Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI


RESERVOAR BERDASARKAN DATA LOG SUMURAN PADA
LAPANGAN “D”

SKRIPSI

NURRUL AHMAD HIDAYAT

1006806545

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

DEPOK

JUNI

2013

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI


RESERVOAR BERDASARKAN DATA LOG SUMURAN PADA
LAPANGAN “D”

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

NURRUL AHMAD HIDAYAT

1006806545

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

DEPOK

JUNI 2013

i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nurrul Ahmad Hidayat

NPM : 1006806545

Tanda Tangan :

Tanggal : 15 Juni 2013

i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Nurrul Ahmad Hidayat
NPM : 10806545
Program Studi : S1- Ekstensi Fisika
Peminatan : Geofisika
Judul Skripsi : Analisis Petrofisika dan Evaluasi Formasi
Reservoar Berdasarkan Data Log Sumuran
Pada Lapangan “D”.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr.rer.nat Abdul Haris

Penguji I : Dr. Eng. Yunus Daud, M.Sc

Penguji II : Ir. Kris Hendardjo, MBA

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 30 Mei 2013

i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
mengizinkan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan skripsi ini
dengan judul ”Analisis Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar
berdasarkan Data Log Sumuran Pada Lapangan “D”. Shalawat serta salam
senantiasi dilimpahkan untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Pada penulisan skripsi ini Penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Orang tua beserta adik penulis yang telah banyak memberikan dukungan
moril, materi maupun doanya kepada penulis untuk bisa menyelesaikan
skripsi ini hingga akhir.
2. Dr. rer. nat. Abdul Haris, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas akhir.
3. Dr. Eng. Yunus Daud, M.Sc selaku penguji I, yang telah memberikan
waktunya untuk menjadi penguji tugas akhir, meluangkan waktunya untuk
bimbingan dan diskusi, arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada
penulis.
4. Ir. Kris Hendardjo, MBA selaku penguji II, yang telah meluangkan waktunya
untuk menjadi penguji tugas akhir, meluangkan waktunya untuk berdiskusi
dan segala masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis serta koreksinya
dalam laporan tugas akhir ini.

i
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
5. Dr. Supriyanto dan Pak Samsu Rosyid selaku dosen peminatan Geofisika
yang telah memberikan banyak Ilmu selama perkuliahan serta arahan yang
sangat berharga.
6. Riki Pahlevi Zain S.Si (semok), dan Michael Joel Baris S.Si. (Jebe),
genggong, Bang Aryo dan Agus selaku teman-teman yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama pengerjaan tugas akhir.
7. Teman seperjuangan, Botak, Awan, Angga, Thorik, Arif dan Eri yang
telah banyak memberikan dukungan dan bantuan dalam pengerjaan tugas
akhir ini.
8. Teman-teman di Gedung A, Iskandar, Anto, Eno, Randy, Janit, dan semua
teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah
sama-sama berjuang dan saling berdiskusi dalam mengerjakan tugas akhir.
9. Staf Departemen Fisika UI, Mbak Ratna dan Pak Mardi atas bantuan
teknis yang penulis peroleh selama menjadi mahasiswa Fisika UI.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas doa dan dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dari semua pihak tersebut
dengan sebaik-baiknya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu perlunya saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan pada masa mendatang. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
penulis pribadi maupun bagi pembaca.

Penulis

2013

v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Nurrul Ahmad Hidayat


NPM : 0706262703
Program Studi : S1-Ekstensi Fisika
Peminatan : Geofisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI RESERVOAR


BERDASARKAN DATA LOG SUMURAN PADA LAPANGAN “D”.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 15 Juni
2013 Yang menyatakan

( Nurrul ahmad Hidayat )

v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
ABSTRA

Nama : Nurrul Ahmad Hidayat


Program Studi : S-1 Ekstensi Fisika
Judul : Analisis Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar
Berdasarkan Data Log Sumuran Pada Lapangan “D”

Penelitian ini membahas karakterisasi zona reservoar hidrokarbon berdasarkan


analisis petrofisika. Penelitian dilakukan dengan melakukan evaluasi formasi dan
analisis petrofisika. Dalam evaluasi formasi dibutuhkan parameter-parameter
fisika untuk mengevaluasi dan memprediksi kandungan minyak dan gas bumi
dalam batuan reservoar. Parameter-parameter fisika tersebut adalah kandungan
lempung, porositas, kejenuhan air dan permeabilitas yang didapatkan dari analisis
petrofisika. Dalam penelitian ini dilakukan analisis petrofisika dari 7 data sumur.
Berdasarkan hasil akhir analisis petrofisika, reservoar zona target pada lapangan
penelitian adalah reservoar pada sumur Lisburne 1 dengan kandungan lempung
sebesar 9%, porositas efektif 24% dan saturasi air 10%. Litologi pada reservoar
ini merupakan batupasir dengan ketebalan reservoar sebesar 53,64 meter.
Reservoar ini terletak pada kedalaman 1978 – 2154 ft.

Kata kunci : Analisis Petrofisika, kandungan lempung, porositas,


saturasi air,
permeabilitas. xv + 70 halaman : 33 gambar; 6
tabel
Daftar Acuan : 8 (1962-2008)

v
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
ABSTRAC

Name : Nurrul Ahmad


Hidayat Study program: S-1 Ekstensi Geofisika
Title : Petrophysical Analysis and Reservoir Formation
Evaluation Based Wells Log data on “D” field

This study discusses the caracterization of hydrocarbon reservoir zones based on


petrophysical analysis. The study was conducted by formation evaluation and
petrophysical analysis. In formation evaluation physics parameters needed to
evaluate and predict the content of oil and gas in the reservoir rocks. The physical
parameters are the clay content, porosity, water saturation and permeability
obtained from petrophysical analysis. In this study carried petrophysical analysis
of 7 well data. Based on the final results of petrophysical analysis, reservoir
target zone on the research field is reservoir at Lisburne 1 well with the clay
content is 9%, effective porosity is 24% and water saturation is 10%. Lithology in
this reservoir is sanstone with a reservoir thickness is 53,64 meters. The reservoir
lies at a depth 1978 - 2154 ft.

Keyword : Petrophysical analysis, clay content, porosity, water satura


tion, permeability
xv +70 pages : 33 figures; 6 tables
Bibliography : 8 (1962-2008)

vi
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..............................vi
ABSTRAK.................................................................................................................vii
ABSTRACT.............................................................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xv

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Metodologi Penelitian................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN GEOLOGI DAN TEORI DASAR


2.1 Geologi Regional........................................................................................5
2.1.1 Struktur dan Sekuen Stratigrafi.....................................................5
2.1.2 Potensi minyak dan gas.................................................................8
2.2 Pengertian Well Logging dan Analisa Petrofisika.....................................10
2.2.1 Well Logging...............................................................................11
2.2.1.1 Log Gamma Ray ..................................................... 11
2.2.1.2 Log Spontaneous Potensial..............................................12
2.2.1.3 Log Resistivitas...............................................................15
2.2.1.4 Log Sonik........................................................................27
2.2.1.5 Log Densitas.............................................................. 28
2.2.1.6 Log Neutron....................................................................31

2.2.1.7 Log Caliper......................................................................33


2.2.2 Data Batu Inti (core).....................................................................34
ix

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2.2.3 Parameter Petrofisika Batuan.....................................................35
2.2.3.1 Kandungan Lempung (Vcl)............................................35
2.2.3.2 Porositas..........................................................................36
2.2.3.3 Saturasi Air......................................................................37
2.2.3.3 Permeabilitas...................................................................38
2.2.3.3 Lumping..........................................................................39

BAB 3. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Penyajian Data.........................................................................................40
3.2 Pengolahan Data Log Sumur....................................................................41
3.2.1 Pengkondisian Data.........................................................................42
3.2.2 Zonasi Reservoar.............................................................................42
3.2.3 Evaluasi Kandungan Lempung..........................................................43
3.2.4 Penentuan Rw dan Rmf.....................................................................44
3.2.5 Porositas dan Saturasi Air..................................................................45
3.2.6 Evaluasi Permeabilitas.......................................................................47
3.2.7 Nilai Penggal (cutoff).........................................................................48
3.2.8 Lumping.............................................................................................50

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil.........................................................................................................51
4.1.1 Kandungan Lempung......................................................................51
4.1.2 Porositas.............................................................................................53
4.1.2 Saturasi air.........................................................................................55
4.1.3 Cutoff dan Lumping...........................................................................57
4.2 Pembahasan.............................................................................................61
4.2.1 Zonasi Reservoar...............................................................................61
4.2.2 Kandungan Lempung.........................................................................62
4.2.3 Porositas.............................................................................................64
4.2.4 Saturasi Air........................................................................................65

4.2.5 Lumping.............................................................................................66

BAB 5. KESIMPULAN
x

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Kesimpulan...................................................................................................70

DAFTAR ACUAN

LAMPIRAN

xi

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram Alir Penelitian......................................................................3


Gambar 2. 1 Peta tektonik Alaska Utara menunjukkan lokasi NPRA.....................6
Gambar 2. 2 Stratigrafi umum North Slope Alaska.................................................7
Gambar 2. 3 Lokasi Reservoar minyak bumi yang diketahui di NPRA................10
Gambar 2. 4 Respon gamma ray pada suatu formasi.............................................12
Gambar 2. 5 Gejala SP pada formasi Resitivity tinggi..........................................13
Gambar 2. 6 Skema rangkaian dasar Normal log..................................................19
Gambar 2. 7 Skema rangkaian dasar Lateral log..................................................19
Gambar 2. 8 Skema rangkaian dasar Induction log...............................................21
Gambar 2. 9 Skema rangkaian dasar Laterolog log..............................................23
Gambar 2. 10 Skema posisi mikro log di dalam Sumur........................................24
Gambar 2. 11 Penampang bantalan MSFL............................................................26
Gambar 2. 12 Respon log sonik di tiap litologi.....................................................28
Gambar 2. 13 Respon kombinasi log densitas-neutron.........................................30
Gambar 2. 14 Tanggapan log Neutron pada beberapa kondisi litologi.................33
Gambar 2. 15 Skema peralatan dasar Caliper Log................................................34
Gambar 3. 1 Peta log sumur National Petroleum Reserve Alaska (NPRA)..........41
Gambar 3. 2 Diagram alir proses pengolahan data petrofisika..............................41
Gambar 3. 3 Hasil zonasi reservoar pada sumur Kugrua 1...................................43
Gambar 3. 4 Evaluasi kandungan lempung pada sumur Kugrua 1........................44
Gambar 3. 5 Hasil perhitungan porositas pada sumur Kugrua 1...........................46
Gambar 3. 6 Hasil perhitungan Saturasi air pada sumur Kugrua 1.......................47
Gambar 3. 7 Hasil perhitungan Permeabilitas pada sumur Kugrua 1....................48
Gambar 3. 8 Crossplot antara porositas efektif dengan permeabilitas..................49
Gambar 3. 9 Crossplot antara porositas efektif dengan kandungan lempung.......50
Gambar 4. 1 Kurva kandungan lempung sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan 6...........52
Gambar 4. 2 Kurva kandungan lempung Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3...................53
Gambar 4. 3 Kurva porositas sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan 6.............................54
Gambar 4. 4 Kurva porositas sumur Lisburne 1 zona 1, 2dan 3...........................55

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 4. 5 Saturasi air pada sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan 6..........................56
Gambar 4. 6 Saturasi air pada sumur Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3.........................56
Gambar 4. 7 Net reservoir dan Net Pay sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan 6.............57
Gambar 4. 8 Net reservoir dan Net Pay sumur Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3..........58

xi

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Harga Density Matrik Batuan................................................................31


Tabel 3.2 Tabel data log sumur Natinal Petroleum Reserve alaska......................40
Tabel 4.1 Hasil Lumping zona net reservoir sumur Kugrua 1.............................58

Tabel 4.2 Hasil Lumping zona net pay sumur Kugrua 1.......................................59
Tabel 4.3 Hasil Lumping zona net reservoir sumur Lisburne 1...........................59
Tabel 4.4 Hasil Lumping zona net pay sumur Lisburne 1....................................59

xi

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin hari kebutuhan masyarakat akan minyak dan gas bumi sebagai sumber energi terus
meningkat. Sumber energi minyak dan gas bumi ini telah banyak membawa kemajuan dan
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan industri perminyakan di Negara kita maupun dunia
ini. Oleh karena itu, usaha dalam eksplorasi maupun eksploitasi minyak dan gas bumi saat ini
perlu ditingkatkan seiring dengan berkembangnya teknologi.

