Fix - Laporan KMKP Th. 2016
Fix - Laporan KMKP Th. 2016
I. PENDAHULUAN
Salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan RS adalah adanya penilaian
mutu pelayanan dengan indikator mutu pelayanan RS. Peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dilakukan berdasarkan tersedianya data. Penggunaan data secara efektif dapat
dilakukan berdasarkan evidence-based praktek klinik dan evidence-based praktek
manajemen. Berhubung sebagian besar rumah sakit mempunyai sumber daya terbatas,
maka rumah sakit ini tidak dapat mengumpulkan data untuk menilai semua hal yang
diinginkan.
Rumah Sakit Aura Syifa Kediri telah menentukan indikator mutu klinis dan indikator
mutu manajemen yang dinilai (diukur) dengan mengacu pada misi rumah sakit, kebutuhan
pasien dan jenis pelayanan. Penilaian terfokus pada proses yang berimplikasi risiko tinggi,
diberikan dalam volume besar atau cenderung menimbulkan masalah.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Aura Syifa Kediri sesuai dengan standar dan berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu pelayanan klinis
b. Meningkatkan mutu manajemen
IV. SASARAN
Sasaran program penilaian indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Aura Syifa Kediri
meliputi area klinis dan area manajemen.
Indikator mutu klinis adalah sebagai berikut :
No Jenis Area Klinis Indikator Standar Penanggung
. Jawab
1 Asesmen Ketidaklengkapan assesmen 0% Ka. Instalasi
terhadap area medis awal pasien rawat inap Rawat Inap
klinik dalam 24 jam
2 Pelayanan Pelaksanaan ekspertisi oleh 100% Ka. Instalasi
laboratorium dokter spesialis patologi klinik Laboratorium
3 Pelayanan Pelaksanaan ekspertisi oleh 100% Ka. Instalasi
radiologi dan dokter spesialis radiologi Radiologi
diagnostic
imaging
V. LAPORAN KEGIATAN
Kegiatan penilaian mutu klinis dan mutu manajemen ini telah mulai dilaksanakan
pada bulan Desember 2016. Dari hasil evaluasi kegiatan dan pertemuan koordinasi dengan
Direksi RS kemudian dipilih dan ditetapkan Indikator mutu pelayanan yang meliputi
indikator klinis, indikator manajerial, dan indikator international library measure yang baru.
Pada 10 (sepuluh) area klinis ditetapkan sebanyak 7 (tujuh) indikator klinis baru dan 3 (tiga)
indikator lama. Pada 9 (Sembilan) area manajemen ditetapkan sebanyak 7 (tujuh) indikator
manajerial baru dan 2 (dua) indikator lama. Sedangkan untuk indikator internasional library
measure juga telah dipilih dan ditetapkan sebanyak 5 (lima) indikator. Dari masing-masing
indikator juga telah disusun profil / kamus indikator beserta instrument pendukungnya yang
meliputi form sensus (sesuai periode pengumpulan data) dan form register pasien.
Sosialisasi telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2016.
Pengumpulan dan pencatatan data serta validasi dan analisis data dilaksanakan
bulan Oktober 2016. Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan pada indikator klinis dan
manajemen, sedangkan validasi data hanya dilakukan terhadap indikator klinis saja.
Laporan validasi data indikator mutu klinis RS. Aura Syifa Kediri bulan Oktober 2016 bisa
dilihat dalam lampiran.
Ketidaklengkapan assesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap
Ketidaklengkapan assesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap bulan
Desember 2016 adalah 45,43%. Selama 3 (tiga) bulan terakhir pada bulan Desember 2016
mengalami peningkatan prosentase yang paling tinggi dibandingkan tiga bulan terakhir,
sehingga berarti pencapaian indikator mengalami penurunan. Angka ini belum sesuai
dengan standar yang ditetapkan, yaitu 0%. Bahkan belum mencapai target awal yang
ditetapkan yaitu ≤20%. Adapun formulir yang tidak diisi dengan lengkap adalah sebagai
berikut (dari 20 rekam medis yang diambil secara acak) :
1. Riwayat penyakit / operasi dahulu : 17 item tidak di isi
2. Riwayat alergi : 18 item tidak di isi
3. Diagnosa banding :8 item tidak di isi
4. Konsultasi dokter speialis : 13 item tidak di isi
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketidaklengkapan assesmen medis awal pasien rawat inap dalam 24
jam
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan assesmen pasien.
2. Sudah ada Form Assesmen Awal Medis
PROSES
1. DPJP tidak mengisi assesmen medis awal pasien rawat inap dalam
24 jam setelah pasien dinyatakan rawat inap oleh karena sibuk dan
terburu-buru.
2. DPJP mengisi assesmen medis awal pasien rawat inap namun
hanya item tertentu saja.
OUTCOME
Assesmen medis awal pasien rawat inap yang terdapat dalam berkas
rekam medik belum terisi lengkap terutama 24 jam pertama kali
dilakukan assesmen, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
70
60
50
40
30
20
10 0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis patologi klinik dalam 24
jam
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO pelaporan nilai kritis.
2. Sudah ada SPO ekspertise
3. Fasilitas : ada mesin / alat hematologi dan kimia darah, elektrolyte
analyzer, mesin centrifuge dan pipet.
4. SDM : Belum ada dokter spesialis patologi klinik internal (tetap)
PROSES
1. Jumlah petugas laboratorium terbatas.
2. Dokter spesialis patologi klinik paruh waktu
OUTCOME
Pelaksanaan ekspertisi tidak dilaksanakan dokter spesialis patologi
klinik dalam 24 jam.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
70 60 59.5
60 52.5
50
40
30
20
10
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis radiologi
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO pelaporan hasil kritis.
2. Sudah ada SPO ekspertise.
3. Fasilitas : ada mesin / alat pemeriksaan radiologi dan CR.
4. SDM : Belum ada dokter spesialis radiologi internal (tetap).
PROSES
1. Jumlah petugas radiologi terbatas.
2. Dokter spesialis radiologi paruh waktu.
OUTCOME
Pelaksanaan ekspertisi tidak dilaksanakan dokter spesialis radiologi
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur bulan
Desember 2016 adalah 46,7%. Hasil ini belum sesuai standar yaitu 100%. Juga belum
memenuhi target, yaitu 90%. Hal ini disebabkan form pengisian “penandaan lokasi operasi
yang tersedia adalah untuk pasien pria saja sedangkan untuk pasien wanita belum ada
sehingga mempengaruhi angka kepatuhan penandaan lokasi operasi tersebut.
Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan multiple struktur
Target
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan penandaan lokasi operasi yang memiliki dua sisi dan
multiple struktur.
Study : STRUKTUR
Sudah ada form penandaan lokasi operasi dalam berkas rekam medis
pasien.
PROSES
1. Kurang kepedulian dalam melengkapi form penandaan lokasi
operasi pada pasien sebelum dilakukan operasi.
2. Dokter belum paham yang dimaksud kelengkapan pengisian form
penandaan lokasi operasi.
3. Form penandaan lokasi operasi terkadang tidak tersedia lengkap di
ruangan rawat inap.
OUTCOME
Pengisian form penandaan lokasi operasi tindakan bedah belum
lengkap.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
20 20 20
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2 0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Angka penggunaan obat lebih dari 7 macam dalam 1 hari pada pasien pulang rawat inap
Target
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Angka penggunaan obat lebih dari 7 macam dalam 1 hari pada pasien
pulang rawat inap.
Study : STRUKTUR
Ada SPM (Standar Pelayanan Medis) dan PPK.
PROSES
1. DPJP memberikan terapi medikamentosa dalam bentuk obat
racikan (puyer) yang berisi lebih dari tujuh macam obat.
2. Pasien menderita lebih dari satu jenis penyakit sehingga
mendapatkan beberapa macam obat sekaligus.
3. DPJP kurang paham mengenai efek samping dan interaksi obat.
OUTCOME
Pasien rawat inap masih mendapatkan obat lebih dari 7 macam dalam
1 hari dari DPJP.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
20 20 20
20
18
16
14
12
10
8
6
4
1.2 0.8
2 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kejadian Nyaris Cidera peresepan obat.
Study : STRUKTUR
Belum ada SPO telaah resep.
PROSES
1. Apoteker belum mengetahui tugasnya dalam melaksanakan
supervisi.
2. Apoteker belum mengetahui tugasnya dalam melaksanakan
telaah resep.
3. Belum ada formulir telaah resep.
OUTCOME
Penah terjadi kasus KNC dalam peresepan obat.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesuai
dengan aldrette score
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesai
dengan aldrette score bulan Desember 2016 adalah 67,5%. Angka ini belum sesuai
dengan standar yang ditetapkan yaitu 100%. Bahkan belum mencapai target awal yang
ditetapkan yaitu 90%. Hal ini disebabkan jumlah seluruh pasien operasi meliputi anak dan
dewasa sedangkan yang terdapat aldrette score adalah hanya pasien dewasa sehingga
untuk bulan berikutnya indikator aldrette score diganti dengan bromage score.
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang rawat inap sesai dengan aldrette score
Target
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang
rawat inap sesuai dengan aldrette score
Study : STRUKTUR
1. Ada kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
2. Form Assesmen Paska Anestesi ada di Recovery room
3. Sudah ada standart baku aldrette score.
PROSES
1. Kurang kepedulian dalam melengkapi assesmen medis paska
anestesi.
2. Form assesmen paska anestesi baru diluncurkan.
3. Dokter belum paham yang dimaksud kelengkapan pengisian form
assesmen paska anestesi.
4. Form assesmen paska anestesi terkadang tidak tersedia di
recovery room.
OUTCOME
Pasien paska pembiusan di transfer dari recovery room IBS ke ruang
rawat inap sesuai dengan aldrette score.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
70
60
50
40
30
20
10 0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Efektifitas penggunaan darah.
Study : STRUKTUR
1. Ada kebijakan Instalasi Laboratorium.
2. Form permintaan darah.
3. Sudah ada SPO permintaan darah.
4. Belum ada alur permintaan darah.
5. Belum ada BDRS.
PROSES
1. Kurang kepedulian dalam melengkapi form permintan darah.
2. Perawat belum paham tentang alur permintaan darah.
3. Form permintaan darah belum ada di IRNA.
OUTCOME
Efektifitas darah tidak maksimal.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 80 80.2 80 80
75
80
70 61.2
60
50
40
30
20
10
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan
RI & RJ.
Study : STRUKTUR
Sudah ada SPO
PROSES
1. DPJP tidak mengisi rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan
karena terburu – buru dan sibuk.
2. DPJP mengisi rekam medis namun hanya item tertentu saja.
3. Form rekam medis (revisi) baru diluncurkan.
OUTCOME
Rekam medis yang terdapat dalam berkas rekam medik belum terisi
lengkap 24 jam setelah selesai pelayanan terutama pada item keadaan
pasien saat KRS dan tindak lanjut.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Angka Phlebitis
Berdasarkan surveillance yang dilakukan oleh tim PPI diperoleh hasil angka phlebitis pada
bulan Desember 2016 adalah %. Angka ini belum memenuhi standar yang ditetapkan
yaitu 0% bahkan belum sesuai dengan taerget awal yaitu ≤20%.
44.6
45
40
35
30
25 21.96
20
12.16
15
10 5 5 5
5
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Angka Phlebitis.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO
2. Sudah ada Form Sensus Harian PPI
PROSES
1. Perawat IRNA tidak mengisi sensus harian PPI karena terburu –
buru dan sibuk.
2. Perawat IRNA belum memahami tanda-tanda phlebitis.
3. Form sensus harian indikator PPI terkadang belum ada di IRNA.
OUTCOME
Pelaporan angka phlebitis belum bisa menyeluruh.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
99.6 99.7
100 98.9
98
96
94
92
90 90 90
90
88
86
84
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketersediaan Obat di RS.
Study : STRUKTUR
OUTCOME
Ketersediaan obat di RS belum sesuai dengan standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
50 50 50
50
45
40
32.6
35 30
27.3
30
25
20
15
10
5
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketepatan waktu laporan dari unit kerja.
Study : STRUKTUR
Belum ada Panduan dan SPO penyusunan laporan unit kerja
PROSES
1. Unit belum pernah melakukan pelaporan kinerja unit.
2. Manajemen belum memahami dalam sistematika penyusunan
laporan.
3. Beberapa unit ada yang mempunyai ketergantungan dengan unit
Laporan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) Page 28
lain dalam pembuatan laporan.
OUTCOME
Ketepatan waktu penyusunan laporan dari unit belum sesuai dengan
standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
43
45
40
35
30
25
20
15
10
5 0.36 0 0.15 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kejadian pasien pulang APS.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada SPO pasien pulang APS
2. Sudah ada Form permintaan pulang APS
PROSES
1. Pasien kurang puas dengan pelayanan dokter.
2. Pasien kurang puas dengan pelayanan keperawatan.
3. Pasien kurang puas dengan profesional pemberi asuhan yang lain.
OUTCOME
Kejadian pasien pulang masih terdapat APS.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
48000000
47839500 47912800
47500000
Utilitasi Penggunaan Listrik RS
47000000
46579800
46500000
46000000
45500000
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Utilitasi Penggunaan Listrik RS.
Study : STRUKTUR
Sudah ada pelaporan pembayaran listrik RS setiap bulan.
PROSES
1. Karyawan kurang melakukan efisiensi dalam penggunaan listrik
RS.
2. Pasien dan keluarga kurang melakukan efisiensi dalam
penggunaan listrik RS.
OUTCOME
Utilitasi penggunaan listrik RS masih terlalu tinggi.
Direktur,
Ketua,
Tingkat kepuasan pasien Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, dan Rawat Inap
Tingkat kepuasan pasien Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, dan Rawat Inap pada
bulan Desember 2016 adalah mencapai 69%. Angka ini belum sesuai dengan standar
yang telah di tentukan yaitu > 80% dan target yang sudah ditetapkan yaitu 70%. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kenyamanan lingkungan bagi pasien,
tanggungjawab petugas pelayanan, serta kecepatan pelayanan.
69 70
70
60
50
40
30
20
10
0 0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Study : STRUKTUR
Sudah ada form kuesioner kepuasan pasien.
PROSES
1. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap kenyamanan.
2. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap kecepatan pelayanan.
3. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap administrasi pasien
pulang.
4. Pasien dan keluarga kurang puas terhadap biaya pelayanan yang
diberikan dokter.
OUTCOME
Tingkat kepuasan pasien IRJ, IGD, dan IRNA belum mencapai
standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
80
80
70 63.3
60
50
40
30
20
10
0 0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Study : STRUKTUR
Sudah ada form kuesioner kepuasan staf / karyawan.
PROSES
1. Karyawan tidak puas pada pengembangan diri karyawan dan
organisasi (manajemen) RS.
2. Pemahaman pengembangan diri karyawan dan organisasi
(manajemen) RS oleh karyawan masih kurang.
3. Kurang kenyamanan ruang kerja.
OUTCOME
Tingkat kepuasan staf / karyawan belum mencapai standar.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
70 65 65 65
60
50
40
30
20
10
0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Study : STRUKTUR
Belum ada Panduan dan SPO penyusunan laporan unit kerja
PROSES
1. Unit belum pernah melakukan pelaporan kinerja unit.
2. Manajemen belum memahami dalam sistematika penyusunan
Laporan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) Page 38
laporan.
3. Beberapa unit ada yang mempunyai ketergantungan dengan unit
lain dalam pembuatan laporan.
OUTCOME
Ketepatan waktu penyusunan laporan dari unit belum sesuai dengan
standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
80 80 80
80
70
60
50
40
30
20
10
0 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Edukasi Hand Hygiene.
Study : STRUKTUR
Sudah ada Panduan dan SPO hand hygiene.
PROSES
1. Terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan makna hand hygiene.
3. Hand Rub terkadang tidak ada di ruangan.
OUTCOME
Edukasi hand hygiene belum sesuai dengan standart.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
65.9
70
60
50
40
30
20
10 0 0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO Identifikasi Pasien.
2. Sudah ada Form sensus audit identifikasi pasien.
PROSES
1. Terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan makna pentingnya identifikasi pasien.
3. Gelang identitas pasien baru diberlakukan.
OUTCOME
Identifikasi pasien saat pemberian obat jarang dilaksanakan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
80 80 80
80
70
60
50
40
30
20
6 6.85
10
0
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Verbal order ditandatangani dokter dalam 24 jam.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO Komunikasi Efektif.
PROSES
1. Terlalu banyak tugas perawat di ruangan.
2. Petugas kurang sadar akan teknik SBAR dan CABAK.
3. Form CPPT baru diberlakukan.
4. Stempel SBAR baru dibuat.
OUTCOME
Verbal order belum ditandatangani dokter dalam 24 jam.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
70
60
50
40
30
20
10 0 1.7 0.9
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan double check resep obat di Depo Rawat Inap.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Panduan dan SPO High Alert.
2. Belum ada resep dengan form double check.
OUTCOME
Kepatuhan double check resep obat di Depo Rawat Inap masih rendah.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
90 90 90
90
80
64.9
70
60
45.5
50
40
30
16.6
20
10
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Sign in dilaksanakan dengan lengkap sebelum operasi.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Pedoman dan SPO Keselamatan Pasien Operasi.
2. Sudah ada Form SSC.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien yang
dilakukan operasi.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya sign in.
3. Sign in dilaksanakan setelah operasi.
4. Form SSC baru dibuat.
OUTCOME
Sign in tidak dilaksanakan dengan lengkap sebelum operasi.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
70
60
45
50
35
40 30
30
20
10
0
Oktober 2016 November 2016 Desember 2016
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Kepatuhan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
Study : STRUKTUR
1. Sudah ada Pedoman dan SPO cuci tangan.
2. Sudah ada panduan 6 langkah dan 5 moment cuci tangan
disamping wstafel dan hand rub.
3. Sudah ada hand rub dan wastafel cuci tangan.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya cuci tangan.
3. Petugas tidak semua memahami 6 langkah dan 5 moment cuci
tangan.
4. Audit cuci tangan belum dilaksanakan dengan maksimal oleh
IPCLN, IPCN, dan IPCO.
OUTCOME
Kepatuhan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien masih rendah.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
Analisa dengan menggunakan pendekatan metode PDSA (Plan, Do, Study, Action) :
Plan : Pelaksanaan assesmen ulang risiko jatuh di Rawat Inap.
Study : STRUKTUR
Sudah ada Panduan dan SPO Risiko Jatuh.
PROSES
1. Staf medis terburu-buru karena terlalu banyak pasien.
2. Petugas kurang sadar akan pentingnya assesmen ulang pasien
risiko jatuh.
3. Petugas tidak semua memahami kegunaan Form Assesmen Ulang
Risiko Jatuh.
OUTCOME
Pelaksanaan assesmen ulang risiko jatuh di Rawat Inap tidak
dilaksanakan.
Ketua KMKP RS
Direktur,
Ketua,
VIII. PENUTUP
Demikian laporan Indikator Mutu Pelayanan RS Aura Syifa Triwulan IV tahun 2016
yang dapat kami sampaikan. Semoga laporan ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
meningkatkan mutu pelayanan unit kerja dan secara keseluruhan mutu pelayanan di RS. Aura
Syifa Kediri.
Mengetahui,
Ketua Panitia PMKP Sekretaris Panitia PMKP