Anda di halaman 1dari 34

i

Bahan Ajar
Perawatan Sistem Air Conditioner

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-
Nya naskah bahan ajar “Perawatan Sistem Air Conditioner” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Pembahasan materi dalam bahan ajar ini khusus dirancang untuk dapat digunakan dalam
pembelajaran secara mandiri, dengan demikian dalam implementasinya peserta dapat
mempelajari materi, mengerjakan soal-soal, dan melakukan percobaan sesuai instruksi yang
sudah disediakan.
Bahan ajar ini berisi uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi/
subkompetensi komponen sistem Air Conditioner, cara kerja sistem Air Conditioner, dan servis
sistem Air Conditioner.
Walaupun sudah diupayakan untuk menghindarkan adanya kesalahan dalam bahan
ajar ini, penulis menyadari di dalamnya tidak mustahil masih terdapat kelemahan. Karena itu
penulis berharap agar peserta berkenan memberikan kritik dan saran demi lebih sempurnanya
bahan ajar ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan bahan ajar ini. Secara khusus penulis berharap semoga bahan
ajar ini bermanfaat.

Cimahi, Oktober 2023

Penulis

i
Bahan Ajar
Perawatan Sistem Air Conditioner

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 : PRINSIP DASAR AIR CONDITIONER ........................................................... 5

A. Tujuan Umum Pembelajaran .......................................................................................................... 5

B. Tujuan Khusus Pembelajaran.......................................................................................................... 5

C. Materi Pembelajaran ...................................................................................................................... 5

1. Fungsi Air Conditioner Pada Kendaraan ....................................................................................... 5

2. Prinsip Kerja Air Conditioner ......................................................................................................... 6

3. Dasar Kerja Air Conditioner ........................................................................................................... 7

4. Rangkaian Air Conditioner Pada Kendaraan.................................................................................. 8

5. Komponen Air Conditioner Pada Kendaraan ................................................................................ 9

6. Refrigerant (Zat Pendingin) ......................................................................................................... 23

7. Rangkaian Listrik dan Alat Pengontrol pada Air conditioner .................................................... 25

D. Lembar Kegiatan 1 (LK1) .............................................................................................................. 29

E. Rangkuman ................................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 31

ii
PENDAHULUAN

A. EFERENSI BAHAN AJAR


1. KBJI 2014
Bahan ajar ini disusun berdasarkan Klasifikasi Buku Jabatan Indonesia (KBJI) yang
dibuat berdasarkan Nota Kesepahaman Antara Kementerian Ketenagakerjaan
Dengan Biro Pusat Statistik No. 7/NK/MEN/XII/2014 & No. 24/KS/05-XII/2014
tentang Penyediaan, Pemanfaatan, Dan Pengembangan Data Dan Informasi
Statistik Ketenagakerjaan.
2. SKKNI 2018
Ruang lingkup tugas jabatan Pengemudi Mobil, Taksi dan Van dalam
merawat kendaraan (KBJI 2014 halaman 664-665) sejalan dengan kompetensi
yang tercantum dalam SKKNI NOMOR 97 TAHUN 2018, Kode Unit
G.45OTO01.07083.2 Memperbaiki Sistem Air Conditioner dan G.45OTO01.07084.2
Memelihara Sistem Air Conditioner seperti deskripsi di bawah ini.

Kode Unit Elemen


Judul Unit Deskripsi Unit Batasan Konteks
Kompetensi Kompetensi
G.45OTO01.083.2 Memperbaiki Unit kompetensi 1. Menyiapkan Standar
Sistem Air ini berhubungan perbaikan sistem kompetensi ini
Conditioner dengan air conditioner digunakan untuk
pengetahuan, 2. Melakukan uji jasa pelayanan
keterampilan, dan pada sistem air pemeliharan/servis
sikap kerja yang conditioner & perbaikan bidang
dibutuhkan dalam 3. Overhaul perbengkelan.
memperbaiki komponen
sistem air
conditioner.

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja


1. Menyiapkan perbaikan sistem air 1.1 Peralatan untuk melakukan pekerjaan memperbaiki
conditioner sistem air conditioner disiapkan sesuai dengan
manual perbaikan.
1.2 Komponen pekerjaan memperbaiki sistem air
conditioner disiapkan sesuai dengan manual
perbaikan.
1.3 Perlengkapan pelindung kendaraan dipasang
berdasarkan prosedur di tempat kerja
2. Melakukan uji pada sistem air 2.1 Kinerja sistem air conditioner diuji untuk mengetahui
conditioner jenis kerusakan.
2.2 Sistem air conditioner diuji menggunakan diagnostic

1
tool untuk mempermudah penentuan kerusakan.
2.3 Dokumen pengujian sistem air conditioner diisi
sesuai hasil pengujian dan dilaporkan sesuai
prosedur yang berlaku.
3. Overhaul komponen 3.1 Komponen sistem air conditioner di overhaul
sesuai dengan manual perbaikan.
3.2 Komponen sistem air conditioner dilepas dan
diurai berdasarkan manual perbaikan.
3.3 Komponen sistem air conditioner diuji
berdasarkan manual perbaikan. 3.4 Dokumen
overhaul komponen air conditioner diisi sesuai
pemeriksaan komponen dan dilaporkan sesuai
prosedur

Kode Unit Elemen


Judul Unit Deskripsi Unit Batasan Konteks
Kompetensi Kompetensi
G.45OTO01.084.2 Memeliara Unit kompetensi 1. Menyiapkan Standar kompetensi
Sistem Air ini berhubungan pemeliharaan ini digunakan untuk
Conditioner dengan sistem air jasa pelayanan
pengetahuan, conditioner pemeliharan/servis
keterampilan, 2. Memeliharan & perbaikan bidang
dan sikap kerja komponen air perbengkelan.
yang dibutuhkan conditioner
dalam
memelihara
sistem air
conditioner.

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja


1. Menyiapkan pemeliharaan sistem air 1.1 Pekerjaan menyiapkan pemeliharaan sistem air
conditioner conditioner dilakukan sesuai dengan manual perbaikan.
1.2 Alat dan perlengkapan pengaman sistem air conditioner
disiapkan untuk memastikan tidak terjadi pencemaran
lingkungan akibat bahan refrigerant yang dapat merusak
lapisan ozon.
1.3 Metode pemeliharaan ditentukan sesuai manual
perbaikan.
1.4 Material dan komponen sistem air conditioner disiapkan
untuk proses pemeliharaan sesuai dengan kendaraan yang
digunakan.
1.5 Perlengkapan pelindung kendaraan dipasang berdasarkan
prosedur di tempat kerja
2. Memeliharan komponen air conditioner 2.1 Sistem air conditioner diuji dengan menggunakan metode
dan peralatan sesuai manual perbaikan untuk
membandingkan hasil uji dengan spesifikasi.
2.2 Hasil pengujian air conditioner dicatat dan dilaporkan
sesuai prosedur yang berlaku.
2.3 Jumlah refrigerant disesuaikan dengan spesifikasi
pedoman manual perbaikan.
2.4 Hasil pekerjaan memelihara komponen air conditioner
dicatat dan dilaporkan sesuai prosedur.

2
2.5 Pengujian final dilakukan untuk memastikan sistem air
conditioner bekerja dengan baik dan aman sesuai manual
perbaikan.

B. Deskripsi Isi Bahan Ajar


Bahan ajar “Perawatan Sistem Air Conditioner” ini menggunakan sistem pelatihan
berdasarkan pendekatan kompetensi, yakni salah satu cara untuk menyampaikan atau
mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
suatu pekerjaan yang dirancang dengan susunan sebagai berikut :
1. Prinsip Dasar Sistem Air Conditioner.
2. Cara kerja air conditioner.
3. Cara kerja sistem pengontrol air conditioner.
4. Pemelihaan Sistem Air Conditioner
5. Perbaikan Sistem Air Conditioner.

C. Prasyarat
Untuk memudahkan dalam mempelajari bahan ajar “Pemeliharaan Sistem Air
Conditioner” ini, maka peserta harus menguasai bahan ajar “Dasar Kelistrikan
Otomotif” baik berupa teori maupun praktik, serta penggunaan alat ukur mekanik
dan alat ukur listrik.

D. Desain Pembelajaran Bahan Ajar


Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan dengan berbagai moda
pembelajaran seperti Klasikal, Individual/mandiri maupun kombinasi moda tatap muka
dengan daring.
o Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
Instruktur/Fasilitator.
o Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta
dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan
bantuan dari Instruktur.
o Pelatihan moda kombinasi adalah pelatihan dengan mengkombinasi kan
pembelajaran tatap muka/luring (off line) dengan daring (online).

E. Isi Bahan Ajar


Bahan Ajar ini adalah sumber untuk peserta pelatihan yang terdiri dari 3 Kegiatan
Pembelajaran (KP):
- Kegiatan Pembelajaran 1: Prinsip Dasar Sistem Air Conditioner
- Kegiatan Pembelajaran 2: Pemeliharaan Sistem Air Conditioner
- Kegiatan Pembelajaran 3: Perbaikan Sistem Air Conditioner
Bahan Ajar ini diberikan kepada peserta pelatihan untuk memudahkan peserta dalam
memahami informasi serta memudahkan melaksanakan kegiatan praktek.

3
F. Pre-Test dan Post-Test
Dalam pelatihan ini peserta akan melaksanakan kegiatan belajar dengan membaca,
memahami, mempraktekkan materi secara menyeluruh, sedangkan untuk mengukur
tingkat penguasaan materi peserta diharuskan mengikuti serangkaian test sebelum,
sedang berjalan dan setelah materi pelatihan berakhir.

Sebelum program dilaksanakan para peserta mengikuti pre-test bertujuan untuk


mengetahui sejauh mana penguasaan peserta terhadap bahan pelatihan (pengetahuan
dan keterampilan) yang nanti akan disampaikan. Sedangkan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung peserta diberikan Lembar Kegiatan pada setiap topik yang
harus dikerjakan agar peserta lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Diakhir
program belajar peserta akan mengerjakan Post-Test yang bertujuan untuk mengevaluasi
sampai sejauh mana pencapaian hasil belajar peserta baik pengetahuan dan
keterampilannya.

4
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 : PRINSIP DASAR AIR CONDITIONER

A. Tujuan Umum Pembelajaran


Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta dapat memahami dasar dan cara kerja Air
Condioner pada kendaraan (pengetahuan, keterampilan, sikap) yang dibutuhkan pasar
sebelum memulai kegiatan jasa perawatan Air Conditioner secara mandiri maupun
untuk keperluan di bengkel professional.

B. Tujuan Khusus Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1, peserta dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja Air Conditioner pada kendaraan.
2. Mengidentifikasi komponen Air Conditioner pada kendaraan.
3. Menjelaskan cara kerja Air Conditioner pada kendaraan.
4. Menjelaskan cara kerja sistem pengontrol Air Conditioner pada kendaraan.

C. Materi Pembelajaran
1. Fungsi Air Conditioner Pada Kendaraan
Sistem penyejuk udara (Air Conditioner System) digunakan untuk membuat
temperatur udara di dalam suatu ruangan menjadi nyaman. Apabila suhu pada
suatu ruangan terasa panas maka udara panas ini diserap sehingga
temperaturnya menurun. Apabila udara dalam ruangan lembab maka kelembaban
akan dikurangi sehingga udara dipertahankan pada tingkat yang menyenangkan.
Udara lembab pada kendaraan menyebabkan kondensasi yang dapat meghalangi
pandangan. Dengan menghidupkan sistem penyejuk udara maka kondensasi ini
dapat dihilangkan, karena udara yang dikeluarkan dari sistem penyejuk udara
adalah udara kering. Selain itu udaranya bersih karena sudah melewati sistem
penyaringan.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Air Conditioner berfungsi
untuk :
a. Mendinginkan/menyejukkan udara.
b. Mereduksi tingkat kelembaban udara.
c. Mensirkulasikan udara.
d. Membersihkan udara.

5
2. Prinsip Kerja Air Conditioner
Apabila tangan kita dibasahi dengan alkohol maka tangan kita yang terkena alkohol
akan terasa dingin. Hal ini disebabkan adanya penguapan pada alkohol. Saat alkohol
menguap, sebagian panas dari tangan kita diserap oleh alkohol untuk mempercepat
proses penguapan, oleh karena itu permukaan kulit pada tangan tangan kita akan
terasa dingin.

Gambar 1. Penyerapan panas untuk proses penguapan

Kita dapat membuat suatu benda menjadi lebih dingin dengan menggunakan gejala
alam ini yaitu ketika cairan menguap menyerap panas. Misalnya suatu bejana yang
memakai kran dimasukkan ke dalam kotak terisolasi. Cairan yang mudah menguap
pada temperatur atmosfir dimasukkan ke dalam bejana tersebut.

Gambar 2. Proses penurunan suhu akibat penguapan

Apabila kran dibuka, cairan yang berada di dalam menyerap panas dari udara di
dalam kotak, cairan berubah menjadi gas dan bergerak ke luar.
Dalam kondisi seperti ini temperatur udara di dalam kotak lebih dingin dari pada
sebelum kran dibuka.
Dengan cara inilah kita dapat mendinginkan suatu benda. Tetapi pada contoh di atas
hanya berlaku sesaat selama cairan yang akan menguap masih tersedia. Bila

6
cairan sudah habis maka proses pendinginan berakhir. Untuk itu diperlukan
efek pendingin yang menggunakan metode dimana gas dikembalikan menjadi cairan
dan selanjutnya kembali menguap menjadi gas.

3. Dasar Kerja Air Conditioner


Dasar sebuah Air Conditioner pada kendaraan terdiri dari kompresor, kondensor,
receiver, katup ekspansi dan evaporator.
Adapun dasar kerjanya melalui empat tahap seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.

Gambar 3. Dasar kerja Air Conditioner


 Tahap pertama
Kompressor menghisap gas bertekanan dan bersuhu rendah dari evaporator dan
menekannya hingga tekanan serta suhu gas naik.

 Tahap kedua
Gas yang bertekanan dan bersuhu tinggi dialirkan ke kondensor.
Pada kondesor terjadi pelepasan panas sehingga gas bertekanan tinggi akan
mengalami penguapan yang akhirnya berubah dalam bentuk cair dengan tekanan
tetap tinggi.

7
 Tahap ketiga
Cairan refrigerant selanjutnya mengalir menuju katup ekspansi.
Katup ekspansi akan menyemburkan cairan refrigerant hingga berubah
dalam bentuk uap refrigerant.

 Tahap keempat
Uap refrigerant dialirkan pada evaporator. Pada evaporator penguapan terjadi
lebih cepat karena refrigerant menyerap panas di sekelilingnya. Sehingga
refrigerant berubah ke dalam bentuk gas dengan tekanan rendah dan suhu
rendah.

4. Rangkaian Air Conditioner Pada Kendaraan


Rangkaian Air Conditioner pada mobil diperlihatkan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Komponen Air Conditioner pada Kendaraan


Keterangan gambar 4 :
1. Kompresor 3c. Saklar Tekanan Tinggi
1a. Kopling Magnet 3d. Kaca Pengintai (Sight glass)
2. Kondensor 4. Katup Ekspansi
3. Receiver 5. Evaporator
3a. Pengering 6. Sensor Temperatur
3b. Saklar Tekanan Rendah

8
Cara Kerja Air Conditioner
Mula-mula gas refrigerant dihisap oleh kompresor dan ditekan ke luar dengan tekanan

mencapai ± 15 Kg/cm2 dan suhu ± 70o C. Gas bertekanan dan bersuhu tinggi ini
dialirkan ke kondensor. Dalam kondensor gas refrigerant mendapat hembusan
udara dari kipas pendingin sehingga panas latent yang terkandung didalamnya
terbuang, akibatnya refrigerant berubah dari bentuk gas menjadi cair. Suhu refrigerant
menurun sekitar 500 C . Refrigerant dalam bentuk cair ini selanjutnya mengalir
menuju receiver/dryer.
Pada receiver refrigerant disaring terhadap kemungkinan adanya kotoran dan bila
terdapat uap air dalam refrigerant akan deserap oleh desiccant. Refrigerant yang
sudah disaring selanjutnya akan disemprotkan/ diinjeksikan oleh katup ekspansi
sehingga berubah menjadi kabut refrigerant dan dialirkan ke evaporator. Saat berada
pada evaporator, refrigerant menyerap panas di sekitarnya sehingga proses
penguapan gas terjadi lebih cepat. Karena panas pada saluran evaporator diserap oleh
refrigerant, maka suhu saluran pada evaporator tersebut menurun. Dengan
menghembuskan udara di depan evaporator, maka udara yang bergerak melewati
evaporator tersebut suhunya juga akan turun (udara menjadi sejuk). Selanjutnya gas
refrigerant kembali dihisap oleh kompresor.
Pada katup ekspansi terdapat pipa kapiler yang dihubungkan dengan sebuah
tabung peraba panas (penyensor panas). Pada pipa kapiler ini terdapat gas yang
akan mengatur kerja katup ekspansi sesuai kondisi suhu pada evaporator.

5. Komponen Air Conditioner Pada Kendaraan


Air Conditioner tidak hanya digunakan pada kendaraan ringan saja tetapi juga
pada alat berat. Walaupun dari segi konstruksi komponen terdapat perbedaan
tetapi secara prinsip tetap sama. Pada sebuah kendaraan ringan tata letak
komponen Air Conditioner seperti diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

9
1. Thermostat
2. Katup ekspansi
3. Sight glass
4. Receiver
5. Kondensor
6. Kopling magnet
7. Kompresor

Gambar 5. Tata letak komponen Air Conditioner pada sebuah kendaraan ringan

Dengan penempatan komponen seperti ini maka udara sejuk akan


berhembus dari depan pengendara dan bergerak ke bagian belakang kendaraan,
selanjutnya udara keluar melalui ventilasi yang terdapat pada bagian belakang
kendaraan.

Gambar 6. Sirkulasi udara pada kendaraan

Pada sebuah traktor pemasangan komponen Air Conditioner sedikit berbeda,


perhatikan gambar di berikut ini.

10
Gambar 7. Tata letak komponen Air conditioner pada traktor

Keterangan:
1. Kopling magnet 6. Katup ekspansi
2. Kompresor 7. Selang pembuangan air
3. Katup servis 8. Receiver
4. Pengatur temperatur 9. Saluran refriegerant cair
5. Evaporator 10. Kondensor

Karena posisi evaporator berada di bagian atap kendaraan maka udara sejuk
berhembus dari bagian atas.

Lain halnya dengan sistem penyejuk udara pada bus. Secara keseluruhan
komponen sistem adalah sama seperti pada kendaraan ringan dan alat berat, tetapi
penggerak kompresornya menggunakan ‘sub engine’, yakni engine tambahan yang
khusus digunakan untuk memutar kompresor, kipas pendingin dan blower
evaporator.
Untuk bus besar biasanya digunakan ‘sub engine’ 4 silinder dan bus medium
menggunakan ‘sub engine’ 2 silinder seperti gambar berikut.

11
Gambar 8. Sub engine sebagai penggerak kompresor dan blower.

Selain itu pada sistem penyejuk udara bus terdapat supercooler dan dryer
strainer. Supercooler ini prinsipnya sama dengan kondensor yang berfungsi untuk
melepaskan panas dari refrigerant dalam bentuk cair melalui pipa-pipa dan fin-
finnya, panas dilepaskan ke udara yang dialirkan. Supercooler dapat meningkatkan
kapasitas pendingin sebesar 15 %.
Dryer strainer berfungsi untuk menyaring kotoran dalam refrigerant serta
mengeringkan kandungan air pada refrigerant.
Secara sederhana sirkulasi Air conditioner pada bus digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 9. Sirkulasi Air conditioner pada bus

12
a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap gas refrigerant dari evaporator dan
menekannya sedemikian rupa sehingga tekanan dan suhu refrigerant naik. Gas
refrigerant ini akan terkondensasi dengan media pendingin baik udara maupun
air.
Kompresor dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Kompresor tipe crank


Pada kompresor tipe ini, gerak putar crank shaft diubah menjadi gerak piston
bolak-balik.

Gambar 10. Konstruksi kompresor tipe crank

Konstruksi katup hisap dan katup tekanan dalam kompresor


diperlihatkan pada gambar di berikut ini.

13
Gambar 11. Konstruksi katup kompresor

Cara kerja kompresor


Pada waktu piston bergerak dari TMA ke TMB, katup hisap terbuka dan
refigerant terhisap ke dalam silinder.
Saat piston bergerak dari TMB ke TMA refrigerant akan dikompresikan,
tekanan refrigerant menyebabkan terbukanya katup tekan sehingga
refrigerant bergerak ke luar melalui katup tekan.

Gambar 12. Cara kerja kompresor

 Kompresor tipe swash plate


Kompresor tipe swash plate mempunyai beberapa buah piston yang
dipasang pada sebuah piringan.
Bila poros pompa berputar maka piringan (swash plate) yang
konstruksinya miring akan menggerakkan piston.
Bila salah satu piston melakukan langkah kompresi maka sisi lainnya
melakukan langkah isap.

14
Gambar 27. Konstruksi kompresor tipe swash plate

Gambar 13. Proses kerja kompresor tipe swash plate

 Kompresor tipe through vane

Pada kompresor tipe through vane terdapat dua buah sirip yang dipasang
tegak lurus. Apabila rotor berputar, sirip bergeser pada arah radial sehingga
ujung-ujungnya bersentuhan dengan permukaan dalam silinder. Gerakan
inilah yang menghisap dan menekan refrigerant dalam kompresor.

15
Gambar 14. Konstruksi kompresor Gambar 15. Konstruksi through
Tipe through vane vane

Adapun proses kerja kompresor tipe through vane dapat dilihat pada
urutan gambar berikut ini.

Gambar 16. Proses kerja kompresor tipe through vane

16
b. Kondensor
Kondensor digunakan untuk mendinginkan gas refrigerant yang bersuhu dan
bertekanan tinggi sehingga gas refrigerant berubah wujud menjadi refrigerant
cair. Makin besar jumlah panas yang dilepaskan oleh kondensor maka makin
besar pula efek mendinginkan yang diperoleh dari evaporator. Oleh karena itu
kondensor dipasang di bagian depan kendaraan agar dapat didinginkan oleh
aliran udara dari kipas radiator dan aliran udara yang terjadi selama kendaraan
bergerak.

Gambar 17. Konstruksi kondensor

c. Receiver
Receiver mempumyai dua fungsi terhadap refrigerant yang telah mencair dari
kondensor. Dalam receiver terdapat filter dan desiccant. Filter digunakan
untuk menyaring kotoran yang terdapat dalam refrigerant sedangkan desiccant
digunakan untuk menyerap uap air yang terdapat dalam refrigerant.
Pada bagian atas receiver terdapat gelas pengintai (sight glass) yang berfungsi
untuk memeriksa jumlah refrigerant dalam sistem selama Air conditioner
dioperasikan

Gambar 18. Konstruksi receiver

17
d. Katup ekspansi (Expansion Valve)
Refrigerant yang sudah berbentuk cairan dari kondensor selanjutnya dialirkan
pada katup ekspansi. Cairan refrigerant akan mengalir pada lubang orifice dan
akan menyembur sehingga berubah menjadi kabut. Terdapat beberapa jenis
katup ekspansi yang digunakan pada sistem penyejuk udara mobil antara lain :
katup ekspansi dengan kontrol temperatur, katup ekspansi dengan kontrol
tekanan dan temperatur, dan katup ekspansi tipe blok.
 Katup ekspansi dengan kontrol temperatur.

Gambar 19. Konstruksi katup ekspansi dengan kontrol temperatur

Pada katup ekspansi dengan kontrol temperatur, tabung kontrol kapiler


dan ruangan di atas membran diisi dengan cairan khusus yang sensitif
terhadap temperatur, cairan ini biasanya sama dengan refrigerant
yang digunakan pada sistem penyejuk udara yang bersangkutan. Tabung
kontrol dan pipa kapiler berada dekat evaporator, sehingga temperatur
evaporator akan mempengaruhi cairan yang ada pada tabung kontrol, pipa
kapiler dan ruangan di atas membran. Bila temperatur evaporator rendah
maka cairan di dalam ruangan di atas membran, tabung kontrol dan pipa
kapiler rendah juga, akibatnya tekanan cairan itu juga rendah. Tekanan
cairan ini tidak mampu melawan pegas katup jarum, sehingga katup
jarum menutup saluran masuk ke evaporator. Penguapan di evaporator
terhenti dan temperatur evaporator naik kembali. Sedangkan pada saat

18
temperatur evaporator naik, tekanan cairan di atas membran, pipa kapiler
dan tabung kontrol akan naik pula sampai melebihi tekanan pegas.
Akibatnya katup jarum terdorong ke bawah dan saluran ke evaporator
terbuka.
 Katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur
Pada tipe ini pembukaan katup ekspansi tergantung pada tekanan cairan di
atas membran (kontrol temperatur), tekanan pegas dan tekanan zat
pendingin yang keluar dari evaporator.

Gambar 20. katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur


Pf = Tekanan cairan di atas membran
Ps = Tekanan pegas
Pe = Tekanan zat pendingin yang ke luar dari evaporator

Pengaturan pembukaan dan penutupan katup ekspansi dapat ditulis dengan


persamaan :
Pt = Pp + Pe
Cara kerja katup ekspansi dengan kontrol tekanan dan temperatur adalah
sebagai berikut :
Tekanan zat cair di atas membran tergantung dari suhu pipa keluar
evaporator (cara kerjanya sama dengan cara kerja katup ekspansi kontrol
temperatur).
Pada waktu tekanan refrigerant pipa keluar evaporator turun, tekanan

19
cairan di atas membran akan mendorong batang dan katup sampai
membuka saluran, sehingga zat pendingin mengalir ke evaporator.
Jika tekanan zat pendingin pada evaporator naik (P e), tekanan cairan di
atas membran akan turun (Pt) dan tekanan pegas (Pp) akan mendorong
katup ke atas. Zat pendingin tidak mengalir ke evaporator. Suhu evaporator
naik kembali dan tekanan zat pendingin yang keluar ke evaporator (Pe)
akan turun, sehingga katup ekspansi terdorong ke bawah (membuka) dan
zat pendingin mengalir kembali ke evaporator. Begitulah cara kerjanya terus
menerus.
 Katup ekspansi tipe blok

Katup ekspansi tipe blok ini, cara kerjanya sama dengan katup ekspansi
tipe kontrol tekanan dan temperatur. Bagian atas membran adalah cairan
pengontrol temperatur pipa ke luar evaporator dan di bawah membran
pengontrolan dilakukan dengan tekanan zat pendingin pada pipa keluar
evaporator. Membuka dan menutupnya katup di atur oleh tekanan pegas,
tekanan cairan pengontrol di atas dan di bawah membran.

Gambar 21. Konstruksi katup ekspansi tipe blok

e. Evaporator
Fungsi evaporator kebalikan dari kondenser. Keadaan refrigerant sebelum
melewati katup ekspansi masih 100% cair. Segera setelah tekanan cairan turun,
cairan mulai mendidih kembali sambil menyerap panas dari udara yang melewati
sirip-sirip pendingin evaporator, dengan demikian udara yang melewati
evaporator suhunya turun dan menjadi dingin.
Evaporator dibuat dari aluminium dan dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yakni :

20
Tipe plate pin, Tipe serpentine Fin, dan Tipe Drawn cup. Seperti halnya
kondensor, evaporator konstruksinya sederhana tetapi merupakan komponen
penting di dalam sistem pendinginan udara. Konstruksi dan kondisi operasi
evaporator yang berada di sisi temperatur rendah mempunyai efek yang besar
terhadap efisiensi pendinginan.
Pembekuan dan pembentukan es terjadi terutama pada sirip (fin) evaporator.
Ketika udara hangat mengenai sirip-sirip evaporator dan menjadi dingin sampai
di bawah temperatur pengembunan, uap air mengembun dan menempel pada
sirip evaportor dalam bentuk tetesan air. Bila pada saat ini sirip telah menuju

dingin sampai di bawah 0o C (32oF), air yang menempel dapat menjadi es. Bila
hal ini terjadi, maka efisiensi pemindahan panas pada evaporator akan turun,
aliran udara yang melewati evaporator berkurang dan kemampuan pendingin
menjadi rendah.

Gambar 22. Evaporator tipe serpentine Gambar 23. Evaporator tipe plate Fin

Gambar 24. Evaporator tipe drawn cup

21
f. Kopling Magnet (Magnetic Clutch)
Kopling magnet dipasang pada poros kompresor. Fungsi dari kopling magnet

adalah untuk menghubungkan dan memutuskan putaran engine ke kompresor.

Komponen-komponen utama dari kopling magnet antara lain : stator, puli, rotor

dan plat penekan.

Gambar 25. Konstruksi kopling magnet

Cara kerja kopling magnet


Cara kerja kopling magnet adalah sebagai beikut.

1. Saklar
2. Plat penekan
3. Puli
4. Poros
1
kompresor
5. Kumparan
6. Kompresor
7. Pegas
8 pengembali
8. Batere

Gambar 26. Cara kerja kopling magnet

Bila saklar sistem penyejuk udara di arahkan pada posisi “on”, maka arus dari
baterai mengalir ke gulungan magnet (startor).
Pada kumparan stator terjadi kemagnetan, medan magnet pada kumparan
stator akan menarik plat penekan sehingga berhubungan dengan puli, dengan
demikian plat penekan ikut berputar dengan puli, demikian pula dengan poros
kompresor.

22
g. Blower dan kipas kondensor
Blower dan kipas kondensor mempunyai fungsi yang sama, tetapi diaplikasikan
pada komponen yang berbeda. Blower berfungsi untuk menghembus udara
dingin dari evarotaror dan seterusnya dialirkan ke ruangan kendaraan.
Sedangkan fungsi dari kipas kondensor adalah untuk menghembuskan udara
pada kondensor sehingga terjadi penyerapan panas dalam refrigerant
(mendinginkan kondensor).
Pada gambar berikut ini dapat dilihat konstruksi dari blower dan kipas
kondensor.

Gambar 27. Blower dan kipas kondensor

h. Kontrol panel

Kontrol panel berfungsi untuk mengatur suhu dan aliran udara yang masuk ke
ruang kendaraan dengan cara menekan tombol pengatur suhu dan menggeser
tuas pengatur arah aliran udara.

