MAKALAH - ETIKA - DASAR - Etika - Teleologis AHAB
MAKALAH - ETIKA - DASAR - Etika - Teleologis AHAB
ETIKA TEOLOGIS
Disusun oleh:
Puji dan syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
anugerah-Nyalah, kami dapat menyelesaikan tugas ini, dengan judul “ETIKA TELEOLOGIS”
dengan tepat waktu.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, dan mungkin memiliki pembahasan yang diluar
konsep yang telah kami buat, maka dari itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan
agar kami bisa lebih baik kedepannya.
Akhir kata, kami berharap agar apa yang kami paparkan dan jelaskan di makalah ini
dapat berguna dan dapat diambil manfaatnya bagi orang yang membacanya. Terima Kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 4
I.1 Latar Belakang………………………………………………………………….… 4
I.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….…... 4
I.3 Tujuan…………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
II.1 Pengertian Etika Teleologis…...................................................................................5
II.2 Tokoh - tokoh Teori Etika Teleologis…....................................................................6
II.3 Jenis Etika Teleologis…............................................................................................7
II.3.1 Egoisme Etis………………………………………………………….…... 7
II.3.2 Hedonisme Etis……………………………………………………….…... 8
II.3.3 Eudaimonisme………………………………………………………….…. 10
II.3.4 Utilitarisme………………………………...………………………….…... 11
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14
III.1 Kesimpulan…............................................................................................................14
III.2 Saran…......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
I.3 Tujuan
Selain rumusan masalah yang telah dibuat, adapun beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari makalah ini. Berikut ini merupakan tujuan dari pembuatan makalah ini.
1. Memahami pengertian dari teori etika teleologis
2. Memahami jenis-jenis dari etika teleologis
3. Memahami penerapan etika teleologis dalam kehidupan sehari-hari
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam setiap agama memiliki Etika Teleologisnya secara masing - masing. Dan juga
Etika Teleologis merupakan bagian etika secara umum, banyak unsur di dalamnya yang
terdapat dalam etika secara umum sehingga akan lebih mudah memahami jika sudah
mengertikan tentang etika secara umum.
Menurut Kant setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja
dalam setiap situasi. Jadi, sejalan dengan pendapat Kant, etika teleology lebih bersifat
situasional karena tujuan dan akibat suatu tindakan bias sangat tergantung pada situasi
khusus tertentu.
7
II.2.1 Egoisme Etis
Egoisme etis adalah teori normatif yang menekankan bahwa prinsip moral yang
paling dasariah dan mutlak dalam bertindak dalam mengejar kepentingan diri sendiri
(self-interest). Baginya, menolong orang lain bukanlah kewajiban hanya sejauh
tercapainya kepentingan sendiri.
Egoisme etis mendasarkan diri pada egoisme psikologis, yang berpandangan bahwa
semua manusia secara kodrati cenderung hanya mengejar kepentingan dirinya saja. Jadi,
pandangan ini mereduksi motif seluruh tindakan manusia pada tujuan kepentingan diri
sendiri saja (cinta diri). Bertindak altruis hanyalah ilusi karena pada akhirnya orang tidak
pernah benar-benar memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri.
Sikap altruistik yaitu mencampuri urusan orang lain, hal tersebut menjadikan
orang lain sebagai objek untuk di tolong dan membuatnya bergantung kepada si penolong
sehingga kebebasannya terasa seperti dirampas orang lain.
Menurut Ayn Rand, egoisme lebih unggul dibandingkan etika altruisme. Karena sikap
tersebut dapat merusak hidup individu. Sedangkan egoisme justru lebih menghargai
kehidupan individu karena mengutamakan pengejaran kepentingan diri masing-masing.
Rachels (2004) memperkenalkan 2 konsep yang berhubungan dengan egoisme yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa suatu tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang
membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk
kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan
berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
II.2.3 Eudaimonisme
Eudaimonisme adalah sebuah paham atau teori realisasi diri yang menganggap
bahwa kebahagiaan atau kesejahteraan pribadi adalah hal paling utama bagi manusia.
Menurut Aristoteles, eudaimonia bukan sebuah keadaan dalam pikiran manusia tetapi
termasuk kegiatan atau aktivitas yang terbaik yang dapat manusia lakukan untuk
mencapai kebahagiaannya. Namun tokoh utilitarian Inggris, Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill mengartikan eudaimonism sebagai usaha mencapai kebahagiaan yang
dianggap sebagai kesenangan dan ketidakadaan dari rasa sakit. Sedangkan menurut
filsafat Yunani, eudaimonia adalah kondisi dimana manusia berada dalam fase
terbaiknya, dalam segala hal tidak hanya dalam kebaikan tapi juga kebajikan, moralitas,
serta kehidupan yang bermakna.
Menurut Aristoteles, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai
eudaimonia, yaitu kesehatan,kebebasan kemerdekaan, kekayaan serta kekuasaan,
kemauan, perbuatan baik, dan pengetahuan batiniah. Eudaimonisme terbagi ke dalam 5
10
versi berbeda sebagai berikut.
a. Pemikiran Sokrates
b. Pemikiran Platonis
c. Pemikiran Aristotelian
d. Pemikiran Epicurean
e. Pemikiran Stoic
Dampak dari penerapan teori ini adalah banyaknya pribadi yang mengedepankan
kepentingan individu atau kelompok dibandingkan dengan kepentingan bersama. Namun
tidak semua penerapan dari eudaimonisme menghasilkan individualisme. Seperti
contoh-contoh dalam keseharian yaitu seorang dokter yang akan berusaha sebaik
mungkin dalam mengobati pasien yang datang kepadanya untuk berobat, karena
keberhasilan seorang dokter dalam menyembuhkan seorang pasien akan membuatnya
bahagia dan juga pasiennya bahagia. Atau sepasang orang tua yang mendidik anaknya
akan mengusahakan mendidik anaknya sebaik mungkin karena saat mereka melihat
anaknya tumbuh dengan baik dan bahagia maka akan menjadi kebahagiaan bagi orang
tua dan anak mereka.
Contoh - contoh kasus eudaimonisme etis dalam kehidupan sehari-hari seperti:
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang ingin berusaha untuk melakukan
tugasnya dengan sebaik mungkin untuk mengusahakan keberhasilan dan kebahagiaan
dirinya atau orang-orang sekitarnya. Seperti orang tua yang mendidik anaknya, maka
akan berusaha mendidik anaknya sebaik mungkin. Jika seseorang memiliki profesi
seorang dokter, dia akan berusaha sebaik mungkin untuk berhasil menyembuhkan
pasiennya dengan memberikan diagnosa dan obat yang sesuai.
II.2.4 Utilitarisme
Utilitarisme merupakan etika normatif yang berpandangan hal baik secara moral
adalah ketika memberikan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang (The greatest
good for the greatest number). Utilitarisme juga menyatakan tindakan terbaik merupakan
tindakan yang memaksimalkan utilitas dalam membuat keadaan yang baik untuk
individu. Jeremy Bentham sebagai pendiri utilitarianisme menyatakan bahwa utilitas
merupakan jumlah kesenangan yang diakibatkan dari suatu tindakan dikurangi dengan
11
penderitaan yang terlibat dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Sehingga menurut
pandangan utilitarisme, konsekuensi merupakan satu-satunya standar tindakan benar dan
salah. Teori ini menentukan hal benar dan salah berdasarkan dari hasilnya. Apabila hasil
dari suatu tindakan menghasilkan kebaikan terbesar dalam jumlah terbesar, maka
tindakan tersebut etis. Terdapat 2 jenis teori etika normatif utilitarisme, diantaranya
adalah utilitarianisme tindakan. Kaidah dasar dari teori ini adalah “Bertindaklah
sedemikian rupa agar setiap tindakanmu dapat menghasilkan akibat baik yang lebih
besar bagi dunia dibandingkan dengan akibat buruknya.” Sedangkan teori yang kedua
adalah utilitarisme peraturan, teori ini merupakan pengembangan dari kelemahan teori
yang pertama. Dimana teori ini tidak lagi memperhitungkan akibat baik dan buruk dari
tindakan seorang individu, melainkan peraturan umum yang mendasari tindakan tersebut.
Dengan dasar kaidah sebagai berikut “Bertindaklah sesuai dengan peraturan-peraturan
yang menghasilkan akibat baik lebih besar untuk dunia ini dibandingkan akibat
buruknya.
13
BAB III
PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari makalah etika ini dan sara yang
dapat diberikan kepada pembaca makalah ini. Berikut ini merupakan kesimpulan dan saran yang
dapat diberikan.
III.1 Kesimpulan
Rangkuman dari inti permasalahan dalam makalah ini akan dituliskan pada sub-
bab kesimpulan. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan
makalah ini, diantaranya adalah:
1. Etika normatif teologis berfungsi sebagai tolak ukur atau patokan moral yang
dapat digunakan dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Tolak ukur yang
digunakan pada etika teologis ini berdasarkan konsekuensi atau akibat yang
dihasilkan dari suatu tindakan.
2. Terdapat beberapa tolak ukur moral yang digunakan pada etika normatif teologis,
diantaranya pengejaran kepentingan diri sendiri (egoisme etis), pengejaran
kenikmatan dan menghindari penderitaan (hedonisme etis), kebahagiaan sebagai
tujuan dari hidup seseorang (eudaimonisme), dan pencapaian kebahagiaan
terbesar untuk sebanyak mungkin orang (utilitarisme).
3. Etika teleologis ini lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu
tindakan bisa sangat bergantung kepada situasi khusus tertentu.
4. Pengendalian diri merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu
tindakan, dengan adanya pengendalian diri, maka tindakan yang tidak bermoral
tidak akan terjadi.
14
III.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan bagi orang-orang yang membaca
makalah ini, diantaranya adalah
1. Dalam melakukan tindakan, setiap orang perlu untuk mempertimbangkan
konsekuensi dari tindakan tersebut, apakah dampak positifnya lebih besar
dibandingkan dengan dampak negatifnya.
2. Pengetahuan mengenai berbagai macam etika sangat diperlukan oleh manusia, hal
ini berguna sebagai dasar dari setiap orang melakukan tindakan. Selain itu juga
manusia dapat mengetahui kesalahannya dan merasa bersalah ketika ia melakukan
hal yang tidak bermoral.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ibeng, Parta. 2020. Pengertian Eudaemonisme, Dampak, Macam, Ciri dan Contohnya. Diakses
pada https://pendidikan.co.id/pengertian-eudaemonisme-dampak-macam-ciri-dan-contohnya/.
Tanggal akses 17 April 2020
Editor. 2019. Pengertian Utilitarianisme, Macam, Ciri, Dampak, dan Contohnya. Diakses pada
https://dosenppkn.com/utilitarianisme. Tanggal akses 17 April 2020.
Magnis-Suseno, Frans, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta:
Kanisius, 1987).
Magnis-Suseno, Frans, 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta:
Kanisius, 1997).
Rachels, James, The Element of Moral Philosophy 4th ed. (New York: McGraw Hill
Companies, Inc., 2003); terj. Oleh A.Sudiarja sebagai Filsafat Moral (Yogyakarta: Kanisius,
2004).
Sudarminta, J. Etika Umum: Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif
(Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila STF Driyarkara, 2012
16
17