Anda di halaman 1dari 63

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KEBIJAKAN PEMERIKSAAN LKPD


TA 2022

KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN LKPD
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI
TA 2022
DI LINGKUNGAN AKN V DAN AKN VI
Agenda
Manajemen Pemeriksaan 01
Metodologi Pemeriksaan 02
Hal-Hal Khusus 03

Pemeriksaan KAP 04
Manajemen
Pemeriksaan
Mengatur manajemen dalam
persiapan pemeriksaan, perencanaan
pemeriksaan, pelaksanaan
pemeriksaan, pelaporan pemeriksaan,
serta monitoring dan evaluasi
pemeriksaan.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

• Diklat dan Sosialisasi Persiapan Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

 Sosialisasi/workshop secara terpusat atau regional tentang Kebijakan


Pemeriksaan LKPD Tahun 2022 dan FAQ diikuti Kepala Perwakilan,
Kepala Subauditorat, Penanggung Jawab (PJ), Wakil Penanggung Jawab
(WPJ), Pengendali Teknis (PT), dan Ketua Tim (KT)
 Diklat dilaksanakan di Perwakilan dengan Tenaga Pengajar telah mengikuti
ToT
 Waktu diklat dilaksanakan tanggal 9 s.d 13 Januari 2023 secara Online atau
Offline sesuai kondisi perwakilan dan tanggal 13 Januari 2023 khusus diklat
pemanfaatan Aplikasi SiAP LKPD, BDA serta SIPD & SIMDA NG/FMIS secara
Online
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

• Diklat dan Sosialisasi Persiapan Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

 Materi Diklat
• Juknis Pemeriksaan LKPD;
• FAQ edisi terakhir;
• Kebijakan Pemeriksaan LKPD TA 2022;
• Pemanfaatan SiAP LK dan Big Data Analysis (BDA);
• Program Pemeriksaan Interim;
• Seri Panduan Pemeriksaan Jarak Jauh dan Pemeriksaan Kepatuhan Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi;
• PSAP Baru (Revisi PSAP 10, PSAP 14, PSAP 15, PSAP 16, PSAP 17);
• SIPD & SIMDA NG/FMIS serta
• Studi kasus
 Ujian Diklat dilaksanakan di akhir diklat untuk memetakan tingkat kompetensi dan
pemahaman pemeriksa.
 Soal Ujian Diklat dikoordinasikan dengan Badiklat PKN untuk keseragaman standar,
dengan materi Juknis Pemeriksaan LKPD, FAQ, dan Kebijakan Pemeriksaan
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

• Pemetaan Pemeriksa dan Jadwal Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

 Hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan pemeriksa agar disampaikan kepada


Tortama KN V/ Tortama KN VI selambatnya 31 Desember 2022
 Jadwal pemeriksaan interim diharapkan dilaksanakan paling lambat tanggal 30 Januari
2023
 Jadwal pemeriksaan terinci disampaikan kepada Tortama KN V/Tortama KN VI paling
lambat tanggal 28 Februari 2023
 LK Unaudited diharapkan diterima oleh BPK perwakilan pada tanggal 10 Maret 2023.
Mempertimbangkan libur Idul Fitri, pemeriksaan lapangan (terinci) diharapkan dapat
diselesaikan paling lambat 12 April 2023 dan penyusunan KHP dilakukan setelah libur
Idul Fitri
 Apabila LK unaudited diterima oleh BPK perwakilan tidak sesuai dengan jadwal
sehingga pelaksanaan pemeriksaan berbarengan dengan hari raya Idul Fitri,
dipertimbangkan dibuatkan surat tugas sebelum dan surat tugas setelah hari raya Idul
Fitri.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

• Penggunaan Aplikasi SiAP LKPD dan Monitoring LKPD


Manajemen Pemeriksaan

 Pemanfaatan SiAP LKPD dan Monitoring LKPD untuk aplikasi pemeriksaan.


• Aplikasi SiAP LKPD mencerminkan seluruh proses bisnis pemeriksaan mulai dari
perencanaan s.d pelaporan.
• Monitoring LKPD untuk kegiatan monitoring dan evaluasi serta analisa
horisontal/agregrasi)
 Tim pemeriksa melakukan input data jadwal, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan dalam aplikasi monitoring LKPD.
 Wajib menggunakan SiAP LKPD (SiAP Desktop atau SiAP Web) untuk seluruh entitas
pemeriksaan LKPD, bila tidak memungkinkan menggunakan SiAP LKPD agar dikomunikasikan
kepada Tortama KN V/ VI melalui Kepala APP AKN V/VI.
 Apabila kekurangan laptop SiAP LKPD, perwakilan berkoordinasi dengan Biro Umum/Biro TI
untuk penyediaan laptop SiAP LKPD.
 APP AKN V/VI berkoordinasi dengan Biro TI dalam hal Perwakilan mengalami kendala dan
hambatan dalam pemanfaatan fitur SiAP LKPD.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Pemanfaatan Portal E-Audit - Koordinasi dan Sinergi antar Satker BPK


Manajemen Pemeriksaan

1. Data perhitungan pajak terutang secara detail atas setoran pembayaran PPJU bagian
Pemkab/Pemkot dari PT PLN dan setoran pajak bahan bakar minyak dari PT Pertamina kepada
Pemprov (AKN VII).
2. Data Dana Transfer ke Daerah (DAU, DAK Fisik dan Non Fisik, DBH Pajak dan SDA, Otsus, DID), data
Nota Transaksi Penerimaan Negara- NTPN (AKN II);
3. Data saldo dan realisasi pinjaman dan data realisasi hibah dari Kementerian Keuangan kepada
Pemda (AKN II);
4. Data realisasi pinjaman dari PT SMI kepada Pemda (AKN II);
5. Data proyek infrastruktur dari APBN di daerah dalam rangka menentukan jumlah pajak mineral
dan batuan bukan logam (AKN I dan AKN IV);
6. Data Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (AKN I-VI);
7. Data BPJS/Taspen dari Kementerian Kesehatan (AKN VI);
8. Data penyerahan barang dan/atau uang dari Kementerian/Lembaga yang langsung diberikan
kepada sekolah, Puskesmas, atau satker Pemda lainnya.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Pemanfaatan Portal E-Audit - Koordinasi dan Sinergi antar Satker BPK


Manajemen Pemeriksaan

9. Data Transfer Daerah dan Dana Desa, termasuk pengungkapan realisasi dana-dana pusat tersebut yang
diperuntukan tujuan tertentu, seperti DAK, dll (AKN II)
10. Data perhitungan pajak terutang secara detail atas setoran Pajak Rokok ke Pemprov (AKN II)
11. Data dukungan pelaksanaan dan jaminan kualitas konstruksi dan/atau dukungan data penting internal
perusahaan dari penyedia barang/jasa berstatus BUMN, al. PP, BUMN berlabel ‘Karya’ baik kontraktor atau
konsultan (AKN VII) – Pasal 17 Perpres Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah menegaskan bahwa penyedia
bertanggung jawab atas pelaksanaan kontrak, kualitas barang/jasa, ketepatan perhitungan jumlah dan volume,
ketepatan waktu penyerahan, dan ketepatan tempat penyerahan
12. Data dukungan manifest barang kargo ekspedisi darat/laut/udara termasuk data hasil pengecekannya oleh
pihak berwenang (mungkin Kemenhub, Kemenkeu Bea dan Cukai, dll), Misal berapa jumlah bahan material
konstruksi yang masuk di Pelabuhan Jayapura Papua atau di Pelabuhan Bitung Sulut (termasuk identitas
pemilik/pengorder barangnya), selanjutnya berapa jumlah bahan material yang dikirim ke lokasi proyek seperti
di pegunungan Papua atau di pulau terluar Talaud Pulau Sangihe (AKN I Kemenhub/Kemenhan (angkutan via
Hercules), AKN II Kemenkeu, AKN VII Pelindo)
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev
Manajemen Pemeriksaan
13. Data rincian uang dan barang yang diterima instansi vertikal dari Pemda antara
lain Kepolisian (mulai dari Polsek, Polres, Polda, Mabes), Kemenhan (mulai dari
Korem, Kodim, Kodam, Mabes Darat/Laut/Udara) yang tidak dibatasi hanya
berasal dari Belanja Hibah Pemda melainkan juga meliputi yang berasal dari
Bansos, BTT, Belanja Barjas, maupun Belanja Modal Pemda
14.Data rincian kasus di Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota atas pengelolaan
APBD TA 2022 yang sedang ditangani (penyelidikan dan/atau penyidikan) oleh APH
baik Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK (AKN I)
15.Terhadap permasalahan aset yang terindentifikasi terjadi antara Pemerintah
Daerah dengan Instansi Vertikal di daerah setempat maupun di pusat maka
diharapkan dapat dilakukan pembahasan dan penyelesaiannya melibatkan
Perwakilan dan AKN terkait
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Pemenuhan permintaan data dari AKN terkait alokasi dana/barang dari pusat
Manajemen Pemeriksaan

ke daerah dan hibah dari Pemda ke instansi vertikal


1. Data hibah Pemerintah Daerah kepada KPUD, Bawaslu, Badan Intelijen Nasional
(BIN), Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT), Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Kejaksaan RI,
Kepolisian Negara RI, TNI, Komnas HAM, dan Kemenkumhan (AKN I);
2. Bantuan alsintan yang diterima Pemerintah Daerah dari Kementan (AKN IV);
3. Dana kapitasi yang diterima Puskesmas dari Kemenkes (AKN VI);
4. Data pinjaman yang diterima Pemerintah Daerah dari PT SMI maupun Kemenkeu
(AKN II).
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Pemanfaatan Big Data Analysis (BDA)


Manajemen Pemeriksaan

1. Menu Data SPSE untuk mengidentifikasi adanya pemenang tender yang


bukan harga terendah, harga pemenang tender melebihi HPS, dan
pengadaan tidak melalui tender;
2. Menu Produk e-Katalog untuk menjadi alternatif harga pembanding atas
barang sejenis yang ditemukan dalam sebuah kontrak pengadaan barang
dan jasa;
3. Menu Analisis Perilaku Supplier pada menu Government Procurement
untuk mengidentifikasi adanya kemungkinan persaingan tidak sehat
dalam proses pengadaan barang dana jasa di SPSE pemda;
4. Menu Supplier Profil, untuk mendapatkan informasi detail penyedia
barang dan jasa.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Pelaksanaan Pemeriksaan Interim


Manajemen Pemeriksaan

 Dalam rangka meningkatkan kualitas pemeriksaan dan


optimalisasi anggaran, pemeriksaan interim pada tahun
berjalan dengan prioritas sebagai berikut:
o Entitas yang memiliki kompleksitas dan risiko fraud tinggi;
o Entitas yang tidak menjadi objek pemeriksaan DTT;
o Entitas yang akan diperiksa oleh KAP .
 Pemeriksaan interim (setelah tahun anggaran berakhir
sebelum penyerahan LK unaudited) pada semua entitas
pemeriksaan.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Evaluasi dan Pemanfaatan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya


Manajemen Pemeriksaan

 Tim pemeriksa memperhatikan hasil pemeriksaan sebelumnya baik pemeriksaan keuangan, kinerja
maupun PDTT dengan mengacu pada Juknis Pemeriksaan LKPD.
 Tim Pemeriksa melihat dampak hasil pemeriksaan sebelumnya terhadap kewajaran laporan keuangan
yang akan diperiksa dan kaitannya dengan penentuan kecukupan cakupan pemeriksaan LKPD.
 Temuan pemeriksaan dari LHP DTT dan Kinerja Tahun 2022 yang mempengaruhi penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan Tahun 2022 diungkapkan kembali dalam LHP LKPD sebagai berikut:
• Diungkapkan dengan modifikasi temuan sebelumnya dengan temuan sejenis atas akun
bersangkutan;
• Diungkapkan secara utuh apabila tidak ada temuan sejenis pada akun yang bersangkutan.
“Rekomendasi atas temuan tersebut telah diungkapkan dalam temuan pemeriksaan nomor …
LHP Nomor … Tanggal … .” (Temuan dan rekomendasi tersebut tidak diperhitungkan dalam
pemantauan TLRHP LKPD Tahun 2022)
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Penerimaan LK Unaudited
Manajemen Pemeriksaan

 Penyerahan LK unaudited dilakukan oleh Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.


 Apabila Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah berhalangan, penyerahan LK unaudited dapat
diwakilkan kepada Sekretaris Daerah dengan kuasa dari Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah. BAST LK unaudited ditandatangani a.n. Kepala Daerah.
 Dalam hal penyerahan LK unaudited secara fisik tidak dapat dilakukan, maka penyerahan
LK unaudited dapat dilakukan secara daring, BAST dan LKPD yang bertanda tangan Kepala
Daerah dapat dikirim melalui jasa ekspedisi atau jasa lainnya.
 Sebelum menerima LK unaudited dari Pemda perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• LK unaudited yang disampaikan telah balance memenuhi perhitungan prosedur analitis
(analytical procedure) dan lengkap dokumen pendukungnya;
• LK unaudited yang diserahkan tidak balance dan/atau tidak lengkap dokumen
pendukungnya, LK unaudited dikembalikan kepada auditee untuk diperbaiki/
dilengkapi. Selanjutnya, jadwal kegiatan pemeriksaan dibuat ulang setelah LK
unaudited diserahkan kembali dan dinyatakan balance dan lengkap.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Penerimaan LK Unaudited
Manajemen Pemeriksaan

• LK unaudited telah dilengkapi pengungkapan data ekonomi makro daerah meliputi,


angka penggangguran, gini rasio, IPM dan angka kemiskinan serta penjelasan atas
capaiannya selama tiga tahun terakhir dan pengungkapan data kinerja mandatory
spending dalam postur APBD nya seperti diantaranya persentase belanja wajib untuk
Pendidikan, Kesehatan, Pengawasan, Perlindungan Sosial dampak pandemi, kenaikan
inflasi dan kenaikan BBM, dll serta penjelasan atas capaiannya.
• Khususyang mendapatkan alokasi Dana Otonomi Khusus (Dana Otsus), sebaiknya
didorong mengungkapkan di CaLK agar dilengkapi penambahan lampiran berisi
informasi keuangan anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja yang bersumber
dari Dana Otsus (tahun berjalan dan akumulasi tahun-tahun yang sebelumnya),
termasuk capaian dan evaluasi aspek kinerja dengan merinci output-nya.
• Kepala Perwakilan mengkomunikasikan kepada Pemda kelengkapan pengungkapan di
CaLK tersebut.
 Berita Acara penyerahan LK unaudited ditandatangani setelah persyaratan di atas
terpenuhi.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Perencanaan Penggunaan Tenaga Ahli dalam Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

 Penggunaan Tenaga Ahli dalam pemeriksaan memperhatikan minimal dua hal berikut:
• Syarat sertifikasi ahli sesuai kompetensi (mengurangi potensi gugatan)
• Mematuhi kode etik profesi sesuai dengan bidang keahliannya
 Sampel Belanja Modal atas konstruksi yang memenuhi kriteria Signifikan dan Kompleks,
maka idealnya mendapatkan dukungan bantuan dari Tenaga Ahli Konstruksi untuk
mendukung simpulan temuan atas masalah yang berkaitan dengan kualitas atau
ketidaksesuaian spesifikasi atau kegagalan bangunan konstruksi. Penggunaan Tenaga
Ahli Konstruksi dikembalikan ke kebijakan dan kebutuhan perwakilan termasuk
dukungan anggarannya dengan dilandasi analisanya.
 Penggunaan Laboratorium agar memilih dan/atau menggunakan Laboratorium yang
terakreditas dan pembayaran menggunakan system transfer payment.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Koordinasi dengan Tim Pemeriksa LKPP/LKBUN/LKKL


Manajemen Pemeriksaan

Untuk kelancaran pemeriksaan LKPD yang berkaitan kebutuhan data-data lintas


pemerintahan, agar melakukan koordinasi dengan Tim Pemeriksa LKPD/LKBUN/LKKL
dengan difasilitasi oleh APP AKN V/VI.
Koordinasi antara Tim Pemeriksa LKPD Provinsi dengan Kabupaten/Kota Terkait dengan
Akun-Akun LK
Tim pemeriksa LKPD provinsi wajib memfasilitasi penyediaan data dan informasi yang
ada hubungannya dengan keuangan pemerintah kabupaten/kota antara lain:
• Alokasi bagi hasil pajak dan lainnya bagian kabupaten/kota;
• Aset yang belum dapat diselesaikan/ divalidasi s.d akhir tahun 2022;
• Aset sudah dimanfaatkan pemerintah kabupaten/kota namun belum terdapat BAST;
• Hasil RUPS Bank Daerah dan atau BUMD lainnya yang dimiliki bersama;
• Data BPJS kesehatan terkait sharing pembiayaan;
• Dana transfer lainnya.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

 Laporan kemajuan pelaksanaan pemeriksaan dari tim pemeriksa LKPD


kepada PT dan WPJ/PJ dilaksanakan secara berjenjang setiap minggu.
 Laporan kemajuan pelaksanaan pemeriksaan dari Kepala Perwakilan/
PJ disampaikan setiap minggu kepada Anggota VI melalui Tortama KN
V/ VI. Permasalahan yang dicantumkan memenuhi salah satu atau
lebih dari kriteria di bawah ini:
• Permasalahan signifikan yang berpotensi mempengaruhi opini
pemeriksaan;
• Indikasi tipikor yang menyangkut Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah/Ketua DPRD/ Wakil Ketua DPRD;
• Nilai kelebihan pembayaran di atas Rp500.000.000,00.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Penyampaian Temuan Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

• Temuan pemeriksaan yang disampaikan kepada entitas untuk memperoleh


tanggapan harus sudah direviu oleh PT/WPJ/PJ. Reviu dari PT/WPJ/PJ
didokumentasikan dalam KKP. Temuan pemeriksaan yang kegiatannya bersumber
dari DAK agar diungkapkan bersumber dananya dari DAK.
• Penyampaian temuan pemeriksaan kepada entitas pada saat exit meeting sedapat
mungkin dilakukan oleh PJ. Namun, apabila PJ berhalangan dapat diwakilkan
kepada WPJ, PT, atau KT.
• Apabila pemeriksa menemukan kondisi yang dapat mempengaruhi opini, maka
PJ/WPJ/PT/KT menyampaikan kondisi tersebut dengan pihak yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan keuangan daerah. Bentuk komunikasi dalam
penyampaian diserahkan kepada Perwakilan dengan memperhatikan kondisi
entitas yang diperiksa.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Reviu Konsep LHP


Manajemen Pemeriksaan

Kepala perwakilan dapat membentuk dan menugaskan tim khusus atau


menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan reviu silang (cross review)
atas konsep laporan hasil pemeriksaan untuk memastikan:
• akurasi angka/nilai yang dicantumkan dalam Buku I dan II;
• kecermatan redaksional (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dan gaya selingkung);
• konsistensi penyajian informasi intra dan antar laporan.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Tim reviu opini


Manajemen Pemeriksaan

 Perwakilan mengefektifkan Tim Reviu Opini untuk meningkatkan kualitas perumusan opini di
tingkat perwakilan. Tim Reviu Opini mereviu usulan opini yang diajukan oleh tim pemeriksa
yang hasilnya dituangkan dalam risalah hasil reviu.
 Konsep opini dan dokumen pendukung LHP atas LKPD Provinsi yang mengalami kenaikan
atau penurunan (sesuai dengan lampiran IX.3 dan IX.4 Juknis Pemeriksaan LKPD disampaikan
Kepala Perwakilan kepada Tortama KN V/Tortama KN VI.
 Reviu Opini dilakukan oleh Tim Reviu Perwakilan dan Tim Reviu AKN V/AKN VI:
 Tim Reviu Perwakilan
• Dibentuk berdasarkan SK Kalan;
• Hasil Reviu menjadi pertimbangan Penanggungjawab dan atau Penandatangan
Opini;
• Dibuat Risalah Pembahasan.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Tim reviu opini


Manajemen Pemeriksaan

 Masing-masing Tim Reviu AKN V/VI


• Usulan opini atas LKPD yang diperiksa KAP;
• Usulan opini yang meningkat ke WTP atau turun dari WTP;
• Usulan opini TW/TMP yang dialami 3 kali berturut-turut.
 Prosedur Reviu Opini di Pusat
• Jadwal reviu diusulkan kepada Kepala APP AKN V/VI atau Sekretariat Tim Reviu AKN
V/VI minimal seminggu sebelumnya.
• Menyampaikan bahan untuk reviu opini di Pusat.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Penyampaian Konsep LHP


Manajemen Pemeriksaan

• Kepala Perwakilan menyampaikan konsep LHP kepada Kepala Daerah


untuk memperoleh tanggapan dan rencana aksi.
• Apabila terdapat temuan yang tidak berpengaruh langsung pada
penyajian laporan keuangan dan tidak material secara kuantitatif
maupun kualitatif diungkapkan dalam bentuk Management Letter
(ML), yang berisi matriks ringkasan TP (ringkasan kondisi, akibat, sebab,
tanggapan, dan rekomendasi).
• Batasan TP yang dimuat dalam ML antara lain (a) nilai temuan secara
kuantitatif di bawah ambang batas tolerable misstatement akun; dan
(b) secara kualitatif temuan tersebut tidak mengandung indikasi
kecurangan/fraud, ketidakpatuhan yang material dan bukan
merupakan permasalahan yang menjadi perhatian publik.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Penyerahan LHP
Manajemen Pemeriksaan

• LHP yang diserahkan dilampiri dengan rencana aksi entitas (LHP Buku II).
• Penyerahan LHP Provinsi dilaksanakan dalam rapat paripurna istimewa DPRD sesuai dengan
kesepakatan antara DPRD dengan BPK, sedangkan penyerahan LHP Kabupaten/Kota dilaksanakan di
Kantor BPK Perwakilan. Dalam hal penyerahan LHP tidak dapat dilaksanakan secara langsung karena
alasan pandemi/darurat, maka penyerahan LHP dapat dilakukan secara daring.
• Penyerahan LHP LKPD Provinsi disertakan LHP Kinerja Provinsi (LFAR) dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Daerah (IHPD).
• ML disajikan secara terpisah dari LHP dan tidak dilampirkan dalam LHP. ML disampaikan oleh Pemberi
Tugas kepada Gubernur/Bupati/Wali Kota serta Inspektur terkait bersamaan dengan LHP dan
dilengkapi dengan BAST.
• Pemeriksa harus memantau tindak lanjut atas rekomendasi pada ML tahun lalu dalam pemeriksaan
interim dan program pemantauan tindak lanjut tersebut dituangkan dalam penilai SPI Coso yang
berkaitan dengan unsur Pemantauan. Tindak lanjut atas rekomendasi pada ML disampaikan kepada
BPK Perwakilan untuk menjadi bahan penilaian atas pengendalian intern.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Surat Pernyataan Tanggung Jawab dan Surat Representasi Manajemen


Manajemen Pemeriksaan

• Pemeriksa memastikan bahwa Kepala Daerah telah membuat Surat


Pernyataan Tanggung Jawab atas LK yang disampaikan kepada BPK.
• Pemeriksa memastikan bahwa Kepala Daerah menyampaikan surat
representasi manajemen. Surat representasi manajemen tidak dilampirkan
dalam LHP, tetapi didokumentasikan dalam KKP pemeriksa.
• Tanggal surat pernyataan tanggung jawab dan surat representasi
manajemen ditetapkan sama dengan tanggal laporan dan tanggal action
plan (mengacu pada SPAP 2013, SA 580 paragraf A15).
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Media Komunikasi
Manajemen Pemeriksaan

Media komunikasi pemeriksaan LKPD TA 2022 menggunakan Portal Pemeriksaan LKPD TA 2022 yang
dapat diakses seluruh pemeriksa sebagai sarana:
• Penyampaian arahan dan kebijakan pemeriksaan dari Anggota V&VI, Tortama KN V/VI maupun tim
Pokja Pemeriksaan LKPD kepada seluruh tim pemeriksaan;
• Database regulasi pemeriksaan LKPD dan LHP BPK;
• Forum diskusi antar tim pemeriksa dengan Pokja;
• Penyampaian laporan perkembangan pelaksanaan pemeriksaan setiap minggu dari Kepala Perwakilan
kepada Tortama KN V/VI.
Sekjen BPK menetapkan Tim Pokja Pemeriksaan LKPD AKN V/VI TA 2022 - 2023. Tim Pokja bertugas dan
berfungsi untuk memfasilitasi penyediaan informasi dan pemecahan permasalahan substansi
pemeriksaan keuangan LKPD TA 2022.
Perwakilan menetapkan 2 personil sebagai LO untuk mengelola laporan setiap mingguan dan dokumen
pemeriksaan lainnya yang akan diunggah ke Portal Pemeriksaan LKPD TA 2022.
Sekretariat Pokja memfasilitasi koordinasi antar tim pemeriksa dan antara tim pemeriksa dengan pokja
melalui portal komunikasi dan media komunikasi sosial lainnya.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Evaluasi atas Pelaksanaan Pemeriksaan Interim


Manajemen Pemeriksaan

Kepala Perwakilan melakukan evaluasi selama pemeriksaan interim


berlangsung atau setelah pemeriksaan interim berakhir terutama terkait:
• Beban tugas dan kebutuhan sumber daya;
• Risiko pemeriksaan berdasarkan informasi dari media tentang auditee;
• Arahan pimpinan berdasarkan evaluasi laporan perkembangan
pelaksanaan pemeriksaan;
• Pemakaian tenaga ahli dalam pemeriksaan selanjutnya;
• Progress komunikasi dengan auditee terkait penyusunan laporan
keuangan unaudited.
Hasil evaluasi didokumentasikan dan digunakan untuk menyusun strategi
perwakilan dalam pelaksanaan pemeriksaan terinci.
Persiapan Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Monev

Evaluasi Hasil Pemeriksaan LKPD untuk Ditindaklanjuti pada Pemeriksaan


Manajemen Pemeriksaan

Berikutnya (Kinerja atau PDTT)


Evaluasi dilaksanakan setelah pemeriksaan LKPD berakhir. Materi evaluasi
mencakup temuan pemeriksaan LKPD yang berdampak pada opini dan
perlu ditindaklanjuti pada pemeriksaan berikutnya dengan kriteria
sebagai berikut:
• Temuan indikasi kecurangan untuk memperdalam permasalahan;
• Temuan yang masif dan sistemik untuk menentukan fokus
pemeriksaan;
• Temuan berulang dan nilainya material.
Metodologi
Pemeriksaan

Mengatur kebijakan dalam


pemeriksaan interim, strategi umum
pemeriksaan terinci, format opini,
tindak lanjut temuan berindikasi
kecurangan (fraud), penyajian akibat
dan rekomendasi, serta pemeriksaan
badan layanan umum daerah (BLUD)
Metodologi Pemeriksaan

I. PEMERIKSAAN INTERIM II. PEMERIKSAAN TERINCI III. FORMAT OPINI

IV. TINDAK LANJUT TEMUAN V. PENYAJIAN AKIBAT


VI. PEMERIKSAAN BLUD
BERINDIKASI KECURANGAN REKOMENDASI
Sasaran Pemeriksaan Interim

Perwakilan wajib melaksanakan pemeriksaan interim dengan tujuan untuk:


 Memantau tindak lanjut atas hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya.
 Menilai efektifitas SPI (Test of Control/ToC) dalam penyusunan LKPD;
 Menilai kepatuhan atas peraturan perundang-undangan.
 Pengujian substantif yang dilakukan terbatas pada transaksi/saldo akun-akun
tertentu (Test of Detail Balance Sheet/ToDB).
Sasaran Pemeriksaan Interim
a. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya yang berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan
(khususnya akun-akun yang dikecualikan pada opini tahun sebelumnya).
b. Sistem Pengendalian Intern tingkat entitas terkait updating proses bisnis entitas dengan adanya
perubahan SOTK Perangkat daerah yang baru (terutama dampaknya terhadap pencatatan aset tetap,
serta penganggaran dan realisasi belanja terkait)
c. Sistem Pengendalian Intern tingkat siklus transaksi atau proses bisnis entitas, meliputi:
• Proses bisnis penganggaran;
• Proses bisnis kepegawaian dan penggajian dan beban pegawai;
• Proses bisnis pengadaan barang/jasa, persediaan dan beban persediaan;
• Proses bisnis pengadaan belanja modal, pengelolaan aset tetap dan aset tak berwujud serta
penyusutan dan amortisasi;
• Proses bisnis pengelolaan dana hibah, bantuan sosial, subsidi, tidak terduga, transfer dan beban hibah,
beban bansos, beban subsidi;
• Proses bisnis pengelolaan pendapatan, piutang, dan penyisihan piutang;
• Proses bisnis pengelolaan investasi dan pembiayaan;
• Proses bisnis pengelolaan kas dan non kas; dan
• Proses bisnis akuntansi pokok dan pelaporan keuangan.
Sasaran Pemeriksaan Interim

d. Pengujian Substantif terbatas pada transaksi/saldo dengan prioritas pada akun-akun akun berikut.
1) Selain itu dalam pemeriksaan saldo kas, tim pemeriksa juga perlu mencermati manajemen kas yang
dilakukan oleh BUD. UU No. 23/2014 pasal 328 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam rangka manajemen
kas, Pemerintah Daerah dapat mendepositokan dan/atau melakukan investasi jangka pendek uang milik
Daerah yang sementara belum digunakan sepanjang tidak mengganggu likuiditas keuangan Daerah,
tugas Daerah, dan kualitas pelayanan publik. Dalam pemeriksaan interim diarahkan pada pencapaian
persentase mandatory spending (bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lainnya) oleh Pemda
2) Pemeriksa juga agar menilai kewajaran penyajian belanja modal dan aset tetap terkait pada saat posisi
per 31 Desember 2022 (cut off) serta mencermati realisasi pembayaran Belanja Modal untuk pelunasan
pembayaran utang belanja modal konstruksi yang dinyatakan berasal dari tagihan pihak ketiga cq
penyedia tahun-tahun sebelumnya;
3) Belanja Bansos dan BTT dengan pertimbangan Pemeriksaan atas akun Belanja Bansos dan BTT yang
diprioritaskan pada penanganan pandemi Covid 19, kenaikan inflasi dan BBM dalam kaitan mandatory
spending program perlindungan sosial;
Sasaran Pemeriksaan Interim

4) Aset Tetap dengan pertimbangan Pemeriksaan atas akun Aset Tetap diprioritaskan pada
kapitalisasi aset tetap tahun berjalan dan pemanfaatannya, serta tindak lanjut atas temuan aset
tetap sebelumnya.
5) Belanja Barang dan Jasa dengan pertimbangan Pemeriksaan atas akun Belanja Barang dan Jasa
tahun 2022 diprioritaskan untuk akun yang memerlukan waktu pemeriksaan relatif lama,
contohnya belanja perjalanan dinas, pengadaan persediaan obat-obatan, pengadaan bahan
bakar minyak, belanja pemeliharaan, pengadaan barang untuk diserahkan ke pihak
ketiga/masyarakat, serta belanja barang dan jasa yang terkait dengan penanganan Covid 19.
e. Pendapatan Daerah yang signifikan
Sasaran Pemeriksaan Interim

 Pengujian fisik atas belanja modal sebagai bagian pemeriksaan kepatuhan


diharapkan sudah selesai dilaksanakan pada pemeriksaan interim, termasuk
klarifikasi atas hasil pemeriksaan, sehingga pemeriksaan terinci dapat
diprioritaskan untuk pengujian saldo dan kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan, serta pemenuhan bukti dalam pengujian transaksi.
 Hasil pemeriksaan interim antara lain berupa Ringkasan Eksekutif, hasil pengujian
Risk Based Audit (RBA), indikasi masalah, dan Program Pemeriksaan (P2) Terinci.
 Hasil pemeriksaan interim agar digunakan untuk merancang prosedur
pemeriksaan terinci, baik uji pengendalian maupun uji substantif. Apabila terdapat
prosedur pemeriksaan yang diperlukan dan belum terdapat dalam SiAP LK, maka
pemeriksa harus menambahkan prosedur pemeriksaan tersebut dalam SiAP LK.
•Strategi Umum Pemeriksaan Terinci

1. Memastikan bahwa saldo awal on face LK tahun sebelumnya telah sama dengan saldo pada
aplikasi pelaporan LK yang digunakan Pemda untuk menyusun LK tahun berjalan.
2. Memprioritaskan pada pengujian saldo dan transaksi atas akun-akun serta kecukupan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Khusus untuk pengungkapan, pemeriksa harus
memastikan kesesuaian dengan SAP dan buletin teknis serta pengungkapan subsequent event,
commitment dan contingency, serta informasi penting lainnya.
3. Memanfaatkan hasil pemeriksaan interim LKPD serta hasil pemeriksaan tahun berjalan (PDTT dan
Kinerja) untuk menentukan strategi, cakupan pemeriksaan per akun, dan dampak terhadap opini
LKPD Tahun 2022.
4. Memfokuskan pemeriksaan pada akun-akun yang berisiko tinggi sesuai hasil penilaian risiko (RBA)
masing-masing entitas pada pemeriksaan interim, dengan mempertimbangkan akun-akun yang
bersifat strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan dan berperan signifikan dalam pelayanan
publik dan bernilai material dalam laporan keuangan, yaitu :
•Strategi Umum Pemeriksaan Terinci

a. Akun Belanja Bantuan Sosial dan BTT terutama terkait belanja untuk
penanganan Covid 19 dan mandatory spending program perlindungan sosial
sebagai dampak kenaikan inflasi dan kenaikan BBM;
b. Akun Belanja Hibah dan Belanja Barang dan Jasa untuk diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat;
c. Akun Belanja Modal yang dilaksanakan melalui penunjukan/pengadaan
langsung dan/atau untuk pelunasan pembayaran utang belanja modal
konstruksi yang dinyatakan berasal dari tagihan pihak ketiga cq penyedia tahun-
tahun sebelumnya;
d. Akun Kas dan penggunaan belanja atas dana bantuan pihak ketiga yang belum
disahkan BUD; serta
•Strategi Umum Pemeriksaan Terinci

e. Akun Pendapatan Daerah yang signifikan.


f. Akun Belanja Barang dan Jasa dan/atau Belanja Hibah dan/atau Belanja Bansos
dan/atau BTT dalam hal ditemukan kondisi terdapat realisasi pembayaran
kepada BPJS, terutama sebelum ditetapkannya APBD. Pemeriksa perlu
menganalisa peraturan yang menjadi dasar pembayaran tersebut.
g. Akun Pembiayaan dan/atau Utang Jangka Panjang dalam hal ditemukan kondisi
Pinjaman Daerah yang melewati masa jabatan Kepala Daerah. Pemeriksa perlu
menganalisa ijin dari Menteri terkait yang berwenang dan menguji
kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, serta mengidentifikasi
resiko yang ditimbulkan secara keseluruhan.
Strategi Umum Pemeriksaan Terinci

5. Mempertimbangkan bahwa masa pandemi Covid 19 dinyatakan belum berakhir


dan ketersediaan sumber daya yang ada maka perolehan bukti pemeriksaan
dapat disesuaikan dengan kondisi entitas dengan tetap memperhatikan tujuan
pemeriksaan. Pelaksanaan prosedur pemeriksaan dapat mengacu pada
keputusan BPK No 4/K/I-XIII.2/5/2020.
6. Memperhatikan arahan kebijakan pemeriksaan terkait hal-hal khusus.
Salah satunya mendorong pemda untuk menyajikan LK sesuai dengan SAP
dengan memperbaharuhi format penyajian dan kebijakan akuntansi yang
khususnya PSAP 17. Penyajian minimal sesuai dengan Lampiran tentang
penyajian LK.
Format Opini

1. Format opini mengacu pada Juknis Pemeriksaan LKPD


2. Untuk opini yang memerlukan penekanan suatu hal atau hal lainnya, mengacu pada kriteria yang
ditetapkan sesuai standar yaitu hal yang fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan
(ref SPAP 2013 SA-706 par 6-8).
3. Untuk opini yang mengalami kenaikan status agar ditambahkan paragraf tindak lanjut atas Hal-hal
yang Mempengaruhi Opini Tahun Sebelumnya, dengan contoh format sebagai berikut:
“Dalam LHP BPK Nomor....tanggal......, BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian atas
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.......Tahun 2021 karena................
Pada Tahun 2022, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .....telah melakukan upaya perbaikan
dengan...........(sebut atas akun yang menjadi pengecualian) dan telah melakukan koreksi-koreksi yang
diperlukan sehingga laporan keuangan menjadi wajar.”
• Tindak Lanjut Temuan Berindikasi Kecurangan (Fraud)

Pemeriksa menindaklanjuti permasalahan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut dengan


ketentuan:
1. Jika pemeriksa telah dapat menyimpulkan adanya kelebihan pembayaran berdampak pada keuangan
oleh tindakan yang disengaja (kecurangan/fraud) maka permasalahan tersebut diungkap dalam LHP
SPI dan Kepatuhan dan dinilai dampaknya terhadap opini laporan keuangan dengan menggunakan
nilai materialitas sebesar TM. Jika mempengaruhi opini, maka unsur fraud tersebut dijelaskan dalam
lembar opini dan risalah pembahasan opini;
2. Jika pemeriksa telah dapat menyimpulkan adanya kelebihan pembayaran berdampak pada keuangan
yang belum dapat dibuktikan sebab kesengajaan atau error, maka permasalahan tersebut diungkap
dalam LHP SPI dan Kepatuhan serta dipertimbangkan dampaknya terhadap opini dengan
menggunakan nilai materialitas sebesar antara TM s.d. 50% OM berdasarkan pertimbangan
profesional;
3. Jika pemeriksa menemukan penyimpangan belum dapat ditentukan jumlahnya yang berdampak pada
keuangan, maka permasalahan tersebut diungkap dalam LHP SPI dan Kepatuhan dengan menyajikan
permasalahan kelemahan pengendalian internal
• Penyajian Akibat dan Rekomendasi

1. Jika ditemukan permasalahan antara lain kekurangan volume, ketidaksesuaian dengan


kontrak/ketentuan, maka redaksional “akibat” diarahkan kepada kelebihan pembayaran.
2. Rekomendasi dirumuskan secara jelas dan tegas dengan mempertimbangkan konsistensi perlakuan
antar entitas yang diperiksa dengan memperhatikan kesamaan substansi kondisi permasalahan, faktor
yang menyebabkan terjadinya permasalahan dan akibat yang ditimbulkan dari permasalahan.
3. Rekomendasi atas kelebihan pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan oleh pihak ketiga ditujukan
kepada Kepala Daerah “ agar memerintahkan Kepala Dinas [nama SKPD] selaku Pengguna Anggaran
untuk memproses kelebihan pembayaran sebesar Rp… [ sebutkan nilai kelebihan bayar] sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan menyetorkannya ke kas daerah”.
• Penyajian Akibat dan Rekomendasi

4. Tujuan rekomendasi cukup sampai pada tingkat Kepala SKPD selaku Pengguna
Anggaran. Detail pelaksanaan rekomendasi oleh pejabat di bawah Kepala SKPD
dijabarkan dalam rencana aksi.
5. Rekomendasi agar menghindari istilah "memberikan sanksi" atau “memberikan
teguran” kepada pejabat, sebaiknya menggunakan istilah "menginstruksikan" untuk
melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
6. Jika terdapat temuan kelebihan pembayaran yang telah disetorkan sebagian atau
seluruhnya sebelum LHP terbit, maka Judul, Kondisi, dan Akibat, dalam LHP tetap
menyajikan nilai utuh (prinsip bruto). Rekomendasi menyajikan nilai netto dan
informasi penyetoran kelebihan pembayaran tersebut disajikan pada paragraf
tersendiri dalam tanggapan entitas.
PEMERIKSAAN LK BLUD oleh KAP
Ukuran dan kompleksitas BLUD yang dimiliki Pemerintah Daerah sangat bervariasi
pemeriksaan BLUD ditetapkan sebagai berikut.
1. BPK melakukan pemeriksaan atas LK BLUD sebagai bagian dari pemeriksaan LKPD
Tahun 2022.
2. Setiap perwakilan agar berkomunikasi dengan Pemerintah Daerah untuk :
a. Memperoleh informasi mengenai LK BLUD Tahun 2022 yang akan diperiksa KAP dan
KAP yang ditunjuk.
b. Meminta Kepala Daerah untuk mengatur jadwal penyelesaian pemeriksaan atas LK
BLUD oleh KAP sebelum pemeriksaan atas LKPD berakhir.
3. Apabila LK BLUD Tahun 2022 diperiksa oleh KAP:
a. Pemeriksa BPK wajib melakukan komunikasi kepada KAP yang melakukan
pemeriksaan keuangan atas BLUD signifikan dan melakukan reviu hasil pemeriksaan
KAP untuk memastikan bahwa pemeriksaan yang dilakukan KAP telah sesuai
dengan tujuan dan harapan penugasan pemeriksaan LKPD.
PEMERIKSAAN LK BLUD oleh KAP
b. Pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk mengandalkan pekerjaan KAP jika
berdasarkan hasil komunikasi, reviu dan pertimbangan profesional, pekerjaan
KAP telah memadai. Reviu dilaksanakan dalam kerangka mendukung pengujian
substantif yang dilakukan Tim Pemeriksa LKPD.
c. Mengenai tingkat cakupan dan tingkat keyakinan atas hasil audit KAP tergantung
dari keyakinan pemeriksa BPK terhadap metode dan prosedur audit yang telah
dilakukan oleh KAP.
d. Jika pemeriksa tidak memperoleh keyakinan bahwa pekerjaan KAP telah
memadai, maka pemeriksa BPK perlu mengembangkan prosedur tambahan
untuk melengkapi pengujian agar sesuai dengan tujuan pemeriksaan keuangan
LKPD terkait, dengan mengacu pada SPAP SA 600.
Apabila LK BLUD signifikan Tahun 2022 tidak diperiksa KAP, Tim Pemeriksa LKPD
melakukan pemeriksaan LK BLUD baik sasaran dan sampel pemeriksaan dilakukan
berdasarkan hasil penilaian risiko pada masing-masing BLUD.
Hal-Hal Khusus
Mengatur kebijakan terkait isu-isu
khusus yang mendapat perhatian
pimpinan. Untuk pemeriksaan Tahun
2022, hal-hal khusus mencakup
Kebijakan Pemeriksaan LFAR dan
IHPD, dampak pandemi Covid-19 dan
kenaikan inflasi serta kenaikan BBM
juga terbitnya beberapa ketentuan
peraturan terbaru dalam
Pemeriksaan.
1. PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN LFAR DAN IHPD

Entitas
Untuk entitas Provinsi? atau
Kabupaten? atau Kota?

LFAR
Tema
Tema pemeriksaan kinerja Tahun 2022
adalah “…………………………”

IHPD
Kebijakan sebelumnya terkait
Menunggu Kebijakan/Arahan
Lebih Lanjut dari Pimpinan IHPD masih relevan dan tetap
dilanjutkan menjadi Kebijakan
2022
IHPD
PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN LFAR DAN IHPD
Kebijakan pemeriksaan kinerja LFAR sebagai berikut.
1. Pelaksanaan pemeriksaan kinerja LFAR terintegrasi dengan pemeriksaan atas LKPD;
2. Pelaksanaan kinerja LFAR telah ditetapkan dan diputuskan untuk dilanjutkan, maka:
a. Setiap perwakilan wajib melaksanakan pemeriksaan kinerja bersamaan dengan pemeriksaan atas LKPD
Tahun 2022 untuk Pemprov/Kab/Kota
b. Tema pemeriksaan kinerja Tahun 2022 mengacu pada program dan/atau kegiatan Pemprov/Kab/Kota
yang mendukung program “…………………………”.
3. LHP Pemeriksaan Kinerja merupakan satu kesatuan dengan output pemeriksaan keuangan sehingga LFAR
mencakup empat laporan, yang terdiri dari:
a. Ringkasan Eksekutif, menggabungkan ikhtisar hasil pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja;
b. Buku I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan;
c. Buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan atas SPI dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan;
d. Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Program/Kegiatan;
e. Pelaksanaan pemeriksaan kInerja LFAR mengacu pada Kebijakan dan Pedoman Pemeriksaan LFAR TA
2022 yang diterbitkan oleh Pokja.
PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN LFAR DAN IHPD
Setiap perwakilan wajib menyusun Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Daerah (IHPD)
mencakup ikhtisar hasil pemeriksaan LKPD serta hasil pemeriksaan kinerja
dan/atau PDTT pada Pemerintah Provinsi/Kab/Kota yang dilaksanakan selama
Tahun 2022. Sistematika IHPD Tahun 2022 antara lain:
• Lembar sampul
• Kata Pengantar dari Kepala Perwakilan
• Daftar Isi
• Daftar Tabel
• Daftar Grafik
• Daftar Gambar
• Daftar Lampiran
PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN LFAR DAN IHPD
Tentang BPK: Profil Auditorat Utama Keuangan Negara V/VI dan Profil Perwakilan
Ringkasan Eksekutif
Bab I Pendahuluan,
mencakup (1) Profil dan Kapasitas Fiskal PemProv/Kab/Kota Tahun 2021, dan (2) Kebijakan Pemeriksaan
Perwakilan Tahun 2021
Bab II Hasil Pemeriksaan,
mencakup: (1) Ikhtisar hasil pemeriksaan keuangan Prov/Kab/Kota, (2) Ikhtisar hasil pemeriksaan kinerja
Prov/Kab/Kota, dan (3) Ikhtisar pemeriksaan DTT Prov/Kab/Kota
Bab III Hasil Pemantauan Tindak lanjut dan Penyelesaian Kerugian Daerah,
mencakup (1) Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan pada Pemprov/Kab/Kota per
Semester II Tahun 2021, dan (2) Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Daerah pada Pemprov/Kab/Kota
per Semester II Tahun 2021.
Lampiran
Daftar Singkatan dan Akronim
Glosarium.
DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM PEMERIKSAAN
1
1. Pemeriksa mendorong entitas memperhatikan panduan penerapan SAP
pada masa pandemi Covid-19
2. Pengungkapan perubahan anggaran dan perubahan kebijakan keuangan
refocusing, realokasi anggaran dan perubahan APBD serta perubahan
kebijakan keuangan daerah (kebijakan pendapatan, kebijakan belanja dan
kebijakan pembiayaan) selama pandemi Covid-19 dan kondisi kenaikan
inflasi serta kenaikan BBM. Perwakilan BPK agar mendorong entitas untuk
melakukan pengungkapan pada sub bab “Ikhtisar Pencapaian Target
Keuangan Selama Tahun Pelaporan Berikut Kendala dan Hambatan yang
Dihadapi dalam Pencapaian Target”.
DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM PEMERIKSAAN
1
3. Pengungkapan atas akun-akun laporan keuangan
a. Pemeriksa harus melakukan prosedur analitis untuk mencermati perubahan saldo
akun yang signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya serta melakukan
pengujian lebih lanjut dan tambahan pengungkapan dalam CaLK. Misalnya adanya
peningkatan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan sebagai dampak realokasi anggaran,
peningkatan nilai persediaan dari belanja untuk penanganan pandemi Covid-19,
peningkataan nilai mandatory spending untuk mengatasi dampak kenaikan inflasi
maupun BBM pada akun Bansos dan BTT, dan sebagainya.
b. Khusus anggaran dan realisasi Belanja Tak Terduga (BTT) terkait penanganan covid-19,
pengungkapan agar menjelaskan rincian kegiatan penanganan covid-19 yang dibiayai
dari pos BTT, paling sedikit terdiri dari Kegiatan Penanganan Kesehatan, Kegiatan
Penanganan Dampak Ekonomi dan Kegiatan Penyediaan Jaring Pengaman Sosial.
DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM PEMERIKSAAN
4. Pemeriksa harus mencermati apakah terdapat penerimaan hibah oleh Pemerintah
1
Daerah yang berasal dari pemerintah pusat maupun lembaga/masyarakat baik berupa
uang, barang atau jasa dalam rangka penanganan covid-19.
a. Apabila hibah dalam bentuk uang telah dilakukan pengesahan oleh BUD maka
pendapatan hibah dan belanja/beban yang bersumber dari hibah disajikan dalam LRA
dan LO. Apabila belum dilakukan pengesahan agar tim pemeriksa mendorong BUD
melakukan pengesahan. Jika sampai dengan akhir pemeriksaan belum dilakukan
pengesahan, maka dicatat dalam LO dan diungkapkan dalam CaLK (LRA);
b. Apabila hibah dalam bentuk barang/jasa bisa diukur secara andal, pendapatan hibah
dan beban yang bersumber dari hibah disajikan dalam LO serta aset yang diterima
disajikan dalam neraca. Apabila hibah barang dan jasa tidak dapat diukur secara andal
sampai dengan akhir pemeriksaan maka diungkapkan dalam CaLK (LO dan Neraca).
DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM PEMERIKSAAN
5. Penyajian Realisasi BTT untuk Penanganan Pandemi Covid-19 pada Laporan Operasional 1
sesuai dengan Panduan Penerapan SAP pada Masa Pandemi Covid-19 yang diterbitkan
oleh KSAP pada tanggal 30 Juli 2020 tidak diperlukan penyajian pos khusus/pos luar biasa
dalam Laporan Operasional (LO) dan penambahan pos baru dalam Laporan Keuangan,
kecuali tambahan informasi dalam CaLK
6. Dalam rangka penanganan pandemi Covid-19, pemda melakukan refocussing dan
realokasi APBD dengan mengalokasikan dana penanganan pandemi Covid-19 pada
anggaran BTT. Dalam penyajian beban pada Laporan Operasional, pemda didorong untuk
menyajikannya sesuai SAP, yaitu mengatribusikan BTT tersebut ke dalam pos-pos LO
sesuai sifat beban.
Apabila ditemukan permasalahan atas pengelolaan BTT tersebut, pemeriksa
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kewajaran Laporan Keuangan.
PEMERIKSAAN ATAS PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH (BMD)
1
Pemeriksa menguji pemanfaatan BMD yang dikuasai dan/atau
digunakan oleh BUMD dan juga yang dikerjasamakan dengan pihak
lainnya.
• Apabila ditemukan permasalahan terkait pemanfaatan BMD
tersebut, pemeriksa agar menuangkan dalam temuan pemeriksaan.
• Apabila BMD yang dikuasai dan atau digunakan oleh BUMD tersebut
belum ditetapkan statusnya agar dibuatkan temuan pemeriksaan
untuk segera menetapkan status BMD dimaksud melalui
pemanfaatan BMD dalam bentuk sewa menyewa atau
pemindahtanganan BMD sebagai penyertaan modal sesuai
ketentuan yang berlaku.
PEMERIKSAAN KEPATUHAN PERPAJAKAN
Pemeriksa agar menguji kepatuhan pemungutan pajak pusat (PPh dan PPN) dan penyetorannya ke kas negara. 1
1. Pemeriksa melakukan prosedur analitis atas kesesuaian pemungutan pajak pusat atas pembayaran melalui
SP2D LS dengan membandingkan nilai SP2D LS dengan nilai pungutan pajak.
a. Apabila terdapat selisih material antara nilai pungutan pajak seharusnya berdasarkan nilai SP2D dengan
nilai pajak yang telah dipungut, lakukan pengujian lebih lanjut;
b. Uji secara uji petik atas SP2D LS yang terbit akhir tahun untuk menguji apakah pungutan pajak telah
disetor ke Kas Negara oleh Bank Daerah melalui data NTPN;
c. Tuangkan dalam temuan pemeriksaan apabila terdapat pengeluaran yang belum dipungut pajak
dan/atau pungutan pajak yang belum disetor ke Kas Negara.
2. Pemeriksa menguji kepatuhan pemungutan pajak pusat dan penyetorannya ke kas negara yang dikelola
oleh Bendahara Pengeluaran.
a. Bandingkan data pungutan dan setoran pajak dengan nilai pajak yang seharusnya dipungut dan disetor
ke Kas Negara untuk menguji adanya pembayaran yang belum dipungut pajak;
b. Uji apakah seluruh pungutan pajak tersebut sudah disetor ke Kas Negara melalui data NTPN;
c. Tuangkan dalam temuan pemeriksaan apabila terdapat pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran yang
belum dipungut pajak atau kurang pungut dan pungutan pajak yang belum disetor ke Kas Negara.
Kondisi Terbitnya Ketentuan Peraturan yang Baru
Pemeriksa diharapkan mencermati dan menjadikan bahan dalam pemeriksaan terhadap adanya
pemutakhiran beberapa kriteria pemeriksaan pada Tahun 2022 baik berupa ketentuan peraturan secara
1
utuh maupun sebagian antara lain:

 UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah


 UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
 PSAP 15 Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan
 PSAP 16 Perjanjian Konsensi Jasa - Pemberi Konsesi
 PSAP 17 Properti Investasi
 PMK 134/KMK.07/2022 terkait Belanja Wajib dalam rangka Penanganan Dampak Inflasi TA 2022
 PMK 137/KMK.06/2022 terkait Penghapusan Piutang Daerah yang Tidak Dapat Diserahkan
Pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara.
 SE Mendagri Nomor 910/30896/Keuda tanggal 13 Oktober 2022 bahwa utang tahun berjalan dan
utang tahun sebelumnya atas kewajiban Pemda untuk pembayaran iuran Program JKN kepada BPJS
Kesehatan merupakan kategori belanja wajib dan mengikat sehingga untuk pembayarannya tidak
perlu menunggu pengesahan APBD Perubahan, cukup menggunakan anggaran BTT
Kondisi Terbitnya Ketentuan Peraturan yang Baru
1. Dalam hal Pemda belum merevisi atau memutakhirkan Perda/Perkada Pajak dan Retribusi 1
Daerah termasuk perihal IMB yang telah berganti menjadi PBG, Tim Pemeriksa menyusun
temuan guna mendorong Pemda ybs mengambil langkah merevisi Perda/Perkada Pajak
dan Retribusi sambil menunggu Peraturan Pelaksanaan dari UU No. 11/2020 maupun UU
No. 1/2022.
2. Dalam hal Pemda memiliki transaksi perjanjian konsesi jasa, maka kebijakan
pemeriksaannya mengadopsi/mengacu ke kebijakan pemeriksaan LKKL terkait transaksi
dimaksud PSAP 16 yang lebih banyak terjadi di lingkungan kementerian.
3. Dalam hal Pemda memiliki aset yang masuk dalam kategori Properti Investasi dimaksud
PSAP 17 dan sepanjang tidak ada pembatasan lingkup atas ketersediaan data dan
informasinya di penatausahaan Aset Tetap Pemda, maka Tim Pemeriksa Interim LKPD agar
mengingatkan dan mendorong Pemda untuk melakukan reklasifikasi dari kelompok Aset
Tetap ke Properti Investasi pada Neraca unaudited dan melengkapi/menambahkan dalam
Kebijakan Akuntansinya.
Kondisi Terbitnya Ketentuan Peraturan yang Baru
4. Terbitnya PMK 134/2022 dan/atau ketentuan lainnya sejenis yang berkaitan 1
dengan mandatory spending, maka Pemeriksa perlu mendorong Pemda
untuk melakukan penambahan pengungkapan di CaLK terkait dengan belanja
wajib atau mandatory spending. Dalam hal mandatory spending dalam
kerangka program perlindungan sosial berbentuk Bansos, maka kedalaman
pemeriksaannya cukup pada penyaluran dana bansos dan lebih lanjut
pemeriksaan mengikuti kebijakan pemeriksaan pada akun bansos/belanja
terkait lainnya.
5. Jika Pemda memiliki piutang macet dan belum ada upaya penagihan, Tim
Pemeriksa menyusun temuan guna mendorong Pemda melakukan
penagihan dan penghapusan piutang yang dimaksud PMK 137/2022.
Kebijakan Penggunaan Aplikasi Penyusunan LKPD (SIPD –
FMIS/SIMDA NG) dan Strategi Akses Database-nya 1
 Keberadaan beberapa aplikasi penyusunan LKPD antara lain SIPD (Kemendagri) dan SIMDA NG (FMIS-
BPKP), pada dasarnya hanya alat bantu memproses siklus akuntansi atas transaksi keuangan/ekonomi
secara tersistem/lebih terstruktur. Oleh karenanya dapat berpengaruh hanya pada aspek kecepatan
proses penyusunan LKPD. Di sisi lain, sepanjang Pemda dapat menyajikan LKPD (baik menggunakan
SIPD atau FMIS) sesuai dengan SAP dan prinsip/kaidah akuntansi yang berlaku umum, maka tidak
menjadi permasalahan atas perbedaan aplikasi pendukung penyusunan LKPD yang digunakan.
 Namun Tim Pemeriksa agar tetap dapat mencermati/mengevaluasi aspek-aspek yang melingkuipi
penggunaan aplikasi tersebut, termasuk dapat menyusun temuan kelemahan SPI atas implementasi
aplikasi yang dipilih Pemda pada aspek-aspek penyusunan LKPD
 Hal penting lainnya, adalah Auditor Utama KN V & VI melalui APP AKN V & VI dengan melibatkan Biro TI agar
bersinergi dan berkoordinasi dengan pihak BPKP guna kelancaran akses database FMIS yang menggunakan
SIMDA NG/FMIS dan dengan pihak Kemendagri guna kelancaran akses database SIPD selanjutnya perwakilan
menyampaikan ST kepada Pemda dan APP V & VI serta ditembuskan kepada Biro TI, BPKP dan Kemendagri.
PEMERIKSAAN ATAS BUMD
1
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 dinyatakan bahwa tujuan pendirian
BUMD adalah untuk memberikan manfaat bagi perkembangan
perekonomian daerah pada umumnya, menyelenggarakan kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi
daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik,
dan memperoleh laba dan/atau keuntungan. Tim pemeriksa perlu
mencermati pendapatan dari hasil kekayaan daerah yang dipisahkan (BUMD)
serta penyertaan modal pemerintah pada BUMD.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai