Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASYKAL QIYAS

Mata Kuliah Ilmu Mantiq

Disusun Oleh :

2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Qiyas”. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas pendidikan agama dengan judul "Qiyas". Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
bisa diperbaiki.

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam sketsa pemikiran hukum bahwa Qiyas merupakan suatu metode
penetapan hukum menempati posisi keempat dalam kerangka pemikiran hukum
(Ushul fiqh).Para ulama dan praktisi hukum menilai bahwa semua produk hukum
fiqh yang dihasilkan oleh metode Qiyas ini benar-benar valid dan memiliki
kekuatan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Dilihat dari
konteks sejarah ada kecenderungan bahwa metode Qiyas ini berawal berawal dari
logika filsafat Aristoteles yang berkembang di Yunani kemudian
ditransformasikan menjadi khazanah kebuyaan islam pada masa Al-makmun.
Secara metodologi dan operasional, Qiyas merupakan upaya menghubungkan satu
peristiwa dengan peristiwa lain yang memiliki justifikasi hukum dengan melihat
adanya persamaan kausa hukum (‘illat).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dari Qiyas ?
2. Apa yang menjadi dasar hukum Qiyas ?
3. Sebutkan macam- macam Qiyas ?
C. Tujuan
1. Dapat memahami dan mengetahui apa itu Qiyas
2. Dapat memahami dan mengetahui hukum dasar dari Qiyas
3. Dapat memahami dan mengetahui penggolongan Qiyas

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qiyas
Secara bahasa Arab berarti menyamakan, membandingkan atau mengukur,
seperti menyamakan si A dan si B, kerena kedua orang itu mempunyai tinggi yang
sama, bentuk tubuh yang sama, wajah yang sama dan sebagainya. Sedangkan
menurut ulama ushul fiqh Qiyas berarti menetapkan hukum suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada
suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya
berdasarkan nash karena ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa
itu.
Di antara contoh Qiyas adalah setiap minuman yang memabukkan hukumnya
haram. Hal ini di Qiyaskan dengan hukum khamar (arak), yaitu haram. Persamaan
kedua jenis minuman ini adalah karena kesamaan sifatnya yang memabukkan.
Contoh lain adalah harta anak-anak wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini
disamakan dengan harta orang dewasa, yaitu bahwa kedua jenis harta tersebut
dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu juga dapat memberikan pertolongan
kepada fakir miskin.Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa Qiyas
merupakan hujjah syar’I dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber
hukum yang lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan
nash ataupun ijma’ yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi
dengan persamaan illat maka berlakulah hukum Qiyas dan selanjutnya menjadi
hukum syar’i.
B. Dasar hukum qiyas
Sebagian besar para ulama fiqh dan para pengikut mazhab yang empat
sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar hujah dalam
menetapkan hukum dalam ajaran islam. Hanya mereka berbeda pendapat tentang
kadar penggunaan qiyas atau macam-macam qiyas yang boleh digunakan dalam
mengisbatkan hukum, ada yang membatasinya da nada pula yang tidak

4
membatasinya, namun semua mereka itu barulah melakukan qiyas apabila ada
kejadian atau peristiwa tetapi tidak diperoleh satu nash pun yang dapat dijadikan
dasar. Hanya sebagian kecil para ulama yang tidak membolehkan pemakaian
qiyas mazhab syi’ah. Mengenai dasar-dasar hukum qiyas bagi yang
membolehkannya sebagai dasar hujjah, ialah Al-quran, Al-hadist, perbuatan
sahabat, dan akal.
1. Al-quran
Allah Swt memberi petunjuk dalam penggunaan qiyas dengan cara
menyamakan dua hal sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Yasiin [36] : 78-79.
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami, dan ia lupa kepada kejadiannya :
ia berkata “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah
hancur luluh?”
79. Katakanlah :“Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang
pertama kali, dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menyamakan kemampuannya
menghidupkan tulang belulang yang telah berserakan di kemudian hari dengan
kemampuannya menciptakan tulang belulang pertama kali.
2. Al-hadist
Di antara hadist yang dikemukan jumhur ulama sebagai argumentasi bagi
penggunaan qiyas adalah :
Artinya : “Bagaimana (cara) kamu menetapkan hukum apabila dikemukakan
suatu peristiwa kepadamu? Mu’adz menjawab : Akan aku tetapkan berdasar Al-
quran. Jika engkau tidak memperolehnya dalam Al-quran? Mu’adz berkata :
Akan aku tetapkan dengan sunnah Rasulullah. Jika engkau tidak memperolehnya
dalam sunnah Rasulullah? Mu’adz menjawab : Aku akan berijtihad dengan
menggunakan akalku dengan berusaha sungguh-sungguh. (Mu’adz berkata) :
Lalu Rasulullah menepuk dadanya dan berkata : Segala puji bagi Allah yang
telahmemberi petunjuk petugas yang diangkat Rasulullah, karena ia berbuat
sesuai dengan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Ahmad Abu Daud dan
At-Tirmidzi).

5
Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa seorang boleh melakukan ijtihad dalam
menetapkan hukum suatu peristiwa jika tidak menemukan ayat-ayat Al-quran dan
hadist yang dapat dijadikan sebagai dasarnya. Banyak cara yang dilakukan dalam
berijtihad itu, salah satunya yaitu menggunakan qiyas.
3. Perbuatan sahabat
Para sahabat Nabi Saw banyak melakukan qiyas dalam menetapkan hukum
suatu suatu peristiwa yang tidak ada nashnya.Seperti alasan pengangkatan
khalifah Abu Bakar. Menurut para sahabat Abu Bakar lebih utama diangkat
menjadi khalifah disbanding sahabat-sahabat yang lain, karena dialah yang
disuruh Nab Saw mewakili beliau sebagai imam shalat di waktu beliau sedang
sakit. Jika Rasulullah Saw ridha Abu Bakar mengganti beliau imam shalat, tentu
beliau lebih ridha jika Abu Bakar menggantikan beliau sebagai kepala
pemerintahan.1[4]
4. Akal
Tujuan Allah Swt menetapkan syara’ bagi kemaslahatan manusia.Setiap
peristiwa ada yang diterangkan dasarnya dalam nash da nada pula yang tidak
diterangkan.
Peristiwa yang tidak diterangkan dalam nash atau tidak ada nash yang dapat
dijadikan sebagai dasarnya ada yang ‘illatnya sesuai benar dengan ‘illat hukum
dari peristiwa yang ada nash sebagai dasarnya. Menetapkan hukum dari peristiwa
yang tidak ada nash sebagai dasarnya ini sesuai dengan hukum yang telah
ditetapkan berdasarkan nash, karena ada persamaan ‘illatnya diduga keras akan
memberikan kemaslahatan kepada hamba. Sebab itu tepatlah kiranya hukum dari
peristiwa itu ditetapkan dengan cara Qiyas.
D. Macam-macam qiyas
1) Qiyas Aula
Qiyas ini juga dinamai awlawi, qiyas qhat’I, yaitu suatu qiyas yang ‘illatnya
itulah yang mewajibkan hukum, atau dengan kata lain yaitu mengqiyaskan sesuatu
dengan sesuatu yang hukumnya telah ada, namun sifat/illatnya lebih tinggi dari

6
sifat hukum yang telah ada. Contohnya keharaman hukum memukul orang tua,
diqiyaskan kepada memakinya saja sudah haram.
2) Qiyas Musawi
Qiyas musawi adalah ‘illat qiyas suatu hukum sama, seperti halnya
keharaman hukum membakar harta anak dengan memakan harta hartanya.illat
keduanya sama-sama menghilangkannya.
3) Qiyas Adna atau Adwan
Qiyas adna adalah mengqiyaskan sesuatu yang kurang patut menerima hukum
yang diberikan kepada sesuatu yang patut menerima hukum itu. Contoh
mengqiyaskan apel pada gandum dalam hal berlakunya riba fadhal karena
keduanya mengandung ‘illat yang sama, yaitu sama-sama makanan.
4) Qiyas Dalalah
Qiyas dalalah yaitu menetapkan hukum karena ada persamaan dilalat al-
hukm (penunjukan hukumnya).Seperti kesamaan kewajiban zakat untuk harta
anak yatim dan harta orang dewasa.Karena keduanya sama-sama bisa tumbuh dan
berkembang.
5) Qiyas Syibh
Qiyas syibh yaitu terjadinyakeraguan dalam mengqiyaskan, ke asal mana
illat ditujukan kemudian harus ditentukan salah satunya dalam rangka penetapan
hukum padanya.Seperti pada kasus hamba yang dibunuh, dirinya di qiyaskan
kepada seorang manusia sebagai anak cucu Adam, atau barang yang
diperjualbelikan.
6) Qiyas Al-aksi
Qiyas al-aksi adalah yang tidak adanya hukum karena tidak adanya ‘illat
atau menetapkan lawan hukum sesuatu bagi yang mana keduanya memiliki
hukum yang berlawanan tentang hal ini.

7
KESIMPULAN

Bahwasanya Allah Swt mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk


kemaslahatan. Kemaslahatan manusia merupakan tujuan yang dimaksud dalam
menciptakan hukum. Kedua, bahwa nash baik Al-quran maupun Hadist
jumlahnya terbatas dan final. Tetapi permasalahatan manusia lainnya tidak
terbatas dan tidak pernah sama sekali.
Mustahil jika nash-nash tadi saja yang menjadi sumber hukum
Syara’.Karenanya qiyas merupakan sumber hukum syara’ yang tetap berjalanan
dengan munculnya permasalahan-permasalahan yang baru. Yang kemudian qiyas
menyingkap hukum syara’ dengan apa yang terjadi yang tentunya sesuai dengan
syariat dan maslahah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Totok Jumantoro, Kamus Ushul Fiqh, (Jakarta : PT. Hamzah, 2001)

http://ernysulis5.blogspot.co.id/2014/01/ilmu-mantiq-definisi-
tariif.html

Anda mungkin juga menyukai