Sumber energi hidrokarbon yang terdiri dari minyak dan gas bumi berasal dari pori-pori
batuan reservoar. Untuk memprediksi cadangan fluida migas dan jumlah fluida yang
diproduksi perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi suatu reservoar. Penelitian geologi dan
seismik permukaan mungkin mampu memberikan dugaan potensi hidrokarbon di bawah
tanah, akan tetapi sampai saat ini belum ada satu solusi nyata selain melakukan penggalian
lubang sumur serta mengadakan serangkaian pengukuran di dalam sumur dan evaluasi data
hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah.
Evaluasi formasi batuan di bawah tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
logging. Metode ini dapat mengetahui gambaran yang lengkap dari lingkungan bawah
permukaan tanah, tepatnya dapat mengetahui dan menilai batuan-batuan yang mengelilingi
lubang bor tersebut. Selain itu metode ini juga dapat memberikan keterangan lapisan yang
mengandung hidrokarbon serta sejauh mana penyebaran hidrokarbon pada suatu lapisan
(Dewanto, 2008).

Sebelum melakukan proses logging diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar well logging,
agar dapat melakukan interpretasi dan analisa hasil rekaman log. Interpretasi dan analisa data
log sumur dapat dipakai sebagai pendukung untuk evaluasi terhadap kondisi suatu reservoar,
agar dapat memprediksi cadangan fluida migas dan jumlah fluida migas. Parameter untuk
mengevaluasi dan memprediksi kandungan minyak dan gas bumi dalam batuan reservoar
adalah porositas, saturasi hidrokarbon, kandungan lempung dan permeabilitas. Parameter-
parameter tersebut didapatkan dari analisa petrofisika menggunakan data log sumur. Dengan
adanya data log, pola–pola atau kurva–kurva log kita dapat mengetahui jenis litologi, jenis

1 Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2

fluida, dan yang terpenting dapat mengetahui cadangan hidrokarbon yang ada pada suatu
formasi batuan reservoar. Oleh karena itu, kelangsungan proses eksplorasi menjadi produksi
sangat bergantung pada analisa petrofisika pada suatu formasi batuan reservoar.

Petrofisika merupakan suatu cabang ilmu dari geofisika yang mempelajari sifat fisik dari
suatu batuan. Analisa petrofisika sangat penting untuk mengetahui kualitas dan karakteristik
batuan reservoar berdasarkan sifat fisiknya yang meliputi porositas, saturasi air, kandungan
serpih dan permeabilitas. Sifat fisik batuan sangat penting dipelajari untuk mengetahui
karakter reservoar atau batuan tempat menyimpan hidrokarbon sebagai batuan yang layak
untuk dilakukan pengeboran ataupun produksi lebih lanjut. Dengan dilakukannya analisa
petrofisika dan evaluasi formasi, kita bisa dengan mudah menentukan suatu zona reservoar
dan penyebaran hidrokarbon di dalam suatu formasi batuan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengidentifikasi litologi dari formasi berdasarkan analisis data log sumur.
2. Mengetahui zona prospek hidrokarbon berdasarkan parameter petrofisika.
3. Pembuatan Lumping.

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan pada tugas akhir ini, maka dilakukan pembatasan
masalah pada beberapa hal:
1. Data yang digunakan terdiri dari 7 data sumur.
2. Data sumur yang digunakan log Gamma Ray, Densitas, neutron, dan log resitivitas.
3. Parameter petrofisika yang digunakan yaitu kandungan lempung, porositas, saturasi
air dan permeabilitas.

Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
3

1.4 Metodologi Penelitian

Tahap awal penelitian yaitu tinjauan pustaka melalui buku pedoman dan paper- paper sebagai
bahan referensi pendukung penelitian. Tahap berikutnya adalah proses pengumpulan data.
Data yang digunakan di dalam penelitian berupa data log sumur. Setelah semua data yang
akan digunakan terkumpul, maka masuk ke tahap pengolahan data berupa analisa petrofisika.
Analisa petrofisika dilakukan untuk menentukan kandungan lempung, porositas, dan saturasi
air. Setelah semua parameter petrofisika batuan didapatkan, maka langkah selanjutnya
menentukan nilai cutoff yang digunakan untuk pembuatan lumping. Tahap akhir dari analisa
petrofisika, yaitu pembuatan lumping (pembungkalan) untuk menentukan zona reservoar (net
reservoir) dan zona produktif (net pay). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar
1.1.

Gambar 1. 1 Diagram Alir Penelitian

Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
4

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Pada BAB I Pendahuluan, bab ini
menjelaskan tentang latar belakang penulisan skripsi, tujuan penelitian, batasan masalah,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Pembahasan selanjutnya terangkum dalam BAB II yang membahas tentang Geologi


Lapangan, menjelaskan secara umum kondisi Geologi dilapangan penelitian. Selain itu juga
membahas, geologi regional, serta teori dasar well log dan analisa petrofisika.

Untuk penyajian data dan pengolahan berada pada BAB III. Pada Bab ini berisikan alur
pengolahan data petrofisika mulai dari perhitungan kandungan lempung, porositas, dan
saturasi air. Kemudian dilanjutkan penentuan nilai cutoff untuk pembuatan lumping.

BAB IV membahas mengenai hasil dan analisa proses pengolahan data analisa petrofisika.
Mulai dari nilai parameter kandungan lempung, porositas, dan saturasi air sampai hasil
lumpingnya.

Bagian akhir dari skripsi ini adalah kesimpulan yang didapatkan dari keseluruhan penelitian
ini, yang terangkum dalam BAB V.

Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
BAB II
TINJAUAN GEOLOGI DAN TEORI DASAR

2.1 Geologi Regional

National Petroleum Reserve Alaska (NPRA) mencakup sekitar 93.240 km2


(36.000 mi2) dari bagian barat hingga tengah North Slope Alaska. Bagian
stratigrafi mencakup tiga sekuen, yaitu: Franklinian, Ellesmerian, dan Brookian
(Gambar. 2.2). NPRA juga memiliki Empat provinsi dengan struktural yang
berbeda, platform Arktik, northern foothills, southern foothills, dan Brooks
Range. Akumulasi minyak yang utama berada di Prudhoe Bay dan Kuparuk
lapangan di sebelah timur NPRA dan lapangan gas kecil Walakpa di sebelah barat
NPRA.

2.1.1 Struktur dan Sekuen Stratigrafi

NPRA terdiri dari tiga provinsi utama yang berbeda fisiografi dan strukturalnya
dan terdiri dari tiga sekuen stratigrafi. Dari utara hingga ke selatan, provinsi-
provinsinya adalah Arktik coastal plain, foothills, dan sistem mountain brooks
range. Provinsi ini umumnya mencerminkan elemen struktur dari utara hingga ke
selatan, yaitu struktur barrow arch dan Arctic platform, Colville basin, dan brooks
range thrust belt. Sekuen stratigrafi dalam NPRA bawah permukaan dipisahkan ke
dalam batuan franklinian zaman pra-Mississippian, batuan Ellesmerian dari zaman
Mississippian awal sampai zaman Cretaceous awal, dan batuan Brookian dari
zaman Creatceous Awal hingga zaman Holocene.

Batuan sedimen di bawah permukaan NPRA adalah 6 - 7-mil tebalnya yang terdiri
dari batu pasir, serpih, dan puing limestone yang diendapkan di daerah flood plain
kuno dan di cekungan laut selama 350 juta tahun terakhir. Batuan ini terdiri dari
sekuen Brookian dan Ellesmerian, di bawah mereka terdapat batuan dasar yang
sangat tua, yaitu dari sekuen Franklinian.

5 Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Dari garis pantai bagian selatan dan Barrow Arch bawah permukaan, beberapa
sumur eksplorasi dibor sampai kedalaman yang menembus batuan Franklinian
untuk mengetahui daerah yang potensial. Batuan franklinian membentuk
basement tidak merata pada Barrow arch dan Platform Arktik. Platform Arktik ini
kemiringannya berada di selatan Barrow arch dan mencapai kedalaman
maksimum di bawah Brooks Range, di mana di atasnya terdapat tumpukan sedimen yang meneba
patahan. Uplift dari barrow arch dan platform fish creeck selama zaman
pertengahan Cretaceous menciptakan tiga struktur yang tidak biasa. Platform Fish

Gambar 2.1 Peta tektonik Alaska utara menunjukkan lokasi NPRA (Bird, 2001)

creek bagian barat, telah terbentuk longsoran laut yang dalam. Sekuen stratigrafi
tertua, sekuen Franklinian, sebagian besar terdiri dari batuan metamorf yang
secara kompleks terdeformasi, dan dalam beberapa tempat, terintrusi oleh granit
dan jenis batuan beku lainnya. Batuan ini membentuk platform Arktik dan
basement di bawah Palung Colville.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


7
Sekuen Ellesmerian di daerah NPRA dan Prudhoe Bay termasuk batuan sedimen
marine maupun nonmarine yang sumbernya berasal dari benua utara. Sekuen ini
paling tebal di utara, yaitu pada bagian tengah palung Colville. Zaman batuan
Ellesmerian awal terdiri dari beragam pasir nonmarine, serpih, dan konglomerat
dari Endicott Group, dilapisi oleh lapisan batuan limestone, dolomit, dan serpih
dari Grup Lisburne.

Gambar 2.2 Stratigrafi umum North Slope Alaska (Bird and Houseknecht, 2002)

Sekuen MidEllesmerian merupakan suatu lapisan yang sebagian besar merupakan


batuan sedimen berlumpur dan batu pasir marine dan beberapa batuan limestone

dari formasi Group sadlerochit, formasi Shublik, dan Sag River Sandstone.
Sekuen Ellesmerian akhir terutama batuan Shale dan batuan lanau berada pada air
laut yang lebih dalam, yaitu pada formasi kingak shale dan pebble shale unit.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


8
Unit shale ini, batu pasir danjuga batuan induk berupa batuan lanau umumnya
diyakini telah terendapkan oleh proses sedimetasi marine yang dangkal dan
berada pada sutu cekungan yang relatif dalam. Sekuen Brookian, dari zaman
Cretaceous Awal hingga zaman Holosen, terdiri dari endapan yang berasal dari
uplift Brooks Range dan kemudian menuju ke Palung Colville. Bagian atas batuan
Brookian, yaitu formasi Nanushuk dan Grup Colville adalah batupasir delta-plain
dan batuan shale marine di sebelah timur dan shale nonmarine di sebelah barat.

2.1.2 Potensi minyak dan gas

Secara alami minyak dan gas adalah hasil produksi bahan organik yang telah
mengalami tekanan dan terpanaskan pada suhu tertentu. Beberapa jenis bahan
organik yang diperlukan, biasanya harus terjadi pada konsentrasi minimum
tertentu, dan mereka harus dipanaskan sampai batas tertentu tapi tidak melampau
terlalu jauh, atau minyak dan gas akan hancur atau "terbakar ."Sebuah Source
rock adalah tubuh batuan dimana minyak dan gas dapat diproduksi. Ahli geologi
dan Petroleum dapat meningkatkan penemuan minyak dan gas bumi dengan
mempelajari source rock sebelum program eksplorasi dimulai. Jika tidak ada
batuan induk yang kaya bahan organik diamati, maka prospek menemukan
minyak atau gas di suatu daerah akan berkurang. Namun, minyak dan gas dapat
bermigrasi pada jarak yang jauh, sehingga analisis yang harus digunakan dengan
hati-hati, dan geologi daerahnya juga harus dipertimbangkan.

Jumlah bahan organik dalam batuan ditentukan oleh analisis kandungan organik
karbon mereka (OGC), bahan organik, yang berasal baik dari organisme darat dan
laut, diukur dalam persen. OGC dengan sendirinya menunjukkan kekayaan
organik dari batuan tetapi tidak memberikan petunjuk mengenai keberadaan atau
generasi minyak dan gas. Bahan organik dari laut memproduksi sebagian besar
minyak, sedangkan bahan organik darat menghasilkan sebagian besar gas.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


9
Jadi, dari pengetahuan tentang jenis bahan organik yang ada di suatu daerah, jenis
minyak yang paling tepat dapat diprediksi. Empat unit shale dari laut memiliki
parameter yang akan dianggap sebagai sumber untuk minyak, yaitu: formasi
torok, pebble shale unit, kingak shale, dan formasi shublik. Batuan ini telah
terpanaskan dan matang di sepanjang zona yang relatif kecil untuk pantai di
bagian timur laut dari NPRA (Barrow arch), tetapi karena mereka menebal ke arah
selatan, menjadi lebih matang dan menghasilkan minyak dan gas.

Setiap lapisan batuan berpori dengan interkoneksi antara ruang porinya adalah
petroleoum reservoar yang potensial. Suatu ruang yang berpori disebut porositas,
diukur dalam persen volume. Dengan demikian, 25 persen porositas berarti
seperempat salah satu batuan yang terdiri dari ruang pori. keterkaitan ruang pori,
yang menyediakan jalur untuk mengalirkan fluida, disebut sebagai permeabilitas.
Tingkat porositas dan permeabilitas adalah hasil dari lingkungan pengendapan
atau karena adanya efek skunder seperti rekahan pada batuan.

Contoh sedimen yang dapat membentuk reservoar yang baik berada di pantai atau
pasir yang berasal dari patahan fragmen terumbu karang. Batuan keras dan rapuh
dapat menjadi keropos oleh patahan atau aliran air, sehingga ruang terbuka akan
tercipta. Untuk membentuk minyak atau menyimpan gas, batuan reservoir harus
berada dalam beberapa bentuk jebakan, umumnya lipatan atau antiklin. minyak
atau gas bermigrasi kemudian disegel oleh batuan atau struktur. Dalam NPRA,
batuan reservoir yang baik relatif langka dibandingkan dengan wilayah yang
berdampingan dengan prudhoe Bay. Namun, batuan reservoir yang mengandung
akumulasi kecil atau akumulasi residual telah ditemukan di bebatuan mulai zaman
Mississipian hingga Cretaceous. Akumulasi minyak yang signifikan telah
ditemukan dalam Nanushuk Group pada zaman Cretaceous di umiat, Simpson,
Fish Creek, dan Umiat, dan akumulasi gas di Umiat, Gubik, Meade, Simpson,
Wolf Creck, dan Timur Umiat.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
Akumulasi gas Barrow ada pada reservoar di kingak shale zaman Jurassic. Pada
WT Foran dan JW Dalton uji sumur di sepanjang pantai Kutub Utara (Arctic),
hidrokarbon residual ditemukan dalam batuan zaman Missippian dan Permian,
sebaya dengan batuan reservoar di daerah Pruhoe Bay.

Gambar 2.3 Lokasi Reservoar minyak bumi yang diketahui di NPRA (Bird, 1981)

2.2 Pengertian Well Loging dan Analisa Petrofisika

Analisa petrofisika merupakan suatu evaluasi rekaman logging sumur eksplorasi


untuk mendapatkan litologi dan sifat-sifat fisis batuan seperti kandungan lempung, porositas bat

mengetahui litologi dan sifat-sifat fisis petrofisika batuan, dapat ditentukan


interval kedalaman yang merupakan zona reservoar dan zona produktifnya. Selain
itu dapat ditentukan juga penyebaran hidrokarbon di dalam suatu formasi batuan.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
2.2.1 Well logging

Well logging merupakan salah satu kegiatan di dalam eksplorasi migas untuk
mengetahui formasi batuan disepanjang lubang bor. Prinsip kerja well logging
yaitu dengan cara menurunkan suatu alat ke dalam sumur bor yang bertujuan
merekam parameter-parameter yang dimiliki batuan seperti : nilai radiasi gamma
ray yang dipancarkan oleh batuan, hambatan jenis batuan, porositas batuan,
densitas batuan dan kecepatan gelombang yang dilalui pada sebuah lapisan
batuan. Dari kegiatan well logging ini kemudian didapatkan data yang berbentuk
log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang
diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Dengan
adanya data log yang dapat menunjukkan beberapa parameter yang dimiliki oleh
batuan, dapat diinterpretasikan litologi batuan pada sumur tersebut serta dapat
memberikan keterangan batuan yang mengandung hidrokarbon serta sejauh mana
penyebaran hidrokarbon pada formasi di sepanjang lubang bor.
Ada 6 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi, yaitu :
1. Log Gamma Ray
2. Log Spontaneous Potensial
3. Log resistivitas
4. Log sonik
5. Log densitas
6. Log neutron
7. Log Caliper

2.2.1.1 Log Gamma Ray

Log Gamma Ray merupakan log hasil rekaman radiasi sinar gamma alamiah
batuan, yang berguna untuk mendeteksi endapan-endapan mineral radioaktif
seperti Potasium (K), Thorium (Th), atau Uranium (U) didalam batuan. Unsur-
unsur radioaktif banyak terkandung dalam lapisan serpih, sehingga log GR sangat
berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau lempung.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
Batuan yang mempunyai kandungan lempung tinggi akan mempunyai konsentrasi
radioaktif yang tinggi, sehingga nilai gamma ray juga tinggi, dengan defleksi
kurva kekanan. pada sandstone, limestone, dan dolomit sangat sedikit unsur
radioaktifnya kecuali pada batuan tersebut terendapkan mineral-mineral yang
mengandung unsur radioaktif. Contoh log gamma ray terdapat pada gambar 2.4.
Log gamma ray memiliki satuan API (American Petroleum Institute) yang biasanya dalam skala 0
rich shale maka ditulis 0-200 API.

Gambar 2. 4 Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi (Dewan, 1983)

2.2.1.2 Log Spontaneous Potential

Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena
adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur
dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam
lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan.

Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk
mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif
ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan l
degan resistivity tinggi dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi (Harsono, 1997)

Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:


A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka lapisan

shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap terhadap anion Cl-.
Jika lapisan shale memisahkan dua larutan yang mempunyai perbedaan
konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak menembus shale dari larutan yang

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
mempunyai konsentrasi tinggi ke larutan yang mempunyai konsentrasi rendah,
sehingga terjadi suatu potensial.
 Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara air
filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl- dapat saling
berpindah selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang lebih besar dari Na+,
maka terjadi aliran muatan negatif Cl- dari larutan yang berkonsentrasi tinggi
ke larutan yang berkonsentrasi rendah.

B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang melewati
unsur-unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini tergantung dari
perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan dari elektrolit pada
suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat diabaikan karena pada
umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi tidak
begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir lumpur kecil. Jika
pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih dari clay,
maka defleksi kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang demikian
disebut statik SP atau SSP, yang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:

SSP = - Kc log Rmfeq (2-1)


Rweq
dimana :
SSP = Statik Spontaneous Potensial,
mv Kc = Konstanta Lithologi batuan
= 61 + (0.133 ´T ), dalam oF
= 65 + (0.24 ´T ), dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan permeabel,
menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air formasi (R w) dan
dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di dekatnya. Defleksi kurva
SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan besar defleksi tersebut
dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi, tahanan lapisan batuan,
tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor, dan invasi air filtrat
lumpur. Satuan ukuran dalam Spontaneous Potensial adalah millivolt (mv).

2.2.1.3 Log Resistivitas

Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan
untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut
(Thomeer, 1948). Sedangkan log resistivitas merupakan hasil rekaman nilai
tahanan jenis batuan di sepanjang lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya
terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan
mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi
minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak
mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya dapat
dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan
persamaan :
Ro = F x Rw (2-2)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100
% Rw = tahanan air garam (air formasi)

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi
dikemukakan oleh G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :
 Persamaan Archie : F = Ф-m (2-3)
 Persamaan Humble : F = 0,62 x Ф-2,15 (2-4)

dimana :
m = faktor sementasi batuan F = faktor formasi
Ф = porositas

Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan sebenarnya (Rt) dengan tahan
persamaan berikut :

Rt 1 n (2-5)
I 
RoSw

Dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw), porositas (Ф), tahanan
berikut :

Ro Rw  F Rw  m (2-6)
Sw  nRt n n Rt
Rt

Log resitivitas dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
A. Normal Log

Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 2.5, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-
elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohmmeter. Elektroda
A dan B merupakan elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan
elektroda arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar
melalui formasi den besarnya potensial tersebut adalah:

Ri
V  4( AM )
(2-7)

dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A,
Amp AM = jarak antara elektroda A dan M, in
 = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini
terdiri dari dua spacing, yaitu:
 Short normal device, dengan spacing 16 inchi
 Long normal device, dengan spacing 64 inchi

Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short
normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang
long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1
B. Lateral Log

Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi.
Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri
dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi
M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik O
merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan
elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan
melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan
pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang
dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
Ri 1 1 
V  (2-8)
 

4 AM AN
 
Persamaan (2-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan
lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya
potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya
resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh
diameter lubang bor diabaikan.

Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah
resistivity semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan
pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e),
tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone
invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya
(Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale
yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500
ohm-m.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


1

Gambar 2.6. Skema Rangkaian Dasar Normal Log (Schlumberger,

Gambar 2.7. Skema Rangkaian Dasar Lateral Log (Schlumberger, 1984)

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
C. Induction Log

Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang


konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun
peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor
kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk
mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi
dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 2.8.

Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi
(± 20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter
coil yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus induksi
didalam formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar yang akan
menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan pada
mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal yang
dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya
tergantung pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut.
Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2

Gambar 2.8. Skema Rangkaian Dasar Induction Log (Gatlin, 1962)

Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi
yang Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah
investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga R t.
Induction log dapat diturunkan didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur
belum dicasing.

Hasil terbaik dari induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut,
didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan
lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari
Rt maka induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction
log tidak sensitif terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan
resistivity sekitar 400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk
operasi induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak
mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-
m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara
lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang
diukur tidak dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang
sederhana atau tidak memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga
dapat melengkapi informasi yang diperoleh.

D. Laterolog

Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor,


lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur
yang konduktif atau salt mud. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat
gambar 2.9.), suatu arus Io yang konstan dialirkan melalui elektrode Ao lewat
elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh kontak
pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2
mempunyai potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu
elektrode penerima dengan electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara
potensial pasangan M’1M’2 dan M1M2 dibuat nol, maka tidak ada arus yang
mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir horizontal kearah
formasi.

Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog
8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah
elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur
harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami
kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis
lumpur water base mud.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt mud, resistivity tinggi yaitu
lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil base mud, inverted
mud, lubang berisi gas, atau sumur yang sudah dicasing.

Gambar 2.9. Skema Alat Laterolog (Harsono, 1997)

E. Microresistivity Log

Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai indikator la
(PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
1. Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel,
karena dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu
interval total. Pada prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode dengan
ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng (pad) karet, dengan tujuan agar tetap
dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga electrode
yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0, M1, dan M2
yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 2.10.)

Gambar 2.10. Skema Posisi Microlog di dalam Sumur (Schlumberger, 1984)

Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur


pada elektrode M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada
saat pengukuran, ketiga elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor
dengan menggunakan pegas yang dapat dikembangkan antara 6 inch sampai 16
inch. Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing
A0O = 1 ½ inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada
titik antara elektrode M1 dan M2.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
Sistem inverse pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan
permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem
ini mempumyai investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari
sistem A0M1M2 dan pada sistem ini arus listrik yang diberikan dari A0 diukur
perbedaan potensialnya pada M2.

Micronormal digunakan untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo).


Adanya mud cake inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua
kurva microlog tersebut. Lapisan porous permeable ini ditandai dengan adanya
mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang dinyatakan oleh munculnya
separasi dari dua kurva microlog. Microlog tidak akan memberikan keterangan
yang berarti jika arus yang dipancarkan hanya berada di sekitar mud cake (short
circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi sangat tinggi dan tidak
berfungsi pada keadaan oil base mud.

Separasi dua kurva positif jika R2” > R1”x1” dan fluida hidrokarbon yang
terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan hidrokarbon air tawar.
Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang terkandung
biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel.

Kriteria yang harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang


pertama sebagai indikator lapisan porous permeabel didalam susunan sandshale
dengan range tahanan batuan formasi 1 – 200 ohm-m, porositas batuan lebih besar
dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari ½ inch
dan kedalaman invasi lumpur lebih besar atau sama dengan 4 inch.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor
formasi (F), melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact
dibawah kondisi tertentu. Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas
lapisan dan deliniasi dari zone produktif dan zone non produktif.

2. MicroSpherical Focused Log (MSFL)


MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa
dengan alat microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan
elektroda khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah
kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai logam yang
konsentrik (lihat gambar 2.11) disebut elektroda yag mempunyai fungsi
memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang hampir
sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang
bor yang diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari
resistivity didaerah rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara
bersamaan oleh caliper yang merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.

Gambar 2.11. Penampang Bantalan MSFL (Schlumberger, 1984)

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
2.2.1.4 Log Sonik

Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh
gelombang bunyi pada jarak tertentu didalam lapisan batuan. Peralatan sonic log
terdiri dari satu atau lebih transmiter dan satu atau lebih receiver. Satuan sonic log
adalah mikro second per foot yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang
bunyi yang mencapai receiver dalam formasi. Sonic log merupakan log porositas
dan biasanya di run bersama-sama dengan induksi log, gamma ray log, atau SP
log.

Prinsip kerja alat ini adalah bunyi dengan interval yang teratur dipancarkan dari
sebuah sumber bunyi (transmitter) dan alat penerima (receiver) akan mencatat
lamanya waktu perambatan bunyi di dalam batuan (Lt). Lamanya waktu
perambatan bunyi tergantung kepada litologi batuan dan porositas batuannya. Bila
batuannya kompak dan porositasnya rendah maka harga Lt akan rendah dan
sebaiknya. Log ini dapat digunakan untuk mendeteksi “overpressed zone”, dimana
pada daerah ini terdapat banyak air sehingga kecepatan dari waktu rambat bunyi
sangat lambat. Alat sonic yang sering dipakai pada saat ini adalah Borehole
Compansated Sonic Tool (BHC), dimana alat ini sangat kecil dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan lubang bor maupun posisi alat sewaktu pengukuran
dilakukan. Log sonik ini memiliki besaran μs/ft atau μs/m dengan skala 140-40
μs/ft.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2

Gambar 2. 12 Respon log sonik di tiap litologi (Glover, 2007)

2.2.1.5 Log Densitas

Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari batuan ya
dari densitas formasi.

Bulk density merupakan indikator yang penting untuk menghitung porositas bila
dikombinasikan dengan kurva log neutron, karena kurva log densitas ini akan
menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


2
Selain itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan
dapat dipakai untuk memperkirakan kandungan hidrokarbon atau fluida yang
terdapat di dalam formasi, menentukan besarnya densitas hidrokarbon dan
membantu dalam evaluasi lapisan shaly.

Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung


mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin kecil), sedangkan
defleksi log netron ke kanan. Pada batuan yang sangat kompak, dimana per satuan
volume (cc) seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan
porositasnya adalah mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang
mempunyai densitas paling besar, dimana porositas adalah nol, dan ini disebut
sebagai densitas matrik. Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika
mengandung air asin akan mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan
batuan yang seluruhnya terdiri dari matrik.

Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan lebih rendah daripada yang
mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih besar daripada minyak. Pada
batuan homogen yang mengandung fluida gas, densitas batuan lebih rendah lagi
daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang mengandung batubara, mempunyai
densitas paling rendah diatara jenis batuan yang mengandung fluida. Dengan
menggunakan kurva bulk density saja kita akan menemui kesulitan dalam
menentukan jenis kandungan fluidanya. Terkecuali lapisan batubara yang
mempunyai harga densitas yang khas yaitu sangat rendah, dengan log densitas
saja kita dapat menentukan adanya lapisan batubara. Tanggapan log densitas
berupa densitas bulk atau densitas keseluruhan formasi termasuk matriks, fluida,
atau mineral yang terkandung di dalamnya. Untuk mendapatkan nilai porositas,
nilai densitas bulk harus dikonversi ke dalam porositas untuk mengetahui kondisi
litologi dan keberadaan fluida. Pada gambar 2.13 merupakan respon log densitas
yang dikombinasikan dengan log neutron untuk identifikasi litologi.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3

Gambar 2. 13 Respon kombinasi log densitas – neutron (Glover, 2007)

Kondisi penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas
rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat
digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya
terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.Kondisi optimum
dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20 % -
40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan
peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel
pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan
spring. Densitas matrik batuan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
Tabel 2.1 Harga Density Matrik Batuan (Harsono, 1997)

2.2.1.6 Log Neutron

Menurut Sclumberger (1958), log neutron berguna untuk penentuan besarnya


porositas batuan. Prinsip dasar dari log neutron ini adalah memancarkan neutron
secara terus menerus dan konstan pada lapisan. Partikel-partikel neutron
memancar, menembus formasi dan bertumbukan dengan material-material dari
formasi tersebut. Sehingga partikel neutron kehilangan energi, besar atau kecilnya
energi yang hilang tergantung dari perbedaan massa neutron dengan massa
material pembentuk batuan/formasi.

Besarnya energi yang hilang terjadi apabila neutron bertumbukan dengan suatu
atom yang mempunyai massa yang sama seperti atom hidrogen. Energi yang
hilang saat benturan dengan atom di dalam formasi lapisan disebut sebagai
porositas formasi (Фn). Hilangnya energi paling besar bila neutron bertumbukan
dengan sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom
hidrogen. Dengan demikian besarnya energi neutron yang hilang hampir
semuanya tergantung banyaknya jumlah atom hidrogen dalam formasi. Batuan
yang kompak dimana porositas mendekati nol akan menurunkan harga neutron.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
Pada lapisan sandstone mempunyai porositas besar sehingga harga porositas
neutron juga tinggi. Jika pada formasi batuan terkandung air asin atau air tawar,
nilai porositas neutron juga tinggi. Untuk kurva log neutron kita tidak dapat
mengkorelasikannya karena log neutron tidak mewakili litologi suatu batuan.

Berdasarkan sifat-sifat defleksi kurva log densitas dan log neutron maka dapat
memberikan informasi penting pada lapisan-lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Pada lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung
mempunyai defleksi ke kiri (makin kecil harga Rhob-nya), sedangkan pada log
neutron harga porositasnya akan cenderung makin ke kanan (makin kecil harga
Phin) dan pada lapisan shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan defleksi
kurva log yang sebaliknya. Dengan kata lain pada lapisan hidrokarbon akan
terjadi antara separasi antara kurva log densitas dan kurva neutron dimana
separasi tersebut disebut separasi positif sebaliknya pada lapisan shale terjadi
separasi negative. Gas memiliki konsentrasi hidrogen yang rendah, dengan
demikian neutron akan memberikan respon porositas yang rendah pula. Pada air
dan minyak, jumlah atom hidrogennya hampir sama, tapi lebih banyak dari gas
sehingga tidak terlihat adanya crossover. Gambar 2.14 menunjukkan tanggapan
log neutron.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3

Gambar 2. 14 Tanggapan log neutron pada beberapa kondisi litologi (Glover, 2007)

2.2.1.7 Log Caliper

Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi


(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper
log dapat dilihat pada Gambar 2.15. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang
bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang
secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.
Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.

Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung
volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing,
selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting
packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit).

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
Oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya,
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan impermeabel

Gambar 2.15 Skema Peralatan Dasar Caliper Log (Lynch, 1962)

2.2.2 Data Batu Inti (Core)

Data batu inti atau biasa disebut core, memberikan berbagai informasi langsung sebagai bahan evalu
dibandingkan reservoarnya. Sampel batu inti ini diambil dari sumur pilihan dan

dianalisa secara rinci untuk mengembangkan model geologi dan parameter


petrofisika formasi seperti porositas, permeabilitas, dan juga saturasi air.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
2.2.3 Parameter Petrofisika Batuan

Sifat-sifat batuan yang penting dalam analisis petrofisika adalah kandungan lempung,
porositas dan saturasi air. Parameter lain yang penting dalam melakukan analisa
petrofisika adalah permeabilitas. Dengan mengetahui rasio kandungan lempung, porositas
dan saturasi air, estimasi potensi reservoar dapat diketahui. Dengan tambahan parameter
saturasi air, banyaknya kandungan hidrokarbon di dalam reservoar dapat diketahui.
Reservoar yang memiliki permeabilitas besar Hidrokarbon akan sangat efektif
untuk di produksi.

2.2.3.1 Kandungan Lempung (Vclay)

Kandungan lempung merupakan jumlah kandungan lempung di dalam formasi,


biasanya dinyatakan dalam persen namun dalam log di beri skala 0 – 1.
Kandungan lempung ini bisa didapatkan dari log gamma ray, log SP, log neutron
atau log resistivitas. Yang lebih sering digunakan adalah indikator dari log gamma
ray karena dapat langsung mendeskripsikan litologi target reservoar. Untuk
mendapatkan kandungan lempung dari log gamma ray dengan metode seperti
berikut :

GR log GR
Vclay  (2-2)
min
GR max GR
min

Vclay = Kandungan lempung (frac)


𝐺𝑅log = GR pada pembacaan log (API)
GR min
= GR pada formasi bersih (API)
GR
= GR pada formasi lempung (API)
max

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
2.2.3.2 Porositas

Porositas adalah ruang kosong di antara matriks batuan atau dengan kata lain
volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat. Porositas ditentukan
berdasarkan bentuk butiran dan sortasi. Bentuk butiran semakin bundar (rounded)
maka porositas akan semakin baik dan sebaliknya. Sedangkan sortasi merupakan
pemilahan ukuran butir yang bila semakin sama besar butir maka porositas akan
besar dan bila sortasi buruk maka butiran yang kecil-kecil akan mengisi pori di
antara pori butir besar. Porositas yang menjadi target penelitian adalah nilai
porositas efektif atau porositas total yang telah dikurangi oleh faktor kandungan
lempung. Porositas total didapat berdasarkan model porositas neutron-densitas.
Koreksi kandungan lempung terhadap neutron dan densitas menggunakan
persamaan berikut.

Koreksi lempung dengan log densitas:

𝜌𝑏 = 𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛. (1 − 𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦 ) + 𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑎𝑦 . 𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦 (2-9)

𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 𝜌𝑏−𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑎𝑦.𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦
= (2-10)
(1−𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦)

Koreksi lempung dengan neutron:

ɸ𝑁 = ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛. (1 − 𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦 ) + ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑎𝑦. 𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦 (2-11)

ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 ɸ𝑁−ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑎𝑦.𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦
= (2-12)
(1−𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦)

𝜌𝑏.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 = densitas bulk pada formasi bebas lempung (gr/cc)


ɸ𝑁.𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 = porositas neutron pada formasi bebas lempung (v/v)
𝑉𝑐𝑙𝑎𝑦 = volume kandungan lempung (frac)

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3
Dengan demikian nilai porositas didapat dengan persamaan:

2 2
𝑁 𝐷
ɸ (2-13)
ɸ𝑁𝐷 √ 2

dimana ɸ𝑁 = porositas neutron, ɸ𝐷 = porositas densitas.

2.2.3.3 Saturasi Air

Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh
air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan
saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon, jika air
merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam poripori batuan, maka nilai
Sw = 1, tetapi apabila pori-pori batuan mengandung fluida hidrokarbon maka nilai
Sw < 1. Air yang terdesak tidak semuanya pindah, masih ada air yang tersisa
karena tegangan permukaan butiran. Air sisa tersebut dinamakan saturasi air sisa
(Swirr). Ada beberapa metode atau model saturasi yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan pengendapan, kandungan lempung, dan litologi target
reservoar antara lain Archie, Simandoux, Indonesian, Juhasz, dan Waxman Smit.
Berikut merupakan Rumus persamaan Archie:

a
F

m
(2-14)

dimana:
F = Faktor Resistivitas Formasi
a = Koefisien litologi (batugamping = 1, batupasir = 0,65)
Ф = porositas densitas neutron
m = Faktor sementasi (batugamping = 2, batupasir = 2,15)

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3

S  F  Rw Rt
w (2-15)

dimana :
Sw = Saturasi air formasi
F = Faktor formasi
Rw = Resistivitas air formasi
Rt = Resistivitas formasi, dibaca dari kurva resistivitas

Berikut merupakan Rumus persamaan saturasi air Indonesian:


7𝑐𝑙
1 𝑉𝑐𝑙(1− )
𝑚⁄ 𝑛⁄
𝜑
2
=[ 2
+ 2
] . 𝑆w (2-16)
√𝑅𝑡 √𝑅𝑐 √𝑎.𝑅w
𝑙

2.2.3.4 Permeabilitas

Permeabilitas (k) adalah ukuran kemampuan batuan untuk dapat melewati fluida.
Permeabilitas berhubungan dengan porositas yang saling berhubungan
(connected) dan butiran matriks yang besar. Sedimen dengan matriks yang besar
dan porositas besar akan memiliki permeabilitas yang besar pula. Sedangkan
batuan dengan matriks dan porositas kecil akan menyulitkan fluida untuk
mengalir yang berarti permeabilitasnya kecil. Permeabilitas dinyatakan dalam
milidarcy (mD) dengan interval 1 – 1000 mD untuk ukuran produksi.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


3

2.2.4 Lumping (Pembungkalan)

Untuk melakukan pemetaan dan gridding diperlukan pendeskripsian yang lebih


sederhana dari parameter-prameter petrofisika di dalam zona reservoar di setiap
sumur. Proses tersebut disebut lumping atau pembungkalan. Pembungkalan
memiliki nilai kumulatif dari parameter itu di dalam zona tersebut. Nilai kumulatif
memiliki definisi jumlah dari parameter pada setiap kedalaman sampling. Nilai
interval sampling ditentukan dengan nilai penggal (cutoff) yang menghilangkan
zona tidak poduktif sehingga di dapatkan zona net reservoir dan net pay. Net
reservoir merupakan zona produktif reservoar dengan nilai porositas besar dan
kandungan lempung kecil, sedangkan net pay zona produktif reservoar yang
hanya tersaturasi hidrokarbon sehingga ditambahkan nilai penggal saturasi air
dimana saturasi air yang tinggi tidak diperlukan.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Penyajian Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 data sumur pada lapangan
Alaska, tepatnya pada dearah National Petroleum Alaska (NPRA). Data terdiri dari 7 data sumur, an
melakukan pengolahan data. Data log yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tabel data log sumur National Petroleum Alaska

Well Caliper GR SP DT RHOB NPHI ILD LLD LL8 MSFL

√ √ √ √ √ √ √ √ √
Awuna 1

√ √ √ √ √ √ √ √
Kagrua 1

√ √ √ √ √ √ √ √ √
Lisburne 1

√ √ √ √ √ √ √ √
Seabee 1

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tunalik 1

√ √ √ √ √ √ √ √
Walakpa 1

√ √ √ √ √ √ √ √
Walakpa 2

40 Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4

Gambar 3. 1 Peta log sumur National Petroleum Reserve Alaska (USGS)

3.2 Pengolahan Data Log Sumur

Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian yaitu melakukan analisa petrofisika, diteruskan deng
Gambar 3.2 dibawah ini:

Gambar 3. 2 Diagram alir proses pengolahan data petrofisika

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4
3.2.1 Pengkondisian Data

Sebelum melakukan proses pengolahan data, sebaiknya data sumur yang


digunakan diperiksa kelengkapannya sehingga memudahkan dalam mencari
informasi mengenai data sumur tersebut. Dalam hal ini diperiksa kembali data log
apa saja yang terdapat didalam sumur dan informasi apa saja yang bisa diperoleh
agar bisa membantu ke tahap selanjutnya. Proses analisa petrofisika
membutuhkan setidaknya 3 parameter output berupa kandungan lempung,
porositas, dan saturasi air. Ketiga parameter tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan data log yang tersedia, seperti log gamma ray, porositas neutron-
densitas, dan resistivitas.

3.2.2 Zonasi Reservoar

Setelah dipastikan data dalam keadaan bagus, selanjutnya dapat melakukan


pengolahan data. Tahap pertama dalam melakukan pengolahan data adalah
melakukan zonasi reservoar. Data log yang sudah sesuai dengan kedalamannya
masing-masing dipilih zona yang diinginkan, tentunya yang dapat
menggambarkan zona reservoar. Hal pertama yang dilihat adalah kesamaan
litologi batuan dari log Gamma Ray dan log SP. Kedua log tersebut dapat
membedakan lapisan batuan yang permeable dan impermeable. Reservoar yang
bagus mempunyai permeabilitas yang bagus sehingga mudah dialiri oleh fluida.
Nilai gamma ray rendah mengindikasikan bahwa formasi tersebut adalah sand,
sedangkan gamma ray rendah mengindikasikan formasi shale.

Data log lain yang berguna dalam menentukan zona reservoar adalah log
Resitivitas. Pada log Resitivitas kita bisa mengetahui keberadaan hidrokarbon,
yaitu dengan nilai resitivitas yang tinggi. nilai resitivitas yang relatif rendah
menunjukkan bahwa lapisan tersebut mengandung air atau lempung. Resitivitas
minyak dan gas yang lebih tinggi dari air akan membuat kurva ILD men-defleksi
ke kanan. Zona interest pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
dibawah ini:

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4

Gambar 3. 3 Hasil zonasi reservoar pada sumur Kugrua 1

3.2.3 Evaluasi Kandungan Lempung

Kandungan lempung merupakan jumlah kandungan lempung di dalam formasi, biasanya dinyatakan
memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:

 GRlog  GRmin (3-1)


V sh
GRmaxGR min

Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung didalam formasi.


Keberadaan lempung dalam formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas
pada formasi.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4

Gambar 3. 4 Evaluasi kandungan lempung pada sumur Kugrua 1

Pada Gambar 3.4 diatas menunjukkan hasil penghitungan kandungan lempung dengan 2 indikator, y
lempung sehingga sangat berpengaruh pada parameter petrofisika.

3.2.4 Penentuan Rw dan Rmf

Evaluasi Rw dan Rmf untuk perhitungan kejenuhan air, dan evaluasi rembesan
kualitatif. Pada default module software Interactive Petrophysics, nilai Rw dan
Rmf dihitung berdasarkan pembacaan nilai Rt dan Rxo. Nilai ini merupakan nilai
semu (apparent), yaitu nilai yang didapat dengan pendekatan tidak langsung
dengan menggunakan formula Archie.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4
Oleh karena itu, pada langkah pengolahan data ini nilai Rw dan Rmf dihitung
berdasarkan keadaan sumur sesungguhnya. Nilai Rmf dihitung dengan
menggunakan data resistivitas lumpur filtrasi yang terukur di permukaan, dan
diubah sesuai dengan temperatur dan salinitas ekuivalen formasi. Sedangkan nilai
Rw, dihitung dengan menggunakan metode ratio.

Rw   t (3-2)
Rmf Rx
o

dimana,
Rw = resistivitas air formasi , dalam
Ωm Rmf = resistivitas mud filtrate, dalam
Ωm Rt = resisitivitas formasi, dalam
Ωm
Rxo = resisitivitas formasi pada flushed zone, dalam Ωm

3.2.4 Porositas dan Saturasi Air

Setelah melakukan evaluasi kandungan lempung pada formasi, selanjutnya


melakukan pengukuran porositas dan saturasi air yang terkandung di dalam
formasi. Tujuan menghitung porositas adalah untuk mengetahui porositas
sebenarnya dari formasi batuan.Untuk menghitung nilai porositas disini
menggunakan model porositas densitas-neutron karena kedua indikator ini dapat
menggambarkan kondisi batuan sebenarnya. Ada dua nilai porositas yang didapat
pada analisa petrofisika, yaitu porositas total (PHIT), dan porositas efektif (PHIE).
Porositas total merupakan pembacaan log porositas atas respon terhadap ruang
kosong di antara batuan yang berisi sejumlah lempung (vshale), air bebas pada
formasi, dan hidrokarbon. Sedangkan porositas efektif merupakan pembacaan log
porositas atas respon terhadap ruang kosong di antara batuan yang berisi air bebas
pada formasi, dan hidrokarbon. Hasil perhitungan porositas dapat dilihat pada
Gambar 3.5 dibawah ini:

Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
4
PHIE = PHIT – (1-Vclay) (3-1)
dimana:
PHIE = Porositas efektif
PHIT = Porositas total
Vclay = Volume
lempung

Gambar 3. 5 Hasil perhitungan porositas pada sumur Kugrua 1

Untuk menghitung saturasi air, dalam penelitian ini menggunakan model persamaan Archie dengan
air dapat dilihat pada Gambar 3.6 dibawah ini:

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4

Gambar 3. 6 Hasil perhitungan Saturasi air pada sumur Kugrua 1

3.2.6 Evaluasi Permeabilitas

Evaluasi Permeabilitas digunakan untuk membantu menentukan nilai penggal (cutoff). Nilai permeab
persamaan timur, yaitu:

𝐾 = 8581 𝑃𝐻𝐼𝐸4.4
𝑆w2

(3-3)

dimana:
K = Permeabilitas
𝜑 = Porositas efektif (PHIE)
Sw= Saturasi air

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4
Nilai permeabilitas ini nantinya akan menentukan nilai cutoff kandungan lempung
dan porositas sebagai batas untuk pembungkalan atau lumping untuk
mendapatkan zona net reservoar dan net pay. Hasil perhitungan permeabilitas
dapat dilihat pada Gambar 3.7 dibawah ini:

Gambar 3.7 Hasil perhitungan permeabilitas pada sumur kugrua 1

3.2.7 Nilai Penggal (Cutoff)

Setelah semua nilai parameter petrofisika didapatkan (kandungan lempung, porositas, saturasi air dan
digunakan adalah porositas, kandungan lempung, dan saturasi air. Nilai penggal

porositas didapat dari hubungan empiris dengan permeabilitas menggunakan


crossplot.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


4
Nilai permeabilitas menggunakan nilai penggal minimum sebesar 1 mD. Untuk
nilai penggal kandungan lempung menggunakan nilai penggal porositas yang
telah didapat kemudian dihubungkan secara empiris. Bila sudah didapatkan nilai
penggal porositas dan kandungan lempung, maka nilai tersebut digunakan sebagai
input pembuatan lumping untuk mendapatkan net reservoir dan ditambahkan nilai
penggal saturasi air untuk mendapatkan net pay. Nilai penggal saturasi air yang digunakan adalah 6
haruslah logaritmik.

Gambar 3. 8 Crossplot antara porositas efektif vs permeabilitas sumur kugrua 1

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Gambar 3. 9 Crossplot antara porositas efektif vs kandungan lempung sumur Kugrua 1

3.2.8 Lumping

Pembuatan lumping dilakukan dengan menerapkan nilai penggal kandungan


lempung, porositas dan saturasi air yang telah dibuat sebelumnya. Lumping
berupa zona net reservoar yang dibatasi oleh nilai penggal porositas dan
kandungan lempung. Setelah mendapatkan zona net reservoar kemudian
ditambahkan nilai penggal saturasi air maka akan didapatkan zona net pay.
Reservoar sebagai zona interest harus memiliki nilai porositas yang baik dan
bersifat permeabel. Zona tersebut harus terbebas dari lempung yang dapat
menyebabkan reservoar kurang produktif. Oleh karena itu nilai penggal porositas
bersifat filter dengan nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai penggal
tersebut. Untuk kandungan lempung haruslah lebih kecil atau sama dengan nilai
penggal. Begitu juga dengan zona reservoar produktif akan hidrokarbon
ditentukan dengan nilai penggal saturasi air yang lebih kecil atau sama dengan
nilai penggal karena yang diinginkan adalah hidrokarbon bukan reservoar yang
mengandung air.

Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kandungan Lempung

Setelah melakukan zonasi pada masing-masing sumur berdasarkan nilai pada


kurva log gamma ray dan gabungan log Neutron-Density, maka didapatkan nilai
kandungan lempung pada tiap-tiap titik pengukuran. Dari kedua perhitungan
kandungan lempung ini diambil nilai kandungan lempung yang terendah untuk
digunakan dalam perhitugan porositas dan saturasi air.

Zona Pada sumur kugrua 1 terbagi menjadi 7 zonasi dengan ketebalan masing-
masing zona yang beragam. Zonasi pada sumur Kugrua 1 berada mulai dari
kedalaman 6.115 sampai 11.079 ft. Zonasi pada sumur kugrua 1 ini berada pada
formasi peble shale unit hingga formasi Sedlerochit group. Zona potensial dengan
kandungan lempung yang sedikit adalah zona 3, zona 4, dan zona 6. Zona 3
memiliki kandungan lempung 19%, zona 4 kandungan lempung 18% dan zona 6
memiliki kandungan lempung paling sedikit yaitu 7% yang terletak pada formasi
Kingak shale hingga formasi Sag river sandstone.

Pada sumur Lisburne 1 terbagi menjadi 5 zonasi yang berada mulai dari
kedalaman 1978 sampai 13302 ft. Zonasi pada sumur Lisburne 1 ini berada pada
formasi torok hingga fortress mountain. Zona potensial dengan kandungan
lempung yang sedikit adalah zona 1 dan zona 4. Zona 1 memiliki kandungan
lempung sebesar 9% yang terletak pada formasi torok hingga formasi fortress
mountain dan zona 4 memiliki kandungan lempung sebesar 1%.

51 Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5
Keberadaan lempung dalam formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas
pada formasi, sehingga semakin kecil kandungan lempung maka porositas
batuannya akan semakin besar. Reservoar yang bagus adalah reservoar yang
memiliki porositas besar dan kandungan lempung yang relatif kecil. Hasil
perhitungan kandungan lempung sumur Kugrua 1 dan Lisburne 1 dapat dilihat
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 seperti dibawah ini:

Gambar 4.1 Kurva kandungan lempung sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan 6.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Gambar 4.2 Kurva kandungan lempung Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3.

4.1.2 Porositas

Dengan menggunakan model porositas densitas-neutron akan didapat nilai


porositas yaitu PHIT dan PHIE. Nilai PHIE akan digunakan untuk menentukan
zona Reservoar yang potensial. Pada sumur Kugrua 1 zona potensial yang
memiliki porositas yang cukup besar adalah zona 6 dengan kedalaman antara
8.704 sampai 8.826 ft yang memiliki porositas sekitar 14% dan kandungan
lempung sebesar 7%. Sumur Kugrua 1 pada zona 6 memiliki porositas cukup
besar dan kandungan lempung yang tidak terlalu besar sehingga diperkirakan
menjadi zona target reservoar yang mengandung hidrokarbon. Pada sumur
Lisburne 1 zona potensial dengan porositas besar adalah zona 1 dengan
kedalaman antara 1.978 sampai 2.154 ft yang memiliki porositas 24% dan
kandungan lempung 9%.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Sumur Lisburne 1 zona 1 memiliki porositas besar dan kandungan lempung yang
kecil sehingga diperkirakan menjadi zona target reservoar yang mengandung
hidrokarbon. Hasil perhitungan porositas sumur Kugrua 1 dan Lisburne 1 dapat
dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 seperti dibawah ini:

Gambar 4.3 Kurva porositas sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Gambar 4.4 Kurva porositas sumur Lisburne 1 zona1, 2 dan 3

4.1.3 Saturasi Air (Sw)

Setelah mendapatkan nilai porositas selanjutnya adalah menghitung nilai saturasi air pada masing-ma
dari kedalaman 1.978 ft sampai 2.154 ft. Hasil perhitungan saturasi air sumur

Kugrua 1 dan Lisburne 1 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 seperti
dibawah ini:

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Gambar 4. 5 Saturasi air pada sumur Kugrua 1 zona 4, 5

Gambar 4. 6 Saturasi air pada sumur Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

4.1.4 Cutoff dan Lumping

Berdasarkan proses penentuan cutoff pada pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya, masing-masing sumur memiliki nilai cutoff porositas dan kandungan
lempung. Nilai cutoff untuk semua sumur dirata-ratakan sehingga didapatkan
suatu nilai cutoff yang digunakan untuk pembuatan lumping. Untuk nilai saturasi air cutoff yang

Dengan memasukkan nilai cutoff porositas minimal sebesar 6% dan cutoff kandungan lempung m
sumur Kugrua 1 dan sumur Lisburne 1.

Gambar 4. 7 Net reservoir dan Net Pay sumur Kugrua 1 zona 4, 5 dan
6

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Gambar 4. 8 Net reservoir dan Net Pay sumur Lisburne 1 zona 1, 2 dan 3

Tabel 4.1 Hasil Lumping zona net Reservoir sumur Kugrua 1


Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw 60%

Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
1
5 7.203 7.247 43,68 35,06 0,80 0,27 0,11 0,35
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,26 0,54 0,21 0,08 0,26

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


5

Tabel 4.2 Hasil Lumping zona net pay sumur Kugrua 1


Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw 60%

Top Bottom Av Av Av
Well Zones (FT) (FT) Gross Net N/G Vclay Phie Sw
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
1
5 7.203 7.247 43,68 34,06 0,78 0,27 0,11 0,34
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,00 0,54 0,21 0,08 0,26

Tabel 4.3 Hasil Lumping zona net reservoir sumur Lisburne 1


Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw 60%

Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
1
4 11.841 12.146 304,82 25,50 0,08 0,01 0,11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---

Tabel 4.4 Hasil Lumping zona net pay sumur Lisburne 1


Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw 60%

Top Bottom Av Av Av
Well Zones (FT) (FT) Gross Net N/G Vclay Phie Sw
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne
1 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
4 11.841 12.146 304,82 255,00 0,08 0,01 0.11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Pada Pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.3 diatas, menunjukkan hasil lumping net
Reservoir (hijau) untuk sumur Kugrua 1 dan sumur Lisburne 1, sedangkan Tabel
4.2 dan Tabel 4.4 menunjukkan hasil lumping net pay (merah) untuk sumur
Kugrua 1 dan sumur Lisburne 1. Angka berwarna merah pada sumur Kugrua 1
dan Lisburne 1 menunjukkan zona reservoar paling potensial pada masing-masing
sumur. Reservoar yang potensial dengan produksi banyak, sebaiknya memiliki
nilai net to gross (NTG) yang besar sebagai representasi rasio reservoar yang
dapat menampung hidrokarbon. NTG yang baik adalah NTG dengan rasio
mendekati 1. Nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai porositas, kandungan
lempung, dan saturasi air pada reservoar.

Pada sumur Kugrua 1, zona potensial adalah zona 3, 4, dan 6. Pada zona 3 NTG
sebesar 0,86 dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
15%, saturasi air sebesar 28% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 8,53 m.
Zona 3 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 6409 sampai 6437 ft yang
berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan fluida
hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 4 NTG sebesar 0,92 dengan kandungan
lempung sebesar 18%, porositas efektif 13%, saturasi air 32% dan ketebalan
resrvoar sebesar 7,92 m. Zona 4 sumur kugrua 1 ini berada pada kedalaman 6651
sampai 6677 ft yang berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit
dengan fluida hidrokarbonnya berupa gas.

Pada zona 6 NTG sebesar 0,90 dengan kandungan lempung sebesar 7%, porositas
efektif 14%, saturasi air 38% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 37,18 m.
Zona 6 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 8704 sampai 8826 ft yang
terletak pada formasi Kingak shale hingga formasi sag river sandstone dengan
jenis fluida hidrokarbonnya adalah gas.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Pada sumur Lisburne 1, zona potensial adalah zona 1. Pada zona 1 sumur
Lisburne 1 NTG sebesar 93% dengan kandungan lempung sebesar 9%, porositas
efektif 24% dan saturasi air 10% dengan ketebalan reservoar sebesar 53,64 meter.
Zona 1 sumur Lisburne 1 terletak pada kedalaman 1978 - 2154 ft yang berada
pada formasi torok hingga formasi fortress mountain dengan jenis fluida
hidrokarbonnya adalah gas.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Zonasi Reservoar

Zonasi pada data log bertujuan untuk korelasi antar sumur. Zonasi ini mengacu
pada kesamaan pembacaan rekaman data sumur. Pada data sumur lapangan “D”
tiap-tiap sumur mempunyai jumlah zonasi yang berbeda tergantung pada
kedalaman dari sumur-sumur tersebut. Jumlah zonasi terbanyak terdapat pada
sumur Kugrua 1 dan Tunalik 1 sebanyak 7 zona. Dari log litologi seperti log
gamma ray, log densitas-neutron, menunjukkan bahwa terdapat perselingan batu
pasir bercampur dengan lempung di sepanjang kedalaman sumur dan litologi pada
reservoarnya merupakan shaly sand, dimana terdapat perselingan antara batu pasir
dan shale pada 7 sumur daerah penelitian. Untuk litologi sand, ini ditunjukkan
dengan pembacaan log gamma ray yang bernilai rendah (20 – 75 API) dan adanya
separasi positif yang tidak terlalu besar pada kurva log neutron-densitas.

Setelah dilakukan evaluasi litologi, dapat ditentukan interval zona mana saja yang
potensial menjadi reservoar dengan melihat kandungan fluida di dalamnya. Fluida
yang mengisi pori batuan yaitu air dan hidrokarbon. Air dan hidrokarbon dapat
dibedakan dari nilai resistivitasnya. Air memiliki nilai resistivitas rendah,
sedangkan hidrokarbon memiliki nilai resistivitas tinggi. Sehingga dengan
kombinasi evaluasi litologi dan evaluasi jenis fluida, maka dapat ditentukan zona
potensial reservoir.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
4.2.2 Kandungan Lempung

Pada daerah penelitian, nilai kandungan lempung yang didapat bervariasi dengan
nilai kandungan lempung rata-rata untuk sumur Awuna 1 sebesar 17%, Sumur
Kugrua 1 sebesar 18%, sumur Lisburne 1 sebesar 8%, sumur Seabee 1 sebesar
12%, sumur Tunalik 1 sebesar 7%, sumur Walakpa 1 sebesar 12% dan sumur
Walakpa 2 sebesar 21%. Nilai kandungan lempung ini di dapat melalui evaluasi
dari pembacaan log GR, dan gabungan densitas-neutron. Nilai kandungan
lempung pada masing-masing sumur di setiap zonanya bervariasi antara 0 hingga
0,28. dari hasil analisis lempung diambil nilai kandungan lempung yang terendah.
Nilai dari kandungan lempung ini sangat berpengaruh pada penghitungan nilai
porositas dan saturasi air. Dari nilai lempung yang rendah ini kita dapat
mengasumsikan bahwa daerah telitian merupakan daerah formasi bersih.

Sumur Awuna 1 terletak di bagian barat daya daerah penelitian. Pada sumur ini
kandungan lempung bervariasi pada masing-masing zona reservoar. Zona 3 pada
sumur Awuna 1 merupakan zona dengan kandungan lempung paling sedikit yaitu
sebesar 7%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang didukung oleh adanya
penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh log ILD. Zona 3
sumur Awuna 1 ini terletak pada formasi torok dengan ketebalan reservoar
sebesar 6 meter. Zona dengan lapisan sandstone paling tebal pada sumur Awuna 1
adalah zona 5 dengan ketebalan sebesar 21 meter dari kedalaman 5046 – 5116 ft.

Sumur kugrua 1 terletak di bagian barat laut daerah penelitian. Kadungan


lempung paling sedikit pada sumur Kugrua 1 adalah zona 6 dengan kandungan
lempung sebesar 7%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang baik dengan
didukung oleh adanya penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh
log ILD. Zona 6 ini merupakan lapisan sandstone paling tebal yang terletak pada
formasi peble shale unit dengan ketebalan reservoar sebesar 37,18 meter dari
kedalaman 8704 – 8826 ft.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Sumur Lisburne 1 terletak di bagian selatan daerah penelitian. Kandungan
lempung paling sedikit pada sumur Lisburne 1 adalah zona 1 dengan kandungan
lempung sebesar 9%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang baik dengan
didukung oleh adanya penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh
log ILD. Zona 1 ini merupakan lapisan batu pasir yang paling tebal, berada pada
kedalaman 1978-2154 ft dan terletak pada formasi torok hingga formasi fortress
mountain dengan ketebalan reservoar sebesar 53,64 meter.

Sumur Seabee 1 terletak di bagian tenggara daerah penelitian. Kandungan


lempung yang sedikit pada sumur Seabee 1 adalah zona 5 dengan kandungan
lempung sebesar 19%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang baik dengan
didukung oleh adanya penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh
log ILD. Zona 5 memiliki ketebalan reservoar sebesar 10, 05 meter. Zona 5 sumur
Seabee 1 berada pada kedalaman 9082 - 9115 ft yang berada pada formasi torok
sampai formasi Fortress Mountain.

Sumur Tunalik 1 terletak di bagian barat daerah penelitian. Kandungan lempung


paling sedikit pada sumur Tunalik 1 adalah zona 2 dengan kandungan lempung
sebesar 4%. Zona ini berpotensi sebagai reservoar yang baik dengan didukung
oleh adanya penyimpangan log Resitivitas yang tinggi ditunjukkan oleh log ILD.
Zona 2 ini memiliki ketebalan reservoar sebesar 25,90 meter. Zona 2 sumur
Seabee 1 berada pada kedalaman 10076 - 10161 ft yang berada pada formasi
torok.

Sumur Walakpa 1 dan Walakpa 2 terletak di bagian utara daerah penelitian.


Kandungan lempung paling sedikit pada sumur Walakpa 1 adalah zona 3 dengan
kandungan lempung 5%. Zona 3 ini memiliki ketebalan reservoar sebesar 5,48
meter. Zona 3 sumur Walakpa 1 berada pada kedalaman 2069 - 2087 ft yang
terletak pada formasi peble shale unit hingga formasi kingak shale.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Kandungan lempung paling sedikit pada sumur Walakpa 2 adalah zona 2 dengan
kandungan lempung16%. Zona 2 ini memiliki ketebalan reservoar sebesar 11
meter. Zona 2 sumur Walakpa 1 berada pada kedalaman 2602 - 2638 ft yang
terletak pada formasi peble shale unit hingga formasi Kingak shale.

Sumur dengan kandungan lempung paling sedikit berada pada zona 4 sumur
Lisburne 1 dengan kandungan lempung hanya 1%. Zona 4 sumur Lisburne 1
memiliki ketebalan reservoar sebesar 92,96 meter dari kedalaman 11841 - 12146
ft. Secara umum, zona reservoar pada daerah penelitian memiliki kandungan
lempung yang sedikit dimana adanya sedikit perselingan batu pasir dan shale
untuk semua sumur pada daerah penelitian.

4.2.3 Porositas

Pada daerah penelitian, nilai porositas efektif yang didapat bervariasi dengan nilai
porositas efektif rata-rata untuk sumur Awuna 1 sebesar 14%, Sumur Kugrua 1
sebesar 13%, sumur Lisburne 1 sebesar 16%, sumur Seabee 1 sebesar 12%, sumur
Tunalik 1 sebesar 13%, sumur Walakpa 1 sebesar 18% dan sumur Walakpa 2
sebesar 17%. Nilai porositas efektif pada zona reservoar di setiap sumur bervariasi
antara 8% hingga 27%. Dengan nilai porositas efektif yang dominan pada zona
reservoar diatas 10% hingga 20% pada masing-masing sumur.

Nilai porositas yang diukur merupakan nilai porositas efektif (PhiE), sehingga
pengaruh lempung terhadap evaluasi porositas sudah dihilangkan. Nilai ini
didapatkan melalui evaluasi dengan menggunakan model densitas-neutron.
Dengan model ini, nilai log neutron dan densitas dimasukkan, maka pembacaan
PhiE akan langsung didapatkan pada model litologi yang sesuai, dimana nilai
kandungan lempungnya sudah dihilangkan. Sumur dengan porositas efektif yang
besar adalah sumur Awuna 1 dan sumur Lisburne 1. Sumur Awuna 1 pada zona 1
memiliki porositas sebesar 27% yang terletak pada formasi torok dengan
ketebalan reservoar sebesar 8 meter dari kedalaman 2979 - 3007 ft.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6

Sumur Lisburne 1 pada zona 1 memiliki porositas sebesar 24% yang terletak pada
formasi torok hingga formasi fortress mountain dengan ketebalan reservoar
sebesar 53,64 meter dari kedalaman 1978-2154 ft. Dengan porositas yang besar
ini bisa disimpulkan bahwa zona ini merupakan zona reservoar yang potensial
untuk menyimpan fluida hidrokarbon. Berdasarkan nilai porositas efektif pada
daerah penelitian dengan nilai porositas dominan pada zona reservoarnya diatas
10% - 20% pada masing-masing sumur, dapat disimpulkan bahwa reservoar pada
lapangan penelitian memiliki ruang pori batuan yang cukup untuk menyimpan
fluida.

4.2.4 Saturasi Air

Perhitungan nilai kejenuhan air pada penelitian ini menggunakan persamaan


Archie yang lingkungan pengendapannya berupa delta dengan formasi batuannya
merupakan perselingan batuan basir dan lempung (Shaly-sand). Nilai saturasi air
pada zona reservoar bervariasi dari 7% hingga 38%. Pada daerah penelitian, nilai
saturasi air yang didapat bervariasi dengan nilai saturasi air rata-rata untuk sumur
Awuna 1 sebesar 19%, Sumur Kugrua 1 sebesar 30%, sumur Lisburne 1 sebesar
8%, sumur Seabee 1 sebesar 25%, sumur Tunalik 1 sebesar 28%, sumur Walakpa
1 sebesar 12% dan sumur Walakpa 2 sebesar 20%. Ini menunjukkan bahwa pada
zona reservoir, (1 – Sw) dari ruang pori batuan terisi oleh hidrokarbon. Tetapi
pada kasus ini, nilai saturasi diatas 60% dianggap bukan daerah prospek sebagai
reservoar, jadi dianggap tidak ekonomis jika dilakukan pengeboran di daerah yang
memiliki nilai saturasi diatas 60% sehingga akan diabaikan. Sumur dengan nilai
satruasi air yang kecil adalah sumur Lisburne 1 pada zona 4 dengan saturasi air
sebesar 7%. Semakin rendahnya nilai saturasi air mengindikasikan adanya gas
pada suatu zona reservoar.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Dari hasil pengukuran kandungan lempung, poroitas efektif dan kejenuhan air
pada masing-masing sumur didapat zona reservoar paling potensial, yang terletak
di sumur Lisburne 1 zona 1 dengan kandungan lempung 9%, porositas efektif
24% dan saturasi air 10% pada formasi torok hingga formasi fortress mountain
dengan jenis fluida hidrokarbonnya adalah gas. Zona 1 sumur Lisburne 1 berada
pada kedalaman 1978 - 2154 ft dengan ketebalan reservoar 53,64 meter.

4.2.5 Lumping

Lumping merupakan hasil akhir dari penelitian ini. Dari nilai penggal (cut off)
yang telah diperoleh sebelumnya, didapatkan kandungan lempung maksimum
sebesar 54% dan porositas minimum sebesar 6% pada semua sumur di daerah
penelitian yang akan digunakan untuk penentuan zona net reservoir. Untuk
lapisan yang produktif (net pay) diasumsikan memiliki nilai kejenuhan air kurang
dari atau sama dengan 60% Sehingga dengan adanya kandungan lempung
maksimum sebesar 54%, porositas minimum 6% dan ditambah nilai pengal
saturasi air 60% pada semua sumur di daerah penelitian yang kemudian akan
didapatkan zona net pay pada tiap-tiap sumur.

Hasil lumping yang menunjukkan zona reservoar yang potensial pada masing-
masing sumur adalah sumur Awuna 1 zona 1 dengan Net to Gross sebesar 95%.
Zona 1 ini memiliki kandungan lempung sebesar 22%, porositas efektif sebesar
27% dan saturasi air sebesar 9% dengan ketebalan reservoar sebesar 26 meter.
Zona 1 sumur Awuna 1 berada pada kedalaman 2979 - 4677 ft yang terletak pada
formasi torok dengan jenis fluida hidrokarbonnya adalah gas. Reservoar yang
potensial dengan produksi banyak, sebaiknya memiliki nilai net to gross (NTG)
yang besar sebagai representasi rasio reservoar yang dapat menampung
hidrokarbon. NTG yang baik adalah NTG dengan rasio mendekati 1. Nilai
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai porositas, kandungan lempung, dan saturasi
air pada reservoar.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Pada sumur Walakpa 1, zona potensial adalah zona 3 dengan NTG sebesar 0,97
atau 97 %. Zona 3 sumur Walakpa 1 memiliki kandungan lempung 5%, porositas
efektif 21% dan saturasi air 15% dengan ketebalan reservor sebesar 5,48 meter.
Zona 3 sumur Walakpa 1 berada pada kedalaman 2069 sampai 2087 ft yang
terletak pada formasi peble shale unit hingga formasi kingak shale.

Pada sumur Walakpa 2, zona potensial adalah zona 2 dengan NTG sebesar 90%.
Zona 2 ini memiliki kandungan lempung sebesar 16%, porositas efektif sebesar
20% dan saturasi air sebesar 15% dengan ketebalan reservoar sebesar 11 meter.
Zona 2 sumur Walakpa 2 ini terletak pada kedalaman 2602 - 2638 ft yang berada
pada formasi peble shale unit hingga formasi Kingak shale.

Pada sumur Kugrua 1, zona potensial adalah zona 3, 4, dan 6. Pada zona 3 NTG
sebesar 0,86 dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
15%, saturasi air sebesar 28% dan ketebalan reservoarnya sebesar atau 8,53 m.
Zona 3 sumur Kugrua 1 ini terletak pada kedalaman 6409 - 6437 ft yang berada
pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan fluida hidrokarbonnya
berupa minyak. Pada zona 4 NTG sebesar 0,92 dengan kandungan lempung
sebesar 18%, porositas efektif 13%, saturasi air 32% dan ketebalan resrvoar
sebesar 7,92 meter. Zona 4 sumur kugrua 1 ini terletak pada kedalaman 6651 -
6677 ft yang berada pada formasi torok hingga formasi peble shale unit dengan
fluida hidrokarbonnya berupa minyak.

Pada zona 6 NTG sebesar 0,90 dengan kandungan lempung sebesar 7%, porositas
efektif 14%, saturasi air 38% dan ketebalan reservoarnya sebesar 37,18 meter.
Zona 6 sumur Kugrua 1 ini berada pada kedalaman 8704 - 8826 ft yang terletak
pada formasi Kingak shale hingga formasi sag river sandstone dengan jenis fluida
hidrokarbonnya adalah minyak.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Pada sumur Lisburne 1, zona potensial adalah zona 1. Pada zona 1 sumur
Lisburne 1 NTG sebesar 0,93 atau 93% dengan kandungan lempung sebesar 9%,
porositas efektif 24% dan saturasi air 10% dengan ketebalan reservoar sebesar
53,64 meter. Zona 1 sumur Lisburne 1 terletak pada kedalaman 1978 - 2154 ft
yang berada pada formasi torok hingga formasi fortress mountain dengan jenis
fluida hidrokarbonnya adalah gas.

Pada sumur Seabee 1, zona reservoar potensial adalah zona 5 yang NTG sebesar
0,99 atau 99% dengan kandungan lempung sebesar 19%, porositas efektif sebesar
12% dan saturasi air sebesar 34% dengan ketebalan reservoar sebesar 10, 05
meter. Zona 5 sumur Seabee 1 terletak pada kedalaman 9082 - 9115 ft yang
berada pada formasi torok sampai formasi Fortress Mountain.

Pada sumur Tunalik 1, zona potensial adalah zona 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada zona
1 NTG sebesar 98% dengan kandungan lempung sebesar 8%, porositas efektif
17%, saturasi air 25% dengan ketebalan reservoar sebesar 8,83 meter. Zona 1
sumur Tunalik terletak pada kedalaman 9415 - 9444 ft pada formasi torok dengan
kandungan fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 2 NTG sebesar 1 dengan
kandungan lempung sebesar 4%, porositas efektif 17%, saturasi air 21% dan
ketebalan reservoar sebesar 25,90 meter. Zona 2 sumur Tunalik 1 berada pada
kedalaman 10076 sampai 10161 ft yang terletak pada formasi torok dengan jenis
fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 3 NTG sebesar 0,99 dengan
kandungan lempung sebesar 10%, porositas efektif 15%, saturasi air 26% dan
ketebalan reservoarnya sebesar 6,40 meter.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


6
Zona 3 sumur Tunalik 1 berada pada kedalaman 10191 sampai 10226 ft yang
berada pada formasi torok dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada
zona 4 NTG sebesar 0,99 dengan kandungan lempung sebesar 8%, porositas
efektif 15%, saturasi air 30% dan ketebalan reservoar sebesar 6,40 m. Zona 4
sumur Tunalik 1 berada pada kedalaman 10406 sampai 10427 ft yang terletak
pada formasi torok dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas. Pada zona 5
NTG sebesar 1 dengan kandungan lempung 5%, porositas efektif 13%, saturasi air
38% dan ketebalan reservoar sebesar 11,58 m. Zona 5 sumur Tunalik 1 berada
pada kedalaman 10904 sampai 10942 ft yang terletak pada formasi peble shale
unit dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas.

Pada zona 6 NTG sebesar 0,89 dengan kandungan lempung sebesar 5%, porositas
efektif 9%, saturasi air 28% dan ketebalan reservoar sebesar 15,54 m. Zona 6
sumur Tunalik 1 berada pada kedalaman 11287 sampai 11308 ft yang terletak
pada formasi peble shale unit dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas.
Pada zona 7 NTG sebesar 1 dengan kandungan lempung sebesar 11%, porositas
efektif 10%, saturasi air 29% dan ketebalan reservoar 10,36 m. Zona 7 sumur
Tunalik 1 berada pada kedalaman 11425 sampai 11459 ft yang terletak pada
formasi peble shale unit dengan jenis fluida hidrokarbonnya berupa gas.

Berdasarkan hasil analisis petrofisika di dalam penelitian ini, didapatkan reservoar


potensial yang merupakan zona target pada lapangan penelitian. Reservoar
tersebut berada pada sumur Lisburne 1 dengan nilai Net to Gross 0,93, kandungan
lempung 9%, porositas efektif 24% dan saturasi air 10%. Reservoar ini merupakan
batupasir. Hal ini dibuktikan dari identifikasi litologi berdasarkan nilai log gamma
ray yang rangenya berkisar antara 20-75 API dan nilai log densitas yang berkisar
antara 2,5 sampai 2,65 gr/cc yang menunjukkan litologi batu pasir. Ketebalan
reservoar ini sebesar 53,64 meter dan terletak pada kedalaman 5046 – 5116 ft.
Hasil kandungan lempung, porositas efektif, saturasi air, cut-off dan lumping
untuk masing-masing sumur terlampir di dalam skripsi.

Universitas Indoenesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


BAB VI
KESIMPULAN

1. Dari hasil analisis petrofisika diketahui terdapat perselingan batu pasir dan
lempung pada 7 sumur di daerah penelitian.

2. Zona net reservoir untuk 7 sumur di daerah penelitian didefinisikan dengan


menggunakan nilai penggal (cut-off) kandungan lempung sebesar 54% dan
porositas sebesar 6%.
3. Zona net pay untuk 7 sumur di daerah penelitian didefinisikan dengan
menggunakan nilai penggal (cut-off) kandungan lempung sebesar 54%,
porositas sebesar 6% dan saturasi air sebesar 60%.
4. Berdasarkan analisis petrofisika, reservoar potensial yang merupakan zona target
pada lapangan penelitian adalah reservoar pada sumur Lisburne 1 dengan
kandungan lempung sebesar 9%, porositas efektif 24% dan saturasi air 10%.
Reservoar ini memiliki ketebalan sebesar 53,64 meter dan terletak pada
kedalaman 1978 – 2154 ft.

70 Universitas Indonesia

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


DAFTAR ACUAN

Bird, K.J. 1981. Petroleum exploration of the North Slope in Alaska, USA: U.S.
Geological Survey open file-report 81-22, 43 p.

Bird, K.J. and Houseknecht, D.W. 2002. U.S. Geological Survey 2002 petroleum
resource assessment of the National Petroleum Reserve in Alaska (NPRA):
U.S. Geological Survey Fact Sheet 045–02.

Dewan, T. J. 1983. “Essential of modern Open-Hole Log Interpretation”. Pennwell


Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA.

Dewanto, Ordas. 2008. Estimasi Cadangan Hidrokarbon Pada Batuan Reservoir


Bersih Menggunakan Metode Interpretasi Analisa Log. Bandar Lampung.

Gatlin, C. 1962. Petroleum Engineering Drilling and Well Completion. New York.

Glover, Paul. 2007. Formation Evaluation MSc course notes

Glover, Paul. 2007. Petrophysics MSc course notes

Harsono, Adi. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi log. Schlumberger Oilfield
Services.

Universitas Indonesia
Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013
LAMPIRAN

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


LAMPIRAN

Gambar 1 Parameter Petrofisika sumur Awuna

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 2 Parameter petrofisika sumur Kugrua

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 3 Parameter Petrofisika sumur Tunalik

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 4 Parameter petrofisika sumur Lisburne 1

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 5 Parameter petrofisika sumur Seabee

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 6 Parameter Petrofisika Sumur Walakpa 1

Gambar 7 Parameter petrofisika sumur Walakpa 2

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 8 cut-off porositas vs permeabilitas

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 9 Cut-off porositas vs permeabilitas

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 10 Cut-off porositas vs kandungan lempung

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 11 Cut-off porositas vs kandungan

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 12 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Awuna 1

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 13 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Kugrua

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 14 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Lisburne

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 15 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Seabee 1

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 16 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Tunalik 1

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Gambar 17 Hasil Net Reservoir dan Net Pay sumur Walakpa 1

Gambar 18 Hasil Net reservoir dan Net Pay pada sumur Walakpa 2

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Tabel 1 Hasil Lumping zona Net Reservoir untuk semua

Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw

Top Bottom Av Av
Well Zones Gross Net N/G Av Sw
(FT) (FT) Vclay Phie
1 2.979 3.007 27,13 13,00 0,48 0,22 0,27 0,09
2 3.181 3.244 62,52 53,62 0,86 0,16 0,11 0,24
Awuna 1 3 3.655 3.675 20,05 16,00 0,80 0,07 0,13 0,22
4 4.637 4.677 40,11 38,00 0,95 0,15 0,11 0,20
5 5.046 5.116 69,60 63,00 0,91 0,24 0,10 0,19
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 1 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
5 7.203 7.247 43,68 35,06 0,80 0,27 0,11 0,35
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,26 0,54 0,21 0,08 0,26
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
1
4 11.841 12.146 304,82 25,50 0,08 0,01 0,11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---
1 284 375 90,64 77,50 0,86 0,27 0,15 0,09
2 5.335 5.406 70,14 47,57 0,68 0,28 0,12 0,25
Seabee
3 6.747 6.784 36,69 32,05 0,87 0,22 0,12 0,26
1
4 8.909 8.958 48,56 24,91 0,51 0,14 0,11 0,34
5 9.082 9.115 33,41 32,94 0,99 0,19 0,12 0,34
1 9.415 9.444 28,84 28,39 0,98 0,08 0,17 0,25
2 10.076 10.161 85,31 85,25 1,00 0,04 0,17 0,21
3 10.191 10.226 34,85 34,64 0,99 0,10 0,15 0,26
Tunalik
4 10.406 10.427 20,43 20,30 0,99 0,08 0,15 0,30
1 5 10.904 10.942 38,45 38,30 1,00 0,05 0,13 0,38
6 11.287 11.338 50,47 45,12 0,89 0,05 0,09 0,28
7 11.425 11.459 33,65 33,49 1,00 0,11 0,10 0,29
1 1.555 1.566 10,99 7,71 0,70 0,10 0,23 0,09
Walakpa 2 1.572 1.589 17,05 9,50 0,56 0,22 0,19 0,10
1 3 2.069 2.087 17,81 17,24 0,97 0,05 0,21 0,15
4 3.598 3.614 16,29 13,95 0,86 0,12 0,09 0,15
1 1.770 1.785 14,86 7,94 0,53 0,24 0,21 0,16
Walakpa 2 2.602 2.638 35,92 32,34 0,90 0,16 0,20 0,15
2 3 2.731 2.736 5,57 5,19 0,93 0,21 0,19 0,26
4 3.993 4.039 45,83 23,00 0,50 0,21 0,08 0,21

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013


Tabel 2 Hasil Lumping zona Net Pay untuk semua

Cut-off Vclay 54%, cut-off Phie 6% dan cut-off Sw


Top Bottom Av Av
Well Zones (FT) (FT) Gross Net N/G Vclay Phie Av Sw
1 2.979 3.007 27,13 13,00 0,48 0,22 0,27 0,09
2 3.181 3.244 62,52 53,62 0,86 0,16 0,11 0,24
Awuna 1 3 3.655 3.675 20,05 16,00 0,80 0,07 0,13 0,22
4 4.637 4.677 40,11 38,00 0,95 0,15 0,11 0,20
5 5.046 5.116 69,60 63,00 0,91 0,24 0,10 0,19
1 6.115 6.138 22,95 15,50 0,68 0,19 0,16 0,26
2 6.232 6.287 54,79 42,00 0,77 0,17 0,17 0,26
3 6.409 6.437 27,39 23,64 0,86 0,19 0,15 0,28
Kugrua 1 4 6.651 6.677 26,65 24,50 0,92 0,18 0,13 0,32
5 7.203 7.247 43,68 34,06 0,78 0,27 0,11 0,34
6 8.704 8.826 12,29 10,99 0,90 0,07 0,14 0,38
7 11.000 11.079 77,74 42,00 0,54 0,21 0,08 0,26
1 1.978 2.154 175,87 163,07 0,93 0,09 0,24 0,10
2 7.007 7.142 134,63 61,33 0,46 0,15 0,08 0,08
Lisburne 3 8.417 8.595 177,81 0 0 --- --- ---
1
4 11.841 12.146 304,82 255,00 0,08 0,01 0.11 0,07
5 13.198 13.302 104,15 0 0 --- --- ---
1 284 375 90,64 77,50 0,86 0,27 0,15 0,09
2 5.335 5.406 70,14 47,57 0,68 0,28 0,12 0,25
Seabee
3 6.747 6.784 36,69 32,05 0,87 0,22 0,12 0,26
1
4 8.909 8.958 48,56 24,91 0,51 0,14 0,11 0,34
5 9.082 9.115 33,41 32,94 0,99 0,19 0,12 0,34
1 9.415 9.444 28,84 28,39 0,98 0,08 0,17 0,25
2 10.076 10.161 85,31 85,25 1,00 0,04 0,17 0,21
3 10.191 10.226 34,85 34,64 0,99 0,10 0,15 0,26
Tunalik
4 10.406 10.427 20,43 20,30 0,99 0,08 0,15 0,30
1
5 10.904 10.942 38,45 38,30 1,00 0,05 0,13 0,38
6 11.287 11.338 50,47 45,12 0,89 0,05 0,09 0,28
7 11.425 11.459 33,65 33,49 1,00 0,11 0,10 0,29
1 1.555 1.566 10,99 7,71 0,70 0,10 0,23 0,09
Walakpa 2 1.572 1.589 17,05 9,50 0,56 0,22 0,19 0,10
1 3 2.069 2.087 17,81 17,24 0,97 0,05 0,21 0,15
4 3.598 3.614 16,29 13,95 0,86 0,12 0,09 0,15
1 1.770 1.785 14,86 7,94 0,53 0,24 0,21 0,16
Walakpa 2 2.602 2.638 35,92 32,34 0,90 0,16 0,20 0,15
2 3 2.731 2.736 5,57 5,19 0,93 0,21 0,19 0,26
4 3.993 4.039 45,83 23,00 0,50 0,21 0,08 0,21

Analisis Petrofisika ..., Nurrul Ahmad Hidayat, FMIPA UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai