SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN
DEPOK
2018
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN
DEPOK
JULI 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
dibuat di : Depok
pada tanggal : 6 Juli 2018
Yang menyatakan
Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones
you did do, so throw off the bowlines, sail away from safe harbor, catch the trade winds in your sails.
Explore, Dream, Discover. –Samuel Langhorn Clemens
1. Rr. Herudyah Fristywanti, A.Md., Ir. R. Pratama Leksmana P. W., dan Rr. Firyal
Nuraisyah Salsabila, segala dukungan dan kasih sayang mereka telah
mengantarkan penulis hingga kini dengan bangga dan tanpa penyesalan,
2. Dr. Eng. M. Arif Budiyanto, S.T., M.T., dan Dr. Agus Sunjarianto Pamitran, ST.,
M.Eng., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, Firman Ady Nugroho, S.T., M.T., dan Gerry Liston Putra, S.T., M.T.,
selaku dosen program studi Teknik Perkapalan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di
jenjang S1 program studi Teknik Perkapalan Universitas Indonesia,
3. Profesional yang turut membantu data-data pengerjaan skripsi, Pak Rahmat
Budiman dan Pak Andri dari Pertamina Gas, Mas Imam dan Mas Joko dari
Pertagas Niaga, Bang Akbar Bojes, Bang Alfi dan Bang Taufik dari Kemenhub,
4. Sahabat dan rekan seperjuangan saya yang tidak jarang saya repotkan dan telah
melengkapi 4 tahun masa perkuliahan saya, peer group Orang Sukses d/h ZADD
a.l. Zakaria Buah #1, Adri 四代目火影, Danur BBW, Ikhsan Carrefour, Gilang
Buah #2, Taufaku “Cuma Kamu” alias Topik Tamel dan Yusrobot,
5. Senior Mesin dan Junior 2015 – 2016; Kakek Lathif, Bobi, Asep, Tondi, Kuntara,
Ridho, Zulfa, Gafero, Lintang, Mahesa, Aji, Bor, Bagas, Apricot, Ammar, Reks,
Arif, Acim, Depok sang murid teladan, Eja 16, Fadhil Ketang 16, Alta, Jero, Bayu,
Irfan, Jo, Jijah, Hilwa, Intan, Bernard, Zahra, Zando, Tasya, Fahd, Hanafi
Swaggy, Azwin.
6. Keluarga BEM UI 2014 – 2017 terkhusus Kak Khuryy, Kak Lita, Bang Willy,
Zahra, Ami, Cindy, Ezra, Kak Saras, Ijulid, Nena, Fanny, Shintay, Alvin, Hanif,
Alfiyah, Manda, Elen, Kinan, Hizky, Citra, Bang Ammar, Depay, Abel, Alia,
v
Dina, Mia, Ikhsan, Izmi, Kak Amal, Hersal, Dean, Dede, Sabrina, Yoga, El, Yuna,
Yoana, Indra, Dale, Fawaz, Rheza, Gina, Nisrina, Ulfa, Syahrul, Karina, Audi,
Bella dan anak-anak kalian yang sangat banyak,
7. Abang, Kakak Kompi 1 OKK UI “The Veterans” dan rekan-rekan Walang Sangit
& Tensi Meledak tak lain dan tak bukan Bang Ghazi, Bang Rotua, Bang Aden,
Bang Ares, Bang Koko, Bang Putut, Kak Vega, Kak Veli, Kak Arin, Kak Sesy,
Bang Davy, Kak Vashti, Kak Nida, Kak Menik, Disa, Tania, Deko, Joshia,
Maldot, Farhan, Rinpang, Akbar, Rustam, Adwin, Muti, Tasya, Easky, Bella,
Dayat, Kiky, Jihan, Sonya, Demi, Prue, Gifty, Citra, Mano, Sof, Eka, Isye, Sid,
8. Kawan-kawan dari berbagai fase kehidupan, Kak Luna, Bang Ammar, Diva,
Hesa, Kak Laeli, Indra, Fathia, Mas Theo dan Mbak Putri, Bapak, Ibu dan Dedek
Jaybar, Humaira, Pandu, Rina, Jhorda, Indri, Ojan, Akhid, Riyan, Imal, Irfan, Ica,
9. Risma Setyawati Nisriina Retnadi yang saya janjikan untuk ditulis namanya di
pengantar skripsi, menemani hari-hari terberat di semester 5 dan 6,
10. Pande Nyoman Vidya Dhanika, definisi special friend yang kuy banget kemana-
mana dan gimana-gimana, bantuan hidup sejak semester 7, pengerjaan seminar
dan skripsi, sehingga mendapat kolom spesial adalah sebuah kelayakan. Я люблю
тебя.
Tidak perlu disemogakan, karena pasti semesta membalas segala kebaikan kalian
dan orang-orang yang tak dapat penulis sebut satu persatu. Besar harapan penulis agar
skripsi ini dapat membawa manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
di bidang perkapalan dan energi Indonesia.
Do not believe anything merely because you are told it is so, because others believe it, because it comes
from tradition, or because you have imagined it. Do not believe what your teacher tells you merely out of
respect. Believe, take for your doctrine, and hold true to that, which, after serious investigation, seems to
you to further the welfare of all beings. –Jean-Yves Leloup
vi
ABSTRAK
Gagasan untuk mengonversi mesin kapal berbahan bakar High Speed Diesel
(HSD) atau solar menjadi bahan bakar ganda (dual-fuel) retrofit, terkhusus untuk kapal
penumpang yang lazimnya tidak memiliki muatan gas sama sekali, bukan merupakan
suatu ide yang baru, namun realisasinya masih sulit dengan berbagai macam kendala yang
dijumpai meskipun begitu banyak manfaat yang dimiliki. Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia telah melakukan studi kelayakan untuk rencana konversi dengan
penggunaan 60% bahan bakar LNG pada salah satu lini kapalnya dengan trayek Tanjung
Priok – Makassar dengan memanfaatkan LNG Isotank tipe T75 ukuran 20 kaki (1 TEU),
namun hanya terbatas pada kajian secara ekonomis. Untuk melakukan verifikasi bahwa
rencana konversi ini benar-benar menguntungkan, penulis merasa perlu untuk melakukan
kajian dari sudut pandang akademis, khususnya dalam penelitian ini adalah analisis
karakteristik exergy fisik yakni laju perpindahan dan penghancuran exergy melalui
dinding tangki akibat perpindahan kalor, serta karakteristik boil-off rate (BOR) dan boil-
off gas (BOG) dari LNG yang dimuat.
Analisis untuk mendapatkan dan menilai karakteristik ini dilakukan dengan
pendekatan closed system exergy balance dengan parameter kondisi pelayaran yang telah
ditentukan, menggunakan persamaan empiris dari literatur dan model fisik dari tiga opsi
tangki yang ditawarkan, dirancang dengan menggunakan COMSOL Multiphysics 5.1.
Hasil analisis menunjukkan hubungan berkorelasi positif antara laju penghancuran exergy
dengan nilai BOR dan BOG, bergantung pada nilai hambatan termal total Rtot akibat
variasi material kulit dan insulasi dinding tangki yang mempengaruhi nilai kebocoran
panas (heat leak) pada permukaan dalam dan luar dinding tangki. Skala kualitas disajikan
di bagian akhir pembahasan untuk meringkas parameter analisis yang bisa diukur dengan
harga, yakni exergy cost dan biaya pengoperasian yang diperlukan forced vaporizer untuk
mencapai BOR yang dibutuhkan.
Kata kunci : LNG, dual-fuel retrofit, heat leak, hambatan termal, exergy fisik,
perpindahan dan penghancuran exergy, boil-off rate, boil-off gas, isotank.
vii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Keywords : LNG, dual-fuel retrofit, heat leak, thermal resistance, physical exergy,
exergy transfer and destruction, boil-off rate, boil-off gas, isotank.
1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
1.5 Batasan Penelitian .............................................................................................. 6
1.6 Model Operasional Penelitian ............................................................................ 7
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 9
2.1 Kapal dengan Sistem Mesin Diesel Bahan Bakar Ganda .................................. 9
2.1.1 Sistem Propulsi Dual Fuel Diesel Engine (DFDE) .................................. 10
2.1.2 Konversi Mesin Diesel Retrofit dan Tantangannya ................................. 11
2.1.3 Penyimpanan dan Penempatan Muatan LNG ........................................... 13
2.1.4 Dampak Konversi Secara Ekonomis ........................................................ 15
2.2 Exergy dan Metode Analisis Exergy ................................................................ 19
2.2.1 Definisi Exergy ......................................................................................... 19
2.2.2 Perbedaan Exergy dengan Energi ............................................................. 20
2.2.3 Exergy Fisik .............................................................................................. 21
ix Universitas Indonesia
2.2.4 Kesetimbangan Exergy Sistem Tertutup .................................................. 21
2.2.5 Perpindahan, Penghancuran dan Efisiensi Exergy Keadaan Tunak ......... 23
2.3 Mode Perpindahan Kalor dalam Closed System Exergy Balance .................... 24
2.3.1 Konduksi................................................................................................... 24
2.3.2 Konveksi ................................................................................................... 24
2.3.3 Konduksi Satu Dimensi Keadaan Tunak untuk Silinder .......................... 25
2.3.4 Hambatan Termal dan Distribusi Temperatur .......................................... 27
2.4 Boil-Off Gas pada Industri Kriogenik .............................................................. 29
2.4.1 BOG pada Tangki LNG Isotank ............................................................... 30
2.4.2 Perhitungan BOR & BOG ........................................................................ 31
2.4.3 Penanganan BOG ..................................................................................... 31
3. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................. 33
3.1 Metodologi Penelitian ...................................................................................... 33
3.2 Pengambilan Data ............................................................................................ 35
3.2.1 Data Kapal ................................................................................................ 35
3.2.2 Data Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar .................................................. 36
3.2.3 Data Spesifikasi Isotank ........................................................................... 37
3.2.4 Data Muatan Bahan Bakar LNG .............................................................. 37
3.3 Pemodelan Tangki LNG Isotank ..................................................................... 38
3.4 Metode Analisis Exergy dari Sistem ................................................................ 39
4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 43
4.1 Analisis Exergy Fisik Tangki Isotank T75 ...................................................... 43
4.2 Analisis BOR dan BOG Tangki Isotank T75 .................................................. 49
4.3 Analisis Penempatan Tangki ........................................................................... 53
4.4 Analisis Kelayakan Rencana Konversi ............................................................ 55
4.5 Skala Kualitas Tangki ...................................................................................... 56
5. PENUTUP ................................................................................................................. 59
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................................................ 61
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
Gambar 1.1 Profil produksi migas Indonesia ................................................................... 1
Gambar 1.2 Selisih biaya kumulatif ................................................................................. 2
BAB 2
Gambar 2.1 Diagram p-V ideal untuk siklus Otto dan Diesel ........................................ 10
Gambar 2.2 Siklus pembakaran DF 4-langkah ............................................................... 11
Gambar 2.3 Contoh gambar tangki LNG Isotank tipe T75 ............................................ 13
Gambar 2.4 (a) Contoh skema permesinan DFDE ......................................................... 14
Gambar 2.4 (b) Penempatan tangki LNG ....................................................................... 14
Gambar 2.5 Distribusi temperatur pada dinding komposit silindris............................... 26
Gambar 2.6 Grafik distribusi temperatur pada jendela dua panel .................................. 28
Gambar 2.7 Tata letak sistem penanganan BOG yang disederhanakan ......................... 32
BAB 3
Gambar 3.1 Diagram alur pengerjaan penelitian ............................................................ 34
Gambar 3.2 Trayek Tanjung Priok - Makassar .............................................................. 35
Gambar 3.3 Foto kapal ................................................................................................... 36
Gambar 3.4 General Arrangement kapal ....................................................................... 36
Gambar 3.5 Gambar teknis LNG Isotank ....................................................................... 38
Gambar 3.6 Potongan 3 dimensi LNG Isotank .............................................................. 39
Gambar 3.7 Model 3 dimensi LNG Isotank dengan kerangka ....................................... 39
Gambar 3.8 Pembangunan lapisan silinder pada COMSOL 5.1. ................................... 40
Gambar 3.9 Perhitungan distribusi temperatur pada COMSOL 5.1............................... 41
Gambar 3.10 Perhitungan fluks panas pada COMSOL 5.1 ............................................ 42
Gambar 3.11 Peta panas dinding tangki pada COMSOL 5.1 ......................................... 42
BAB 4
Gambar 4.1 Lapisan kulit dan insulasi dinding tangki Isotank ...................................... 44
Gambar 4.2 Diagram garis distribusi temperatur pada dinding tangki........................... 47
Gambar 4.3 Area cargo deck bagian buritan kapal ........................................................ 54
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
BAB 2
Tabel 2.1 Tabel trayek dan konsumsi bahan bakar kapal ............................................... 16
Tabel 2.2 Matriks harga, rapat jenis dan LHV masing-masing bahan bakar ................. 16
Tabel 2.3 Perhitungan titik impas minimal rencana konversi ........................................ 18
Tabel 2.4 Matriks perbandingan energi dan exergy ....................................................... 20
BAB 3
Tabel 3.1 Matriks komparasi pilihan tangki isotank ...................................................... 37
Tabel 3.2 Parameter input pembangunan model pada COMSOL 5.1. ........................... 41
BAB 4
Tabel 4.1 Nilai hambatan termal incremental dan cumulative dari tiap lapisan dinding
tangki .............................................................................................................................. 45
Tabel 4.2 Data T dan 𝑄̇ tangki opsi A (Trencor)............................................................ 46
Tabel 4.3 Data T dan 𝑄̇ tangki opsi B (Odyssey) ........................................................... 46
Tabel 4.4 Data T dan 𝑄̇ tangki opsi C (Taizhou) ........................................................... 46
Tabel 4.5 Nilai laju perpindahan, penghancuran dan efisiensi exergy untuk masing-
masing opsi tangki Isotank ............................................................................................ 48
Tabel 4.6 Konsumsi bahan bakar HSD dan substitusi laju aliran massanya .................. 50
Tabel 4.7 Nilai BOR, BOG dan persentase tambahan yang dibutuhkan untuk tiap opsi
tangki.. ............................................................................................................................ 51
Tabel 4.8 Tambahan laju alir massa uap LNG dan kalor yang dibutuhkan vaporizer ... 52
Tabel 4.9 Matriks perbandingan parameter analisis tangki ............................................ 52
Tabel 4.10 Parameter isotank ideal ................................................................................ 56
Tabel 4.11 Matriks skala kualitas tangki dalam tambahan biaya per voyase ................. 57
Tabel 4.12 Penyesuaian perhitungan titik impas minimal rencana konversi ................. 58
Tahun 2002 merupakan titik balik dari industri minyak bumi dan gas alam
(migas) Indonesia, di mana profil produksi migas Indonesia mulai didominasi
oleh produksi gas sebagaimana dimuat dalam Laporan Tahunan SKK Migas
2015. Produksi minyak bumi Indonesia menurun drastis selama satu dekade
terakhir akibat “penuaan” alami dari eksploitasi tambang minyak yang sudah ada,
sekaligus laju pergantian cadangan minyak yang lebih lambat akibat
berkurangnya eksplorasi dan investasi, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.
Selain itu, dengan pertimbangan cadangan minyak yang semakin menipis, kini
produksi gas Indonesia mendominasi total produksi migas hingga 60% dari
keseluruhan. Pembagian ini diperkirakan meningkat menjadi 70% pada tahun
1
2
Indonesia. Umumnya, pemanfaatan gas alam sebagai bahan bakar ganda atau
dual-fuel diterapkan pada kapal pengangkut gas alam yang menggunakan
sebagian dari muatannya sekaligus sebagai bahan bakar. Namun, bukan tidak
mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kapal-kapal jenis lain juga mulai dapat
menggunakan sistem mesin dengan bahan bakar ganda yakni diesel dan gas alam
(International Gas Union, 2016). Gagasan penggunaan sistem bahan bakar ganda
pada kapal penumpang domestik memiliki tujuan untuk mengurangi tingkat emisi
hidrokarbon, meningkatkan efisiensi termal, hingga pada jangka panjang dapat
memangkas biaya untuk pengadaan bahan bakar.
bulan Mei 2014. Lingkaran merah menunjukkan titik impas (breakeven point)
atau titik mulainya waktu pengembalian (payback) atas modal yang dikeluarkan
Universitas Indonesia
3
untuk investasi awal mesin dual fuel. Penggunaan LNG membutuhkan biaya
investasi yang besar, namun bergantung pada harga bahan bakar, penghematan
biaya operasional dapat menjadi signifikan dalam kurun waktu tertentu (DNV GL,
2016).
Namun, adanya masalah evaporasi dari gas alam cair atau Liquefied
Natural Gas (LNG) yang terjadi di berbagai tahap rantai pasokan LNG secara
umum, dan pada proses evaporasi yang terjadi pada muatan bahan bakar gas di
atas kapal secara khusus, menjadi salah satu faktor kunci penilaian keselamatan,
teknis dan ekonomis dari LNG (Dobrota, Lalić, & Komar, 2013). Akibat panas
yang memasuki tangki kriogenik saat transportasi, sebagian LNG di dalam tangki
menguap dan menghasilkan gas yang disebut sebagai Boil-Off Gas (BOG) secara
terus-menerus, yang akan mengubah kualitas LNG yang ditransportasikan, seiring
berjalannya waktu, sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai BOG dan
hal-hal yang mempengaruhinya, secara khusus keterkaitannya dengan laju
perpindahan exergy kalor melalui dinding tangki, yang merupakan salah satu
aspek rugi exergy dalam suatu tangki penyimpanan (Dammel, Winterling,
Langeheinecke, & Stephan, 2012), sedemikian hingga dapat diketahui solusi
untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir hal ini.
Salah satu metode penilaian konvensional terkait penggunaan energi
dalam operasi/proses fisik atau kimia dalam material, perpindahan kalor dan
konversi energi ialah analisis energi yang berdasarkan hukum pertama
termodinamika yang membahas perlunya kesetimbangan energi dan
mengevaluasi seberapa efisien energi yang digunakan (Costa, 2016). Hukum
pertama termodinamika memuat prinsip konservasi energi yang menyatakan
bahwa meski energi dapat berubah bentuk, ia tidak dapat diciptakan maupun
dihancurkan. Meski demikian, tidak dijelaskan tentang ke mana arah suatu proses
dapat terjadi secara spontan, yang berarti hukum ini tidak menjabarkan tentang
reversibilitas suatu proses termodinamika, juga degradasi sumber daya energi dan
jumlah material seperti input, hasil dan pembuangan dari suatu sistem. Metode
analisis exergy mampu mengatasi banyak keterbatasan dari hukum
termodinamika pertama, yang secara jelas menunjukkan lokasi, sifat dan
Universitas Indonesia
4
penyebab dari degradasi energi dalam sebuah proses, sedemikian hingga dapat
membantu meningkatkan suatu proses atau teknologi (Dincer & Rosen, 2015).
Rugi exergy, dalam aplikasinya pada tangki penyimpanan fluida
dikategorikan menjadi rugi exergy akibat percampuran fluida ketika pengisian dan
pengosongan tangki, rugi exergy akibat konduksi kalor pada dinding tangki dan
konduksi kalor akibat kontak fluida dengan dinding tangki. Menurut Dammel,
(2012) percampuran tidak mendominasi kerugian exergy, dan konduksi kalor pada
dinding tangki dapat diminimalisir dengan tambahan insulasi di bagian dalam
tangki. Sedangkan pengaruh dari konduksi kalor akibat fluida yang ditampung
lebih besar dari konduksi kalor pada dinding tangki dan lebih sulit untuk dihindari,
menyebabkan optimalisasi dinding tangki menjadi pilihan utama untuk
menangani konduksi kalor pada dinding tangki yang lebih mudah diminimalisir,
di mana variasi material kulit dan insulasi akan berpengaruh pada laju
perpindahan dan penghancuran exergy melalui dinding tangki isotank yang
digunakan.
Dalam kasus kapal yang menggunakan bahan bakar gas alam cair, baik
sebagian maupun sepenuhnya, banyaknya Boil-off Gas (BOG) ditunjukkan oleh
Boil-off Rate (BOR) yang bergantung pada spesifikasi sistem penyimpanan dan
lingkungan yang ada. Proses penguapan LNG menjadi fasa gas menunjukkan
adanya proses termodinamika yang sedang berlangsung, perlu dicari
keterkaitannya dengan karakteristik perpindahan exergy melalui dinding tangki
isotank yang dimaksud. Secara sederhana, gas alam cair yang disimpan dalam
isotank memiliki exergy kalor (exergy accompanying heat transfer), namun belum
memiliki exergy kerja (exergy accompanying work) karena belum digunakan
(Moran & Shapiro, 2014). Mengingat bahwa exergy atau energi yang tersedia bisa
hilang atau dihancurkan sehingga tidak dapat dipakai (anergy), dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin besar BOR maka akan semakin besar pula
kemungkinan terjadinya rugi energi yang besar (Dincer & Rosen, 2015).
Universitas Indonesia
5
Kemenhub melalui salah satu BUMN di bawahnya saat ini sudah memilih
satu jenis isotank tipe T75 sebagai tempat penyimpanan LNG nantinya, namun
juga telah memiliki 2 opsi tangki T75 lain yang menjadi pertimbangan, yang
kemudian akan dipesan bila memang dinyatakan lebih efektif dan efisien, baik
secara teknis maupun ekonomis dalam jangka panjang. Maka dari itu, disusunlah
rumusan permasalahan sebagai berikut:
• Bagaimanakah kelayakan (kemungkinan untuk dapat dikerjakan) rencana oleh
Kemenhub untuk mengonversi mesin dual-fuel pada kapal dengan
menggunakan isotank sebagai tempat penyimpanan bahan bakar LNG apabila
ditinjau dari:
1. Karakteristik perpindahan, penghancuran dan efisiensi exergy kalor
dari model fisik tangki-tangki tersebut, dan
2. Hubungan karakteristik perpindahan dan penghancuran exergy kalor
pada lapisan-lapisan kulit dan insulasi dinding tangki terhadap nilai
BOR dan jumlah BOG yang dihasilkan dari masing-masing variasi
opsi tangki?
Analisis exergy dalam tangki penyimpanan bahan bakar LNG di atas kapal
dilakukan untuk memberikan pilihan spesifikasi/perbaikan sistem atau komponen
yang optimal sehingga bisa meminimalisir hal-hal meliputi banyaknya BOG,
tingginya BOR dan terjadinya penghancuran exergy akibat perpindahan kalor
(available energy) melalui dinding tangki pada BOG terbuang sia-sia menjadi
anergy (Romero Gómez, Romero Gómez, Lopez Bernal, & Baaliña Insua, 2015).
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik exergy kalor (exergy accompanying heat
transfer) melalui dinding tangki dari ketiga opsi tangki isotank terhadap
parameter material plat dan insulasi menggunakan model fisik dalam
perangkat lunak COMSOL Multiphysics 5.1 Academic Server License dan
kemudian menentukan nilai BOR dan jumlah BOG pada ketiga opsi tangki
isotank,
Universitas Indonesia
6
2. Memberikan hasil analisis exergy dan BOR dari ketiga opsi tangki beserta
hubungan keduanya, analisis peletakan tangki dan memberikan saran
pemilihan tangki yang layak dipertimbangkan kemudian dalam bentuk
matriks skala kualitas,
yang kemudian akan dijadikan dasar untuk menilai kelayakan rencana konversi
mesin dual-fuel pada kapal dengan menggunakan isotank sebagai tempat
penyimpanan bahan bakar LNG.
a. Kapal yang akan dianalisis adalah Kapal Penumpang 3200 DWT milik
Kemenhub yang melayani trayek Tanjung Priok – Makassar.
b. Mesin utama yang digunakan pada kapal adalah Diesel Engine 2x Krupp-MaK
Type 6M601C Spec. 6400kW/428rpm yang menggunakan bahan bakar High
Speed Diesel (HSD Solar), selanjutnya diretrofit untuk dapat memanfaatkan
bahan bakar gas alam cair (LNG) dengan rasio HSD-LNG sebesar 40:60.
c. Penelitian yang dilakukan merupakan sebuah studi mengenai pengaruh variasi
material kulit dan insulasi isotank terhadap karakteristik exergy fisik dan nilai
Boil-Off Rate dan persentase Boil-off Gas muatan LNG.
d. Batasan exergy yang dianalisis adalah nilai input dan output exergy kalor
melalui dinding tangki (exergy accompanying heat transfer), laju perpindahan
Universitas Indonesia
7
Penelitian ini ditulis secara sistematis yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan hal yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan, masalah
apa yang menjadi fokus utama dan batasan-batasannya, serta sistematika
penulisan yang diterapkan pada penelitian skripsi ini.
Bab ini menjabarkan dasar-dasar teori yang bersumber dari berbagai jenis literatur
dan penelitian utama hingga maksimal 5 tahun ke belakang, serta literatur
penunjang hingga maksimal 10 tahun ke belakang yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan mesin dengan bahan bakar ganda diesel dan gas alam telah
digunakan untuk pembangkitan daya onshore selama bertahun-tahun, namun
penggunaannya untuk kebutuhan di laut merupakan suatu fenomena yang relatif
baru. Pada awalnya, produk-produk jenis ini dipasarkan hanya sebagai alternatif
dari turbin uap pada kapal pengangkut gas alam cair (LNG Carriers), baru pada
kemudian hari sebagai solusi untuk mencapai persyaratan emisi gas buang yang
semakin ketat, sekaligus sebagai opsi optimalisasi biaya yang dikeluarkan untuk
bahan bakar. Wärtsilä telah mengembangkan mesin diesel berbahan bakar ganda
untuk keperluan di darat sejak akhir 1980an dan merupakan produsen pertama
untuk menggagas penggunaan di bidang maritim, tepatnya pada tahun 2001 ketika
Wärtsilä dikontrak untuk memproduksi mesin diesel bahan bakar ganda untuk
FPSO, kapal LNG dan kapal kerja lepas pantai (Latarche, 2017).
9
10
Gambar 2.1 Diagram p-V ideal untuk siklus Otto dan Diesel.
(www.brighthub.com)
Universitas Indonesia
11
diganti karena adanya tambahan jalur bahan bakar. Sistem pilot oil yang
diperlukan untuk operasi gas harus disusun ulang. Valve cam dan susunan
rotor untuk turbocharger baru juga dibutuhkan untuk pengatur waktu
pembakaran. Mengendalikan mesin berbahan bakar ganda lebih rumit dari
pada mesin aslinya yang berjalan menggunakan Heavy Fuel Oil (HFO)
atau sejenisnya, menjadikan konversi sensor mesin dan instrumentasi
merupakan hal yang wajib dilakukan (PT Pertamina (Persero), 2016). Hal
ini memungkinkan pergantian bahan bakar secara otomatis jika suplai
bahan bakar terinterupsi tanpa adanya permasalahan dalam pemuatan
mesin (Latarche, 2017).
Universitas Indonesia
13
Gambar 2.3 Contoh gambar tangki LNG Isotank tipe T75 (www.lngglobal.com)
b)
Gambar 2.4 (a) contoh skema permesinan DFDE dan (b) penempatan tangki LNG (Wärtsilä)
Universitas Indonesia
16
terjadi dan kesesuaian jumlah BOG yang dihasilkan seluruh tangki dengan
rencana substitusi dengan rasio 40-60 untuk HSD dan LNG.
Tabel 2.1 Tabel trayek dan konsumsi bahan bakar kapal (Kemenhub)
Tabel 2.2 adalah tabel harga dan konversinya sesuai unit yang
lazim digunakan di pasar (PT Pertamina (Persero), 2018; PT Perusahaan
Gas Negara (Persero), 2016).
Tabel 2.2 Matriks harga, rapat jenis dan LHV bahan bakar (telah diolah kembali) (Kemenhub)
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Tabel 2.4 Matriks perbandingan energi dan exergy (de Oliveira Jr., 2013)
Universitas Indonesia
21
Exergy fisik bph, Eph atau Exph merupakan kerja maksimal yang
bisa digunakan, didapatkan dari satu satuan massa suatu zat dalam kondisi
normal/generik (T, p) yang berada pada kondisi lingkungan (T0, p0)
melalui proses fisik sepenuhnya. Sehingga, jika energi kinetik dan
potensial tidak dipertimbangkan, exergy fisik bph dapat ditentukan dengan
nilai entalpi dan entropi dari aliran termodinamika yang dicirikan dari
komposisinya, keduanya dalam kondisi normal, dan suhu serta tekanan
lingkungan.
dan entropi pada To, po, nilai ini akan ditulis sebagai ho dan so. Jika nilainya
tidak diketahui, maka bisa pula diestimasikan untuk mendapatkan nilai
yang mendekati nilai aktualnya, menggunakan persamaan 2.1 (Querol,
dkk., 2013).
(2.2)
Universitas Indonesia
22
di mana Ex1 adalah keadaan awal dari sistem keseluruhan (sistem tertutup
dan lingkungannya) dan Ex2 adalah keadaan akhir setelah suatu proses
termodinamika berjalan, yang dijabarkan sebagai berikut.
Ex1 = (U1 – U0) + p0(V1 – V0) – T0(S1 – S0) + KEx1 + PEx1 (2.3)
Ex2 = (U2 – U0) + p0(V2 – V0) – T0(S2 – S0) + KEx2 + PEx2 (2.4)
Ex1 – Ex2 = (U2 – U1) + p0(V2 – V1) – T0(S2 – S1) + (KEx2 - KEx1) + (PEx2 - PEx1)
(2.5)
(persamaan 2.7).
(2.6)
(2.7)
Universitas Indonesia
23
Dengan persamaan 2.6, 2.7 dan 2.8, maka nilai perubahan exergy
ΔEph dapat ditulis ulang menjadi
(2.10)
(2.11)
(2.12)
𝐸𝑥,𝑜𝑢𝑡
𝜂𝐸𝑥 = (2.13)
𝐸𝑥,𝑖𝑛
Universitas Indonesia
24
2.3.1 Konduksi
(2.14)
(2.15)
(2.16)
2.3.2 Konveksi
Universitas Indonesia
25
(2.17)
h pada konveksi bebas untuk gas berkisar antara 2 – 25 W/m2.K dan untuk
Gambar 2.5 Distribusi temperatur pada dinding komposit silindris (Incropera et al., 2011)
(2.18)
(2.19)
Universitas Indonesia
27
(2.20)
Definisi ini dapat diubah-ubah, dan nilai U juga dapat dicari dari
A4 atau luasan tengah lainnya. Perhatikan bahwa
(2.21)
dan bentuk spesifik dari U2, U3 dan U4 bisa dijabarkan dari persamaan 2.20
dan 2.21.
tetap kecil, sedemikian hingga suhu dalam tidak terlalu cepat untuk
mencapai kesetimbangan dengan suhu luar. Gambar 2.6 menunjukkan
contoh grafik distribusi temperatur pada jendela dua panel, dengan ruang
kosong berisi udara di dalamnya sebagai insulasi, dengan nilai kkaca lebih
besar daripada kudara, sebesar 0.78 W/m.K dan 0.026 W/m.K masing-
masing (Çengel & Ghajar, 2014).
Gambar 2.6 Grafik distribusi temperatur pada jendela dua panel (Çengel & Ghajar, 2014).
Laju perpindahan panas melalui tiap lapisan memiliki besar nilai
yang konstan setebal dinding tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan
𝛥𝑇(𝑖−𝑗)
𝑄̇ = (𝑊) (2.22)
𝑅𝑖𝑗
dengan nilai ΔTi-j merupakan selisih antara suhu pada permukaan i dan
permukaan j pada lapisan material ij, dan nilai hambatan termal konduktif
Rcond didapatkan dari nilai konduktivitas termal k. Untuk dinding komposit
silindris, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑟𝑗
ln( )
𝑅𝑐𝑜𝑛𝑑, 𝑐𝑦𝑙 = 𝑟𝑖
(𝐾/𝑊) (2.23)
2𝜋𝐿𝑘
dengan nilai logaritma natural dari rasio antara r (jari-jari) dari titik pusat
silinder menuju permukaan luar i terhadap permukaan dalam j, dengan
syarat ri > rj, L sebagai panjang silinder dan k spesifik untuk material yang
sedang dilalui. Jika perpindahan panas terjadi antara udara ambien yang
Universitas Indonesia
29
1
𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣, 𝑐𝑦𝑙 = (𝐾/𝑊) (2.24)
2𝜋𝑟𝐿ℎ
dalam suatu bejana penyimpanan (Barron & Nellis, 2016). Bejana ini menghadapi
permasalahan akibat penerimaan kalor dari lingkungan yang tidak dapat
diabaikan. Dampak dari kalor yang menghangatkan fluida kriogenik antara lain:
Uap yang terbentuk akibat menerima kalor ambien ketika tekanan dijaga
agar tetap konstan dalam bejana disebut “boil-off”. Pembuangan dari uap ini
dihindari akibat penerimaan kalor ambien. Jumlah boil-off diukur dalam satuan
Universitas Indonesia
30
jumlah uap per satuan waktu, bisa berupa satuan mutlak seperti kg/jam, kg/hari
atau ukuran relatif (dalam persen yang tervaporisasi dari jumlah total muatan per
satuan waktu) yang disebut sebagai laju boil-off atau Boil-off Rate (BOR) (Ursan,
2011).
Universitas Indonesia
31
Boil-off rate (BOR) atau laju penguapan gas dan persentase boil-
off gas (BOG) per harinya dalam suatu pemodelan tangki LNG dapat
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut (Adom, Islam, & Ji,
2010)
(2.25)
dengan 𝑄̇ merupakan nilai kalor dari sistem (heat leak) dan ΔH merupakan
nilai kalor laten penguapan dari LNG (latent heat of vaporization), yakni
5.1 x 105 J/kg. Kemudian nilai %BOG dihitung dengan persamaan
(2.26)
Universitas Indonesia
32
BOG sebagai bahan bakar sekunder untuk sistem propulsi pada kapal, di
mana menurut aturan dari International Gas Carriers Code (IGC Code),
setiap kapal pengangkut gas alam harus memiliki sekurang-kurangnya 2
metode penanganan BOG (McGuire & White, 2008). Gambar 2.7
menjelaskan tata letak sistem penanganan BOG ketika kapal
menggunakan mesin utama dua-tak dan mesin cadangan empat-tak.
Idealnya, konsumsi BOG harus sama dengan nilai BOR, yang
menghasilkan kesetimbangan BOG bernilai nol (Babicz, 2015).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
T : 5.9 meter
Universitas Indonesia
37
Shell
Model fisik dari tangki LNG Isotank T75 tertutup akan dimodelkan
dengan bentuk Closed System (Moran & Shapiro, 2014), dengan tangki sebagai
sistem dan keadaan lingkungan pada kapal sebagai lingkungan ambien, di mana
keduanya berproses menuju kesetimbangan termodinamis, sebelum adanya
proses kimiawi atau fisik yang dapat merubah kondisi kesetimbangan. Sistem
(tangki yang memuat gas bersuhu kriogenik) dengan wadah tertutup berinsulasi
(memiliki nilai konduktivitas termal) akan dievaluasi laju perpindahan exergy-
nya, berangkat dari bentuk fluks panas akibat adanya perpindahan kalor dari
lingkungan melalui mode perpindahan panas melalui benda padat (konduksi) dan
perpindahan kalor konduksi akibat kontak fluida dengan benda padat.
Universitas Indonesia
39
Selanjutnya setelah model fisik dari ketiga tangki yang akan dikaji selesai
dimodelkan dan dievaluasi, akan dilakukan analisis exergy dari sistem, khususnya
exergy fisik yang mempertimbangkan mode transfer panas yang telah
diperhitungkan sebelumnya, menggunakan pendekatan one dimensional, steady
state, nonflow, no heat generation dengan nilai-nilai exergy kinetik dan potensial
dapat diabaikan karena dalam Closed System Exergy Balance (Moran & Shapiro,
2014) tidak ada perubahan massa, kecepatan, percepatan gravitasi maupun
ketinggian yang signifikan untuk menciptakan perbedaan yang besar dalam
analisis kesetimbangan exergy ini. Pun tidak ada exergy kimiawi Exch yang
signifikan dalam Closed System Exergy Balance, karena nilai exergy kimiawi baru
akan berdampak signifikan dalam perhitungan kesetimbangan exergy ketika ada
Universitas Indonesia
40
proses kimiawi yang merubah susunan atom atau molekul seiring dengan
berjalannya proses menuju kesetimbangan termodinamis, misalnya proses
pembakaran. Dalam analisis ini kemudian akan didapatkan nilai-nilai laju
perpindahan exergy kalor Exq, laju penghancuran exergy Exd dan efisiensi
exergetik ηEx. Sama seperti tahap pemodelan, analisis exergy akan dilakukan
dengan perhitungan manual berdasarkan rumus dari referensi literatur dan jurnal,
kemudian akan dikomparasi dengan analisis fluks panas menggunakan perangkat
lunak COMSOL Multiphysics 5.1 dengan langkah-langkah secara ringkas
Universitas Indonesia
41
Dari pemodelan ini akan didapatkan pula peta panas (heat map) (Gambar 3.11)
akibat perpindahan panas dari luar tangki (udara ambien) menuju dalam tangki
(LNG yang diasumsikan ambien) melalui tiap lapisan dinding tangki. Data yang
didapatkan dari COMSOL selanjutnya bisa diekspor dan kemudian diolah
berdasarkan persamaan dari literatur untuk mendapatkan nilai perpindahan
exergy, efisiensi exergy dan karakteristik BOR serta BOG untuk masing-masing
jenis tangki yang dimodelkan.
Universitas Indonesia
43
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dalam penelitian ini secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama, yakni analisis karakteristik exergy dari model fisik tiga opsi tangki isotank T75
yang telah dibangun menggunakan perangkat lunak Autodesk AutoCAD 2018 dan
COMSOL Multiphysics 5.1, perhitungan manual dan analisis efisiensi exergetik serta
karakteristik BOR dan BOG dari tiap tangki serta analisis kualitas tangki yang dijabarkan
dalam bentuk skala kualitas. Batasan analisis exergy dalam penelitian ini adalah
pendekatan closed system exergy balance atau kesetimbangan exergy sistem tertutup,
yang memperhitungan perpindahan exergy bersamaan dengan perpindahan kalor murni
sebagai satu-satunya faktor exergy fisik dari LNG yang disimpan di dalam tangki isotank,
dikarenakan belum adanya konversi kandungan energi dan exergy dari LNG menjadi
kerja ataupun melalui proses kimiawi seperti pembakaran. Hasil analisis exergy dan
karakteristik BOR dan BOG dari masing-masing tangki kemudian akan diolah untuk
dijabarkan dalam skala yang menunjukkan kualitas dari masing-masing tangki, yang
selanjutnya dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan pemilihan tangki dari sudut
pandang akademis, akan diberikan kembali ke Kemenhub untuk peninjauan lebih lanjut.
Analisis exergy fisik dari data spesifikasi ketiga opsi tangki isotank yang
telah dimiliki dilakukan dengan pendekatan closed system exergy balance
berbasis perpindahan panas (menghitung laju fluks panas) melalui dinding tangki
dengan mode perpindahan panas konduksi melalui tiap lapisan dinding tangki dan
konveksi akibat kontak fluida ambien (baik udara maupun LNG) dengan
permukaan dinding terdalam dan terluar, dengan parameter kondisi yang sudah
ditentukan oleh Kemenhub untuk selanjutnya diolah. Analisis ini perlu dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar kebocoran panas yang terjadi untuk tiap-tiap
jenis tangki, bervariasi akibat perbedaan material kulit dan insulasi termal yang
digunakan oleh masing-masing tangki. Perbedaan kualitas material kulit dan
insulasi tentu memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing, dan
Universitas Indonesia
44
analisis yang akan diberikan dalam penelitian ini khususnya dilakukan dari sudut
pandang akademis, namun kemudian Kemenhub melalui BUMN di bawahnya
akan memilih sendiri tangki mana yang paling optimal dari segi ekonomi, setelah
mempertimbangkan keuntungan dan kelebihan tiap opsi tangki dari segi
akademis, dalam hal ini peninjauan karakteristik exergy serta BOR & BOG.
Universitas Indonesia
45
Tabel 4.1 Nilai hambatan termal incremental dan cumulative dari tiap lapisan dinding tangki.
Universitas Indonesia
47
325
275
Trencor
225
Suhu, T (K)
(A)
Odyssey
(B)
175 Taizhou
(C)
125
75
-0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Tebal dinding, x (m)
Universitas Indonesia
48
Jatuh temperatur yang besar pada lapisan insulasi dan nilai yang kecil saat
melalui lapisan kulit bukan berarti lapisan kulit lebih baik kemampuan insulasi
termalnya, justru lapisan insulasi bisa mencegah suhu permukaan dalam sesudah
melewati insulasi memiliki perbedaan jauh dengan suhu permukaan luar sebelum
melewati lapisan insulasi. Jika tidak digunakan lapisan insulasi (misalnya
digunakan plat baja sepenuhnya sebagai kulit), nilai k nya yang besar berarti nilai
R nya kecil sehingga menyebabkan suhu permukaan luar dan suhu permukaan
dalam tidak berbeda jauh, yang kemudian dapat mengakibatkan kebocoran panas
yang lebih besar dan sistem termodinamika akan lebih cepat mencapai
kesetimbangan.
Selanjutnya, data nilai T dan 𝑄̇ yang telah didapatkan di atas akan diolah
menggunakan persamaan 2.10 hingga 2.13 untuk mendapatkan nilai laju
perpindahan exergy bersamaan dengan perpindahan kalor (Exq), penghancuran
dan efisiensi exergetik perpindahan panas dari ketiga model tangki yang telah
dirancang. Nilai 𝑄̇ yang akan digunakan dari masing-masing tangki ialah nilai 𝑄̇
terbesar, yakni 𝑄̇ software, dijabarkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai laju perpindahan, penghancuran dan efisiensi exergy untuk masing-masing opsi
tangki isotank.
Opsi A (Trencor)
Exq,in 8592.64 W
Exq,out 8438.79 W
Exd 153.85 W
ηEx 98.21%
Opsi B (Odyssey)
Exq,in 5134.27 W
Exq,out 5083.12 W
Exd 51.15 W
ηEx 99.00%
Opsi C (Taizhou)
Exq,in 10594.42 W
Exq,out 10359.81 W
Exd 234.61 W
ηEx 97.79%
Universitas Indonesia
49
Analisis Boil-off Rate (BOR) atau laju penguapan LNG dalam tangki dan
persentase Boil-off Gas (BOG) dari tiap opsi tangki akan menunjukkan seberapa
besar laju penguapan LNG akibat perpindahan panas dan perpindahan serta
penghancuran exergy yang terjadi melalui dinding tangki. Sebagaimana telah
dituliskan pada bagian landasan teori, kebutuhan akan alat-alat tambahan merujuk
Society of International Gas Tanker and Terminal Operators atau SIGTTO untuk
kapal pengangkut gas dan/atau berbahan bakar gas, operasi kapal akan
membutuhkan tambahan forced vaporizer bila laju konsumsi gas dalam kilogram
per detiknya lebih cepat dari nilai BOR, atau reliquefier bila laju konsumsi gas
lebih lambat dari nilai BOR. Karena sistem relikuefaksi akan membutuhkan area
Universitas Indonesia
50
yang sangat besar dan biaya yang relatif mahal, sistem forced vaporizer akan lebih
disukai karena prosesnya yang lebih mudah dan peralatannya yang lebih
sederhana (McGuire & White, 2008). Kendati demikian, tetap perlu dilakukan
analisis BOR dan BOG yang tepat untuk memastikan tangki yang akan dipilih
memiliki selisih antara laju konsumsi gas dengan BOR tidak bernilai terlalu besar,
sehingga daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan forced vaporizer juga
tidak sebanyak ketika selisihnya terlalu besar.
Tabel 4.6 Konsumsi bahan bakar HSD dan substitusi laju aliran massanya.
168990.839 kg/voyage
Konsumsi bahan bakar
(Kemenhub) 1251.784 kg/h
0.348 kg/s
Substistusi 60% LNG (𝑚̇LNG,60) 0.209 kg/s
ρLNG 450 kg/m3
Laju alir volumetrik 0.028 m3/s
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dengan nilai konsumsi bahan bakar rata
berdasarkan data rekap tahunan Kemenhub untuk trayek Tanjung Priok –
Makassar untuk satu voyase selama 135 jam adalah sebesar 168990.839 kg, atau
Universitas Indonesia
51
sama dengan 0.348 kg per detik laju massa bahan bakar yang dialirkan. 60%-nya
akan digantikan dengan massa bahan bakar LNG atau sama dengan 0.209 kg/s
laju alir massa bahan bakar LNG (𝑚̇LNG,60). Pada Tabel 4.7 dihitung nilai BOR
dan BOG spesifik untuk masing-masing tangki dengan menggunakan persamaan
2.25 dan 2.26, dan nilai BOR dalam kg/s yang didapat dari setiap tangki dikalikan
dengan jumlah tangki yang digunakan sesuai data studi kelayakan yang telah
diolah kembali, yakni 11 tangki isotank, untuk mengetahui BOR alami yang
dihasilkan oleh keadaan lingkungan dan seberapa besar perbedaannya dengan
BOR yang dibutuhkan untuk mencapai rasio substitusi sebesar 60% (0.209 kg/s).
Tabel 4.7 Nilai BOR, BOG dan persentase tambahan yang dibutuhkan untuk tiap opsi tangki.
Opsi A (TRENCOR)
Volume bersih 21 m3
𝑄 ̇ 4894.393 W
ΔH, kalor laten uap (IGU) 510000 J/kg
pLNG 450 kg/m3
BOR 1 tangki 0.00960 kg/s
Tambahan yang dibutuhkan 49.40% (𝑚̇LNG,60)
BOG 8.77% per hari
Opsi B (ODYSSEY)
Volume bersih 21 m3
𝑄̇ 2914.565 W
ΔH, kalor laten uap (IGU) 510000 J/kg
pLNG 450 kg/m3
BOR 1 tangki 0.00572 kg/s
Tambahan yang dibutuhkan 69.87% (𝑚̇LNG,60)
BOG 5.22% per hari
Opsi C (TAIZHOU)
Volume bersih 21 m3
𝑄 ̇ 6046.092 W
ΔH, kalor laten uap (IGU) 510000 J/kg
pLNG 450 kg/m3
BOR 1 tangki 0.01186 kg/s
Tambahan yang dibutuhkan 37.49% (𝑚̇LNG,60)
BOG 10.84% per hari
Universitas Indonesia
52
Nilai tambahan yang dibutuhkan pada Tabel 4.7 di atas disajikan dalam
bentuk persentase untuk mengetahui seberapa banyak tambahan LNG yang perlu
diuapkan menggunakan forced vaporizer, dimaksudkan sebagai tambahan laju
alir massa LNG yang sudah berubah fasa menjadi gas untuk memenuhi kebutuhan
substitusi bahan bakar dari tangki opsi A, B dan C akan membutuhkan forced
vaporizer untuk menguapkan tambahan gas (𝑚̇vaporizer) dengan persentase tertentu
terhadap 𝑚̇LNG,60 sebesar 0.209 kg/s, yaitu masing-masing sebesar 49.40% (0.103
kg), 69.87% (0.146 kg) dan 37.49% (0.078 kg) per detiknya, sehingga untuk total
1 voyase, dibutuhkan total tambahan uap LNG sebesar 50089.75 kg, 70843.01 kg
dan 38017.24 kg masing-masing opsi tangki untuk memenuhi keperluan mode
bahan bakar HSD-LNG rasio 40-60, dan kebutuhan tambahan kalor untuk
penguapan dapat diperhitungkan dengan mengalikan nilai 𝑚̇vaporizer dengan nilai
kalor laten ΔH sebagaimana dimuat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Tambahan laju alir massa uap LNG dan kalor yang dibutuhkan vaporizer.
Data-data yang telah diperoleh untuk tiap opsi tangki dari analisis ini dan
juga analisis sebelumnya dapat disusun menjadi matriks perbandingan tiap
parameter beserta nilainya untuk selanjutnya diinterpretasikan keterkaitan antara
satu parameter dengan yang lainnya sebagaimana dijabarkan pada Tabel 4.9.
meningkatnya kebocoran panas atau heat leak 𝑄̇ , laju penghancuran exergy kalor
melalui dinding tangki Exd, persentase boil-off gas yang terbentuk per harinya
serta tambahan kalor yang dibutuhkan dari forced vaporizer untuk menghasilkan
tambahan laju alir masa uap LNG yang dapat memenuhi kebutuhan substitusi
bahan bakar dengan LNG sebesar 60%, namun efisiensi exergetik ηExq akan
semakin menurun. Hal ini menjelaskan pengaruh variasi material kulit dan
insulasi yang digunakan pada dinding tangki, bahwa apabila kualitas material
dalam konteks ini diukur dengan nilai konduktivitas termal k, maka material
dengan nilai konduktivitas termal k sekecil-kecilnya akan memberikan kualitas
peredaman kebocoran panas dari tangki yang paling baik dengan efisiensi
exergetik terbesar yang berarti exergy yang dihancurkan atau terbuang ke
lingkungan semakin kecil.
Kapal ini menurut rencana umumnya memiliki area deck cargo lengkap
dengan derek yang telah dimodifikasi pada bagian haluan dan buritan dek utama
kapal. Mempertimbangkan keselamatan dan kemudahan pengoperasian tangki
LNG dan menghubungkannya ke ruang mesin kapal, serta membandingkan
dengan contoh penempatan tangki LNG bentuk bejana tekan (tidak disimpan
dalam tangki bahan bakar konvensional) misalnya pada kapal Viking Grace
seperti tertera pada Gambar 2.4 (b), penulis memilih area deck cargo pada bagian
buritan dek utama kapal untuk dialihfungsikan sebagai tempat peletakan dan
penyimpanan tangki isotank yang akan digunakan, karena letaknya yang berada
di atas dan tidak jauh ruang mesin akan memudahkan proses penyusunan jalur
Universitas Indonesia
54
bahan bakar yang baru dan ringkas, adanya ruang terbuka menjamin keamanan
bahan bakar LNG dari potensi bahaya api, suhu tinggi dan percikan dari peralatan
di ruang mesin dan overpressure bisa ditangani juga dengan vent mast karena ada
ruang kosong terbuka untuk meletakkan tambahan vent mast.
Meskipun bagian haluan kapal juga memiliki area deck cargo, tapi tidak
disarankan untuk memilih posisi ini, dikarenakan salah satunya area deck cargo
yang lebih luas apabila dialihfungsikan menjadi sepenuhnya tempat penyimpanan
isotank akan menyebabkan kerugian muatan yang lebih besar karena muatan
selain isotank tidak bisa lagi disimpan di lokasi tersebut, sedangkan apabila
isotank dipilih untuk diperlakukan sama dengan kargo/kontainer lain akan
menambah risiko dari penyimpanan isotank ini karena area yang tidak steril dan
bahaya-bahaya tak terduga dari muatan yang disimpan dalam kontainer lain.
Tidak hanya itu, posisi yang sangat jauh dari kamar mesin akan menyebabkan
penataan jalur bahan bakar dari keluaran isotank menuju mesin menjadi lebih
kompleks dan perlu banyak modifikasi pada jalur yang dilalui sekaligus
meningkatkan risikonya.
Universitas Indonesia
55
adanya pembongkaran badan kapal, peletakan, penataan jalur bahan bakar dan
sistem keselamatan, kemudian pemasangan kembali bagian badan kapal yang
sebelumnya dibongkar yang akan memakan biaya yang lebih besar lagi.
Kebutuhan penggunaan BOR untuk mode bahan bakar ganda dengan rasio
40:60 adalah 0.209 kg/s untuk memenuhi 60% kebutuhan bahan bakar total,
sedangkan nilai BOG per hari dari ketiga tangki yang telah dianalisis berkisar
antara 5 hingga 11 persen (BOR 0.006 hingga 0.012 kg/s), untuk setiap tangki,
yang apabila dikalikan dengan jumlah total tangki, akumulasi BOR-nya tetap
masih kurang daripada yang dibutuhkan (total BOR 0.063 hingga 0.130 kg/s)
karena tiap gas di dalam tangki mengalami proses evaporasi akibat suhu
lingkungan yang sama secara bersamaan, begitu pula halnya dengan nilai
kebocoran panas dan perpindahan serta penghancuran exergy yang terjadi, namun
nilai kebocoran panas 𝑄̇ -nya masih terlalu kecil, sehingga masih membutuhkan
tambahan kalor dari forced vaporizer demi memenuhi kebutuhan bahan bakar gas.
tangki tersebut tidak berbeda jauh dari 𝑚̇LNG,60 yang dibutuhkan. Tabel 4.10
menjelaskan parameter dari isotank yang sesuai dengan kebutuhan substitusi
bahan bakar sekaligus (idealnya) tidak membutuhkan tambahan kalor dari forced
vaporizer sama sekali.
Volume bersih 21 m3
𝑄̇ 9672.876 W
ΔH, kalor laten uap (IGU) 510000 J/kg
pLNG 450 kg/m3
BOR 1 tangki 0.01897 kg/s
Tambahan yang dibutuhkan 0.00% (𝑚̇LNG,60)
BOG 17.34% per hari
Waktu konsumsi 5.767 hari
Rtot 0.0201595 K/W
Terlihat pada Tabel 4.10 bahwa idealnya untuk memenuhi kebutuhan laju
alir massa LNG (𝑚̇LNG,60) sebesar 0.209 kg/s tanpa tambahan kalor dari forced
vaporizer (kalor untuk meningkatkan laju massa alir uap LNG yang dibutuhkan
sebesar 0.00% 𝑚̇LNG,60), BOR dapat sepenuhnya dihasilkan dari penguapan
natural tanpa tambahan sistem penanganan BOG dengan syarat dinding tangki
isotank ukuran 20’ yang akan dipilih memiliki nilai hambatan termal total Rtot
sebesar 0.0201595 K/W bergantung pada konduktivitas termal material kulit dan
insulasi yang digunakan, sedemikian hingga menghasilkan kebocoran panas 𝑄̇
sebesar 9672.876 W, BOR 1 tangki sebesar 0.01897 kg/s (total untuk 11 tangki
sama dengan 𝑚̇LNG,60 yakni 0.209 kg/s), serta tiap tangki dengan nilai BOG
sebesar 17.34% per hari akan habis dalam waktu 5.767 hari yang tetap lebih
panjang dari total waktu perjalanan 1 voyase yakni 5.625 hari.
Universitas Indonesia
57
Tabel 4.11 Matriks skala kualitas tangki dalam tambahan biaya per voyase.
Universitas Indonesia
58
berbeda jauh, yang dijabarkan pada Tabel 4.12. Waktu menuju BEP tidak
memperhitungkan faktor lain seperti pada Tabel 2.3. Tambahan biaya yang harus
dikeluarkan akibat rugi exergy dan daya pengoperasian vaporizer mengurangi
penghematan yang telah diperhitungkan di awal namun relatif tidak signifikan
terhadap besar penghematan yang disesuaikan, hanya berdampak pada titik impas
yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dicapai.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
59
60
Universitas Indonesia
61
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada Kemenhub agar sekiranya dapat
menjadi pertimbangan untuk merealisasikan rencana konversi Kemenhub yang
lebih layak dari sudut pandang peninjauan akademis, khususnya aspek
karakteristik exergy dan nilai BOR serta BOG-nya ialah mempertimbangkan
opsi isotank lain untuk penyimpanan LNG, dengan kriteria sebagai berikut:
Universitas Indonesia
62
DAFTAR REFERENSI
Adom, E., Islam, S. Z., & Ji, X. (2010). Modelling of Boil-off Gas in LNG tanks: A
case study. International Journal of Engineering and Technology, 2(4), 292–296.
Barron, R. F., & Nellis, G. F. (2016). Cryogenic Heat Transfer (2nd ed.). New York:
Taylor & Francis Group LLC.
Biro Klasifikasi Indonesia. (2016). Penyusunan Peta Jalan Pemanfaatan LNG untuk
Bahan Bakar Transportasi Laut. Bandung.
Brown, S. (2010). Likert Scale Examples for Surveys. Iowa State University, 1–4.
https://doi.org/10.1002/9780470479216.corpsy0508
Çengel, Y. A., & Ghajar, A. J. (2014). Heat and Mass Transfer A Practical Approach.
A Principled Approach to Abuse of Dominance in European Competition Law (5th
ed.). New York: McGraw-Hill Education.
https://doi.org/10.1017/CBO9780511676420.004
Cheenkachorn, K., Poompipatpong, C., & Ho, C. G. (2014). Performance and emissions
of a heavy-duty diesel engine fuelled with diesel and LNG (liquid natural gas).
Energy, 53, 52–57. https://doi.org/10.1016/j.energy.2013.02.027
Universitas Indonesia
63
Corkhill, M. (2017, May). Flexible ISO tanks boost small-scale LNG. LNG World
Shipping, (May), 1–3.
Costa, V. A. F. (2016). On the exergy balance equation and the exergy destruction.
Energy, 116, 824–835. https://doi.org/10.1016/j.energy.2016.10.015
Dammel, F., Winterling, J., Langeheinecke, K., & Stephan, P. (2012). Exergy Analysis
of a Water Heat Storage Tank, 2–6.
de Oliveira Jr., S. (2013). Exergy: Production, Cost & Renewability. Sao Paulo, Brazil:
Springer. https://doi.org/10.1007/978-1-4471-4165-5
Dincer, I., & Rosen, M. A. (2015). Exergy Analysis of Heating, Refrigerating and Air
Conditioning: Methods and Applications. Exergy Analysis of Heating,
Refrigerating and Air Conditioning: Methods and Applications.
https://doi.org/10.1016/C2013-0-06800-4
DNV GL. (2016). LNG as ship fuel - DNV GL, (June). Retrieved from
https://www.dnvgl.com/maritime/lng/index.html
Dobrota, Đ., Lalić, B., & Komar, I. (2013). Problem of Boil - off in LNG Supply Chain.
Transactions on Maritime Science, 02(02), 91–100.
https://doi.org/10.7225/toms.v02.n02.001
Incropera, F. P., Bergman, T. L., Lavine, A. S., & DeWitt, D. P. (2011). Fundamentals
of Heat and Mass Transfer. US Patent 5,328,671.
https://doi.org/10.1073/pnas.0703993104
Universitas Indonesia
64
International Gas Union. (2016). World LNG Report. International Gas Union World
Gas LNG Report, 88. Retrieved from http://www.igu.org/publications
Karlsson, S., & Sonzio, L. (2010). Enabling the safe storage of gas onboard ships with
the Wärtsilä LNGPac. Marine / In Detail, 52–56. Retrieved from
http://www.lngbunkering.org/lng/sites/default/files/2010 Wartsila safe-storage-gas-
lngpac.pdf
Latarche, M. (2017, November). Dual fuel and gas engines. Ship Insight. Retrieved
from https://shipinsight.com/dual-fuel-gas-engines/
McGuire, & White. (2008). Liquedied Gas Handling Principles on Ship and in
Terminals. Society of International Gas Tanker and Terminal Operators (4th ed.).
London, England: Witherby & Company Limited.
Romero Gómez, J., Romero Gómez, M., Lopez Bernal, J., & Baaliña Insua, A. (2015).
Analysis and efficiency enhancement of a boil-off gas reliquefaction system with
cascade cycle on board LNG carriers. Energy Conversion and Management, 94(x),
261–274. https://doi.org/10.1016/j.enconman.2015.01.074
Rossios, K., Sardi, K., & Martinopoulos, G. (2015). Numerical Simulation of Lng
Evaporation Inside Semi-Trailer Trucks Used for the Transportation of Lng To
Small Scale Terminals and Refuelling Stations : Parameters and. 8th GRACM
International Congress on Computational Mechanics, (July).
Ursan, M. (2011). What is Boil-off ? United Nations Economic Commisions for Europe,
1–5.
Universitas Indonesia
66
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
67
(lanjutan)
Universitas Indonesia
68
(lanjutan)
Universitas Indonesia
69
(lanjutan)
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
(lanjutan)
Universitas Indonesia
72
(lanjutan)
Universitas Indonesia
73
(lanjutan)
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
(lanjutan)
Universitas Indonesia
76
(lanjutan)
Universitas Indonesia
77
(lanjutan)
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
(lanjutan)
Universitas Indonesia
80
Universitas Indonesia
81
(lanjutan)
Universitas Indonesia
82
Universitas Indonesia
83
(lanjutan)
Universitas Indonesia
84
Lampiran 7: Data Heat Leak (𝑄̇ ) Simulasi Modul Heat Transfer in Solids
COMSOL Multiphysics 5.1
% Model: Shell1.mph
%Version: COMSOL 5.1.0.234
%Date: Apr 15 2018, 19:02
%Table: Q Table - Surface Average 1
(ht.ndflux*pi*2.32[m]*6.058[m])
Q1 (W) 4895.614188931591
Q5 (W) -4893.171877808966
Qavg (W) 4894.393
% Model: Shell2.mph
%Version: COMSOL 5.1.0.234
%Date: Apr 16 2018, 01:49
%Table: Table 1 - Surface Average 1
(ht.ndflux*pi*2.424[m]*6.058[m])
Q1 (W) 2915.263514330105
Q5 (W) -2913.8656313573433
Qavg (W) 2914.565
% Model: Shell3.mph
% Version: COMSOL 5.1.0.234
% Date: Apr 16 2018, 04:28
% Table: Q Table - Surface Average 1
(ht.ndflux*pi*2.322[m]*6.058[m])
Q1 (W) 6047.425963236738
Q5 (W) -6044.757273887227
Qavg (W) 6046.092
Universitas Indonesia
85
% Model: Shell1.mph
% Version: COMSOL 5.1.0.234
% Date: Apr 15 2018, 19:01
% Table: T Table - Line Average 2 (T)
% Model: Shell2.mph
% Version: COMSOL 5.1.0.234
% Date: Apr 16 2018, 01:51
% Table: T Table- Line Average 2 (T)
% Model: Shell3.mph
% Version: COMSOL 5.1.0.234
% Date: Apr 16 2018, 04:27
% Table: T Table - Line Average 2 (T)
Universitas Indonesia