Anda di halaman 1dari 19

Handout

“Keanekaragaman Hayati”
Penulis: Fikri Syahir Robi

1. Tingkat Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah variasi orgnisme pada tingkatan,
yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman hayati menurut UU no. 5
tahun 1994 merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks-
kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies dan antar spesies dengan ekosistem. Berdasarkan
pengertian diatas, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
keanekaragaman gen (genetic), keanekaragaman spesies (jenis), dan keanekaragaman
ekosistem.
a) Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
jenis atau spesies makhluk hidup contohnya pada kucing (Felis silvetris catus) yang
berwarna hitam, putih, abu-abu, dan coklat. Perbedaan macam variasi warna bulu pada
kucing tersebut dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom yang
dimilikinya. Kromosom tersebut dapat diperoleh dari kedua orang tua melalui
pewarisan sifat. Namun, ekspresi gen suatu organisme dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan di sekitarnya, contohnya bibit buah jambu yang memiliki sifat genetik
berbuah bersar misalnya, apabila bibit tersebut ditanam pada media dan tempat yang
berbeda dimungkinkan buah yang akan tumbuh tidak sebesar induknya atau sebaliknya.
Peningkatan keanekaragaman gen terjadi melalui perkawinan silang (hibridasi)
antara organisme satu spesies yang berbeda sifat. Selain itu, meningkatnya
keanekaragaman gen ini dapat melalui budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh
manusia (domestikasi). Adapun contohnya yaitu persilangan tanaman anggrek untuk
mendapatkan bunga anggrek dengan warna yang beraneka ragam. Adanya hibridasi ini
akan memperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies.
Keanekaragaman gen pada organisme dalam suatu spesies disebut varietas atau ras.
b) Keanekaragaman Spesies/Jenis
Keanekaragaman spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada komunitas
atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat, contohnya di suatu
halaman di sekolah terdapat pohon mangga, pohon jambu, pohon palem dll.
Keanekaragaman spesies yang lebih tinggi pada umumnya ditemukan di tempat yang
jauh dari kehidupan manusia, contohnya di hutan terdapat banyak jenis hewan dan
tumbuhan dibandingkan dengan sawah dan perkebunan. Adapun organisme yang
memiliki kemiripan karakteristik tubuhnya dikelompokkan pada tingkatan genus atas
beberapa spesies yang berbeda, contohnya Phantera tigris (harimau), Phantera leo
(Singa), Phantera pardus (macan tutul), dan Phantera onca (jaguar).
c) Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, kemudian terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antara satu
spesies dan spesies lain serta melibatkan lingkungan abiotik tempat hidupnya misalnya
air, udara, kelembapan, suhu dll. Ekosistem dapat bervariasi sesuai dengan spesies
pembentuknya. Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem berbeda-beda.
Ekosistem hutan hujan tropis misalnya diisi oleh pepohonan yang rimbun, paku-
pakuan, anggrek, burung, harimau, monyet, orang utan, ular, rusa, dan berbagai
serangga. Contoh lain pada ekosistem sungai terdapat alga, ikan, kepiting, udang, kura-
kura, dan ular.
Terdapat dua macam ekosistem menurut penyusunnya yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami contohnya hutan, rawa, laut, terumbu karang,
bendungan, danau, sungai dll. Selain itu, ada ekosistem buatan manusia misalnya
agroekosistem (sawah, kebun dll) yang memiliki keanekaragaman lebih rendah
dibandingkan dengan ekosistem alami, namun memiliki keanekaragaman gen lebih
tinggi.
Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah dapat ditentukan oleh berbagai faktor,
diantaranya posisi tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya
matahari, kelembapan, suhu, dan kondisi tanah. Adapun contohnya di Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa, memiliki sekitar 47
macam ekosistem di laut maupun di darat.
2. Tipe Ekosistem
Perbedaan faktor lingkungan (Abiotik) dapat menentukan tipe (bentuk) ekosistem.
Ekosistem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem akuatik dan ekosistem darat
terestrial. Ekosistem akuatik berada di daerah perairan, sedangkan ekosistem terrestrial
berada di daerah daratan.
a) Ekosistem perairan (akuatik)
Ekosistem perairan adalah ekosistem yang komponen biotiknya sebagian besar
terdiri atas air. Contoh ekosistem perairan yaitu ekosistem bakau, ekosistem pesisir laut,
ekosistem padang lamun, ekosistem terumbu karang, ekosistem laut dalam dll. Adapun
komponen biotik dalam ekosistem perairan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
• Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Organisme ini dapat bergerak
dan berpindah secara pasif karena pengaruh arus air, contohnya ganggang hijau dan
protozoa.
• Nekton merupakan organisme yang bergerak aktif (berenang), contohnya ikan dan
katak.
• Batos merupakan organisme yang berada di dasar perairan, contohnya cacing,
kepiting, ganggang.
• Neustron merupakan organisme yang mengapung di permukaan air, contohnya
serangga, teratai, dan eceng gondok.
• Perifiton merupakan organisme yang melekat pada organisme lain, contohnya
ganggang dan siput.
b) Ekosistem daratan (terrestrial)
Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas yang disebut bioma. Ragam/tipe
bioma berbeda-beda sesuai dengan faktor lingkungannya contohnya iklim. Sebagian
nama bioma disesuaikan dengan vegetasi (tumuhan) yang dominan. Terdapat tujuh
macam bioma di bumi, yaitu hutan hujan tropis, hutan gugur, gurun, savana, stepa,
taiga, dan tundra.

• Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis terdapat di wilayah lingkar khatulistiwa seperti di Indonesia,
Amerika Selatan, lembah sungai amazon, dan lembah kongo. Bioma ini memiliki
karakteristik berupa curah hujan sangat tinggi, antara 200-450 cm/tahun. Selain itu,
penyinaran matahari sepanjang tahun dengan suhu lingkungan antara 21-30oC.
Bioma ini memiliki karakteristik flora berupa banyaknya pepohonan perdu yang
tinggi sehingga membentuk kanopi, sehingga banyak tumbuhan merambat (liana)
seperti rotan dan tumbuhan menempel (epifit) seperti anggrek. Sementara itu, fauna
pada bioma ini memiliki karakteristik berupa hewan yang terbang seperti burung
hewan yang memanjat seperti monyet, hewan yang berjalan di tanah seperti macan
tutul dan ular.
• Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di wilayah negara-negara sub-tropis seperti jepang, rusia,
korea dll. Kawasan sub-tropis ini dicirikan dengan adanya empat musim (panas,
semi, dingin, gugur). Bioma ini memiliki ciri curah hujan yang merata sepanjang
tahun antara 75-100 cm/tahun. Adapun karakteristik flora pada bioma ini memiliki
daun yang lebar contohnya elm, beech, dan oak. Sementara itu, karakteristik fauna
pada bioma ini mengalami hibernasi (tidur lama di musim dingin) contohnya hewan
pemakan biji seperti tupai dan hamster, dan mengalami migrasi (perpindahan
tempat tinggal dalam jumlah koloni yang besar) contohnya burung.
• Gurun
Gurun terdapat di wilayah benua afrika bagian utara dan asia bagian barat.
Bioma ini memiliki ciri berupa padang pasir yang luas, keadaan tanah yang tandus
karena tidak dapat menyimpan air, dan curah hujan yang sangat jarang turun di
daerah tersebut dengan intensitas <25 cm/tahun, kecepatan evaporasi (penguapan)
yang tinggi, kelembapan udara yang sangat rendah, dan memiliki suhu panas yang
ekstrim dengan suhu maksimal di siang hari mencapai 60oC. Adapun karakteristik
flora pada bioma ini yaitu tumbuhan xerofit (tumbuhan yang hidup di habitat
kering) contohnya kaktus dan kurma. Sedangkan karakteristik fauna pada bioma ini
dapat menahan panas yang terik contohnya unta, kalajengking, ular, burung.

• Savana
Savana (sabana) terdapat di wilayah tropis, seperti Indonesia (NTT dan NTB),
Kenya, dan Australia utara. Bioma ini memiliki ciri berupa padang rumput luas
yang diseling oleh pepohonan, memiliki curah hujan 90-150 cm/tahun. Savana
dibedakan menjadi dua jenis yaitu savana murni (satu jenis pohon) dan savana
campuran (beberapa jenis pohon). Adapun karakteristik flora pada bioma ini yaitu
banyak tumbuhan semak seperti Eucalyptus dan pepohonan yang jarang. Sementara
itu, karakteristik fauna pada bioma ini adalah hewan herbivora seperti kijang dan hewan-
hewan karnivora seperti singa dan macan tutul.
• Stepa
Stepa terdapat di wilayah tropis dengan beriklim sedang contohnya Indonesia
(NTT), Amerika Selatan, Australia, Hongaria, dan Rusia Selatan. Bioma ini
memiliki ciri berupa padang rumput yang luas, memiliki intensitas hujan yang
jarang dengan curah hujan 25-50 cm/tahun. Adapun karakteristik flora pada bioma
ini yaitu banyak tumbuhan herba berupa semak belukar yang tinggi ± 3 meter
contohnya bluestem grasses. Sementara itu, karakteristik fauna pada bioma ini
adalah hewan-hewan herbivora seperti bison, jerapah, kijang serta hewan-hewan
karnivora seperti jaguar, citah, serigala.
• Taiga
Taiga (hutan boreal) terdapat di wilayah subtropis misalnya di Amerika utara,
Alaska semenanjung Skandinavia, dan Rusia. Bioma ini memiliki ciri berupa suhu
yang dingin dan biasanya di pegunungan. Adapun karakteristik flora pada bioma
ini yaitu tumbuhan-tumbuhan konifer (berdaun jarum) yang tampak hijau sepanjang
tahun (evergreen) contohnya pohon cemara. Sementara itu, karakteristik fauna pada
bioma ini adalah hewan yang bisa terbang seperti burung, hewan herbivora seperti
moose, hewan karnivora seperti ajax dan beruang.
• Tundra
Tundra terdapat di wilayah kutub dan lingkar kutub. Bioma ini memiliki ciri
berupa suhu dingin yang ekstrim. Bioma tundra dibedakan menjadi dua jenis yaitu
tundra artik (terdapat di kutub utara) dan tundra alpin (terdapat di puncak
pegunungan). Adapun karakteristik flora pada bioma ini yaitu tumbuhan lumut
seperti Sphagnum, tumbuhan berbiji berukuran pendek, tumbuhan dengan
reproduksi yang singkat, dan tumbuhan yang mengalami dormansi (tidak aktif) di
musim dingin seperti willow dan birch. Sementara itu, karakteristik fauna pada
bioma ini adalah hewan-hewan berbulu tebal seperti caribou dan muskox, serta
beberapa spesies burung seperti ptarmigan.

3. Keanekaragaman Hayati Indonesia


Gambar 1. Zona persebaran flora dan fauna di Indonesia
Sumber: (Irnaningtyas & Sagita, 2022)

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan flora dan fauna terbesar selain
Brazil dan Zaire. Menurut Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology
(ICBB), Indonesia menempati peringkat pertama di dunia dalam kekayaan spesies
mamalia (646 spesies dan 36% endemic), peringkat pertama untuk kupu-kupu besar
dan berbagai warna (swallowtail butterflies) dengan 121 spesies yang sudah
teridentifikasi dan 44% endemic, peringkat ketiga reptilia (lebih dari 600 spesies),
kelima untuk amphibia (270 spesies), dan ketujuh untuk tumbuhan berbunga (sekitar
25.000 spesies). Selain itu, di hutan Indonesia, ditemukan 400 spesies pohon yang
bernilai ekonomis tinggi. Indonesia juga memiliki sejumlah spesies endemic tertinggi
di dunia. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pulau yang terisolasi dalam waktu
yang cukup lama sehingga perlahan-lahan muncul spesies local yang unik dan dikenal
sebagai spesies endemic. Oleh sebab itu, pola persebaran flora dan fauna di Indonesia
sangat beragam.
a) Persebaran flora di Indonesia
Flora Indonesia termasuk flora kawasan Malesiana yang yang meliputi Malaysia,
Filipina, Indonesia, dan Papua Nugini. Pada tahun 2009, Van Welzen dan Silk, botanis
dari Belanda, melakukan penelitian yang menjelaskan distribusi flora Malesiana.
Menurut keduanya, flora Malesiana terbagi menjadi flora daratan Sunda, flora daratan
Sahul, dan flora di daerah tengah (Wallacea) yang sangat khas dan endemic. Flora
dataran Sunda, antara lain tumbuhan dari Famili Dipterocarpaceae, contohnya pohon
keruing (Dipterocarpus applanatus) yang kayunya sering digunakan untuk bahan
bangunan. Selain itu, tumbuhan Famili Nepenthaceae, contohnya tumbuhan pemangsa
serangga atau kantong semar (Nepenthes gymnamphora). Flora dataran Sahul, antara
lain sagu (Metroxylon sagu) dan tumbuhan dari Famili Myristicaceae, misalnya pala
(Myristica fragrans). Flora dataran Wallacea, antara lain leda (Eucalyptus deglupta)
yang memiliki batang berwarna-warni.
b) Persebaran fauna di Indonesia
Penyebaran fauna Indonesia dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa
geologi benua Asia dan Australia. Pakar zoologi berpendapat bahwa tipe fauna di
Indonesia bagian barat mirip dengan fauna di Asia Tenggara (oriental), sedangkan
fauna di kawasan Indonesia bagian timur mirip dengan fauna di benua Australia
(australis). Oleh sebab itu, daerah persebaran fauna Indonesia dapat dibagi menjadi tiga
kawasan, yaitu kawasan Indonesia bagian barat, kawasan peralihan, dan kawasan
Indonesia bagian timur. Pembagian zona persebaran fauna ini dipisahkan oleh garis
Wallace dan garis Weber.
• Kawasan Indonesia bagian barat
Kawasan Indonesia bagian barat meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan
Bali. Kawasan ini dibatasi oleh garis Wallace yang terletak di antara Kalimantan
dan Sulawesi serta antara Bali dan Lombok. Adapun jenis fauna kawasan ini yaitu
harimau (Phantera tigris), macan tutul (Phantera pardus), gajah (Elephas
maximus), badak jawa (Rhinoceros sondaicus), banteng (Bos sandaicus), orang
utan (Pongo pygmaeus), wau-wau (Hylobates lar), lutung (Presbytis cristata),
beruang madu (Ursus malayanus), merak hijau (Pavo muticus), dan jalak bali
(Leucopsar rothschildi).
Gambar 2. Harimau Sumatra (Phantera tigris var. Sumatra)
Sumber: (www.google.com)
• Kawasan Indonesia peralihan
Kawasan peralihan meliputi Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Sumba, Lombok,
dan Timor. Kawasan peralihan dibatasi oleh garis Wallace di sebelah barat dan garis
Weber di sebelah timur. Adapun jenis fauna kawasan ini yaitu anoa pegunungan
(Bubalus quarlesi), anoa daratan rendah (Bubalus depressicornis), Komodo
(Varanus komodonensis), babi rusa (Babyrousa babyrussa), maleo
(Macrocephalon maleo), duyung (Dugong dugon), kuskus beruang (Ailurops
ursinus), burung rangkong (Rhyticeros cessidix), kupu-kupu sulawesi (Papilio
iswara), soa-soa (Hydrosaurus ambonensis), dan kakatua putih berjambul merah
(Cacatua moluccensis).

Gambar 3. Komodo (Varanus komodoensis)


Sumber: (www.google.com)
• Kawasan Indonesia bagian timur
Kawasan Indonesia bagian timur meliputi Papua dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Kawasan ini dibatasi oleh garis Weber. Adapun jenis fauna kawasan ini
yaitu kangguru pohon (Dendrolagus ursinus), walabi kecil (Dorcopsulus
vanheurni), burung kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius), burung kakatua
raja (Probosciger aterrimus), burung cenderawasih ekor pita (Astapia mayeri),
kasturi raja (Psittrichas fulgidus), kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera sp.), ular
sanca hijau (Chondropython virdis), dan buaya irian (Crocodylus novaeguineae).

Gambar 4. Burung cenderawasih ekor pita (Astapia mayeri)


Sumber: (www.google.com)

4. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia


a) Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan, contohnya biji tanaman padi (Oryza
sativa) sebagai sumber bahan pokok makanan di Indonesia. Selain itu daging hewan
ayam juga dimanfaatkan sebagai sumber protein makanan.
b) Keanekaragaman hayati sebagai sumber obat-obatan, contohnya kulit tanaman kina
(Cinchona calisaya, Cinchona officinalis) sebagai obat untuk malaria
c) Keanekaragaman hayati sebagai sumber kosmetik, contohnya bunga tanaman melati
(Jasminum grandiflorum) sebagai wewangian parfum
d) Keanekaragaman hayati sebagai sumber sandang, contohnya tanaman kapas
(Gossypium arboretum) dan ulat sutera sebagai bahan untuk pembuatan pakaian
e) Keanekaragaman hayati sebagai sumber papan, contohnya tanaman jati (Tectona
grandis) sebagai furniture dan tiang penyangga dalam pembuatan bangunan.
f) Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya, contohnya bunga tanaman mawar,
kenanga, kantil, dan melati untuk budaya nyekar (ziarah kubur). Selain itu, hewan sapi,
kambing, dan domba sebagai hewan kurban pada hari raya Qurban.
g) Keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, contohnya padi Rojolele yang
dapat mewariskan sifat pulen dan lembut pada nasi yang telah dimasak.

5. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya keanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, sebagai berikut:
a) Hilangnya habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of nature)
menyatakan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan
yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya keanekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan
yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan
semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk
digunakan sebagai lahan pertanian, atau dijadikan sebagai lahan industri.
b) Pencemaran tanah, udara, dan air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan tersebut dapat mencemari komponen lingkungan seperti air, tanah,
dan udara. Beberapa polutan bersifat racun bagi organisme, contohnya nitrogen oksida
dan sulfur oksida yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor jika bereaksi dengan
air akan membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Selain itu, penggunaan CFC
(Chlorofluorocarbon) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer
berlubang. Keadaan tersebut mengakibatkan intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke
bumi meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan
organisme.
c) Perubahan iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), efek
rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-3oC dalam kurun waktu 100 tahun. suhu panas
yang semakin meningkat menyebabkan banyak es di kutub mencair, sehingga
mengakibatkan naiknya permukaan laut yang mengakibatkan berubahnya struktur dan
fungsi ekosistem lautan. Selain itu, dapat menyebabkan terjadinya banjir rob.
d) Eksploitasi tanaman dan hewan
Eksploitasi hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan
terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang
digunakan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang banyak diminati oleh
pecinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kepunahan
spesies-spesies tertentu, apalagi jika tidak diimbangi dengan usaha pelestariannya.
e) Adanya spesies pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal
yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa
spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem.
Contohnya ikan hias yaitu ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) yang merupakan
spesies endemic Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi ini terancam punah karena
dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari Jepang dan menjadi
spesies invasif di danau tersebut.
f) Industrialisasi pertanian dan hutan
Para petani cenderung menanam tumbuhan atau memelihara hewan bersifat
unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan
menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau lahan industri
perkebunan umumnya hanya ditanami oleh satu jenis pohon saja (monokultur),
misalnya sawah, kebun teh, kebun coklat, dan kebun kopi. Hal tersebut dapat
menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies/jenis.

6. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat
yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah
dengan cara melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi
keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu:
• Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan
• Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali
• Menyediakan sumber plasma-nutfah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 Tahun 1990


tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No, 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dengan tiga asas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan
bermanfaat. Konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ mupun
ex situ. Konservasi in situ adalah usaha pelestarian (konservasi) yang dilakukan di
habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, suaka
margasatwa, taman hutan raya, dan taman laut. Contohnya, cagar alam Rafflesia di
Bengkulu dan suaka margasatwa Pulau Komodo. Sementara itu, konservasi ex situ
adalah usaha pelestarian yang dilakukan di luar habitat, aslinya, yaitu dengan
mendirikan kebun raya, taman safari, kebun koleksi, atau kebun binatang. Contohnya,
taman safari Prigen, Pasuruan dan Kebun Binatang Batu Secret Zoo.
Dari hasil kerjasama dengan lembaga konservasi Internasional, telah dilakukan
pengembangan kawasan konservasi menjadi cagar biosfer. Cagar biosfer adalah
kawasan dengan ekosistem terestrial dan pesisir yang melaksanakan konservasi
biodiversitas melalui pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan. Cagar biosfer di
Indonesia berdasarkan ketetapan UNESCO, antara lain Kebun Raya Cibodas, Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lore
Lindu, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman
Nasional Siberut, Taman Nasional Bukit Batu, dan Taman Nasional Wakatobi.

7. Klasifikasi Makhluk Hidup


a) Dasar klasifikasi
Beberapa dasar klasifikasi yang digunakan dalam melakukan klasifikasi, antara lain
ciri-ciri fisik, morfologi, cara bereproduksi, manfaat, ciri-ciri kromosom, kandungan
gen di dalam kromosom, dan kandungan zat biokimiawi. Pada klasifikasi filogenetik
didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar organisme atau kelompok
organisme, dengan melihat kesamaan ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi, dan
etologi (perilaku hewan). Sementara pada era saat ini, selain menggunakan sistem
klasifikasi filogenik juga menggunakan sistem klasifikasi struktur molekuler/sistem
modern. Klasifikasi sistem modern ini adalah klasifikasi yang dibuat berdasarkan
hubungan kekerabatan organisme (filogenetik), ciri-ciri gen, serta ciri-ciri biokimia,
sehingga dapat disimpulkan bahwa klasifikasi sistem modern menggunakan
perbandingan struktur molekuler dari organisme yang diklasifikasikan.
b) Tingkat takson dalam klasifikasi
Tingkat takson adalah tingkatan unit atau kelompok makhluk hidup yang
disusun mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat rendah. Urutan tingkatan takson
mulai dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau regnum
(dunia), phylum (filum) atau divisio (devisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia
(famili/suku), genus (marga), species (spesies/jenis), dan varietas (ras).
• Kingdom (Kerajaan) atau Regnum (Dunia)
Kingdom merupakan tingkat takson tertinggi dengan jumlah anggota takson
terbesar, organisme di bumi dikelompokkan menjadi 5 kingdom, antara lain
Kingdom Animalia (hewan), Kingdom Plantae (tumbuhan), Kingdom Fungi
(jamur), Kingdom Monera (organisme uniseluler tanpa nukleus), dan Kingdom
Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
• Phylum (Filum) atau Divisio (Devisi)
Filum digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan untuk takson
tumbuhan. Jika kalian cermati, nama divisi memiliki ciri khusus yaitu berakhiran
dengan kata -phyta.
• Classis (Kelas)
Anggota takson pada setiap filum atau divisi dikelompokkan lagi berdasarkan
persamaan ciri-ciri tertentu. Jika kalian cermati, nama kelas memiliki ciri khusu
yaitu berakhiran dengan kata -edoneae (tumbuhan berbiji tertutup) dan -opsida
(tumbuhan lumut) pada takson tumbuhan.
• Ordo (Bangsa)
Anggota takson pada setiap kelas dikelompokkan lagi menjadi beberapa ordo
berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Jika kalian cermati, nama ordo
memiliki ciri khusus yaitu berakhiran dengan kata -ales.
• Familia (Famili/Suku)
Anggota takson setiap ordo dikelompokkan lagi menjadi famili berdasarkan
persamaan ciri-ciri tertentu. Nama famili pada tumbuhan biasanya menggunakan
akhiran kata -aceae, sementara nama famili pada hewan biasanya menggunakan
akhiran kata -idea.
• Genus (Marga)
Anggota takson setiap famili dikelompokkan lagi menjadi beberapa genus
berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu yang khusus. Adapun kaidah penulisan
nama genus, yaitu huruf besar pada kata pertama dan dicetak miring atau
digarisbawahi.
• Species (Spesies/Jenis)
Spesies merupakan tingkatan takson paling dasar atau rendah. Anggota takson
spesies memiliki paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme yang bila
melakukan perkawinan secara alamiah, dapat menghasilkan keturunan yang fertile
(subur). Nama spesies terdiri atas dua kata, kata yang pertama menunjukkan nama
genusnya dan kata kedua menunjukkan nama spesifiknya.
• Varietas (Ras)
Pada organisme-organisme satu spesies, terkadang masih ditemukan perbedaan
ciri yang sangat jelas, sangat khusus, atau bervariasi sehingga disebut varietas
(kultivar) atau ras. Istilah varietas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan,
sedangkan ras digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat diartikan secara
botani dan secara agronomi. Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam
satu spesies yang menunjukkan perbedaan ciri yang jelas, cara penulisan varietas
secara botani didahului dengan singkatan -var, contohnya Oryza sativa var indica.
Sedangkan varietas secara agronomi adalah sekelompok tanaman yang memiliki
satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat
dipertahankan bila dikembangbiakkan secara aseksual (vegetative) maupun seksual
(generative), varietas dalam botani disebut juga dengan kultivar, cara penulisan
kultivar adalah dengan memberi tanda petik dan tidak dicetak miring, contohnya
Oryza sativa ‘Cisadane’. Di antara tingkatan takson tersebut terkadang terdapat
tingkatan antara yang penulisannya menggunakan nama subtakson, contohnya di
bawah filum ada subfilum, di bawah ordo ada subordo, dan seterusnya. Sebaliknya
diatas tingkatan takson terdapat supertakson, contohnya di atas kelas ada
superkelas, di atas ordo ada superordo.
c) Sistem tata nama makhluk hidup
Setiap jenis makhluk hidup diberikan nama ilmiah (scientific name). Orang yang
memberikan deskripsi (nama) suatu spesies disebut descriptor. Pada tahun 1735,
Carolus Linnaeus memperkenalkan sistem pemberian nama ilmiah untuk setiap jenis
spesies menggunakan sistem tata nama ganda, yang disebut binomial nomenklatur.
Pemberian nama spesies menggunakan dua kata yang mendeskripsikan organisme
tersebut. Sistem tata nama binomial nomenklatur mengikuti beberapa kaidah, yaitu
sebagai berikut.
• Menggunakan bahasa latin atau bahasa lain yang dilatinkan.
• Terdiri atas dua kata, di mana kata pertama merupakan nama genus, sedangkan
kata kedua merupakan nama spesies yang spesifik.
• Huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf besar (kapital/uppercase),
sedangkan huruf selanjutnya ditulis dengan huruf kecil (lowercase).
• Nama genus dan nama spesies dicetak miring (italic) atau digarisbawahi secara
terpisah.
• Nama atau singkatan nama descriptor dapat dituliskan di belakang nama spesies,
dengan huruf tegak dan tanpa garis bawah.
• Contoh penulisan nama ilmiah yang benar seperti berikut:
Glycine max Merr atau Glycine max Merr (kedelai). Merr adalah nama descriptor
(E. D. Merrill).
d) Klasifikasi makhluk hidup kedalam 5 kingdom
Monera Protista Fungi Plantae Animalia

Memiliki ciri: Memiliki ciri: Memiliki ciri: Memiliki ciri: Memiliki ciri:
1. Uniseluler 1. Mayoritas 1. Uniseluler dan 1. Multiseluler 1. Multiseluler
2. Bentuk sel uniseluler multiseluler 2. Eukariotik 2. Eukariotik
bervariasi 2. Bentuk sel 2. Bentuk sel 3. Berdinding sel 3. Tidak berdinding
3. Prokariotik bervariasi bervariasi selulosa sel
4. Berdinding 3. Eukariotik 3. Eukariotik 4. Bergerak pasif 4. Bergerak aktif
sel 4. Berdinding 4. Bedinding sel 5. Memiliki 5. Menyimpan
5. Berkembang sel yang tersusun klorofil cadangan
biak secara 5. Berkembang atas senyawa 6. Menyimpan makanan dalam
aseksual biak secara kompleks cadangan bentuk lipid
6. Habitat aseksual 5. Memiliki hifa makanan dalam 6. Heterotroph
tersebar 6. Habitat 6. Memiliki bentuk amilum 7. Contoh manusia
dimana saja umumnya di miselium 7. Autotroph (Homo sapiens)
7. Contohnya tempat 7. Berkembang 8. Contoh padi
bakteri dan berair biak secara (Oryza sativa)
cyanophyta
(ganggang 7. Contohnya seksual dan
biru). alga hijau. aseksual
8. Bersifat saprofit
bahkan parasite
9. Habitat di tempat
lembab
10. Contohnya jamur
tiram (Pleurotus
ostreatus)
Klasifikasi Klasifikasi: Klasifikasi: Klasifikasi: Klasifikasi:
Bakteri: 1. Protista 1. Zygomycotina 1. Bryophyta 1. Invertebrata
1. Proteobacteria mirip jamur 2. Ascomycotina 2. Pteridophyta • Porifera
2. Bakteri gram 2. Protista 3. Basidiomycotina 3. Spermatophyta • Coelenterata
positif mirip 4. Deuteromycotina • Gymnospermae • Platyhelminthes
3. Spirochetes tumbuhan • Angiospermae • Nemathelminthes
4. Chlamydias (algae) • Annelida
5. Cyanobacteria 3. Protista • Mollusca
mirip hewan • Echinodermata
(Protozoa)
• Arthropoda
2. Vertebrata
• Pisces
• Amphibia
• Reptilia
• Aves
• Mamamlia

Kalian dapat memperdalam materi klasifikasi makhluk hidup kedalam 5 kingdom ini
pada:
• Sulistyowati, E. & Omegawati, W. H. (2016). Biologi untuk SMA/MA Kelas X
Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Klaten: PT. Intan Pariwara. Hal: 71-
215
• Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2010). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Erlangga.
https://www.academia.edu/60468863/Biologi_Campbell_Edisi_8_Jilid_3

e) Identifikasi makhluk hidup


Jika ditemukan suatu organisme baru atau yang belum dikenal, organisme
tersebut perlu untuk diidentifikasi. Kegiatan identifikasi diawali dengan mengamati
ciri-cirinya, kemudian mencari persamaan maupun perbedaannya dengan cara
membandingkan organisme baru tersebut dengan organisme acuan yang sudah
diketahui sebelumnya. Setelah diketahui ciri-cirinya dan dibandingkan dengan
organisme acuan. Kemudian diberikan nama. Dalam melakukan identifikasi diperlukan
hal-hal berikut.
• Pengetahuan tentang klasifikasi makhluk hidup.
• Buku referensi (Pustaka) dan sumber referensi lainnya.
• Pedoman atau kunci determinasi.
• Gambar organisme yang sudah diketahui dan telah memiliki nama.
• Specimen acuan (berupa organisme yang diawetkan).
Kunci determinasi adalah petunjuk praktis untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan suatu organisme ke dalam suatu tingkatan takson tertentu. Setiap
Langkah kunci determinasi disusun berdasarkan ciri-ciri organisme yang merupakan
bentuk alternatif (berlawanan) sehingga disebut kunci dikotom. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut.
• Amatilah ciri-ciri hewan yang tersedia, kemudian cocokkan ciri-cirinya dengan
pernyataan yang terdapat dalam langkah kunci determinasi.
• Tuliskan nomor-nomor urutan yang tertera di setiap awal pernyataan yang sesuai
hingga mendapatkan nama kelompok atau takson yang tertera di akhir pernyataan.
• Conntoh:
1. a. Tidak bertulang
belakang……………………………………………………..2
b. Bertulang
belakang……………………………………………………………3
2. a. Tubuh lunak, kaki tidak berbuku-
buku……………………………….Mollusca
b. Tubuh tidak lunak, kaki berbuku-
buku………………………………………..4
3. a. Bergerak dengan
sirip………………………………………….……...…Pisces
b. Bergerak bukan dengan
sirip…………………………………..…….Amphibia
4. a.
Bersayap……………………………………………………….……..…Insecta
b. Tidak
bersayap……………………………………………………….Crustacea

Kalian dapat memperdalam topik materi Keanekaragaman Hayat ini pada:


• Irnaningtyas, & Sagita, S. (2022). IPA Biologi SMA/MA Kelas X. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai