Anda di halaman 1dari 4

‭PENDIDIKAN TINGGI HUKUM‬

‭ endidikan Tinggi‬‭adalah kegiatan yang bersifat‬‭ilmiah‬‭untuk menumbuhkan kemampuan‬


P
‭berpikir ilmiah dalam‬‭bidang ilmu pengetahuan tertentu‬‭.‬

‭●‬ ‭kata‬‭“ilmiah”‬‭merupakan‬‭kata sifat‬‭dari kata‬‭“ilmu”.‬


‭○‬ ‭menunjukkan pada sifat cara mengerjakan sesuatu yaitu mengerjakan sesuatu‬
‭secara sistematis logis:‬
‭■‬ ‭secara runtut‬
‭■‬ ‭teratur dan bertujuan‬
‭■‬ ‭dengan mematuhi aturan-aturan/asas-asas logika‬
‭■‬ ‭sedemikian sehingga secara rasional dapat dipertanggungjawabkan‬

‭●‬ j‭adi menyelenggarakan‬‭pendidikan tinggi‬‭berarti kegiatan‬‭mentransfer‬‭ilmu-ilmu‬


‭pengetahuan tertentu‬‭secara sistematis logis‬‭dan sekaligus‬‭menumbuhkan‬
‭kemampuan berpikir dan berkarya‬‭secara ilmiah‬‭dalam‬‭kerangka cabang ilmu‬
‭pengetahuan yang bersangkutan.‬

‭●‬ p
‭ endidikan tinggi hukum‬‭adalah kegiatan pendidikan‬‭yang berusaha secara‬
‭sistematis logis‬‭mentransfer‬‭ilmu pengetahuan hukum‬‭dan menumbuhkan‬
‭kemampuan‬‭berpikir yuridis‬‭secara ilmiah.‬
‭○‬ ‭berpikir yuridis‬‭merupakan berfikir secara sistematis‬‭logis dalam kerangka‬
‭tertib kaidah-kaidah hukum sehingga orang mampu menghadapi, memahami‬
‭dan memecahkan masalah-masalah hukum yang timbul dalam pergaulan hidup‬
‭sehari-hari, sesuai dengan‬‭rasa keadilan‬‭yang hidup‬‭dalam masyarakat, dan‬
‭dengan demikian mampu secara berkeahlian mengemban profesi hukum‬
‭dan/atau mengembangkan ilmu hukum.‬
‭■‬ ‭dengan demikian mampu secara berkeahlian yang berkeilmuan‬
‭mengemban profesi hukum dan/atau mengembangkan ilmu hukum.‬
‭■‬ ‭Cara berpikir yuridis ini dikarakterisasi oleh tujuan yang mau‬
‭dicapainya, yakni menetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban‬
‭hukum para pihak dalam suatu hubungan kemasyarakatan tertentu‬
‭dalam kenyataan konkret, dan oleh metode yang digunakannya, yakni‬
‭penalaran hukum.‬

‭pertanyaan-pertanyaan kunci topik ini‬


‭1.‬ a
‭ pakah pendidikan tinggi dan pendidikan tinggi hukum?‬
‭Jawaban:‬
‭●‬ ‭pendidikan tinggi adalah kegiatan yang bersifat ilmiah untuk menumbuhkan‬
‭kemampuan berpikir ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.‬
‭●‬ ‭pendidikan tinggi hukum adalah kegiatan pendidikan yang berusaha‬
‭sistematis logis mentransfer ilmu pengetahuan hukum dan menumbuhkan‬
‭kemampuan berpikir yuridis secara ilmiah‬
‭2.‬ a
‭ pakah fungsi pendidikan tinggi hukum?‬
‭Jawaban:‬
‭●‬ ‭fungsi pendidikan tinggi hukum adalah‬

‭3.‬ a
‭ pakah berpikir yuridis?‬
‭Jawaban:‬
‭●‬ ‭berpikir yuridis adalah kemampuan berpikir secara sistematis dalam kerangka‬
‭tertib kaidah-kaidah hukum sehingga orang mampu menghadapi, memahami‬
‭dan memecahkan masalah - masalah yang timbul dalam pergaulan hidup‬
‭sehari-hari, sesuai dengan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.‬

‭4.‬ ‭apakah bidang kerja hukum dan pengemban profesi hukum?‬

‭5.‬ ‭apakah tatanan hukum?‬

‭6.‬ ‭apakah tata hukum dan cita hukum?‬

‭7.‬ a
‭ pakah pengertian dan ruang lingkup pih?‬
‭Jawaban:‬
‭●‬ ‭pengertian PIH‬

‭8.‬ a
‭ pakah perbedaan antara pih dan phi‬
‭Jawaban:‬
‭perbedaan PIH dan PHI‬
‭●‬ ‭PIH:‬
‭●‬ ‭memperkenalkan dasar daasar ilmu hukum‬
‭●‬ ‭memperkenalkan makna, ciri dan sifat tata hukum‬
‭●‬ ‭memperkenalkan makna sistem hukum‬

‭●‬ ‭PHI:‬
‭○‬ m ‭ emperkenalkan hukum positif indonesia sebagai sistem hukum‬
‭○‬ ‭memperkenalkan ciri dan sifat tata hukum indonesia‬
‭○‬ ‭memperkenalkan sistem hukum indonesia‬
‭MANUSIA MASYARAKAT DAN‬
‭KAIDAH‬
‭manusia‬
‭ alam pengamatan empiris, tampak bahwa manusia adalah realitas yang berupa makhluk‬
d
‭hidup.‬
‭●‬ ‭sebagai makhluk hidup manusia terdiri dari dua aspek yaitu‬‭individual‬‭dan‬‭sosial.‬

‭ enurut prof. soediman kartohadiprodjo mengemukakan bahwa makhluk hidup tersusun‬


m
‭atas empat unsur dasar atau unsur esensial. 3 aspek individual dan 1 aspek sosial.‬

‭aspek individual:‬

‭●‬ R
‭ aga‬
‭artinya sebuah sisi dari jasmani atau kondisi fisik manusia.‬
‭cth‬‭: badan manusia‬

‭●‬ R
‭ asa‬
‭artinya manusia memiliki hati Nurani yang dapat berfungsi untuk merasakan segala‬
‭sesuatu yang terjadi di kehidupan manusia itu.‬
‭cth‬‭:manusia‬ ‭dapat‬ ‭merasa‬ ‭bertanggung‬ ‭jawab,‬ ‭cinta,‬ ‭benci,‬ ‭senang,‬ ‭sedih,‬
‭berhasrat,‬‭puas,‬‭baik,‬‭buruk/indah,‬‭adil/tidak‬‭adil,‬‭mengingini,‬‭menolak,‬‭acuh,‬
‭dan sebagainya.‬

‭●‬ R
‭ asio‬
‭artinya manusia itu mempunyai akal budi dan dapat berpikir.‬
c‭ th‬‭: Manusia memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan‬
‭objektif, membedakan satu hal dari hal lain, menetapkan batas sesuatu‬
‭hal, membandingkan, memahami hubungan dan menghubungkan‬
‭antara hal satu dan hal lainnya‬‭,‬

‭Aspek sosial‬

‭●‬ R
‭ ukun‬
‭artinya individu yang membutuhkan makhluk sosial yang lainnya (lebih pas pada‬
‭kapasitas manusia makhluk sosial).‬

‭●‬ S
‭ ebagai makhluk individu, manusia sering dihadapkan pada situasi-situasi yang‬
‭terjadi di dalam masyarakat misalnya manusia sering dihadapkan pada‬
‭ketidakpastian‬‭. Ketidakpastian ini menimbulkan suatu‬‭keinginan manusia untuk‬
‭memiliki kebutuhan akan kepastian.‬
‭ ebagai contoh: ketika seseorang bepergian keluar dan meninggalkan‬
S
‭rumahnya, maka ia butuh kepastian agar rumah nya tetap aman meskipun‬
‭sedang ditinggalkan. Dari situ, manusia membutuhkan kepastian yang bisa‬
‭diperoleh dari relasi interaksi nya di masyarakat.‬

‭●‬ m
‭ anusia sering dihadapkan kepada‬‭bahaya-bahaya‬‭dari‬‭faktor eksternal seperti‬
‭bencana alam sehingga manusia memiliki naluri‬‭preservasi‬‭diri‬‭yang artinya untuk‬
‭mempertahankan eksistensi dirinya.‬

‭●‬ U
‭ ntuk bisa menghadapi tantangan tersebut maka ada berbagai kebutuhan dan‬
‭kepentingan yang harus dimiliki manusia yaitu kebutuhan secara jasmani dan rohani.‬

‭●‬ B
‭ erbagai kebutuhan tersebut diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dalam‬
‭perilaku/tingkah laku/perbuatan tertentu.‬

Anda mungkin juga menyukai