Anda di halaman 1dari 18

MERAIH HIDUP

BAHAGIA

Sh. Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah As Sa’di


DITERJEMAHKAN DARI BAHASA ARAB OLEH: AL-MUKHTAR FOUNDATION (SUMATERA BARAT)
‫سم الله الرحمن الرحيم‬

Pengantar Penulis

Segala puji bagi Allah yang hanya untukNya semua pujian. Dan aku bersaksi bahwa
tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu
baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusanNya. Shalawat
beserta salam semoga tercurah untuknya, keluarga dan para sahabatnya.

Amma ba’du. Ketentraman hati, ketenangan, kebahagiaan, dan hilangnya cemas dan
gundah adalah tujuan setiap orang. Kebahagiaan akan sempurna dan hidup akan
menjadi baik dengan terwujudnya tujuan tersebut. Untuk itu ada sebab-sebab spiritual,
thabi’iy (alami) dan sebab-sebab amaliy (praktik) yang tidak akan mungkin didapatkan
semuanya kecuali oleh orang-orang mukmin. Adapun selain orang-orang mukmin
(kafir), walaupun sebagian mereka yang berakal mendapatkan sebab-sebab
kebahagiaan dari satu sisi, tetap saja ada yang luput dari mereka dari sisi yang lebih
kukuh, berkualitas dan bermanfaat.

Dalam risalahku ini akan kusebutkan sebab-sebab yang kuketahui untuk mencapai
tujuan yang tinggi tersebut, yang mana setiap orang mengusahakannya.

Di antara mereka ada yang telah banyak mengamalkan dari sebab-sebab yang
kusebutkan sehingga hidupnya bahagia. Ada juga yang tidak mengamalkannya sama
sekali hingga hidupnya sengsara. Ada juga yang mengamalkan setengah-setengah,
sesuai taufik Allah kepadanya. Dan Allahlah yang maha pemberi taufik dan pertolongan
atas segala kebaikan serta mencegah segala keburukan.

Pembahasan Pertama

(Iman dan Amal Saleh)

Yang menjadi pokok, dasar, dan sebab paling besar untuk mencapai kebahagiaan
adalah keimanan dan amal saleh. Allah berfirman:

َۡ‫ن َما كَانُواۡ َيع َملُون‬ َ ‫ط ِي َب ٗۡة َولَنَج ِز َينَّ ُهمۡ أَج َرهُم ِبأَح‬
ِۡ ‫س‬ َٰۡ َ ‫صل ِٗحا ِمن ذَكَرۡ أَوۡ أُنث‬
َ ‫ى َوه َُۡو ُمؤمِ نۡ فَلَنُح ِي َينَّهُۥ َح َي َٰوٗۡة‬ َ َٰ ‫ل‬
َۡ ِ‫عم‬
َ ۡ‫َمن‬
1|P a g e
Artinya : Siapa saja yang mengerjakan kebaikan baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.1

Allah mengabarkan dan menjanjikan kehidupan yang tentram di dunia ini dan balasan
yang baik di dunia dan di akhirat kepada siapa saja yang beriman dan beramal saleh.

Sebabnya sangat jelas. Orang yang beriman kepada Allah dengan Iman yang benar,
iman yang membuahkan amal saleh, dan iman yang memperbaiki akhlak, dunia dan
akhirat, mereka mempunyai dasar-dasar untuk mengetahui sebab-sebab kebahagiaan
dan kesengsaraan.

Mereka menerima nikmat dan kebahagiaan dengan rida, syukur dan menggunakannya
untuk hal yang bermanfaat. Jika mereka menyikapinya dengan cara seperti ini
(menyenangi nikmat tersebut, menginginkan kesenantiasaan dan keberkahannya serta
mengharap pahala) maka akan membuat mereka memiliki hal-hal agung yang kebaikan
dan keberkahannya melebihi kebahagiaan yang telah mereka peroleh.

Dan mereka menerima musibah, sedih, resah, dan sengsara lalu menghadapinya sebisa
mungkin sehingga dari musibah tersebut bisa diambil pelajaran, pengalaman, dan
ketegaran. Dengan bersabar atas musibah dan berusaha memperingan masalah
mereka bisa mendapatkan pahala. Kalau sudah demikian, mereka akan mendapatkan
hal-hal agung yang membuat musibah itu menjadi kecil dan tergantikan oleh
kebahagiaan, harapan yang tinggi dan keinginan untuk memperoleh karunia dan
pahala dari Allah.

Sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam


sebuah hadits yang shahih :

َ ۡ‫خۡيَراۡ لَۡ ۡهُ َۡولَۡي‬


ۡ‫س‬ َۡ َۡ‫صبَۡ َۡر فَۡ َۡكان‬ َۡ َ ‫خيَۡرۡا ۡلَ ۡهُ َۡوإِۡنۡ ۡأ‬
َۡ ُ‫صابَۡتۡ ۡه‬
َۡ ‫ض َّۡرا ُۡء‬ َۡ َۡ‫ش َۡك َۡر فَۡ َۡكان‬َۡ ‫س َّۡرا ُۡء‬ َۡ َ ‫خيۡرۡ إِۡنۡ ۡأ‬
َۡ ُ‫صابَۡتۡ ۡه‬ َۡ ُ‫ن ۡأ َ َۡم َۡره ُۡكۡلَّ ۡه‬ ِۡ ِۡ‫ل َمۡ ِۡر الۡ ُۡمؤۡم‬
َّۡ ِۡ‫ن إ‬ ۡ ِ ‫جبۡا‬
َۡ ‫ع‬
َۡ
.ۡ‫ّل ِۡللۡ ُۡمؤۡمِۡن‬
َّ
ۡ ِۡ‫حدۡ إ‬ َۡ ‫ل‬َ َ
ۡ ِ َۡ‫ۡذِۡلك‬

Artinya : Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkaranya baik.


Jika dia mendapat nikmat dia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika dia ditimpa
musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya. Ini tidak akan dimiliki oleh siapapun
selain seorang mukmin.

1
An- Nahl : 97

2|P a g e
Rasulullah mengabarkan bahwa seorang mukmin pahalanya berlipat ganda di setiap
keadaan, baik susah maupun senang.

Oleh karena itu anda akan menjumpai dua macam orang yang berbeda jauh dalam
menyikapi nikmat dan musibah. Sesuai dengan tingkat iman dan amal salehnya masing-
masing.

Yang pertama adalah orang yang mempunyai kedua hal ini (Iman dan amal saleh) akan
menghadapi nikmat dan musibah dengan syukur, sabar dan semisalnya. Maka dengan
demikian dia akan mendapat kebahagiaan dan kesempurnaan hidup di dunia ini. Di
samping itu kesedihan, kegundahan, keresahan dan kesengsaraan hidupnya akan
hilang.

Yang kedua adalah orang yang sombong, kufur, dan melampaui batas jika mendapat
nikmat. Sehingga akhlaknya menyimpang, menggunakan nikmat dengan rakus, pelit
dan tamak layaknya hewan. Kendatipun demikian hatinya tidak tenang, bahkan
merisaukan segalanya. Dia sangat takut kehilangan apa yang ia cintai dan khawatir
terhadap kerusakannya. Dan jiwanya tidak pernah puas, masih menginginkan hal lebih
yang terkadang ia dapatkan dan terkadang tidak. Anggaplah ia telah mendapatkannya,
tetap saja ada kegundahan.

Dan orang orang ini menghadapi musibah dengan cemas, dada sempit, takut, dan
kesal. Jangan tanya seberapa sengsara hidup yang ia lalui, penyakit pikiran dan badan
yang ia rasai, dan ketakutan yang terkadang membawanya ke kondisi terparah. Hal ini
dikarenakan ia tidak mengharap pahala dan tidak memiliki sabar yang meringankan
bebannya.

Semua ini bisa dilihat dengan nyata. Salah satu contohnya adalah agama ini
menganjurkan kita untuk merasa cukup dengan rezeki dan karunia Allah. Jika anda
amati hal ini di tengah-tengah manusia, maka akan anda lihat perbedaan yang
mencolok antara orang mukmin yang mengamalkan imannya dan yang bukan.

Orang mukmin itu, jika diuji dengan penyakit, kemiskinan atau yang lainnya, maka ia
akan tetap tenang dan hatinya tidak menuntut yang tidak digariskan. Ia akan melihat ke
orang di bawahnya, bukan ke atasnya. Bisa jadi kebahagiaannya melebihi kebahagiaan
orang-orang yang memperoleh semua kesenangan duniawi. Hal ini disebabkan
keimanan, qana’ah, dan rida yang ada padanya.

3|P a g e
Sebaliknya, orang yang tidak menjalankan konsekuensi imannya akan berada di puncak
kesedihan dan kesengsaraan jika diuji dengan sedikit kekurangan dan kehilangan cita-
cita duniawinya.

Contoh lainnya adalah ketika terjadi musibah. Orang yang imannya benar maka hatinya
kuat, jiwanya tenang, bisa mengontrol diri, dan menganggap enteng masalah yang ia
hadapi karena pikiran, perkataan, dan amalannya telah menancap pada dirinya untuk
menghadapi musibah itu. Inilah hal-hal yang menenangkan insan dan mengukuhkan
hatinya. Sebaliknya orang yang imannya lemah tidak demikian, perasaannya akan
terganggu, saraf-sarafnya akan tegang, pikirannya akan bercabang, sementara hatinya
dipenuhi ketakutan dan kegoncangan. Menyatulah ketakutan dari luar dan dari dalam
yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata. Manusia macam ini jika tidak
memiliki sikap-sikap atau emosi alami (yang biasanya memerlukan banyak latihan),
maka tenaganya akan terkuras dan stres karena ketiadaan iman (yang biasanya iman
tersebut membuatnya sabar), terlebih lagi ketika terjadi kondisi sulit dan peristiwa pilu.

Orang saleh atau durhaka, mukmin atau kafir, sama-sama bisa melatih keteguhan dan
naluri yang bisa meringankan kesedihan, tetapi seorang mukmin memiliki kelebihan
berupa kekuatan iman, kesabaran, dan tawakkal kepada Allah, serta mengharap pahala
dariNya. Semua itu akan menambah keteguhannya, meringankan beban ketakutan, dan
musibah akan terlihat kecil di matanya.

