Anda di halaman 1dari 118

PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ)

ACEH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI QARI DAN QARI’AH

(STUDI KASUS LPTQ ACEH)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ABDUL RAHMAN
NIM. 170403004
Prodi Manajemen Dakwah

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah senantiasa bersyukur kepada Allah


SWT atas limpahan nikmat dan telah memberikan kesehatan, kesempatan serta
kelapangan berpikir sehingga penulis dapat menyelesaikan matakuliah akhir yaitu
Skripsi. Adapun judul yang penulis kaji adalah “Peran Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh Dalam Meningkatkan Prestasi Qari dan Qari’ah.”
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW
para keluarga, sahabat dan umat beliau yang telah membawa petunjuk kebenaran
bagi seluruh umat manusia menuju agama yang paling sempurna yaitu ad-Dinul
Islam yang diharapkan syafaatnya di dunia hinga akhirat.
Skripsi ini diajukan sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S-1) DI uin Ar-Raniry Banda Aceh. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman,
banyaknya hambatan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
tak terhingga kepada orang tua Ayahanda Sulaiman dan Ibunda Fatimah tercinta
yang senantiasa mensupport dan mendoakan, membiayai dan memotivasi penulis
dari awal hingga akhir proses perkuliahan berlangsung. Dan kepada keluarga
besar tercinta yang telah memberi dukungan moril atau materi perkuliahan untuk
meraih gelar sarjana.
Kemudian, ucapan terimakasih penulis juga ditujukan kepada semuapihak
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, di antaranya:
1. Bapak Dr. Fakhri, S,Sos, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Uin Ar-Raniry.
2. Bapak Dr. Jailani, M.Si Selaku Ketua Prodi Manajemen Dakwah.
3. Bapak Dr. Jailani, M.Si Selaku Penasehat Akademik.
4. Bapak Drs. Maimun Ibrahim, M.A dan Bapak Khairul Habibi, S.Sos.I.,
M.Ag Selaku Pembimbing I Dan II

i
5. Seluruh Dosen Serta Staf Pada Jurusan Manajemen Dakwah dan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Uin Ar-Raniry Banda Aceh.
6. Bapak Dr. EMK. Alidar, S.Ag, M.Hum Selaku Kepala Dinas Syariat
Islam Aceh.
7. Bapak Muzakkir S.H selaku Kepala LPTQsekaligus UPTD PPQ Aceh,
yang telah memberikan izin penelitian di kantor ini.
8. Kepada Ust. T. Mardhatillah, SHI., M.H selaku penanggung jawab
bidnag Pembinaan dan Pelatihan dan juga pelatih daerah.
9. Kepada Ust. Drs. Jailani Mahmud selaku Pelatih dan Bidang Tilawah dan
Qira’at di Aceh.

Semoga dengan partisipasi dan motivasi serta support dan kebaikan tuan-
tuan guru semua Allah balas dengan kemulian dan keberkahan dunia serta pahala
disisi Allah SWT. Demikian sepatah dua kata dari penulis semoga apa yang telah
dilakukan dapat bermanfaat bagi peningkatan prestasi dan potensi dan selalu
mendapat ridha Allah SWT. Hanya kepada Allah kita berserah diri, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Banda Aceh, 10 Juli 2021


Penulis,

Abdul Rahman
NIM. 170403004

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... vi
SURAT PERNYATAAN ....................................................... vii
ABSTRAK............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 8
C. Tujuan penelitian ................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
E. Penjelasan Istilah ................................................................ 9
F. Sitematika Pembahasan ....................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian terdahulu .................................................................. 13
B. LPTQ .................................................................................. 15
1. Pengertian LPTQ ............................................................ 15
2. Landasan Hukum LPTQ Aceh ........................................ 18
3. Tujuan dan Tugas LPTQ Aceh ...................................... 19
4. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Aceh .................... 19
C. Peran LPTQ Aceh ................................................................ 20
D. Keutamaan belajar mengajar Al Qur’an .............................. 26
E. Upaya LPTQ Aceh meningkatkan prestasi Qari’/Qari’ah ... 29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian ................................................................ 36
B. Jenis Penelitian .................................................................... 38
C. Lokasi Penelitian ................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 39
1. Metode Observasi (Pengamatan) .................................... 39
2. Wawancara ( Interview).................................................. 40
3. Dokumentasi .................................................................. 40
E. Teknik Analisa Data ........................................................... 41

iii
1. Data Reduction (reduksi data)......................................... 42
2. Data Display (penyajian data)......................................... 42
3. Conclusion Drawing/Verification ................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 44
1. Letak Geografis............................................................... 44
2. Keadaan Pengurus ........................................................... 45
3. Keadaan Peserta .............................................................. 46
4. Landasan Hukum LPTQ Aceh ........................................ 47
5. Susunan Pengurus LPTQ Aceh ...................................... 48
6. Logo LPTQ Acehdan keterangan ................................... 50
7. Visi dan Misi LPTQ Aceh .............................................. 51
8. Sarana dan prasarana ...................................................... 52
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan….. .................................. 56
C. Pembahasan/Diskusi Hasil Penelitian ................................ 78

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 92
B. Saran .................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 97


LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Keadaan Gedung LPTQ Aceh ...................................................... 44

Tabel 4.2 : keadaan Pengurus LPTQ/ UPTD PPQ Aceh dilihat dari jaban .... 45

Tabel 4.3 : keadaan peserta MTQ dan cabang yang diperlombaan ................ 46

Tabel 4.4 : Struktur Pengurus LPTQ Aceh Periode 2018-2022 ............................... 48

Tabel 4.5 : Logo LPTQ Aceh ........................................................................... 50

Tabel 4.6 : Keadaan Bangunan LPTQ Aceh ............................................................ 52

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat keputusan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Uin Ar-Raniry

Lampiran 2 : Surat Pengantar Izin Penelitian Ilmiah Mahasiswa Dari Wakil Dekn

Bidang Akademik Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin Ar-Raniry

Lampiran 3 : Keterangan Selesai Penelitian Ilmiah dari LPTQ/UPTD PPQ Aceh

Lampiran 4: Data Pedoman Wawancara Kepada LPTQ Aceh

Lampiran 5: Data Pedoman Wawancara Kepada Pelatih

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7: Dokumentasi pada saat Sidang Munaqasah

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh

merupakan lembaga resmi di Kementerian Agama dan lingkungan Dinas

Syariat Islam. Lembaga resmi ini secara khusus mengajarkan dan

mengembangkan berbagai macam cabang ilmu Al Qur’an, baik dalam seni

menulis, memahami isi kandungannya, serta seni membaca Al Qur’an

tersebut. LPTQ didirikan pada tahun 1988 oleh pemerintah sebagaimana

tercantum dalam “Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 128 A dan Nomor 48 Tahun 1988 Tentang

Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an. 1

Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai wadah dan ruang lingkup

kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang telah memasyarakat, baik

di Nusantara maupun Mancanegara. UPTD PPQ dalam buku Pedoman

Pelatihan Tilawatil Qur’an menyatakan bahwa: “Pelaksanaan Musabaqah

Tilawatil Qur’an (MTQ) semakin mengembangkan ruang lingkup kegiatannya

setelah dibentuknya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) pada

tahun 1988 yang menjadikan MTQ sebagai sarana pemahaman, penghayatan,

dan motivasi pengamalan ajaran Al-Qur’an”. Termaktub dalam Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri dan Meneteri Agama Nomor 128 Tahun 1982
1
Dokumen, Surat Keputusan Gubernur Aceh, tahun 2018

1
2

dan Nomor 44 Tahun1982 tentang Usaha Peningkatan Kemampuan Baca

Tulis Al Qur’an bagi Umat Islam Dalam Rangka Kehidupan Sehari-hari.2

Keputusan Menteri Agama Nomor 240 Tahun 1982 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.3

Beberapa usaha yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan LPTQ

tersebut, baik bagi LPTQ di Tingkat Daerah (Provinsi, Kabupaten,

Kecamatan) sebagaimana termaktub dalam Keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 128 A Tahun 1988 dan Nomor 44

Tahun 1988 tentang Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.4

Adapun untuk mencapai tujuan dari LPTQ itu sendiri diantaranya

ialah melakukan usaha-usaha: (1) Menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil

Qur’an di Tingkat Daerah dan Provinsi. (2) Menyelenggarakan pembinaan

Tilawah (baca dan lagu), tahfidz (hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan

pameran Al-Qur’an. (3) Meningkatkan pemahaman Al-Qur’an melalui

penterjemahan, pentafsiran, pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat. (4)

Meningkatkan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari.5

Berdasarkan upaya yang akan dilakukan, dapat diketahui bahwa

2
UPTD PPQ, Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur’an,Aceh tahun 2018-2022
3
Dokumen, surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor
128 A Tahun 1982
4
Dokumen, surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor
44 Tahun 1988
5
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan perhakiman MTQ XXXIV Aceh, Tahun
2019.
3

pembinaan Tilāwatil Qur’an ialah berdasarkan kegiatan yang diselenggarakan

melalui pembelajaran Tilāwatil Qur’an dan merupakan bagian integral dari

usaha-usaha yang dilakukan untuk mengaktualisasikan tujuan LPTQ.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an memiliki peran penting dan

strategis dalam mendorong, meningkatkan semangat generasi untuk

membaca, mendalami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan Al

Qur’an. Organisasi LPTQ telah tumbuh dari daerah sampai tingkat pusat dan

telah memiliki jalinan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan

swasta termasuk dengan lembaga perguruan/pendidikan mulai tingkat dasar

sampai tingkat perguruan tinggi. 6

LPTQ harus dioptimalkan menjadi pusat pengkajian dan berfungsi

sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga keagamaan dalam upaya

meningkatkan kemampuan baca tulis, memahami makna, isi, kandungan dan

pengamalan Al Qur’an. Menyadari akan posisi dan fungsi LPTQ yang sangat

strategis, maka diperlukan pengelolaan organisasi secara tertib, efektif dan

profesional agar lebih terarah untuk mempercepat pencapaian tujuan. Untuk

itu, LPTQ perlu memantapkan prinsip manajemen modern yang berorientasi

pada arah tercapainya visi dan misi organisasi. Guna mendinamiskan LPTQ,

diperlukan kantor yang representatif yang didukung tenaga full-timer, sarana

dan prasarana yang memadai. Sehubungan dengan itu, maka LPTQ harus

merespon perkembangan tersebut dengan mengembangkan paradigma baru,

6
. Dokumen, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh, Periode 2018-2022. hlm.
14.
4

yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman dan

penghayatan Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional. Oleh karena

itu, LPTQ perlu melakukan reorganisasi dan reposisi terhadap perannya di

masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masa depan.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh sampai

saat ini juga belum bisa berkembang secara baik. Hal itu bisa dilihat dari

daftar prestasi para Qari dan Qari’ah yang setiap tahun kian merosot.

Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)

dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) ditingkat Nasional yang diadakan

setiap dua tahun sekali.

Data menunjukkan bahwa daftar prestasi para Qari dan Qari’ah dari Kafilah

Aceh dalam mengikuti MTQ dan STQ Tingkat Nasional dari tahun 2014-2019

adalah sebagai berikut: Pada MTQ Tingkat Nasional tahun 2014 di Batam

Kepulauan Riau, Kafilah Aceh tidak ada Qari dan Qari’ah yang menjadi juara.

Kemudian pada STQ Tingkat Nasional tahun 2015 di Provinsi DKI Jakarta,

Harapan III Golongan Tilawah Dewasa Putri, yang diraih oleh Ustadzah. Nurul

Hayati. MTQ Tingkat Nasional tahun 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat,

Kafilah Aceh Harapan III Golongan Tilawah Remaja Putri yang diraih oleh

Ustadzah. Yasarah. STQ Tingkat Nasional tahun 2017 di Tarakan, Kalimantan

Utara, Kafilah Aceh tidak ada Qari dan Qari’ah yang menjadi juara. MTQ Tingkat

Nasional tahun 2018 di Medan, Sumatera Utara, Kafilah Aceh, Harapan I

Golongan Tilawah Anak-Anak Putra, yang diraih oleh Ammar Fatani. Dan pada

STQ Tingkat Nasional tahun 2019 di Pontianak, Kalimantan Barat, Harapan III
5

Golongan Tilawah Anak-Anak Putri yang diraih oleh Ratu Balqis Zatuddin. 7

Dari data diatas, prestasi Qari dan Qari’ah Aceh mengalami Penurunan.

Padahal kegiatan Pelatihan dan pembinaan telah dilakukan dengan maksimal

dalam menciptakan peserta Qari dan Qari’ah yang berkualitas yang akan siap di

lepaskan menuju mimbar Nasional. Namun pada kenyataannya berdasakan hasil

peringkat yang diperoleh Kafilah Aceh pada MTQ dan STQ Nasional sangatlah

memprihatinkan dari tahun ketahun.

Setelah melalui pengamatan secara seksama, ternyata kekurangan yang

dialami oleh Qari dan Qari’ah Kafilah Aceh di MTQ dan STQ Nasional adalah

pada faktor penguasaan materi Tilawatil Qur’an itu sendiri. Baik dari segi Tajwid

yang mereka kuasai masih banyak kekurangan. Masih ada diantara Qari’ dan

Qari’ah yang masih sering mengalami kesalahan jali dan khafi yang sangat

berpengaruh terhadap penilaian peserta oleh Dewan Hakim. Selain itu ada juga

yang belum memahami masalah Fashahah dan adab dalam membaca Qur’an.

Fashahah yang masih sering terjadi kesalahan adalah dalam hal Waqaf dan

Ibtida’. Sedangkan lagu-lagu Tilawah setiap tahunnya mengalami perkembangan

baik dari segi variasi dan lainnya oleh karena itu, setiap peserta di diharapkan

untuk mampu mengikuti dan menyesuaikan perkembangan yang ada. Dari sudut

pandang lagu dan irama, peserta tidak kalah dengan peserta lain namun yang

menjadi kekurangan adalah masalah improvisasi irama dari peserta. Peserta dari

Kafilah Aceh belum bisa melakukan improvisasi irama secara baik dan maksimal.

Sehingga irama yang dikeluarkan terkesan masih kaku dan kurang indah.8

7
Data prestasi Aceh di ajang MTQ /STQ Tingkat Nasional Tahun 2012 s/d 2019
8
Buku Pedoman , Tilawatil Qur’an Dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, tahun. 2019
6

Problem Prestasi dalam MTQ yang dialami oleh Qari dan Qari’ah

Aceh sangat memprihatinkan. Dari data yang ada, LPTQ Aceh harus segera

berbenah diri untuk melakukan upaya-upaya yang bisa menunjang prestasi

serta kualaitas bagi para Qari Qari’ah Kafilah Aceh agar prestasinya menjadi

lebih baik di kancah Nasional yang diadakan setiap dua tahun sekali.

Upaya peningkatan prestasi yang harus dilakukan oleh LPTQ Aceh

diantaranya adalah: Mencari bibit-bibit Qari dan Qari’ah dari usia dini

untuk dilatih dan dibina menjadi Qari dan Qari’ah yang handal dan

Berkualitas, Mengadakan penataran dan pengkaderan bagi para pelatih

Tilawatil Qur’an dari tiap tiap Kabupaten kota yang ada di Aceh,

Mengadakan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan juga seleksi ditiap tiap

kabupaten dan kota se-Aceh, Mengadakan MTQ Tingkat Provinsi Aceh,

Mengadakan Pelatihan dan pembinaan bagi Qari dan Qari’ah yang akan

mewakili Kafilah Aceh pada ajang MTQ atau STQ Tingkat Nasional.

Dan upaya lain ialah mengirimkan Qari dan Qari’ah potensial untuk

belajar dan mencari pengalaman di Jakarta agar memperoleh ilmu

pengetahuan yang lebih baik dari para Qari dan Qari’ah Senior yang sudah

menjuarai di Tingkat Internasional.9

Akan tetapi sejauh mana peran LPTQ Aceh dalam hal peningkatan

prestasi bagi peserta MTQ, apakah sudah baik dan maximal atau masih statis

kabupaten pidie. Hlm. 25


9
Dokumen UPTD PPQ, meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an menjelang MTQ,Tahun
2012 - 2019
7

atau bahkan mengalami penurunan, sehingga permasalahan ini dapat menjadi

dampak menurunnya prestasi Qari dan Qari’ah dalam berprestasi di bidang

Tilawah khususnya. Ketidak efektifan pendidikan dan pembinaan Qari dan

Qari’ah dapat menghalangi bibit-bibit yang potensial dalam bidang Tilawah di

tingkat kecamamatan, kabupaten, dan provinsi dikarenakan tidak adanya

wadah atau tempat untuk belajar yang lebih efektif dalam mendapatkan

pelatihan sehingga berdampak pada menurunnya keinginan dan minat

generasi untuk belajar khususnya dalam bidang Tilawatil Qur’an Maka dari

itu, Peran LPTQ Aceh sangat urgen untuk menciptakan Qari dan Qari’ah

yang bisa berprestasi di Tingkat Nasional maupun Internasional agar bisa

membawa nama baik Ibu kota dan Provinsi serta mengharumkan Bangsa

Indonesia di Kancah Internasional. Selain itu juga untuk mencari generasi

dari usia dini agar bisa menjadi penerus Qari dan Qari’ah yang sudah

Senior. Maka berdasarkan hal tersebut, Disini penulis ingin melakukan

penelitian lebih lanjut secara mendalam dan akan dijadikan dalam bentuk

karya ilmiah dengan mengangkat judul, “PERAN LEMBAGA

PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ) ACEH DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI QARI DAN QARI’AH (STUDI LPTQ

ACEH)”
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

( LPTQ ) Aceh dalam meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah ?

2. Apa saja hambatan LPTQ Aceh dalam meningkatkan prestasi

Qari dan Qari’ah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran LPTQ Aceh dalam

meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah

2. Untuk mengetahui tantangan apa saja yang dihadapi LPTQ

dalam meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

yang berguna dalam studi manajemen khususnya untuk Fakultas

Dakwah dan Komunikasi prodi Manajemen Dakwah. Juga


9

diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan yang dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan

ilmu dalam masyarakat serta sebagai bahan referensi dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis

Sebagai pengalaman praktis khususnya bagi penulis, sehingga

penulis dapat mengetahui tentang Peran LPTQ dalam

meningkatkan prestasi Qari dan Qariah di kota Banda Aceh. Juga

diharapkan dapat menjadi landasan dan pegangan dalam

menentukan kebijakan ke depan agar Peran LPTQ dalam

meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah semakin baik.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam memahami

istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan

pengertian istilah sebagai berikut :

1. Peran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa peran berarti sesuatu yang

menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama.10 Jadi,

peran yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an sebagai lembaga yang menjadi

penggerak dan pelaksana utama untuk meningkatkan tilawah al-


10
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), hlm.753
10

Qur’an.

2. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) adalah

merupakan Lembaga yang menangani masalah pengembangan

Tilawatil Qur’an yang bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan

pengamalan Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-

Pancasila. 11

3. Meningkatkan

Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti susunan yang

berlapis-lapis. Meningkatkan juga diartikan menaikkan (derajat, taraf,

dan sebagainya), mempertinggi, memperhebat (produksi dan

sebagainya), dalam mengangkat diri

4. Prestasi

Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai atau

dilakukan. Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah tingkat

hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang

dipelajari.12

5. Tilawatil Qur’an

Seni dalam membaca Al-Qur’an dengan menggunakan 7 macam

lagu yang sering di lombakan dalam Event Musabaqoh Tilawatil

Qur’an. Tilawatil Qur’an dinilai dari 3 aspek, yaitu Tajwid, lagu, dan

11
Depag RI.pedoman Lembaga Pengembangan Tilawah Qur’an .(Jakarta:Depag, 1997)
hlm . 5
12
Kamus Umum Bahasa Indonesia hlm. 787. Tahun 1991
11

adab/fashahah.13

6. Qari dan Qari’ah

Orang yang membaca Al-Qur’an dengan lagu. Qari (pembaca

putra), Qari’ah (pembaca putri). Maksud dari seluruh istilah diatas

adalah Peran dari LPTQ Aceh dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil

Qur’an.14

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini direncanakan memiliki lima pokok pembahasan yang

disusun secara sistematis ke dalam lima bab pembahasan yang masing-

masing pembahasan menjadi inti dari penelitian ini.

Pada bab pertama ini penulis memaparkan pembahasan mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penejelasan istilah, dan sistematika pembahasan.

Selanjutnya bab dua ini membahas mengenai Kajian Teoritis yang

akan dijelaskan tentang kajian terdahulu, LPTQ, Prestasi Tilawatil Qur’an,

LPTQ alam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an.

Pada bab tiga ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang

meliputi, metode penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Pada bab empat ini akan dijelaskan tentang gambaran umum lokasi

13
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman MTQ Aceh, Tahun
2019 hlm. 31.
14
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman MTQ Aceh, Tahun 2019 hlm.
32-33
12

penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan/diskusi hasil penelitian.

Sedangkan bab lima merupakan bab terakhir dalam penetian ini. Bab

ini terdiri dari kesimpulan penelitian serta saran yang diberikan untuk

penelitian lanjutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu

Dalam hal ini, peneliti akan memaparkan beberapa kajian terdahulu atau

penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Penelitian

terdahulu ini menjadi salah satu bahan acuan peneliti dalam melakukan penelitian.

Adapun tujuan dari pemaparan kajian terdahulu ini adalah untuk menentukan

posisi penelitian serta menjelaskan perbedaannya. Selain itu penelitian terdahulu

ini sangat berguna untuk perbandingan. Adapun penelitian terdahulu yang

dimaksud adalah :

Penelitian yang pertama adalah penelitian yang di lakukan oleh Rusnah,

Mahasiswi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan

Komunikasi IAIN Antasari, Banjarmasin. Adapun judul skripsinya adalah “Peran

LPTQ dalam Pengembangan Syiar Islam di Kabupaten Banjar”. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deksriptif. Hasil penelitian menunjukkan, peran

yang dilakukan di kantor Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, seperti

pendidikan dan pembinaan yang mana ibarat seorang guru tidak hanya mengajar

akan tetapi harus disertai dengan jiwa mendidik serta membina anak muridnya.

Adapun faktor pendukung dari penelitian yang dilakukan ialah antusias dan

semangat masyarakat guna menjunjung tinggi syariat islam di kabupaten Banjar. 1

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Mashondi

Tanjung, Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah

1
http://idr.uin-antasari.ac.id./id/eprint/6057, Jurnal, Institutional Digital Repository,
Rusnah, Peran LPTQ dalam Pengembangan Syiar Islam di Kabupaten Banjar, Skripsi (Program studi S1
Bimbingan Penyeluhuan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari,Banjarmasin,2013) hlm.14

13
14

dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan dengan judul

“Teknik Komunikasi Persuasif Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)

Kabupaten Labuan Batu Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Remaja Belajar

Tilawatil Qur’an”. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan bagaimana teknik

komunikasi secara persuasif terhadap Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.

Adapun faktor pendukung dalam penelitian ini ialah adanya saran dan

kemauan serta antusias masyarakat dalam meningkatkan kualitas tilawatil qur’an

khususnya di Kabupaten Labuan Batu Utara ini.2

Berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh HJ.Siti Hajrul

mahasiswi jurusan Manajemen Pendididkan Islam Program Pasca Sarjana Institut

Agama Islam Negeri Palangkaraya dengan judul “Manajemen Lembaga

Pengembangan Tilawatil Quran dalam meningkatan prestasi Tilawatil Qur’an

dikota Waringin Barat”. Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

pentingnya peran dan pengelolaan lembaga Tilawatil Qur’an terhadap

pengembangan Tilawatil Qur’an baik pelajar maupun masyarakat umum.

Sebagaimana dengan adanya manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur’an ini, akan dapat mengatur baik dari segi pembelajaran dan pembinaan

khususnya dalam cabang Tilawatil Qur’an.3

Dari tiga penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaannya

terletak pada objek kajiannya yaitu peran Lembaga Pengembangan Tilawatil


2
http://repository.uinsu.ac.id/3083/1/SKRIPSI.pdf , Mashondi Tanjung, Teknik
Komunikais Persuasif Lptq Kabupaten Labuan Batu Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi
Remaja Belajar Tilawatil Quran, skripsi ( program S1Komunikasi dan Penyiaran Islam Fkultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.2019 .hlm.1-2
3
http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/id/eprint/1029, Hj. Siti Hajrul, manajemen lembaga
pengembangan tilawatil quran dalam meningkatan prestasi tilawatil qur’an dikota waringin
barat, Tesis ( Program Pasca Sarjana Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 2017. hlm 2
15

Qur’an sebagai objek dan juga pusat pengumpulan data. ketika penelitian ini

mengkaji tentang Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an yang lebih

memfokuskan kepada kajian peningkatan prestasi terhadap Qari dan Qari’ah,

maka keterlibatan peserta atau Qari dan Qari’ah itu sendiri juga dibutuhkan dalam

penelitian ini disamping untuk mengetahui keinginan dan bakat juga untuk

mencetak bibit Qari dan Qari’ah yang lebih banyak dan mampu membantu

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an dalam meningkatkan perannya sebagai

wadah pelaksana dan pendidik generasi Qur’ani. Adapun dari ketiga penelitian di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya yang menjadi perbedaan pada objek

kajiannya ialah dari yang akan peneliti lakukan lebih condong mengarah kepada

bidang prestasi Qari dan Qari’ah khususnya bagi peserta yang ada di Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh. Sedangkan yang dilakukan oleh ketiga

peneliti diatas tersebut ialah lebih mengarah kepada peningkatan syiar islam,

partisipasi dan manajemen terhadap Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an itu

sendiri.

B. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh

1. Pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh

Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, atau sesuatu yang

memberi bentuk pada badan atau organisasi yang bertujuan untuk mengadakan

suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu kegiatan.4 Adapun Secara

terminologi bahwa lembaga adalah suatu institusi atau pranata yang didalamnya

terdapat seperangkat hubungan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan

4
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1993. hlm. 367
16

yang nyata dan berpusat kepada berbagai kebutuhan sosial serta serangkaian

tindakan yang penting dan berulang.

Menurut Hendropuspito pengertian lembaga adalah bentuk lain organisasi

yang tersusun secara tetap dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi

sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.5

Pengembangan adalah suatu kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah

terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

Menurut Seels dan Richey (Alim Sumarno) Pengembangan berarti proses

menterjemahkan atau mejabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur

fisik.6Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah berdasarkan siklus. Langkah

penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang penemuan

terhadap penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk

berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan

latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil

uji lapangan.7

Tilawatil Qur’an ialah membaca Al-Qur’an dengan bacaan Mujawwad

atau Murattal, yaitu bacaan Al Qur’an yaang mengandug nilai ilmu dan seni

membaca, seni baca dan adab membaca menurut pedoman yang telah ditentukan.

menggunakan irama atau lagu yang sudah ditetapkan.

5
Hendropuspito, Lembaga Sosiologi Agama, Yogyakarta:Kanisius, 1983. Hlm. 13
6
Seels dan Richey (Alim Sumarno), panduan metodologis dan pengembangan, Journal of
Curriculum, prenada media group, cet. 1 tahun. 2006
7
Rizal Sukma. Pengembangan Bahan Ajar Modul Dengan Pendekatan Open-Ended
Materi. Tulungagung. hlm. 11-12
17

Dalam membaca Al-Qur’an setiap muslim juga sangat dianjurkan untuk

membaca secara tartil, yakni membaca dengan pelan-pelan, tenang dan teratur

sesuai kaidah ilmu tajwid. Menurut Asy-Suyuthy yang dikutip oleh Yusuf Al-

Qaradhawi, “disunatkan tartil ketika membaca Al-Qur’an.8 Sebagaimana firman

Allah SWT, dalam surah Al Muzammil ayat: (4)

......‫ورتل القرآن ترتيال‬

Artinya: “dan bacalah Al-Qur’an itu secara tartil (perlahan-lahan).” 9

Hukum membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah fardu ‘ain. Seruan dalam

ayat ini pada dasarnya tertuju kepada Nabi SAW, lalu kepada umatnya yang

bersifat mengikuti. Sedangkan mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah.

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran membaca Al-Qur`an adalah serangkaian

aktivitas dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik dan

peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan cara membaca yang baik dan

benar dan pemahaman mengenai isi suatu bacaan Al-Qur`an. Adapun Tilawah itu

sendiri terdiri dari tujuh macam lagu yang sering di bawakan atau dipakai dalam

kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an MTQ. Pada Tilawatil Qur’an ini dinilai

dari beberapa aspek, diantaranya tajwid, lagu, adab/fashahah, kesempurnaan

lagu,keutuhan suara dan lainnya. Dalam Tilawatil Qur’an juga membaca

surah/ayat dan lagu sebagaimana yang telah ditentukan oleh panitia.10

Adapun pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an secara

umum adalah suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama

8
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2000), 166
9
QS. Al Muzammil (73): 4
10
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman pada(MTQ) XXXIV Aceh,
Tahun. 2019, Di Sigli, Kabupaten Pidie.hlm. 42-43
18

Islam yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakan masyarakat

Indonesia yang Qur’ani agar dapat lebih semangat dalam membumikan Al Qur’an

serta satu tujuan dalam peningkatan kualitas dan perkembangan masyarakat

terhadap Al Qur’an yang semakin pesat.

Oleh karena itu, LPTQ setiap tahunnya selalu mengadakan kegiatan

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang di dalamnya diperlombakan berbagai

bidang yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Ada cabang Tilawatil Qur’an,

tahfidzul Qur’an, tafsir Al-Qur’an, Kaligrafi, Fahmil Qur’an, Syarkhil Qur’an, dan

Tartil Qur’an. Dengan diadakannya Musabaqoh tersebut, diharapkan masyarakat

Indonesia mampu meningkatkan kemampuan dalam membaca, menghayati, dan

mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, sehingga kehidupan masyarakat bisa

tenang, damai, dan penuh kekeluargaan.11

2. Landasan Hukum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

Kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an dewasa ini telah melembaga dan

membudaya dalam masyarakat serta telah memberikan manfaat yang besar dalam

rangka pembangunan manusia seutuhnya, maka untuk lebih meningkatkan

kegiatan LPTQ serta pemanfaatannya, dipandang perlu menyempurnakan

organisasi penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dalam bentuk suatu

badan yang tetap. Maka dibentuklah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

dengan Keputusan Bersama Menteri agama dan Menteri Dalam Negeri. No. 128

A dan Nomor 48 Tahun 1988 tentang Lembaga Pengembangan Tilawatil

11
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman pada(MTQ) XXXIV Aceh,
Tahun. 2019, Di Sigli, Kabupaten Pidie. Hlm. 9-10
19

Qur’an.12

3. Tujuan dan Tugas Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

Secara umum LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan

pengamalan Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang berpancasila. Oleh

karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut LPTQ melakukan beberapapa tugas

seperti Menyelenggarakan Musabaqah Tiawatil Qur’an (MTQ) di tingkat Daerah

sampai Nasional. Menyelenggarakan pembinaan Tilawah (nagham), tahfidz

(hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al-Qur’an. Meningkatkan

pemahaman Al-Qur’an melalui penterjemah, penafsiran, pengkajian dan

klasifikasi ayat-ayat. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an

dalam kehidupan sehari-hari.13

4. Organisasi dan Kepengurusan LPTQ Aceh

Organisasi dan kepengurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

(LPTQ) Aceh ialah terdiri atas beberapa bidang diantaranya ialah Gubernur

seabagai pembina, Dewan Perwakilan Rakyat, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda

Aceh, Kajati Aceh, Sekretaris Daerah, Rektor Unsyiah Darussalam Bnada Aceh,

Rektor UIN Ar- Raniry Darussalam Banda Aceh, Ketua MPU Aceh, Ketua MAA

Aceh, Ketua MPD Aceh, Kepala Dinas Pendidikan Aceh dan Imam Besar Masjid

Raya Baiturrahman Banda Aceh. Wakil Gubernur sebagai ketua umum, Asisten

Pemerintahan dan Sekda Aceh sebagai Ketua I dan Kadis Syariat Islam Aceh

Sebagai Ketua II. Kepala Bidang penerangan Agama Islam dan Zawa Kanwil

Sebagai Sekretaris Umum, Kasubbag, Keuangan Dinas Syariat Islam Aceh

12
Surat Keputusan (SK) Gubernur Aceh. Pengukuhan susuanan pengurus Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh Periode 2018 – 2022. Tahun 2018
13
Pedoman. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh. Tahun. 2012-2019
20

Sebagai Bendahara Umum dan juga pengurus harian di yang di jalankan oleh

Kepala UPTD PPQ pada Dinas Syariat Islam Aceh.14

C. Peran Lembaga Pengembangan Tiwatil Qur’an (LPTQ) Aceh

Peran Lembaga Pengembangan Tiwatil Quran (LPTQ) Aceh, memiliki

peran yang penting dan strategis, terutama dalam meningkatkan semangat umat

Islam untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan isi kandungan Al Qur’an.

Oleh karena itu, dari segi organisasi dan kelembagaan diperlukan pemberdayaan

dan perkembangan secara berkelanjutan. Dalam hal ini, perlu pengelolaan

kelembagaan secara modern, profesional dan mandiri dengan tidak meninggalkan

prinsip keikhlasan dan kebersamaan.

Sejak dibentuknya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an tahun 1988,

upaya Pengembangan Tilawatil Qur’an telah mencatat berbagai kemajuan.

Kemajuan yang paling menonjol adalah bidang Musabaqah, hal ini di tandai

berkembangnya cabang Musabaqah dalam berbagai golongan, baik cabang

Tilawah Qur’an, Tahfizul Qur’an, Khattil Qur’an dan Fahmil Qur’an, Tafsir

Qur’an, Syarah Al Qur’an, Tartil Al Qur’an dan menulis kandungan Alquran.

Kemudian di samping menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an juga telah

berusaha memberantas buta huruf Al Qur’an dalam rangka meningkatkan

penghayatan dan pegamalan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, yang bekerja

sama dengan berbagai organisasi-organisasi dan Tempat Tempat pendidikan Al

Qur’an dan Madrasah-Madrasah. Bentuk kerja sama ini misalnya menyusun dan

14
Surat Keputusan (SK) Gubernur Aceh. Pengukuhan susuanan pengurus Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh Periode 2018 – 2022. Tahun 2018
21

memperluas metode metode dalam mempelajari Al Qur’an seperti metode Iqra’

dan Talaqqi.15

Sesuai dengan perkembangan keadaan dinamika masyarakat dan dalam

rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna LPTQ, maka organisasi LPTQ

mau tidak mau harus dikembangkan. Perkembangan ini tertuang dalam Surat

Keputusan Bersama (SK) Gubernur Aceh No.658 tahun 2018 dan Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 128 Tahun 1982 dan

Nomor 44 Tahun 1982 Tentang Usaha Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al

Qur’an bagi Umat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an untuk mencapai tujuan

dari tahun ketahun menunjukkan hasil yang positif. Kemajuan yang nampak

terlihat di masyarakat adalah membudayakan MTQ/STQ pada semua lapisan dan

starata masyarakat. Adapun Lembaga Pengembangan Tilwatil Qur’an lainnya

adalah menumbuh suburkan lembaga-lembaga pendidikan baca tulis Al Qur’an di

kalangan masyarakat. diantaranya ialah :

Pertama, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an sejak tahun 1982

telah menetapkan Taman Pendidikan Alquran (TPA) sebagai sarana pendidikan

dan sekaligus sebagai perwujudan dari partisipasi masyarakat dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian Taman Pendidikan Al Qur’an

(TPA) perlu digalakkan dan disemarakkan lagi kegiatannya, baik sekarang

maupun yang akan datang, adapun teknis pelaksanaannya dilakukan masing-

masing daerah.

15
Pedoman. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh. Tahun. 2012-2019.
22

Kedua, LPTQ menetapkan beberapa langkah strategis jangka pendek

dalam menghadapi perkembangan kedepan, diantaranya adalah penyelenggaran

kepengurusan pada semua tingkatan sesuai dengan struktur baru Depertemen

Agama dan otonomi Pemerintah dimana jabatan Ketua Umum dan Bendahara

Umum dari unsur Pemerintah Daerah, sedangkan Sekretaris Umum dari unsur

Departemen Agama yang dalam hal ini ialah Kepada Bidang Pendidikan Agama

dan Masyarakat (Penamas) atau disesuaikan dengan kondisi daerah masing

masing.16

Ketiga, Organisasi dan kepungurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur’an daerah mengikuti organisasi dan kepungurusan Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an tingkat Nasional yang terdiri dari pembina, ketua, sekretaris dan

bendahara sedangkan kepengurusannya bergelut di bidang pembinaan, pendidikan

dan latihan, publikasi dan dokumentasi, usaha dan dana serta penelitian dan

pengembangan. Untuk mengaktifkan organisasi dan menopang pelaksanaan

program kerja, maka perlunya pelaksanaan harian yang full timer di bawah

sturuktur kepengurusan LPTQ disemua tingkatan. Untuk kelancaran semua

program maka dibutuhkan alokasi dana APBN dan BPBD, serta bantuan dari

masyarakat serta sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Keempat, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an dikategorikan sebagai

Lembaga Penyiaran Islam karena lembaga ini melakukan pembinaan dan

pengembangan terhadap para generasi penerus yang mengandung unsur ajakan

16
Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh, berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Aceh Tahun 2018.
23

dan seruan untuk lebih meningkatkan motivasi dan prestasi masyarakat dalam

mensosialisasikan Al Qur’an dalam kehidupan sehari hari. Perbuatan yang mereka

lakukan itu termasuk perbuatan amal saleh yang sudah tentu akan mendapatkan

ganjaran pahala dari Allah Swt sebagaimana yang dituangkan dalam surah Asy-

Syura ayat 22-32:


ّٰ ‫تَ َرى‬
ِ ُ‫ت ۡال َج ّٰـ‬
‫ت لَهُمۡ َّما‬ َ ‫ت فِ ۡى َر ۡو‬
ِ ‫ضا‬ ِ ‫الّٰلِ ّٰح‬ ۡ‫الظلِ ِم ۡينَ ُم ۡشفِقِ ۡينَ ِم َّما َك َسب ُۡوا َوه َُو َواقِ ٌۢع ِب ِهم‬
ّٰ ‫َوالَّ ِِ ۡۡنَ ّٰا َمُُ ۡوا َو ََ ِملُوا‬
ََّّ ْ‫ت قُل‬ ّٰ ‫الَّ ِِ ۡى ُۡبَ ِّش ُر ّّٰللاُ َِبَا َدهُ الَّ ِِ ۡۡنَ ّٰا َمُُ ۡوا َو ََ ِملُوا‬
ِ ‫الّٰ ِل ّٰح‬ ََ‫ ّٰٰ ِل‬..ُ‫َۡ َشآ ُء ۡونَ َِ ُۡ َد َربِّ ِهمۡ ّٰٰ ِلََ ه َُو ْالفَضْ ُل ال َك ِب ْير‬
ّٰ
..‫ّللا ََفُ ۡور ََ ُك ۡور‬ ۡ ‫اَ ۡسـَـــلُـ ُكمۡ ََلَ ۡي ِه اَ ۡجرًا اِ ََّّ ۡال َم َو َّدةَ ِفى ۡالقُ ۡر ّٰبى َو َم ۡن ۡ َّۡقََ ِر‬
َ ‫ۡ ََ َسًًَُ ََّّ ِِ ۡد لَه ِف ۡي َها َ ُۡسًُا ؕ اِ َّن‬
Artinya: “Kamu akan melihat orang-orang yang zalim itu sangat ketakutan karena
(kejahatan-kejahatan) yang telah mereka lakukan dan (azab) menimpa
mereka. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
(berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang
mereka kehendaki di sisi Tuhan. Yang demikian itu adalah karunia yang
besar. Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan
hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan.
Katakanlah (Muhammad: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu
imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan".
Dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan
kebaikan baginya. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri”.17

Menurut Imam Jalaluddin Muhammad dan Imam Jalaluddin Abdurrahman

dalam Tafsir Jalalain mengatakan bahwa:


ّٰ
َ ‫ في الدَّيا من السيئات أو ۡجاوزواَليها‬:)‫ َخائِفِ ْينَ ( ِم َّما َك َسب ُۡوا‬:) َ‫ ۡوم القيامً ( ُم ۡشفِقِ ۡين‬:) َ‫(تَ َرى الظلِ ِم ۡين‬
:)‫(وه َُو‬
ِ ‫ت ۡال َجـُا‬
:)‫ت‬ ِ ‫ضا‬ ّٰ ‫(والَّ ِِ ۡۡنَ ّٰا َمُُ ۡوا َو ََ ِملُوا‬
ِ ‫الّٰلِ ّٰح‬
َ ‫ت فِ ۡى َر ۡو‬ َ ً‫ ۡوم القيامً َّ محال‬:)‫(واقِ ُع ِب ِه ْم‬
َ ‫أي الجِاء َليها‬
‫ من‬:)‫ ( ّٰٰلََِ الَّ ِِ ۡى ُۡبَ ِّش ُر‬..)ُ‫أَِّهما بالُسبً إلى من دوَّهم (لَهُمۡ َّما َۡ َشآ ُء ۡونَ َِ ُۡ َد َربِّ ِه ْم ّٰٰلََِ ه َُو ا ْلفَضْ ُل ال َك ِب ْير‬
‫ أي َلى تبليغ‬:)‫ت قُلْ ََّّ اَ ۡسـَـــ ُلـ ُكمۡ ََ َل ۡي ِه‬ ّٰ ‫البشارة مخففا ً ومثقالًبه‬
ّٰ ‫(ّللاُ َِبَا َده ُ الَّ ِِ ۡۡنَ ّٰا َمُُ ۡوا َو ََ ِملُوا‬
ِ ‫الّٰ ِل ّٰح‬
ً ‫ اسَئُاء مُقطع أي لكم أسألكم أن تودوا قرابَي الَيهي قرابَكم أۡضا‬:)‫الرسالً (اَ ۡجرًا اِ ََّّ ۡال َم َو َّدةَ ِفى ۡالقُ ۡربى‬
‫ بَضعيفها‬:)‫ طاًَ (ََّ ِِ ۡد لَه فِ ۡيهَا َ ُۡسًُا‬:)ًًَُ‫(َ َس‬ ۡ ‫(و َم ۡن ۡ َّۡقََ ِر‬
َ ‫ ۡكَسب‬:)ۡ َ ً‫فإن له في كل بطن من قرۡس قراب‬
ّٰ
. )‫ للَِّوب ( ََ ُكوْ ر‬:)‫ّللا ََفُ ۡور‬
َ ‫(اِ َّن‬
Artinya: “Kamu lihat orang-orang yang dzalim pada hari kiamat sangat ketakutan
17
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002),
hlm. 486-487.
24

kecemasan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan di


dunia berupa keburukan sehingga mereka dibalas atas keburukannya
sedang siksaan sebagai balasan atas perbuatan buruk menimpa mereka
pada hari kiamat secara pasti. Dan orang-orang yang beriman serta
mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga tempat
yang paling nyaman dibandingkan orang-orang selain mereka. Meraka
memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan yang demikian itu
adalah karunia yang besar. Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah
mengembirakan dari kata Al-Bisyarah yaitu kabar gembira. Boleh dibaca
mukhaffaf-ringan maupun mutsaqqal berat bertasdit, hambahambanya
yang beriman dan mengerjakan amal Saleh. Katakanlah: Aku tidak
meminta kepadamu sesuatu apapun atas seruanku, yakni atas seruan
dakwah yang beliau lakukan upah sedikit pun (atas seruanku) kecuali
kasih sayang dalam kekeluargaan istitsna (pengucualian yang terputus),
yakni saya hanya meminta kalian menunaikan kekerabatan saya yang
juga merupakan kekerabatan kalian. Karena nabi saw pada setiap keluar
Quraisy mempunyai hubungan kerabat. Dan siapa yang mengerjakan
yakni melakukan kebaikan, yakni ketaatan akan kami tambahkan baginya
kebaikan pada kebaikan itu”, yaitu dengan melipat gandakannya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap dosa-dosa lagi Maha
Mensyukuri terhadap sesuatu yang sedikit kemudian Dia malipat
gandakannya”.18

Hal ini juga di jelaskan dalam surah Al-An’am ayat 160 yang berbunyi:

.. َ‫َم ۡن َجآ َء ِب ۡال َح َسَُ ًِ فَلَه َ َۡش ُر اَمۡ ثَا ِل َها ۚ َو َم ۡن َجآ َء ِبال َّسيِّئَ ًِ فَ َال ۡ ُۡج ّٰ ِٓى اِ ََّّ ِم ۡثلَ َها َوهُمۡ ََّ ۡ ُۡظلَ ُم ۡون‬
َ ‫ أي جِاء َشر َسُات‬:)‫ أي َّإله إَّ ّللا (فَ َلهُ ََ ْش ُر آ ْم َثا ِل َها‬:)ًِ َُ‫( َم ۡن َجآ َء ِب ۡال َح َس‬
‫(و َم ۡن َجآ َء بِال َّس ِّيئَ ًِ فَ َال‬
..ً‫ ُۡقّٰون من جِائهم َيئا‬:) َ‫(وهُمۡ ََّ ۡ ُۡظلَ ُم ۡون‬ َ ‫ أۡجِاءه‬:)‫ۡ ُۡج ّٰ ِٓى اِ ََّّ ِم ۡثلَهَا‬
Artinya: Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat
amalnya. Dan barangsiapa berbuatan kejahatan maka dia tidak dibalas
seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan
(dizalimi). Barangsiapa datang dengan membawa kebaikan yakni Laa
ilaha illallah maka baginya sepuluh kali lipatnya. Maksudnya
memperoleh balasan sepuluh kebaikan. Dan barangsiapa yang datang
dengan membawa keburukan, dia tidak diberi balasan melainkan
setimpal dengan keburukannya. Yakni balasannya. Dan mereka tidak
dizalimi. Tidak dikurangi sedikit pun balasannya.19

18
Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Al-Imam
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, diterjemahkan oleh Najib
Junaidi , Edisi Indonesia Tafsir Jalalain, (Surabaya: Pustaka eLBA, 2010), hlm. 340- 341.
19
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, hlm. 151.
25

Berdasarkan surah Al-An’aam ayat 160 yang ditafsirkan oleh Imam

Jalaluddin di atas mengatakan barangsiapa membaca Laa Ilaha Illallah

mendapatkan ganjaran pahala sepuluh kali lipat kebajikan. Ganjaran pahala bagi

orang yang membaca Al Qur’an tidak dihitung perkata tetapi perhuruf seperti

hadis Nabi yang berbunyi:

‫ أَ ِلف ََرْ ۡ َوَّم‬:‫ (الم) ََرْ ۡ َولَ ِك ْن‬: ُ‫ َو ْال َح َسًَُُ ِب َع ْش ِر أَ ْمثَالِهَا ََّ أَقُول‬،ًَُ‫ّللا فَلَهُ ََ َس‬ ِ ‫َم ْن قَ َرأَ ََرْ فًا ِم ْن ِكََا‬
ِ َّ ‫ب‬
)‫ (رواه الَرميِي‬.ۡ ْ‫ََرْ ۡ َو ِميم ََر‬
Artinya: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran) dia
mendapatkan satu kebajikan. Setiap kebajikan itu dibalas dengan
sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi
alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”. (H.R. Al-
Tirmizi).20

Hal ini diperjelas lagi oleh Ali bin Abi Thalib mengenai ganjaran pahala

membaca Al Qur’an yang mengatakan bahwa: “Tiap-tiap orang yang membaca Al

Qur’an dalam salat akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap

huruf yang diucapkannya, membaca alquran di luar salat dengan berwudhu

pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya dan

membaca Al Qur’an diluar sembahyang tetapi tidak berwudhu pahalanya sepuluh

kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya”. Sebenarnya masih banyak lagi

ayat Al Qur’an dan hadis yang berkenaan dengan balasan bagi orang yang ikhlas

dalam melakukan kebajikan kepada orang lain. Seperti halnya pengurus Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an yang senantiasa mengadakan pembinaan dan

pengembangan Al-Qur’an terhadap masyarakat yang tentunya merupakan

tindakan yang terpuji yang nantinya akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah

SWT.
20
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi Al-Dimasyqi, Riyadh Al-Shalihin,
diterjemahkan oleh Ahmad Rofi' Usmani, hlm. 568.
26

D. Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al Qur’an.

Al Qur’an merupakan tanda kebesaran Allah swt dan juga sebagai mu’jizat

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril.

Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lengkap

dengan lafal dan maknanya dan juga menjadi pedoman kehidupan umat.

W. Montgomery Watt And Richard Bell dalam bukunya Introduction to

the Quran menyatakan bahwa: “The doctrine of God is central to the Quran”.21

Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Al Qur’an

merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan ini, oleh karena itu kita

dianjurkan untuk mempelajarinya. Mempelajari Al Qur’an bisa dilakukan dengan

cara membaca dan memahami arti dan maksud yang terkandung didalamnya.

Membaca Al Qur’an baik ketika melaksanakan salat maupun di luar salat tetap

mendapat pahala dari Allah SWT, dan dihitung sebagai ibadah. Rasulullah SAW

bersabda:

)‫ (رواه مسلم‬..‫ا ْق َر ُءوا ْالقُرْ آنَ فَإََِّّهُ َۡأْ ِتى َۡوْ َم ْال ِق َيا َم ًِ ََفِيعًا ألَصْ َح ِابه‬

Artinya: “Bacalah olehmu Alquran kerena dia (Alquran) akan datang pada hari
kiamat selaku pemohon ampunan Allah bagi para pembacanya”. (HR.
Muslim).22

Hadis tersebut menganjurkan kepada kita untuk belajar Al Qur’an, karena

dengan membaca Al Qur’an di akhir kiamat nanti akan mendapat ampunan dari

21
W. Montgomery Watt And Richard Bell, Introduction to the Quran, (Edinburgh:
University Press), 1994, cet ke-4. hlm. 148.
22
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi Al-Dimasyqi, Riyadh Al-Shalihin,
diterjemahkan oleh Ahmad Rofi' Usmani, op. cit., hlm. 566.
27

Allah SWT. Ahmad bin Ali bin Hajar al ‘Asqlani dalam kitab Fathul Bari

Bisyarhi Shahih Bukhari Juz 10 meriwayatkan sebuah hadis dari Hajjaj bin

Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu

Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa

Rasulullah SAW bersabda:

‫ (رواه البخارى‬..ُ‫ال َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َوََلَّ َمه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ َ‫ّللاُ ََلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َّ ‫ض َي‬
َ ‫ّللاُ ََ ُْهُ َ َْن الَُّ ِب ِّي‬ ِ ‫َ َْن َُثْ َمانَ َر‬
)‫والَرمِي‬
Artinya: “Dari Usman Radiallahuanhu dari nabi Saw bersabda: “Sebaikbaiknya
kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Alquran”. (H.R.
Bukhari dan Tarmizi). 23

Dari hadis ini jelaslah bahwa sebaik-baiknya manusia (umat Islam) adalah

orang yang mempelajari Al Qur’an dan kemudian ada kemampuan untuk

mengajarkannya kepada orang lain. Selain itu diperintahkan juga oleh Rasulullah

Saw agar membacanya dengan suara yang indah, bagus dan merdu, sehingga

menambah keindahan dan keelokkan dalam membaca Al Qur’an tersebut.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

ِ ْ‫ت َََۡ َغَُّى بِا ْالقُر‬


)‫آن َۡجْ هَ ُر بِ ِه (رواه مسلم َن ابي هرۡرة‬ َّ َ‫ما َ آ ِٰن‬
َّ ‫ّللاُ لِ َش ْي ٍء َما اَ ِٰنَ لَُِّبِ ِّي ََ َس ِن ال‬
ِ ْ‫ّٰو‬
Artinya: “Allah tidak memperbolehkan (membaca) sesuatu seperti
memperbolehkannya seorang nabi yang bersuara bagus melagukan
Alquran dengan nyaring”. (HR. Muslim dari Abi Hurairah).24

Mempelajari Al Qur’an dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain

merupakan suatu keharusan bagi setiap umat islam, sebab Al Qur’an adalah kitab

suci yang mengandung ajaran dan tuntunan bagi kehidupan manusia, khususnya

23
Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi Al-Dimasyqi, Riyadh Al-Shalihin,
diterjemahkan oleh Ahmad Rofi' Usmani, Riyadhushshalihat (Beirut: Darul Al-Fikri, 1994), hlm.
567.
24
Syaikh Muhammmad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Muslim di terjemah
kan oleh Ma’aruf Abdul Jalil dan Ahmad Junaidi. Ringkasan Shahih Muslim (Jakarta: As-Sunnah,
2008), hlm. 1526.
28

umat Islam. Oleh karena itu sangat menyedihkkan apabila seorang muslim tidak

bisa membaca Al Qur’an, namun hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa masih

banyak dikalangan umat Islam yang tidak pandai membaca Al Qur’an apalagi

mengerti apa yang dibacanya, hal ini merupakan salah satu tugas Lembaga

Pengembangan Titawatil Qur’an untuk mengadakan sarana dan prasarana dalam

mempelajari Al Qur’an itu, atau setidaknya berusaha memelihara dan menjaga

sarana yang sudah ada.

Mengembangkan bacaan atau Tilawah Al Qur’an disamping juga

mengembangkan sarana pendidikan juga mengembangakan metode dalam

mempelajari Al Qur’an yang pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua

umat islam sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Namun tidak

semua orang mampu mengembangkan hal tersebut, maka dibentuklah suatu

lembaga atau badan yang secara khusus bergerak di bidang pembinaan dan

pengembangan Tilawatil Qur’an ini, maka Lembaga Pengembanga Tilawatil

Qur’an dalam hal ini menjadi tumpuan masyarakat untuk berkiprah secara

maksimal dalam mencetak kader Qari-Qari’ah dan Hafiz Hafizhah yang

berkualitas, sehingga mampu mengangkat nama daerah di level Nasional maupun

Internasional.25

Belajar Al Qur’an hendaknya dimulai sejak kecil, sebaiknya dari umur 5

atau 6 tahun sebagaimana perintah melaksanakan salat pada umur 7 tahun disuruh

mengerjakannya, apabila umur 10 masih tidak mau mengerjakannya maka orang

tuanya harus memukulnya, maka demikan pula hendaknya dalam mempelajari Al

25
Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman pada(MTQ) XXXIV Aceh,
Tahun. 2019, Di Sigli, Kabupaten Pidie. Hlm. 23
29

Quran. Pepatah mengatakan “Belajar dari kecil ibaratkan melukis di atas batu”.

Suwarno dalam bukunya “Pengantar Umum Pendidikan” mengatakan:

Walaupun orang tua sibuk dengan pekerjaannya tapi harus disediakan

waktu yang cukup untuk bertemu dengan anak-anaknya untuk mendidik dan

menciptakan suasana ramah tamah, kekeluargaan yang penuh rasa kasih sayang

sehingga lingkungan kehidupan emosional anak berkembang dengan baik.26

Menjadikan anak-anak dapat belajar Al Qur’an sejak kecil, pada dasarnya

adalah kewajiban orang tua masing-masing. Bagi orang tua yang menyadari akan

tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin keluarga dan pendidikan serta

panutan bagi anak-anak nya, betapapun sibuknya mereka akan tetap menyediakan

waktu untuk dapat berkomunikasi dan membimbing anak-anaknya, terutama

dalam pendidikan agama seperti membaca Al Qur’an. Berdosalah orang tuanya

apabila anak-anaknya tidak pandai membaca Al Qur’an. Tidak ada rasa malu yang

paling besar dihadapan Allah nanti apabila anaknya tidak pandai membaca Al

Qur’an. Orang tua yang tidak dapat meluangkan waktu untuk mendidik anaknya

membaca Al Qur’an, maka diwajibkan untuk menyerahkan anaknya kepada guru

Al Qur’an untuk dididik membaca Al Qur’an dengan memberikan imbalan atau

upah kepada si pendidik sebagai tanda terimakasih.

E. Upaya LPTQ Aceh dalam Peningkatan Kemampuan Qari dan Qari’ah

Diantara program atau upaya LPTQ terhadap peningkatan kualitas serta

bakat peserta dalam dunia Tilawatil Qur’an khususnya akan melakukan berbagai

macam kegiatan dengan faktor faktor yang mampu menunjang program tersebut
26
Suwarrno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka cipta, cet ke 4, Februari 1992. Hlm.
112
30

berjalan dengan efektif sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh peserta dan menjaga hal hal yang menjadi sebab surutnya bakat dan minat

dari peserta itu sendiri. Diantara faktor faktor tersebut ialah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Menurut Muhibbin Syah secara

global dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a. Faktor Internal dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1) Aspek fisiologis, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: Tonus

jasmani pada umumnya dan Keadaan fungsi-fungsi fisiologis

tertentu.27

2) Aspek psikologis yang terdiri dari yaitu: Pertama, Inteligensi; pada

umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

dengan cara yang tepat. Kedua, Sikap; adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Ketiga,

Bakat: dalam perkembangannya diartikan sebagai kemampuan

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung

pada upaya pendidikan dan latihan. Keempat, Minat: berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Kelima, Motivasi: adalah keadaan internal

27
Buku Pedoman, Musabaqah dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, Di Sigli, Kabupaten
Pidie, Tahun 2019.hlm. 11.
31

organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.28

b. Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1) Lingkungan sosial yaitu meliputi Sekolah; seperti para guru, para

staf administrasi, dan teman sekelas. Kemudian dilingkungan

masyarakat; seperti tetangga dan teman-teman sepermainan di

sekitar perkampungan siswa tersebut. Dan lingkungan keluarga :

seperti sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, dan

ketegangan keluarga.

2) Lingkungan nonsosial; seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah

tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa dapat mempengaruhi

tingkat keberhasilan belajar siswa. Faktor pendekatan belajar Faktor

ini berpengaruh pada taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.29 Jadi, pada dasarnya faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua

yaitu faktor yang ada pada diri siswa (internal) dan faktor yang ada

di luar siswa (eksternal).

2. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi dalam MTQ Keberhasilan pada MTQ

merupakan dambaan bagi setiap daerah dan para peserta. Agar tercapai

28
Buku Pedoman, Musabaqah dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, Di Sigli, Kabupaten Pidie,
Tahun 2019.hlm. 18.
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), cet. 12, hlm.
139.
32

keberhasilan tersebut diperlukan langkah dan usaha yang maksimal dan kegagalan

pada masa lalu diharapkan menjadi motivasi serta evaluasi bagi semua pihak.

a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada MTQ.

1) Faktor peserta

a) Bakat alam Bila ada bakat alam lebih mudah untuk dibina. Untuk

mengetahui bakat bias dilakukan pengamatan bakat ke daerah dan

lembaga yang melakukan pelatihan Tilawatil Qur’an, seleksi

pencarian bibit melalui MTQ tingkat kelurahan, melalui

pengamatan pelatih berdasarkan kemampuan dan pengalaman

peserta tersebut.

b) Kesehatan fisik Untuk latihan kesehatan fisik bisa dilakukan

dengan latihan kebugaran jasmani, latihan pernafasan dan olah

vocal, menghindari sakit, menghindari makanan dan minuman

tertentu, menyediakan menu bergizi, hindari aktivitas yang tidak

perlu, siklus menstruasi harus diperhitungkan.

c) Penguasaan materi Penguasaan materi musabaqah tergantung

cabang yang diikuti. Kalau dalam cabang Tilawatil Qur’an harus

menguasai tiga aspek yaitu, penguasaan tajwid, suara dan

penguasaan lagu-lagu tilawah.

d) Kondisi mental Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam

mengikuti MTQ. Mental sangat berpengaruh terhadap penampilan

di atas mimbar Tilawah. Beberapa hal yang mempengaruhi

mental yaitu, dukungan keluarga, sering try out, Taqarrub kepada


33

Allah SWT, Keikhlasan, Akhlaqul karimah.

2) Faktor pembinaan dan latihan

a) Rutinitas Pembinaan rutin di tempat asal, pembinaan tingkat

kecamatan untuk persiapan MTQ kabupaten, pembinaan tingkat

kabupaten untuk persiapan MTQ tingkat Provinsi dan Nasional.

b) Sistem latihan Latihan hendaknya dilakukan setiap hari terutama

pada waktu yang menurutnya nyaman. apa di pagi hari, siang,

sore, atau malam.

c) Pelatih Para pelatih harus mempunyai persamaan persepsi tentang

materi yang disampaikan, harus mengikuti pedoman MTQ

Nasional, ahli dan pakar di bidangnya.

d) Tempat Tempat latihan hendaknya jauh dari kebisingan dan

suasana bersih, karena kalau seandainya tempatnya dekat dengan

polusi maka akan mengganggu pernafasan dan konsentrasi dalam

latihan tidak akan maksimal.

e) Menu makanan Makanan sangat berpengaruh ketika seorang

peserta mau menghadapi MTQ. Ada beberapa makanan yang

harus di hindari pada umumnya, yaitu es, gorengan, pedas, dan

makanan yang bias mengganggu di tenggorokan.

f) Materi latihan Berpedoman pada buku pedoman MTQ termasuk

Maqra’ dari LPTQ, praktikum di Laboratorium, menyediakan

mimbar tilawah tiruan (ber-AC), menyediakan video shooting

saat mengadakan Try out untuk analisis dan evaluasi, saat try out
34

sesuai kondisi MTQ, materi TC disesuaikan dengan kemampuan

peserta, peserta diberi kesempatan untuk berlatih mandiri.30

3) Faktor dewan hakim

a) Obyektivitas Memilih dewan hakim yang obyektif dan memiliki

kapasitas yang dibutuhkan.

b) Pengetahuan Dewan hakim harus mempunyai pengetahuan dan

jam terbang yang mumpuni dan yang terpenting adalah

mempunyai sertifikat dewan hakim di masing-masing daerah.

c) Kedekatan emosional membina hubungan baik dengan para

Dewan Hakim Tingkat Provinsi.

d) Faktor lainnya yaitu dari segi peningkatan penghargaan bagi

predikat peserta terbaik dalam cabangnya, bonus haji bagi para

pemenang selalu ada, kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan

hakim juga harus diperhatikan, memberikan fasilitas beasiswa

bagi peserta yang berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah

(kaset, CD, VCD, DVD) Qari dan Qari’ah yang Masyhur

terutama dari Timur Tengah, menyediakan maktabah (Library). 31

Jadi, keberhasilan dalam MTQ melibatkan berbagai komponen baik dari

peserta, materi, system pelatihan, Dewan Hakim, pengurus LPTQ, dan semua

yang berkaitan dengan kebutuhan peserta tersebut. Masing-masing pihak harus

berperan secara maksimal yaitu sesuai dengan fungsinya. Kemudian perlu adanya

30
Buku Pedoman, Musabaqah dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, Di Sigli,
Kabupaten Pidie, Tahun 2019.hlm. 12
31
Buku Pedoman, Musabaqah dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, Di Sigli,
Kabupaten Pidie, Tahun 2019.hlm. 24-25
35

koordinasi yang baik dan hubungan yang harmonis dari berbagai pihak dan

Lembaga tersebut.32

32
Buku Pedoman, Musabaqah dan Perhakiman (MTQ) XXXIV Aceh, Di Sigli,
Kabupaten Pidie, Tahun 2019.hlm. 22
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana melakukan penelitian.

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian.

Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata

penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang berarti

cara atau cara menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang

berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis)utnuk memahami suatu subjek dan

objek penelitian. Sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Adapun pengertian penelitian adalah upaya suatu proses pengumpulan dan

analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan tujuan

tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat

kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif

maupun non interaktif.1

Adapun metode penelitian terbagi menjadi dua yaitu metode penelitian

kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini penulis mengambil

jenis penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang berupa kata kata

tertulis,maupun lisan dan perilaku dari orang orang yang diteliti. Menurut Bogdan

& Taylor dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif yang

1
Jonaedi Efendi,Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum (Normatif dan Empiris),
(Depok:Prenadamedia Group,2016), hlm. 2-3

36
37

mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang atau perilau

yang diamati dari tempat atau objek yang dijadikan sebagai pusat data dan

informasi.2

Adapun metode penelitian kuantitatif dapat diartikan juga sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunkan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif /statistik,dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.3

Adapun alasan dari penelitian ini ialah dengan menggunakan metode

pendekatan kualitatif. karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa

data deskriptif yang diperoleh dari data data berupa tulisan,kata kata dan dokumen

berasal dari sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya.

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang

pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang

sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat

dan terucap tersebut. Contoh data yang pasti misalnya data orang menangis.

Orang yang menangis itu harus dipastikan,apakah menangis karena susah atau

justru menangis karena mendapat kebahagiaan. Untuk mendapatkan data yang

pasti maka diperlukan berbagai sumber data dan berbagai teknik pengumpulan

data.

2
Bogdan & Taylor, Metode Penelitian Kualitataif, (PT Remaja Rosfakarya, Bandung:
2010), hlm. 113
3
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 8.
38

B. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data yang lebih akurat peneliti menggunakan metode

penelitian lapangan (Field Research) adalah kegiatan penelitian yang dilakukan

dilingkungan masyarakat, baik di suatu lembaga atau kemasyarakatan sosial,

maupun lembaga pemerintah.4 Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian

lapangan ini dilakukan melalui obsevasi, wawancara dan domukentasi.

Penelitian ini tergolong penelitian pada penelitian lapangan (Field

Research), Dalam penelitian ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian guna

mendapatkan berbagai data primer, terutama perihal bagaimana Peran Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh dalam Meningkatkan Prestasi

Qari’ dan Qari’ahnya.

C. Lokasi Penelitian

Dalam sebuah penelitian, lokasi/tempat merupakan salah satu bagian yang

terpenting yang tidak mungkin dilewatkan guna untuk dijadikan objek terhadap

penelitian. Sebagaimana tempat dan lokasi juga menjadi penguat hasil data yang

akan didapatkan. Oleh Karena itu, lokasi atau tempat observasi mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kelengkapan data yang akan diperoleh.

Adapun lokasi pada penelitian ini yang akan dilakukan di LPTQ Provinsi

Aceh. Lembaga ini terletak di Jln. Teuku Nyak Arief No. 221, Jeulingke , Kec.

Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, (Komplek keistimewaan Aceh).

4
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005), hlm. 31
39

Adapun Lembaga ini terdiri dari dua gedung satu gedung perkantoran dan

satu bangunan lain yang difungsikan sebagai asrama bagi peserta MTQ yang

mengikuti Training Center (TC).

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk kelengkapan Informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka

yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan seharian manusia dengan

menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra

lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja

pancaindramata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. 5 Berdasarkan hasil

pengamatan, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an itu sendiri terdiri dari

beberapa bagian bangunan salah satunya UPTQ PPQ yang terdapat beberapa

ruangan didalam gedung tersebut. Kemudian disamping gedung tersebut terdapat

satu bangunan lagi yang difungsikan sebagai asrama karantina bagi peserta yang

akan mengikuti MTQ. Adapun Training Center (TC) diadakan beberapa bulan

menjelang MTQ atau STQ Tingkat Nasional. Contohnya seperti yang baru baru

ini diadakan seleksi Peserta STQ Nasional pada tanggal 09 Maret 2021 sepekan

yang lalu. Dan Training Center perdana bagi peserta STQ di adakan pada Tanggal

14 Maret 2021 yang bertepatan pada hari minggu yang lalu.

5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 118.
40

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu Penulis sebagai pewawancara atau orang yang

mengajukan pertanyaan dan tokoh pengurus, pelatih dan peserta itu sendiri

sebagai objek wawancara yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu

terhadap beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan pada penelitian ini.6

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang sama dengan sumber yang

berbeda. Adapun beberapa objek atau sasaran wawancara pada penelitian ini yang

berhasil peneliti dapatkan ialah: Pengurus LPTQ Aceh Ust Mardhatillah M.Ag,

Kemudian Kepala UPTD Pengembangan dan Pemahaman Al Qur’an Ust

Muzakkir, SH, Ketua dewan pelatih Aceh Ust Drs.Jailani Mahmud, Ust Hamli

Yunus S.Ag. dan juga peserta MTQ itu sendiri yaitu dengan saudara Haizir Riski

sebagai Qari terbaik Aceh dan saudari Adhilla sebagai Qari’ah terbaik Aceh pada

MTQ Provinsi XXXIV tahun 2019 yang dilaksanakan di Sigli Kabupaten Pidie.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi

penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar, dan hasil karya-karya, yang

semua itu dapat memberikan informasi bagi keberlangsungan proses penelitian.7

6
Bogdan & Taylor, Metode Penelitian Kualitataif, (PT Remaja Rosfakarya, Bandung:
2010), hlm. 166
7
Abdul Hakim, Metodologi Penelitian (Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas Studi
Kasus), (Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak, 2017), hlm. 75.
41

Menurut Sugiono dokumentasi ialah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi baik dalam bentuk buku atau, arsip, dokumen,

tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan sehinggga dengan

itu semua mampu mendukung proses penelitian.8 Kemudian mengumpulkan

sejumlah informasi tertulis mengenai data tentang Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an baik dari keadaan lokasi serta berkaitan dengan proses

pembinaan peserta, keaadan guru pelatih dan semua data yang berkaitan dengan

penelitian yang diperlakukan baik berupa laporan maupun arsip yang ada pada

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dengan unit unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang mana yang penting

dan yang mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami okeh diri sendiri maupun orang lain.

Analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya

dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan

secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi,ternya hipotesis diterima, maka

8
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R and D, (Bandung Alfabeta,
2010), hlm. 3
42

hipotesis berkembang menjadi teori. Analisa data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum masuk lapangan, selama di lapangan,dan setelah selesai

di lapangan. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduktion, data display, dan

conclusion drawing/verification.9

1. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan dengan jumlah yang banyak , oleh

karena itu perlu untuk dicatat secara jelas dan terperinci. Sebagaimana yang

dijelaskan, semakain lapangan dilapangan, maka semakin banyak pula data yang

akan didapat dan dikumpulkan baik yang bersifat komplek hingga yang rumit.

Reduksi data merupakan hasil dari buah pikiran yang sesnsitif yang menggunakan

kecerdasan dan keahlian serta adanya wawasan dan pengalaman yang tinggi. 10

2. Data display ( penyajian data)

Setelah selesai dalam tahapan reduksi, selanjutnya ialah menyajikan data

yang didapat dilapangan selama penelitian. Apabila dalam penelitian kualitatif,

langkah penyajian data bisa dilakukan secara diuraikan dengan singkat dan

terhubung antar kategori, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, Miles and Hubesman menyatakan “the most frequent form

of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.

Dalam penyajian data yang sering digunakan ialah teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data yang ada, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi guna untuk merencanakan kerja dan program selanjutnya

9
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 244-245.
10
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…., hlm, 247-249.
43

berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang ada.

3. Conclusion drawing /verification

Dalam tahapan analisis data menurut Miles and Huberman pada langkah

yang ketiga ialah adanya penarikan kesimpulan dan tahapan verifikasi.

Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah jiak bukti bukti tak

mampu membantu mendukung pada tahapan pengumpulan data berikutnya.

Tetapi pada kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal bersifat konkrit

dengan didukung bukti bukti yang kuat maka peneliti dapat kembali

mengumpulkan data, oleh karenya kesimpulan yang ada dan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang efektif dan kredibel.11

11
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, hlm. 252.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

LPTQ Aceh terletak di Jln. Teuku Nyak Arief No. 221, Jeulingke,

Kec.Syiah Kuala, Kota Banda Aceh ( Komplek Istimewa Aceh ). Lembaga ini

terletak di komplek perkantoran Dinas Syariat Islam Aceh dan Mahkamah Syariah

Aceh. Ditinjau dari Letaknya, LPTQ Aceh sangat strategis karena berada dipusat

Kota Banda Aceh dan juga berjarak hanya beberapa kilometer saja dari masjid

Raya Baiturrahman Aceh. kemudian disisi lain LPTQ Aceh mudah dijangkau dari

segi Transportasi khususnya menggunakan Bus umum Transkotaraja. Selain itu

juga berada dekat Kapolda Aceh, sehingga mudah diketahui dan ditemui bagi

setiap orang yang ingin berkunjung ke LPTQ Aceh.

Tabel 4.1 keadaan Gedung LPTQ Aceh

NO Ruang Jumlah Keterangan

1 Ruang Kepala LPTQ 1 Permanen

2 Ruang Para Staf 2 Permanen

3 Ruang Kasi 3 Permanen

4 Ruang Belajar 3 Permanen

5 Ruang Aula 1 Permanen

6 Perpustakaan 1 Permanen

7 Kamar mandi/WC 3 Permanen

Jumlah 14 Permanen

Sumber data: Bagian Harian dan Arsip LPTQ/UPTD PPQ Tahun 2018-2022.

44
45

2. keadaan Pengurus

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh ( LPTQ ) saat ini

dipimpin oleh Bapak Hamdani, S.Ag,M.H dan jumlah pengurus yang bertanggung

jawab dalam Lembaga ini secara keseluruhan berjumlah 13 orang Ditambah

dengan 2 orang tenaga tata usaha dan 1 orang penjaga pustaka dan 2 orang

security. Untuk lebih jelas mengenai keadaan guru dan tenaga pendidikan dapat

dilihat pada table dibawah ini.1

Tabel 4.2 keadaan Pengurus LPTQ/ UPTD PPQ Aceh dilihat dari jabatan

NO. Jabatan Jumlah

1. Kepala LPTQ Aceh 1

2. Sekretaris Umum 1

3. Bidang pelatihan 2

4. Bidang perhakiman 2

5. Bidang dokumentasi 2

6. Bidang pengembangan 3

7. Bidang Usaha dan Dana 2

8. Bidang Pendidikan Kader 2

9. Penjaga Pustaka 1

10. Security 2

Jumlah 18

Sumber : Data Dokumentasi Harian/Arsip LPTQ/UPTD PPQ Tahun 2018-2022.

1
Data Dokumentasi Harian LPTQ Aceh tahun 2018/2022
46

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengurus dan staf pengurus

penajaga perpustakaan ditambah dengan security. Tenaga pengurus serta staf yang

tersebut diatas berasal dari berbagai lulusan dan bermacam-macam jenjang dan

latar belakang pendidikannya.2

3. Keadaan Peserta

Sebagaimana keadaan para peserta yang mengikuti Training Center dan

yang akan mewakili Kafilah Aceh di Tingkat Nasional berdasarkan cabangnya

masing-masing dan jumlah peserta yang ada. Untuk mengetahui jumlah peserta

yang ada pada tiap-tiap cabang dapat dilihat pada tabel berikut ini.3

Tabel 4.3 keadaan peserta MTQ dan cabang yang diperlombaan

NO. Cabang Jumlah Peserta Putra/Putri

1. Tartil 2

2. Tilawah 6

3. Qira’at 4

4. Tahfidz 5

5. Syarhil 6

6. Fahmil 3

7. Khat 3

8. MMQ 1

JUMLAH 30

Sumber : buku pedoman MTQ dan Perhakiman pada MTQ XXXIV tahun 2019

2
Wawancara dengan Kasi Pembinaan dan Pelatihan LPTQ Aceh Ust. T. Mardhatillah,
tanggal 5 maret 2021
3
Pedoman MTQ dan Perhakiman pada MTQ XXXIV Tahun 2019 di Sigli, Kabupaten
Pidie hlm. 9-10
47

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah peserta dan jumlah cabang yang

diperlombakan pada MTQ Nasional dengan tiap-tiap cabang diisi oleh peserta

yang kompeten dibidangnya masing-masing

4. Landasan Hukum LPTQ Aceh dan Keputusan Gubernur Aceh Nomor

451.14/658/2018

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Aceh Tahun 2018 yang

menetapkan landasan hukum serta undang-undang tentang pembentukan Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh ialah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah

Otonom Provinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi

Sumatera Utara.

b. Undang-Undang 44 Tahun 1999 Tentang Penyelengaraan

Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

c. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

d. Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir Undang–Undang

dengan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Peraturan Meneteri Dalam Negeri Nomor

21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam


48

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaaan

Keuangan Daerah.

f. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Meneteri Agama

Nomor 128 Tahun 1982 dan Nomor 44 Tahun1982 tentang Usaha

Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an bagi Umat Islam

Dalam Rangka Kehidupan Sehari-hari Keputusan Menteri Agama

Nomor 240 Tahun 1982 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.

g. Keputusan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor

128 A Tahun 1988 dan Nomor 44 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an. 4

5. Adapun Susunan Pengurus LPTQ Aceh:

Berdasarkan Surat keputusan (SK) Gubernur Aceh Tahun 2018, Susunan

Kepengurusan LPTQ Aceh adalah Sebagai Berikut:

Tabel 4.4 Struktur Pengurus LPTQ Aceh Periode 2018-2022

KEDUDUKAN DALAM
NO DEWAN PENGURUS
PENGURUS

1 Wakil Gubernur Aceh Ketua Umum

2 Sekda Aceh Ketua I

3 Kadis Syari’at Islam Aceh Ketua II

4 Bidang Penerangan dan Zawa Kanwil Sekretaris

5 Kasubbag, Keuangan Dinas Syari’at Bendahara

4
Surat Keputusan (SK) Gubernur Aceh, Tentang Pengukuhan Susunan Pengurus
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh, Periode 2018-2022.
49

Islam

BIDANG PEMBINAAN

1 Abdul Razak, S.Ag. MA Ketua

2 Drs. H. Ridwan Johan Wakil ketua

3 H. Ziauddin Ahmad, S.Ag Anggota

4 Dr. H. A. Gani Isa, SH, MA Anggota

5 Drs. H. Sualip Khamsin Anggota

6 Dr. H. Muhammad Zaini, M.Ag Anggota

Drs. H.Shalahuddin M. Jauhari,


7 Anggota
M.Si

8 H. Sulaiman M. Hasan, Lc, MA Anggota

BIDANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN

1 H. Hamli Yunus, S.Ag Ketua

2 Zamni Yunus, M.Ag Wakil ketua

3 Dr. H. Fauzi Saleh, MA Anggota

4 Dr. H. Ramli M. Yusuf, MA Anggota

5 Dr. H. Armiadi, MA Anggota

6 Drs. H. Mukhzi Abdullah Anggota

7 M. Raihan, S.Ag, SH.,MH Anggota

8 Tgk. H. Abdullah Manaf Daud Anggota


50

BIDANG PERHAKIMAN

1 Dr. Ir. H. Agussabti Abbas, M.Si Ketua

2 Drs. Tgk. H. Jailani Mahmud Wakil ketua

3 Drs. H. M. Amin Husaini, M.Ag Anggota

4 Drs. Tgk. H. Ridwan Johan Anggota

5 H. Abrar Zym, S.Ag Anggota

6 Muzakkir Zulkifli, S.Ag Anggota

7 Drs. Usman Musa Anggota

8 Dr. Jabbar Sabil, MA Anggota

(Sumber: Data LPTQ Aceh Berdasarkan Sk Gubernur Tahun 2018)

6. Logo LPTQ Keterangan dari Logo LPTQ :

Gambar 4.5 Logo LPTQ Aceh

Keterangan :

a. Lambang Padi dan kapas menunjukkan kemakmuran dan kebersamaan.


51

b. Lambang Padi dan kapas bertalian itu melambangkan kebersamaan.

c. Lambang Al-Qur’an itu merupakan simbol bahwa Pedoman hidup

terletak pada Al-Qur’an dan kita diharuskan untuk selalu membaca,

mengetahui, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

d. Terdapat tiang yang kokoh yang di atasnya ada bintang dan kobaran api

yang artinya Semangat bersama untuk berjuang mensyiarkan islam lewat

al-Qur’an.

e. Tulisan LPTQ berarti LPTQ yang mengelola, mengatur, serta menjadi

penanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan

Kegiatan Mengamalkan Al-Qur’an.

f. Warna Hijau dan kuning melambangkan kemakmuran dan kesatuan.

g. Tulisan arab Tilawatil Qur’an menerangkan bahwa LPTQ merupakan

Lembaga yang bergerak dibidang keagamaan khususnya Mengkaji Al

Qur’an.

7. Visi dan Misi LPTQ Aceh

Visi LPTQ adalah terwujudnya penghayatan dan pengamalan Al Qur’an

dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera di

dunia dan selamat di akhirat. Misi LPTQ adalah melaksanakan pendalaman,

penghayatan dan pengamalan Al Qur’an yang betul-betul mantap di kalangan

masyarakat, sehingga nilai-nilai Al Qur’an benar-benar menjadi etos

pembangunan.5

Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh tahun 2018


5
52

8. Sarana dan Prasarana

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an merupakan wadah dan

pelatihan yang di adakan merupakan faktor yang sangat menentukan, karena

denga adanya sarana dan prarana berlatih yang memadai maka hasil yang akan

dicapai juga tentu akan lebih baik daripada kekurangan atau tanpa prasarana sama

sekali. Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu, ruangan belajar yang baik,

fasilitas latihan yang lengkap, serta media yang digunakan untuk proses latihan

dan lain sebagainya.

Secara fisik, perkembangan bangunan di kantor LPTQ/ UPTQ PPQ sudah

tersedia dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti ruangan yang

digukaan untuk latihan para peserta dan aula yang di manfaatkan untuk tempat

pelatihan dan bimdingan dari pelatih pelatih Nasional. Untuk lebih jelasnya

penulis akan menjelaskan keadaan bangunan di LPTQ tersebut.

Tabel 4.6: Keadaan Bangunan LPTQ Aceh

NO Ruang/Fasilitas Jumlah Keterangan

1 Ruang Kepala LPTQ 1 Permanen

2 Ruang Para Staf 2 Permanen

3 Ruang Kasi 3 Permanen

4 Ruang Belajar 3 Permanen

5 Ruang Aula 1 Permanen

6 Perpustakaan 1 Permanen

7 Kamar mandi/WC 3 Permanen

Jumlah 14

Sumber : Data Bagian Harian dan Arsip LPTQ/UPTD PPQ Tahun 2018-2022.
53

Dari hasil wawancara dan table 4.6 di atas jelas bahwa sebahagian besar

sarana dan prasarana yang tersedi atelah mendukung dan memperlancar proses

pembinaan dan pelatihan namun masih kurang memadai. Namun demikian untuk

lebih meningkatkan keberhasilan proses belajar dan maa pembinaan khususnya

dalam biidang pembinaan dan pembentukan kepribadian peserta masih banyak

yang harus terus ditingkatkan dengan tujuan agar mutu akhlak dengan Al Qur’an

bisa sejalan sehingga dapat menciptakan generasi yang Qur’ani.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh sampai saat ini

belum bisa berkembang secara baik khususnya dalam segi prestasi di kancah

Nasional. Hal itu bisa dilihat dari daftar prestasi para Qari dan Qari’ah yang setiap

tahun kian merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqah Tilawatil

Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang

diadakan tiap dua tahun sekali ditiap Provinsi yang berbeda.

Hal ini sungguh sangat memprihatinkan bagi LPTQ Aceh yang merupakan

salah satu Provinsi yang berpotensi untuk menjadi juara dan mempunyai peluang

untuk berprestasi berdasarkan beberapa faktor, diantaranya:

a. Jumlah penduduk yang cukup besar. Dan Aceh penduduknya 98%

ialah pemeluk agama islam.

b. Banyaknya Pondok Pesantren Al Qur’an yang tersebar di Aceh.

c. Banyaknya para santri yang belajar diluar Aceh / Luar Negeri yang

diharapkan dapat memperkuat Aceh dalam peningkatan prestasi.

d. Tidak sedikitnya tokoh-tokoh di bidang Tilawatil Qur’an yang menjadi

pembina/ pelatih dan anggota Dewan Hakim Tingkat Nasional.


54

e. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda Provinsi) yang cukup besar.

Data menunjukkan bahwa daftar prestasi para Qari-Qari’ah dari Provinsi

Aceh dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional dari tahun 2014-2019

adalah sebagai berikut:

1) MTQ Tingkat Nasional tahun 2014 di Batam Kepulauan Riau,

Kafilah Aceh tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara.

2) STQ Tingkat Nasional tahun 2015 di Provinsi DKI Jakarta,

Harapan III Golongan Tilawah Dewasa Putri, yang diraih oleh

Ustadzah. Nurul Hayati.

3) MTQ Tingkat Nasional tahun 2016 di Mataram, Nusa Tenggara

Barat, Kafilah Aceh Harapan III Golongan Tilawah Remaja Putri

yang diraih oleh Ustadzah. Yasarah.

4) STQ Tingkat Nasional tahun 2017 di Tarakan, Kalimantan Utara,

Kafilah Aceh tidak ada Qari-Qari’ah yang menjadi juara.

5) MTQ Tingkat Nasional tahun 2018 di Medan, Sumatera Utara,

Kafilah Aceh, Harapan I Golongan Tilawah Anak-Anak Putra, yang

diraih oleh Ammar Fatani.

6) STQ Tingkat Nasional tahun 2019 di Pontianak, Kalimantan Barat,

Harapan III Golongan Tilawah Anak-Anak Putri yang diraih oleh

Ratu Balqis Zatuddin.6

Dari data diatas prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Aceh mengalami

Penurunan. Padahal kegiatan Pelatihan dan pembinaan telah dilakukan dengan

6
Data Prestasi Aceh di ajang MTQ/STQ Tingkat Nasional Tahun 2012-2019
55

maksimal untuk mencetak peserta yang berkualitas dan potensial dalam

menghadapi MTQ. Namun kenyataan membuktikan bahwa hasil peringkat LPTQ

Aceh pada MTQ Nasional sangat memprihatinkan dari tahun ketahun.

Adapun standar kemampuan bagi Qari dan Qari’ah ialah mampu tampil

terbaik di MTQ/STQ Tingkat Nasional dan kualitas kemampuan peserta

khususnya Qari Qari’ah bisa lebih baik dibandingkan Kafilah lain dan mampu

membawa Kafilah Aceh minimal menuju juara lima besar dan mencapai target

sesuai dengan perencanaan semasa mengikuti Pelatihan. Oleh karena belum

tercapainya targaet Kafilah Aceh tersebut maka LPTQ Aceh harus lebih keras dan

maksimal dalam melkasanakan kegiatan-kegiatan pelatihan dan sebagainya guna

persiapan Kafilah Aceh matangdan mampu mengejar target sehingga hal itu

bukan lagi sebuah kekurangan atau kelemahan serta sebuah masalah yang ada

pada Kafilah Aceh khususnya bagi Qari dan Qari’ah. 7

Setelah penulis mengamati secara seksama, ternyata kegagalan atau

kendala yang dialami oleh Qari dan Qari’ah di MTQ dan STQ Nasional adalah

pada faktor penguasaan materi Tilawatil Qur’an itu sendiri. Baik dalam bidang

Tajwid yang mereka kuasai masih banyak kekurangan. Ada beberapa peserta yang

masih sering terjadi kesalahan jali dan itu akan berakibat fatal. Selain itu ada juga

yang belum memahami masalah Fashohah dan adab dalam membaca Qur’an.

Fashahah yang masih sering terjadi kesalahan adalah dalam hal Waqaf dan ibtida’.

Dan juga terdapat peserta yang Fashahahnya masih kurang tepat dan masih sering

terjadi ketidak sempurnaan. Selain penguasaan Tajwid dan Fasahah, penguasaan

7
Hasil wawancara dengan Ust. T. Mardhatillah Kasi bimbingan dan Pelatihan 14 juni
2021
56

lagu dan irama yang semakin tahun semakin mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Lagu-lagu Tilawah setiap tahun mengalami perubahan dan setiap

peserta di tuntut untuk mengikuti perkembangannya. Dari sudut pandang lagu dan

irama, dalam hal ini, para peserta Kafilah Aceh tidak kalah dengan peserta lain

namun yang menjadi kekurangan adalah masalah improvisasi irama dan

kesempurnaan serta keutuhan lagu yang belum maksimal dibandingkan dengan

peserta dari Kafilah lain.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Paparan hasil penelitian tentang peran LPTQ Aceh dalam meningkatkan

prestasi Qari’ dan Qari’ah adalah sebagai berikut :

1. Peran LPTQ Aceh Dalam Meningkatkan Prestasi Qari’ dan Qariah

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, beserta teori peneliti

menemukan beberapa informasi, dokumentasi dan data hal yang berkaitan

dengan LPTQ Aceh serta peran lembaga tersebut dalam mendidik dan membina

peserta MTQ khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah. pada penelitian ini penulis

menggunakan Teori Organisasi dalam membantu penyelesaian penelitian ini

karean teori Organisasi sangat cocok dan berkaitan dengan keadaan LPTQ dan

sesuai dengan kebutuhan yang peneliti cari dalam mencari hasil data dan hasil

penelitian. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an memiliki peran penting

diataranya ialah meningkatkan kualitas mutu baca, tulis dan tafsir Al Qur’an yang

bertujuan untuk mendorong, meningkatkan semangat umat Islam untuk membaca,

mendalami, menghayati dan mengamalkan isi dan kandungan Al Qur’an tersebut.

Peran lain ialah sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga keagamaan guna untuk
57

mengembangan pusat pendidikan baik dari tingkat Kecamatan sampai Provinsi.

Kemudian juga sebagai pusat peningkatan serta pengembangan prestasi Qari dan

Qari’ah khusunya. LPTQ telah tumbuh dari daerah sampai tingkat pusat dan telah

memiliki jalinan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta

termasuk dengan lembaga perguruan / pendidikan mulai tingkat dasar sampai

tingkat perguruan tinggi.

a. Meningkatkan kualitas mutu baca, tulis dan tafsir Al Qur’an

Meningkatkan kualitas mutu baca, tulis dan tafsir Al Qur’an berarti ialah

usaha atau upaya yang dilakukan dalam proses belajar membaca, menulis dan

memahami Al Qur’an. Ataupun pembinaan terhadap kemampuan baca, tulis serta

tafsir Al Qur’an yang dilakukan dengan berbagai upaya atau kegiatan. Adapun

peran LPTQ diantaranya ialah untuk meningkatkan kualitas mutu, baca dan juga

tafsir atau pemahaman tentang Al Qur’an. Dalam meningkatkan hal tersebut maka

haruslah dilakukan upaya atau usaha baik berupa bimbingan atau latihan secara

rutin dan teratur. Dalam bimbingan tersebut tentu tidaklah cukup hanya dengan

teori saja akan tetapi harus adanya proses mencoba di depan umum.

Hasil Wawancara dengan Ust. T. Mardhatillah, selaku Kasi Pembinaan

dan Pelatihan beliau mengatakan :

Saya telah bertugas dan menjabat sebagai Kasi Pembinaan dan pelatihan di
LPTQ/UPTD PP Aceh tercatat sejak tahun 2018 berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Aceh tentang penyusunan pengurus Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh sampai sekarang. Latar pendidikan
saya S1 di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry jurusan Hukum dan juga
S2 saya di jurusan yang sama. Kemudian seiring berjalannya proses saya
di tempatkan di LPTQ Aceh yaitu di kantor UPTD PPQ pada bidang
Pembinaan dan pelatihan. Hal tersebut juga dikarenakan saya pernah
58

menjuarai MTQ Nasional dan sedikit banyaknya sudah memahami bidang


pelatihan dan lainnya.8

Selanjutnya, Bidang-bidang atau penanggung jawab dalam pelaksanaan

program kerja di UPTD PPQ terdiri dari beberapa Bidang berdasarkan hasil

wawancara dengan Ust. T. Mardhatillah, beliau mengatakan:

Berdasarkan surat Keputusan Gubernur periode 2018-2022 sebagaimana


bidang-bidang yang bertanggung jawab yang terdiri dari Dewan Pembina,
Dewan Pengurus, Pengurus Harian, Bidang Pembinaan, Bidang
Pendidikan dan Latihan, Bidang Perhakiman, Bidang Publikasi dan
Dokumentasi, Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bidang Usaha dan
Dana dan Bidang Pendidikan dan Kader.dan disetipa masing-masing
bidang dipimpin oleh ketua dan wakil ketua serta beberapa anggota
Bidang. Sebagaimana nama-nama pengurus sebagaimana yang tercantum
di Struktur pengurus pada Surat Keputusan Gubernur tersebut. 9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Salah satu Pelatih Ust. Hamli

Yunus, interaksi yang dilakukan Pelatih kepada peserta khususnya Qari’ dan

Qari’ah baik secara langsung maupun tidak langsung, beliau mengatakan:

Adapun interaksi antara Pelatih dengan peserta atau sebaliknya terlihat


sangat baik, dimana Peserta dan Pelatih lebih sering berinteraksi secara
langsung dengan diadakan pelatihan atau (Training Center) ataupun
peserta yang secara mandiri dating dan bersilaturahmi di kediaman para
guru-guru dan pelatih sekaligus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
latihan dan belajar. Hal tersebut bisa dilakukan Karena para pelatih yang
sudah kompeten dibidangnya. Dan tiap tiap pelatih tentulah memiliki skill
atau kemampuan serta kualitas bimbingan yang berbeda-beda. Tetapi yang
menjadi sedikit kendala bagi peserta ialah yang mana peserta dituntut
untuk mampu sesuai dengan keinginan pelatih tersebut sebagaimana hal
tersebut dirasakan oleh beberapa peserta yang mana peserta kembali harus
lebih ekstra dalam memhami dan belajar dan kemudian baru melakukan

8
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
9
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
59

prakteknya. Dan juga terkadang ada bebrapa yang sulit untuk dipahami
dan diikuti oleh peserta tersebut.10

Sedangkan hasil wawancara dengan Pelatih cabang Tilawatil Qur’an bagi

Qari dan Qari’ah Drs. Jailani Mahmud beliau mengatakan:

Interaksi dengan peserta yaitu para Qari dan Qari’ah lebih sering secara
langsung yaitu dengan belajar dengan langsung dengan metode talaqqi.
Dengan metode para Qari’ dan Qari’ah bisa lebih mudag memahami dan
bisa langsung bertanya mengenai hal yang belum dipahami khusunya bagi
cabang Qira’at Sab’ah Mujawwad atau Murattal. Dan dengan belajr secara
langsung ini juga dapat membantu memudahkan proses latihan dan peran
pelatih dalam memberikan materi dan lainnya. 11

Selanjutnya interaksi atau hubungan antara pengurus LPTQ dengan para

pelatih khususnya pada cabang Tilawatil Qur’an. Wawancara dengan Ust. T.

Mardhatillah, Selaku Kasi Pembinaan dan Pelatihan beliau mengatakan:

Adapun interaksi atau komunikasi pihak LPTQ dengan para pelatih


khusunya cabang Tilawatil Qur’an tentu sangat baik, seperti pihak LPTQ
memberitahu para pelatih dari masing-masing cabang untuk kesedian
melatih atau mengajar di waktu dan scedul yang sudah di tentukan oleh
pihak LPTQ. mengenai pengadaan MTQ, Seleksi dan Training Center dan
kegiatan yang berkaitan denagn pembinaan dan pelatihan baik bagi umat
khususnya bagi peserta yang akan mengikuti MTQ/STQ. 12

Untuk mendukung program LPTQ tentulah dilakukan upaya serta usaha

yang mana kegiatan tersebut merupakan Peran LPTQ yang harus terlaksana.

Wawancara dengan Bapak Muzakkir, Kepala LPTQ/UPTD PPQ Aceh beliau

mengatakan:

10
Hasil wawancara dengan Ust. Hamli Yunus, Pelatih Kafilah Aceh pada tanggal 28
Maret 2021.
11
Hasil wawancara dengan Ust. Drs. Jailani Mahmud Pelatih Kafilah Aceh pada tanggal
21 Maret 2021.
12
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
60

Adapun upaya terhadap peran LPTQ yang bertujuan untuk Meningkatkan


kualitas mutu baca, tulis dan tafsir Al Qur’an, juga sebagai fasilitator bagi
lembaga-lembaga keagamaan dan pusat pengkajian Al Qur’a dan juga
sebagai pusat untuk meningkatkan prestasi peserta MTQ khusunya cabang
Tilawatil Qur’an yaitu bagi Qari’ dan Qari’ah. meningkatkan pemahaman
umat dan juga prestasi Qari’ dan Qari’ah khsusunya ialah dengan
diadakannya pelatihan dan pembinaan yang bersifat sebagai peningkatan
prestasi Qari’ dan Qari’ah yang dengan kegiatan pelatihan tersebut
mampu memberikan semangat serta bekal persiapan peserta yang akan
mengikuti MTQ/STQ Nasional. Dan dengan harapan diadakannya
pembinaan bertujuan dapat meraih prestasi dan hasil terbaik di tingkat
Nasional dan selanjutnya dan membawa nama Kafilah Aceh bangkit dalam
bidang MTQ/STQ dan lainnya.13

Wawancara dengan Kasi Pembinaan dan Pelatihan Ust. T. Mardhatillah,

bagaimana peran LPTQ terhadap peningkatan kalitas mutu baca, tulis dan tafsir

Al Qur’an beliau mengatakan:

Peran LPTQ sebagai pusat peningkatan kualitas mutu baca,tulis dan


pemahaman Al Qur’an beliau mengatakan: LPTQ adalah sebuah lembaga
yang bertugas dibawah Dinas Syariat Islam Aceh yang mana berperan
sebagai pusat peningkatan kualitas mutu baca, tulis dan tafsir Al Qur’an
yang mana di LPTQ akan dibina dan dibimbing mengenai mutu baca yaitu
dengan belajar Tilawatil Qur’an dan Ilmu Qira’at yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman serta wawasan umat terhadap Al Qur’an dan
khususnya bagi para peserta MTQ yang akan mewakili Kafilah Aceh di
tingkat Nasional yang dilatih dan dibimbing langsung oleh pelatih daerah
dan juga mendatangkan para pelatih pusat yang sudah pernah juara di
tingkat Internasional dan juga kompeten dalam bidang tersebut. 14

Penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu Ketua Dewan

Pelatih Tilawah dan Qira’at Aceh Drs. Jailani Mahmud beliau mengatakan :

Disamping LPTQ sebagai penanggung jawab atau wadah bagi


perkembangan pemahaman umat atau peserta terhadap Al Qur’an yang

13
Hasil wawancara dengan Bapak Muzakkir, Kepala LPTQ/UPTD PPQ Aceh pada tanggal
15 Maret 2021
14
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 15 Maret 2021.
61

mana juga tidak telepas dari kualitas para pelatih yang sudah ditunjuk
dibidangnya masing-masing bagaimana berupaya agar mampu membina
dan melatih semaksimal mungkin agar kesiapan serta kemampuan yang
diliki peserta juga matang baik dari segi mental aau ilmu. Dan dalam ini
juga perlu diadakan penataran atau pelatihan bagi dewan hakim yang ada
di Aceh guna mengkaderisasi sekaligus mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh pelatih Daerah agar lebih kompeten dan professional
dalam mendidik. Dengan cara mengundang pelatih Pusat yang sudah
pernah menjadi dewan hakim Internasional seperti Ust. Prof. Said Agil
munawar dan guru-guru lainnya. Dengan demikian para peserta dan
pelatih akan lebih maksimal dan semangat dalam proses latihan. 15

Yang mana LPTQ Aceh juga sebagai wadah atau pusat dimana

pembentukan karakter serta pengembangan kemampuan agar lebih baik dalam

menunjang prestasi khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah yang akan mewakili

Kafilah Aceh menuju MTQ/STQ Nasional wawancara dengan bapak Muzakkir,

dalam hal ini beliau menyampaikan:

LPTQ/UPTQ PPQ juga memiliki peran sebagai pusat pengkajian atau


wadah dalam hal peningkatan serta kemampuan kualitas mutu baca, tulis
serta pemahan terhadap Al Qur’an bagi umat. Dalam hal ini tidak hanya
pengetahuan dan wawasan yang diberikan akan tetapi juga adanya
pelayanan serta fasilitas yang diberikan kepada umat atau peserta guna
mmemudahkan proses belajar dan latihan. LPTQ juga memberikan apa
saja yang dibutuhkan bagi peserta selama karantina atau proses seleksi
yang mana bertujuan untuk memenuhi kekurangan yang terjadi dalam
proses pembinaan dan lain sebagainya. Dalam hal ini dana juga termasuk
salah satu penyedia fasilitas tersebut. Dan beliau juga menyampaikan
bahwasanya dana yang didapat ialah dari pemerintah atau dari Dinas
Syariat Islam yang di alokasikan khusus untuk pengadaan seperti seleksi
atau Training Center ( TC ) bagi peserta yang akan mengikuti MTQ di
tingkat Nasional.16

15
Hasil wawancara dengan Drs. Jailani Mahmud Ketua Dewan Pelatih Tilawah dan
Qira’at Aceh pada tanggal 21 Maret 2021
16
Hasil wawancara dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 15
Maret 2021.
62

Penulis juga mengamati bagaimana peran LPTQ terhadap pengembangan

bagi prestasi peserta khususnya Qari’ dan Qari’ah. Hasil wawancara dengan Ust.

T. Mardhatillah, beliau mengatakan:

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh sampai saat ini


belum bisa berkembang secara baik khususnya dalam segi prestasi di
kancah Nasional. Hal itu bisa dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan
Qori’ah yang setiap tahun kian merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi
dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an
(STQ) tingkat Nasional yang diadakan tiap tahun. Ditambah lagi dengan
prestasi Kafilah Aceh akhir-akhir ini ditingkat Nasional menduduki
Rangking terbelakang yang biasa mampu bertahan menjadi sepuluh besar
yang tahun ini prestasi dari berbagai cabang khususnya tilawah sangat
menurun drastis.17

Kemudian bagaimana strategi atau upaya agar peserta khususnya Qari’

Qari’ah bisa kembali percaya diri dan semangat. Hal ini disampai oleh Ust. T.

Mardhatillah, beliau selaku bidang Pembinaan dan Pelatihan. Beliau

menyampaikan bahwasanya :

Strategi untuk membuat Qari’ dan Qari’ah agar lebih semangat dan dari
segi prestasi juga baik ialah melakukan pembinaan dengan baik serta
mencari bibir-bibit Qari dan Qri’ah yang sudah pernah juara baik di
tingkat Kabupaten atau Provinsi kemudian LPTQ juga mengadaan yang
namanaya seleksi guna mencari peserta terbaik. Yang mana pesert aynag
telah terpilih akan mewakili Kafilah Aceh dalam MTQ/STQ Nasional.
Kemudian juga dalam belajar dan latihan juga tidak hanya dibina oleh
pelatiha daerah LPTQ juga berupaya untuk mendatangkan pelatih-pelatih
pusat yanag mana sudah kompeten dalam bidang tersebtu dan jga sduah
menjuarai MTQ ditingkat Internasional. Yang didatangkan langsung dari
Jakarta. yang mana disamping memberikan ilmu dan pengetahuan juga
memberikan cerita pengalaman para Juara Juara MTQ tersebut guna

17
Hasil wawancara dengan Ust. T. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 15 Maret 2021
63

menambah semangat peserta yang sedang mengikuti seleksi atau


pelatihan.18

Hasil wawacara penulis dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh

beliau mengatakan :

Untuk meningkatakan kualitas baca, tulis Al Qur’an baik bagi


masyarakat khususnya bagi Qari Qari’ah Aceh ialah dengan melakukan
pembenahan serta perbaiakn terhadap kekurangan yang ada. hal ini juga
termasuk harapan masyarakat khususnya para peserta yang pernah
mengikuti pelatihan dan pembinaan di LPTQ. Adapun pemahaman dan
dinamika masyarakat saat ini sudah berkembang pesat sejalan dengan
tuntutan semangatnya reformasi, maka pihak LPTQ harus merespon
perkembangan tersebut dengan mengembangkan paradigma baru, yaitu
LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman dan penghayatan
Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional. Oleh karena itu LPTQ
perlu melakukan reorganisasi dan reposisi terhadap perannya di
masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masa depan ada beberapa
yang harus di sesuaikan diantaranya ialah:
a. Pemberdayaan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya
pembinaan baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan
kandungan Al Qur’an.
b. Perlu penyusunan program yang mantap, pelaksanaan yang tepat dan
pengawasan yang ketat dengan melakukan evaluasi dan monitoring
setiap tahapan pelaksanaan kegiatan LPTQ.
c. Semakin berkembangnya pelaksanaan MTQ yang dilakukan oleh
berbagai kalangan maka perlu dilakukan pembinaan dan arahan dari
LPTQ untuk memaksimalkan proses pelatihan dan juga
mengembangkan struktur kelembagaan yang ada guna
mengakomodasikan aspirasi masyarakat agar terciptanya lembaga yang
efektif dalam bertugas.19

18
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 15 Maret 2021.
19
Hasil wawancara dengan bapak Hamdani, S. Ag, MH kepala UPTQ PPQ Aceh, pada
tanggal 16 Maret 2021.
64

Adapun peran LPTQ dalam meningkatkan kualitas peserta khususnya

Qari’ dan Qari’ah, hal ini juga disampaikan oleh Ust. T. Mardhatillah, beliau

mengatakan :

Disamping peran LPTQ sebagai pusat peningkatan prestasi bagi Qari dan
Qari’ah juga memiliki peran mencari bibit- bibit terbaik khususnya cabang
Tilawatil Qur’an diantaranya dengan menyelenggarakan MTQ Provinsi
seiap dua tahun sekali yang tujuannya ialah : Pertama, Menyempurnakan
organisasi dan kualitas pengorganisasian dan penyelenggaraan MTQ
Provinsi meliputi perencanaan, pelaksanaan dalam pengendalian dan
khususnya kualitas perhakiman. Kedua, Menginventarisir dan
mendayagunakan aset MTQ untuk menunjang program-program LPTQ.
Ketiga, Menyusun dan menyempurnakan buku pedoman Musabaqah al
Qur’an dan perhakiman. Keempat, Melakukan pembinaan dan
pendayagunaan sumber daya insani pasca MTQ. Kelima, mengadakan
seleksi peserta, Kemudian juga melakukan pembinaan Tilawatil Qur’an
yang dilakukan dan juga upaya persiapan unutk menuju MTQ/STQ
Nasional.20

Berdasarkan penyampain dari beberapa hasil wawancara diatas dapat

penulis jelaskan bagaimana peran dan keperdulian LPTQ terhadap umat dn para

generasi yang berprestasi dengan melakukan berbagai upaya dan usaha agara

potensi para generasi khususnya para peserta yang akan mengikuti MTQ dapat

lebih baik dan dpat dikembangkan dengan mengikuti berbagai kegiatan mulai dari

pastisipasi generasi yaitu peserta terhadap Musabaqah Tilawatil Qur’an kemudian

mengikuti seleksi dan sampai pada tahap Training Center (TC) yang fasilitasi oleh

pemerintah Aceh atau Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.

b. LPTQ Aceh Sebagai Fasilitator bagi Lembaga-Lembaga Keagamaan

dan Pusat Pengkajian Al Qur’an

20
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 19 Maret 2021.
65

Kemudian peran LPTQ ialah sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga

keagamaan dalam upaya meningkatkan kemampuan baca tulis, memahami makna,

isi, kandungan dan pengamalan Al Qur’an. Dalam hal ini penulis melakukan

wawancara dengan ketua LPTQ/UPTD PPQ Aceh bapak Muzakkir, dalam hal ini

beliau menyampaikan:

LPTQ/UPTQ PPQ juga memiliki peran sebagai pusat pengkajian atau


fasilitator bagi lembaga lembaga keagamaan baik dalam hal peningkatan
serta kemampuan kualitas mutu baca, tulis serta pemahan terhadap Al
Qur’an bagi umat. Dalam hal ini tidak hanya pengetahuan dan wawasan
yang diberikan akan tetapi juga adanya pelayanan serta fasilitas yang
diberikan kepada umat atau peserta guna mmemudahkan proses belajar
dan latihan. LPTQ juga memberikan apa saja yang dibutuhkan bagi
peserta selama karantina atau proses seleksi yang mana bertujuan untuk
memenuhi kekurangan yang terjadi dalam proses pembinaan dan lain
sebagainya. Dalam hal ini dana juga termasuk salah satu penyedia fasilitas
tersebut. Dan beliau juga menyampaikan bahwasanya dana yang didapat
ialah dari pemerintah atau dari Dinas Syariat Islam yang di alokasikan
khusus untuk pengadaan seperti seleksi atau Training Center ( TC ) bagi
peserta yang akan mengikuti MTQ di tingkat Nasional. 21

Sebagimana LPTQ Aceh yang menjadi pusat pelatihan dan pembinaan

tentulah dibutuhkan berbagai macam kebutuhan serta fasilitas yang memadai guna

menunjang semangat dan proses latihan dari peserta tersebu. Dalam hal ini penulis

melakukan wawancara dengan Bagian Bimbingan dan Pelatihan yaitu Ust. T.

Mardhatillah, beliau mengatakan :

Dalam proses pembinaan dan latihan yang baik dan nyaman tentulah
dibutuhkan tempat serta fasilitas yang baik pula. Dalam hal ini LPTQ
sudah sangat baik dan professional dalam memberikan pelayanan serta
fasilitas yang kaan digunakan baik para peserta ataupun para pelatih untuk
proses atihan dan belajar. Kami dari Pengurus serta yang bertanggunga

21
Hasil wawancara dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 15
Maret 2021.
66

jawab terhadap proses pelatihan dan pembinaan para peserta ini juga
memberikan berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta dan juga
para pelatih. Yang diberikan baik konsumsi selama proses pelatihan dan
juga tempat tinggsl jugs diberiksn uang saku dan transfortasi dan juga
kebutuhan lainnya.22

Kemudian juga hal yang berkaitan dengan fasilitas dan kebutuhan juga

disampaikan oleh wawancara dengan ketua LPTQ/UPTD PPQ Aceh bapak

Muzakkir, dalam hal ini beliau menyampaikan:

Pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada para peserta yang mengikuti
pelatihan dan juga Training Center sudah sangat baik yang mana bertujuan
untuk menambah semangat para peserta dalam belajar dan juga
peningkatan mental dan pengetahuan yang didapatkan dari pelatih baik
pelatih daerah maupun pelatih Nasional. Dan juga dikatan sebagai
fasilitator ialah sebagai pusat pengembangan bagi lembaga-lembaga
keagamaan dan pusat-pusat pengajian yang senantiasa mengembangkan
pengetahuan tentang Al Qur’an dan lainnya.23

Untuk mendukung berjalannya proses latihan yang baik dan pengadaan

fasilitas yang baik tentu dibutuhkan kerjasama dengan Lembaga-lembaga yang

berkaitan dengan pengembangan Al Qur’an. Wawancara dengan Ust. T.

Mardhatillah, beliau mengatakan:

Hubungan antara beberapa lembaga keagamaan dengan LPTQ sangatlah


baik yang mana para Qari dan Qari’ah yang sudah berprestasi di tingkat
Kabupaten dan Provinsi akan dibina kembali di Asrama Karantina LPTQ
yang hal tersebut di awali dengan diadakannya seleksi yang tujuannya
mencari peserta terbaik yang akan mewakili Aceh untuk mengikuti
MTQ/STQ Nasional. Dan karantina Training Center biasanya di
laksanakan beberapa nulan menejlang keberangkatan menuju MTQ/STQ
Nasional tersebut yang mana peserta di berikan fasilitas dan berbagai
kebutuhan selama proses pelatihan dan juga ilmu serta pengalaman yang

22
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
23
Hasil wawancara dengan Bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 26
Maret 2021.
67

menjadikan semangat peserta khsususny cabang Tilawatil Qur’an bisa


lebih percaya diri ketika tampil dan matang dalam persiapan elama proses
latihan.24

Wawancara dengan Ust. Abdullah pengurus UPTD PPQ beliau

mengatakan:

Sampai saat ini perkembangan tentang Tilawah Al Qur’an di Aceh masih


sangat baik hal tersebut dikarenakan di Aceh sudah mulai banyak balai-
balai pengajian dan lembaga-lembaga keagamaan yang didalamnya
dikembangakan pula ilmu Al Qur’an dan juga banyak santri-santri yang
sudah berkembang baik dari segi pemahaman maupun kualitas bacaannya.
hal tersebut tentu tak terlepas dari hubungan kepada LPTQ yang juga
menjadi pusat pengembangan Ilmu Al Qur’an. Hal ini juga tidak trelpeas
dari perhatian pemerintah Aceh yang juga mensupport program tersebut
guna mengembangkan pemahaman para generasi yang akan dating dan
juga menjadi tempat penyaluran bakat serta kemampuan generasi dalam
bidang Al Qur’an.25

Wawancara dengan ketua LPTQ/UPTD PPQ Aceh bapak Muzakkir,

dalam hal ini beliau menyampaikan:

Dengan adanya LPTQ yang salah satu perannya ialah sebagai Fasilitator
atau penyedia tempat atau wadah bagi Umat khususnya bagi peserta MTQ
yang mana para Qari dan Qari’ah khususnya sudah mendapatkan wadah
kemana mereka akan mengadukan bakat dan prestasi yang pernah dicapai
dan juga bagi yang ingin belajar dan memahami tentang ILmu Al Qur’an
seperti Ilmu Qira’at, tahfidz dan lainnya. Dan dengan diadakan
perlombaan yang mulai dari antar Kecamatan hingga tingkat Provinsi tentu
akan menambah semangat generasi untuk belajar dan latihan serta
menambah wawasan serta pengalaman dan juga prestasi bagi generasi.
Dan dengan prestasi tersebut bisa membumikan Al Qur’an dengan
mengukuti perlombaan yang dilaksanakan baik tingkat Nasional dan
Interasional.26

24
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTD
PPQ Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
25
Hasil wawancara dengan Ust. Abdullah Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ PPQ
Aceh, pada tanggal 26 Maret 2021.
26
Hasil wawancara dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 26
Maret 2021.
68

Dari beberapa penjelasan hasil wawancara diatas, bagaimana LPTQ tidak

sebagai pusat dan wadah utama bagi pengembangan ilmu Al Qur’an akan tetapi

LPTQ juga sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga lain seperti lembaga

keagamaan, pendidikan dan juga lembaga Masyarakat yang tujuannya untuk

mengembangan pemahaman terhadap ilmu Al Qur’an dan juga mencetak generasi

yang cinta terhadap membaca Al Qur’an dan mampu diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Adapun peran lain dari LPTQ ialah untuk meningkatkan prestasi Qari’ dan

Qari’ah khususnya di Aceh. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan

bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh. Dalam hal ini beliau menyampaikan:

Disamping menjadi fasilitator atau wadah bagi perkembangan umat dalam


belajar dan memahami Al Qur’an yang mana juga sebagai pendidik dan
Pembina peserta serta meningkatkan kualitas prestasi peserta yang akan
megikuti MTQ/STQ di tingkat Nasional. Dalam hal ini khususnya pada
cabang Tilawatil Qur’an yang mana para Qari’ dan Qari’ah di latih dan
dibina untuk lebih baik dan maksimal terhadap persiapan baik secara
keilmuan maupun mental. Dalam hal ini kami dari LPTQ/UPTD PPQ
berusaha untuk memberikan upaya yang maksimal terhadap peserta
khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah. Dalam program ini juga bekerjasama
dengan para pelatih atau Qari’ Qari’ah Internasional baik dari daerah
maupun luar daerah yang sengaja di panggil untuk membimbing dan
mengasah kemampuan para peserta khususnya pada cabang Tilawatil
Qur’an.27

Terkait dengan peningkatan prestasi bagi Qari dan Qari’ah penulis juga

melakukan wawancara dengan Ust. Mardhatillah, beliau menyampaikan:

Yang mana peran untuk meningkatkan prestasi serta kualitas para Qari’
dan Qari’ah khususnya dilakukan beberapa tahapan upaya serta program
diantaranya ialah menyelenggarakan MTQ mulai dari tingkat Kecamatan,
Kabupaten sampai tingkat Provinsi. Yang mana program ini dilaksanakan

27
Hasil wawancara dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 26
Maret 2021.
69

setahun seklai khususnya pada tingkat Provinsi dua tahun sekali di daerah
yang berbeda. kemudian mengadakan seleksi bagi Qari’ dan Qari’ah yang
telah juara ditingkat Provinsi yang mana seleksi tersebut bertujuan untuk
mencari peserta terbaik yang akan kembali di bina untuk mewakili Kafilah
Aceh di MTQ/STQ Nasional. Setelah mendapatkan peserta terbaik yang
lulus ditahapan seleksi kemudian peserta tersebut akan di bina kembali
yang akan mengikuti Training Center (TC) yang mana para peserta di
karantina di asrama atau penginapan yang sudah disediakan oleh panitia
dari pihak LPTQ.28

Dan dalam proses peningkatan prestasi bagi Qari’ dan Qari’ah Ust.

Mardhatillah, juga mengatakan:

Dalam proses kegiatan karantina para peserta diberikan kebutuhan serta


keperluan yang akan digunakan untuk belajar demikian pula dari segi
fasilitas yang didapatkan dan disediakan dengan baik. Dan juga pembinaan
ini dilakukan beberapa bulan sebelum keberangkatan dan tidak hanya di
asuh oleh pelatih daerah saja seperti Drs. Jailani Mahmud pelatih bidang
Qiraat dan tilawah kemudian ada Ust. Hamli Yunus pelatih sekaligus
penanggung jawab bidang Tilawatil Qur’an. Para pelatih daerah Aceh
juga bekerjasama dengan pelatih Nasional sehingga didatangkan pula
beberapa Pelatih dari pusat untuk memberikan ilmu serta pengalaman yang
sudah tentu mereka ahli dan kompeten dibidangnya turut hadir juga Ust.
Ahmad Muhajir Qari Internasional dan juga dewan hakim Internasional
kemudian ada Ustadzah Mawaddah Qari’ah Internasional pada Tahun 80
an yang berasal dari Jakarta. dan ada beberapa pelatih lain yang sengaja di
undang yang bertujuan untuk meningkatkan semangat dan mental peserta
untuk tampil lebih maksimal dan juga berbagai tips-tips menghadapi
MTQ/STQ.29

Hasil wawancara dengan Pelatih Daerah Aceh Ust. Jailani Mahmud beliau

mengatakan:

Dalam meningkatkan prestasi bagi Qari’ dan Qari’ah selain dari upaya dan
usaha yang di berikan oleh panitia juga harus ada usaha serta upaya dari
peserta tesebut seperti menjalin komunikasi yang baik dengan para pelatih.
Hal tersebut selain memberikan perubahan bagi kemampuan Qari’ dan
Qari’ah tersebut juga mengajarkan sikap mandiri dan kegigihan hasil yang
didapatkan serta proses perjuangan akan lebih terasa dan akan membawa

28
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 2 April 2021.
29
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 2 April 2021.
70

mereka menjadi lebih semangat dan akan bangga dengan hasil yang
mereka dapatkan dengan terus berproses dengan semangat belajar dan
latihan. Dan dengan sikap mandiri diluar dari karantina pembinaan peserta
akan terbiasa dengan belajar dengan mengunjungi kediaman para pelatih
dengan maksud untuk menambah pengetahuan dengan memperbaiki
kekurangan yang masih mungkin menjadi faktor kesalahan ketika
mengikuti MTQ/STQ. Oleh karena itu hubungan antara peserta dan pelatih
juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas bagi Qari’ dan
Qari’ah Aceh.30
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwasanya LPTQ

Aceh juga berperan dalam proses peningkatan prestasi dan kualitas peerta

MTQ/STQ yang akan dilaksanakan dalam dua tahun sekali. Yang mana dalam

proses peningkatan prestasi tersebut juga melakukan berbagai upaya dan usaha

yang bertujuan membuat para peserta lebih semangat dan aktif serta mampu

mengembangkan bakat dan potensi yang sudah ada menjadi lebih baik dan

maksimal ketika hendak tampil dimimbar Tilawah. dan juga dengan

mendatangkan pelatih-pelatih dari luar daerah guna memberikan semangat serta

ilmu dan pengalaman serta semangta baru bagi para peserta yang akan mengukuti

perlombaan khususnya persiapan menuju MTQ/STQ Nasional.

2. Upaya LPTQ Aceh Dalam Meningkatkan Prestasi Qari’ Dan Qari’ah

Berdasarkan dari hasil wawancara yang penulis temui, bahwasanya ada

beberapa upaya atau usaha yang dilakukan LPTQ dalam meningkatkan prestasi

bagi peserta MTQ yaitu Qari’ dan Qari’ah khususnya. Dan upaya yang akan

terlaksana oleh LPTQ Aceh tentu sangatlah berpengaruh terhadap kualitas prestasi

30
Hasil wawancara dengan Ust. Jailani Mahmud Ketua Dewan Pelatih Tilawah dan
Qira’at Aceh pada tanggal 4 April 2021
71

serta kemajuan mental dan wawasan pengetahuan serta menambah semngat bagi

peserta Qari dan Qari’ah khususnya.

Adapun upaya dan usaha yang dilakukan oleh LPTQ berdasarkan

Wawancara dengan Ust. Mardhatillah, selaku Kasi Bimbingan dan Pelatihan.

Beliau mengatakan :

Dalam meningkatkan prestasi bagi Qari dan Qari’ah pada dasarnya LPTQ
selalu melakukan berbagai upaya atau usaha yang mana hal tersebut guna
untuk kemajuan peserta itu sendiri. Dan upaya tersebut dilakukan jauh
juah hari menjelang diadakannya ajang MTQ/STQ Nasional. Diantara
beberapa upaya yang dilakukan ialah :
a. Bekerjasama dengan LPTQ Kecamatan, kabupaten untuk mengadakan
MTQ/STQ yang dimulai dari tingkat kampong, kecamatan, kabupaten
dan juga Provinsi dengan watu pelaksanaan yang telah disepakati.
b. Para juara- juara di tingkat Provinsi akan dipanggil kembali guna
mengikuti seleksi yang dilakukan untuk mencari peserta terbaik yang
akan mewakili Kafilah Aceh di MTQ/STQ Nasional.
c. Peserta yang terpilih saat seleksi akan kembali dipanggil Untuk kembali
di latih dan digembleng kembali agar siap dan matang dalam
menghadapi MTQ.
d. Karantina yang dilakukan beberapa bulan menjelang MTQ/STQ
Nasional yang dimbing langsung oleh pelatih- pelatih Aceh dan juga
LPRQ mendatangkan pelatih Nasional.31

Penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang peserta atau

Qari Aceh yaitu bersama Ust. Zayyinul Asyr mengenai upaya LPTQ terhadap

peningkatan kualitas prestasi Qari’ dan Qari’ah Aceh beliau mengatakan:

Adapun upaya serta perhatian LPTQ Aceh kepada kami peserta khusunya
cabang Tilawatil Qur’an sangatlah baik. Yang mana sebelum
diberangkatkan menuju MTQ Nasional kami mengikuti karantina dan
selama karantina segala kebutuhan kami terpenuhi baik pelayanan
penginapan, konsumsi bahkan sampai uang saku juga diberikan. Dan kami
juga diberikan kesempatan untuk berlatih dan sharing kepada pelatih pusat

31
Hasil wawancara dengan Ust. Mardhatillah, Kasi Pembinaan dan Pelatihan di UPTQ
PPQ Aceh, pada tanggal 2 Apri 2021
72

yang didatangkan oleh pihak LPTQ dari Jakarta. Hal itu juga membuat
kami menjadi bertambah semangat dalam berlatih. Dengan adanya
pelaksanaan dan pembinaan tersebut kami merasa diperhatikan dan betul-
beul dipersiapkan untuk membawa nama Aceh ditingkat Nasional.
Demikian pula beberapa hari menjelang keberangkatan segala kebutuhan
kami diberikan cukup baik oleh pemerintah Aceh khususnya dari pihak
LPTQ sehingga semangat peserta menjadi lebih baik dan dengan mental
yang kuat juga akan memungkinkan untuk peluang juara itu semakin
dekat.32

Dari hasil observasi penulis melihat upaya dan usaha yang sudah baik

yang dilakukan oleh LPTQ Aceh terhadap Qari dan Qari’ah khusunya. Dalam hal

ini juga timbul pertanyaan dengan usaha yang baik akan tetapi kenapa belum

mampu membawa nama Kafilah Aceh Berjaya minimal memasuki tiga besar

ditingkat Nasional.

Wawancara penulis dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh.

Dalam hal ini beliau menyampaikan:

Benar, kenapa saat ini Kafilah belum bisa menorehkan prestasi yang
gemilang di tingkat Nasional. Selama ini mungkin mental atau bahkan
standar kemampuan peserta Kafilah Aceh belum bisa mnegimbangi
dengan kemampuan peserta dari Provinsi lain yang mana lebih dalam segi
pembinaan dan kesungguhan dalam berlatih dan hal tersebut dilakukan
tidak hnay guna untuk persiapan MTQ baik ada atau tidak perlombaan
merekan tetap konsisten dalam belajar dan berlatih dan dari faktor
pengalaman juga menjadi sebab untuk lebih mudah dalam menghadapi
MTQ yang sudah terlatih baik dari segi mental dan kesalahan.dalam hal ini
kedepannya tidak hanya dituntut dari pihak LPTQ saja akan tetapi
bagaimana kesungguhan peserta dan mental juga sangat berpengaruh
ketika tampil. Dan diharapkan tidak hanya mejelang MTQ/STQ saja
diadakan pelatihan akan tetapi kegiatan tersebut bisa jadi sebagai program
mingguan atau bulanan yang akan lebih matang dalam belajar. Dan
diharapkan para peserta juag khususnya Qari’ dan Qari’ah juga agar

32
Hasil wawancara dengan Qari Aceh Ust. Zayyinul Asyr juara III pada MTQ Nasional
Di kota Medan tahun 2018
73

mandiri dalam mengemabnagn kemampuan dan kualitas pribadi dengan


cara tetap menajlin komunikasi dan saling berhubungan kepada para
pelatih-pelatih yang ada di Aceh dengan cara mendatangi kediaman
mereka dan mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal. Denga tekat yang
kuat dan semangat diiringi doa maka kesuksesan pasti akan mudah diraih
khususnya membawa nama Kafilah Aceh lebih baik di ajang MTQ/STQ
Nasional.33

Untuk meningkatkan prestasi peserta khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah

Aceh, naik dari LPTQ, Pelatih dan juga peserta khususnya. Seharusnya mereka

melakukan berbagai upaya dan usaha agar perkembangan dari segi prestasi

khususnya pada cabang Tilawatil Qur’an dapat membaik. Hal terbsebut baik

dilakukan dengan strategi atau metode tertrntu yang mampu membuat peserta

lebih semangat.

Wawancara dengan salah satu pelatih sekaligus Official Ust. Takdir Feriza

dalam hal ini beliau mengatakan:

Selama ini upaya serta usaha yang dilakukan oleh Pelatih sendiri sudah
cukup maksimal demikian juga dari beberapa peserta yang rajin dalam
belajar dengan mengunjungi balai pengajian dan pusat pelatihan Tilawah
juga. Akan tetapi di balik keseriusan mereka mungkin adanya faktor baik
faktor internal maupun eksternal yang dirasakan sehingga membuat
peserta tersebut terbeban atau bertambahnya beban pikiran sehingga waktu
dan kesempatan yang digunakan semasa latihan tidak mampu fokus
sepenuhnya. Demikian pula perhatian dari pihak LPTQ yang sudah
mengadakan berbagai kegiatan atau even yang tujuannya untuk menambah
semangat Qari’ dan Qari’ah khususnya demikian pula kegiatan seleksi
yang tujuannya memilih peserta terbaik yang akan diberangkatkan menuju
MTQ/STQ Nasional. Dari segi usaha dan upaya persiapan Kafilah Aceh
tentu tak kalah matang atau maksimal dengan Kafilah lainnya yang mana

33
Hasil wawancara dengan bapak Muzakkir, kepala UPTQ PPQ Aceh, pada tanggal 7
April 2021.
74

tujuan dari upaya tersebut untuk meningkatkan kualiatas pretsasi dan juga
meningkatkan prestasi khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah.34

Dari hasil observasi yang penulis dapatkan dilapangan penulis menemukan

bahwa strategi atau upaya yang dilakukan oleh pengurus LPTQ/UPTQ PPQ

khususnya bidang yang menangani bimbingan dan pelatihan bagi Qari’ dan

Qari’ah dengan diadakannya seleksi dan pembinaan lebih lanjut. Dalam hal ini

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan perkembangan Qari dan Qari’ah

sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan atau bimbingan. Hal ini juga penulis

kembali mewawancarai Ust. T. Mardhatillah selaku Kasi bimbingan dan pelatihan

beliau mengatakan:

Adapun kemampuan dan kualitas peserta sebelum dan sesudah pelatihan


tentu berbeda mungkin dengan menjuarai tingkat provinsi sja belum cukup
untuk pengalaman dan pengetahuan peserta terhadap tilawatil qur’an itu
sendiri. Dengan adanya pelatihan yang dibimbing oleh pelatih local
ataupelatih yang didatangkan dari luar daerah tentu akan menambah
pengetahuan dan semangat peserta untuk serius dalam berlatih dan belajar.
Dan seretlah diadakannya pelatihan tersebut akan tampak perubahan dan
sedikit kemajuan bagi peserta baik terhadap penguasaan materi dan
kualitas mental juga yang sudah terbentuk sejak menjalani karantina
pelatihan.35

Wawancara penulis dengan Ust Takdir Feriza selaku Official kafilah

Aceh, upaya lain yang menunjang semangat peserta ialah:

Bukan hanya persiapan dari peserta saja akan tetapi LPTQ Aceh juga
harus memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ
tingkat Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari
pelatihan, peserta harus diperhatikan dari segi materi baik dari uang
transportasi dan uang saku peserta harus lebih di perhatikan, dan juga akan

34
Hasil wawancara dengan Official/Pelatih Aceh Ust. Takdir Feriza, pada tanggal 5 April
2021
35
Hasil wawancara dengan Ust T. Mardhatillah, Kasi Bimbingan dan pelatihan LPTQ
Aceh pada tanggal 9 April 2021. Pukul 11:10
75

memberikan bonus atau reward manakala peserta dari Kafilah Aceh


mampu merebut juara di MTQ tingkat Nasional. Dalam hal ini tidak
hanya support semata melaikan apresiasi yang akan diberikan kepada sang
juara dan juga terhadap usaha dan upaya yang telah diberikan oleh pihak
LPTQ atau dari pelatih sendiri.diantaranya ialah pada tahun 2016 dan 2017
ada beberapa peserta baik juara MTQ maupun STQ yang diberikan reward
oleh Gubernur Aceh untuk berangkat Umrah beserta Official
pendampingnya. Hal demikian juga mampu memacu semangat dan
perjuangan para peserta agar lebih maksimal dan semangat dalam meraih
impiannya.36

Untuk hal Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada

penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai

tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan

pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qari’ dan

Qari’ah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain itu

Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam mendukung

program LPTQ. Maka dari itu, upaya lain untuk meningkat prestasi Tilawatil

Qur’an, LPTQ Aceh perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan

optimal.

3. Kendala yang dihadapi LPTQ Aceh dalam meningkatkan prestai Qari’

dan Qari’ah

Sebagai proses belajar pembinaan baik seleksi atau Training Center ( TC )

yang disebut sebagai kendala atau hambatan tentu tidak dapat dihindari baik

berdampak ataupun tidak pada proses peningkatan prestasi khususnya bagi Qari’

36
Hasil wawancara dengan salah satu official Kafilah Aceh Ust. Takdir Feriza ( Juara
terbaik 1 MTQ Internasional, 15 April 2021
76

dan Qari’ah. Akan tetapi dalam hal ini hambatan dan kendala yang ada tidak

menjadi masalah yang besar dalam proses selama karantina pembinaan.

Wawancara dengan Ust. T. Mardhatillah selaku Kasi Bimbingan dan

Pelatihan sekaligus Official dan juga menjadi peelatih daerah di kabupaten kota di

Aceh, beliau mengatakan :

Dimulai dari seleksi sampai proses Pembinaan atau masa karantina peserta
khususnya Qari’ dan Qari’ah tidak ditemukan adanya kendala atau
hambatan yang besar atau yang hambatan yang membuat peserta cabang
Tilawatil Qur’an khususnya itu kosong tanpa peserta, atau bahkan gagal
berangkat. Hal lain ialah terkendala dengan keadaan peserta yang mungkin
sakit atau sedang dalam musibah atau bahkan yang tidak bisa berangkat
dikarenakan selama pandemi maka sebelum keberangkatan dilakukan
rapid tes bagi yang ingin keluar daerah ada bebrapa peserta contoh pada
tahun lalu peserta tersebtu dinyatakan sakit dan tidak diizinkan untuk
berangkat. Dalam keadaan seperti ini Kafilah juga tidak hanya memiliki
satu andalan saja akan tetapi tetap menyeleksi dan mencari peserta yang
siap dan memiki kemampuan yang tak kalah dengan yang gagal berangkat
tadinya.37

Penulis juga mewawancarai Kepala Dinas Syari’at Islam Aceh Bapak

Alidar, beliau mengatakan beberapa kendala yang pernah terjadi sehingga

berdampak terhadap pelaksanaan program LPTQ tresebut diantaranya Ialah:

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an. dasarnya tidak semudah yang


di bayangkan, dari factor lain juga mampu memberikan dampak terhadap
terlaksananya program LPTQ dan untuk merealisasikan semua program
kerja, program kegiatan tahunan, dan efektifan peran LPTQ Aceh.
Adapun beberapa factor yang menjadi penghambat terlaksanya program
tersebut ialah: Pertama, Dari segi dana, Minimnya dana adalah kendala
yang paling menonjol. Karena dana yang akan dialokasikan untuk program
LPTQ ialah dana yang berasal dari Dinas Syariat Islam dan Pemerintah
Aceh. Yang mana dana yang ada tak mampu menjadikan program LPTQ
berjalan dengan maksimal yang biasanya Pembinaan dilakukan 3 sampai 4

37
Hasil wawancara dengan Ust T. Mardhatillah, Kasi Bimbingan dan pelatihan LPTQ
Aceh pada tanggal 18 Maret 2021. Pukul 10:40
77

kali dalam waktu empat bulan menjelang MTQ dikarenakan dana yang
minim dari pemerintah maka hanya dilaksanaka sekalai atau dua kali saja
menjelang MTQ. Oleh karena itu, dikarenakan dana LPTQ Aceh yang
terbatas baik dari dana masyarakat lewat nikah maupun APBD dan dari
pihak-pihak terkait disamping itu kebutuhan dan jenis kegiatan yang ada
pada Dinas Syari’at Islam Aceh makin bertambah. Kedua, Sumber Daya
Manusia. SDM di bidang Al Qur’an terasa makin berkurang dan langka.
Hal ini bukan berarti tidak ada para pembina al Qur’an atau berkurangnya
orang-orang yang berkemampuan, namun lebih bersifat kasus eksternal.
Mereka tidak mau menekuni keahliannya itu karena tuntutan ekonomi
yang tidak seimbang dengan kebutuhan. 38

Wawancara dengan Ust. M Iqbal Hasan Official sekaligus pelatih Qari dan

Qari’ah Aceh beliau mengatakan:

Selain itu pernah adanya persaingan yang tidak sehat dengan praktek
pencarian bibit-bibit peserta dari Aceh yang direkrut untuk membela
provinsi lain dengan dijanjikan imbalan yang besar. Dari beberapa kendala
diatas, maka LPTQ Aceh perlu mengadakan evaluasi program kerja dan
program kegiatan tahunan agar kegiatan yang akan dilakukan di tahun
berikutnya bisa lebih meningkat dan kinerja serta peran LPTQ Aceh bisa
lebih maksimal sehingga prestasi bisa terus menanjak dan bisa bersaing di
MTQ tingkat Nasional. Oleh karena itu, LPTQ Aceh harus segera mencari
solusi dan pemecahan masalahnya untuk mengatasi masalah penurunan
prestasi Tilawah di Level Nasional.39

Hasil wawancara dengan Ust T. Mardhatillah, beliau juga mengatakan:

Yang mana ada beberapa strategi dan pemecahan masalah yang telah
dicanangkan oleh LPTQ provinsi Aceh, diantaranya yaitu: Pertama,
Meningkatkan volume dan kualitas pelatihan, baik ditingkat Propinsi
maupun Kab/ Kota. Kedua, Mendirikan sentral diklat ditingkat Propinsi
dan Kabupaten. Ketiga, Menyelenggarakan pelatihan Dewan Hakim
secara kontinue dan periodic. Keempat, Meningkatkan apresiasi kepada
para terbaik melalui usulan APBD. Kelima, Menambah semangat kepada
para peserta untuk me ncintai daerah melalui peningkatan penghargaan

38
Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Bapak Alidar, pada tanggal
3 April 2021
39
Hasil wawancara dengan Ust. M. Iqbal Hasan pelatih dan juga Official Kafilah Aceh
pada tanggal 10 Maret 2021
78

dan pemikiran masa depan mereka. Selain itu berdasarkan pelaksanaan


program kerja tahun 2012-2018.40

Berdasarkan penjelasan tersebut ada beberapa hal yang perlu untuk

mendapatkan perhatian pada masa yang akan datang diantaranya ialah

melaksanakan Penyelenggaraan MTQ baik MTQ Pelajar, Mahasiswa, MTQ

Umum maupun STQ sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

dengan tetap berkoordinasi dengan instansi dan kerja sama dengan pihak terkait

yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Kemudian adanya perhatian oleh

pihak-pihak terkait dan masyarakat terhadap kegiatan LPTQ sudah makin intens.

Didukung dengan kegiatan program kerja yang belum dapat dilaksanakan secara

optimal karena keterbatasan waktu dan dana yang tersedia.

C. Pembahasan/Diskusi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil paparan penelitian di atas yag penulis lakukan di

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh. Dalam hal ini ada 3 aspek data

yang harus dibahas secara mendalam agar lebih berkmna sesuai dengan kajian

konseptual, yaitu :

1. Bagaimana Peran yang dilakukan LPTQ Aceh kepada peserta MTQ

khususnya Qari dan Qari’ah.

2. Bagaimana upaya dan usaha yang dilakukan oleh LPTQ Aceh terhadap

peningkatan prestasi Qari dan Qari’ah.

3. Apa saja kendala atau hambatan yang di alami oleh LPTQ Aceh dalam

meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah.

40
Hasil wawancara dengan Ust T. Mardhatillah, pada tanggal 12April 2021
79

1. Peran LPTQ Aceh Dalam meningkatkan prestasi Qari’ dan Qari’ah.

Hasil penelitian menunjukkan Peran LPTQ Aceh dalam meningkatkan

prestasi Qari’ dan Qari’ah ialah dengan melakukan berbagai upaya dan usaha

guna mengembangan potensi dan kemampuan serta kualitas peserta diantaranya

ialah:

a. Menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) adalah suatau jenis lomba yang

mana berkaitan seputar Al Qur’an yang mana dalam MTQ tersebut bermacam

jenis lomba seperti cabang Tilawatil Qur’an, tahfidzul Qur’an , syarhil Qur’an,

fahmil Qur’an khattil Qur’an, makalah Al Qur’an dan masih banyak cabang-

cabang lainnya. Pada kesempatan ini penulis ingin membahas mengenai prestasi

Tilawatil Qur’an atau yang para pesertanya dijuluki dengan panggilan Qari’ dan

Qari’ah. MTQ saat ini telah membudidaya di tengah-tengah masyarakat mulai dari

tingkat Gampong hingga ke tingkat Nasional bahakan Internasional. Mulai dari 30

Provinsi diseluruh Indonesia yang turut serta berpartisipasi baik sebagai

penyelenggara atau sebagai peserta, karena MTQ diadakan secara bergilir dari

provinsi satu ke provinsi lain tiap dua tahun sekali. Demikian pula pada kegiatan

MTQ Internasional saat ini ada 13 negara yang turut berpartisipasi dalam

menyelenggarakan MTQ dan lebih kurang 50 negara yang turut ambil bagian

didalamnya. Maka tidak heran Tilawatil Qur’an berkembang dan tumbuh subur

dalam budaya Nusantara.

Oleh karena itu, melalui penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an

maka generasi akan semakin banyak yang belajar dan mempersiapkan diri baik
80

secara kualitas baca, tulis dan pemahaman generasi akan bertambah dan

meningkat serta juga segi kemampuan atau mental untuk menampilkan yang

terbaik. Khususnya Pada cabang Tilawatil Qur’an ini dalam pelaksanaanya

banyak ketentuan- ketentuan yang harus diikuti diantaranya ialah durasi waktu

atau jumlah ketentuan lagu yang harus dibawakan oleh peserta disaat tampil dan

apabila hal tersebut tidak sesuai dengan yang telah ditentukan oleh panitin

penyelenggara maka akan menjadi sebuah kesalahan atau bahkan pengurangan

pada penilaian oleh dewan hakim.

Kemudian Pada cabang Tilawatil Qur’an terdapat beberapa lagu yang

sudah tentukan dan harus dibawakan oleh Qari’ maupun Qari’ah diantaranya

ialah: Bayyati, Hijaz, Nahawand, Rast, Sikha, Dziharka, dan Shaba. Dari ke tujuh

lagu tersebut dengan bunyi dan variasi yang berbeda-beda tentunya akan

ditentukan dari ketentuan umur atau maksimal usia peserta tersebut bagi tingkat

anak-anak biasanya hanya membawa lima lagu saja yang dimulai dari Bayyati dan

di akhiri dengan Bayyati penutup. Demikian pula pada tingkat remaja biasanya

membawakan enam lagu sedangkan dewasa biasanya sampai enam atau tujuh

lagu tergantung dengan keadaan ketika tampil dan kemaksimalan tmpil peserta

tersebut. Demikian juga durasi waktu yang ditentukan oleh panitia baik mulai dari

pengambilan Maqra’ atau surat yang akan dibacakan pada tingkat anak-anak

berlaku 16 jam sebelum tampil sudah diberikan maqra’ adapaun pada tingkat

Remaja 12 jam sebelum tampil sedangakn bagi dewasa biasanya 10 sampai 15

menit sebelum tampil pada pengambilan maqra’ bagi dewasa.


81

Menurut A. Mukti Ali, bahwasanya Al Qur’an mempunyai dimensi yang

sangat luas dan dapat menimbulkan tiga hal sekaligus, yaitu seni, ilmu dan agama.

Denga seni hidup menjadi maju dan indah, denagan agama hidup menajdi lebih

bermakna dan bahagia,dengan ilmu hidup menjadi lebih terarah. Tanpa seni

hidup menjadi kasar, tanpa ilmu hidup menjadi sulit dan tanpa agama hidup

menjadi tidak bermakna. Dan tujuan dilaksakannya MTQ ini juga untuk

meningkatkan kualitas bakat minat umat khususnya generasi terhadap pemahaman

dan ilmu Al Qur’an. MTQ diadakan mulai dari tingkat kecamatan sampai ke

tingkat Provinsi yang tujuannya tidak lain ialah untuk membentuk generasi

penerus khususnya melahirkan Qari’ dan Qari’ah yang berpotensi dan berkualitas

sehingga dapat membawa baik nama daerah dan khususnya menambah

pengetahuan serta pengalaman dalam bidang Al Qur’an.

Sedangkan penyelenggaraan MTQ di Aceh peserta yang telah juara

khususnya cabang Tilawatil Qur’an di tingkat Provinsi maka akan kembali

dipanggil untuk mengikuti seleksi yang diadakan oleh LPTQ Aceh yang turut

berpartisipasi juga pemerintah Aceh juga dalam memberikan dukungan terhadap

program dan kegiatan ini baik dukunagan secara Materi maupun non materi yang

mana peserta jug dipersiapkan juah-jauh hari dan beberapa bulan khususunya

untuk menghadapi MTQ Nasional. Dengan harapan denagan diadakannya MTQ

baik tiap tahun maupun dua tahun sekali mampu membawa perubahan bagi

generasi khususnya masyarakat Aceh dan juga membawa nama baik Aceh dalam

dunia MTQ semakin baik. Dan juga harapan dengan adanya MTQ menambah

guru-guru atau pelatih-pelatih yang kompeten dalam bidangnya masing yang tidak
82

hanya cukup bertuga di provinsi saja akan tetapi alangkah lebih baik bis adan

mampu mewakili Aceh untuk menjadi dewan hakim Nasional maupun

Internasional. Dan juga dengan terlaksananya MTQ mampu menambah pusat-

pusat pembinaan Al Qur’an dan juga lembaga yang menyediakan fasilitas

pembelaran Al Qur’an dan dapat melahirkan Qari’ dan Qari’ah terbaik dan

mampu menjadi juara ditingkat Nasional Maupun Internasional yang tidak lain

ialah putra putri Aceh yang juga membawa Nama harum masyarakat Aceh dimata

dunia.

b. Mengadakan seleksi/STQ

Seleksi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mencari peserta

atau pemain terbaik diantara peserta yang ada dari sebuah perlombaan. Seperti

pada MTQ seleksi mungkin saja dilakukan setelah diadakannya MTQ ataupun

tanpa ada dilaksanakan MTQ. hal tersebut mengingat keadaan serta kondisi

khususnya kondisi dimasa pandemic Covid-19 saat sekarang ini khususnya di

Aceh dari berbagai Kabupaten tidak mengadakan MTQ disebabkan kasus Covid-

19 semakin merebak dan pemerintah dari masing-masing kabupaten dengan

intruksi dari Gubernur Aceh mengambil kebijakan untuk mengganti MTQ dengan

diadakannya seleksi saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan menjaga

jarak. Sama halnya dengan para peserta yang potensial dalam bidangnya dan

pernah menjadi juara di MTQ kabupaten atau pada MTQ Provinsi akan kembali

dipanggil untuk mengikuti kegiatan seleksi dihari yang telah ditetapkan

adapaunpeserta ang tidak hadir pada hari pelaksanaan seleksi maka peserta

tersebut dianggap gugur walaupun peserta tersebut berpotensi dan pernah juara
83

sebelumnya. Pada tahap seleksi dari seluruh cabang akan kembali di uji baik dari

kemampuan atau mental yang tujuannya ialah mencari satu peserta terbaik dari

masing-masing cabang yang ada dan demikian pula pada cabang Tilawatil Qur’an

juara satu, dua dan tiga demikian halnya pada peserta potensial akan kembali

dipanggil oleh LPTQ Aceh untuk mengikuti seleksi yang mana peserta yang

lulus pada tahap seleksi akan mewakili Kafilah Aceh menuju MTQ Nasional.

Dengan diadakannya seleksi tentu akan menjadi pengalaman tersendiri bagi

peserta sehingga menambah semangat dan juga mental. karena setelah di

adakannya seleksi bagi peserta yang terpilih akan mengikuti tahap pelatihan atau

pembinaan yaitu Training Center (TC) yang diadakan oleh LPTQ dan akan

dilaksanakan beberapa bulan menjelang MTQ Nasional. Pada saat pelaksanaan

Training Center peserta dari masing masing cabang yang telah terpilih khususnya

Qari’ dan Qari’ah akan dikarantina di tempat yang telah disediakan oleh panitia

yang biasanya menjelang MTQ Nasional peserta dari Kafilah Aceh akan di

pusatkan di asrama penginapan di gedung LPTQ Aceh. Disamping para peserta

mendapatkan fasilitas tempat tinggal atau penginapan juga disediakan konsumsi

dan juga pelayanan lainnya. Demikian juga halnya denga para official dan juga

pelatih yang ingin beristirahat juga tersedia kamar fasilitas lainnya.

Pada tahapan seleksi para peserta harus siap dibidangnya masing-masing

berdasarkan peserta yang juara atau peserta penunggu yang tahun lalu telah

berangkat ke Nasional dan pada proses seleksi diserahkan langsung oleh pelatih

daeah unutk menentukan hasil terbaik dari semua peserta yang ada dan dengan

menimbang berdasarkan kemampuan mental, fisik, juga potensi mereka terhadap


84

bidangnya masing-masing. Pada tahap seleksi bagi yang tidak terpilih

sebagaimana cabang yang diikuti dan apabila memiliki lebih potensial

dibandingkan peserta yang ada bisa saja peserta yang memiliki potensi yang lebih

baik di roker guna mengisi cabang yang pesertanya masih dibawah standar potensi

dan sebagaimana keputusan tersebut bersifat mutlak apabila elah disetuji dan hasil

msuyarawah para pelatih daerah untuk menetapkan para peserta tersebut.

c. Mengadakan Training Center (TC)

Training Center (TC) atau disebut juga dengan pusat pelatihan atau

tempat diadakannya pelatihan. Sebagaimana telah dijelaskan dibab sebelumnya

pengadaan Training Center ini ialah yang mana bertujuan untuk kesiapan atau

bekal sebelum peserta dilepas untuk mengikuti perlombaan. Kepada peserta yang

dinyatakan lulus pada tahap seleksi maka akan kembali mengikuti karantina

pelatihan atau Training Center (TC) yang pelaksanaannya juga dipusatkan di

Penginapan atau asrama LPTQ Aceh yang memang dipersiapkan bagi peserta

yang megikuti TC.

Dalam proses pelatihan atau pembinaan juga disediakan berbagai fasilitas

yang dibutuhkan oleh peserta baik dari fasilitas penginapan, konsumsi dan

lainnya. Selain daripada kebutuhan peserta juga sengaja ditempah baik dari segi

kualitas , bakat, serta mental agar lebih kuat dan matang yang mana semua itu

akan diberikan dan diserahkan langsung oleh para pelatih baik pelatih daerah

mapun pelatih yang didatangkan dari luar daerah. Disamping itu pula, dalam

proses TC haruslah adanya interaksi antara peserta dengan pengurus LPTQ dan

juga interaksi kepada para Pelatih. Tujuan dari interaksi yang lebih tersebut ialah
85

agar para peserta lebih mudah untuk memahami dan mudah dalam

mengaplikasikan apa yang telah diberikan. LPTQ Aceh juga bekerjasama dengan

Pelatih pusat yaitu dari para Qari’ dan Qari’ah Internasional Indonesia yang sudah

berpengalaman dan juga kompeten dibidangnya masing-masing guna untuk

memberikan materi dan semangat untuk peserta serta meningkatkan kualitas

mental mereka seputar Tilawatil Qur’an. Tujuan lain diadakannya Training Center

(TC) ini ialah selain untuk kemaslahatan peserta juga tujuan lain ialah untuk

mencapai target serta capaian program khususnya bagi LPTQ Aceh dengan

pelaksanaan TC ini dengan harapan mampu memberikan perubahan baik dari segi

kualitas potensi dan prestasi para peserta dan bakat minat bagi generasi

kedepannya. Sebagaimana dampak dilaksanakannya Training Center ini sangat

berpengaruh terhadap persiapan dan juga bagaimana peserta Khususnya Qari dan

Qari’ah ketika tampil.

Dapat kita ambil pelajaran dari MTQ Nasional pada tahun 2020 yang lau

di Sumatera Barat Kafilah Aceh jauh tertinggal dari Provinsi yang lain dan

rangking Aceh ini membawa masyarakat Aceh juga bertanya-tanya dan sangat

disayangkan kenapa Aceh bisa sangat tertinggal dari segi prestasi. Salah satu

faktor yang menyebabkan Kafilah Aceh tidak Mampu meraih prestasi yang baik

bahkan bertahan pun tidak dirangking yang sebelumnya ialah dikarenakan pada

tahun ini semua terkendala dengan pandemic Covid-19 yang pada tahun 2020

yang lalu Aceh termasuk zona merah khusunya Banda Aceh dan Aceh Besar

yang mana setiap kegiatan dan aktivitas semua dibatasi dan khususunya Banda

Aceh melakukan Lhokdown yang berakibat semua program dan kegiatan terhenti
86

dan khususunya program LPTQ Aceh juga sempat terkendala. Dan persiapan

menuju MTQ Nasional yang lalu pelaksanaan Training Center Kafilah Aceh juga

hanya beberapa kali saja tidak seperti persiapan pada biasanya yang maksimal dan

mendapatkan bekal yang cukup dalam proses pelatihan. Oleh karena itu

pelaksanaan Trining Center bagi peserta khususnya Kafilah Aceh itu sangat

penting dan sangat dibutuhkan yang tujuannya ialah untuk memberikan perubahan

dan kemajuan dari tiap-tiap kekalahan yang pernah ada dan menjadikan peserta

menjadi lebih sempurna dan matang dari segi persiapan dan juga pengalaman

yang mereka dapatkan menjadi lebih banyak. Tujuan lainnya ialah bermaksud

untuk memberikan dampak yang baik bagi Kafilah Aceh dan membawa Nama

Aceh lebih baik ditingkat Nasional.

Selain pentingnya Training Center bagi peserta adanya kedekatan peserta

dengan pelatih juga sangat berpengaruh terhadap potensi Qari’ dan Qari’ah

dengan adanya komunikasi atau kedekatan antara peserta terhadap pelatih maka

dengan mudah peserta dapat membuat agenda atau waktu lain untuk berlatih

diluar waktu pembinaan disaat karantina Training Center yaitu dengan menjumpai

pelatih dikediamanya atau mendatangi balai-balai pengajian tempat dimana para

pelatih mengajar. Dengan adanya upaya tersebut maka potensi dan bekal peserta

khususnya Qari’ dan Qari’ah tidak hanya diwaktu mendekati MTQ saja akan

tetapi di luar MTQ juga para peserta harus terus berlatih dan mengembangkan

potensi yang ada dengan belajar lebih giat dan disertai olahraga yang cukup dan

menjaga makanan dan minuman yang bisa menggangu keutuhan suara khususnya
87

bagi Qari’ dan Qari’ah yang akan mewakili Kafilah Aceh mengikuti MTQ

ataupun STQ ditingkat Nasional.

2. Upaya LPTQ Aceh dalam meningkatkan prestasi Qari’ dan Qari’ah

Upaya adalah sebuah usaha ataupun ikhtiar yang mana tujuannya adalah

untuk mencapai suatu tujuan atau maksud tertentu. Sama halnya dengan upaya

atau usaha yang dilakukan oleh panitian LPTQ Aceh Dalam meningkatkan

kualiatas serta kuantitas peserta terhadap cabang yang telah digelutinya. Dalam

proses peningkatan kualitas mutu prestasi bagi Qari’ dan Qari’ah diantaranya

ialah melakukan berbagai uapaya serta usaha yang tujuan untuk kemajuan dan

kualitas prestasi Qari’ dan Qari’ah khusunya. Upaya dan usaha juga tidak cukup

hanay sekedar apa yang diberikan melainkan jga harus adanya kemandirian dari

peserta untuk lebih giat dalam belajar dan bersungguh-sunggh dalam proses

latihan diantara bebetapa kemandirian tersebut ialah mendatangi lembag-lembaga

Al Qur’an dan juga kediaman para pelatih yang maksud untuk mengasah kembali

potensi yang ada agar tetap baik dan semakin memberikan dampak perubahan

terhadap prestasi yang lebih baik.

Dan hasil penelitian juga menunjukkan upaya yang dilakukan LPTQ Aceh

dalam memberikan kebutuhan peserta khusunya pelatihan dan pembinaan.

Diantara upaya yang dilakukan ialah mengadakan kegiatan MTQ yang diawali

dari tingkat Kampung, Kecamatan, Kabupaten dan hingga ke provinsi dengan

tujuan menciptakan generasi penerus yang cinta dan gemar terhadap Al Qur’an

dan juga menamabh semngat umat dan generasi yang ikut berpartisipasi dalam

kegiatan MTQ tersebut. Setelah diadakannya MTQ juga sebagai bentuk upaya dan
88

usaha LPTQ Aceh juga kembali melaksanakan Seleks dengan tujuan untuk

mencari bibit-bibit terbaik peserta khusunya cabang Tilawatil Qur’an untuk

mencari Qari’ dan Qari’ah yang akan mewakili Kafilah Aceh menuju MTQ

Nasional. Setelah itu para peserta yang terpilih pada saat seleksi akan dilanjutkan

dengan Training Center (TC) yang mana dilakukan sebelum keberangkatan dalam

hal ini biasanya TC dilaksanakan di Penginapan LPTQ Aceh yang mana selama

pembinaan segala kebutuhan peserta mulai dari konsumsi tempat tinggal dan uang

saku juga diberikan kepada peserta TC tersebut.

Adapun upaya lain ialah mendatangkan para pelatih pusat yang sudah

menjadi dewan hakim Internasional dan juga sebagai juara Internasional seperti

Ust. Muhajir, Ust. Muhammad Ali, Ustadzah Mawaddah dan lainnya guna untuk

membangkitkan semangat peserta dan menambah wawasan dalam dunia MTQ.

Dengan adanya hubungan antara pelatih daerah dengan pelatih pusat yang

didatangkan untuk memberikan bekal dan ilmu kepada peserta khususnya Qari’

dan Qari’ah juga dapat membantu meringankan tugas pelatih daerah sehingga

tidak mengganggu kegiatan lainnya.

Menurut Drs. Jailani Mahmud Terkait upaya serta usaha yang dilakukan

untuk para peserta Kafilah Aceh khususnya Cabang Tilawatil Qur’an tentulah

masih banyak kekurangan baik dari segi pelayan kebutuhan para peserta dn juga

kurang maksimalnya proses pembinaan sehingga akan berdampak tentunya

dengan kesiapan para masing-masing peserta dalam mempertanggung jawabkan

cabang masing-masing. Oleh karena untuk kedepannya perlu adanya evaluasi

terhadap kinerja dan juga evaluasi terhadap peserta yang kurang serius dalam
89

belajar dan khususnya dengan adanya penelitian seperti ini dapat memperbaiki

dan mencari solusi terhadap masalah ataupun kekurangan yang ada. Dan tentunya

proses perubahan tersebut haruslah diawali dari keperdulian masyarakatAceh

terhadap Al Qur’an dan juga lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dalam

pengembangan dan pengajarannya seperti Dinas Syari’at Islam Dan LPTQ Aceh

saat ini.

3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan prestasi bagi

Qari’ dan Qari’ah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang ada tidak menjadi

penghambat untuk proses pelatihan dan pembinaan dan kendala itu juga tidak

membuat Kafilah Aceh untuk absen sebagai salah satu peserta kafilah yang akan

mengikuti MTQ ditingkat Nasional. Diantara kendala tersebut ialah:

a. Internal

Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan juga melihat keadan serta kondisi

apalagi seperti saat sekarang ini problem tentang Covid-19 masih merebak

khusunya di Aceh. Hal tersebut juga menjadi salah satu problem atau kendala

dilaksanakannya Training Center (TC) dikarenakan masyarakat membatasi

berbagai kegaiatan atau perkumpulan dalam jumlah banyak. Adapaun sebelum

adanya Covid-19 berdasarkan pemaparan dari beberapa wawancara diatas tidak

ada kendala atau hambatan yang berdampak sehinga Kafilah Aceh Absen untuk

mengikuti MTQ taupun STQ tingkat Nasional. Adapaun diantaranya kendala kecil
90

yang masih bisa diatasi dan tidak berdampak bagi peserta maupun bagi para

pelatih. Adapun bagaimana upaya serta usaha dari LPTQ Aceh untuk dapat

kiranya memperbaiki dan berbenah dari kekurangan tersebut sehingga tida lagi

menjadi sebuah faktor yang dapat menghalangi berlangsungnya program atau

kegiatan yang dilaksanakan oleh LPTQ Aceh untuk meningkatkan prestasi peserta

dari Kafilah Aceh Khususnya bagi Qari’ dan Qari’ah dan juga diharapkan dengan

keadaan yang masih ditengah pandemi seperti ini kemandirian dari peserta lebih

diutamakan untuk terus belajar baik dirumah atau belajar dengan para pelatih baik

secara langsung dengan tetap menjaga protokol kesehatan ataupun belajar secara

media daring. Tidak hanya di Aceh bahkan ditiap-tiap daerah lain juga terdampak

pemaparan Covid-19 ini akan tetapi bagaimana lagi dari masyarakat dan

pemerintah keperdulian mereka dalam menjaga dan terus mematuhi protokol

kesehatan dengan tetap menjaga jarak dan menjaga kebersihan lingkungan,

mencuci tangan, dan memakai masker kemanapun hendak pergi. Dengan harapam

setelah berakhirnya pandemic Covid-19 ini segala aktivitas khususnya kegiatan

MTQ ataupun STQ yang akan diadakan dari tingkat Kecamatan, Kabupaten,

provinsi, Nasional bahkan Internasional sudah tidak halangan lagi. Dan juga

harapan kedepannya segala kekurangan yang ada mulai dari tahap kegiatan

pembinaan akan lebih baik dan peserta yang mengikuti kegiatan Training Center

juga maksimal dalam belajar dan mengambil wawasan serta ilmu dan pengetahun

lainnya yang telah diberikan.


91

b. Eksternal

Adapun beberapa kendala lain ialah dari keadaan peserta yang mungkin

tidak bisa mengikuti perlombaan disebabkan sakit atau hal lain seperti ada

musibah keluarga dan sebagainya. Demikian juga dengan para pelatih dan

pendamping yang seharusnya mendapingi dan memberikan semangat serta

masukan bagi peserta apabila diantara pelatih dan pendamping memiliki kendala

baik kendala pribadi seperti sakit, musibah keluarga dan lain sebagainya maka hal

ini juga dapat berpengaruh terhadap semangat dan kemandirian peserta khususnya

Qari dan Qari’ah yang akan mengikuti perlombaan. Dan kendala lain juga dapat

disebabkan karena adanya ketidak sesuian antara harapan dan kejadian dilapangan

dan hal ini menyebabkan baik peserta maupun para pelatih harus berupaya untuk

tetap maksimal dan focus terhadap keadaan dan konsentrasi peserta yang bisa saja

mental peserta terganggu karena bermacam hal kejadian dilapangan. Hal semacam

itu tentu menjadi kekhawatiran bersama lebih-lebih dalm kondisi Pandemi

sekarang ini yang mengharsukan untuk menjaga jarak, kebersihan, dan lain

sebagainya
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh dalam

meningkatkan prestasi Qari’ dan Qari’ah,

Sampai saat ini sudah berjalan sebagaimana yang menjadi program LPTQ

Aceh itu sendiri. Akan tetapi baik dari pelaksanaan atau proses pembinaan masih

banyak kekurangan dan hal tersebut masih dipertanyakan kenapa samapai saat ini

Kafilah Aceh belum bisa menorehkan prestasi yang baik di tingat Nasional khusunya

cabang Tilawatil Qur’an yaitu bagi Qari’ dan Qari’ah khususnya. Provinsi Aceh

merupakan salah satu Provinsi yang dipandang mempunyai kekuatan yang bagus oleh

propinsi lain. Banyak Qori’ dan Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta

yang luar biasa sehingga mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ

Nasional. Maka dari itu, LPTQ Aceh yang merupakan Lembaga yang menangani

MTQ tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan potensi para Qori’ dan

Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ

Aceh di tingkat Nasional semakin meningkat. Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi

Tilawatil Qur’an LPTQ Aceh mengalami kemerosotan. Dari tahun 2012 sampai

dengan tahun 2018 yang lalu, peringkat Provinsi Aceh dalam MTQ Nasional yang

diadakan di Sumatera Barat pada tahun 2020 yang lalu semakin menurun dan

mendapatkan peringkat diluar dari sepuluh besar dari 34 Provinsi yang ada. Namun

92
93

usaha yang dilakukan LPTQ Aceh belum bisa membawa hasil yang maksimal serta

menghasilkan prestasi yang gemilang dan menggembirakan, hal ini ternyata di

pengaruhi oleh faktor penguasaan materi tilawah dari peserta khususnya cabang

Tilawatil Qur’an yaitu pada Qari’ dan Qari’ah yang belum mumpuni. Materi tilawah

tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan Lagu. Selain itu juga dipengaruhi oleh

faktor mental. Mentalitas seorang Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ

tingkat Nasional dibutuhkan Mental yang kuat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan

sesuatu yang memuaskan terutama pencapaian prestasi MTQ yang di inginkan oleh

LPTQ Aceh sangat memerlukan usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak

melakukan evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus lebih baik agar

kegagalan tidak terus menyertai Kafilah Provinsi Aceh dalam mengikuti MTQ/STQ

tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.

2. Upaya LPTQ Aceh dalam meningkat prestasi bagi Qari’ dan Qari’ah

diantaranya ialah:

a. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini

dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan

Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga

bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.

b. Mengadakan MTQ di tingkat Provinsi Aceh. Kegiatan ini dilakukan untuk

memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari masing-masing daerah

kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif dan menemukan bibit

Qori’ dan Qori’ah yang memang unggul dan berbakat.


94

c. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Provinsi Aceh, agar tercipta

dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-masing. Agar

dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur subyektifitas,

sehingga diperoleh peserta yang benar-benar hasil murni yang terbaik.

d. Mengadakan pelatihan dan pembinaan Training Center (TC) bagi Qori’ dan

Qori’ah terbaik di tingkat Provinsi Aceh. Pelatihan dan pembinaan tersebut

harus bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak

hanya dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja,

akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif. Dalam proses

pelaksanaan Training Center juga turut bekerjasama antara pelatih daerah

dan pelatih Nasional dengan mendatangkan Pelatih dan Pembina yang

sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra.

Hj Maria Ulfa dari Jakarta (juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H.

Mukmin Ainul Mubaraq dari Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di

Malaysia), H. Ahmad Muhajir dari Jakarta(Juara MTQ Internasional di

Mesir).

3. Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan prestasi Qari’ dan Qari’ah

Dari hasil observasi dan penelitian pemulis yang terkait dengan kegiatan yang

dilakukan oleh LPTQ untuk pengembangan prestasi untuk saat ini tidak ditemukan

masalah yang serius. Namun disisi lain juga menjadi pertanyaan apa yang

menyebabkan Qari’ dan Qari’ah Aceh belum bisa menjadi juara ditingkat Nasional

hal tersebut mungkin terjadi dari faktor internal yang ada pada peserta itu sendiri.
95

Baik dari segi kemampuan dan mental pada peserta tersebut. Dengan adanya beban

mental maka akan sangat berpengaruh bagi kemaksimalan peserta disaat tampil dan

juga dari segi pengetahuan dan keilmuan dari peserta juga masih belum maksimal

dari penguasaan materi dan lainnya sehingga hal yang seperti ini akan sangat

berdampak bagi prestasi Qari dan Qari’ah ketika tampil dan hal yang seperti ini pula

yang menjadikan penghambat untuk mendapatkan prestasi juara di setiap MTQ/STQ

Nasional.

B. Saran

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi obyek kajian, penyusun skripsi

ingin mengemukakan beberapa saran yang dirasa perlu, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada peneliti lain untuk bisa meneliti ulang masalah ini, sebab hasil

penelitian ini mungkin masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan

semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun

demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya.

2. Demi kemajuan LPTQ Aceh, maka untuk semua Qori’ dan Qori’ah supaya

dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun material untuk

mendukung segala sesuatu yang dilakukan dalam rangka pengelolaan

sumber daya yang dimiliki agar dapat meningkatkan prestasi.


96

3. Diperlukan penanganan yang serius untuk perkembangan dan kemajuan

LPTQ Aceh. Oleh sebab itu, semua pihak diharapkan ikut andil dalam

meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an di Aceh.

4. Peran LPTQ Aceh sangat penting dalam memberikan pemahaman,

pengarahan, dan pembinaan terhadap para Qori’ dan Qori’ah. Oleh karena

itu, LPTQ Aceh harus berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan

peranannya guna mewujudkan program yang baik dan juga hasil yang

memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Al


Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, Tafsir Jalalain,
diterjemahkan oleh Najib Junaidi , Edisi Indonesia Tafsir Jalalain,
(Surabaya: Pustaka eLBA, 2010).

Abdul Hakim, Metodologi Penelitian (Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas Studi


Kasus), (Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak, 2017).
Buku Pedoman, Musabaqah Tilawatil Qur’andan Perhakiman MTQ XXXIV
Aceh, Tahun 2019.

Buku Pedoman, Musabaqah Al Qur’an dan Perhakiman pada(MTQ) XXXIV


Aceh, Tahun. 2019, Di Sigli, Kabupaten Pidie.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2011).

Bogdan & Taylor, Metode Penelitian Kualitataif, (PT Remaja Rosfakarya,


Bandung: 2010).
Dokumen, Surat Keputusan Gubernur Aceh, 2018

Dokumen UPTD PPQ, Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur’an Aceh, 2018-2022.

Dokumen, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh, Periode 2018-2022.

Depag RI. Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an. (Jakarta:Depag,


1997)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 2006).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 2006).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 2006).

Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1993.

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah,( Jakarta: CV Darus Sunnah,


2002).

Http://Idr.Uin-Antasari.Ac.Id./Id/Eprint/6057, Jurnal, Institutional Digital Repository,


Rusnah, Peran LPTQ Dalam Pengembangan Syiar Islam Di Kabupaten Banjar,
Skripsi (Program Studi S1 Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi IAIN Antasari,Banjarmasin,2013)

97
98

Http://Repository.Uinsu.Ac.Id/3083/1/SKRIPSI.Pdf , Mashondi Tanjung, Teknik


Komunikais Persuasif Lptq Kabupaten Labuan Batu Utara Dalam
Meningkatkan Partisipasi Remaja Belajar Tilawatil Quran, Skripsi ( Program
S1Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fkultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.2019.
Http://Digilib.Iain-Palangkaraya.Ac.Id/Id/Eprint/1029, Hj. Siti Hajrul, Manajemen
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Dalam Meningkatan Prestasi Tilawatil
Qur’an Dikota Waringin Barat, Tesis ( Program Pasca Sarjana Prodi Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Institut Agama Islam
Negeri Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 2017.
Hendropuspito, Lembaga Sosial Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2005).
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005).
Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi Al-Dimasyqi, Riyadh Al-
Shalihin, diterjemahkan oleh Ahmad Rofi' Usmani, Riyadhushshalihat
(Beirut: Darul Al-Fikri, 1994).
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, Pedoman Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an (t.tp.::, tp, 1998).

Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, (Jakarta: Lembaga


Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, 1992).

Rizal Sukma. Pengembangan Bahan Ajar Modul Dengan Pendekatan Open-


Ended Materi. Tulungagung

Seels dan Richey (Alim Sumarno), Panduan Metodologi dan Pengembanagn,


Journal Of Curriculum, Prenada , media group. cet. 1 tahun. 2006.

Surat keputusan (SK) Gubernur Aceh. Pengukuhan Susunan Pengurus Lembaga


Pengembangan Tilawatil Qur’an Aceh Periode 2018-2022. Tahun 2018.

Syaikh Muhammmad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Muslim di


terjemah kan oleh Ma’aruf Abdul Jalil dan Ahmad Junaidi. Ringkasan
Shahih Muslim (Jakarta: As-Sunnah, 2008).

Suwarrno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka cipta, cet ke 4, Februari 1992.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006).

Jonaedi Efendi,Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum (Normatif dan


Empiris), (Depok:Prenadamedia Group,2016).
99

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,


2011).

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung Alfabeta,


2010).
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999).

W. Montgomery Watt And Richard Bell, Introduction to the Quran, (Edinburgh:


University Press), 1994.

W. Montgomery Watt And Richard Bell, Introduction to the Quran, (Edinburgh:


University Press), 1994.
Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA LPTQ ACEH

1. Apa saja peran LPTQ Aceh dalam membina dan mendidik peserta MTQ bagi Qari’

dan Qari’ah khususnya?

2. Apa saja upaya LPTQ Aceh dalam mengembangkan prestasi bagi Qari’ dan Qari’ah?

3. Bagaimana strategi LPTQ Aceh dalam membina dan mendidik Qari’ dan Qari’ah?

4. Siapa saja yang berperan dalam proses pembinaaan dan peningkatan kualitas prestasi

Qari’ dan Qari’ah?

5. Bagaimana peran LPTQ dalam mengelola fasilitas yang digunakan untuk peserta

MTQ khususnya bgai Qari’ dan Qari’ah?

6. Apakah dengan diadakannya Training Center (TC) akan berpengaruh terhadap

prestasi yang akan diraih?

7. Adakah bentuk kerjasama antara LPTQ Aceh dengan lembaga lainnya?

8. Bagaimana perkembangan Qari’ dan Qari’ah setelah mengikuti Training Center (TC)

9. Apa saja kendala terhadap perkembangan dan peningkatan mutu kualitas prestasi

Qari’ dan Qari’ah?

10. Factor apa saja yang dapat menghambat pelaksaan program pelatihan bagi Qari dan

Qari’ah?

11. Bagaimana upaya LPTQ Aceh dalam meningkatkan prestasi Qari dan Qari’ah di

Aceh?

12. Bagaimana hubungan antara pengurus LPTQ Aceh terhadap pelatih luar daerah?
Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PELATIH

1. Apa saja peran pelatih selain memberikan materi dan keilmuan?

2. Bagaimana upaya pelatih dalam meningkatkan dan membangkitkan semangat bagi

Qari dan Qari’ah?

3. Bagaimana hubungan kedekatan pelatih dengan peserta khususnya Qari’ dan Qari’ah?

4. Apa peran pelatih terhadap peserta yang hendak tampil?

5. Bagaimana perkembangan peserta setelah berlatih dan mendapatkan bimbingan?

6. Apa saja keluhan dan kendala pelatih baik terhadap peserta maupun panitian?

7. Siapa saja yang berperan dalam memaksimalkan pembinaan dan pelatihan peserta bagi

Qari’ dan Qari’ah khususnya?


Lampiran 6

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.1 Wawancara dengan Kepala LPTQ/UPTD PPQ Aceh ( Bapak Hamdani, S.Ag, MH)
Pada Tanggal 08 Juni 2021

Gambar 1.2 Foto bersama Kepala LPTQ/UPTD PPQ Aceh ( Bapak Hamdani, S.Ag, MH) Pada
Tanggal 08 Juni 2021
Gambar 1.3 Wawancara dengan Kabid Pembinaan dan Pelatihan LPTQ/UPTD PPQ Aceh ( Bapak
T. Mardhatillah, SHI.,MH) Pada Tanggal 08 Juni 2021

Gambar 1.4 Foto bersama Kepala LPTQ/UPTD PPQ Aceh ( Bapak T. Mardhatillah, SHI.,MH)
Pada Tanggal 08 Juni 2021
Gambar 1.5 Dokumentasi Peserta pada Training Center bersama( Ust Drs. Jailani Mahmud) Pada
Tanggal 27 Juni 2021

Gambar 1.6 Dokumentasi keadaan para peserta cabang Tilawatil Qur’an dalam mengikuti Training
Center (TC)
Lampiran 7

DOKUMENTASI PADA SAAT SIDANG MUNAQASYAH

Gambar 1.6 Dokumentasi setelah Sidang Muaqasyah Skripsi Manajemen Dakwah

Anda mungkin juga menyukai