PELATIHAN MOOC
(MASSIVE OPEN ONLINE COURSE).
ISI :
SAMBUTAN KEPALA LAN
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI
KEBIJAKAN ORIENTASI PPPK
AGENDA 1 :
I. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
II. ANALISIS ISU KONTEMPORER
III. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
AGENDA 2 :
I. BERORIENTASI PELAYANAN
II. AKUNTABEL
III. KOMPETEN
IV. HARMONIS
V. LOYAL
VI. ADAPTIF
VII. KOLABORATIF
AGENDA 3 :
I. SMART ASN
II. MANAJEMEN ASN
SAMBUTAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
Dr. Adi Suryanto.,M.Si
Indonesia tengah membenah menyosong era baru Indonesia emas 2045, semua harapan
besar Indonesia dapat jajaran terdepan dan negara maju yang lainnya, dan kita dihadapkan era
Industri Power Pointho dan tantangan Global yang lainnya, Kita semua harus dapat cepat
beradaptasi perkembangan teknologi, tentu semua ini dan harapan ini dapat kita raih dengan
persiapan dan usaha untuk lebih matang lagi, dan untuk mempersiapkan sumber daya Aparatur
atau ASN yang kompeten dan profesional sebagai aktor strategis dalam Reharublik dan juga
biokrasi, dan secara arahan Pak. Presiden, kita sekarang fokus pada prioritas pembangunan
sumber daya manusia khususnya bagi ASN kita telah melakukan pembenahan dimulai
Rekuitmen sampai dengan pola pemenuhan dan pengembangan kompetensinya, maka dari itu
kawan-kawan dapat bangga menjadi bagian generasi baru yang bersih dan kompeten dan serta
profesional dan menjadi aset peting dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Pelatihan dasar
CPNS atau laskar CPNS yang kawan-kawan ikuti saat ini, menjadi podasi penting mewujudkan
smart ASN agar mampu menghadapi era dislamsi dan juga tantangan dunia semakin kompleks,
melalui Plat From (Massive Open Online Course) Mooc laskar ini pelatihan ini tidak lagi
terbatas literasi fisik, Kawan-kawan dapat melakukan pembelajaran mandiri dengan berbagai
variasi materi pembelajaran yang telah yang tersedia dan kawan-kawan dapat menyerap
sebanyak-banyak sumber pembelajaran yang ada yang nantinya akan dikembangkan dalam
skema pembelajaran kolaboratif, aktualisasi, dan penguatan secara klasikal, saya berharap
dengan dikembangkanya metode baru Mooc ini dapat disebuah lebih kokoh bagi ASN secara
nasional untuk mencetak ASN unggul dan kompeten untuk menuju generasi berkelas dunia dan
Indonesia emas ditahun 2045, Selamat mengikuti pembelajaran, harapan Indonesia ada dipundak
kawan-kawan semuanya.
Selamat datang kepada Platfrom Mooc pelatihan dasar bagi para CPNS, kawan-kawan
semuanya kita sebagai PNS merupakan sebuah kebanggan karena dapat melayani bangsa
Indonesia dan sebuah bangsa yang besar dan untuk itu Bpk. Presiden telah meluncurkan Coor
File You bagi ASN dan End Ployer Learning dan kita mengenal Coor File You tadi dengan
singkatan berakhlak yaitu beriontasi pada pelayanan akuntabel, kompeten, harmonis, royal,
adaktif dan kolaboratif, Coor File You ini tentunya untuk kita semuanya untuk terus
mengembangkan diri terutama diarea penuh perubahan ini dimana kata kuncinya semua bangsa
untuk dituntut daya saing dan mengendalkan kemampuan berinovasi dan untuk itu pada
kurikulum baru pelatihan dasar ini akan ditekankan ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh
PNS dan CPNS yaitu pengusaan Coor File You dan penguasaan pada literasi digital atau disering
disebut dengan smart ASN dan selamat belajar kawan-kawan semuanya, semangat untuk
mengembangkan diri secara berkelanjutan agar menjadi para ASN yang unggul dan mendukung
ASN laskar.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan
telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan
berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas moral,
dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan. Ada pun yang dimaksud dengan Kontemporer
adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis, dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang,
atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini.
1. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan
baik fungsi dan tugasnya, yaitu :
1. Melaksanakan kebijakan public yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
2. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menghadapi hal tersebut PNS dituntut untuk bersikap kreatif dan melakukan terobosan
(inovasi) dalam melaksanakan pelayanan kepada masya PNS bisa menunjukan perannnya
dalam koridor peraturan perudang- undangan (bending the rules), namun tidak boleh
melanggarnya (breaking the rules).
Sejalan dengan tujuan Reformasi Birokrasi terutama untuk mengembangkan PNS
menjadi pegawai yang transformasional, artinya PNS bersedia mengembangkan cita-cita dan
berperilaku yang bisa diteladani, menggugah semangat serta mengembangkan makna dan
tantangan bagi dirinya,merangsang dan mengeluarkan kreativitas dan berupaya melakukan
inovasi, menunjukkan kepedulian, sikap apresiatif, dan mau membantu orang lain.
2. Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (PERRON, N.C., 2017) ada empat level yang
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjannya sesuai bidang tugas masing-
masing yakni :
1. Individu
2. Keluarga
3. Masyarakat pada level local dan regional
4. Nasional
5. Dunia.
3. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini Istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia
merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide),
kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja Modal manusia adalah komponen yang
sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan
keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa.
4. Isu-isu Strategis Kontenporer
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian
tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.
5. Teknik Analisis Isu
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu 1. Isu saat ini (Current Issue) 2. Isu Berkembang 3. Isu Potensial.
Sedangkan teknik analisis isu antara lain :
1. Mind Mapping Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter,
2009: 153). Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak
secara natural
2. Fishbone Diagram Mirip dengan mind mapping, pendekatan fishbone diagram juga
berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang terkait.
Namun demikian fishbone diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada
hubungan sebab akibat, sehingga seringkali juga disebut sebagai Cause-andEffect Diagram
atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian
kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools).
Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague,
2005, p. 247).
3. Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan,
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Analisis ini merupakan suatu pendekatan memahami isu
kritikal dengan cara menggali aspekaspek kondisi yang terdapat di suatu wilayah yang
direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan
dihadapi dalam pengembangan wilayah tersebut.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam
yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945
untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara”.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara :
1. Rasa Cinta Tanah Air;
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara; dan
Kemampuan Awal Bela Negara
KESIAPSIAGAAN JASMANI
PENGERTIAN :
Adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik
secara lebih baik dan efisien.
MANFAAT :
Memiliki postur yang baik.
Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan berat.
Memiliki ketangkasan yang tinggi.
SIFAT KESIAPSIAGAAN JASMANI :
Dapat dilatih untuk ditingkatkan.
Dapat meningkat dan/atau menurun dalam periode waktu tertentu.
Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak menetap sepanjang masa.
Cara terbaik untuk mengembangkannya, yaitu melakukannya.
SASARAN PENGEMBANGAN KESIAPSIAGAAN JASMANI :
Tenaga (power).
Daya tahan (endurance).
Kekuatan (muscle strength).
Kecepatan (speed).
Ketepatan (accuracy).
Kelincahan (agility).
Koordinasi (coordination).
Keseimbangan (balance).
Fleksibilitas (flexibility).
KESEHATAN JASMANI
PENGERTIAN KESEHATAN JASMANI :
Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat2 tubuhnya dlm batas fisiologi thd keadaan
lingkungan &/ kerja fisik yg cukup efisien tanpa lelah scr berlebihan.
CIRI JASMANI SEHAT :
1) Normalnya fungsi alat-alat tubuh, terutama organ vital. Misal :
✔ Tekanan darah : 120/80 mmHg
✔ Frekuensi nafas : 12-18 kali/menit
✔ Denyut nadi : 60 - 90 kali/menit
✔ Suhu tubuh antara 360 - 370 C
2) Memiliki energi yang cukup untuk melakukan tugas harian (tidak mudah merasa lelah).
3) Kondisi kulit, rambut, kuku sehat (gambaran tingkat nutrisi tubuh).
4) Memiliki pemikiran yang tajam (otak bekerja baik).
GANGGUAN KESEHATAN JASMANI :
1) Psikosomatis: Faktor Psikologis
2) Penyakit “Orang Kantoran”
KEBUGARAN JASMANI
Pengertian :
Kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa
merasa kelelahan yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga utk
menikmati waktu senggangnya & untuk keperluan yang mendadak.
Komponen :
❑ Komposisi Tubuh -- IMT = BB / (TB)2
❑ Kelenturan Tubuh -- Luas bidang gerak persendian
❑ Kekuatan/Daya Tahan Otot -- Kontraksi maks. otot
❑ Daya Tahan Jantung-Paru
POLA HIDUP SEHAT
Pengertian :
Segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Cara :
1) Makan Sehat
2) Aktifitas Sehat
3) Berpikir Sehat
4) Lingkungan Sehat
5) Istirahat Sehat
Cara :
1) Makan Sehat
2) Aktifitas Sehat
3) Berpikir Sehat
4) Lingkungan Sehat
5) Istirahat Sehat
CARA BEROLAHRAGA
Minimal 150 menit/minggu
Menghitung Denyut Nadi bkn keringat
⮚ Normal : 60-90 kali/menit
⮚ Maksimal : (220 - Umur) kali/menit
⮚ Olahraga : 60% - 85% dr Maksimal
❑ Tahapan : Pemanasan, Gerakan Inti dan Pendinginan.
❑ Lakukan secara konsisten.
KESIAPSIAGAAN MENTAL
PENGERTIAN :
Adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan
proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa
(kedewasaan) nya, baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
KARAKTER KESIAPSIAGAAN MENTAL BAIK :
❑ Berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui, sikap perilaku tersebut digunakan
untuk menuntun tingkah lakunya;
❑ Mengelola emosi dengan baik;
❑ Mengembangkan berbagai potensi yang dimilik secara optimal;
❑ Mengenali resiko dari setiap perbuatan;
❑ Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; dan
❑ Menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.
KESEHATAN MENTAL
PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL :
Sistem kendali diri yang bagus sebagai wujud dari kinerja sistem limbik (cenderung ke emosi)
dan sistem cortex prefrontalis (cenderung rasional) yang tepat.
KESEHATAN BERPIKIR :
1) Kesehatan Mental berkaitan dgn kemampuan berpikir.
2) Berpikir sehat : kemampuan menggunakan logika dan rasionalitas.
3) Kesalahan Beripikir :
✔ Berpikir ‘ya’ atau ‘tidak’
✔ Generalisasi berlebihan
✔ Magnifikasi-minimisasi
✔ Alasan emosional
✔ Memberi label
✔ Membaca pikiran
I. BERORIENTASI PELAYANAN
Materi Pokok 1 : Konsep Pelayanan Publik
A. Uraian Materi
1. Pengertian Pelayanan Publik
Hardiyansyah (2011:11) mendefinisikan pelayanan adalah aktivitas yang diberikan
untuk membantu, menyiapkan, dan mengurus. Baik itu berupa barang atau jasa dari satu
pihak kepada pihak yang lain. Istilah lain yang sejenis dengan pelayanan itu adalah
pengabdian dan pengayoman
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Agus Dwiyanto (2010:21) menawarkan alternatif definisi pelayanan publik sebagai
semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas
tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya
mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen
perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga,
mencapai tujuan strategis pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia internasional.
Dalam penjelasan lebih lanjut, Dwiyanto (2010:22) mengatakan bahwa dari segi
mekanisme penyediaannya, pelayanan publik tersebut tidak harus dilakukan oleh
pemerintah sendiri, akan tetapi dapat dilakukan oleh sektor swasta (mekanisme pasar).
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu: a. kepentingan umum;b. kepastian hukum; c. kesamaan hak; d.
keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f. partisipatif; g. persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i. akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik
yang baik adalah:
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu
melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan
publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan,
prosedur, biaya, dan sejenisnya.
3. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya.
4. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara
satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga
negara, seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau
orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
5. Mudah dan Murah
prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara.
6. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan dengan prosedur
yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan
publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti
non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat
untuk mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber
daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh
karena itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
9. Berkeadilan
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu
masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau
diterima oleh penerima layanan.
II.KONSEP AKUNTABILITAS
A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang
ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: •
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi • Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien • Kemampuan menggunakan Kewenangan
jabatannya dengan berintegritas tinggi
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas
adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas
memperbaiki kinerja.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama,
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas
dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability).
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.
III.PENGEMBANGAN KOMPETENSI
A. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. 2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik
berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin
dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan. 3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan
non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
B. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine
box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
PERILAKU KOMPETEN
A. Berkinerja dan BerAkhlak
Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik. • Perilaku etika
profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
B. Learn, Unlearn, dan Relearn
Meningkatkan kompetensi diri: • Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan. • Pendekatan pengembangan mandiri ini
disebut dengan Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan
pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet. • Perilaku lain ASN
pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network. • Sumber pembelajaran
lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin
dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain. • Pengetahuan juga
dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi
dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
C. Meningkatkan Kompetensi Diri
Membantu Orang Lain Belajar: • Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di
kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan”
atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). • Mengambil dan mengembangkan
pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan
sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories). • Aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli
(expert network), pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
D. Membantu Orang Lain Belajar
Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersiolisai di
ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
Melakukan kerja terbaik: • Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan
setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia. • Pentingnya
berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi
terpenting dalam hidup seseorang.
IV. HARMONIS
IV. LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah
telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu
core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN
dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
VI. ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya.Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat
mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai
sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan
kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan
kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan
sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan
institusional adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan
telah berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi
di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo
& Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan
berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk
pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient
organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan
budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan).
VIII. KOLABORATIF
Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan
bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming
to become more competitive by developing shared routines”. Sedangkan Gray (1989)
mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties with different
expertise, who see different aspects of a problem, can constructively explore differences and find
novel solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other’s
perspective (Gray, 1989). Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah: Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge
sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005)
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan
institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata
kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White,
2012).
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana
proses tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to
process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara Desain kelembagaan yang
salah satunya proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses
kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan.
Panduan Perilaku Kolaboratif
Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan
B. KOLABORATIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Kolaborasi Antar Lembaga Pemerintah
1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen dan
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas publik
Custumato (2021)
Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah
• Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi.
• Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan
dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah, menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah
konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk
menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada
kecakapan pengguna media digital dalam melakukan Smart ASN 110 proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus
tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.
a. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi
dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce untuk
memantau keuangan dan bertransaksi secara digital
b. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll
Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai
produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya
d. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada :
Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari
adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk
dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga
Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut:
1) Pelaksana kebijakan public;
2) Pelayan public; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa
hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan
bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1) jaminan kesehatan;
2) jaminan kecelakaan kerja;
3) jaminan kematian; dan
4) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting
dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Penerapan sistem merit dalam
pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang
bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa
transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan
obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai
yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada
prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek
pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan
kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, di sisi lain
bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk
meningkatkan kinerja.