SKRIPSI
1006806545
DEPOK
JUNI
2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
1006806545
DEPOK
JUNI 2013
i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 1006806545
Tanda Tangan :
i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 30 Mei 2013
i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
mengizinkan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan skripsi ini
dengan judul ”Analisis Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar
berdasarkan Data Log Sumuran Pada Lapangan “D”. Shalawat serta salam
senantiasi dilimpahkan untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Pada penulisan skripsi ini Penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Orang tua beserta adik penulis yang telah banyak memberikan dukungan
moril, materi maupun doanya kepada penulis untuk bisa menyelesaikan
skripsi ini hingga akhir.
2. Dr. rer. nat. Abdul Haris, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas akhir.
3. Dr. Eng. Yunus Daud, M.Sc selaku penguji I, yang telah memberikan
waktunya untuk menjadi penguji tugas akhir, meluangkan waktunya untuk
bimbingan dan diskusi, arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada
penulis.
4. Ir. Kris Hendardjo, MBA selaku penguji II, yang telah meluangkan waktunya
untuk menjadi penguji tugas akhir, meluangkan waktunya untuk berdiskusi
dan segala masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis serta koreksinya
dalam laporan tugas akhir ini.
i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
5. Dr. Supriyanto dan Pak Samsu Rosyid selaku dosen peminatan Geofisika
yang telah memberikan banyak Ilmu selama perkuliahan serta arahan yang
sangat berharga.
6. Riki Pahlevi Zain S.Si (semok), dan Michael Joel Baris S.Si. (Jebe),
genggong, Bang Aryo dan Agus selaku teman-teman yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama pengerjaan tugas akhir.
7. Teman seperjuangan, Botak, Awan, Angga, Thorik, Arif dan Eri yang
telah banyak memberikan dukungan dan bantuan dalam pengerjaan tugas
akhir ini.
8. Teman-teman di Gedung A, Iskandar, Anto, Eno, Randy, Janit, dan semua
teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah
sama-sama berjuang dan saling berdiskusi dalam mengerjakan tugas akhir.
9. Staf Departemen Fisika UI, Mbak Ratna dan Pak Mardi atas bantuan
teknis yang penulis peroleh selama menjadi mahasiswa Fisika UI.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas doa dan dukungannya.
Semoga Allah SWT membalas semua jasa dari semua pihak tersebut
dengan sebaik-baiknya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu perlunya saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan pada masa mendatang. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
penulis pribadi maupun bagi pembaca.
Penulis
2013
v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 15 Juni
2013 Yang menyatakan
v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
ABSTRA
v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
ABSTRAC
vi
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Metodologi Penelitian................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................4
4.2.5 Lumping.............................................................................................66
BAB 5. KESIMPULAN
x
DAFTAR ACUAN
LAMPIRAN
xi
xi
Tabel 4.2 Hasil Lumping zona net pay sumur Kugrua 1.......................................59
Tabel 4.3 Hasil Lumping zona net reservoir sumur Lisburne 1...........................59
Tabel 4.4 Hasil Lumping zona net pay sumur Lisburne 1....................................59
xi
Semakin hari kebutuhan masyarakat akan minyak dan gas bumi sebagai sumber energi terus
meningkat. Sumber energi minyak dan gas bumi ini telah banyak membawa kemajuan dan
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan industri perminyakan di Negara kita maupun dunia
ini. Oleh karena itu, usaha dalam eksplorasi maupun eksploitasi minyak dan gas bumi saat ini
perlu ditingkatkan seiring dengan berkembangnya teknologi.
Sumber energi hidrokarbon yang terdiri dari minyak dan gas bumi berasal dari pori-pori
batuan reservoar. Untuk memprediksi cadangan fluida migas dan jumlah fluida yang
diproduksi perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi suatu reservoar. Penelitian geologi dan
seismik permukaan mungkin mampu memberikan dugaan potensi hidrokarbon di bawah
tanah, akan tetapi sampai saat ini belum ada satu solusi nyata selain melakukan penggalian
lubang sumur serta mengadakan serangkaian pengukuran di dalam sumur dan evaluasi data
hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah.
Evaluasi formasi batuan di bawah tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
logging. Metode ini dapat mengetahui gambaran yang lengkap dari lingkungan bawah
permukaan tanah, tepatnya dapat mengetahui dan menilai batuan-batuan yang mengelilingi
lubang bor tersebut. Selain itu metode ini juga dapat memberikan keterangan lapisan yang
mengandung hidrokarbon serta sejauh mana penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan
(Dewanto, 2008).
Sebelum melakukan proses logging diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar well logging,
agar dapat melakukan interpretasi dan analisa hasil rekaman log. Interpretasi dan analisa data
log sumur dapat dipakai sebagai pendukung untuk evaluasi terhadap kondisi suatu reservoar,
agar dapat memprediksi cadangan fluida migas dan jumlah fluida migas. Parameter untuk
mengevaluasi dan memprediksi kandungan minyak dan gas bumi dalam batuan reservoar
adalah porositas, saturasi hidrokarbon, kandungan lempung dan permeabilitas. Parameter-
parameter tersebut didapatkan dari analisa petrofisika menggunakan data log sumur. Dengan
adanya data log, pola–pola atau kurva–kurva log kita dapat mengetahui jenis litologi, jenis
1 Universitas Indonesia
fluida, dan yang terpenting dapat mengetahui cadangan hidrokarbon yang ada pada suatu
formasi batuan reservoar. Oleh karena itu, kelangsungan proses eksplorasi menjadi produksi
sangat bergantung pada analisa petrofisika pada suatu formasi batuan reservoar.
Petrofisika merupakan suatu cabang ilmu dari geofisika yang mempelajari sifat fisik dari
suatu batuan. Analisa petrofisika sangat penting untuk mengetahui kualitas dan karakteristik
batuan reservoar berdasarkan sifat fisiknya yang meliputi porositas, saturasi air, kandungan
serpih dan permeabilitas. Sifat fisik batuan sangat penting dipelajari untuk mengetahui
karakter reservoar atau batuan tempat menyimpan hidrokarbon sebagai batuan yang layak
untuk dilakukan pengeboran ataupun produksi lebih lanjut. Dengan dilakukannya analisa
petrofisika dan evaluasi formasi, kita bisa dengan mudah menentukan suatu zona reservoar
dan penyebaran hidrokarbon di dalam suatu formasi batuan.
