Fix - Lap KMKP Mar 17, Pdsa
Fix - Lap KMKP Mar 17, Pdsa
I. PENDAHULUAN
Salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan RS adalah adanya penilaian
mutu pelayanan dengan indikator mutu pelayanan RS. Peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dilakukan berdasarkan tersedianya data. Penggunaan data secara efektif dapat
dilakukan berdasarkan evidence-based praktek klinik dan evidence-based praktek
manajemen. Berhubung sebagian besar rumah sakit mempunyai sumber daya terbatas,
maka rumah sakit ini tidak dapat mengumpulkan data untuk menilai semua hal yang
diinginkan.
Rumah Sakit Aura Syifa Kediri telah menentukan indikator mutu klinis dan indikator
mutu manajemen yang dinilai (diukur) dengan mengacu pada misi rumah sakit, kebutuhan
pasien dan jenis pelayanan. Penilaian terfokus pada proses yang berimplikasi risiko tinggi,
diberikan dalam volume besar atau cenderung menimbulkan masalah.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Aura Syifa Kediri sesuai dengan standar dan berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu pelayanan klinis
b. Meningkatkan mutu manajemen
IV. SASARAN
Sasaran program penilaian indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Aura Syifa Kediri
meliputi area klinis dan area manajemen.
Indikator mutu klinis adalah sebagai berikut :
No Jenis Area Klinis Indikator Standar Penanggung
. Jawab
1 Asesmen Ketidaklengkapan assesmen 0% Ka. Instalasi
terhadap area medis awal pasien rawat inap Rawat Inap
klinik dalam 24 jam
2 Pelayanan Pelaksanaan ekspertisi oleh 100% Ka. Instalasi
laboratorium dokter spesialis patologi klinik Laboratorium
3 Pelayanan Pelaksanaan ekspertisi oleh 100% Ka. Instalasi
radiologi dan dokter spesialis radiologi Radiologi
diagnostic
imaging
V. LAPORAN KEGIATAN
Kegiatan penilaian mutu klinis dan mutu manajemen ini telah mulai dilaksanakan
pada bulan Juli 2016. Dari hasil evaluasi kegiatan dan pertemuan koordinasi dengan
Direksi RS kemudian dipilih dan ditetapkan Indikator mutu pelayanan yang meliputi
indikator klinis, indikator manajerial, dan indikator international library measure yang baru.
Pada 10 (sepuluh) area klinis ditetapkan sebanyak 7 (tujuh) indikator klinis baru dan 3 (tiga)
indikator lama. Pada 9 (Sembilan) area manajemen ditetapkan sebanyak 7 (tujuh) indikator
manajerial baru dan 2 (dua) indikator lama. Sedangkan untuk indikator internasional library
measure juga telah dipilih dan ditetapkan sebanyak 5 (lima) indikator. Dari masing-masing
indikator juga telah disusun profil / kamus indikator beserta instrument pendukungnya yang
meliputi form sensus (sesuai periode pengumpulan data) dan form register pasien.
Sosialisasi telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2016.
Pengumpulan dan pencatatan data serta validasi dan analisis data dilaksanakan
bulan Juli 2016. Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan pada indikator klinis dan
manajemen, sedangkan validasi data hanya dilakukan terhadap indikator klinis saja.
Laporan validasi data indikator mutu klinis RS. Aura Syifa Kediri bulan Januari 2017 bisa
dilihat dalam lampiran.
Ketidaklengkapan assesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap
Ketidaklengkapan assesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap bulan
Maret 2017 adalah 43%. Angka ini belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu
100%. Bahkan belum mencapai target awal yang ditetapkan yaitu 80%. Adapun formulir
yang tidak diisi dengan lengkap adalah sebagai berikut :
1. Riwayat obat /rekonsiliasi obat
2. Keterangan pasien datang sendirri atau rujukan
3. Keterangan pasien waktu masuk RS
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketidaklengkapan assesmen medis awal pasien rawat inap dalam 24
jam
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan assesmen pasien.
2. Sudah ada Form Assesmen Awal Medis
PROSES
1. DPJP tidak mengisi assesmen medis awal pasien rawat inap dalam
24 jam setelah pasien dinyatakan rawat inap oleh karena sibuk dan
terburu-buru.
2. DPJP mengisi assesmen medis awal pasien rawat inap namun
hanya item tertentu saja.
OUTCOME
Assesmen medis awal pasien rawat inap yang terdapat dalam berkas
rekam medik belum terisi lengkap terutama 24 jam pertama kali
dilakukan assesmen, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
99.4 99.2
100 98.8
98
96
94
92 90 90 90
90
88
86
84
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis patologi klinik dalam 24
jam
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO pelaporan nilai kritis.
2. Sudah ada SPO ekspertise
3. Fasilitas : ada mesin / alat hematologi dan kimia darah, elektrolyte
analyzer, mesin centrifuge dan pipet.
4. SDM : Belum ada dokter spesialis patologi klinik internal (tetap)
PROSES
1. Jumlah petugas laboratorium terbatas.
2. Dokter spesialis patologi klinik paruh waktu
OUTCOME
Pelaksanaan ekspertisi tidak dilaksanakan dokter spesialis patologi
klinik dalam 24 jam.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
93
93
92.5
92
91.5
91
90.5 90 90 90 90 90
90
89.5
89
88.5
Jan-17 Februari 207 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis radiologi
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO pelaporan hasil kritis.
2. Sudah ada SPO ekspertise.
3. Fasilitas : ada mesin / alat pemeriksaan radiologi dan CR.
4. SDM : Belum ada dokter spesialis radiologi internal (tetap).
PROSES
1. Jumlah petugas radiologi terbatas.
2. Dokter spesialis radiologi paruh waktu.
OUTCOME
Pelaksanaan ekspertisi tidak dilaksanakan dokter spesialis radiologi
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Action :
1. Lakukan pengukuran indikator mutu pelaksanaan ekspertisi oleh
dokter spesialis radiologi.
2. Sosialisasi pencapaian indikator mutu dan evaluasi di Instalasi
Radiologi.
3. Mengusulkan untuk melakukan kerjasama dengan dokter spesialis
radiologi sebagai dokter tetap.
Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut :
KMKP – RS : 1. Lakukan pengukuran indikator mutu pelaksanaan
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur bulan
Maret 2017 adalah 43%. Hasil ini belum sesuai standar yaitu 100%. Juga belum
memenuhi target, yaitu 90%. Hal ini disebabkan kurangya kesadaran tenaga medis untuk
melakukan penandaan lokasi operasi yang memililki dua sisi dan multiple struktur
sehingga mempengaruhi angka kepatuhan penandaan lokasi operasi tersebut.
50 41.3 43
40
30
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur
Target
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan
multiple struktur.
Study : STRUKTUR
Sudah ada form penandaan lokasi operasi dalam berkas rekam medis
pasien.
PROSES
1. Kurang kepedulian dalam melengkapi form penandaan lokasi
operasi pada pasien sebelum dilakukan operasi.
2. Dokter belum paham yang dimaksud kelengkapan pengisian form
penandaan lokasi operasi.
3. Form penandaan lokasi operasi terkadang tidak tersedia lengkap di
ruangan rawat inap.
OUTCOME
Pengisian form penandaan lokasi operasi tindakan bedah belum
lengkap.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
98
96
94
92
89
90
88
86
84
82
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Penulisan resep sesuai dengan formularium
Study : STRUKTUR
Ada formularium obat di bagian farmasi
PROSES
1. DPJP memberikan terapi yang tidak tersedia di RS
2. RS belum menyediakan obat tertentu yang diminta DPJP
OUTCOME
Pasien masih diminta untuk membeli obat di apotek luar RS
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kejadian Nyaris Cidera peresepan obat.
Study : STRUKTUR
Belum ada SPO telaah resep.
PROSES
1. Apoteker belum mengetahui tugasnya dalam melaksanakan
supervisi.
2. Apoteker belum mengetahui tugasnya dalam melaksanakan
telaah resep.
3. Belum ada formulir telaah resep.
OUTCOME
Pernah terjadi kasus KNC dalam peresepan obat.
Direktur,
Ketua,
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesuai
dengan bromage score
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesai
dengan bromage score bulan Maret 2017 adalah 58%. Angka ini belum sesuai dengan
standar yang ditetapkan yaitu 100%. Bahkan belum mencapai target awal yang ditetapkan
yaitu 90%. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran tenaga medis dalam melakukan
pengecekan pada pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang
rawat inap sesuai dengan bromage score.
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesai dengan bromage score
Target
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang
rawat inap sesuai dengan bromage score
Study : STRUKTUR
1. Ada kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
2. Form Assesmen Paska Anestesi ada di Recovery room
3. Sudah ada standart baku bromage score.
PROSES
1. Kurang kepedulian dalam melengkapi assesmen medis paska
anestesi.
2. Form assesmen paska anestesi baru diluncurkan.
3. Dokter belum paham yang dimaksud kelengkapan pengisian form
assesmen paska anestesi.
4. Form assesmen paska anestesi terkadang tidak tersedia di
recovery room.
OUTCOME
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang
rawat inap sesuai dengan bromage score.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
70
60
50
40
30
20
10 0 0 0
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Angka keterlambatan penyediaan darah untuk operasi elektif
Study : STRUKTUR
1. Ada kebijakan Instalasi Laboratorium.
2. Form permintaan darah.
3. Sudah ada SPO permintaan darah.
4. Belum ada alur permintaan darah.
5. Belum ada BDRS.
PROSES
1. Perawat belum paham tentang alur permintaan darah.
2. Masing-masing unit mempersiapkan permintaan darah sendiri
OUTCOME
Angka keterlambatan penyediaan darah untuk operasi elektif
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
100 92.6
90 80 80 80
80
70
60 51.4 50.9
50
40
30
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan
RI & RJ.
Study : STRUKTUR
Sudah ada SPO
PROSES
1. DPJP tidak mengisi rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan
karena terburu – buru dan sibuk.
2. DPJP mengisi rekam medis namun hanya item tertentu saja.
3. Form rekam medis (revisi) baru diluncurkan.
OUTCOME
Rekam medis yang terdapat dalam berkas rekam medik belum terisi
lengkap 24 jam setelah selesai pelayanan terutama pada item keadaan
pasien saat KRS dan tindak lanjut.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Angka Phlebitis
21.5 21.17
21
20.41
20.5
20 20 20
20
19.5 19.18
19
18.5
18
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Angka Phlebitis.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO
2. Sudah ada Form Sensus Harian PPI
PROSES
1. Perawat IRNA tidak mengisi sensus harian PPI karena terburu –
buru dan sibuk.
2. Perawat IRNA belum memahami tanda-tanda phlebitis.
3. Form sensus harian indikator PPI terkadang belum ada di IRNA.
OUTCOME
Pelaporan angka phlebitis belum bisa menyeluruh.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
99.8
99.1
100
95
90 90 90
90
84.8
85
80
75
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketersediaan Obat di RS.
Study : STRUKTUR
Sudah ada SPO Pengadaan Obat
PROSES
1. Sebagian ada produk yang kosong sehingga jumlah barang yang
Laporan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) Page 26
dikirim tidak sesuai surat pesanan (SP).
2. Proses pemfakturan yang lama dari pihak distributor sehingga
menghambat distribusi.
3. Keterlambatan pembayaran yang berakibat pada tertundanya
pengiriman barang.
4. Beberapa obat BPJS harus menunggu pengajuan penyamaan
harga E – Catalog dari principal.
OUTCOME
Ketersediaan obat di RS belum sesuai dengan standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
70 65 65 65
60
50
40
30
20
10
0 0 0
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketepatan waktu laporan dari unit kerja.
Study : STRUKTUR
Belum ada Panduan dan SPO penyusunan laporan unit kerja
PROSES
1. Unit belum pernah melakukan pelaporan kinerja unit.
2. Manajemen belum memahami dalam sistematika penyusunan
laporan.
3. Beberapa unit ada yang mempunyai ketergantungan dengan unit
lain dalam pembuatan laporan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pengadaan B3 dilengkapi dengan MSDS
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO penerimaan pengadaan B3
PROSES
1. Bagian logistic belum menerima secara keseluruhan bahan B3
yang dilengkapi dengan MSDS
OUTCOME
Bagian logistic melengkapi B3 dengan MSDS masih satu bahan yaitu
alcohol sedang bahan yang lain belum.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
50000000 49779500
41124500 42029056
40000000
Utilitasi Penggunaan Listrik RS
30000000
20000000
10000000
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Utilitasi Penggunaan Listrik RS.
Study : STRUKTUR
Sudah ada pelaporan pembayaran listrik RS setiap bulan.
PROSES
1. Karyawan kurang melakukan efisiensi dalam penggunaan listrik
RS.
2. Pasien dan keluarga kurang melakukan efisiensi dalam
penggunaan listrik RS.
OUTCOME
Utilitasi penggunaan listrik RS masih terlalu tinggi.
Direktur,
Ketua,
Tingkat kepuasan pasien Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, dan Rawat Inap
Tingkat kepuasan pasien Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, dan Rawat Inap pada
bulan Maret 2017 adalah mencapai 80,95%. Angka ini belum sesuai dengan standar yang
telah di tentukan yaitu > 80% dan target yang sudah ditetapkan yaitu 70%. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kenyamanan lingkungan bagi pasien,
tanggungjawab petugas pelayanan, serta kecepatan pelayanan.
80.95
82
80 78.75
78.18
78
76
74
72 70 70 70
70
68
66
64
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Study : STRUKTUR
Sudah ada form kuesioner kepuasan pasien.
PROSES
1. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap kenyamanan.
2. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap kecepatan pelayanan.
3. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap administrasi pasien
pulang.
4. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap biaya pelayanan yang
diberikan dokter.
OUTCOME
Tingkat kepuasan pasien IRJ, IGD, dan IRNA belum mencapai
standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
70 70 70
70
60
50
40
30
20
10
0 0 0
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Laporan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) Page 35
Plan : Tingkat kepuasan karyawan.
Study : STRUKTUR
Sudah ada form kuesioner kepuasan staf / karyawan.
PROSES
1. Karyawan tidak puas pada pengembangan diri karyawan dan
organisasi (manajemen) RS.
2. Pemahaman pengembangan diri karyawan dan organisasi
(manajemen) RS oleh karyawan masih kurang.
3. Kurang kenyamanan ruang kerja.
OUTCOME
Tingkat kepuasan staf / karyawan belum mencapai standar.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
70 65 65 65
60
50
40
30
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Study : STRUKTUR
Sudah ada Panduan dan SPO penyusunan laporan unit kerja
PROSES
1. Unit belum tertib melakukan pelaporan kinerja unit.
2. Manajemen kurang memahami dalam sistematika penyusunan
laporan.
3. Beberapa unit ada yang mempunyai ketergantungan dengan unit
lain dalam pembuatan laporan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Edukasi Hand Hygiene.
Study : STRUKTUR
Sudah ada Panduan dan SPO hand hygiene.
PROSES
1. Terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan makna hand hygiene.
3. Hand Rub terkadang tidak ada di ruangan.
OUTCOME
Edukasi hand hygiene belum sesuai dengan standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
78
75
80 72
70
60
50
40
30
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO Identifikasi Pasien.
2. Sudah ada Form sensus audit identifikasi pasien.
PROSES
1. Terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan makna pentingnya identifikasi pasien.
3. Gelang identitas pasien baru diberlakukan.
OUTCOME
Identifikasi pasien saat pemberian obat jarang dilaksanakan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
80 80 80
80
70
60
50
40
30 22.5
16.8 16.3
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Verbal order ditandatangani dokter dalam 24 jam.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO Komunikasi Efektif.
2. Sudah ada Form CPPT.
PROSES
1. Terlalu banyak tugas perawat di ruangan.
2. Petugas kurang sadar akan teknik SBAR dan CABAK.
3. Form CPPT baru diberlakukan.
4. Stempel SBAR baru dibuat.
OUTCOME
Verbal order belum ditandatangani dokter dalam 24 jam.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90 88.1
88
86
84
82 80
80 78.3
78
76
74
72
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan double check resep obat di Depo Rawat Inap.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO High Alert.
2. Belum ada resep dengan form double check.
OUTCOME
Kepatuhan double check resep obat di Depo Rawat Inap masih rendah.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Sign in dilaksanakan dengan lengkap sebelum operasi.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Pedoman dan SPO Keselamatan Pasien Operasi.
2. Sudah ada Form SSC.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien yang
dilakukan operasi.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya sign in.
3. Sign in dilaksanakan setelah operasi.
4. Form SSC baru dibuat.
OUTCOME
Sign in tidak dilaksanakan dengan lengkap sebelum operasi.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Pedoman dan SPO cuci tangan.
2. Sudah ada panduan 6 langkah dan 5 moment cuci tangan
disamping wstafel dan hand rub.
3. Sudah ada hand rub dan wastafel cuci tangan.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya cuci tangan.
3. Petugas tidak semua memahami 6 langkah dan 5 moment cuci
tangan.
4. Audit cuci tangan belum dilaksanakan dengan maksimal oleh
IPCLN, IPCN, dan IPCO.
OUTCOME
Kepatuhan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien masih rendah.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
20
10
0
Jan-17 Feb-17 Mar-17
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan assesmen ulang risiko jatuh di Rawat Inap.
Study : STRUKTUR
Sudah ada Panduan dan SPO Risiko Jatuh.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya assesmen ulang pasien
risiko jatuh.
3. Petugas tidak semua memahami kegunaan Form Assesmen Ulang
Risiko Jatuh.
OUTCOME
Pelaksanaan assesmen ulang risiko jatuh di Rawat Inap tidak
dilaksanakan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Mengetahui,
Ketua Panitia PMKP Sekretaris Panitia PMKP