Modul Galeri Kejuruan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program
pelatihan yang mengacu kepada standar kompetensi melalui model pembelajaran
Daring dalam kerangka Learning Management System (LMS).
Modul Galeri Kejuruan ini sebagai salah satu media informasi dalam wadah LMS yang
mendukung lingkungan belajar virtual (Virtual Learning Environment – LVE) namun
tetap berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based
Training), dengan meminimalisir permasalahan keterbatasan jarak dan waktu. Untuk
memenuhi kebutuhan tujuan pelatihan tersebut, maka disusunlah Modul Galeri
Kejuruan dalam kerangka LMS dan LVE dengan judul “Memperbaiki Sistem
Pengapian“.
Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar
tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif.
Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita
dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses
pelaksanaan pembelajaran di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Penyusun,
i
Perbaikan Sistem Pengapian
DAFTAR ISI
PPPPTK BMTI/OTO/Sumarsono/2020 ii
Perbaikan Sistem Pengapian
PPPPTK BMTI/OTO/Sumarsono/2020 1
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1. Unit kompetensi ini berlaku untuk merencanakan, menyiapkan, mendiagnosa dan
memperbaiki sistem pengapian konvensional dan elektronis pada kendaraan ringan.
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Bahan pembersih
2.2.2 Busi
2.2.3 Kabel busi
2.2.4 IG coil
2.2.5 Berbagai macam ukuran kabel dan warna
2.2.6 Slongsong dan pipa fleksibel
2.2.7 Terminal dan penyambung kabel
2.2.8 Crimping
2.2.9 Isolasi kabel
2.2.10 Skema jaringan kelistrikan
1
Perbaikan Sistem Pengapian
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi dan lingkungan dimana penilaian dilakukan. Penilaian atas unit kompetensi
ini dapat dilakukan di tempat kerja atau secara simulasi di tempat uji kompetensi yang
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
1.2 Obyek yang harus dinilai. Penilaian atas unit kompetensi ini mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan memperbaiki sistem pengapian termasuk komponen terkait
pada kendaraan ringan.
1.3 Metode yang digunakan. Penilaian atas unit ini dilakukan dengan metode asesmen
yang sesuai dengan obyek/sasaran penilaian diantaranya ujian tertulis, ujian lisan
dan/atau interview, praktik simulasi dan/atau praktik kerja nyata dan metode asesmen
portofolio atau kombinasi beberapa metode.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 G.45OTO01.001.2 : Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2 G.45OTO01.003.2 : Komunikasi di Tempat Kerja
2.3 G.45OTO01.007.2 : Membaca Gambar Teknik
2.4 G.45OTO01.004.2 : Melaksanakan Pemeliharaan Komponen
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan peralatan dan perlengkapan kelistrikan sesuai fungsi dan
kegunaaanya
3.2.2 Membaca dan menginterpretasikan informasi teknik tentang sistem pengapian
PPPPTK BMTI/OTO/Sumarsono/2020 2
Perbaikan Sistem Pengapian
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan perbaikan sistem pengapian dilakukan dengan menggunaka peralatan
dan bahan yang sesuai, berdasarkan manual perbaikan.
PPPPTK BMTI/OTO/Sumarsono/2020 3
Perbaikan Sistem Pengapian
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memperbaiki Sistem
Pengapian.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi mampu memperbaiki Sistem Pengapian ini
adalah untuk memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Menerapkan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kelistrikan sesuai fungsi dan kegunaaanya
yang terkait dengan pemeliharaan Sistem Pengapian pada teknik kendaraan ringan.
3. Membaca dan menggunakan informasi teknis yang berkaitan dengan pemeliharaan
Sistem Pengapian pada Teknik kendaraan ringan.
4. Menerapkan prosedur dan pengamatan secara visual maupun pendengaran pada
pemeliharaan dan perbaikan Sistem Pengapian pada Teknik kendaraan ringan.
5. Memperbaiki sistem pengapian menggunakan teknologi yang terkait dengan
pemeliharaan sistem pengapian pada Teknik kendaraan ringan
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 4
Perbaikan Sistem Pengapian
Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan percikan bunga api pada busi yang digunakan
untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang dikompresikan di dalam silinder.
Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka rangkaian ini harus memenuhi
beberapa kriteria, antara lain :
Dapat merubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.
Dapat beroperasi dengan sumber tegangan yang berbeda (tegangan baterai dan/atau
alternator).
Dapat mengalirkan tegangan tinggi ke busi-busi sesuai dengan urutan pengapian.
Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan putaran mesin.
Sistem pengapian pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa jenis antara lain : sistem
pengapian konvensional (dengan magnet dan baterai), sistem pengapian transistor (jenis pulse
generator dan hall effect) dan sistem pengapian dengan pelepasan muatan dari kapasitor (CDI
system).
Berikut ini adalah salah satu contoh system pengapian konvensional.
1. Baterai
2. Kunci Kontak
3. Koil Pengapian
4. Distributor
5. Kondensor
6. Kontak Platina
7. Busi
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 5
Perbaikan Sistem Pengapian
penghantar akan mengalir arus listrik dengan arah dari B ke A yang kemudian dialirkan ke
lampu dan kembali ke titik B.
Ketika gerakan penghantar dilakukan kebalikannya, maka arah arus listrik yang dibangkitkan
juga akan terbalik, dan bila gerakan ini dilakukan berulang-ulang secara terus-menerus maka
pada penghantar akan timbul arus bolak-balik.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 6
Perbaikan Sistem Pengapian
Pada gambar di atas ditunjukkan, ketika arus listrik dialirkan pada kumparan primer maka
kumparan tersebut akan membangkitkan garis gaya magnet yang mengelilingi kedua
kumparan. Apabila arus listrik tersebut diputuskan, maka kemagnetan akan menyusut
menjadi nol.
Saat penyusutan garis gaya magnet inilah pada kedua kumparan (kumparan primer dan
sekunder) terbangkit arus listrik, pembangkitan arus listrik ini terjadi secara bersamaan.
Dengan demikian proses pembangkitan arus listrik seperti ini disebut induksi bersama
(induksi mutual). Proses induksi mutual ini diantaranya diaplikasikan pada koil pengapian.
Besarnya gaya gerak listrik (Electromotive Force) yang dibangkitkan dari hasil induksi
ditentukan oleh tiga faktor berikut :
a. Banyaknya garis gaya magnet
Semakin banyak garis gaya magnet yang terbentuk dalam kumparan, semakin
besar tegangan yang diinduksi.
b. Banyaknya gulungan kumparan
Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin tinggi tegangan yang diinduksikan.
c. Kecepatan perubahan garis gaya magnet
Semakin cepat perubahan banyaknya garis gaya magnet yang dibentuk pada
kumparan, semakin tinggi tegangan yang diinduksi.
Untuk memperoleh EMF yang besar dari mutual inductance (tegangan sekunder yang
dibangkitkan), maka arus yang masuk pada kumparan primer harus sebesar mungkin dan
pemutusan arus harus secepat mungkin.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 7
Perbaikan Sistem Pengapian
Gambar 5 Kurva tekanan dalam ruang bakar dengan saat pengapian yang berbeda
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 8
Perbaikan Sistem Pengapian
Keterangan :
1. (Za) - Pengapian pada saat yang tepat
2. (Zb) - Pengapian terlalu awal
3. (Zc) - Pengapian terlambat
2. Urutan Pengapian
Urutan pengapian merupakan urutan pengaliran arus bertegangan tinggi ke busi-busi saat
akhir kompresi. Urutan pengapian sudah dirancang dan disesuaikan dengan silinder
engine.
Penomoran silinder pada engine biasanya dimulai dari depan meskipun demikian ada
beberapa variasi pada engine jenis V. Pada engine empat silinder, urutan pengapiannya 1
- 3 - 4 - 2 atau 1 - 2 - 4 - 3, sedangkan untuk engine enam silinder, secara umum urutan
pengapiannya 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Urutan pengapian sangat penting diperhatikan, oleh karena itu kabel tegangan tinggi
antara tutup distributor dengan busi-busi harus dihubungkan dengan urutan yang benar.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 9
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 10
Perbaikan Sistem Pengapian
Tahanan ini dipasang antara kunci kontak dan koil pengapian, tahanan ini mengurangi
tegangan pada koil pengapian yang memang dirancang untuk bekerja di bawah (lebih
rendah) dari tegangan baterai 12 volt. Apabila kunci kontak diarahkan pada posisi start
untuk menghidupkan engine, tahanan ballast tidak dilewati arus karena koil pengapian
mendapat tegangan dari terminal “ST” (cranking voltage). Setelah engine hidup dan
kunci kontak kembali pada posisi “IG” tahanan ballast kembali dilewati arus yang
dialirkan ke rangkaian primer, dengan demikian tegangan pengapian saat start dan
saat engine hidup relatif sama.
Beberapa jenis tahanan ballast sensitif terhadap panas. Saat engine dihidupkan pada
putaran rendah, kontak platina menutup relatip lebih lama daripada saat kecepatan
tinggi. Pada kecepatan rendah, tahanan ballast menjadi panas. Kondisi ini
menyebabkan naiknya nilai tahanan pada tahanan ballast, dengan demikian arus yang
mengalir pada kontak platina menurun, Cara ini membantu memperpanjang umur
kontak platina.
Pada putaran tinggi, tahanan ballast mempunyai suhu yang rendah, hal ini
memungkinkan mengalirnya arus yang besar, yang membantu kerja koil.
d) Distributor
Pada dasarnya sebuah distributor berfungsi untuk mengalirkan arus betegangan tinggi
dari koil pengapian ke busi-busi sesuai dengan urutan pengapian. Untuk lebih detailnya
bisa disimpulkan bahwa distributor mempunyai tiga fungsi yaitu :
Menghubungkan dan memutuskan arus pada rangkaian primer sehingga koil
pengapian menghasilkan tegangan tinggi (bagian kontak pemutus/platina).
Menjadikan tepatnya waktu pembangkitan tegangan tinggi sesuai dengan putaran
mesin (Bagian mekanis centrifugal advancer dan vacuum advancer).
Meneruskan arus bertegangan tinggi pada busi sesuai dengan urutannya.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 11
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 12
Perbaikan Sistem Pengapian
cam akan terbawa tergeser dan menyebabkan timing pembukaan platina menjadi
maju.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 13
Perbaikan Sistem Pengapian
Bila bahan bakar pada kendaraan diganti dengan bahan bakar yang bernilai oktan
lebih tinggi maka selector harus diputar ke arah kanan (Advance) agar saat
pengapian lebih cepat, sebaliknya apabila bahan bakar diganti dengan jenis bahan
bakar yang bernilai oktan lebih rendah maka selector diputar ke arah kiri (Retard)
agar saat pengapian menjadi lebih lambat.
Pada posisi normal, garis Setting harus pada posisi lurus dengan ujung ulir (End of
Cap Mounting thread) dan garis tengah (Center line) berada di tengah knob octan
selector.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 14
Perbaikan Sistem Pengapian
e) Kondensor
Kondensor terbuat dari dua lembar alumunium yang dibatasi dengan kertas isolasi.
Lembaran ini digulung dan ditempatkan pada tabung logam. Dalam pemasangannya
kondensor dirangkai secara paralel dengan kontak platina. Plat-plat kondensor
meredam arus yang dapat menimbulkan percikan api pada kontak platina pada saat
membuka. Hal ini mempercepat berhentinya aliran listrik pada rangkaian primer.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 15
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 16
Perbaikan Sistem Pengapian
Pemeriksaan sudut dwell yang akurat hanya bisa dilakukan dengan alat pemeriksa
sudut dwell elektronik (Electronic Dwell Angle Tester). Penyetelan celah kontak
platina harus dilakukan pertama kali, artinya sudut dwell sudah benar sebelum saat
pengapian disetel.
1. Terminal
2. Rumah busi
3. Isolator
4. Elektrode tengah (paduan nikel)
5. Perintang rambatan arus
6. Rongga pemanas
7. Elektrode massa (paduan nikel)
8. Cincin perapat
9. Celah elektrode
10. Baut sambungan
11. Cincin perapat
12. Penghantar
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 17
Perbaikan Sistem Pengapian
Seperti diperlihatkan pada gambar 19, ujung elektroda pada busi dengan isolator
yang panjang menyebabkan jarak terhadap sistem pendingin menjadi jauh,
dengan demikian panas pada ujung elektroda akan mengalir dengan jarak yang
cukup jauh. Jenis busi seperti ini akan cepat menjadi panas, dan biasanya disebut
busi panas. Sebagai kebalikannya, pada busi yang isolatornya lebih pendek,
pengaliran panas dari elektroda tengah ke pendingin prosesnya lebih cepat. Busi
seperti ini biasa disebut busi dingin.
Perencanaan dan pengoperasian mesin akan menentukan jenis busi yang akan
digunakan, busi dingin atau busi panas. Secara umum pada engine yang
beroperasi pada kecepatan tinggi atau berbeban berat dibutuhkan busi dingin
sehingga pengaliran panas bisa lebih cepat. Pada mesin yang rata-rata beroperasi
pada kecepatan rendah digunakan busi panas. Untuk engine yang beroperasi
pada putaran normal digunakan busi antara busi panas dan busi dingin.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 18
Perbaikan Sistem Pengapian
Tingkat panas busi biasanya ditunjukkan dengan nomor yang tertera pada bagian
samping busi. Sebagai contoh, pada busi merk Bosch terdapat tanda ukuran
dengan nomor. Makin kecil nomor, maka tingkat panas busi makin rendah dan
makin besar nomor maka tingkat panas busi makin tinggi. Sebaliknya untuk merek
Denso dan NGK, semakin kecil nomor maka tingkat panas busi makin tinggi.
Untuk pemakaian busi yang paling aman adalah menggunakan busi sesuai dengan
anjuran pabrik.
Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa secara normal busi bekerja pada
temperatur antara 400C sampai 850C, dengan demikian pemakaian busi harus
disesuaikan dengan kondisi kerja engine.
Di bawah ini adalah kurva temperatur beberapa busi dengan tingkat panas yang
berbeda pada beban penuh dengan engine yang sama.
Busi dengan angka tingkat panas busi yang tinggi (busi panas) karena
isolatornya panjang, maka penyusutan panasnya lambat.
Busi dengan angka tingkat panas busi sedang, isolatornya lebih pendek dari
busi panas, penyusutan panas lebih baik.
Busi dengan angka tingkat panas yang rendah (busi dingin) isolatornya
pendek memungkinkan pengaliran panas sangat mudah.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 19
Perbaikan Sistem Pengapian
Untuk mendapatkan hasil kerja busi yang maksimal maka penggunaan busi harus
mengikuti petunjuk pabrik.
2) Celah busi
Celah busi adalah jarak yang sangat sempit antara elektroda tengah dan elektroda
massa. Celah busi yang kecil memerlukan tegangan pengapian yang rendah. Bila
celah busi terlalu kecil, tegangan cadangan (voltage reserve) menjadi tinggi, tetapi
kesalahan pengapian bisa terjadi karena sangat sedikit jumlah campuran bahan
bakar yang bisa dicapai oleh bunga api busi.
Gambar 23. Hubungan antara celah busi dan tegangan pengapian yang
dibutuhkan
Jika celah busi terlalu besar berarti membutuhkan tegangan tinggi untuk proses
pengapian. Dalam hal ini tegangan cadangan jadi rendah.
Walaupun dalam proses pengapian hasilnya bagus, kondisi ini kemungkinan juga
terjadi bahaya kesalahan pengapian (misfiring). Celah elektroda biasanya berkisar
antara 0,7 - 1,1 mm. Celah elektroda secara presisi dan optimal ditentukan oleh
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 20
Perbaikan Sistem Pengapian
pabrik. Untuk lebih tepatnya harus melihat buku manual dari kendaraan yang
bersangkutan.
Kondisi normal
Bagian hidung isolator berwarna abu-abu
putih atau abu-abu kuning hingga coklat.
Engine dalam keadaan normal, daerah
kerja busi tepat. Penyetelan campuran dan
saat pengapian tepat, tidak ada kesalahan
pengapian, cold starting device berfungsi.
Tidak ada kotoran dari kandungan bahan Gambar 24.
tambah bahan bakar atau unsur campuran Kondisi busi normal
dalam oli engine. Tidak terjadi overheating
(panas yang berlebihan)
Jelaga atau kotoran karbon
Bagian hidung isolator, elektroda dan
kepala busi tertutup dengan kotoran
karbon.
Penyebab : penyetelan bahan bakar tidak
tepat, campuran terlalu gemuk (kaya),
saringan udara terlalu kotor, cuk (choke)
otomatis bekerja tidak baik, kendaraan
Gambar 25.
banyak digunakan pada jarak pendek, jenis
Jelaga atau kotoran karbon
busi terlalu dingin. pada busi
Kotoran Oli
Bagian hidung isolator, elektroda dan
kepala busi tertutup kotoran atau sisa
karbon yang mengkilap. Penyebab : terlalu
banyak oli di dalam ruang bakar, level oli
terlalu tinggi, posisi cincin torak, silinder
dan penghantar katup buruk. Pada engine
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 21
Perbaikan Sistem Pengapian
Formasi Abu
Terdapat kotoran abu dan oli dari bahan
tambah dalam bahan bakar pada
permukaan isolator, scavenging area dan
elektroda massa struktur abu.
Penyebab : unsur campuran pada oli dapat
menyebabkan timbulnya abu ini pada
ruang bakar dan permukaan busi
Gambar 27.
Formasi abu pada kepala busi
Elektroda Meleleh
Pada elektroda tampak permukaan yang
tidak rata seperti bunga kol. Kemungkinan
kotoran bukan dari busi.
Penyebab : overheating
Gambar 28
Elektroda busi meleleh
Keausan Berat pada Elektroda Massa
Celah elektroda sangat lebar karena
terjadinya keausan.
Penyebab : bahan tambahan (additives)
pada bahan bakar dan oli yang agresif.
Pengaruh yang tidak menguntungkan dari
turbulensi gas dalam ruang bakar,
kemungkinan penyebab oleh deposit,
knocking. Bukan overheating. Gambar 29
Keausan berat pada elektroda
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 22
Perbaikan Sistem Pengapian
Kabel sekunder (tegangan tinggi) yang sekarang banyak dipakai menggunakan inti
karbon sebagai penghantar arus dari koil ke busi, inti karbon berbentuk serbuk ini
ditempatkan ditengah-tengah anyaman nylon, dengan demikian kabel tegangan tinggi
ini mempunyai tahanan yang cukup besar yakni sekitar 33.000 ohm/meter. Tujuan
pemakaian inti karbon ini adalah untuk menyaring/meredam gangguan yang dapat
menimbulkan suara berisik pada radio atau pesawat elektronik lainnya.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 23
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 24
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 25
Perbaikan Sistem Pengapian
Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk memutus
arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki basis pada transistor.
a. Signal Generator
Signal generator adalah semacam generator AC (arus bolak balik) berfungsi untuk
menghidupkan power transistor di dalam igniter untuk memutuskan arus primer
ignition coil pada saat pengapian yang tepat.
1) Konstruksi
Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada
pick-up coil, pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik (AC) dan signal
rotor yang menginduksi tegangan AC di dalam pick-up coil sesuai dengan saat
pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah silinder (4 gigi
untuk 4 silinder dan 6 gigi untuk 6 silinder).
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 26
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 27
Perbaikan Sistem Pengapian
Signal rotor terus berputar lebih jauh dari posisi ini, maka celah udara mengecil
dan flux density menjadi besar. Pada posisi (B) perubahan flux (garis
gayanya) yang terbesar dan dibangkitkan EMFmaksimum. Pada posisi
anara (B) dan (C) , perubahan flux (garis gaya) berkurang dan EMF yang
dibangkitkan pun berkurang. Karena EMF dalam pick-up coil diinduksikan
dengan arah melawan perubahan garis gaya, arah EMF terbalik pada saat gigi
signal rotor mendekati pick-up coil seperti terlihat pada (E) (pada saat celah
udara berkurang dan menambah garis gaya) dan pada saat signal rotor bergerak
menjauhi pick-up coil seperti terlihat pada (D) (pada waktu celah udara
bertambah dan garis gaya berkurang), sehingga keluar output AC.
Karena tegangan yang dibangkitkan bertambah bila variasi flux persatuan
waktu naik, maka tegangan yang dibangkitkan akan naik bila kecepatan mesin
meningkat.
EMF yang terbesar tidak dibangkitkan pada saat magnetic flux Itu sendiri
terkuat (seperti pada (A) dan (C) tetapi pada saat perubahan dalam magnetic
flux terbesar adalah (B) dan(D) ).
b. Igniter
Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh
signal generator; signal amplifier dan power transistor, yang melakukan
pemutusan arus primer ignition coil pada saal yang tepat sesuai dengan signal yang
diperkuat. Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan
bertambahnya putaran mesin disatukan di dalam igniter.
Beberapa tipe igniter dilengkapi dengan sirkuit pembatas arus (current limiting
circuit) untuk mengatur arus primer maksimum.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 28
Perbaikan Sistem Pengapian
Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan berputar, menghasilkan
tegangan AC dalam pick-up coil. Bila tegangan yang dihasilkan ada- lah positif,
tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari baterai (yang dialirkan ke titik(P) ),
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 29
Perbaikan Sistem Pengapian
untuk menaikkan tegangan pada titik (Q) di atas tegangan kerjanya transistor, dan
transistor ON. Akibatnya, arus primer ignition coil mengalir ke transistor dari collector
(C) ke emitter (E)
Bila tegangan AC yang dihasilkan dalam pick-up coil adalah negatif, tegangan ini
ditambahkan pada tegangan titik (P) sehingga tegangan pada titik (Q) turun di
bawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer
(primary current) terputus dan tegangan tinggi diinduksikan pada kumparan sekunder.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 30
Perbaikan Sistem Pengapian
Dalam sistem pengapian transistor yang lain igniter menjaga agar transistor ON,
memungkinkan arus primer mengalir selama kunci kontak pada posisi ON meskipun
mesin tidak hidup. Pada igniter tipe ini, arus berhenti mengalir ke transistor base dan
transistor OFF pada saat mesin distart, dan kemudian signal generator
membangkitkan tegangan negatif. Akibatnya arus primer ignition coil terputus
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 31
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 32
Perbaikan Sistem Pengapian
Gambar 47. Perbandingan induksi pada tegangan sekunder saat distributor berputar.
Yang dimaksud dengan pengaturan dwell angle disini adalah pengaturan secara elektronik
lamanya pengaliran arus ke ignition coil (disebut dwell angle) sesuai dengan kecepatan
putaran poros distributor. Pada kecepatan rendah, dwell angle dikurangi untuk
mencegah pengaliran arus primer yang berlebihan dan dwell angle ditambah bila putaran
bertambah untuk mencegah arus primer menurun.
Pengaturan dwell angle dipengaruhi oleh circuit control atau pengaturan bentuk
gelombang out-put (output waveform control). Ini tergantung pada tipe igniter. (Tipe
yang digunakan tidak dapat dikenali dengan mudah dari bentuknya). Pada tipe circuit
control, sirkuit penambah dwell angle diberikan di dalam igniter untuk menurunkan
tegangan operas) power transistor dengan meman- faatkan kenaikan tegangan yang
diinduksi dalam pick-up coil yang terjadi karana kenaikan putaran mesin.
Oleh karena itu, power transistor ON lebih awal bila putaran mesin bertambah untuk
menambah waktu ON dari power transistor (dwell angle). Pada tipe pengontrolan bentuk
gelombang output,
maka bentuk gelombang output dari pick-up coil dirubah dengan menggunakan signal
rotor yang bentuknya sedikit berbeda dengan rotor biasa, untuk memperoleh variasi
perpanjangan waktu sampai power transistor mencapai tegangan operasinya menurut
putaran mesin. Dengan signal rotor tipe ini, maka transistor ON lebih awal bila putaran
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 33
Perbaikan Sistem Pengapian
mesin bertambah, dan mengakibatkan periode power transistor ON bertambah (lihat dwell
angie).
Current limiting control adalah suatu slstem yang mengontrol aliran arus pada kumparan
primer, sehingga arus primer dipertahankan konstan pada setiap saat, mulai dari
kecepatan rendah sampai pada kecepatan tinggi dan memungkinkan untuk
menghasilkan tegangan sekunder yang konstan. Dengan mengurangi tahanan
kumparan dan mengontrol aliran arus, maka sistem ini akan meningkatkan pengaliran arus.
Namum demikian, dengan sistem ini dapat berakibat coil atau power transistor
terbakar. Oleh sebab itu, setelah arus kumparan primer mencapai tingkat tertentu, akan
diatur secara kelistrikan oleh igniter agar tidak terjadi pengaliran arus yang berlebihan.
Karena current limiting control membatasi aliran arus primer, maka untuk ignition coil tipe
ini tidak diperlukan external resistor
Igniter dibuat untuk disesuaikan dengan karakteristik Ignition coll, fungsi dan
konstruksi darl tiap tipenya berbeda-beda. Oleh karena itu, pasangan Igniter dengan coll
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 34
Perbaikan Sistem Pengapian
yang berbeda dari yang ditentukan, dapat mengakibatkan igniter atau coll menjadi
rusak. Pergunakanlah selalu komponen yang tepat dan sesuai dengan spesifikasi
kendaraan.
Awalnya, sistem pengapian tanpa distributor menganut model satu koil pengapian untuk
dua busi yang kerap disebut semi direct ignition atau waste spark ignition system. Pada
sistem pengapian ini, rangkaian koil dijadikan satu alias “coil pack” atau rail coil.
Kelebihannya adalah dimensi yang kompak dan praktis. Kekurangannya, jika salah satu koil
pengapian mengalami kerusakan maka harus diganti semuanya.
Kini semakin banyak sistem pengapian yang menganut konfigurasi DI (Direct Ignition) atau
COP (coil-on-plug) yang berarti satu koil pengapian yang dipasangkan langsung dengan
satu busi. Alhasil kinerja sistem pengapian menjadi lebih akurat sehingga mendongkrak
efisiensi, mengurangi konsumsi bahan bakar, mereduksi emisi gas buang dan tentunya
memaksimalkan pengaturan cylinder deactivation. Begitu pula, posisi koil pengapian di
atas busi berarti kabel busi sebagai pengantar aliran listrik tegangan tinggi sudah tidak
diperlukan lagi. Kabel busi rawan kebocoran aliran listrik tegangan tinggi sehingga wajib
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 35
Perbaikan Sistem Pengapian
diganti berkala. Pada sisi lain, sistem coil on plug juga bisa bermasalah semisal selongsong
koil mengalami kerusakan sehingga terjadi kebocoran arus listrik tegangan tinggi dan
menyebabkan mesin pincang.
1. Pemeriksaan Koil
Pada dasarnya sebuah koil tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit karena bagian-
bagiannya tidak banyak. Walaupun demikian pada kondisi tertentu koil perlu diperiksa
agar kemampuannya bisa diketahui. Dewasa ini pada sistem pengapian konvensional,
selain menggunakan koil biasa, juga terdapat sistem pengapian yang koilnya dilengkapi
dengan external resistor (ballast resistor), dengan demikian tahanan koilpun berbeda,
oleh karena itu dalam pemeriksaan koil harus selalu merujuk pada buku petunjuk.
Satu hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan koil yakni temperatur
koil harus dalam suhu normal (tidak dingin) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Memeriksa kumparan primer
Periksa kumparan primer dengan menggunakan ohmmeter pada skala “X satu” ohm.
Hubungkan kedua kabel ohmmeter pada terminal (-) dan (+) koil. Baca penunjukkan
pada ohmmeter dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 36
Perbaikan Sistem Pengapian
Hubungkan salah satu kabel ohmmeter pada terminal (+) koil dan kabel yang lain pada
badan koil. Bila koil dalam keadaan baik maka penunjukkan jarum pada ohmmeter ke
arah tidak terhingga.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 37
Perbaikan Sistem Pengapian
Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm,
tergantung panjangnya.
Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi tinggi harus dilepas dari distributor.
Terminalnya harus dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat.
Tutup distributor harus diperiksa secara visual untuk mengetahui keretakan, terminal
yang berkarat atau rusak.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 38
Perbaikan Sistem Pengapian
pemasangan platina yang kurang bagus atau platina terbakar dapat menyebabkan engine
susah hidup ketika distart atau terjadi kesalahan pengapian.
Saat pengapian yang kurang baik juga dapat menyebabkan penggunaan bahan bakar
boros, engine kehilangan tenaga dan memungkinkan rusaknya engine. Jika saat
pengapian terlambat, campuran udara bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna,
katup bisa terbakar, bahan bakar terbuang dan engine kehilangan tenaga.
Jika saat pengapian terlalu awal bisa terjadi pembakaran sebelum waktunya (pre-
ignition). Dengan beberapa alasan tersebut maka distributor perlu mendapat
pemeliharaan/pemeriksaan setiap digunakan selama 500 jam atau kurang dan selalu
menggunakan buku manual sebagai pedoman dalam pemeliharaan.
2) Lepas tutup distributor dan bersihkan bagian dalamnya dengan kain kering. Debu,
embun atau kotoran berupa oli harus dibuang. Jika pada tutup distributor
terdapat goresan-goresan (retak), sebaiknya tutup distributor diganti hal ini
disebabkan apabila bagian yang retak terisi karbon atau kotoran yang lembab
dapat mengalirkan arus dari terminal ke terminal atau dari terminal ke massa.
3) Lepas dan bersihkan rotor, periksa terhadap kemungkinan retak atau terbakarnya
metal strip. Ganti rotor bila hal ini terjadi.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 39
Perbaikan Sistem Pengapian
4) Jika terdapat penutup debu (dust cover), lepaskan dan periksa kondisi felt seal,
apabila seal rusak maka harus segera diganti. Kotoran akan mudah masuk melalui
seal yang rusak dan hal ini mengakibatkan pendeknya umur cam lobe atau rubbing
block pada kontak platina.
5) Periksa mekanisme centrifugal advancer. Putar poros distributor ke arah putaran
normal, poros harus dapat berputar dengan bebas.
6) Periksa permukaan kontak platina, jika permukaannya kasar dengan sedikit
kotoran, kikir dengan kikir instrumen. Jagalah agar permukaannya paralel dan
rata. Jangan menggunakan kertas ampelas atau amril karena dapat
mengakibatkan kasarnya permukaan platina sehingga kontak platina dapat
terbakar. Apabila permukaan kontak platina sudah terlalu kasar sebaiknya diganti.
Perlu diingat bahwa terbakarnya kontak platina dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
Pada kontak platina terdapat minyak/oli atau kotoran lainnya
Kapasitas kondensor tidak sesuai
Penyetelan celah kontak platina tidak tepat
Permukaan kontak platina tidak sejajar
b. Memeriksa Kondensor
Jika ada keraguan terhadap kondisi kontak platina atau tegangan pengapian, lepas
kondensor dan uji dengan condensor tester. Pengujian kondensor antara lain meliputi
hubungan massa, hubungan singkat, resistens dan kapasitas.
Apabila kontak platina diganti maka kondensor juga sebaiknya diganti, sebab dengan
kondensor yang baru hasil kerja pengapian bisa lebih baik.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 40
Perbaikan Sistem Pengapian
Lepas breaker arm dan pegas. Lepas hubungan kabel dan breaker arm spring dari
terminal primer. Jika breaker arm bisa dipisahkan dari dudukannya, maka
lepaskan. Jika breaker arm dikeling terhadap dudukannya, maka lepaskanlah
dudukan dan breaker armnya.
Bersihkan dan lumasi cam dengan pelumas khusus (tidak perlu banyak-banyak).
Petroleum jelly atau multi purpose grease tidak cocok untuk melumasi cam sebab
pelumas jenis ini akan mencair bila suhunya naik dan mengeras bila suhunya turun
(dingin). Jika pada bagian atas cam terdapat wick (tempat pemasangan sekrup)
beri beberapa tetes pelumas bersih dengan SAE 20.
Lepaskan kondensor
Pasang kondensor dan kontak platina baru. Lumasi pasak breaker arm dengan oli
SAE 20. Yakinkan bahwa hubungan kelistrikan sudah kencang.
Hati-hati, jangan sekali-kali membiarkan adanya pelumas pada kontak platina.
Putar poros engkol hingga cam membuka platina pada posisi terlebar.
Perhatian : Ketika memutar putar engkol, yakinkan bahwa transmisi pada posisi
netral dan rem dalam keadaan bekerja, hal ini untuk mencegah
bergeraknya kendaraan.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 41
Perbaikan Sistem Pengapian
Periksa celah kontak platina menggunakan feeler gauge. Pilih lembar feeler gauge
sesuai dengan spesifikasi dan sisipkan pada celah titik kontak. Apabila celah kontak
platina terlalu kecil atau terlalu besar longgarkan sekrup pengunci kontak platina
kemudian stel celah kontak platina dengan cara menggeser badan kontak platina
tersebut hingga feeler gauge terjepit (tetapi harus bisa digerak-gerakkan),
kencangkan kembali sekrup pengunci.
Perhatian : Jika penyetelan kontak platina terlalu rapat, maka kontak platina
tersebut akan cepat rusak karena terbakar. Jika penyetelan platina terlalu
renggang dapat menyebabkan lemahnya percikan api ketika engine pada putaran
tinggi. Selain itu penyetelan kontak platina yang tidak tepat akan berpengaruh
terhadap saat pengapian pada engine.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 42
Perbaikan Sistem Pengapian
Sudut dwell adalah besarnya sudut yang dibentuk pada poros nok (cam shaft) selama
kontak platina menutup. Apabila sudut dwell lebih besar maka celah kontak platina
lebih kecil dari yang seharusnya.
Catatan : Sudut dwell yang terlalu kecil dapat menyebabkan kesalahan pengapian
pada waktu putaran tinggi.
Sudut dwell yang terlalu besar memungkinkan kontak platina menutup
terlalu lama dan bisa terbakar.
Gunakan dwell tester untuk memeriksa besarnya sudut dwell sesuaikan dengan
spesifikasi pabrik.
Jika pembacaan sudut dwell bervariasi melebihi dua derajat periksa poros distributor
dan bantalannya dan jika sudut dwell serta celah kontak platina (pada saat yang sama)
tidak sesuai dengan spesifikasi kemungkiinan kerusakannya adalah :
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 43
Perbaikan Sistem Pengapian
Bersihkan sekeliling busi dengan udara tekan atau kuas, untuk mencegah kotoran
masuk ke dalam silinder sewaktu busi dilepas.
Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi. Perhatikan bahwa kunci busi tidak
miring. Kemiringan kunci busi dapat mengakibatkan isolator busi pecah
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 44
Perbaikan Sistem Pengapian
Periksa kondisi ulir dan lubang busi. Ulir lubang busi yang rusak seperti pada
gambar harus diperbaiki. Lihat petunjuk.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 45
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 46
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 47
Perbaikan Sistem Pengapian
- Isolator pecah
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 48
Perbaikan Sistem Pengapian
Ini merupakan keausan biasa. Gantilah busi dengan yang baru! Perhatikan
spesifikasi pada buku manual/katalog busi.
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 49
Perbaikan Sistem Pengapian
Momen pengerasan
Kepala silinder aluminium : 15-20 Nm
Kepala silinder besi tuang : 20-25Nm
-
Gambar 76. Tanda pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 50
Perbaikan Sistem Pengapian
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 51
Perbaikan Sistem Pengapian
DAFTAR PUSTAKA
P4TK-BMTI Bandung/OTO/Sumarsono/2020 52