Untuk lebih memfokuskan pembahasan pada tugas akhir ini, maka dilakukan pembatasan
masalah pada beberapa hal:
1. Data yang digunakan terdiri dari 7 data sumur.
2. Data sumur yang digunakan log Gamma Ray, Densitas, neutron, dan log resitivitas.
3. Parameter petrofisika yang digunakan yaitu kandungan lempung, porositas, saturasi
air dan permeabilitas.
Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
3
Tahap awal penelitian yaitu tinjauan pustaka melalui buku pedoman dan paper- paper sebagai
bahan referensi pendukung penelitian. Tahap berikutnya adalah proses pengumpulan data.
Data yang digunakan di dalam penelitian berupa data log sumur. Setelah semua data yang
akan digunakan terkumpul, maka masuk ke tahap pengolahan data berupa analisa petrofisika.
Analisa petrofisika dilakukan untuk menentukan kandungan lempung, porositas, dan saturasi
air. Setelah semua parameter petrofisika batuan didapatkan, maka langkah selanjutnya
menentukan nilai cutoff yang digunakan untuk pembuatan lumping. Tahap akhir dari analisa
petrofisika, yaitu pembuatan lumping (pembungkalan) untuk menentukan zona reservoar (net
reservoir) dan zona produktif (net pay). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar
1.1.
Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
4
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Pada BAB I Pendahuluan, bab ini
menjelaskan tentang latar belakang penulisan skripsi, tujuan penelitian, batasan masalah,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Untuk penyajian data dan pengolahan berada pada BAB III. Pada Bab ini berisikan alur
pengolahan data petrofisika mulai dari perhitungan kandungan lempung, porositas, dan
saturasi air. Kemudian dilanjutkan penentuan nilai cutoff untuk pembuatan lumping.
BAB IV membahas mengenai hasil dan analisa proses pengolahan data analisa petrofisika.
Mulai dari nilai parameter kandungan lempung, porositas, dan saturasi air sampai hasil
lumpingnya.
Bagian akhir dari skripsi ini adalah kesimpulan yang didapatkan dari keseluruhan penelitian
ini, yang terangkum dalam BAB V.
Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
BAB II
TINJAUAN GEOLOGI DAN TEORI DASAR
NPRA terdiri dari tiga provinsi utama yang berbeda fisiografi dan strukturalnya
dan terdiri dari tiga sekuen stratigrafi. Dari utara hingga ke selatan, provinsi-
provinsinya adalah Arktik coastal plain, foothills, dan sistem mountain brooks
range. Provinsi ini umumnya mencerminkan elemen struktur dari utara hingga ke
selatan, yaitu struktur barrow arch dan Arctic platform, Colville basin, dan brooks
range thrust belt. Sekuen stratigrafi dalam NPRA bawah permukaan dipisahkan ke
dalam batuan franklinian zaman pra-Mississippian, batuan Ellesmerian dari zaman
Mississippian awal sampai zaman Cretaceous awal, dan batuan Brookian dari
zaman Creatceous Awal hingga zaman Holocene.
Batuan sedimen di bawah permukaan NPRA adalah 6 - 7-mil tebalnya yang terdiri
dari batu pasir, serpih, dan puing limestone yang diendapkan di daerah flood plain
kuno dan di cekungan laut selama 350 juta tahun terakhir. Batuan ini terdiri dari
sekuen Brookian dan Ellesmerian, di bawah mereka terdapat batuan dasar yang
sangat tua, yaitu dari sekuen Franklinian.
5 Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Peta tektonik Alaska utara menunjukkan lokasi NPRA (Bird, 2001)
creek bagian barat, telah terbentuk longsoran laut yang dalam. Sekuen stratigrafi
tertua, sekuen Franklinian, sebagian besar terdiri dari batuan metamorf yang
secara kompleks terdeformasi, dan dalam beberapa tempat, terintrusi oleh granit
dan jenis batuan beku lainnya. Batuan ini membentuk platform Arktik dan
basement di bawah Palung Colville.
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Stratigrafi umum North Slope Alaska (Bird and Houseknecht, 2002)
dari formasi Group sadlerochit, formasi Shublik, dan Sag River Sandstone.
Sekuen Ellesmerian akhir terutama batuan Shale dan batuan lanau berada pada air
laut yang lebih dalam, yaitu pada formasi kingak shale dan pebble shale unit.
Universitas Indonesia
Secara alami minyak dan gas adalah hasil produksi bahan organik yang telah
mengalami tekanan dan terpanaskan pada suhu tertentu. Beberapa jenis bahan
organik yang diperlukan, biasanya harus terjadi pada konsentrasi minimum
tertentu, dan mereka harus dipanaskan sampai batas tertentu tapi tidak melampau
terlalu jauh, atau minyak dan gas akan hancur atau "terbakar ."Sebuah Source
rock adalah tubuh batuan dimana minyak dan gas dapat diproduksi. Ahli geologi
dan Petroleum dapat meningkatkan penemuan minyak dan gas bumi dengan
mempelajari source rock sebelum program eksplorasi dimulai. Jika tidak ada
batuan induk yang kaya bahan organik diamati, maka prospek menemukan
minyak atau gas di suatu daerah akan berkurang. Namun, minyak dan gas dapat
bermigrasi pada jarak yang jauh, sehingga analisis yang harus digunakan dengan
hati-hati, dan geologi daerahnya juga harus dipertimbangkan.
Jumlah bahan organik dalam batuan ditentukan oleh analisis kandungan organik
karbon mereka (OGC), bahan organik, yang berasal baik dari organisme darat dan
laut, diukur dalam persen. OGC dengan sendirinya menunjukkan kekayaan
organik dari batuan tetapi tidak memberikan petunjuk mengenai keberadaan atau
generasi minyak dan gas. Bahan organik dari laut memproduksi sebagian besar
minyak, sedangkan bahan organik darat menghasilkan sebagian besar gas.
