Anda di halaman 1dari 31

ENGINE MANAGEMEN SYSTEM

OLEH:

ICHA
210203501003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang wiring pada EMS pada mata kuliah Engine
Managenemen System.

Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung dan


memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
karena faktor batasan pengetahuan penulis, maka saya dengan senang hati
menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penulisan makalah ini dapat di manfaatkan bagi


pembaca. Melalui kesempatan kali ini saya mengucapkan banyak terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................v

PENDAHULUAN...................................................................................................v

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Sensor............................................................................................................6

B. ECU.............................................................................................................20

C. Akuator........................................................................................................24

BAB III..................................................................................................................28

PENUTUP..............................................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................28

B. Saran............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

iii
DAFTAR GAMBAR
gambar 2. 1 engine coolant temperatur....................................................................6
gambar 2. 2 intake air temperatur sensor.................................................................7
gambar 2. 3 throtle position sensor..........................................................................9
gambar 2. 4 Accelerator pedan position (APP)......................................................10
gambar 2. 5 air flow sensor....................................................................................11
gambar 2. 6 manifold absolute pressure sensor.....................................................11
gambar 2. 7 sensor induktif pada distributor..........................................................12
gambar 2. 8 sensor hall pada distributor................................................................13
gambar 2. 9 crankshaft position sensor..................................................................14
gambar 2. 10 camshaft position sensor..................................................................15
gambar 2. 11 sensor knocking................................................................................16
gambar 2. 12 oxygen sensor...................................................................................17
gambar 2. 13 vehicle speed sensor.........................................................................19
gambar 2. 14 prinsip kerja ECU.............................................................................20
gambar 2. 15 engine control uni (ECU).................................................................21
gambar 2. 16 relay pompa bahan bakar.................................................................24
gambar 2. 17 injektor.............................................................................................24
gambar 2. 18 idle speed control.............................................................................25
gambar 2. 19 koil pengapian..................................................................................25
gambar 2. 20 lampu indikator engine.....................................................................26
gambar 2. 21 control cut air conditioner................................................................26
gambar 2. 22 control electronic cooling fan..........................................................27

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Engine managemen system adalah system kendali pada mesin yang digunakan
untuk mengatur dan mengontrol seluruh sistem pada mesin dengan dikendalikan
oleh Electronic Control Unit (ECU), sehingga mesin dapat dikendalikan dalam
performa terbaik sesuai dengan kondisi dan keadaan kendaraan. Dalam EMS,
komponen-komponen sensor sebagai imput yang kemudian sinyal inpun diproses
di ECU, dan kemudia ECU akan mengirimkan output yang akan dikirim kesetiap
actuator diseluruh system mesin. Fungsi dan engine managemen system adalah
suatu system untuk penyesuaian pada komponen-komponen mesin agar
pengoprasian mesin selalu dalam kondisi terbaiknya. Sistem kendali mesin
melibatkan pengaturan bahan bakar, air intake dan waktu pengapian untuk
mendapatkan torsi dan tenaga sesuai spesifikasi.

Tujuan dari Engine Managemen System adalah:

 Performa engine yang tinggi


 Irit dalam penggunaan bahan bakar
 Tingkat emisi gas buang yang rendah sehingga ramah lingkungan

Ciri-ciri mesin yang menggunakan EMS adalah:

 Menggunakan sistem injeksi dalam pencampuran udara dan bahan bakar


 Menggunakan sistem pengapian elektronik/komputer
 Memiliki pengaturan dle speed control
 Menghasilkan emisi gas buang yang ramah lingkungan
 Memiliki mulfungtion indicator light
 Memiliki protocol on broad diagnosis

Tujuan penggunaan sistem kontrol pada mesin adalah untuk memberikan dan
menyajikan tenaga mesin yang tebaik melalui sistem kerja yang akurat, dan dapat
diatur untuk menghasilkan emisi gas buang yang paling kecil, penggunaan bahan
bakar yang efisien, menghasilkan pengendaraan yang optimal dalam segala

v
kondisi kerja mesin, meminimalkann penguapan bahan bakar, dan tersedia sistem
diagnostik untuk mengevaluasi kondisi sistem kerja serta peralatan tambahan jika
terjadi masalah pada sistem.

Pengontrolan mesin secara elektronik terdiri atas peralatan-peralatan sensor yang


secara terus menerus (real time) memantau kondiri dari kerja mesin. Unit
pengotrol elektronik yang dikenal dengan ECU bekerja mengevaluasi data-data
masukan (input) dari berbagai sensor yang terpasang pada engine. Dengan
membandingkan data pada memorinya dan melakukan perhitungan yang akurat,
ECU mengaktifkan perangkat-perangkat penggerak/actuator untuk menghasilkan
sistem kerja mesin yang baik.

Dalam menginjeksikan bahan bakar, terdapat tiga pekerjaan utama (pengontrolan)


yang akan dilakukan oleh ECU (khususnya system yang menggunakan model
EMS), yaitu perhitungan kuantitas penginjeksian, pemilihan mode injeksi dan fuel
cute. Perhitungan kualitas dilaksanakan atas perbandingan kondisi kerja mesin
yaitu pada saat bekerja normal atau pada saat starter. Control unit mengakulasikan
waktu pembukaan bagi injector agar sesuai dengan perbandingan stoichiometric
dan kebutuhan mesin pada saat itu. Disamping itu juga, diperhitungkan mode
injeksi yang sedang dilaksanakan. Adapun mode injeksi dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu mode simultan/ serempan, group/kelompok dan
sequential. Pada model simultan, bahan bakar dinjeksikan dalam waktu yang
bersamaan untuk semua silinder. Mode ini merupakan metode penyemprotan
model lama dan untuk model baru diaplikasikan pada saat start dan kondisi
temperatur air pendingin masih rendah.

vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensor

Pada engine managemen system sensor akan mengambil berbagai data


atau kondisi mesin, data ini kemudian akan diteruskan ke ECU untuk
dilakukan pemprosesan atau pengolahan. Hasil pengolahan dari ECU akan
dialirkan menuju ke actuator untuk mengatur kerja mesin. Kinerja sistem-
sistem pada mesin akan disesuaikan dengan berbagai kondisi yang ada
pada mesin.
1. Engine coolant temperatur sensor
Engine coolant tempertatur berfungsi untuk mendeteksi suhu air
pendingin pada mesin

gambar 2. 1 engine coolant temperatur

6
2. Intake Air tempertatur sensor (IATS)
Berfungsi mendeteksi suhu udara yang akan masuk sebelum katup
throttle

gambar 2. 2 intake air temperatur sensor

7
Untuk mengetahui cara kerja intake air temperature sensor, maka kamu
perlu mengetahui juga bahwa sensor yang satu ini umumnya
menggunakan thermistor.
Thermistor merupakan komponen elektronik yang nilai tahanannya
berubah sesuai perubahan suhu di sekitarnya.
Nah, cara kerja intake air temperature sensor sendiri bisa kamu amati
melalui skema di bawah ini.
 Sensor IAT dialiri tegangan sebesar 5 volt dari Engine Control
Module (ECM) yang masuk melalui terminal Temperature Hot
Air (THA) ke thermistor kemudian keluar melalui terminal E2
di ECM. Proses tersebut bisa dilihat pada gambar di bawah.
 ECM kemudian akan menyalurkan tegangan listrik 5 volt
tersebut ke IAT sensor.
 Jika udara yang masuk ke intake manifold suhunya rendah
maka nilai tahanan IAT sensornya akan tinggi sehingga
tegangan yang dihasilkan kecil.
 Hal tersebut akan berbeda jika suhu yang masuk tinggi di mana
tegangan yang dihasilkan intake air temperature sensornya
akan tinggi
 Perubahan nilai tegangan tersebut kemudian akan dibaca ECM
yang dimanfaatkan untuk memutuskan banyaknya jumlah
bahan bakar untuk silinder mesin.
 Semakin lama lubang injektor terbuka, maka jumlah bahan
bakar untuk proses injeksi akan semakin banyak.

8
3. Throttle position sensor (TPS)
Berfungsi untuk mengetahui derajat pembukaan katup gas atau thottle

gambar 2. 3 throtle position sensor


TPS memberikan informasi pengontrol onboard tentang idling,
deselerasi, laju akselerasi, dan kondisi katup throttle terbuka penuh
(WOT). TPS adalah potensiometer tiga kabel.
Pada kabel pertama tegangan + 5V diterapkan pada lapisan resistif
sensor dan kabel kedua menutup sirkuit sensor ke ground (bodi mobil).
Kabel ketiga terhubung ke wiper potensiometer, dengan demikian
mengubah resistansi dan karenanya tegangan sinyal dikembalikan ke
komputer onboard.
Berdasarkan tegangan yang diterima, komputer yang terpasang dapat
menghitung idling (di bawah 0,7V), beban penuh (sekitar 4,5V), dan
kecepatan pembukaan katup throttle.

9
4. Accelerator pedan position (APP)
Berfungsi mengkonversi kedalaman injakan pedal menjadi signal
listrik yang selanjutnya dikirim ke ECU mesin.

gambar 2. 4 Accelerator pedan position (APP)


Penerapan tegangan bolak-balik ke koil transmisi menghasilkan medan
magnet yang menginduksi tegangan pada koil penerima. Arus juga
diinduksi dalam loop konduktif rotor yang, pada gilirannya,
mempengaruhi medan magnet dari kumparan penerima. Amplitudo
tegangan dihasilkan tergantung pada posisi rotor relatif terhadap
kumparan penerima di stator. Ini diproses dalam unit evaluasi

10
elektronik dan kemudian dikirim ke unit kontrol dalam bentuk
tegangan arus searah. Ini mengevaluasi sinyal dan meneruskan ke
pulsa yang relevan, mis. ke aktuator katup throttle. Karakteristik sinyal
tegangan tergantung pada bagaimana pedal akselerator ditekan.

5. Air Flow Sensor


Berfungsi mengetahui flow banyaknya aliran udara masuk

gambar 2. 5 air flow sensor


6. Manifold Absolute pressure sensor
Berfungsi mengetahui tekanan udara masuk

gambar 2. 6 manifold absolute pressure sensor


Cara kerja MAP sensor atau manifold absolute pressure sensor yaitu
membaca tekanan udara yang ada di intake manifold dan dirubah atau

11
dikonversi menjadi tegangan listrik yang dikirimkan ke ECU sebagai
informasi untuk berbagai proses selanjutnya. Untuk mengetahui
perubahan tekanan udara didalam intake manifold yaitu menggunakan
komponen elektronika yang bernama silicon chips. Flexible silicon
chips akan berubah nilai tahanannya atau resistansi terhadap perubahan
tekanan pada udara. Silicon chips ini dipasang didalam manifold
absolute pressure sensor dengan posisi satu sisi chips menghadap pada
ruang vakum yang digunakan sebagai kalibrasi, dan satu sisi lain
dihadapkan pada ruangan intake manifold. Pada manifold absolute
pressure sensor atau MAP sensor terdapat tiga terminal utama yaitu
terminal VC sebagai tegangan input sebesar 5 volt, terminal PIM
sebagai voltase output, dan terminal E2 sebagai massa atau ground.
7. Sensor induktif pada distributor
Berfungsi sebagai sensor putaran mesin, sebagai tanda saat pengapian,
sebagai tanda saat injeksi, untuk mendeteksi posisi camshaft/top
kompresi dan untuk mendeteksi posisi crankshaft.

gambar 2. 7 sensor induktif pada distributor

12
Sensor ini bekerja dengan cara menghasilkan induksi karena
perubahan medan magnet pada init yang disebabkan berputarnya rotor,
pertemuan setiap inti rotor pada bagian stator inilah yang menyebakan
terjadinya induksi.

8. Sensor hall pada distributor


Berfungsi sebagai sensor putaran mesin, sebagai tanda saat pengapian,
sebagai tanda saat injeksi, untuk mendetekssi posisi camshaft/top
kompresi, dan untuk mendeteksi posisi crankshaft.

gambar 2. 8 sensor hall pada distributor

13
9. Crankshaft posisition ssensor
Berfungsi sebagai putaran mesin, sebagai tanda saat pengapian,
sebagai tanda saat injeksi, untuk mendeteksi posisi camshaft/top
kompresi, dan untuk mendeteksi posisi crankshaft.
Cara kerja cranshaft position sensor (CKP) memanfaatkan sensor
putaran. Namun dalam penggunaan jenis sensor, ada dua jenis yaitu
sensor induktif dan sensor effect hall. Sensor induktif memanfaatkan
induksi yang dihasilkan oleh pickup coil. Biasanya CKP sensor yang
menggunakan induksi terdiri dari dua kabel. Sementara itu, CKP
sensor yang menggunakan effect hall memanfaatkan effect hal untuk
mendeteksi putaran dan posisi crankshaft. Untuk lebih jelasnya
mengenai cara kerja crankshaft position sensor berikut akan dibahas
satu persatu.

gambar 2. 9 crankshaft position sensor


10. Camshaft position sensor
Sebagai sensor putaran mesin, sebagai tanda untuk pengapian, sebagai
tanda saat injeksi, untuk mendeteksi posisi camshaft/top kompresi, dan
untuk mendeteksi posisi crankshaft.

14
gambar 2. 10 camshaft position sensor
CMP sensor menggunakan prinsip induksi elektromagnetik untuk
bekerja. Secara umum terdapat dua bagian utama yaitu rotor dengan
satu nok (tonjolan) yang terbuat dari logam, dan stator yang terbuat
dari magnet permanen. Saat mesin berputar, poros camshaft juga akan
berputar, yang akan menyebabkan rotor berputar. Ketika nok (tonjolan)
memotong medan magnet stator maka akan muncul sinyal PWM
berupa tegangan. Tegangan ini berasal dari pickup coil dan kemudian
dikirim ke ECU sebagai informasi posisi top 1. Saat tonjolan
mendekati stator (kutub magnet) maka medan magnet pada gulungan
coil berubah. Karena perubahan medan magnet, gulungan akan
menghasilkan tegangan induksi. Besarnya tegangan induksi sesuai
dengan kecepatan dan kekuatan perubahan medan magnet.
Semakin cepat putaran mesin, semakin banyak tonjolan yang akan
memotong medan magnet di stator. Oleh karena itu sinyal tegangan
yang dihasilkan juga akan lebih cepat. Informasi ini akan digunakan
untuk menentukan waktu injeksi dan waktu pengapian busi. Hambatan
kumparan pada kumparan pick up coil adalah 200-2500 ohm. Pada
saat yang sama tegangan induksi awal adalah 1-2 volt, dan saat putaran
mesin meningkat maka tegangan induksi akan meningkat. Dalam
semua kasus, karena tegangan induksi sangat kecil, pelindung kabel
biasanya disediakan yaitu cable shield.
Pada sensor yang menggunakan jenis hall effect, di mana frekuensi
tegangan yang dikirim ke sensor berubah sesuai dengan kecepatan

15
putaran. Dengan kata lain, CMP sensor jenis hall effect tidak
bergantung pada perubahan medan magnet. Sinyal digital ini dikirim
ke ECU sebagai informasi tentang top kompresi silinder satu.
Biasanya, tegangan input adalah 5/12 volt.
11. Sensor knocking
Berfungsi untuk mengetahui terjadi knocking, sistem closed-loop
pengapian, mendeteksi oktan bahan bakar.

gambar 2. 11 sensor knocking


Saat mesin mengalami ketukan atau knocking maka akan terdeteksi
oleh knock sensor. Selanjutnya, knock sensor akan mengirimkan data
tersebut ke ECU sebagai inputan untuk diproses selanjutnya. Untuk
mendeteksi getaran atau knocking pada mesin maka knock sensor
memakai komponen piezo electric. Komponen piezo electric ini akan
mengirimkan signal output yang sebanding dengan getaran yang
terjadi pada mesin. Ketika ECU menerima data dari knock sensor
maka ECU akan memerintahkan pengapian untuk dimundurkan
beberapa derajat sampai tidak terjadi lagi knocking.
Saat mesin mengalami ketukan atau knocking maka akan terdeteksi
oleh knock sensor. Selanjutnya, knock sensor akan mengirimkan data
tersebut ke ECU sebagai inputan untuk diproses selanjutnya. Untuk
mendeteksi getaran atau knocking pada mesin maka knock sensor
memakai komponen piezo electric. Komponen piezo electric ini akan
mengirimkan signal output yang sebanding dengan getaran yang

16
terjadi pada mesin. Ketika ECU menerima data dari knock sensor
maka ECU akan memerintahkan pengapian untuk dimundurkan
beberapa derajat sampai tidak terjadi lagi knocking.
12. Oxygen sensor
Berfungsi untuk mendeteksi/memeriksa emisi gas buang dengan cara
mengukur kandungan oksigen didalam gas buang, menentukan apakah
mobil bekerja dengan campuran bahan bakar terlalu kurus atau terlalu
gemuk.
Pada sensor oksigen memiliki karakteristik voltase output yang dapat
berubah secara tiba-tiba di sekitar stoichiometric (rasio udara dan
bahan bakar). Hal ini digunakan untuk mendeteksi konsentrasi oksigen
dalam gas buang dan memberikan umpan balik ke ECU untuk
mengontrol rasio udara & bahan bakar.

gambar 2. 12 oxygen sensor

 Kerja sensor oksigen akan membandingkan jumlah kandungan


O2 di sisa pembakaran dengan O2 udara luar (Artinya
kandungan oksigen dalam gas buang (0,3–3 %) dibandingkan
dengan kandungan oksigen pada udara atmosfir (20,8 %).
 Selanjutnya, hasil dari perbandingan O2 ini dikonversi oleh
ZrO2 (Zirconia electrolyte) komponen pada O2 sensor agar
menjadi arus listrik.

17
 Apabila kandungan oksigen dalam gas buang sekitar 3 %
(campuran kurus), O2 sensor akan menghasilkan tegangan
sebesar 0,1 volt. Sedangkan Jika kandungan oksigen dalam gas
buang berkisar 0,3 % (campuran kaya), O2 sensor akan
menghasilkan tegangan sebesar 0,9 volt.
 Kemudian, tegangan listrik ini disebut sinyal output yang akan
di kirimkan ke ECU sebagai informasi dari hasil pembakaran
yang terjadi pada ruang bakar yang terdeteksi melalui gas
buang.
 Sensor oksigen bekerja layaknya switch yang secara konstan
memberikan sinyal di setiap perubahan campuran bahan bakar.
 Fungsi ECU adalah menjaga campuran bahan bakar supaya
mendekati campuran ideal dengan melakukan kebalikan dari
apa yang dilaporkan oleh oksigen sensor.
 Jika dari sensor oksigen memberikan sinyal jika campuran
bahan bakar terlalu gemuk, maka ECU akan memperpendek
waktu kerja injektor sehingga akan mengurangi jumlah volome
bahan bakar yang disemprotkan yang bertujuan agar campuran
menjadi lebih kurus.
 Sedangkan jika oksigen sensor mendeteksi bahwa campuran
bahan bakar terlalu kurus, maka ECU akan memperpanjang
waktu kerja injektor Sehingga akan menambah jumlah volume
bahan bakar yang disemprotkan yang bertujuan campuran
menjadi lebih gemuk.
 Kerja dari pengaturan terus menerus seperti ini akan menjaga
mesin supaya bekerja dengan campuran bahan bakar mendekati
campuran ideal.
13. Vehicle speed sensor
Sensor ini berada pada speedometer dan berfungsi untuk mengetahui
berapa kecepatan kendaraan.

18
gambar 2. 13 vehicle speed sensor

19
B. ECU

gambar 2. 14 prinsip kerja ECU


ECU adalah salah satu komponen yang menjadi jalan atau sirkuit
elektronik dan mampu mengendalikan aktuator untuk menggantikan
sistem mekanis. Unit kontrol elektronik pada mobil ini memiliki peran
yang sangat penting dalam hal pengaturan suplai bahan bakar. Dengan kata
lain, unit kontrol elektrik pada mobil akan melakukan pengaturan mesin
kendaraan dan mengontrol kinerja dari mesin kendaraan mobil sudah
memiliki penyetelan unit kontrol elektrik itu sendiri yang tentu akan
membuat kinerja dari unit kontrol setiap jenis dan tipe mobil berbeda-
beda.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa unit kontrol elektrik
pada mobil memiliki peran penting untuk mengatur kinerja dari mesin
kendaraan anda. Fungsi ecu pada mobil sendiri yaitu untuk mengendalikan
aktuator seperti melakukan pencampuran udara pada bahan bakar,
pengukuran waktu pengapian, kecepatan putaran mesin dan juga
pencampuran udara padda bahan bakar yang sebelumnya dilakukan oleh
sistem mekanis mobil.

20
Dengan adanya sistem unit kontrol elektrik khususnya pada mesin
injeksi, seluruh kegiatan mesin mobil sudah dikendalikan menggunkan
proses komputer. Pada dasarnya,unit kontrol elektrik pada mesin mobil
menjadi salah satu komponen inti yang mampu menentukan jumlah bahan
bakar yang disuplai oleh mesin. Dengan menggunakan sistem komputer,
maka unit kontrol elektrik akan lebih mudah menerima data serta
menggerakkan mesin mobil sesuai takaran yang dibutuhkan.
Tak hanya itu saja, unit kontrol elektrik pada mobil juga berfungsi untuk
menentukan durasi injerksi bahan bakar injektor dengan cara menentukan
waktu yang tepat untuk memberikan campuran udara dengan bahan bakar
ke dalam mesin.

gambar 2. 15 engine control uni (ECU)


Jenis unit kontrol elektrik pada mobil
ECU pada mobil memiliki beberapa jenis komponen yang saling berkaitan
sehingga membuat komponen unit kontrol elektrik bekerja dengan
maksimal. Berikut ini beberapa jenis komponen unit kontrol elekrik pada
mobil.
 TCM

21
TCM atau transmission control module merupakan sebuah modul
yang terdapat pada mobil yang memiliki transmisi otomatis. Fungsi
dari TCM sendiri yaitu untuk mengatur perpindahan transmisi
sesuai dengan RPM mesin dan juga kondisii ketika sedang
berkendara..
 ECM (enggine control module)
Merupakan jenis komponen pada ECU yang memiliki fungsi dalam
mengatur kinerja mesin. Beberapa kinerja mesin yang diatur oleh
ECM antara lain starting, pendinginan, hingga menyalakan busi.
 BCM (body control module)
Merupakan komponen yang bertugas untuk mengatur kinerja dari
sistem kelistrikan pada mobil. Dengan adanya BCM ini aliran
tenaga dari bagian mesin roda mampu bekerja secara efisien.
Komponen BCM sendiri berada di bagian penggerak empat roda
mesin.
 ABS control module
Merupakan komponen yang juga sangat penting untuk diketahui.
Dimana ABS control module memiliki fungsi untuk menghindari
selip pada roda dan mengatur pengereman ketika mobil sedang
berada diarea yang licin. ABS control module juga berperan
penting dalam sistem keselamatan berkendara.
 Airbag control module
Jenis komponen satu ini memiliki fungsi untuk mengembangkan
bagian kantung udara ketika terjadi sebuahh benturan mobil.
Komponen ini memili sensor otomatis sehingga akan langsung
menyalurkan udara oada kantung udara ketika sensor mendeteksi
terjadinya benturan yang berlebihan.

Gejala kerusakan pada unit konntrol elektrik mobil

22
Sebagai komponen yang melakukan pekerjaan cukup berat, tak heran jika
unit kontrol elektrik pada mobil sering mengalami kerusakan. Terlebih lagi
jika usia mobil sudah cukup lama dan tidak dilakukan service secara rutin
maka besar kemungkinan terjadi kerusakan pada beberapa kompenen
seperti pada salah satu ECU pada mobil.

Ketika unit kontrol elektrik pada mobil mengalami kerusakan, maka dapat
dimungkinan banyak komponen mobil yang tidak bekerja dengan
semestinya. Maka dari itu, sangat penting bagi anda untuk mengetahui
gejala dari kerusakan unit kontrol elektrik mobil. Berikut ini gejala yang
akan timbul ketika unit kontrol elektrik pada mobil mengalami kerusakan.

 Mesin mobil menjadi sulit unntuk dihidupkan menggunakan


starter
 Mobil akan terasa tersendat dan tidak nyaman ketika dikendarai.
 Mobil terasa lebih berat ketika sedang melaju akibat tenaga mesin
yang berkurang.
 Bahan bakar mobil menjadi lebih boros
 Lampu check engine tidak berfungsi dengan semestinya atau mati
total.
 Tidak berfungsinya komponen pada sistem kelistrikan mobil.

Ketika anda merasakan beberapa hal seperti yang disebutkan diatas, ada
baiknya anda segera membawa mobil anda kebengkel resmi untuk
dilakukan pengecekan lebih lanjut dan segera diperbaiki. Sebab jika
terlambat akan dimungkinkan komponen mobil lainnya juga ikut
mengalami kerusakan sehingga menyebabkan kinerja mobil tidak
maksimal.

23
C. Akuator

1. Relay pompa bahan bakar


Berfungsi untuk mematikan kerja pompa bahan bakar ketika engine
pada kendaraan mati.

gambar 2. 16 relay pompa bahan bakar


2. Injektor
Berfungsi untuk menginjeksikan atau menyemprotkan bahan bakar
menuju intake manifold atau ruang bakar.

24
gambar 2. 17 injektor

3. Idle speed control (ISC)


Berfungsi untuk mengontrol kecepatan putara idle atau stasioner pada
kendaraan

gambar 2. 18 idle speed control


4. Koil pengapian

25
Berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik dari aki yang kemudian
diteruskan kebusi.

gambar 2. 19 koil pengapian

5. Lampu indikator engine check / malfunction engine lamp ( MIL)


Berfungsi untuk memberikan tanda kerusakan engine pada sistem
EMS

gambar 2. 20 lampu indikator engine


6. Control cut air conditioner (AC)

26
Berfungsi untuk mengontrol kerja air conditioner (AC)

gambar 2. 21 control cut air conditioner


7. Control electronic cooling fan
Berfungsi untuk mengontrol kerja elektrik cooling fan, electric cooling
fan akan bekerja bila temperatur mencapai 98 derajat celcius. Electric
fan bekerja bila kondisi AC ON.

gambar 2. 22 control electronic cooling fan

27
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Engine managemen system adalah system kendali pada mesin yang


digunakan untuk mengatur dan mengontrol seluruh sistem pada mesin
dengan dikendalikan oleh Electronic Control Unit (ECU), sehingga mesin
dapat dikendalikan dalam performa terbaik sesuai dengan kondisi dan
keadaan kendaraan. Pengontrolan mesin secara elektronik terdiri atas
peralatan-peralatan sensor yang secara terus menerus (real time) memantau
kondiri dari kerja mesin. Unit pengotrol elektronik yang dikenal dengan
ECU bekerja mengevaluasi data-data masukan (input) dari berbagai sensor
yang terpasang pada engine. Dengan membandingkan data pada
memorinya dan melakukan perhitungan yang akurat, ECU mengaktifkan
perangkat-perangkat penggerak/actuator untuk menghasilkan sistem kerja
mesin yang baik.

B. Saran

Demi ketahanan dan lama kendaraan yang digunakan menjaga dan selalu
mengontrol kerja mesin sangatlah penting. Jika terjadi kerusakan pada
salah satu sistem EMS maka akan menghambat kinerja mesin, bahkan
dapat menyebabkan mesin mengalami kerusakan.

29
DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai