Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah puncak dari ciptaan Allah ketika Allah menciptakan langit dan bumi
serta isinya (Kejadian 1). Dan, karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah,
maka manusia disebut sebagai ciptaan Allah yang mulia, manusia diberikan napas kehidupan,
serta dianugerahi akal budi, pikiran, dan perasaan. Lewat akal budi inilah, manusia
mengembangkan pengetahuan mereka sehingga terciptalah teknologi. Dan, pada
perkembangannya, teknologi yang merupakan hasil dari akal budi manusia sudah demikian
modern, sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban.
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, akal budi manusia juga telah dikuasai oleh dosa.
Dan, ketika manusia yang berdosa melalui akal budinya dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka ilmu pengetahuan dan teknologi manusia tersebut
kecenderungannya digunakan untuk melawan Allah. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat
Babel (Kejadian 11:1-9). Ketika Allah mengacaubalaukan pembangunan menara Babel, yang
ditentang Allah bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya, tetapi kesombongan mereka
dengan pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya, serta motivasi mereka yang ingin
mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kejadian 11:4).
Akan tetapi, bagi manusia yang tunduk dan taat akan Allah, akal budi yang
berkembang dalam dirinya juga ditundukkan di bawah kedaulatan Allah. Dengan demikian,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari akal budi manusia yang takut akan Allah
akan digunakan untuk tujuan yang diinginkan Tuhan, yaitu: untuk mengabdi dan memuliakan
Allah serta memberikan kebaikan, manfaat, dan kemudahan bagi umat manusia. Contoh
dalam Alkitab tentang manusia yang menggunakan akal budi, pengetahuan, dan teknologinya
untuk kemuliaan Allah dan kebaikan bagi sesama adalah Nuh. Allah memerintahkan Nuh
membuat bahtera untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari kebinasaan akibat air
bah akibat kebobrokan moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam bahtera ataupun
bahan yang digunakan telah ditentukan oleh Allah, (Kejadian 6:14-15) dan Nuh dengan akal
budi dan pengetahuannya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah tersebut dengan tepat,
yaitu untuk membuat bahtera seperti yang Allah kehendaki untuk menyelamatkan dirinya dan
keluarganya (Kejadian 6:22).
Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
yang merupakan hasil dari akal budi manusia telah dimulai sejak awal sejarah manusia.
Manusia memiliki daya cipta karena dia diciptakan sebagai gambar Allah dan sebagai pribadi
yang berakal budi.
1.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana hubungan antara iman Kristen dengan teknologi pada saat ini?
2. bagaimana seharusnya orang percaya menyikapi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah sedemikian maju pada saat ini?
1.3 Tujuan

Hasil-hasil dari ilmu pengetahuan,teknologi manusia pada masa kini harus digunakan
untuk mengasihi Tuhan dengan cara memberikan dampak kebaikan dan kesejahteraan
sesama manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah hubungan iman Kristen dengan ilmu pengetahuan

Manusia mulai merenungkan dirinya diluar Allah sejak masa Renaissance pada abad
15-16 dan pada abad 17-18 ratio menjadi dasar pengukuran objek-objek ciptaan, hal ini
bertolak-belakang dengan pandangan sebelumnya, dimana Alkitab dan Wahyu Allah yang
dijadikan tolak ukur dari ciptaan. Lebih jauh lagi, terjadi konflik antara iman Kristen dan
ilmu pengetahuan.
Ditengah situasi ini banyak orang Kristen yang menjauhi gereja, tetapi tidak sedikit
juga orang Kristen yang mau membela kebenaran dari Alkitab. Sampai dengan sekarang tetap
dirasakan adanya perseteruan antara keduanya. Agama sendiri merupakan ilmu pengetahuan
keduanya tidak perlu dipertentangkan.
Dalam agama Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama,
menolak segala perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan mencerna
setiap perkembangan, tanpa melihat pandangan agamanya. Kedua sikap ini tidak bermanfaat
dalam memecahkan persoalan yang ada.
Alfred North Whitehead(1861-1974), agama dan iptek merupakan dua kekuatan yang
besar di dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia. Agama Kristen dengan ilmu
pengetahuan teknologi dapat saling menopang satu sama lain, sebaliknya dapat menjadi
berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaran-ajaran fundamental
dalam agama yang dapr mengoyahkan iman percaya Kristen.
Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu
pengetahuan.Alkitab yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang
tidak sama cara pemikirannya daari zaman ke zaman. Jalan tengah antara iman Kristen dan
ilmu pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing dengan penjelasan ilmu, iman bukanlah
suatu teknologi supranatural, dan dbantu dengan pemikiran: bagaimana mungkin sustu
ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya (Allah) yang telah menjadikan segala sesuatunya
ada sebelum manusia ada.
Lalu Bagaimanakah orang Kristen bersikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi? Apakah menerima atau menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi?
Ada yang menolak dan tidak sedikit yang menerima teknologi. Penolakan terjadi
karena beranggapan hidup sederhana merupakan pola hidup yang paling cocok untuk
manusia, sedangkan bagi yang pro terhadap teknologi mengganggap teknologi mengambil
peranan penting dalam hidup serta bagi masa depan manusia. Lebih jauh terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, iptek dapat menjadi suatu ‘agama’ bila kita tidak
menyadari konsep iptek yang sebenarnya dan peranannya dalam hidup manusia (dapat
menentukan baik/ buruknya hidup manusia).
2.2 Sejarah Perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman

1. Zaman gereja mula-mula

Pada masa ini belum ada persoalan mengenai iman dan akal budi/ ilmu pengetahuan.
Seiring perkembangannya, muncul golongan Gnostik, Montanus, Marcion, mereka
merupakan golongan yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai
pasal-pasal iman, dan hal itu hanya sebatas pengajaran. Otoritas Alkitab belum
dipermasalahkan pada masa ini.

2. Zaman sholastik

Mulanya universitas (di Eropa) memiliki hubungan dengan gereja maupun teologi,
namun akhirnya lepas dari gereja dan teologi. Sejak masa itu terjadi masalah antara iman
dan akal budi. Sebagai contoh kita melihat pendapat tokoh yang ada pada saat itu, seperti
Anselmus (1033-1109) uskup besar Canterburry, berpendapat Credo ut Inteligam artinya
aku percaya maka aku mengerti. Pandangan yang bertolak belakang dengan
perkataannya diutarakan oleh Petrus Abelardus (1079-1142) yaitu aku mengerti agar aku
percaya. Dari kedua pandangan tersebut sudah dapat kita ketahui telah adanya perbedaan
pandangan yang sangat mendasar sekali dalam lingkungan Kristen sekali pun.

Thomas Aquinas (1225-1274) menggabunkan teologi Agustinus dengan fisafat


Aristoteles, hal ini mengakibatkan teologia Wahyu menjadi teologia alamiah (naturalis),
yang beranggapan bahwa manusia mampu memikirkan hikmah ilahi hanya pemikiran itu
belum sempurna dan memerlukan rahmat Allah.

Pandangan dari zaman ini akhirnya ditinggalkan, karena orang menganggap ini hanyalah
sebuah permainan pikiran yang didalamnya terdapat berbagai macam pandangan oleh
para tokoh. Kurang bermanfaat bagi hubungan antara iman dan keKristenan dengan akal
budi dan pengetahuan.

3. Zaman renaissance

Manusia sudah mengembangkan pikirannya secara bebas, terutama pemikiran dan


penyelidikan mengenai alam semesta. Nicholas Copernicus (1473-1543) berhasil
mengeser teori geocentrisnya Plotomeus,dengan mengeluarkan teori heliocentis, hal ini
pun dapat menjadi penggoyah kepercayaan orang terhadap gereja dan otoritas Alkitab
sendiri pun dipertanyakan. Pada masa ini juga terjadi reformasi gereja, yang dicetuskan
oleh Martin Luther dan John Calvin.

4. Zaman rasionalisme

Pada zaman ini ratio menjadi tolak ukur secara mutlak atas kehidupan manusia. Secara
terbuka terlihat perseteruan antara iman dan akal budi. Zaman ini juga dikenal sebagai
zaman kenbangkitan Ilmu Pengetahuan Alam.

Beberapa tokoh yang ada pada zaman ini, G.W. Leibniz (1646-1716) penemu
infinitisimal Calculus bersama dengan Isaac Newton (1642-1727), Blaise Pascal (1523-
1662) seorang ahli matematika,menyadari bahwa kebenaran kristen lebih dalam daripada
argumen-argumen logika manusia. Auguste Comte (1798-1857) membagi perkembangan
teologis manusia dalam tiga tahapan yaitu teologis, metafisis, dan scientific, dimana
agama dianggap sesuatu yang sudah lalu.

2.3 Pandangan Alkitab terhadap ilmu pengetahuan

• Sumber iptek adalah Allah

Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah
orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Amsal 1:5). Dari ayat ini kita
bisa lihat bahwa Allah sebenarnya menghendaki kita manusia untuk terus
mengembangkan diri, menambah ilmu dan pengertian. Hal ini berarti bahwa kita tidak
perlu menjauhi iptek tapi justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.

• Iptek bagi kemuliaan Allah

Keluaran 35:30-36:1 mencatat bahwa Allah menunjuk orang-orang yang telah dipilihnya
untuk membuat segala keperluan untuk membangun bait Allah. Kemudian Allah
memperlengkapi mereka dengan segala keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam
segala pekerjaan untuk membuat segala rancangan tentang bait Allah. Allah memberikan
Rohnya untuk membuat mereka mampu menyelesaikan pembangunan bait Allah seperti
yang difirmankan-Nya (ayat 31).

Melalui ayat ini kita tahu bahwa sumber segala pengetahuan dan keahlian adalah Allah.
Dan semua itu dipakai untuk melakukan kehendak-Nya (Kel 36:1).

Kejadian 11 :1-9 tentang pembangunan menara Babel menunjukkan betapa manusia


begitu sombong dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka menggunakan ilmu
pengetahuan yang dimiliki untuk mencari nama, membangun kota dengan menara sampai
ke langit supaya Tuhan tidak menyerakkan manusia ke seluruh bumi (ayat 4). Hal ini
melawan kehendak Tuhan yang mengatakan bahwa manusia harus bertambah banyak
memenuhi bumi (Kej 1:28). Karena itu Allah kemudian murka kepada manusia dan
mengacaubalaukan bahasa dan menyerakkan manusia ke seluruh bumi sehingga
pembangunan kota itu berhenti.

Sikap terhadap iptek

Amsal 1:7 memberikan dasar bagi kita bagaimana harus bersikap terhadap perkembangan
iptek. Takut Tuhan merupakan dasar pengertian yang benar tentang ilmu pengetahuan dan
hikmat dari Tuhan merupakan pegangan supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan karena
iptek.

Sering kali iblis memakai iptek untuk memperdaya kita melalui tipu muslihatnya. Internet,
ponsel, televise, mobil, bahkan apapun bisa membuat kita jatuh dalam pencobaan. Apapun
bentuk pencobaannya, sadar atau tidak sadar iptek sering kali membuat kita terlena.

Efesus 6 : 10-17 membekali kita untuk berperang melawan tipu muslihat iblis.
a. Perisai iman dan ketopong keselamatan

Dengan keyakinan iman bahwa kita telah ditebus dari dosa dan diselamatkan maka kita
telah menjadi milik Kristus seutuhnya. Iman kita menjadi perisai yang melindungi kita
sehingga si jahat tidak akan dapat mengambil kita dari pada-Nya. Ketika kita berada
dalam posisi sulit dalam pencobaan, kita tahu dan yakin Tuhan akan menyelamatkan kita
karena kita adalah milik-Nya.

b. Pedang Roh

Firman Allah menjadi pelita saat berjalan dalam dunia yang semakin gelap (119:105).
Membaca firman Tuhan setiap hari membuat kita semakin mengerti kehendak Tuhan.
Firman Tuhan yang tertanam dalam hati menjadi senjata bagi kita untuk melawan godaan-
godaan dari si jahat. Bahkan orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam
akan bertumbuh dan berbuah seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (Mzm 1: 1-3).
Orang yang sungguh-sungguh merenungkan dan melakukan firman Tuhan bukan hanya
menjaga dirinya dari dosa tapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Berdoa merupakan cara berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Dengan berdoa kita
mengundang campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Doa seperti peperangan roh,
Roh Tuhan bekerja melawan si jahat, sementara kita diberi kekuatan untuk tetap bertahan
dalam pencobaan dengan tetap memiliki damai sejahtera dari Tuhan.

Akhirnya “ kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan
melawan tipu muslihat iblis” (Efesus 6:11).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan hasil dari akal budi manusia telah dimulai
sejak awal sejarah manusia. Manusia memiliki daya cipta karena dia diciptakan sebagai
gambar Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi.

Anda mungkin juga menyukai