Universitas Indonesia
Setiap lapisan batuan berpori dengan interkoneksi antara ruang porinya adalah
petroleoum reservoar yang potensial. Suatu ruang yang berpori disebut porositas,
diukur dalam persen volume. Dengan demikian, 25 persen porositas berarti
seperempat salah satu batuan yang terdiri dari ruang pori. keterkaitan ruang pori,
yang menyediakan jalur untuk mengalirkan fluida, disebut sebagai permeabilitas.
Tingkat porositas dan permeabilitas adalah hasil dari lingkungan pengendapan
atau karena adanya efek skunder seperti rekahan pada batuan.
Contoh sedimen yang dapat membentuk reservoar yang baik berada di pantai atau
pasir yang berasal dari patahan fragmen terumbu karang. Batuan keras dan rapuh
dapat menjadi keropos oleh patahan atau aliran air, sehingga ruang terbuka akan
tercipta. Untuk membentuk minyak atau menyimpan gas, batuan reservoir harus
berada dalam beberapa bentuk jebakan, umumnya lipatan atau antiklin. minyak
atau gas bermigrasi kemudian disegel oleh batuan atau struktur. Dalam NPRA,
batuan reservoir yang baik relatif langka dibandingkan dengan wilayah yang
berdampingan dengan prudhoe Bay. Namun, batuan reservoir yang mengandung
akumulasi kecil atau akumulasi residual telah ditemukan di bebatuan mulai zaman
Mississipian hingga Cretaceous. Akumulasi minyak yang signifikan telah
ditemukan dalam Nanushuk Group pada zaman Cretaceous di umiat, Simpson,
Fish Creek, dan Umiat, dan akumulasi gas di Umiat, Gubik, Meade, Simpson,
Wolf Creck, dan Timur Umiat.
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Lokasi Reservoar minyak bumi yang diketahui di NPRA (Bird, 1981)
Universitas Indonesia
Well logging merupakan salah satu kegiatan di dalam eksplorasi migas untuk
mengetahui formasi batuan disepanjang lubang bor. Prinsip kerja well logging
yaitu dengan cara menurunkan suatu alat ke dalam sumur bor yang bertujuan
merekam parameter-parameter yang dimiliki batuan seperti : nilai radiasi gamma
ray yang dipancarkan oleh batuan, hambatan jenis batuan, porositas batuan,
densitas batuan dan kecepatan gelombang yang dilalui pada sebuah lapisan
batuan. Dari kegiatan well logging ini kemudian didapatkan data yang berbentuk
log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang
diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Dengan
adanya data log yang dapat menunjukkan beberapa parameter yang dimiliki oleh
batuan, dapat diinterpretasikan litologi batuan pada sumur tersebut serta dapat
memberikan keterangan batuan yang mengandung hidrokarbon serta sejauh mana
penyebaran hidrokarbon pada formasi di sepanjang lubang bor.
Ada 6 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi, yaitu :
1. Log Gamma Ray
2. Log Spontaneous Potensial
3. Log resistivitas
4. Log sonik
5. Log densitas
6. Log neutron
7. Log Caliper
Log Gamma Ray merupakan log hasil rekaman radiasi sinar gamma alamiah
batuan, yang berguna untuk mendeteksi endapan-endapan mineral radioaktif
seperti Potasium (K), Thorium (Th), atau Uranium (U) didalam batuan. Unsur-
unsur radioaktif banyak terkandung dalam lapisan serpih, sehingga log GR sangat
berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau lempung.
Universitas Indonesia
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena
adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur
dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah
Universitas Indonesia
Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk
mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif
ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan l
degan resistivity tinggi dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi (Harsono, 1997)
shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap terhadap anion Cl-.
Jika lapisan shale memisahkan dua larutan yang mempunyai perbedaan
konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak menembus shale dari larutan yang
Universitas Indonesia
B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang melewati
unsur-unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini tergantung dari
perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan dari elektrolit pada
suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat diabaikan karena pada
umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi tidak
begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir lumpur kecil. Jika
pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih dari clay,
maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang demikian
disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan
untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut
(Thomeer, 1948). Sedangkan log resistivitas merupakan hasil rekaman nilai
tahanan jenis batuan di sepanjang lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya
terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan
mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi
minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak
mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya dapat
dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan
persamaan :
Ro = F x Rw (2-2)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100
% Rw = tahanan air garam (air formasi)
Universitas Indonesia
dimana :
m = faktor sementasi batuan F = faktor formasi
Ф = porositas
Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan sebenarnya (Rt) dengan tahan
persamaan berikut :
Rt 1 n (2-5)
I
RoSw
Dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw), porositas (Ф), tahanan
berikut :
Ro Rw F Rw m (2-6)
Sw nRt n n Rt
Rt
Universitas Indonesia
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 2.5, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-
elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohmmeter. Elektroda
A dan B merupakan elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan
elektroda arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar
melalui formasi den besarnya potensial tersebut adalah:
Ri
V 4( AM )
(2-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A,
Amp AM = jarak antara elektroda A dan M, in
= konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini
terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short
normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang
long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
Universitas Indonesia
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi.
Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri
dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi
M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik O
merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan
elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan
melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan
pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang
dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
Ri 1 1
V (2-8)
4 AM AN
Persamaan (2-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan
lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya
potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya
resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh
diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah
resistivity semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan
pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e),
tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone
invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya
(Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale
yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500
ohm-m.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi
(± 20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter
coil yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus induksi
didalam formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar yang akan
menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan pada
mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal yang
dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya
tergantung pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut.
Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Universitas Indonesia
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi
yang Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah
investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga R t.
Induction log dapat diturunkan didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur
belum dicasing.
Hasil terbaik dari induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut,
didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan
lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari
Rt maka induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction
log tidak sensitif terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan
resistivity sekitar 400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk
operasi induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak
mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-
m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Universitas Indonesia
D. Laterolog
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog
8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah
elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur
harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami
kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis
lumpur water base mud.
Universitas Indonesia
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai indikator la
(PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Separasi dua kurva positif jika R2” > R1”x1” dan fluida hidrokarbon yang
terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan hidrokarbon air tawar.
Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang terkandung
biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh
gelombang bunyi pada jarak tertentu didalam lapisan batuan. Peralatan sonic log
terdiri dari satu atau lebih transmiter dan satu atau lebih receiver. Satuan sonic log
adalah mikro second per foot yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang
bunyi yang mencapai receiver dalam formasi. Sonic log merupakan log porositas
dan biasanya di run bersama-sama dengan induksi log, gamma ray log, atau SP
log.
Prinsip kerja alat ini adalah bunyi dengan interval yang teratur dipancarkan dari
sebuah sumber bunyi (transmitter) dan alat penerima (receiver) akan mencatat
lamanya waktu perambatan bunyi di dalam batuan (Lt). Lamanya waktu
perambatan bunyi tergantung kepada litologi batuan dan porositas batuannya. Bila
batuannya kompak dan porositasnya rendah maka harga Lt akan rendah dan
sebaiknya. Log ini dapat digunakan untuk mendeteksi “overpressed zone”, dimana
pada daerah ini terdapat banyak air sehingga kecepatan dari waktu rambat bunyi
sangat lambat. Alat sonic yang sering dipakai pada saat ini adalah Borehole
Compansated Sonic Tool (BHC), dimana alat ini sangat kecil dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan lubang bor maupun posisi alat sewaktu pengukuran
dilakukan. Log sonik ini memiliki besaran μs/ft atau μs/m dengan skala 140-40
μs/ft.
Universitas Indonesia
Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari batuan ya
dari densitas formasi.
Bulk density merupakan indikator yang penting untuk menghitung porositas bila
dikombinasikan dengan kurva log neutron, karena kurva log densitas ini akan
menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya.
Universitas Indonesia
Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan lebih rendah daripada yang
mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih besar daripada minyak. Pada
batuan homogen yang mengandung fluida gas, densitas batuan lebih rendah lagi
daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang mengandung batubara, mempunyai
densitas paling rendah diatara jenis batuan yang mengandung fluida. Dengan
menggunakan kurva bulk density saja kita akan menemui kesulitan dalam
menentukan jenis kandungan fluidanya. Terkecuali lapisan batubara yang
mempunyai harga densitas yang khas yaitu sangat rendah, dengan log densitas
saja kita dapat menentukan adanya lapisan batubara. Tanggapan log densitas
berupa densitas bulk atau densitas keseluruhan formasi termasuk matriks, fluida,
atau mineral yang terkandung di dalamnya. Untuk mendapatkan nilai porositas,
nilai densitas bulk harus dikonversi ke dalam porositas untuk mengetahui kondisi
litologi dan keberadaan fluida. Pada gambar 2.13 merupakan respon log densitas
yang dikombinasikan dengan log neutron untuk identifikasi litologi.
Universitas Indonesia
Kondisi penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas
rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat
digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya
terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.Kondisi optimum
dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20 % -
40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan
peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel
pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan
spring. Densitas matrik batuan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Universitas Indonesia
Besarnya energi yang hilang terjadi apabila neutron bertumbukan dengan suatu
atom yang mempunyai massa yang sama seperti atom hidrogen. Energi yang
hilang saat benturan dengan atom di dalam formasi lapisan disebut sebagai
porositas formasi (Фn). Hilangnya energi paling besar bila neutron bertumbukan
dengan sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom
hidrogen. Dengan demikian besarnya energi neutron yang hilang hampir
semuanya tergantung banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi. Batuan
yang kompak dimana porositas mendekati nol akan menurunkan harga neutron.
Universitas Indonesia
Berdasarkan sifat-sifat defleksi kurva log densitas dan log neutron maka dapat
memberikan informasi penting pada lapisan-lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Pada lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung
mempunyai defleksi ke kiri (makin kecil harga Rhob-nya), sedangkan pada log
neutron harga porositasnya akan cenderung makin ke kanan (makin kecil harga
Phin) dan pada lapisan shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan defleksi
kurva log yang sebaliknya. Dengan kata lain pada lapisan hidrokarbon akan
terjadi antara separasi antara kurva log densitas dan kurva neutron dimana
separasi tersebut disebut separasi positif sebaliknya pada lapisan shale terjadi
separasi negative. Gas memiliki konsentrasi hidrogen yang rendah, dengan
demikian neutron akan memberikan respon porositas yang rendah pula. Pada air
dan minyak, jumlah atom hidrogennya hampir sama, tapi lebih banyak dari gas
sehingga tidak terlihat adanya crossover. Gambar 2.14 menunjukkan tanggapan
log neutron.
Universitas Indonesia
Gambar 2. 14 Tanggapan log neutron pada beberapa kondisi litologi (Glover, 2007)
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung
volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing,
selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting
packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit).
Universitas Indonesia
Data batu inti atau biasa disebut core, memberikan berbagai informasi langsung sebagai bahan evalu
dibandingkan reservoarnya. Sampel batu inti ini diambil dari sumur pilihan dan
Universitas Indonesia
Sifat-sifat batuan yang penting dalam analisis petrofisika adalah kandungan lempung,
porositas dan saturasi air. Parameter lain yang penting dalam melakukan analisa
petrofisika adalah permeabilitas. Dengan mengetahui rasio kandungan lempung, porositas
dan saturasi air, estimasi potensi reservoar dapat diketahui. Dengan tambahan parameter
saturasi air, banyaknya kandungan hidrokarbon di dalam reservoar dapat diketahui.
Reservoar yang memiliki permeabilitas besar Hidrokarbon akan sangat efektif
untuk di produksi.
GR log GR
Vclay (2-2)
min
GR max GR
min
Universitas Indonesia
Porositas adalah ruang kosong di antara matriks batuan atau dengan kata lain
volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat. Porositas ditentukan
berdasarkan bentuk butiran dan sortasi. Bentuk butiran semakin bundar (rounded)
maka porositas akan semakin baik dan sebaliknya. Sedangkan sortasi merupakan
pemilahan ukuran butir yang bila semakin sama besar butir maka porositas akan
besar dan bila sortasi buruk maka butiran yang kecil-kecil akan mengisi pori di
antara pori butir besar. Porositas yang menjadi target penelitian adalah nilai
porositas efektif atau porositas total yang telah dikurangi oleh faktor kandungan
lempung. Porositas total didapat berdasarkan model porositas neutron-densitas.
Koreksi kandungan lempung terhadap neutron dan densitas menggunakan
persamaan berikut.
𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 𝜌𝑏−𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑎𝑦.𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦
= (2-10)
(1−𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦)
ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 ɸ𝑁−ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑎𝑦.𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦
= (2-12)
(1−𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦)
Universitas Indonesia
2 2
𝑁 𝐷
ɸ (2-13)
ɸ𝑁𝐷 √ 2
Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh
air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan
saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon, jika air
merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam poripori batuan, maka nilai
Sw = 1, tetapi apabila pori-pori batuan mengandung fluida hidrokarbon maka nilai
Sw < 1. Air yang terdesak tidak semuanya pindah, masih ada air yang tersisa
karena tegangan permukaan butiran. Air sisa tersebut dinamakan saturasi air sisa
(Swirr). Ada beberapa metode atau model saturasi yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan pengendapan, kandungan lempung, dan litologi target
reservoar antara lain Archie, Simandoux, Indonesian, Juhasz, dan Waxman Smit.
Berikut merupakan Rumus persamaan Archie:
a
F
m
(2-14)
dimana:
F = Faktor Resistivitas Formasi
a = Koefisien litologi (batugamping = 1, batupasir = 0,65)
Ф = porositas densitas neutron
m = Faktor sementasi (batugamping = 2, batupasir = 2,15)
Universitas Indonesia
S F Rw Rt
w (2-15)
dimana :
Sw = Saturasi air formasi
F = Faktor formasi
Rw = Resistivitas air formasi
Rt = Resistivitas formasi, dibaca dari kurva resistivitas
2.2.3.4 Permeabilitas
Permeabilitas (k) adalah ukuran kemampuan batuan untuk dapat melewati fluida.
Permeabilitas berhubungan dengan porositas yang saling berhubungan
(connected) dan butiran matriks yang besar. Sedimen dengan matriks yang besar
dan porositas besar akan memiliki permeabilitas yang besar pula. Sedangkan
batuan dengan matriks dan porositas kecil akan menyulitkan fluida untuk
mengalir yang berarti permeabilitasnya kecil. Permeabilitas dinyatakan dalam
milidarcy (mD) dengan interval 1 – 1000 mD untuk ukuran produksi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 data sumur pada lapangan
Alaska, tepatnya pada dearah National Petroleum Alaska (NPRA). Data terdiri dari 7 data sumur, an
melakukan pengolahan data. Data log yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 3.1.
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Awuna 1
√ √ √ √ √ √ √ √
Kagrua 1
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Lisburne 1
√ √ √ √ √ √ √ √
Seabee 1
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tunalik 1
√ √ √ √ √ √ √ √
Walakpa 1
√ √ √ √ √ √ √ √
Walakpa 2
40 Universitas Indonesia
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian yaitu melakukan analisa petrofisika, diteruskan deng
Gambar 3.2 dibawah ini:
Universitas Indonesia
Data log lain yang berguna dalam menentukan zona reservoar adalah log
Resitivitas. Pada log Resitivitas kita bisa mengetahui keberadaan hidrokarbon,
yaitu dengan nilai resitivitas yang tinggi. nilai resitivitas yang relatif rendah
menunjukkan bahwa lapisan tersebut mengandung air atau lempung. Resitivitas
minyak dan gas yang lebih tinggi dari air akan membuat kurva ILD men-defleksi
ke kanan. Zona interest pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
dibawah ini:
Universitas Indonesia
Kandungan lempung merupakan jumlah kandungan lempung di dalam formasi, biasanya dinyatakan
memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:
Universitas Indonesia
Pada Gambar 3.4 diatas menunjukkan hasil penghitungan kandungan lempung dengan 2 indikator, y
lempung sehingga sangat berpengaruh pada parameter petrofisika.
Evaluasi Rw dan Rmf untuk perhitungan kejenuhan air, dan evaluasi rembesan
kualitatif. Pada default module software Interactive Petrophysics, nilai Rw dan
Rmf dihitung berdasarkan pembacaan nilai Rt dan Rxo. Nilai ini merupakan nilai
semu (apparent), yaitu nilai yang didapat dengan pendekatan tidak langsung
dengan menggunakan formula Archie.
Universitas Indonesia
Rw t (3-2)
Rmf Rx
o
dimana,
Rw = resistivitas air formasi , dalam
Ωm Rmf = resistivitas mud filtrate, dalam
Ωm Rt = resisitivitas formasi, dalam
Ωm
Rxo = resisitivitas formasi pada flushed zone, dalam Ωm
Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
4
PHIE = PHIT – (1-Vclay) (3-1)
dimana:
PHIE = Porositas efektif
PHIT = Porositas total
Vclay = Volume
lempung
Untuk menghitung saturasi air, dalam penelitian ini menggunakan model persamaan Archie dengan
air dapat dilihat pada Gambar 3.6 dibawah ini:
Universitas Indonesia
Evaluasi Permeabilitas digunakan untuk membantu menentukan nilai penggal (cutoff). Nilai permeab
persamaan timur, yaitu:
𝐾 = 8581 𝑃𝐻𝐼𝐸4.4
𝑆w2
(3-3)
dimana:
K = Permeabilitas
𝜑 = Porositas efektif (PHIE)
Sw= Saturasi air
Universitas Indonesia
Setelah semua nilai parameter petrofisika didapatkan (kandungan lempung, porositas, saturasi air dan
digunakan adalah porositas, kandungan lempung, dan saturasi air. Nilai penggal
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.8 Lumping
Universitas Indonesia
4.1 Hasil
Zona Pada sumur kugrua 1 terbagi menjadi 7 zonasi dengan ketebalan masing-
masing zona yang beragam. Zonasi pada sumur Kugrua 1 berada mulai dari
kedalaman 6.115 sampai 11.079 ft. Zonasi pada sumur kugrua 1 ini berada pada
formasi peble shale unit hingga formasi Sedlerochit group. Zona potensial dengan
kandungan lempung yang sedikit adalah zona 3, zona 4, dan zona 6. Zona 3
memiliki kandungan lempung 19%, zona 4 kandungan lempung 18% dan zona 6
memiliki kandungan lempung paling sedikit yaitu 7% yang terletak pada formasi
Kingak shale hingga formasi Sag river sandstone.
Pada sumur Lisburne 1 terbagi menjadi 5 zonasi yang berada mulai dari
kedalaman 1978 sampai 13302 ft. Zonasi pada sumur Lisburne 1 ini berada pada
formasi torok hingga fortress mountain. Zona potensial dengan kandungan
lempung yang sedikit adalah zona 1 dan zona 4. Zona 1 memiliki kandungan
lempung sebesar 9% yang terletak pada formasi torok hingga formasi fortress
mountain dan zona 4 memiliki kandungan lempung sebesar 1%.
51 Universitas Indonesia
Universitas Indoenesia
4.1.2 Porositas
Universitas Indoenesia
Sumur Lisburne 1 zona 1 memiliki porositas besar dan kandungan lempung yang
kecil sehingga diperkirakan menjadi zona target reservoar yang mengandung
hidrokarbon. Hasil perhitungan porositas sumur Kugrua 1 dan Lisburne 1 dapat
dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 seperti dibawah ini:
Universitas Indoenesia
Setelah mendapatkan nilai porositas selanjutnya adalah menghitung nilai saturasi air pada masing-ma
dari kedalaman 1.978 ft sampai 2.154 ft. Hasil perhitungan saturasi air sumur
Kugrua 1 dan Lisburne 1 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 seperti
dibawah ini:
Universitas Indoenesia
Universitas Indoenesia
Berdasarkan proses penentuan cutoff pada pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya, masing-masing sumur memiliki nilai cutoff porositas dan kandungan
lempung. Nilai cutoff untuk semua sumur dirata-ratakan sehingga didapatkan
suatu nilai cutoff yang digunakan untuk pembuatan lumping. Untuk nilai saturasi air cutoff yang
Dengan memasukkan nilai cutoff porositas minimal sebesar 6% dan cutoff kandungan lempung m
sumur Kugrua 1 dan sumur Lisburne 1.
Gambar 4. 7 Net reservoir dan Net Pay sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan
6
Universitas Indoenesia
Gambar 4. 8 Net reservoir dan Net Pay sumur Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3
Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
1
5 7.203 7.247 43,68 35,06 0,80 0,27 0,11 0,35
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,26 0,54 0,21 0,08 0,26
Universitas Indoenesia
Top Bottom Av Av Av
Well Zones (FT) (FT) Gross Net N/G Vclay Phie Sw
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
1
5 7.203 7.247 43,68 34,06 0,78 0,27 0,11 0,34
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,00 0,54 0,21 0,08 0,26
Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
1
4 11.841 12.146 304,82 25,50 0,08 0,01 0,11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---
Top Bottom Av Av Av
Well Zones (FT) (FT) Gross Net N/G Vclay Phie Sw
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne
1 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
4 11.841 12.146 304,82 255,00 0,08 0,01 0.11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---
Universitas Indoenesia
Pada sumur Kugrua 1, zona potensial adalah zona 3, 4, dan 6. Pada zona 3 NTG
sebesar 0,86 dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
15%, saturasi air sebesar 28% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 8,53 m.
Zona 3 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 6409 sampai 6437 ft yang
berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan fluida
hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 4 NTG sebesar 0,92 dengan kandungan
lempung sebesar 18%, porositas efektif 13%, saturasi air 32% dan ketebalan
resrvoar sebesar 7,92 m. Zona 4 sumur kugrua 1 ini berada pada kedalaman 6651
sampai 6677 ft yang berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit
dengan fluida hidrokarbonnya berupa gas.
Pada zona 6 NTG sebesar 0,90 dengan kandungan lempung sebesar 7%, porositas
efektif 14%, saturasi air 38% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 37,18 m.
Zona 6 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 8704 sampai 8826 ft yang
terletak pada formasi Kingak shale hingga formasi sag river sandstone dengan
jenis fluida hidrokarbonnya adalah gas.
Universitas Indoenesia
4.2 Pembahasan
Zonasi pada data log bertujuan untuk korelasi antar sumur. Zonasi ini mengacu
pada kesamaan pembacaan rekaman data sumur. Pada data sumur lapangan “D”
tiap-tiap sumur mempunyai jumlah zonasi yang berbeda tergantung pada
kedalaman dari sumur-sumur tersebut. Jumlah zonasi terbanyak terdapat pada
sumur Kugrua 1 dan Tunalik 1 sebanyak 7 zona. Dari log litologi seperti log
gamma ray, log densitas-neutron, menunjukkan bahwa terdapat perselingan batu
pasir bercampur dengan lempung di sepanjang kedalaman sumur dan litologi pada
reservoarnya merupakan shaly sand, dimana terdapat perselingan antara batu pasir
dan shale pada 7 sumur daerah penelitian. Untuk litologi sand, ini ditunjukkan
dengan pembacaan log gamma ray yang bernilai rendah (20 – 75 API) dan adanya
separasi positif yang tidak terlalu besar pada kurva log neutron-densitas.
Setelah dilakukan evaluasi litologi, dapat ditentukan interval zona mana saja yang
potensial menjadi reservoar dengan melihat kandungan fluida di dalamnya. Fluida
yang mengisi pori batuan yaitu air dan hidrokarbon. Air dan hidrokarbon dapat
dibedakan dari nilai resistivitasnya. Air memiliki nilai resistivitas rendah,
sedangkan hidrokarbon memiliki nilai resistivitas tinggi. Sehingga dengan
kombinasi evaluasi litologi dan evaluasi jenis fluida, maka dapat ditentukan zona
potensial reservoir.
Universitas Indoenesia
Pada daerah penelitian, nilai kandungan lempung yang didapat bervariasi dengan
nilai kandungan lempung rata-rata untuk sumur Awuna 1 sebesar 17%, Sumur
Kugrua 1 sebesar 18%, sumur Lisburne 1 sebesar 8%, sumur Seabee 1 sebesar
12%, sumur Tunalik 1 sebesar 7%, sumur Walakpa 1 sebesar 12% dan sumur
Walakpa 2 sebesar 21%. Nilai kandungan lempung ini di dapat melalui evaluasi
dari pembacaan log GR, dan gabungan densitas-neutron. Nilai kandungan
lempung pada masing-masing sumur di setiap zonanya bervariasi antara 0 hingga
0,28. dari hasil analisis lempung diambil nilai kandungan lempung yang terendah.
Nilai dari kandungan lempung ini sangat berpengaruh pada penghitungan nilai
porositas dan saturasi air. Dari nilai lempung yang rendah ini kita dapat
mengasumsikan bahwa daerah telitian merupakan daerah formasi bersih.
Sumur Awuna 1 terletak di bagian barat daya daerah penelitian. Pada sumur ini
kandungan lempung bervariasi pada masing-masing zona reservoar. Zona 3 pada
sumur Awuna 1 merupakan zona dengan kandungan lempung paling sedikit yaitu
sebesar 7%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang didukung oleh adanya
penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh log ILD. Zona 3
sumur Awuna 1 ini terletak pada formasi torok dengan ketebalan reservoar
sebesar 6 meter. Zona dengan lapisan sandstone paling tebal pada sumur Awuna 1
adalah zona 5 dengan ketebalan sebesar 21 meter dari kedalaman 5046 – 5116 ft.
Universitas Indoenesia
Universitas Indoenesia
Sumur dengan kandungan lempung paling sedikit berada pada zona 4 sumur
Lisburne 1 dengan kandungan lempung hanya 1%. Zona 4 sumur Lisburne 1
memiliki ketebalan reservoar sebesar 92,96 meter dari kedalaman 11841 - 12146
ft. Secara umum, zona reservoar pada daerah penelitian memiliki kandungan
lempung yang sedikit dimana adanya sedikit perselingan batu pasir dan shale
untuk semua sumur pada daerah penelitian.
4.2.3 Porositas
Pada daerah penelitian, nilai porositas efektif yang didapat bervariasi dengan nilai
porositas efektif rata-rata untuk sumur Awuna 1 sebesar 14%, Sumur Kugrua 1
sebesar 13%, sumur Lisburne 1 sebesar 16%, sumur Seabee 1 sebesar 12%, sumur
Tunalik 1 sebesar 13%, sumur Walakpa 1 sebesar 18% dan sumur Walakpa 2
sebesar 17%. Nilai porositas efektif pada zona reservoar di setiap sumur bervariasi
antara 8% hingga 27%. Dengan nilai porositas efektif yang dominan pada zona
reservoar diatas 10% hingga 20% pada masing-masing sumur.
Nilai porositas yang diukur merupakan nilai porositas efektif (PhiE), sehingga
pengaruh lempung terhadap evaluasi porositas sudah dihilangkan. Nilai ini
didapatkan melalui evaluasi dengan menggunakan model densitas-neutron.
Dengan model ini, nilai log neutron dan densitas dimasukkan, maka pembacaan
PhiE akan langsung didapatkan pada model litologi yang sesuai, dimana nilai
kandungan lempungnya sudah dihilangkan. Sumur dengan porositas efektif yang
besar adalah sumur Awuna 1 dan sumur Lisburne 1. Sumur Awuna 1 pada zona 1
memiliki porositas sebesar 27% yang terletak pada formasi torok dengan
ketebalan reservoar sebesar 8 meter dari kedalaman 2979 - 3007 ft.
Universitas Indoenesia
Sumur Lisburne 1 pada zona 1 memiliki porositas sebesar 24% yang terletak pada
formasi torok hingga formasi fortress mountain dengan ketebalan reservoar
sebesar 53,64 meter dari kedalaman 1978-2154 ft. Dengan porositas yang besar
ini bisa disimpulkan bahwa zona ini merupakan zona reservoar yang potensial
untuk menyimpan fluida hidrokarbon. Berdasarkan nilai porositas efektif pada
daerah penelitian dengan nilai porositas dominan pada zona reservoarnya diatas
10% - 20% pada masing-masing sumur, dapat disimpulkan bahwa reservoar pada
lapangan penelitian memiliki ruang pori batuan yang cukup untuk menyimpan
fluida.
Universitas Indoenesia
4.2.5 Lumping
Lumping merupakan hasil akhir dari penelitian ini. Dari nilai penggal (cut off)
yang telah diperoleh sebelumnya, didapatkan kandungan lempung maksimum
sebesar 54% dan porositas minimum sebesar 6% pada semua sumur di daerah
penelitian yang akan digunakan untuk penentuan zona net reservoir. Untuk
lapisan yang produktif (net pay) diasumsikan memiliki nilai kejenuhan air kurang
dari atau sama dengan 60% Sehingga dengan adanya kandungan lempung
maksimum sebesar 54%, porositas minimum 6% dan ditambah nilai pengal
saturasi air 60% pada semua sumur di daerah penelitian yang kemudian akan
didapatkan zona net pay pada tiap-tiap sumur.
Hasil lumping yang menunjukkan zona reservoar yang potensial pada masing-
masing sumur adalah sumur Awuna 1 zona 1 dengan Net to Gross sebesar 95%.
Zona 1 ini memiliki kandungan lempung sebesar 22%, porositas efektif sebesar
27% dan saturasi air sebesar 9% dengan ketebalan reservoar sebesar 26 meter.
Zona 1 sumur Awuna 1 berada pada kedalaman 2979 - 4677 ft yang terletak pada
formasi torok dengan jenis fluida hidrokarbonnya adalah gas. Reservoar yang
potensial dengan produksi banyak, sebaiknya memiliki nilai net to gross (NTG)
yang besar sebagai representasi rasio reservoar yang dapat menampung
hidrokarbon. NTG yang baik adalah NTG dengan rasio mendekati 1. Nilai
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai porositas, kandungan lempung, dan saturasi
air pada reservoar.
Universitas Indoenesia
Pada sumur Walakpa 2, zona potensial adalah zona 2 dengan NTG sebesar 90%.
Zona 2 ini memiliki kandungan lempung sebesar 16%, porositas efektif sebesar
20% dan saturasi air sebesar 15% dengan ketebalan reservoar sebesar 11 meter.
Zona 2 sumur Walakpa 2 ini terletak pada kedalaman 2602 - 2638 ft yang berada
pada formasi peble shale unit hingga formasi Kingak shale.
Pada sumur Kugrua 1, zona potensial adalah zona 3, 4, dan 6. Pada zona 3 NTG
sebesar 0,86 dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
15%, saturasi air sebesar 28% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 8,53 m.
Zona 3 sumur Kugrua 1 ini terletak pada kedalaman 6409 - 6437 ft yang berada
pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan fluida hidrokarbonnya
berupa minyak. Pada zona 4 NTG sebesar 0,92 dengan kandungan lempung
sebesar 18%, porositas efektif 13%, saturasi air 32% dan ketebalan resrvoar
sebesar 7,92 meter. Zona 4 sumur kugrua 1 ini terletak pada kedalaman 6651 -
6677 ft yang berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan
fluida hidrokarbonnya berupa minyak.
Pada zona 6 NTG sebesar 0,90 dengan kandungan lempung sebesar 7%, porositas
efektif 14%, saturasi air 38% dan ketebalan reservoarnya sebesar 37,18 meter.
Zona 6 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 8704 - 8826 ft yang terletak
pada formasi Kingak shale hingga formasi sag river sandstone dengan jenis fluida
hidrokarbonnya adalah minyak.
Universitas Indoenesia
Pada sumur Seabee 1, zona reservoar potensial adalah zona 5 yang NTG sebesar
0,99 atau 99% dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
12% dan saturasi air sebesar 34% dengan ketebalan reservoar sebesar 10, 05
meter. Zona 5 sumur Seabee 1 terletak pada kedalaman 9082 - 9115 ft yang
berada pada formasi torok sampai formasi Fortress Mountain.
Pada sumur Tunalik 1, zona potensial adalah zona 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada zona
1 NTG sebesar 98% dengan kandungan lempung sebesar 8%, porositas efektif
17%, saturasi air 25% dengan ketebalan reservoar sebesar 8,83 meter. Zona 1
sumur Tunalik terletak pada kedalaman 9415 - 9444 ft pada formasi torok dengan
kandungan fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 2 NTG sebesar 1 dengan
kandungan lempung sebesar 4%, porositas efektif 17%, saturasi air 21% dan
ketebalan reservoar sebesar 25,90 meter. Zona 2 sumur Tunalik 1 berada pada
kedalaman 10076 sampai 10161 ft yang terletak pada formasi torok dengan jenis
fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 3 NTG sebesar 0,99 dengan
kandungan lempung sebesar 10%, porositas efektif 15%, saturasi air 26% dan
ketebalan reservoarnya sebesar 6,40 meter.
Universitas Indoenesia
Pada zona 6 NTG sebesar 0,89 dengan kandungan lempung sebesar 5%, porositas
efektif 9%, saturasi air 28% dan ketebalan reservoar sebesar 15,54 m. Zona 6
sumur Tunalik 1 berada pada kedalaman 11287 sampai 11308 ft yang terletak
pada formasi peble shale unit dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas.
Pada zona 7 NTG sebesar 1 dengan kandungan lempung sebesar 11%, porositas
efektif 10%, saturasi air 29% dan ketebalan reservoar 10,36 m. Zona 7 sumur
Tunalik 1 berada pada kedalaman 11425 sampai 11459 ft yang terletak pada
formasi peble shale unit dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas.
Universitas Indoenesia
1. Dari hasil analisis petrofisika diketahui terdapat perselingan batu pasir dan
lempung pada 7 sumur di daerah penelitian.
70 Universitas Indonesia
Bird, K.J. 1981. Petroleum exploration of the North Slope in Alaska, USA: U.S.
Geological Survey open file-report 81-22, 43 p.
Bird, K.J. and Houseknecht, D.W. 2002. U.S. Geological Survey 2002 petroleum
resource assessment of the National Petroleum Reserve in Alaska (NPRA):
U.S. Geological Survey Fact Sheet 045–02.
Gatlin, C. 1962. Petroleum Engineering Drilling and Well Completion. New York.
Harsono, Adi. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi log. Schlumberger Oilfield
Services.
Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
LAMPIRAN
Gambar 18 Hasil Net reservoir dan Net Pay pada sumur Walakpa 2
Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 2.979 3.007 27,13 13,00 0,48 0,22 0,27 0,09
2 3.181 3.244 62,52 53,62 0,86 0,16 0,11 0,24
Awuna 1 3 3.655 3.675 20,05 16,00 0,80 0,07 0,13 0,22
4 4.637 4.677 40,11 38,00 0,95 0,15 0,11 0,20
5 5.046 5.116 69,60 63,00 0,91 0,24 0,10 0,19
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 1 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
5 7.203 7.247 43,68 35,06 0,80 0,27 0,11 0,35
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,26 0,54 0,21 0,08 0,26
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
1
4 11.841 12.146 304,82 25,50 0,08 0,01 0,11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---
1 284 375 90,64 77,50 0,86 0,27 0,15 0,09
2 5.335 5.406 70,14 47,57 0,68 0,28 0,12 0,25
Seabee
3 6.747 6.784 36,69 32,05 0,87 0,22 0,12 0,26
1
4 8.909 8.958 48,56 24,91 0,51 0,14 0,11 0,34
5 9.082 9.115 33,41 32,94 0,99 0,19 0,12 0,34
1 9.415 9.444 28,84 28,39 0,98 0,08 0,17 0,25
2 10.076 10.161 85,31 85,25 1,00 0,04 0,17 0,21
3 10.191 10.226 34,85 34,64 0,99 0,10 0,15 0,26
Tunalik
4 10.406 10.427 20,43 20,30 0,99 0,08 0,15 0,30
1 5 10.904 10.942 38,45 38,30 1,00 0,05 0,13 0,38
6 11.287 11.338 50,47 45,12 0,89 0,05 0,09 0,28
7 11.425 11.459 33,65 33,49 1,00 0,11 0,10 0,29
1 1.555 1.566 10,99 7,71 0,70 0,10 0,23 0,09
Walakpa 2 1.572 1.589 17,05 9,50 0,56 0,22 0,19 0,10
1 3 2.069 2.087 17,81 17,24 0,97 0,05 0,21 0,15
4 3.598 3.614 16,29 13,95 0,86 0,12 0,09 0,15
1 1.770 1.785 14,86 7,94 0,53 0,24 0,21 0,16
Walakpa 2 2.602 2.638 35,92 32,34 0,90 0,16 0,20 0,15
2 3 2.731 2.736 5,57 5,19 0,93 0,21 0,19 0,26
4 3.993 4.039 45,83 23,00 0,50 0,21 0,08 0,21