1. Besar pasak daripada tiang. Artinya lebih besar pengeluaran daripada pendapatan. bisa dibilang
orang yang tidak bisa mengatur keuangan.
2. Ada uang abang di sayang, tak ada uang abang ditendang. Artinya hanya mau bersama disaat
senang saja tetapi tidak mau tahu disaat sedang susah.
3. Air beriak tanda tak dalam. Artinya orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya.
4. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati
meninggalkan nama.Artinya setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan
perbuatannya di dunia.
5. Bagai pungguk merindukan bulan. Artinya seseorang yang membayangkan atau menghayalkan
sesuatu yang tidak mungkin.
6. Bagai Makan Buah Simalakama. Artinya bagai seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sangat sulit untuk dipilih.
7. Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang. Artinya hanya mau bersama saat
sedang senang saja, tak mau tahu di saat sedang susah.
8. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya kalah ataupun menang sama-sama menderita.
9. Bagaikan abu di atas tanggul.Artinya orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan
mudah jatuh.
10. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.Artinya Di mana pun berada pasti akan tersedia
rezeki buat kita.
11. Adat pasang turun naik. Artinya kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih
berganti.
12. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Artinya jika membagi maupun memutuskan
sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.
13. Air beriak tanda tak dalam. Artinya orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya.
14. Air tenang menghanyutkan. Artinya orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak
menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.
15. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya Sifat-sifat anak biasanya menurun dari
sifat orangtuanya.
16. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya Menuntut ilmu hendaknya
sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.
17. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Artinya Sepandai-pandainya manusia,
suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.
18. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya Orang sombong dan banyak bicara biasanya tidak
berilmu.
19. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Artinya Orang yang berilmu
tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-olah tahu banyak hal.
20. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Artinya Orang tua yang bersikap seperti anak muda,
terutama dalam masalah percintaan.
21. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Artinya Karena kesalahan kecil, menghilangkan semua
kebaikan yang telah diperbuat.
22. Bagaikan burung di dalam sangkar. Artinya Seseorang yang merasa hidupnya dikekang.
24. Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Artinya Meskipun hidup dalam
kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.
25. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Artinya Seiya sekata dalam semua keadaan.
26. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Artinya Segala sesuatu dalam kehidupan bukan
manusia yang menentukan.
27. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Artinya Bermaksud mencelakakan
orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.
28. Jauh di mata dekat di hati. Artinya Dua orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan.
29. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Artinya Seberat apapun penderitaan
orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang mengalaminya.
30. Badan boleh dimiliki, hati jangan. Artinya Ungkapan bahwa orang tersebut sudah memiliki
kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Secara fisik mau menuruti segala macam perintah yang
menindas, namun di dalam hati tetap menentang.
31. Lain di bibir lain di hati. Artinya Perkataan yang tidak sesuai dengan kata hatinya, tidak jujur.
32. Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat. Artinya Berwajah rupawan namun
perilakunya jahat.
33. Ada harga ada rupa. Artinya Harga suatu barang tentu disesuaikan dengan keadaan barang
tersebut.
34. Membelah dada melihat hati. Artinya Ungkapan untuk menyatakan kesungguhan.
35. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan. Artinya Berpikir baik-baik sebelum
bertindak agar tidak kecewa.
36. Karena mata buta, karena hati mati. Artinya Menjadi celaka karena terlalu menuruti hawa
nafsunya.
37. Pandai berminyak air. Artinya Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya.
38. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan. Artinya Kebaikan hati yang bisa dilihat dari
tingkah lakunya.
39. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa. Artinya Mau bekerja dengan baik jika sudah
mendapat teguran.
40. Jika ditampar sekali kena denda emas, dua kali setampar emas pula, lebih baik ditampar betul-
betul. Artinya Setiap perbuatan jahat itu sama saja akibatnya, meski besar ataupun kecil.
41. Lubuk akal tepian ilmu. Artinya Seseorang yang dikenal memiliki banyak ilmu pengetahuan.
42. Nasi tak dingin, pinggan tak retak. Artinya Orang selalu mengerjakan sesuatu dengan hati-hati.
43. Tolak tangan berayun kaki, peluk tubuh mengajar diri. Artinya Belajar untuk mengendalikan diri
dan meninggalkan kebiasaan bersenang-senang.
44. Seludang menolak mayang. Artinya Sebutan untuk orang sombong dan melupakan orang lain
yang telah berjasa dalam hidupnya.
45. Kalau dipanggil dia menyahut, kalau dilihat dia bersua. Artinya Bisa menyampaikan maksud
dengan cara yang tepat.
46. Pangsa menunjukkan bangsa, umpama durian. Artinya Kita bisa melihat perangai seseorang
melalui tutur katanya.
47. Ditindih yang berat, dililit yang panjang. Artinya Kemalangan yang datang tanpa bisa dihindari.
48. Tertangguk pada ikan sama menguntungkan, tertanggung pada rangsang sama mengiraikan.
Artinya Suka dan duka dijalani bersama. Keuntungan yang didapatkan dinikmati bersama-sama,
kesusahan yang dialami diatasi bersama-sama juga.
49. Tambah air tambah sagu. Artinya Tambah banyak permintaannya, bertambah pula biayanya. Bila
bertambah anak, akan bertambah pula rezekinya.
50. Sekali air pasang, sekali tepian beranjak; Sekali air di dalam, sekali pasir berubah. Setiap terjadi
perubahan pimpinannya, berubah pula aturannya.
51. Bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi. Artinya Orang yang tidak
mampu menolak bahaya yang menimpanya.
52. Hancur badan di kandung tanah, budi baik dikenang jua. Artinya Budi pekerti, amal kebaikan,
akan selalu dikenang meski seseorang sudah meninggal dunia.
53. Alang berjawab, tepuk berbatas. Artinya Perbuatan baik dibalas dengan perbuatan baik,
perbuatan jahat dibalas dengan perbuatan kejahatan pula.
54. Cuaca di langit pertanda akan panas, gabak di hulu tanda akan hujan. Artinya Sesuatu pasti akan
ada identitas atau tanda khususnya.
55. Orang mau seribu daya, bukan seribu dali. Artinya Jika menghendaki sesuatu, pasti akan
mendapatkan jalan, jika tidak menghendaki, pasti mencari alasan.
56. Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan. Artinya Sesuatu hal haruslah dimusyawarahkan
terlebih dahulu.
57. Hawa pantang kerendahan, nafsu pantang kekurangan. Artinya Hawa nafsu tidak boleh
diremehkan harus dijaga sebaik-baiknya
58. Sekali jalan terkena, dua kali jalan tahu, tiga kali jalan jera. Artinya Bagaimanapun bodohnya
seseorang, jika sekali tertipu, tak akan mau tertipu lagi untuk kedua kalinya.
59. Jangan disesar gunung berlari, hilang kabut tampaklah dia. Artinya Hal yang sudah pasti,
kerjakanlah dengan sabar tidak perlu tergesa-gesa.
60. Sehari selembar benar, setahun selembar kain. Artinya Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
keyakinan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik.
61. Di mana kayu bengkok, di sana musang mengintai. Artinya Orang yang sedang lengah mudah
dimanfaatkan oleh musuhnya.
62. Terlalu aru berpelanting, kurang aru berpelanting. Artinya Segala sesuatu yang berlebihan atau
kurang akan berakibat kurang baik.
63. Menghela lembu dengan tali, menghela manusia dengan kata. Artinya Segala pekerjaan harus
dilakukan menurut tata cara aturannya masing-masing.
64. Lemak manis jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan. Artinya perundingan yang baik jangan
disia-siakan, tetapi hendaknya dipikirkan secara dalam-dalam.
65. Menanti-nanti bagaikan bersuamikan raja. Artinya Menantikan bantuan dari orang yang tidak
dapat memberikan bantuan.
66. Luka sudah hilang parut tinggal juga. Artinya Setiap perselisihan selalu meninggalkan bekas
dalam hati orang yang berselisih, walaupun perselisihan itu sudah berakhir.
67. Makan hati berulam rasa. Artinya Menderita karena perbuatan orang yang kita sayang.
68. Untung bagaikan roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas. artinya Keberuntungan atau nasib
manusia tiada tetap, kadang di bawah dan kadang di atas.
69. Kalau tiada senapang, baik berjalan lapang. Artinya. Jika tidak bersenjata atau tidak bertenaga,
sebaiknya mengalah.
f. mulut manis = lemah lembut dan sangat menarik hati tutur katanya
berat mulut = tak suka berbicara
besar mulut = suka membual/menyombong
buah mulut = sebut-sebutan; yang selalu dipercakapkan orang
gatal mulut = selalu hendak berkata-kata apa saja
panjang mulut = suka menyampaikan perkataan orang kepada orang lain dan ditambah-tambah
ringan mulut = suka berbicara/bertanya
tutup mulut = diam
cepat mulut = lancang
perang mulut = berbantah
keras mulut = tidak mudah menurut (tentang kuda)
2.2 Perumpamaan
Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan. Biasanya menggunakan
kata seperti kata : seperti, sebagai, laksana, bagai(kan), bak,dan sebagainya.
Contoh :
1. Bagai air di daun talas.(Orang yang tak tetap pendirian.)
2. Seperti anak ayam kehilangan induk.(Suatu kaum/keluarga yang terpecah-pecah karena
ditinggalkan oleh orang yang menjadi tempat bergantung.)
3. Seperti anjing berebut tulang.(Hal orang yang tamak memperebutkan harta.)
4. Bagai air dengan tebing.(Hal orang yang sangat kokoh bersahabat dan bertolong-
tolongan.)
5. Seperti bulan dengan matahari.(Hal orang yang sudah sepadan/sejodoh.)
6. Bagai bumi dengan langit.(Hal orang/barang yang jauh sekali bedanya.)
7. Laksana kera dapat bunga.(Hal orang yang tak tahu menghargai barang yang bagus.)
8. Hati bagai baling-baling.(Pikiran yang tidak tetap.)
9. Bagai hujan jatuh ke pasir.(Berbudi baik kepada orang yang tidak tahu membalas guna,
tentu saja tak kehilangan baginya.)
10. Laksana burung dalam sangkar.( Seseorang yang terikat oleh keadaan.)
11. Bagai diiris dengan sembilu.(Hati yang sangat pedih.)
12. Bagai kerakap di atas batu, hidup enggan mati tak mau.(Hal orang yang sudah menderita
sekali.)
13. Bagai api dengan asap. Bagai kuku dengan daging.(Kasih sayang yang sangatn akrab.)
14. Bagai kucing dibawakan lidi.(Hal orang yang dalam ketakutan.)
15. Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati.(Serba sulit
dalam menentukan sikap/tindakan.)
16. Bagai menentang matahari.(Melawan pendapat orang yang lebih berkuasa tentu akhirnya
kalah.)
17. Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk.(Orang yang berilmu tinggi tidak akan
menyombongkan dirinya.)
18. Seperti pinang dibelah dua.(Hal dua orang yang serupa benar.)
19. Seperti pungguk merindukan bulan.(Mengharap-harapkan sesuatu yang tak mungkin
tercapai.)
20. Bagai rambut dibelah tujuh. Bagai rambut dibelah seribu.(Sesuatu yang sangat
sedikit/kecil.)
21. Bagai berumah di tepi tebing.(Selalu dalam kekhawatiran.)
22. Seperti rusa masuk kampung.(Keheran-heranan karena belum pernah melihat.)
23. Seperti api dalam sekam.(Kejahatan yang berlaku deangan diam-diam.)
24. Ditatang bagai minyak penuh.(Sangat dikasihi, dipelihara dengan hati-hati.)
25. Seperti telur di ujung tanduk.(Dalam keadaan yang mengkhawatirkan/berbahaya.)
2.3 Pemeo
Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh :
1. Patah tumbuh, hilang berganti.
2. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
3. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.(Daripada hidup
menanggung malu, lebih baik mati.)
4. Tak emas bungkal diasah, tak air talang dipancung.(Segala daya upaya dilakukan, asal
yang dicita-citakan tercapai.)
5. Esa hilang, dua terbilang.(Tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang berbahaya.)
6. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Laba sama dibagi, rugi sama dirjuni.
(Seiya sekata, senasib sepenanggungan.)
7. Patah sayap, bertongkat paruh.(Tidak berputus asa.)
8. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang.(Daripada hidup menanggung malu,
lebih baik mati.)