6. Refrigerant (Zat Pendingin)


Refrigerant adalah suatu zat yang mudah menguap dan berfungsi sebagai
penghantar panas dalam sirkulasi Air conditioner.
a. Sifat Refrigerant
Sifat refrigerant yang dikehendaki untuk memenuhi fungsinya adalah sebagai
berikut :
1) Harus memiliki sifat mudah menguap karena pendinginan terjadi ketika
cairan menguap.
2) Makin besar panas latent yang ditarik selama penguapan, volume sirkulasi
refrigerant dapat makin diperkecil, berarti dapat memperkecil alat pendingin.
Karena itu diharapkan refrigerant dapat menarik panas latent sebanyak-

23
banyaknya.
3) Gas refrigerant tidak membahayakan manusia dan mudah diketahui
kebocoran gas dari baunya.

4) Tidak terjadi perubahan kimia dari kandungan unsur-unsur dalam refrigerant


sekalipun dipakai secara berulang-ulang.
5) Tidak memberi pengaruh yang merugikan pada logam dan karet yang
digunakan dalam Air conditioner.

b. Jenis Refrigerant
Bahan refrigerant yang digunakan pada alat pendingin banyak sekali jenisnya.
Refrigerant yang banyak digunakan untuk Air conditioner pada mobil adalah
R-12. Dipilihnya R-12 sebagai bahan refrigerant adalah dengan alasan :
1) Mudah berubah menjadi cair.
2) Tidak menyala dan tidak meledak.
3) Tidak terjadi perubahan kimia, kandungan unsur tetap stabil.
4) Tidak mengandung racun.
5) Tidak merusak logam.
6) Mudah diperoleh.

Walaupun demikian terdapat sisi negatip dari R-12 ini yakni dapat merusak
lapisan Ozon ( O3 ) dan menimbulkan pemanasan global.
Bila R-12 terlepas ke udara, R-12 akan bergerak dari bumi melewati lapisan
traposfer dan strafosfer. Pada lapisan strafosfer, R-12 terkena sinar Ultra violet
dan melepaskan Chlor. Atom Chlor ini dapat merusak lapisan Ozon. Bila
peristiwa ini dibiarkan terus menerus maka lapisan Ozon sebagai pelindung
bumi dari pancaran sinar Ultra violet akan semakin menipis.
Sebagaimana diketahui, sinar ultra violet ini dapat merusak kehidupan
organisme di bumi diantaranya dapat menimbulkan kanker kulit, katarak,
menurunkan fertilitas dll.
Oleh karena itu penggunaan R-12 sebaiknya dihentikan, di negara maju
penggunaan R-12 ini sudah dilarang mengingat akibat yang ditimbulkannya.
Sebagai pengganti R-12 dapat digunakan R –134a (HFC 134a). R-134a ini dikenal
sebagai refrigerant yang ramah lingkungan karena gas yang terlepas dari sistem
tidak merusak lapisan Ozon.
Bila kita hendak mengganti R-12 ke R-134a maka beberapa komponen sistem
penyejuk udara harus diganti, komponen-komponen tersebut adalah receiver,
seal, dan katup ekspansi.

24
HFC 134a mempunyai sifat : tidak mudah terbakar, tidak mudah meledak, tidak
beracun, tidak menyebabkan karat pada komponen sistem pendingin, tidak
berbau dan tidak merusak pakaian. Walaupun demikian refrigerant ini masih
menyebabkan pemanasan global, dan refrigerant yang paling aman untuk
digunakan adalah jenis Hydrocarbon (HC). Refrigerant ini selain tidak merusak
lapisan Ozon, juga tidak menimbulkan pemanasan global. Dan bila kita
melakukan penggantian refrigerant dengan Hydrocarbon tidak perlu mengganti
komponen dan oli pelumas kompresor karena jenis refrigerant ini bisa
menggunakan oli jenis mineral maupun sintetis.

7. Rangkaian Listrik dan Alat Pengontrol pada Air conditioner


Rangkaian listrik yang digunakan pada Air conditioner pada berbagai kendaraan pada
prinsipnya sama. Perbedaan utamanya terletak pada segi kelengkapan sistem
pengontrolnya. Sistem kelistrikan ini erat sekali dengan sistem pengontrol pada Air
conditioner.
a. Kopling magnet (Magnetic Clutch)
Rangkaian kopling magnet dan motor kipas kondensor biasanya dihubungkan
secara paralel. Dengan demikian bila kopling magnet dioperasikan maka motor
kipas kondensor juga bekerja.
Sedangkan pengontrolnya dihubungkan dengan sebuah relay.

Gambar 28. Rangkaian kopling magnet dengan motor kipas kondensor

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa bekerjanya kopling magnet


dan motor kipas kondensor tergantung pada thermostat, Thermostat ini
diletakkan pada evaporator.
25
Bila suhu evaporator di atas 3oC maka thermostat akan menghubungkan
arus ke relay, sehingga relay bekerja. Arus dari terminal 30 mengalir ke
kopling dan motor kipas kondensor, maka kopling magnet dan kipas
kondensor bekerja. Jika temperatur evaporator turun dibawah 3oC maka
thermostat akan memutuskan arus ke relay, akibatnya magnet dan motor
kipas kondensor berhenti bekerja.

b. Blower Evaporator
Rangkaian kelistrikan blower evaporator diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 29. Kelistrikan blower evaporator

Untuk mengatur putaran motor blower dipasang beberapa tahanan pengatur


yang ditempatkan antara motor blower dan saklar pengatur udara.
Bila saklar pada posisi satu (low) maka pengaliran arus harus melewati ke tiga
tahanan sehingga jumlah arus yang mengalir kecil dengan demikian putaran
motor blower rendah.
Sebaliknya saat saklar pada posisi 4 (high), arus mengalir tanpa melalui
tahanan sehingga pengaliran arus maksimal dan putaran motor blowerpun
maksimal.

c. Pengontrol tekanan (Pressure Switch)


Pengontrol tekanan dipasang antara receiver dan katup ekspansi. Pengontrol
tekanan berfungsi untuk mengontrol tekanan refrigerant yang bersirkulasi pada
Air conditioner.

26
Gambar 30. Penempatan pengontrol tekanan

Cara kerja pengontrol tekanan adalah sebagai berikut :


1) Saat tekanan terlalu tinggi
Bila tekanan dalam sistem terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan pada komponen Air conditioner. Saat tekanan mencapai 27 kg/cm2
(383 Psi) maka saklar ke kopling magnet akan terbuka dengan demikian arus
ke kopling magnet kompresor terputus dan kompresor tidak bekerja

2) Saat tekanan terlalu rendah


Bila jumlah refrigerant pada sistem kurang karena adanya kebocoran
maka tekanan refrigerant akan menurun.
Bila tekanan refrigerant mencapai 2,1 kg/cm (30 Psi) atau lebih rendah,
maka pengontrol tekanan akan berada pada posisi “OFF”. Hal ini
menyebabkan kopling magnet tidak mendapatkan arus dan kompresor tidak
bekerja.
Konstruksi pengontrol tekanan diperlihatkan pada gambar berikut ini.

27
Gambar 31. Konstruksi pengontrol tekanan

Sedangkan kerja pengatur tekanan secara simpel di perlihatkan pada


gambar berikut :

tekanan terlalu rendah tekanan normal tekanan terlalu tinggi


Gambar 32. Kerja pengatur tekanan

d. Alat penambah putaran idle (idle up device)


Bila sistem penyejuk udara dihidupkan saat engine pada putaran stasioner (idle),
kemungkinkan engine akan mati.
Oleh karena itu pada engine harus dilengkapi alat untuk menaikkan putaran
engine dalam kondisi tersebut, alat yang digunakan untuk kebutuhan di atas
biasanya disebut idle-up. Peralatan penambah putaran idle ini biasanya terdiri dari
sebuah saklar magnet dan aktuator seperti diperlihatkan pada gambar berikut
ini.

1. Saklar magnet
2. Saringan udara
3. Katup gas
4. Tuas katup gas
5. Aktuator
6. Intake manifold

Gambar 33. Alat penambah putaran idle

28
Bila Air conditioner dihidupkan, arus akan mengalir ke saklar magnet sehingga
katup pada saklar magnet akan terbuka. Kevakuman di bawah katup gas akan
menarik membran ke atas dan tuas yang dihubungkan antara membran dan katup
gas akan menarik katup gas sehingga katup gas membuka lebih lebar,
akibatnya putaran engine bertambah tinggi.

D. Lembar Kegiatan 1 (LK1)


1. Sebutkan 4 fungsi sistem penyejuk udara (Air conditioner) !
2. Jelaskan prinsip kerja Air conditioner !
3. Jelaskan fungsi komponen Air conditioner di bawah ini !
a. Kompresor
b. Kondensor
c. Receiver
d. Expansion valve
e. Evaporator
4. Jelaskan cara kerja expansion valve berikut !

5. Jelaskan cara kerja idle up device berikut ini !

1. Saklar magnet
2. Saringan udara
3. Katup gas
4. Tuas katup gas
5. Aktuator
6. Intake manifold

29
6. Jelaskan cara kerja pengontrol tekanan di bawah ini !

E. Rangkuman
Sistem penyejuk udara (Air Conditioner) pada kendaraan digunakan untuk membuat
temperatur udara di dalam suatu ruangan menjadi nyaman. Performance yang harus
ditampilkan oleh Air Conditioner adalah mendinginkan/menyejukkan udara, mereduksi
tingkat kelembaban udara mensirkulasikan udara, dan membersihkan udara.
Komponen utama yang menjadi syarat kerja air conditioner adalah kompresor,
kondensor, expansion valve, dan evaporator. Untuk mendapatkan hasil maksimal dari
Air Conditionier, maka sebelum dilakukan pengisian Refrigerant terhadap Air Conditioner
sebaiknya dilakukan proses vacuuming yang bertujuan selain membuang udara di dalam
sistem (vakum) juga membersihkan saluran pada sistem.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bosch, Kraftfahrtechniches Taschenbuch, Robert Bosch GmbH, 1995


Bosch, Automotive Electric/Electronic Systems, Robert Bosch GmbH, 1988
Gregory’s, Automotive Electric/Electronics, Gregory’s Scientific Publications,
1991
Jurgen Kasedoft, Elektrische Systeme im Kraftfahrzeug, Vogel Verlag und Druck,
GmbH &Co.KG, Wurzburg, 1995.
Toyota, Pedoman Reparasi Mesin Seri K, PT Toyota Astra Motor, 1996
Toyota, New Step 1 Training Manual, PT Toyota Astra Motor, 1995

31

Anda mungkin juga menyukai