Allah berfirman :

...َۡ‫ّل َيرجُون‬ َِّۡ َۡ‫ ِإن ت َ ُكونُواۡ ت َألَ ُمونَۡ فَإِنَّ ُهمۡ َيألَ ُمونَۡ َك َما ت َألَ ُمونَۡ َوت َر ُجونَۡ مِ ن‬...
َۡ ‫ٱّلل َما‬

Artinya : Jika kalian menderita kesakitan, maka ketahuilah merekapun juga menderita
kesakitan sebagaimana kalian rasakan. Sedangkan kalian masih dapat berharap
kepada Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan.2

Allah juga berfirman :

َّ َٰ ‫ٱّلل َم َۡع ٱل‬


َۡ‫صبِ ِرين‬ َّۡ ِ‫َوٱصبِ ُر ٓواۡ إ‬
ََّۡ ‫ن‬

Artinya : Bersabarlah kalian! sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar.3

Di antara sebab-sebab yang bisa menghilangkan gundah, cemas, dan gelisah adalah
berbuat baik kepada makhluk dengan ucapan dan tindakan. Dengannya Allah

2
An-Nisa :104
3
Al-Anfal :46

4|P a g e
menghilangkan kegundahan dan kesedihan baik dari orang saleh maupun durhaka
sesuai kadar kebaikannya. Akan tetapi apa yang didapat orang mukmin lebih sempurna
karena kebaikannya bersumber dari keikhlasan dan harapannya terhadap pahala,
sehingga Allah memudahkan baginya untuk mencurahkan kebaikan dan Allah
menjauhkan darinya keburukan. Allah berfirman :

ِۡ‫ٱّلل‬
َّ ‫ت‬ َ ‫اس َو َمن يَفعَلۡ َٰذَلِكَۡ ٱبتِغَا ٓ َۡء َمر‬
ِۡ ‫ضا‬ ِۡ َ‫ص َدقَةۡ أَوۡ َمع ُروفۡ أَوۡ إِص َٰل‬
ۡ ِ َّ‫ح بَينَۡ ٱلن‬ َ ِ‫ّل َمنۡ أ َ َم َۡر ب‬
َّۡ ِ‫ّل خَي َۡر فِي َكثِيرۡ ِمن نَّج َوىَٰ ُهمۡ إ‬
َّۡ
‫عظِ ٗيما‬ َ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ج‬ َ ‫أ‬ ۡ
‫ه‬
ِ ‫ِي‬ ‫ت‬‫ؤ‬ُ ‫ن‬ ۡ
‫ف‬ ‫و‬
َ َ‫س‬ َ ‫ف‬

Artinya : Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali
pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh bersedekah atau berbuat kebaikan
atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa saja berbuat demikian karena
mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.4

Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa semua hal yang disebutkan tadi adalah
kebaikan bagi orang yang melakukannya. Kebaikan bisa megundang kebaikan lainnya
dan menghilangkan keburukan. Allah akan memberikan balasan yang besar bagi
mukmin yang berharap kepadaNya, salah satunya adalah hilangnya kegelisahan,
kegundahan, kegalauan dan semisalnya.

4
An-Nisa :114

5|P a g e
Pembahasan Kedua

(Sibuk dengan Ilmu dan Fokus pada Hari Ini)

Di antara sebab hilangnya kecemasan yang tumbuh dari ketegangan urat saraf dan
kerisauan hati adalah menyibukkan diri dengan amal saleh atau ilmu yang bermanfa’at.
Karena keduanya bisa mengalihkan kesedihan hati. Bahkan orang yang sedih bisa
melupakan kesedihannya, kemudian bahagia dan bertambah semangat karena hal ini.
Hal ini dapat terjadi pada diri seorang mukmin atau kafir.

Akan tetapi seorang mukmin punya kelebihan karena imannya, keikhlasannya, dan
pengharapannya (terhadap pahala) ketika ia sibuk dengan ilmu yang ia pelajari atau
yang ia ajarkan. Dia melakukan kebaikan yang ia ketahui. Jika itu ibadah maka akan
bernilai ibadah, meskipun perbuatan itu berupa kesibukan duniawi akan tetap bernilai
ibadah jika diiringi dengan niat yang baik dan maksud untuk membantunya dalam
keta’atan kepada Allah. Ilmu dan amal memiliki pengaruh yang kuat untuk
menghilangkan kegundahan dan kesedihan. Betapa banyak orang yang diuji dengan
gelisah dan musibah berkepanjangan sehingga berbagai macam penyakit datang
menggerogotinya, ternyata obat yang ampuh baginya adalah melupakan penyebab
yang mengeruhkan hatinya dan menyibukkan diri dengan aktifitasnya. Sebaiknya
kesibukan yang ia lakukan itu merupakan kesukaannya dan yang ia gandrungi. Karena
hal ini lebih dekat dalam mencapai tujuan (yaitu menghilangkan kesedihannya). Allah
A’lam.

Dan di antara yang menghilangkan kesedihan dan kegundahan adalah memfokuskan


semua pikiran kepada kegiatan hari ini saja dan tidak memikirkan hal-hal yang akan
terjadi di masa mendatang serta melupakan kesedihan di masa lalu. Oleh karena itu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari sedih dan gelisah.

Seseorang akan fokus menjalani harinya karena ia menganggap kesedihan hanyalah


masa lalu yang tidak akan kembali dan tidak bisa diperbaiki, dan ia menganggap
kekhawatiran hanyalah ketakutan dari masa depan yang belum tentu terjadi. Nah, ia
bisa memusatkan usaha dan kesungguhannya untuk berbenah di hari yang ia jalani.
Kalau sudah begini semua aktifitasnya akan tuntas dan ia terhibur dari galau dan
sedihnya.

6|P a g e
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berdo’a atau mengajarkan do’a kepada umatnya,
beliau menganjurkan untuk sungguh-sungguh dan berusaha dalam mewujudkan apa
yang diminta dan meninggalkan setiap apa yang tidak diinginkan dalam do’a itu, di
samping meminta tolong kepada Allah dan berharap karuniaNya. Karena do’a itu
seiring dengan amal. Seorang hamba harus berusaha untuk mendapatkan hal yang
berguna bagi agama dan dunianya. Dia memohon seraya minta tolong kepada
Tuhannya untuk mencapai tujuannya.

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ۡ‫ لَۡوۡ ۡأ َنِۡي فَۡ َۡعلۡتُۡ َۡكذَۡا َۡكانَۡ َۡكذَۡا و َۡكذَۡا َۡولَۡ ِۡكنۡ ۡقُلۡ قَۡ َّۡد َر‬: ۡ‫ل ۡت َۡقُل‬ۡ َ َۡ‫شيۡئۡ ف‬ َۡ َۡ‫صابَۡك‬ َۡ َ ‫جزۡ َۡوِۡإذَۡا ۡأ‬ َۡ ‫علَۡى َۡما يَۡنۡفَۡ ۡعُكَۡ َۡواسۡۡت َ ِۡعنۡ بِۡاللِۡ َۡو‬
َۡ ۡ‫ّل ۡت َع‬ َۡ ۡ‫اِۡحۡ ِۡرص‬
ِۡ ‫ط‬
‫ان‬ َ
ۡ ۡ‫شي‬
َۡ ‫ل ال‬ُۡ ‫ع َۡم‬َۡ ‫ح‬ َ َّ
ُۡ َ ‫ن ۡلوۡ ۡت َفۡۡت‬ َ
ۡ ِ ‫ل ۡفۡإ‬ َ
َۡ َۡ‫شا َۡء ۡفع‬ َۡ ‫للاُ َۡما‬
ۡ

Artinya : Bersemangatlah di setiap yang berguna bagimu, minta tolonglah kepada


Allah, dan jangan lemah. Dan jika kamu ditimpa sesuatu jangan katakan ‘Seandainya
aku melakukan ini tentu akan begini’ akan tetapi katakanlah ‘Allah telah menakdirkan,
apa yang dikehendakiNya Dia lakukan’ karena sesungguhnya kata ‘seandainya’
membuka jalan untuk setan.5

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara perintah untuk bersemangat


terhadap hal-hal yang bermanfaat dengan perintah untuk minta tolong kepada Allah
dan tidak mudah menyerah. Beliau juga menggabungkan antara pasrah terhadap hal-
hal yang telah terjadi dengan rida terhadap takdir Allah.

Dan beliau membagi perihal menjadi dua bagian, bagian pertama adalah hal yang bisa
diusahakan oleh seorang hamba. Maka dalam hal ini dia harus memperlihatkan
kesungguhan dan minta tolong kepada Allah. Bagian kedua adalah hal yang tidak
mungkin diusahakannya. Dalam hal ini ia harus pasrah dan rida kepada Allah.

Tidak diragukan lagi bahwa memegang erat prinsip ini adalah sebab kebahagiaan dan
hilangnya kesedihan.

5
Muslim: 2664

7|P a g e
Pembahasan Ketiga

(Dzikir dan Syukur)

Di antara sebab-sebab terbesar agar dada lapang dan tenang adalah banyak
mengingat Allah (dzikir). Karena ia memiliki pengaruh yang sangat menakjubkan dalam
menenangkan jiwa dan menghilangkan kesedihan dan kekalutan. Allah berfirman :

ُۡ‫ٱّلل ت َط َمئِنۡ ٱلقُلُوب‬ َۡ َ ‫أ‬...


َِّۡ ‫ّل ِبذِك ِۡر‬

Artinya : Bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.6

Mengingat Allah (dzikir) dan berharap pahala dzikir memiliki pengaruh besar untuk
menggapai tujuan (lapang dada) ini karena keistimewaannya.

Demikian pula halnya dengan menyebut-nyebut nikmat Allah yang tampak dan yang
tersembunyi. Dengan menyadari dan menyebut-nyebut nikmatNya, Allah akan
mengangkat kesedihan dan kegelisahan. Perbuatan ini akan mendorong seorang
hamba untuk bersyukur yang mana syukur ini merupakan tingkatan tertinggi walaupun
hamba itu dalam keadaan fakir, sakit dan ditimpa berbagai musibah. Karena jika ia
bandingkan antara nikmat-nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya dengan
musibah yang menimpanya, maka tidak akan sebanding.

Bahkan jika Allah menguji seseorang dengan musibah lalu ia bersabar, rida, dan pasrah,
maka beban musibah itu akan terasa ringan. Harapan seorang hamba akan pahala dan
balasan serta ibadah yang ia wujudkan dalam bentuk sabar dan rida akan merubah
segala yang pahit menjadi manis, sehingga manisnya pahala akan melupakan pahitnya
kesabaran.

6
Ar-Ra’d : 28

8|P a g e
Di antara hal yang paling bermanfaat pada pembahasan ini adalah tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya :

َۡ ۡ‫ظ ُۡروۡا ِۡإلَۡى َۡمنۡ ُۡه َۡو فَۡوۡقَۡ ُۡكمۡ فَۡۡإ ِنَّۡ ۡهُ ۡأ َجۡ َۡد ُۡر ۡأ َن‬
َۡ ِۡ‫ّل ۡت َزۡ َۡد ُۡروۡا نِۡعۡ َۡم ۡةَ للا‬
ۡ‫علَۡيۡ ُۡكم‬ ُۡ ۡ‫ّل ۡت َن‬ َۡ َۡ‫ظ ُۡروۡا ِۡإلَۡى َۡمنۡ ُۡه َۡو ۡأ َسۡف‬
َۡ ‫ل مِۡنۡ ُۡكمۡ َۡو‬ ُۡ ۡ‫ۡا ُن‬

Artinya : Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat
kepada orang lebih tinggi daripada kalian. Karena hal itu lebih memungkinkan bagi
kalian untuk tidak meremehkan nikmat-nikmat Allah atas kalian.7

Sesungguhnya seorang hamba jika memiliki pandangan seperti ini maka ia akan melihat
dirinya punya banyak kelebihan dari yang makhluk lainnya dalam hal kesehatan dan
rizki bagaimanapun keadaannya, sehingga hilanglah kesedihannya dan bertambahlah
kebahagiaan dan ghibthahnya8 terhadap orang yang diberikan nikmat lebih oleh Allah
dari dirinya.

Semakin dalam seorang hamba merenungi nikmat-nikmat Allah yang tampak dan
tersembunyi, secara spiritual dan duniawi, semakin dia tahu bahwa Tuhannya telah
memberinya kebaikan yang banyak dan telah menjauhkannya dari keburukan yang tak
terhitung. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini akan menghilangkan kesedihan dan
kegelisahan serta mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan.

Pembahasan Keempat

(Melupakan Kesedihan dan Bertawakkal)

Termasuk di antara sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan menghilangkan


kesedihan serta kegelisahan adalah berusaha menghilangkan sebab-sebab yang
mendatangkan kesengsaraan dan berusaha mendapatkan sebab-sebab yang
mendatangkan kebahagiaan. Hal itu bisa dilakukan dengan melupakan musibah-
musibah masa lalu yang tidak mungkin bisa dirubah dan menyadari bahwa
menyibukkan pikiran dalam hal itu adalah kesia-siaan, kepandiran dan kegilaan.

Maka dia harus berjuang menjauhkan hatinya dari memikirkan musibah tersebut dan
berjuang menjauhkan hatinya dari kecemasan terhadap kefakiran, ketakutan dan hal

7
Muslim: 2963
8
Ghibthah adalah : Angan-angan seseorang untuk memperoleh nikmat seperti yang ada pada orang
lain tanpa menginginkan hilangnya nikmat dari orang tersebut.

9|P a g e
lainnya yang ia bayangkan di masa depan. Dia harus sadar bahwa segala sesuatu yang
akan terjadi di masa depan, baik itu kebaikan atau keburukan, cita-cita atau kemalangan
adalah perkara yang tidak diketahui dan dia harus sadar bahwa segalanya ada di tangan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Seorang hamba hanya bisa mengusahakan
kebaikan dan menolak mudarat di masa depan tersebut. Ia harus tahu bahwa jika ia
memalingkan pikirannya dari kegelisahan lantaran masa depannya, bertawakkal dan
pasrah kepada tuhannya untuk kebaikan yang akan datang, maka hatinya akan tenang,
keadaannya akan membaik, dan kegundahan dan kegelisahannya akan hilang.

Di antara hal yang paling bermanfaat dalam menyikapi masa depan adalah dengan
membaca do’a yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ۡ‫شيۡ َۡوۡأ َصِۡۡلحۡ ِۡليۡ آخِۡ َۡرتِۡيۡ اۡلَّتِۡي إِۡۡلَيۡ َۡها َۡمعَۡا ِۡدي‬
ِۡ ‫اي اۡلَّتِۡي فِۡيۡ َۡها َۡمعَۡا‬
َۡ َۡ‫عصۡمِۡ ۡةُ ۡأ َمۡ ِۡريۡ َۡوۡأ َصِۡۡلحۡ ِۡليۡ ُۡدنۡي‬ ِۡ ‫الۡلَّ ُۡه َّۡم ۡأ َصِۡۡلحۡ ِۡلي ِۡديۡنِۡي اۡلَّ ِۡذي ُۡه َۡو‬
ۡ‫شر‬
َۡ ‫ل‬ ِۡ ‫حةۡ ِۡلي مِۡنۡ ُۡك‬ َۡ ‫خيۡرۡ َۡوالۡ َۡموۡتَۡ َۡرا‬ َۡ ‫ل‬ ِۡ ‫حيَۡاۡة َ ِۡزيَۡا َۡدةۡ ِۡلي فِۡي ُۡك‬
َۡ ‫ل ال‬
ِۡ َۡ‫َۡواجۡع‬

Artinya : Ya Allah, perbaikilah agamaku yang mana itu adalah pelindung perkaraku,
perbaikilah duniaku yang merupakan tempat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang
di sana tempatku kembali, jadikanlah kehidupan ini menjadi sarana bagiku untuk
menambah kebaikan, dan jadikanlah kematianku sebagai tempat istirahat dari segala
keburukan.9

Dan beliau juga mengajarkan do’a:

َۡ‫ّل ۡأ َنۡت‬ ۡ ُ‫شأۡنِۡيۡ ُۡكۡلَّ ۡه‬


َّۡ ‫ّلَ ِۡإل ۡهَ ِۡإ‬ َۡ ۡ‫عيۡنۡ َۡوۡأ َصِۡۡلحۡ ِۡلي‬
َۡ َ‫طرۡفَۡ ۡة‬
َۡ ‫سي‬ ُۡ ۡ‫الَلَّۡ ُۡه َّۡم َۡرحۡ َۡمۡت َكَۡ ۡأ َر‬
ۡ َ َۡ‫جوۡ ف‬
َۡ ‫ل ۡت َ ِۡكلۡنِۡي ِۡإ‬
ِۡ ۡ‫لى نَف‬

Artinya : Ya Allah, hanya rahmatMulah yang aku harapkan, maka jangan Engkau
serahkan urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah semua
urusanku, tiada yang berhak disembah selain Engkau.10

Jika hamba membaca do’a yang ada kebaikan masa depan spiritual dan dunianya ini
dengan sepenuh hati, niat yang tulus, dan diiringi dengan usaha untuk mewujudkannya,
maka Allah akan kabulkan apa yang ia minta, harapkan dan usahakan. Sehingga
kesedihannya berubah menjadi kebahagiaan dan kegembiraan.

9
Muslim: 2720
10
Abu Daud: 5090 dan lainnya

10 | P a g e
Pembahasan Kelima

(Mempersiapkan Mental)

Di antara sebab-sebab yang bisa menghilangkan kecemasan dan kegundahan jika


seorang hamba ditimpa petaka adalah dengan berusaha meringankannya, dalam artian
ia memperkirakan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi kemudian ia
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Apabila ia bisa memperkirakannya, maka
hendaklah ia berusaha memperkecil resiko sebisa mungkin. Dengan persiapan dan
usaha yang berguna seperti ini, kesedihan dan kegelisahannya akan hilang. Kesedihan
itu berganti dengan usaha untuk memperoleh kebaikan dan menolak kemudaratan
yang telah ditakdirkan untuknya.

Jika penyebab ketakutan, penyakit, kefakiran dan pupus harapan menghampirinya,


maka ia akan menghadapinya dengan tenang dan jiwa yang mantap. Bahkan jika terjadi
kemungkinan yang lebih parah lagi dari itu, mentalnya yang kuat ini akan meringankan
beban pikirannya dan menghilangkan kepedihannya, apalagi jika ia menyibukkan diri
dengan berusaha menghindari penyebab-penyebab tersebut sesuai kemampuannya.

Sehingga di dalam dirinya menyatu usaha yang berguna dan jiwa yang mantap, dengan
itu perhatiannya teralihkan dari musibah. Dan ia juga berupaya memperbaharui
kekuatan untuk menghadapi musibah seraya bersandar kepada Allah, yakin dengan
pertolonganNya dan berharap pahala di dunia dan di akhirat. Tidak diragukan lagi
bahwa perkara-perkara ini memiliki peranan yang besar untuk mencapai kebahagiaan
dan ketenangan hati. Ini bisa disaksikan dan telah teruji, dan banyak orang yang telah
mencobanya.

Pembahasan Keenam

(Tawakkal dan Berpikiran Positif)

Di antara penyembuhan yang paling ampuh untuk penyakit batin bahkan fisik adalah
kekuatan hati, tidak tenggelam atau terpengaruh oleh dugaan-dugaan dan khayalan
yang datang dari pikiran buruk. Karena ketika manusia mengikuti khayalannya ia akan
terjebak dalam kegelisahan, tekanan batin, sakit fisik, stress, dan hatinya akan
terpengaruh oleh kemarahan, kepanikan dari gangguan dan prasangka munculnya hal
buruk serta hilangnya hal baik.
11 | P a g e
Jikalau hati telah bersandar kepada Allah, bertawakkal kepadaNya, tidak menuruti
prasangka, tidak dikuasai oleh khayalan buruk, hati itu yakin kepada Allah dan berharap
penuh akan anugrahNya, maka kesedihan dan kegelisahan akan sirna, berbagai
penyakit akan hilang, dan hati itu akan mendapat kekuatan, kelegaan dan kebahagiaan
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Betapa banyak rumah sakit dipenuhi
oleh orang-orang sakit jiwa dan betapa besar pengaruh hal tersebut terhadap jiwa-jiwa
orang yang kuat, terlebih lagi terhadap orang yang lemah. Betapa hal tersebut
mengundang kegilaan dan kebodohan. Sementara orang yang sehat adalah orang
yang disehatkan oleh Allah dan diberi taufik berjuang untuk memperoleh sebab-sebab
yang menguatkan hati, yang menghilangkan kecemasannya. Allah berfirman :

...ۡٓ‫ٱّلل فَ ُه َۡو َحسبُهُۥ‬


َِّۡ ‫علَى‬
َ ۡ‫َو َمن يَت ََو َّكل‬

Artinya : Siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
keperluannya.11

Maksudnya, Allah akan mencukupkan semua apa yang ia inginkan dari urusan agama
dan dunianya.

Orang yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang berhati kuat, tidak
terpengaruh oleh prasangka-prasangka, dan tidak terusik oleh kejadian-kejadian karena
ia menyadari bahwa itu hanyalah bersumber dari kelemahan jiwa dan ketakutan yang
tidak ada hakikatnya. Ia juga tahu bahwa Allah telah menanggung orang yang
bertawakkal kepadanya dengan kecukupan yang penuh, sehingga ia yakin kepada Allah
dan janjiNya dan hilanglah kesedihan dan kegelisahannya, lalu kesulitan berganti
kemudahan, sedih berganti senang, takut berganti rasa aman.

Marilah kita memohon kesehatan kepada Allah dan memberikan kita karunia berupa
kekuatan dan keteguhan hati dengan tawakkal yang sempurna, yang mana Allah telah
menjamin orang yang bertawakkal itu dengan seluruh kebaikan dan menjauhkannya
dari setiap keburukan.

11
Ath-Thalaq : 3

12 | P a g e
Pembahasan Ketujuh

(Menghargai Orang lain)

Dalam sebuah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

َۡ ‫خۡلُقۡا آ‬
ۡ‫خ َر‬ ُۡ ‫ي مِۡنۡ َۡها‬ ِۡ ‫خۡلُقۡا َۡر‬
َۡ ‫ض‬ ُۡ ‫ّلَ يَۡفۡ ُۡركُۡ ُۡمؤۡمِۡنۡ مۡؤۡمِۡنَةۡ إِۡنۡ َۡك ِۡرهَۡ مِۡنۡ َۡها‬
ۡ

Artinya : Janganlah seorang laki-laki beriman (suami) membenci seorang wanita


beriman (istri), jika ia membenci salah satu prilakunya ia masih meridai prilakunya
yang lain.12

Di sini ada dua faidah besar yaitu :

Pertama : Tuntunan dalam bergaul dengan istri, karib kerabat, teman, bawahan dan
setiap orang yang ada hubungannya dengan anda. Anda seharusnya menyadari bahwa
setiap orang memiliki aib, kekurangan atau hal yang tidak anda sukai. Jika anda
menemukannya, maka bandingkanlah antara kekurangan orang itu dengan kewajiban
anda dalam mempertahankan hubungan dan kasih sayang dengan mengingat segala
kebaikan dan niat baiknya. Dengan melupakan keburukan dan memandang
kebaikannya, persahabatan dan hubungan akan langgeng serta akan terwujud
kenyamanan.

Kedua : Hilangnya kecemasan dan kesedihan serta kekalnya ketulusan dan


kesinambungan dalam menunaikan hak yang wajib dan yang sunnah serta terciptanya
keharmonisan antara dua belah pihak.

Siapa saja yang tidak mengamalkan apa yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ini, bahkan melakukan kebalikannya yaitu memandang kuburukan dan
melupakan kebaikan, pasti ia akan panik, hubungannya akan keruh, dan akan
terbengkalai segala kewajiban yang saharusnya saling mereka jaga.

12
Muslim: 1469

13 | P a g e
Kontrol Diri

Banyak dari manusia yang berjiwa besar, mereka mampu bersabar dan tenang ketika
terjadi malapetaka dan musibah, akan tetapi ketika terjadi masalah-masalah sepele
mereka malah panik dan tidak karuan. Penyebabnya adalah mereka hanya mengontrol
diri di hal-hal besar dan lepas kontrol di hal-hal kecil, sehingga mereka terusik dan
kenyamanan mereka terganggu.
Sementara orang yang hazim13 mengontrol dirinya di hal-hal kecil dan besar, dia mohon
pertolongan kepada Allah dan juga memohon agar Allah tidak menyerahkan segala
urusannya kepada dirinya sendiri walau sesaat. Ketika itulah akan mudah baginya hal
yang kecil sebagaimana mudahnya hal yang besar. Ia akan tenang, hatinya tentram dan
damai.

Pembahasan Kedelapan

(Menyadari bahwa Tidak Ada Gunanya Bersedih)

Orang yang cerdas berprinsip bahwa kehidupan yang benar adalah hidup bahagia,
tenang dan sangat singkat. Maka tidak patut ia mempersingkatnya lagi dengan
kesedihan dan membiarkannya hanyut bersama kegalauan, karena hal itu bertentangan
dengan kehidupan yang benar. Dia merasa rugi ketika sebagian besar kehidupannya
hilang sia-sia dikarenakan kesedihan dan kegalauan. Dalam hal ini orang baik dan jahat
sama saja, akan tetapi orang yang beriman memiliki nilai lebih dalam menerapkan
prinsip ini dan mendapat ganjaran di dunia dan di akhirat.

Semestinya apabila dia ditimpa atau takut dari sebuah musibah, dia membandingkan
antara nikmat-nikmat yang telah ia peroleh baik nikmat agama atau duniawi dengan
apa yang menimpanya itu. Di saat itulah akan tampak banyaknya nikmat yang ia
peroleh, dan betapa sering ia dijauhkan dari musibah.

Demikian juga ia harus membandingkan antara ketakutan terhadap bahaya yang akan
menimpanya dengan banyaknya kemungkinan untuk selamat dari bahaya tersebut.
Maka ia tidak membiarkan kemungkinan kecil mengalahkan kemungkinan besar yang
lebih kuat. Dengan demikian akan hilang kesedihan dan kecemasannya. Dia
memperkirakan resiko terburuk dari kemungkinan yang akan menimpanya sehingga ia

13
Hazim adalah orang yang tindak tanduknya terarah, disiplin dalam segala hal, tidak plin-plan, dan
bisa diandalkan.

14 | P a g e
mempersiapkan diri jika hal itu terjadi, lalu berusaha mewanti yang belum terjadi dan
mengatasi yang sudah terjadi atau memperkecil resikonya.

Termasuk perkara yang berguna adalah anda menyadari bahwa gangguan dari orang
lain terhadap anda, khususnya dalam ucapan-ucapan buruk tidak akan menyakitimu
akan tetapi menyakiti mereka, kecuali jika kamu sibuk memikirkannya dan kamu biarkan
ucapan itu menguasai perasaanmu. Jika kamu tidak peduli dengan ucapan itu, maka itu
tidak akan menyakitimu sama sekali.

Ketahuilah bahwa hidupmu adalah cerminan dari pikiranmu, jika pikiranmu untuk
manfaat agama dan duniamu maka kehidupanmu akan indah dan bahagia, jika tidak
demikian maka hidupmu akan sengsara.

Hanya Berharap Balasan dari Allah

Di antara perkara yang paling bermanfaat untuk mengusir kesedihan adalah anda
meyakinkan diri bahwa tidak akan meminta balasan kecuali dari Allah. Jika anda berbuat
baik kepada orang yang berhak atau tidak berhak mendapatkannya dari anda, maka
ketahuilah bahwa hal ini merupakan interaksi anda dengan Allah. Oleh karena itu jangan
pedulikan balasan dan terima kasih dari orang yang mendapat kebaikan anda.
Sebagaimana Allah berfirman tentang orang-orang terpilih dari makhlukNya :

‫شكُورا‬ َۡ ‫ّل نُ ِري ُۡد مِ ن ُكمۡ َجزَ آ ٗۡء َو‬


ُ ‫ّل‬ َِّۡ ‫إِنَّ َما نُط ِع ُم ُكمۡ ل َِوج ِۡه‬
َۡ ‫ٱّلل‬

Artinya : Sesungguhnya kami memberi kalian makan hanya karena Allah, kami tidak
menginginkan balasan atau terima kasih dari kalian.14

Dan ini sangat ditekankan dalam bergaul dengan keluarga, anak-anak dan orang yang
punya hubungan kuat dengan anda. Ketika anda camkan pada diri anda untuk
menjauhkan keburukan dari mereka, di saat itulah anda merasa tenang dan tentram.

Memetik Hikmah dari Musibah

Di antara sebab-sebab kebahagiaan adalah mempelajari hal-hal yang mulia dan


mengamalkannya dengan dorongan jiwa tanpa memaksakan diri karena yang demikian
itu akan membuat jiwa menjadi gelisah. Ini termasuk hikmah. Lalu hendaklah anda

14
Al-Insan : 9

15 | P a g e
mengambil sesuatu yang baik dari hal-hal yang buruk, dengan begitu kenikmatan akan
makin bertambah dan kekeruhan akan hilang dari anda.

Jadikanlah segala yang bermanfaat ada di depan mata anda dan berusahalah untuk
mewujudkannya. Jangan menoleh ke hal yang berbahaya agar anda terhindar dari
sebab-sebab yang mendatangkan kesedihan dan kegundahan. Atasilah dengan tenang
dan pusatkan perhatian kepada pekerjaan-pekerjaan penting.

Tidak Menunda-nunda Pekerjaan

Dan di antara perkara-perkara yang berguna adalah menyelesaikan pekerjaan sekarang


juga dan konsentrasi pada hal selanjutnya, karena jika pekerjaan tidak diselesaikan maka
ia akan menumpuk dan pekerjaan berikutnya menyusul sehingga beban pekerjaan akan
semakin berat. Andai anda menyelesaikan setiap pekerjaan pada waktunya, maka anda
bisa menghadapi urusan esok dengan pikiran dan usaha yang maksimal.

Dan semestinya anda memilah dan memilih yang terpenting dari pekerjaan penting
lainnya. Bedakan mana yang merupakan kecenderungan dan kesukaan diri anda,
karena kebalikannya akan membuat jenuh, bosan dan kacau.

Gunakanlah pikiran jernih dan musyawarahlah dalam memilih hal tersebut, karena
orang yang bermusyawarah tidak akan menyesal. Pelajarilah apa yang ingin anda
lakukan dengan detail. Jika anda telah bisa memastikan adanya maslahat dan telah
bertekad, maka bertawakkallah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertawakkal.

Selesai sudahlah risalah ini. Segela puji untuk Allah Tuhan semesta alam. Shalawat
beserta salam kepada Nabi kita Muhammad dan keluarga dan para sahabatnya.

AL-MUKHTAR FOUNDATION (SUMATERA BARAT)

www.al-mukhtar.or.id

16 | P a g e
Daftar isi

Pengantar Penulis. ....................................................................................................... 1


Pembahasan Pertama (Iman dan Amal Saleh) ................................................... 1
Pembahasan Kedua (Sibuk dengan Ilmu dan Fokus pada Hari Ini) ............ 6
Pembahasan Ketiga (Dzikir dan Syukur) .............................................................. 8
Pembahasan Keempat (Melupakan Kesedihan dan Bertawakkal) ............... 9
Pembahasan Kelima (Mempersiapkan Mental) ................................................. 11
Pembahasan Keenam (Tawakkal dan Berpikiran Positif) ................................ 12
Pembahasan Ketujuh (Menghargai Orang lain) ................................................ 13
Kontrol Diri ................................................................................................................ 14
Pembahasan Kedelapan ........................................................................................... 14
Hanya Berharap Balasan dari Allah ................................................................... 15
Memetik Hikmah dari Musibah .......................................................................... 15
Tidak Menunda-nunda Pekerjaan ..................................................................... 16
Daftar isi .......................................................................................................................... 17

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai