Anda di halaman 1dari 69

1.

Keanekaragaman Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau


perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau
spesies makhluk hidup. Contohnya, buah durian
(Durio zibethinus) ada yang berkulit tebal, berkulit
tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis,
berbiji besar, atau berbiji kecil. Demikian pula buah
pisang (Musa paradisiaca), yang memiliki ukuran,
bentuk, warna, tekstur, dan rasa daging buah yang
berbeda-beda. Pisang memiliki berbagai varietas,
antara lain pisang raja sereh, pisang raja uli,
pisang raja molo, dan pisang raja jambe. Varietas
mangga (Mangifera indica), misalnya mangga
manalagi, cengkir, golek, gedong, apel, kidang,
dan bapang. Sementara itu, keanekaragaman
genetik pada spesies hewan, misalnya warna
rambut pada kucing (Felis silvestris catus), ada
yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu


organisme dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya.
Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya
melalui pewarisan sifat. Namun, ekspresi gen
suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempat hidupnya. Contohnya, bibit
yang diambil dari batang induk mangga yang
memiliki sifat genetik berbuah besar, kemungkinan
tidak menghasilkan buah mangga berukuran besar
seperti sifat genetik induknya jika ditanam pada
lingkungan yang berbeda.

Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi


melalui hibridisasi (perkawinan silang) antara
organisme satu spesies yang berbeda sifat atau
melalui proses domestikasi (budi daya hewan atau
tumbuhan liar oleh manusia). Contohnya adalah
hibridisasi tanaman anggrek untuk mendapatkan
bunga anggrek dengan warna beraneka ragam,
hibridisasi sapi Fries Holland dengan sapi bali, dan
hibridisasi berbagai jenis tanaman atau hewan
tertentu dengan spesies liar untuk mendapatkan
jenis yang tahan terhadap
penyakit. Dengan hibridisasi, akan diperoleh sifat
genetik baru dari organisme- organisme pada satu
spesies. Keanekaragaman gen pada organisme
dalam satu spesies disebut varietas atau ras
2. Keanekaragaman Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis (spesies) adalah


perbedaan yang dapat ditemukan pada komunitas
atau kelompok berbagai spesies yang hidup di
suatu tempat. Contohnya, di suatu halaman,
terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan,
bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit,
burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupu, dan
cacing. Keanekaragaman jenis yang lebih tinggi
umumnya ditemukan di tempat yang jauh dari
kehidupan manusia, misalnya di hutan. Di hutan,
terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang lebih
banyak dibanding dengan di sawah atau di kebun.
Ada beberapa jenis organisme yang memiliki ciri-
ciri fisik yang hampir sama. Misalnya, tumbuhan
kelompok palem (Palmae) seperti kelapa, pinang,
aren, dan sawit yang memiliki daun seperti pita.
Namun, tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan
spesies yang berbeda. Kelapa memiliki nama
spesies Cocos nucifera, pinang bernama Areca
catechu, aren bernama Arenga pinnata, dan sawit
bernama Elaeis guineensis. Hewan dari kelompok
Genus Panthera terdiri atas beberapa spesies,
antara lain harimau (Panthera tigris), singa
(Panthera leo), macan tutul (Panthera pardus),
dan jaguar (Panthera onca).
3. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok


spesies menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
kemudian terjadi hubungan yang saling
memengaruhi antara satu spesies dan spesies lain
serta antara spesies dan lingkungan abiotik
tempat hidupnya, misalnya suhu, udara, air, tanah,
kelembapan, cahaya matahari, dan mineral.
Ekosistem bervariasi sesuai spesies
pembentuknya. Ekosistem alami, antara lain
hutan, rawa, terumbu karang, laut dalam, padang
lamun (antara terumbu karang dan
mangrove), mangrove (hutan bakau), pantai pasir,
pantai batu, estuari (muara sungai), danau,
sungai, padang pasir, dan padang rumput. Ada
pula ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia,
misalnya agroekosistem dalam bentuk sawah,
ladang, dan kebun. Agroekosistem memiliki
keanekaragaman spesies yang lebih rendah
dibandingkan dengan ekosistem alamiah, tetapi
memiliki keanekaragaman genetik yang lebih
tinggi.

Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem


berbeda-beda. Ekosistem hutan hujan tropis,
misalnya diisi pohon-pohon tinggi berkanopi
(seperti meranti dan rasamala), rotan, anggrek,
paku-pakuan, burung, harimau, monyet, orang
utan, kambing hutan, ular, rusa, dan berbagai jenis
serangga. Pada ekosistem sungai, terdapat ikan,
kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar.

Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah


ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain posisi
tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian
tempat, iklim, cahaya matahari, kelembapan,
suhu, dan kondisi tanah. Contohnya, Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan terletak di
khatulistiwa, memiliki sekitar 47 macam ekosistem
di laut maupun di darat.
Lakukan kegiatan mengamati tingkat
keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar
untuk meningkatkan pemahaman Anda.
B. Tipe Ekosistem

Lingkungan abiotik dan komunitas yang hidup di


dalamnya akan menentukan tipe (bentuk)
ekosistem. Ekosistem dapat dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu ekosistem perairan (akuatik) dan
ekosistem darat (terestrial).

1. Ekosistem Perairan (Akuatik)

Ekosistem perairan adalah ekosistem yang


komponen abiotiknya
sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup
(komponen biotik) dalam ekosistem perairan
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai
berikut.

Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton.


Organisme ini dapat bergerak dan berpindah
tempat secara pasif karena pengaruh arus air,
misalnya ganggang uniseluler dan Protozoa.

Nekton merupakan organisme yang bergerak aktif


(berenang), misalnya ikan dan katak.

Neuston merupakan organisme yang mengapung


di permukaan air, misalnya serangga air, teratai,
eceng gondok, dan ganggang.

Bentos merupakan organisme yang berada di


dasar perairan, misalnya udang, kepiting, cacing,
dan ganggang.

Perifiton merupakan organisme yang melekat


pada organisme lain, misalnya ganggang dan
siput.
2. Ekosistem Darat

Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas


yang disebut bioma. Tipe bioma sangat
dipengaruhi oleh iklim, sedangkan iklim
dipengaruhi oleh letak geografis garis lintang dan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Sebagian
nama bioma disesuaikan dengan vegetasi
(tumbuhan) yang dominan. Terdapat tujuh macam
bioma di bumi, yaitu hutan hujan tropis, savana,
padang rumput, gurun, hutan gugur, taiga, dan
tundra.

a. Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa,


misalnya di lembah Sungai Amazon, lembah
Sungai Kongo, Amerika Selatan, dan Asia
Tenggara (Indonesia, Thailand, dan Malaysia).
Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri abiotik sebagai
berikut. Curah hujan sangat tinggi, antara 200-450
cm/tahun.

Matahari bersinar sepanjang tahun dengan suhu


lingkungan antara 21-30°C.

Pohon-pohon di hutan hujan tropis tumbuh tinggi


(mencapai 55 m) dan membentuk kanopi (tudung).
Pada area di bawah kanopi, terbentuk iklim mikro,
yang memiliki kelembapan sangat tinggi, cahaya
matahari lebih sedikit, dan suhunya lebih rendah
daripada di atas kanopi. Tumbuhan di bagian
dasar hutan berupa semak belukar dan herba
yang daunnya tidak lebat akibat sinar matahari
terhalang oleh kanopi. Beberapa tanaman tumbuh
merambat (liana), seperti

rotan, atau tumbuh menempel (epifit), seperti


anggrek, di cabang-cabang pohon untuk
mendapatkan cahaya matahari. Sebagian besar
hewan hidup di sekitar kanopi karena mudah
mendapatkan makanan dan berpindah tempat.
Banyak pula ditemukan hewan yang bisa terbang
atau memanjat, misalnya burung, kelelawar,
serangga, monyet, ular, dan tupai. Sementara itu,
di tanah terdapat macan tutul dan jaguar.
b. Sabana

Sabana (savana) merupakan padang rumput yang


diselingi pohon-pohon. Sabana terdapat di daerah
tropis, dengan curah hujan 90-150 cm/tahun,
misalnya di Kenya (Afrika), Australia Utara, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Sabana dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sabana murni (satu jenis pohon) dan sabana
campuran (beberapa jenis pohon), Jenis
tumbuhan pembentuk bioma sabana, yaitu
rumput, Eucalyptus, Acacia, dan Corypha utan
(gebang). Sementara itu, jenis hewannya, antara
lain serangga, rayap, kuda, gajah, kijang, zebra,
macan tutul, dan singa.
c. Padang Rumput

Padang rumput terdapat di daerah tropis hingga


beriklim sedang, misalnya di Amerika Selatan,
Australia, Hongaria, dan Rusia Selatan. Di
Indonesia, padang rumput terdapat di Nusa
Tenggara. Curah hujan rata-rata pada padang
rumput 25-50 cm/tahun (ada yang mencapai 100
cm/tahun) dan hujan turun tidak teratur. Di daerah
yang bercurah hujan tinggi, rumput tumbuh subur
hingga tingginya mencapai 3 m, misalnya
bluestem grasses. Sementara itu, di daerah yang
curah hujannya rendah terdapat rumput yang
pendek, misalnya grama grasses dan buffalo
grasses. Hewan yang hidup di padang rumput,
misalnya serangga, hewan pengerat, reptil, ular,
burung, bison, kanguru, zebra, jerapah, kijang,
serigala, singa, jaguar, dan citah.

d. Gurun

Gurun merupakan padang luas yang tandus


karena hujan sangat jarang turun di daerah
tersebut. Contohnya, Gurun Gobi di Asia dan
Gurun Sahara di Afrika. Ciri-ciri lingkungan abiotik
gurun, antara lain sebagai berikut.

Curah hujan sangat rendah; kurang dari 25


cm/tahun.
Keadaan tanah sangat tandus dan tidak dapat
menyimpan air.

Kecepatan evaporasi (penguapan) sangat tinggi.

Kelembapan udara sangat rendah.

Suhu lingkungan di beberapa gurun bisa sangat


panas, dengan suhu di siang hari mencapai 60°C,
sedangkan malam hari mencapai 0°C.
Tumbuhan gurun tergolong xerofit (tumbuhan yang
hidup di habitat kering) dengan ciri-ciri berakar
panjang, menyimpan air (sukulen), dan batang
atau daunnya memiliki lapisan lilin, misalnya
kaktus. Selain itu, terdapat pula tumbuhan kurma
dan semak belukar. Hewan yang hidup di gurun,
antara lain semut, kalajengking, kadal, ular, tikus,
burung, dan unta.
e. Hutan Gugur

Hutan gugur (Gambar 1.6) terdapat di daerah


yang mengalami empat musim (panas, semi,
dingin, dan gugur), misalnya di Amerika Serikat
bagian timur, Chili, Eropa Barat, dan Asia Timur.
Curah hujan di bioma ini merata sepanjang tahun
antara 75-100 cm/tahun. Tumbuhan yang hidup
umumnya berdaun lebar, misalnya elm, beech,
oak, dan maple. Pada musim dingin, air membeku
dan tidak mampu diserap tumbuhan sehingga
tumbuhan tidak dapat melakukan fotosintesis.
Akibatnya, daun berubah warna menjadi merah
lalu cokelat, dan akhirnya gugur. Sebaliknya,
ketika musim panas tiba dan salju mencair,
tumbuhan akan menyerap air sehingga daun
bersemi untuk melakukan fotosintesis.

Pada musim dingin, beberapa hewan yang hidup


di ekosistem hutan gugur mengalami hibernasi
(tidak aktif bergerak dan tidak makan, hanya tidur),
misalnya hamster dan kelelawar. Beberapa hewan
pemakan biji, seperti marmut leming, menyimpan
cadangan makanan di lubang persembunyian. Ada
pula hewan yang membentuk lemak di bawah
kulit, misalnya hewan pengerat. Sementara itu,
burung- burung melakukan migrasi ke daerah
yang lebih hangat.

f. Taiga
Taiga (hutan boreal) terdapat di daerah antara
subtropis dan kutub, misalnya Amerika Utara,
Alaska, semenanjung Skandinavia, dan Rusia.
Bioma ini juga terdapat di pegunungan beriklim
dingin. Tumbuhan dominan berdaun jarum
(konifer) yang tampak hijau sepanjang tahun,
misalnya spruce, birch, alder, juniper, dan cemara.
Hewan yang hidup di ekosistem taiga, antara lain
moose, ajak, beruang hitam, lynx, serigala,
serangga, dan burung.

g. Tundra

Tundra merupakan bioma yang paling dingin.


Bioma tundra dibedakan atas dua macam, yaitu
tundra arktik dan tundra alpin. Tundra arktik
terdapat di daerah kutub utara (Arktik), Rusia,
Siberia, Kanada, dan Finlandia. Tanahnya ditutupi
oleh salju yang mencair di musim panas. Pada
musim dingin, tidak ada cahaya matahari yang
berlangsung selama sekitar sembilan bulan.
Matahari baru bersinar di musim panas yang
hanya berlangsung sekitar tiga bulan. Vegetasi
yang dominan di bioma ini adalah lumut
Sphagnum, liken "reindeer". Selain itu, terdapat
pula tumbuhan berbiji dan berukuran pendek,
dengan masa perkembangan yang singkat (sekitar
dua bulan
Pada musim panas, tumbuhan tersebut segera
menghasilkan bunga dan biji, kemudian
mengalami dormansi (tidak aktif) di musim dingin,
misalnya pohon willow dan birch. Hewan-hewan
yang hidup di bioma tundra, antara lain caribou,
muskox, rubah, dan burung ptarmigan. Tundra
alpin terdapat di puncak pegunungan yang tinggi,
misalnya di puncak gunung Jaya Wijaya, Papua.
Vegetasi tundra alpin didominasi oleh rumput
alang-alang, perdu, lumut daun, dan liken.

C. Keanekaragaman Hayati Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar


di dunia yang terdiri atas 16.000 pulau yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beberapa
di antaranya merupakan pulau- pulau kecil.
Pulau-pulau tersebut memiliki keadaan alam yang
berbeda-beda dan menampilkan kekhususan
kehidupan di dalamnya. Hal inilah yang
menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman flora, fauna, dan
mikroorganisme yang tinggi.

Bagaimanakah kekayaan jenis organisme di


Indonesia? Pernahkan Anda melihat kupu-kupu
yang berwarna-warni beterbangan di taman bunga
atau di kebun? Menyenangkan bukan? Indonesia
menempati peringkat pertama di dunia dalam
kekayaan spesies kupu-kupu besar dan berwarna-
warni. Indonesia juga kaya spesies hewan dan
tumbuhan yang bersifat endemik. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan keaktifan Anda,
lakukan kegiatan berikut.

1. Kekayaan Flora, Fauna, dan Mikroorganisme di


Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara


megabiodiversitas, selain Brazil dan Zaire karena
memiliki kekayaan flora, fauna, dan
mikroorganisme yang sangat banyak. Menurut
Indonesian Center for Biodiversity and
Biotechnology (ICBB), meskipun luas daratan
Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan di
dunia, tetapi banyak spesies di dunia yang hidup
di Indonesia. Indonesia menempati peringkat
pertama di dunia dalam kekayaan spesies
Mammalia (646 spesies dan 36%
endemik),peringkat pertama untuk kupu-kupu
besar dan berwarna- warni (swallowtail butterflies)
dengan total 121 spesies yang sudah
teridentifikasi dan 44% endemik, peringkat ketiga
Reptilia (lebih dari 600 spesies), keempat untuk
burung (1.603 spesies dan 28% endemik), kelima
untuk Amphibia (270 spesies), dan ketujuh untuk
tumbuhan berbunga (sekitar 25.000 spesies). Di
hutan-hutan Indonesia, ditemukan 400 spesies
pohon yang bernilai ekonomis tinggi. Indonesia
memiliki sejumlah spesies endemik tertinggi

di dunia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pulau


yang terisolasi
dalam waktu yang cukup lama sehingga perlahan-
lahan muncul spesies lokal yang unik, dan dikenal
sebagai endemik. Namun, saat ini sudah banyak
spesies endemik yang berhasil dipelihara dan
dikembangbiakkan di luar daerah asalnya.
Spesies endemik terbanyak terdapat di Sulawesi,
Papua, dan Kepulauan Mentawai di pantai barat
Sumatra. Keanekaragaman hayati tertinggi
terdapat di Papua, kemudian Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Contoh
hewan endemik, antara lain Barbourula
borneoensis (katak tanpa paru-paru) yang
endemik di Kalimantan dan Eos cyanogenia (nuri
sayap hitam) yang endemik di Teluk
Cenderawasih, Papua.

2. Penyebaran Keanekaragaman Hayati di


Indonesia

Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis


Indonesia sangat menguntungkan. Posisi tersebut
memengaruhi pola penyebaran flora dan fauna
Indonesia.

a. Penyebaran Flora Indonesia

Flora Indonesia termasuk flora kawasan


Malesiana yang meliputi Malaysia, Filipina,
Indonesia, dan Papua Nugini. Pada tahun 2009,
Van Welzen dan Silk, botanis dari Belanda,
melakukan penelitian yang menjelaskan distribusi
flora Malesiana. Menurut keduanya, flora
Malesiana terbagi menjadi flora dataran Sunda,
flora dataran Sahul, dan flora di daerah tengah
(Wallacea) yang sangat khas dan endemik.

Flora dataran Sunda, antara lain tumbuhan dari


Famili Dipterocarpaceae, contohnya pohon
keruing (Dipterocarpus applanatus) yang kayunya
sering digunakan untuk bahan bangunan; dan
tumbuhan Famili Nepenthaceae, contohnya
tumbuhan pemangsa serangga atau kantong
semar (Nepenthes gymnamphora).
Flora dataran Sahul, antara lain sagu (Metroxylon
sagu dan tumbuhan dari Famili Myristicaceae,
misalnya pala (Myristica fragrans). Flora kawasan
Wallacea, antara lain leda (Eucalyptus deglupta)
yang memiliki batang berwarna- warni.

Seorang ahli geografi dan botani dari Jerman,


Franz Wilhelm Junghuhn, mengklasifikasikan iklim
di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan
tumbuhan yang hidup di iklim tersebut. Klasifikasi
ini dapat dijadikan dasar pengelompokan
tumbuhan di Indonesia secara vertikal. Menurut
ketinggian tempat dari permukaan laut, flora
Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok
berikut.

1) Daerah dengan ketinggian 0-650 m merupakan


dataran rendah pantai dan hutan mangrove
dengan jenis tanaman pandan, bakau (Rhizophora
sp.), kayu api (Avicennia sp.), bogem (Bruguiera
sp.), sagu, dan nipah. Semakin jauh ke daratan,
ditemukan kelapa, kelapa sawit, cokelat, padi,
jagung, kapuk (Ceiba pentandra), dan karet
(Hevea brasiliensis).

2) Daerah dengan ketinggian 650-1.500 m


ditumbuhi tanaman rasamala (Altingia excelsa),
kina (Cinchona officinalis), aren, pinang, kopi,
tembakau, dan teh.
3) Daerah dengan ketinggian 1.500-2.500 m
ditumbuhi tanaman cantigi koneng (Rhododendron
album), cemara gunung (Casuarina
junghuhniana), anggrek tanah (Paphiopedilum
praestans) di pegunungan Papua, dan berri
(Vaccinium lucidum).

4) Daerah dengan ketinggian di atas 2.500 m


merupakan daerah pegunungan yang dingin. Di
ketinggian ini, ditemukan lumut, liken, dan bunga
edelweiss (Anaphalis javanica).

b. Penyebaran Fauna Indonesia


Penyebaran fauna Indonesia dipengaruhi oleh
aspek geografi dan peristiwa geologi benua Asia
dan Australia. Para pakar zoologi berpendapat
bahwa tipe fauna di kawasan Indonesia bagian
barat mirip dengan fauna di Asia Tenggara
(oriental), sedangkan fauna di kawasan Indonesia
bagian timur mirip dengan fauna di benua
Australia (australis). Daerah persebaran fauna
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kawasan,
yaitu kawasan Indonesia bagian barat, kawasan
peralihan (Wallacea), dan kawasan Indonesia
bagian timur. Kawasan penyebaran fauna
Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace, garis
Weber, dan garis Lydekker.
1) Kawasan Indonesia bagian barat

Kawasan Indonesia bagian barat meliputi


Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Kawasan ini
dibatasi oleh garis imajiner Wallace yang terletak
di antara Kalimantan dan Sulawesi serta antara
Bali dan Lombok. Meskipun jarak antara Ball dan
Lombok sangat dekat, jenis fauna yang hidup di
kedua pulau tersebut berbeda. Garis Wallace
dikemukakan oleh Alfred Russel Wallace (ahli
zoologi berkebangsaan Inggris) pada abad ke-19.
Jenis fauna kawasan Indonesia bagian barat,
antara lain harimau (Panthera tigris), macan tutul
atau leopard (Panthera pardus), gajah (Elephas
maximus), badak jawa (Rhinoceros sondaicus),
banteng (Bos sondaicus), orang utan (Pongo
pygmaeus), wau-wau (Hylobates lar), lutung
(Presbytis cristata), beruang madu (Ursus
malayanus), merak hijau (Pavo muticus), dan
burung jalak bali (Leucopsar rothschildi).
2) Kawasan peralihan

Kawasan peralihan meliputi Sulawesi, Maluku,


Sumbawa Sumba, Lombok, dan Timor. Kawasan
peralihan ini dibatasi ole garis Wallace di sebelah
barat dan garis Lydekker di sebelal timur.

Di antara kedua garis ini, terdapat garis


keseimbanga Weber yang terletak di sebelah timur
Sulawesi. Gari Weber dikemukakan oleh Max Carl
Wilhelm Weber (ah zoologi berkebangsaan
Jerman).
Pada kawasan ini, terdapa peluang percampuran
antara unsur fauna oriental da fauna australis.
Jenis fauna kawasan peralihan, antara lai anoa
pegunungan (Bubalus quarlesi), anoa dataran
renda (Bubalus depressicornis), komodo (Varanus
komodoensis), bab rusa (Babyrousa babyrussa),
maleo (Macrocephalon maleo duyung (Dugong
dugon), kuskus beruang (Ailurops ursinus burung
rangkong (Rhyticeros cassidix), kupu-kupu
sulawes (Papilio iswara, Papilio peranthus), soa-
soa (Hydrosauru amboinensis), dan kakatua putih
berjambul merah (Cacatu moluccensis).

3) Kawasan Indonesia bagian timur

Kawasan Indonesia timur dibatasi oleh garis


Lydekker yang meliputi Papua dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya. Jenis fauna kawasan Indonesia
bagian timur, antara lain kanguru pohon
(Dendrolagus ursinus), walabi kecil (Dorcopsulus
vanheurni), burung kasuari gelambir ganda
(Casuarius casuarius), burung kakatua raja
(Probosciger aterrimus), burung cenderawasih
ekor pita (Astrapia mayeri), kasturi raja (Psittrichas
fulgidus), kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera
sp.), ular sanca hijau (Chondropython viridis), dan
buaya irian (Crocodylus novaeguineae). Burung di
kawasan ini memiliki bulu berwarna-warni.
3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di
Indonesia

Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan


anugerah terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keanekaragaman hayati memiliki berbagai fungsi
dalam kehidupan manusia sehari-hari, contohnya
di masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang
mengonsumsi minuman jahe dan sereh sebagai
obat untuk menambah daya tahan tubuh. Selain
itu, masih banyak pemanfaatan yang lainnya.
a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber
pangan

Makanan pokok sebagian besar penduduk


Indonesia adalah beras
yang diperoleh dari tanaman padi (Oryza sativa).
Namun, di beberapa daerah, makanan pokok
penduduk adalah jagung, singkong, ubi jalar, talas,
atau sagu. Selain kaya akan tanaman penghasil
bahan makanan pokok, Indonesia juga kaya akan
tanaman penghasil buah dan sayuran.
Diperkirakan terdapat sekitar 400 jenis tanaman
penghasil buah, contohnya sirsak (Annona
muricata), jeruk bali (Citrus maxima), rambutan
(Nephelium lappaceum), duku (Lansium
domesticum), durian (Durio zibethinus), manggis
(Garcinia mangostana), markisa (Passiflora
edulis), mangga (Mangifera indica), dan matoa
(Pometia pinnata)

Terdapat sekitar 370 jenis tanaman penghasil


sayuran, antara lain sawi, kangkung, katuk,
kacang panjang, buncis, bayam, terung, kol
(kubis), seledri, dan bawang kucai (Allium
fistulosum). Ada sekitar 70 jenis tanaman berumbi,
misalnya kunyit kuning, jahe, lengkuas,
temulawak, wortel, lobak, talas, singkong, ubi jalar,
bawang, dan bawang putih. Indonesia juga kaya
akan tanaman penghasil rempah-rempah yang
jumlahnya sekitar 55 jenis, antara lain merica
(Piper nigrum), cengkih (Eugenia aromatica), pala
(Myristica fragrans), dan ketumbar (Coriandrum
sativum).
Sumber makanan juga berasal dari aneka ragam
hewan darat, air tawar, dan air laut. Contohnya,
sapi, kambing, kelinci, burung, ayam, ikan
bandeng, ikan lele, belut, kepiting, kerang, udang,
dan rajungan.

Sumber: Forest 0 Kins Star, commons,


wikimedia.org

Sumber Kay Ess, commons.wikimedia.org/


Gambar 1.15 Contoh buah tropis asli Indonesia:
(a) rambutan (Nephelium lappaceum) dan (b)
manggis (Garcinia mangostana),

b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber obat-


obatan
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies
tumbuhan, 940 spesies di antaranya merupakan
tanaman obat dan sekitar 250 spesies tanaman
obat tersebut digunakan dalam industri obat herbal
lokal.

Beberapa tanaman obat beserta kegunaannya


adalah sebagai berikut.

Buah merah (Pandanus conoideus) dimanfaatkan


sebagai obat untuk mengobati kanker (tumor),
kolesterol tinggi, dan diabetes.

Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) untuk


menurunkan tekanan darah tinggi.

Kina (Cinchona calisaya, Cinchona officinalis),


kulitnya mengandung alkaloid kina (quinine) untuk
obat malaria.

Sumber: Paul, commons.wikimedia.org,


www.shutterstock.com

Gambar 1.16 Tanaman yang berguna untuk obat


(a) buah merah, (b) mengkudu atau pace, dan (c)
kina.
Selain tumbuh-tumbuhan, beberapa jenis hewan
juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Contohnya, madu dari lebah dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.

C. Keanekaragaman hayati sebagai sumber


kosmetik

Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetik,


antara lain sebagai berikut.

Bunga mawar (Rosa hybrida), melati (Jasminum


grandiflorum), cendana (Santalum album),
kenanga (Cananga odorata), dan kemuning
(Murraya exotica) dimanfaatkan untuk wewangian
(parfum).

Sumber: www.commons.wikimedia.org

Gambar 1.17 Tanaman sebagai bahan parfum (a)


melati (Jasminum grandiflorum) dan (b) cendana
(Santalum album).

Kemuning, bengkuang, alpukat, dan beras


digunakan sebagai lulur tradisional untuk
menghaluskan kulit.
Orang-aring (Eclipta alba), mangkokan, pandan,
minyak kelapa, dan lidah buaya (Aloe vera)
digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.

d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber


sandang

Beberapa jenis tanaman digunakan untuk bahan


sandang atau pakaian, antara lain sebagai berikut.

Rami (Boehmeria nivea), kapas (Gossypium


arboreum), pisang hutan atau abaca (Musa
textilis), sisal (Agave sisalana), kenaf (Hibiscus
cannabinus), dan jute (Corchorus capsularis)
dimanfaatkan seratnya untuk dipintal menjadi kain
atau bahan pakaian.
Sunter www.s

Gambar 1.18 Kapas arboreum).

Tanaman labu air (Lagenaria siceraria)


dimanfaatkan oleh Suku Dani di lembah Baliem
(Papua) sebagai bahan untuk membuat koteka
(horim) laki-laki. Sementara itu, untuk membuat
pakaian wanita, digunakan tumbuhan wen (Ficus
drupacea) dan kem (Eleocharis dulcis).

Beberapa hewan juga dapat dimanfaatkan untuk


membuat
pakaian, antara lain sebagai berikut.

Ulat sutera untuk membuat kain sutera yang


memiliki nilai ekonomi sangat tinggi.

Kulit beberapa hewan, misalnya sapi dan kambing


dapat dimanfaatkan untuk membuat jaket.

Kulit sapi digunakan untuk membuat sepatu.

Bulu burung dapat digunakan untuk membuat


aksesori pakaian.

