkenal dan sering digunakan untuk memecahkan masalah

karena setiap tahapan yang dikemukakan cukup sederhana dan setiap

aktivitas dalam tahapan tersebut cukup jelas (Sukayasa, 2012). Adapun

empat tahapan pemecahan masalah menurut Polya yaitu memahami

masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa

kembali.
Masalah numerasi yang digunakan dalam penelitian ini menyajikan

masalah dengan menggunakan ilustrasi yang kontekstual dan informatif

(Sani, 2021). Selain itu, masalah numerasi yang disajikan sering kali tidak

terstruktur, memiliki satu atau lebih cara penyelesaian, atau bahkan tidak

memiliki penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor

nonmatematis (Mahmud dan Pratiwi, 2019). Oleh karena itu, numerasi

bisa dijadikan sebagai salah satu permasalahan yang dapat digunakan

untuk mengetahui proses pemecahan masalah siswa.

2. Numerasi

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur,

fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari (Sari

dkk, 2021). Numerasi digunakan untuk mengenali peran matematika

dalam kehidupan. Dengan demikian, siswa dengan kemampuan

matematika tinggi mampu menggunakan berbagai macam angka atau

simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk menyelesaikan

masalah, mampu menganalisis informasi tersebut dalam bentuk grafik,

diagram dan lain sebagainya dan menggunakan informasi tersebut dalam

menyelesaikan masalah.

3. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele, yang diusulkan oleh Dina Van Hiele-Geldof dan

Pierre Van Hiele pada tahun 1957, adalah sebuah teori yang menjelaskan
tentang perkembangan pemahaman geometri pada anak-anak. Teori ini

mengidentifikasi lima level berbeda dalam perkembangan pemahaman

geometri dan menjelaskan bagaimana siswa dapat naik dari satu level ke level

yang lebih tinggi.

Teori Van Hiele termasuk teori pembelajaran dengan aliran kognitif.

Teori belajar yang dipaparkan oleh Van Hiele menjelaskan beberapa tahap

perkembangan kognitif dalam memahami geometri. Berikut level-level

belajar anak menurut teori Van Hiele, yaitu:

a. Tahap Pengenalan (Visualisasi)

b. Tahap Analisis

c. Tahap Deduksi Informal

d. Tahap Deduksi

e. Tahap Keakuratan (Rigor)

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif.

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tinambung. Sekolah ini terletak

di Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tinambung. Peneliti

memilih siswa kelas IX A sebagai subjek dengan pertimbangan bahwa siswa

tersebut telah mempelajari materi segiempat dan segitiga, mendapatkan


pengetahuan serta konsep mengenai materi matematika yang akan digunakan

dalam penelitian ini.

Instrumen Penelitian

Instrumen utama pada penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan

peneliti yang memecahkan dan mengumpulkan data secara langsung dari subjek.

Prosedur Penelitian

Tahap persiapan

Tahap pelaksanaan

Teknik pengumpulan data

Metode tes

Metode wawancara

Keabsahan data

Triangulasi sumber

Teknik Analisis data

Kondensasi data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Bab IV

Tabel hasil tes VHGT tersebut, dapat dideskripsikan bahwa untuk level berpikir

tahap 0 (Visualisasi) ada sebanyak 12 siswa, sedangkan untuk level berpikir tahap

1 (Analisis) hanya ada 2 siswa dan level berpikir tahap 2 (Deduksi Informal) juga

hanya ada 2 siswa. Dari hasil tes VHGT juga ditemukan 8 siswa bahkan tidak bisa

mencapai tahap 0 (visualisasi).


1. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 0 (Visualisasi) dalam menyelesaikan pertanyaan 1

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Muarifah (2016) bahwa

subjek tingkat 0 (visualisasi) sudah mampu untuk memahami soal. Subjek

menyadari adanya hubungan antar bangun, namun belum bisa

menggunakannya dalam memecahkan masalah. Penelitian Cesaria (2021)

juga mengemukakan bahwa siswa dapat memahami maksud soal yang

memuat level indikator visualisasi.

2. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 0 (Visualisasi) dalam menyelesaikan pertanyaan 2

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rijal (2022) bahwa siswa

pada tahap 0 mampu menunjukkan bangun datar segitiga, subjek hanya dapat

memaparkan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal.

Berdasarkan dari wawancara dengan siswa pada tahap 0 dapat disimpulkan

bahwa siswa mampu memahami dan mendiagnosa masalah namun tidak

dapat menjawab soal dengan benar. Penelitian dari Marlinda (2016) juga

mengemukakan bahwa pemecahan masalah pada siswa yang mencapai tahap

visualisasi adalah kesulitan dalam mengidentifikasi masalah dan menentukan

tujuan dengan menggunaka bahasa soal.

3. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 1 (Analisis) dalam menyelesaikan pertanyaan 1

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2019) bahwa

siswa pada level 1 atau level analisis dapat menentukan sifat-sifat suatu
bangun dengan melakukan pengamatan, menggambar dan membuat model.

Meskipun demikian, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan

antara sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat hubungan antara beberapa

bangun geometri dan mereka belum mampu memahami definisi.

4. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 1 (Analisis) dalam menyelesaikan pertanyaan 2

Sejalan dengan temuan Fitriyah (2020) yang mengemukakan bahwa siswa

pada tahap analisis mampu menyebutkan sifat-sifat dari kelompok bangun

segitiga, siswa dalam menyebutkan sifat dari segitiga kurang spesifik, dalam

wawancara ketika ditanya kembali mengenai sifat dari kelompok bangun

segitiga siswa mampu menjawab beberapa sifat dari segitiga.

5. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 2 (Deduksi Informal) dalam menyelesaikan

pertanyaan 1

Hal ini sejalan dengan Petrus (2017) bahwa proses berpikir subjek pada

tahap 2 dalam menyelesaikan soal yang terkait sifat-sifat geometri

mengidentifikasikan bangun berdasarkan bentuk yang dilihatnya secara utuh,

tetapi belum mampu untuk menyelesaikan masalah dengan tepat dan benar.

6. Deskripsi Proses Pemecahan Masalah Numerasi Siswa berdasarkan

Teori Van Hiele tahap 2 (Deduksi Informal) dalam menyelesaikan

pertanyaan 2

Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fitriah (2020) bahwa siswa

pada tahap 2 (deduksi informal) dapat melanjutkan pengklasifikasian model


akan tetapi belum mampu memecahkan masalah yang melibatkan sifat-sifat

bangun yang dikenalinya. Hal ini juga sependapat dengan penelitian Eusebia

(2017) bahwa siswa dengan tingkatan berpikir van hiele level 2 adalah siswa

yang mampu menjawab tetapi kurang tepat.

Bab V

1. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 0 (Visualisasi) materi

segiempat pada langkah memahami masalah hanya dapat menuliskan

informasi yang diketahui dan ditanyakan. Siswa tidak memahami langkah

penyelesaiannya sehingga berdampak pada langkah selanjutnya yaitu

merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa

kembali.

2. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 0 (Visualisasi) materi

segitiga pada langkah memahami masalah tidak dapat menuliskan informasi

yang diketahui dan ditanyakan dengan lengkap yang berdampak pada

langkah selanjutnya yaitu merencanakan penyelesaian, menyelesaikan

masalah dan memeriksa kembali.

3. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 1 (Analisis) materi

segiempat pada langkah memahami masalah dapat menuliskan informasi

dengan lengkap namun pada langkah merencanakan penyelesaian, siswa

tidak dapat menuliskan model matematika dengan benar sesuai kebutuhan

untuk menjawab soal sehingga berdampak pada langkah penyelesaian

masalah dan memeriksa kembali


4. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 1 (Analisis) materi

segitiga pada langkah memahami masalah dapat menuliskan informasi dengan

benar. Pada langkah merencakan penyelesaian, siswa dapat merencanakan dan

membuat model yang akan digunakan namun tidak dapat melanjutkan dan

menyelesaikan masalah. Kemudian siswa juga tidak sempat untuk memeriksa

kembali jawabannya.

5. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 2 (Deduksi Informal)

materi segiempat pada langkah memahami masalah dapat menuliskan

informasi yang diketahui dan ditanyakan dengan lengkap dan benar. Siswa

pada langkah merencanakan penyelesaian dapat menggunakaan informasi

yang ada dan menuliskan model matematika dengan baik. Namun pada

langkah menyelesaikan masalah, siswa tidak dapat menyelesaikan masalah

dengan benar dikarenakan siswa sudah tidak mengetahui cara seperti apa yang

harus digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kemudian pada langkah

memeriksa kembali siswa telah melakukan langkah tersebut.

6. Proses pemecahan masalah numerasi siswa pada tahap 2 (Deduksi Informal)

materi segitiga pada langkah memahami masalah dapat menuliskan dan

menentukan informasi dengan lengkap dan benar. Siswa pada langkah

merencakan penyelesaian dapat menggunakan informasi yang ada dan dapat

menuliskan model matematika yang ia tuliskan. Pada langkah menyelesaikan

masalah, siswa telah menuliskan penyelesaian masalah dengan baik namun

siswa tidak berhasil untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang ditanyakan

pada soal. Kemudian siswa juga telah memeriksa kembali jawabannya

sebelum mengumpulkannya.

Anda mungkin juga menyukai