Sumber: Lokal Pr

Gambar 1.19 Sisa sisalana).

e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber papan

Sebagian besar rumah di Indonesia menggunakan


kayu, terutama rumah adat. Kayu dimanfaatkan
untuk membuat jendela, pintu, tiang, dan alas
atap. Beberapa tumbuhan yang dimanfaatkan
kayunya, antara lain jati (Tectona grandis), kelapa
(Cocos nucifera), nangka (Artocarpus
heterophyllus), meranti (Shorea acuminata),
keruing (Dipterocarpus borneensis), rasamala
(Altingia excelsa), ulin (Eusideroxylon zwageri),
dan bambu (Dendrocalamus asper). Di Pulau
Timor dan Alor, daun lontar (Borassus flabellifer)
dan gebang (Corypha utan) digunakan untuk
membuat atap dan dinding rumah. Beberapa jenis
tumbuhan palem (Nypa fruticans, Oncosperma
tigillarium, dan Oncosperma horridum) juga
dimanfaatkan untuk membuat rumah di Sumatra
dan Kalimantan. Di Pulau Timor, alang-alang
(Imperata cylindrica) dimanfaatkan untuk membuat
atap rumah.
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya

Penduduk Indonesia yang menghuni kepulauan


nusantara memiliki keanekaragaman suku dan
budaya yang tinggi. Terdapat sekitar 350 etnis
(suku) dengan agama dan kepercayaan, budaya,
serta adat-istiadat yang berbeda. Dalam
menjalankan upacara ritual keagamaan dan
kepercayaannya, penyelenggaraan upacara adat
dan pesta tradisional seringkali memanfaatkan
beragam jenis tumbuhan dan

hewan. Beberapa upacara ritual keagamaan dan


kepercayaan. upacara adat, serta pesta tradisional
tersebut, antara lain sebagai berikut.

1) Budaya nyekar (ziarah kubur) pada masyarakat


Jawa menggunakan bunga mawar, kenanga,
kantil, dan melati

2) Upacara kematian di Toraja menggunakan


berbagai Jenis tumbuhan yang dianggap memiliki
nilai magis saat memandikan jenazah, misalnya
limau, daun kelapa, pisang, dan rempah-rempah.

3) Upacara Ngaben di Bali menggunakan 39 jenis


tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang
berbau harum, antara lain kenanga, melati,
cempaka, pandan, sirih, dan cendana.

4) Tebu hitam dan kelapa gading juga digunakan


untuk menghanyutkan abu jenazah ke sungai.

5) Umat Islam menggunakan hewan ternak


(kambing, sapi, dan kerbau) pada hari raya
Qurban.

6) Umat Nasrani menggunakan pohon cemara


(Araucaria sp. dan Casuarina equisetifolia) saat
perayaan Natal.
g. Keanekaragaman hayati sebagai sumber
plasma nutfah Plasma nutfah (sumber daya
genetik) adalah bagian tubuh tumbuhan, hewan,
atau mikroorganisme yang mempunyai fungsi dan
kemampuan mewariskan sifat. Setiap organisme
yang masih liar di alam maupun yang sudah
dibudidayakan manusia mengandung plasma
nutfah. Plasma nutfah berguna untuk merakit
varietas unggul pada suatu spesies, misalnya
spesies yang tahan terhadap suatu penyakit atau
memiliki produktivitas tinggi.

Plasma nutfah akan mempertahankan mutu sifat


dari suatu organisme dari generasi ke generasi
berikutnya, misalnya padi Rojolele akan
mewariskan sifat pulen dan rasa enak serta ubi
jalar cilembu dan buah duku palembang akan
mewariskan sifat rasa manis. Keanekaragaman
plasma nutfah dapat tetap terjaga melalui
pelestarian semua jenis organisme.

Makhluk hidup sebagai objek kajian biologi sangat


beraneka ragam. Agar mudah mempelajarinya,
para ahli melakukan klasifikasi untuk
menyederhanakannya. Klasifikasi makhluk hidup
adalah pengelompokan makhluk hidup
berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dimilikinya.
Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi
makhluk hidup disebut taksonomi (Yunani, taxis =
susunan, nomos = aturan).

Klasifikasi makhluk hidup dilakukan secara


sistematis dan bertahap. Organisme-organisme
yang memiliki persamaan ciri tertentu akan
dimasukkan ke satu kelompok. Dari anggota
kelompok tersebut, dicari lagi perbedaan dan
persamaan ciri lainnya untuk membentuk
kelompok yang lebih kecil. Hal ini berdasarkan
kajian evolusi bahwa organisme dalam satu
kelompok memiliki hubungan kekerabatan yang
dekat. Semakin banyak persamaan ciri, semakin
dekat pula kekerabatannya.Contohnya, ular
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat
dengan kadal daripada dengan ayam. Jadi,
dengan mengklasifikasikan makhluk hidup, dapat
diperoleh beberapa manfaat, antara lain sebagai
berikut.

Menyederhanakan objek studi biologi yang


beraneka ragam sehingga lebih mudah untuk
mempelajarinya.

Dapat mengetahui hubungan kekerabatan antara


organisme yang satu dan organisme lainnya.

Beberapa ahli yang pernah melakukan klasifikasi


makhluk hidup, antara lain Aristoteles (tahun 384-
322 SM mengklasifikasikan hewan), Theophrastus
(tahun 371-287 SM, mengklasifikasikan
tumbuhan), John Ray (tahun 1627- 1705,
mengklasifikasikan tumbuhan ke dalam kelompok
yang lebih kecil dan mengenalkan istilah spesies),
Carolus Linnaeus (tahun 1707-1778,
mengemukakan pemberian nama ilmiah untuk
setiap jenis organisme), Ernst Haeckel (tahun
1834-1919, mengusulkan dikelompokkannya
protista ke dalam kingdom tersendiri), Édouard
Chatton (tahun 1883- 1937, menguraikan
perbedaan prokariota dan eukariota), R. H.
Whittaker (tahun 1920-1980, mengusulkan
klasifikasi 5 kingdom), dan Carl Woese (tahun
1928-2012, mengusulkan klasifikasi 6 kingdom).
1. Dasar-Dasar Klasifikasi

Beberapa dasar klasifikasi yang digunakan dalam


melakukan klasifikasi, antara lain ciri-ciri fisik,
morfologi, cara bereproduksi, manfaat, ciri-ciri
kromosom, kandungan gen dalam kromosom, dan
kandungan zat biokimiawi. di

Untuk mempermudah pemahaman Anda, lakukan


kegiatan membuat kladogram berikut. Kladogram
(cladistic dendrogram) adalah diagram
percabangan yang menggambarkan hubungan
kekerabatan antarorganisme yang dikelompokkan.
Kladogram
disebut juga sebagai garis evolusioner
antartakson.

a. Klasifikasi Sistem Alamiah

Klasifikasi sistem alamiah adalah klasifikasi untuk


membentuk takson-takson yang bersifat alamiah
(sesua kehendak alam). Dasar yang digunakan
adalah adanya persamaan sifat, terutama sifat
morfologinya. Klasifikas sistem alamiah
dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles
Aristoteles mengelompokkan organisme di bumi
ini menjad dua kingdom, yaitu hewan dan
tumbuhan. Lalu, hewan dikelompokkan lagi
berdasarkan persamaan habitat dan perilakunya,
sedangkan tumbuhan dikelompokkan lagi
berdasarkan ukuran dan strukturnya, misalnya
tumbuhan pohon (beringin, mangga, jeruk, dan
kelapa); tumbuhan perdu (tomat, bayam, cabai,
dan terong); dan tumbuhan semak (rumput dan
jahe).

b. Klasifikasi Sistem Artifisial (Buatan)

Klasifikasi sistem artifisial adalah klasifikasi untuk


tujuan praktis, misalnya berdasarkan
kegunaannya. Berdasarkan kegunaannya,
tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat
(jahe, kina, kayu putih, dan ginseng), tanaman
hias (mawar, melati, cempaka, dan anggrek),
tanaman makanan pokok (padi, jagung, gandum,
dan ubi), tanaman sayuran (bayam, kangkung,
kacang panjang, dan kol), tanaman buah- buahan
(jeruk, salak, pepaya, dan apel), tanaman sandang
(kapas), dan tanaman untuk papan (jati, bambu,
dan meranti).

Klasifikasi sistem artifisial diperkenalkan pertama


kali oleh

seorang naturalis berkebangsaan Swedia, Carl


von Linné, atau
yang lebih dikenal dengan nama Carolus
Linnaeus. Linnaeus

mengemukakan makalahnya yang berjudul


"Systema Naturae

pada tahun 1735. Dalam makalah tersebut, ia


mengelompokkan

tumbuhan berdasarkan alat reproduksi seksualnya


(bunga).

Sementara itu, kelompok Mammalia diberi nama


berdasarkan

keberadaan kelenjar susu (mammae) yang


digunakan untuk

merawat bayinya.

c. Klasifikasi Sistem Filogenetik

Klasifikasi sistem filogenetik diperkenalkan sejak


munculnya teori evolusi yang dikemukakan oleh
Charles Darwin pada tahun 1859. Pada sistem
filogenetik, klasifikasi didasarkan pada jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antarorganisme
atau kelompok organisme, dengan melihat
kesamaan ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi,
dan etologi (perilaku hewan). Filogeni merupakan
hubungan kekerabatan antarorganisme
berdasarkan proses evolusinya. Hubungan
kekerabatan tersebut digambarkan sebagai pohon
filogenetik

d. Klasifikasi Sistem Modern

Klasifikasi sistem modern dibuat berdasarkan


hubungan kekerabatan organisme (filogenetik),
ciri-ciri gen atau kromosom, serta ciri-ciri biokimia.
Pada klasifikasi sistem modern, selain
menggunakan dasar perbandingan ciri-ciri
morfologi, struktur anatomi, fisiologi, dan etologi,
juga dilakukan perbandingan struktur molekuler
dari organisme yang diklasifikasikan.
2. Tingkatan Takson dalam Klasifikasi

Tingkatan takson adalah tingkatan unit atau


kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari
tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Urutan
tingkatan takson mulai dari tingkat tertinggi ke
tingkat terendah, yaitu kingdom (kerajaan) atau
regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi),
classis (kelas) ordo (bangsa), familia (famili/suku),
genus (marga), species (spesies/jenis), dan
varietas (ras).

Dengan menuliskan tingkatan takson untuk


klasifikasi organisme pada tabel tadi, dapat ditarik
simpulan bahwa semakin tinggi tingkatan takson,
semakin banyak anggota takson, dan semakin
banyak pula perbedaan ciri antaranggota takson.
Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson,
semakin sedikit anggota takson, dan semakin
banyak pula persamaan ciri antaranggota takson.

a. Kingdom (Kerajaan) atau Regnum (Dunia)

Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi


dengan jumlah anggota takson terbesar.
Organisme di bumi dikelompokkan menjadi
beberapa kingdom, antara lain Kingdom Animalia
(hewan), Kingdom Plantae (tumbuhan), Kingdom
Fungi (jamur), Kingdom Monera (organisme
uniseluler tanpa nukleus), dan Kingdom Protista
(eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).

b. Phylum (Filum) atau Divisio (Divisi)

Kingdom (Regnum)

Filum (Divisi)

Kelas
Ordo

Famil

Genus

Spesies

Varietas (Ras)

Kesamaan cin-cin s

Jumlah anggota takson semakin banyak

Sumber: creation

Gambar 1.25 Bagan tingkatan takson.

Filum digunakan untuk takson hewan, sedangkan


divisi digunakan untuk takson tumbuhan. Kingdom
Animalia dibagi menjadi beberapa filum, antara
lain Filum Chordata (memiliki notokorda saat
embrio), Filum Echinodermata (hewan berkulit
duri), dan Filum Platyhelminthes (cacing pipih).
Sementara itu, Kingdom Plantae dibagi menjadi
tiga divisi, antara lain Bryophyta (tumbuhan lumut),
Pteridophyta (tumbuhan paku), dan
Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Jika kalian
cermati, nama divisi pada tumbuhan memiliki ciri
khusus, yaitu berakhiran -phyta.

c. Classis (Kelas)

Anggota takson pada setiap filum atau divisi


dikelompokkan lagi berdasarkan persamaan ciri-
ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan
akhiran yang berbeda-beda, antara lain -edoneae
(untuk tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk
lumut), -phyceae
(untuk alga), dan lain-lain. Contohnya, Divisi
Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu
Kelas Monocotyledoneae dan Kelas
Dicotyledoneae; Divisi Bryophyta diklasifikasikan
menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut
hati), Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan
Bryopsida (lumut daun); dan Filum Chrysophyta
(ganggang keemasan) dikelompokkan menjadi
tiga kelas, yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae,
dan Bacillariophyceae.

d. Ordo (Bangsa)

Anggota takson pada setiap kelas dikelompokkan


lagi menjadi beberapa ordo berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo
pada takson tumbuhan biasanya menggunakan
akhiran -ales. Sebagai contoh, kelas
Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa ordo,
antara lain Ordo Solanales, Cucurbitales,
Malvales, Rosales, dan Asterales.

e. Familia (Famili/Suku)

Anggota takson setiap ordo dikelompokkan lagi


menjadi beberapa famili berdasarkan persamaan
ciri-ciri tertentu. Famili berasal dari bahasa Latin
familia. Nama famili pada tumbuhan biasanya
menggunakan akhiran -aceae, misalnya Famili
Solanaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae,
Rosaceae, Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada
pula yang tidak menggunakan akhiran kata -
aceae, misalnya Compositae (nama lain
Asteraceae) dan Graminae (nama lain dari
Poaceae). Sementara itu, nama famili pada hewan
menggunakan akhiran kata -idae, misalnya
Hominidae (manusia), Felidae (kucing), dan
Canidae (anjing).

f. Genus (Marga)

Anggota takson setiap famili dikelompokkan lagi


menjadi beberapa genus berdasarkan persamaan
ciri-ciri tertentu yang
lebih khusus. Kaidah penulisan nama genus, yaitu
huruf besar pada kata pertama dan dicetak miring
atau digarisbawahi. Contohnya, Famili Poaceae
terdiri atas Genus Zea (jagung), Saccharum
(tebu), Triticum (gandum), dan Oryza (padi-
padian).

g. Species (Spesies/Jenis)

Spesies merupakan tingkatan takson paling dasar


atau terendah. Anggota takson spesies memiliki
paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas
organisme yang bila melakukan perkawinan
secara alamiah, dapat menghasilkan keturunan
yang fertil (subur). Nama spesies terdiri atas dua
kata. Kata pertama menunjukkan nama genusnya
dan kata kedua menunjukkan nama spesifiknya.
Contohnya, pada Genus Rosa terdapat spesies
Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba, Rosa
gigantea, Rosa rugosa, dan Rosa dumalis
(Gambar 1.26).

h. Varietas atau Ras

Pada organisme-organisme satu spesies,


terkadang masih ditemukan perbedaan ciri yang
sangat jelas, sangat khusus, atau bervariasi
sehingga disebut varietas (kultivar)
atau ras. Istilah varietas dan kultivar digunakan
dalam spesies tumbuhan, sedangkan istilah ras
digunakan dalam spesies hewan. Varietas dapat
diartikan secara botani dan secara agronomi.

Varietas secara botani adalah populasi tanaman


dalam satu spesies yang menunjukkan perbedaan
ciri yang jelas. Penamaannya diatur oleh ICBN
(International Code of Botanical Nomenclature).
Penulisan varietas secara botani didahului dengan
singkatan var, dan nama varietas dicetak miring
atau digarisbawahi. Contohnya, Oryza sativa var
indica (padi) dan Zea mays L. var tunicata
(jagung).
Sementara itu, varietas secara agronomi adalah
sekelompok tanaman yang memiliki satu atau
lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas
dan ciri tersebut dapat dipertahankan bila
dikembangbiakkan secara vegetatif (aseksual)
ataupun secara generatif (seksual). Varietas dalam
agronomi disebut juga kultivar. Kultivar terdiri atas
populasi tanaman budi daya terseleksi, galur
murni, hasil kloning, dan hasil hibrida. Istilah
kultivar diajukan oleh L. H. Bailey pada tahun
1923. Cara penamaan kultivar diatur oleh ICNCP
(International Code of Nomenclature for Cultivated
Plants). Cara penulisan kultivar adalah dengan
memberi tanda petik dan tidak dicetak miring.
Contoh, Oryza sativa 'Cisadane' (padi); kultivar
pada spesies Rosa alba, antara lain Rosa alba
'Mormors rose', Rosa alba 'Blush hip', Rosa alba
'Suaveolens', Rosa alba 'Celestial', Rosa alba
'Amelie', dan Rosa alba 'Chloris'.

Di antara tingkatan takson tersebut, terkadang


terdapat tingkatan antara. yang penulisannya
menggunakan nama subtakson. Contohnya, di
bawah filum ada subfilum, di bawah ordo ada
subordo, di bawah famili ada subfamili, dan
seterusnya. Nama subfamili pada hewan
menggunakan akhiran -inae, misalnya Caninae,
Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, di atas
tingkatan takson terdapat supertakson.
Contohnya, di atas kelas ada superkelas, di atas
ordo ada superordo, di atas famili ada tingkatan
superfamili, dan seterusnya.

3. Sistem Tata Nama Makhluk Hidup

Setiap jenis makhluk hidup diberikan nama ilmiah


(scientific name). Ada pula yang menyebutnya
dengan nama Latin. Penyebutan nama Latin
sebenarnya kurang tepat, karena sebagian besar
nama yang diberikan bukan istilah asli dalam
bahasa Latin, melainkan nama yang diberikan
oleh orang yang pertama kali memberikan
deskripsi, lalu dilatinkan.
Orang yang memberikan deskripsi suatu spesies
disebut deskriptor. Nama spesies yang diberikan
oleh ahli pada mulanya merupakan deskripsi
lengkap suatu organisme, misalnya physalis amno
ramosissime ramis angulosis glabris follis
dentoserrati yang artinya tanaman yang memiliki
batang bersudut dan daun berbulu dengan tepian
bergerigi. Namun, dalam perkembangannya,
nama yang panjang dianggap kurang praktis dan
sulit diingat sehingga diubah menjadi nama genus
dan spesies yang ringkas dan jelas, contohnya
Physalis angulata (ceplukan).

Pemberian nama ilmiah pada setiap makhluk


hidup

bertujuan agar spesies mudah dikenali dan


menghindari kesalahpahaman. Nama ilmiah
berlaku secara universal. Tidak seperti nama lokal
di mana spesies akan disebut berbeda di daerah
yang berbeda. Di Jawa Tengah (bahasa Jawa),
pisang disebut gedang, sedangkan di Jawa Barat
(bahasa Sunda) gedang artinya pepaya. Di Jawa
Barat (bahasa Sunda), pisang disebut cau,
sedangkan dalam bahasa Inggris, pisang disebut
banana. Nama ilmiah pepaya, yaitu Carica
papaya, dan nama ilmiah pisang, yaitu Musa
paradisiaca.
Pada tahun 1735, Carolus Linnaeus
memperkenalkan sistem pemberian nama ilmiah
untuk setiap jenis spesies menggunakan sistem
tata nama ganda, yang disebut binomial
nomenklatur.

Pemberian nama spesies menggunakan dua kata


yang mendeskripsikan organisme tersebut. Sistem
tata nama binomial nomenklatur mengikuti
beberapa kaidah, yaitu sebagai berikut.

Menggunakan bahasa latin atau bahasa lain yang


dilatinkan.

Terdiri atas dua kata, di mana kata pertama


merupakan nama genus, sedangkan kata kedua
merupakan nama spesies yang
spesifik.

Huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan


huruf besar (uppercase), huruf selanjutnya ditulis
dengan huruf kecil (lowercase).

Nama genus dan nama spesies dicetak miring


(italic) atau digarisbawahi secara terpisah.

Nama atau singkatan nama deskriptor dapat


dituliskan di belakang nama spesies, dengan huruf
tegak dan tanpa garis bawah.

Contoh penulisan nama ilmiah adalah sebagai


berikut.

Glycine max Merr atau Glycine max Merr (kedelai).


Merr adalah nama deskriptor (E.D. Merrill).

Vicia faba L. atau Vicia faba L. (buncis). L.


merupakan singkatan dari Linnaeus.

4. Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup

Sistem klasifikasi makhluk hidup selalu mengalami


perkembangan dari masa ke masa. Pernahkah
Anda mengenal klasifikasi organisme sistem lima
kingdom menurut R. H. Whittaker?
Ada beberapa sistem klasifikasi yang pernah
digunakan secara internasional, yaitu sistem dua
kingdom, sistem tiga kingdom, sistem empat
kingdom, sistem lima kingdom, sistem enam
kingdom, sistem delapan kingdom, dan sistem tiga
domain.

Sistem Dua Kingdom


Klasifikasi sistem dua kingdom dikemukakan oleh
Aristoteles. Sistem klasifikasi ini membagi
organisme di bumi ini menjadi dua kelompok besar
(kingdom), yaitu Plantae dan Animalia.

b. Sistem Tiga Kingdom

Klasifikasi sistem tiga kingdom dikemukakan oleh


Ernst Haeckel pada tahun 1866, setelah
ditemukannya mikroskop cahaya untuk
mengungkap adanya organisme uniseluler (bersel
satu). Sistem klasifikasi ini membagi organisme di
bumi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Protista,
Plantae, dan Animalia.

c. Sistem Empat Kingdom

Klasifikasi sistem empat kingdom dikemukakan


oleh Herbert Copeland; sejak ditemukannya
mikroskop elektron untuk mengungkap struktur
ultramikroskopik sel, misalnya ada atau tidak
adanya membran inti. Organisme yang tidak
memiliki membran inti disebut prokariota,
sedangkan organisme yang memiliki membran inti
disebut eukariota. Sistem klasifikasi ini membagi
organisme di bumi menjadi empat kelompok
besar, yaitu Monera, Protista, Plantae, dan
Animalia.
d. Sistem Lima Kingdom

Plantae

Animali

Klasifikasi sistem lima kingdom dikemukakan oleh


R. H. Whittaker pada tahun 1969. Dasar klasifikasi
yang digunakan, yaitu ciri struktur sel dan cara
memperoleh makanannya. Jamur dipisahkan dari
kingdom Plantae, dengan alasan jamur tidak dapat
membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu,
klasifikasi sistem lima kingdom terdiri atas Monera,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
Monera

e. Sistem Enam Kingdom

Gambar 1.28 Klasifikasi sister

Klasifikasi sistem enam kingdom dikemukakan


oleh Carl Woese pada tahun 1977, setelah ia
menemukan adanya perbedaan pada kelompok
prokariota (tidak memiliki membran inti sel)
berdasarkan perbandingan RNA ribosom dan
urutan lengkap genom pada spesies bakteri yang
masih hidup. Woese mengelompokkan prokariota
menjadi dua kingdom, yaitu Archaebacteria dan
Eubacteria. Archaebacteria memiliki ciri utama,
yaitu dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan dan dapat hidup di lingkungan yang
ekstrem, sedangkan Eubacteria memiliki dinding
sel yang mengandung peptidoglikan, kecuali
genus Chlamydia. Klasifikasi sistem enam
kingdom terdiri atas Archaebacteria, Eubacteria,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.

f. Sistem Delapan Kingdom

Klasifikasi sistem delapan kingdom yang diajukan


oleh Thomas Cavalier-Smith pada tahun 1993
membagi kingdom tunggal Protista menjadi tiga
kingdom, yaitu Archezoa, Protozoa, dan
Chromista. Dengan demikian, terdapat delapan
kingdom makhluk hidup, yaitu Archaebacteria,
Eubacteria, Archezoa, Protozoa, Chromista, Fungi,
Plantae, dan Animalia.

g. Sistem Tiga Domain

Domain adalah suatu tingkatan taksonomi di atas


kingdom. Sistem tiga domain dikemukakan oleh
Carl Woese dan beberapa ahli sistematika lainnya.
Makhluk hidup dibagi menjadi tiga
domain, yaitu Archaea, Bacteria, dan Eukarya
(Eukariota). Domain Eukariota terdiri atas
Archezoa, Euglenozoa, Alveolata, Stramenopila,
Rhodophyta, Plantae, Fungi, dan Animalia.

Pembahasan selanjutnya dalam buku ini


menggunakan sistem klasifikasi lima kingdom.
Virus diklasifikasikan dalam kelompok tersendiri
karena tubuhnya bukan berupa sel Monera dalam
klasifikasi lima kingdom meliputi organisme
prokariotik, yaitu bakteri dan ganggang biru.
Protista meliputi organisme eukariotik
uniseluler/multiseluler. berfotosintesis/tidak
berfotosintesis, bergerak aktif/tidak bergerak,
misalnya Protozoa dan alga (ganggang). Fungi
(jamur), yaitu organisme eukariotik yang tidak
berfotosintesis dan tidak bergerak aktif. Plantae
(tumbuhan) meliputi organisme eukariotik
multiseluler, tidak bergerak aktif, dan
berfotosintesis. Klasifikasi terakhir, yaitu Animalia
(hewan) meliputi organisme eukariotik,
multiseluler, bergerak aktif, dan tidak
berfotosintesis.

c. Manakah yang lebih dekat kekerabatannya


antara penyu dan harimau atau antara penyu
dan tuna? Jelaskan.

d. Manakah hewan yang memiliki ciri rahang


berengsel?

2. Virus memiliki ciri-ciri unik yang berbeda dengan


organisme lainnya. Oleh karena itu, vin tidak
dimasukkan dalam klasifikasi sistem dua kingdom,
tiga kingdom, empat kingdom hinga sistem tiga
domain. Jelaskan alasannya.

5. Identifikasi Makhluk Hidup

Jika ditemukan suatu organisme baru atau yang


belum dikenal, organisme tersebut perlu
diidentifikasi. Kegiatan identifikasi diawali dengan
mengamati ciri-cirinya, kemudian mencari
persamaan maupun perbedaannya dengan cara
membandingkan organisme baru tersebut dengan
organisme acuan yang sudah diketahui
sebelumnya. Setelah diketahui ciri-cirinya dan
dibandingkan dengan organisme acuan, kemudian
diberikan nama. Dalam melakukan identifikasi
diperlukan hal-hal berikut.

. Pengetahuan tentang klasifikasi makhluk hidup

Buku referensi (pustaka) atau sumber referensi


lainnya

Pedoman atau kunci determinasi

Gambar organisme yang sudah diketahui dan


telah memiliki nama

Spesimen acuan (berupa organisme yang


diawetkan)

Kunci Determinasi

Kunci determinasi adalah petunjuk praktis untuk

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan suatu


organisme ke dalam suatu tingkatan takson
tertentu. Setiap langkah dalam kunci determinasi
disusun berdasarkan ciri-ciri organisme yang
merupakan bentuk alternatif (berlawanan)
sehingga disebut kunci dikotom. Kunci dikotom
pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus.
Contoh ciri organisme bentuk alternatif, yaitu
berbiji belah dengan berbiji tunggal, batang
berkambium dengan batang tidak berkambium,
tulang daun lurus dengan tulang daun menyirip,
dan lain-lain.

Contoh identifikasi spesies dengan kunci


determinasi sederhana

Disediakan beberapa organisme, yaitu udang,


cumi-cumi, kupu-kupu, dan ikan. Identifikasilah
hewan-hewan pada Gambar 1.29
sesuai kunci determinasi berikut.

1 A Tidak bertulang belakang→ ke nomor (2)

8. Mempunyai ruas-ruas tulang belakang → ke


nomor (3)

2 A. Tubuh lunak, kaki tidak berbuku-buku →


(Mollusca)

B. Tubuh tidak lunak, kaki berbuku-buku → ke


nomor (4)

3. A Bergerak dengan sirip → (Pisces)

B. Bergerak bukan dengan sirip → ke nomor (6)

4. A Bersayap → ke nomor (5)

B. Tidak bersayap → (Crustacea)

5. A. Bersayap sisik → (Lepidoptera)

B. Bersayap lurus→ (Orthoptera)

6. Dan seterusnya (tidak dilanjutkan).

Langkah-langkah:
1. Amatilah ciri-ciri hewan yang tersedia, kemudian
cocokkan ciri-cirinya dengan pernyataan yang
terdapat dalam setiap langkah kunci determinasi.

2. Tuliskan nomor-nomor urutan yang tertera di


setiap awal pernyataan yang sesuai hingga
mendapatkan nama kelompok atau takson yang
tertera di akhir pernyataan.
Contoh 1: Udang
1A. Tidak bertulang belakang → (2), lihat
pernyataan nomor 2.

2B. Tubuh tidak lunak, kaki berbuku-buku → (4),


lihat pernyataan nomor 4.

4B. Tidak bersayap Crustacea. (Crustacea), maka


udang termasuk

Anda mungkin juga menyukai