Anda di halaman 1dari 29

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Manajemen
a. Pengertian manajemen
Pengertian manajemen yaitu segenap aktivitas untuk mengerahkan sekelompok
manusia dan menggerakan segala fasilitas dalam suatu usaha kerjasama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu (Sukintaka, 200: 15-16). Hal senada menurut
Alex Gunur (1979: 11-12) agar dalam sebuah proses manajemen dapat berjalan dengan
baik maka ada beberapa sarana atau alat yang harus ada dan dipenuhi oleh seorang atau
organisasi. Saran atau alat tersebut dikenal dengan istilah “Tool of Manajement atau
“6M” yaitu meliputi: manusia (man), uang (money), bahan (material), metode
(methods), alat (machins), dan pasar (market). Menurut Hani Handoko (1998: 8)
mengemukakan manajemen adalah suatu proses perencanaan, perorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi yang telah ditentukan dapat tercapai.
Manajemen olahraga menunjukan peranan penting dalam pengelolaan kegiatan
Pendidikan jasmani dan olahraga. Dalam pembinaan olahraga pada umumnya
memerlukan kemampuan menejerial guna mencapai tujuan tercapainya pembinaan
olahraga tersebut. Dalam pengertian sempit, pembinaannya harus terlaksana
berdasarkan perencanaan yang terbagi-bagi menjadi perencanaan jangka pangjang,
menegah dan pendek. Dalam pengertian luas, majemen dibutuhkan untuk
mengintegrasi berbagai aspek, tidak hanya kepentingan Teknik dan taktik saja tetapi
juga aspek ekonomi dan komunikasi (Rusli Lutan, 2000: 13).
Menurut Harzuki (2012: 117), menyebutkan bahwa “manajemen olahraga
adalah perpaduan antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga”. Istilah manajemen
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan orang lain.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut menunjukan adanya kesamaan aspek
atau komponen yang terdapat dalam manajemen, yaitu perencanaan, perorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan yang kesemuanya dilakukan dalam rangka untuk

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

mencapai tujaun yang telah ditetapkan. Secara umum manajemen merupakan


rangkaian kegiatan untuk mengarahkan seluruh potensi yang ada, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya, untuk memperoleh suatu dukungan dalam usaha
mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.
b. Tujuan manajemen.

Manajemen sebenarnya adalah alat suatu organisasi yang digunakan untuk


mencapai tujaun. Menurut Susilo Martoyo (1988) adanya organisasi dapat digerakan
sedemikian rupa segihngga menhindari sampai tingkat seminimal mungkin pemborosan
waktu, tenaga, materil dan uang guna memcapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Dengan kata lain, organisasi digerakan agar segala sesuatu dapat berjalan
secara efektif (tepat guna) dan efisien (tepat waktu, tenaga, dan biaya). Menurut Siswanto
(2005: 27) manajemen bertujuan untuk mencapai sesuatu yang ingin direalisasikan, yang
menggambarkan cangkupan tertentu, dan menyarankan pengarahan kepada usaha seorang
manajer. Pendapat lain dikemukakan oleh Malayu S. P Hasibun (1996: 34) yang memberi
pengertian manajemen sebagai seni dan ilmu untuk mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.

Tujuan manajemen adalah suastu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan


cakupan tertentu dan menyarankan pengarah kepada usaha seorang manajer, ada empat
elemen pokok dari tujaun manajemen (Goal) sesuatu yang ingin direalisasikan, (Scope)
cakupan, (Accuracy) ketepatan, (Direction) pengarahan (Siswanto, 2005: 29). Adanya
organisasi tersebut dapat digerakan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari sampai
tingkat seminimal mungkin pemborosan waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Susilo Martoyo, 1988: 35).
c. Fungsi manajemen
Sesuatu dikenai tindakan manajemen tentu memiliki tujuan dan fungsi. Fungsi
manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu dengan
pengeluaran waktu dan uang yang paling sedikit, biasanya dengan pengunaan fasilitas yang
ada dengan sebaik-baiknya, berbagai fungsi manajemen dikemukakan para ahli dengan
persamaan dan perbedaan (Amin Widjaya, 1993: 37). Fungsi manajemen pada hakikatnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam oraganisasi apapun
macamnya. Meskipun para ahli berbeda pendapat tentang fungsi manajemen, namun
sebenarnya pendapat-pendapat tersebut jika dipadukan akan saling melengkapi.
Berdasarkan pendapat ahli tentang manajemen tersebut, maka dalam penelitian ini
menetapkan empat aspek atau komponen pokok yang terdapat sebagai fungsi manajemen
dengan dasar pertimbangan memperhatikan aspek yang paling banyak dikemukakan dan
mengingat ketepatan manajemen tersebut dihubungkan dengan manajemen pengelolaan
organisasi olahraga.
Semua tujuan dari manajemen mempunyai fungsi yang disebut fungsi manajemen.
Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalakan
pimpinan dalam organisasi apapunmengenai macamnya fungsi manajemen itu ada
peersamaan dan perbedaan pendapat. Menurut Agung Nugroho (1998: 6) syarat minimal
yang harus ditetapkan dalam organisasi olahraga adalah fungsi – fungsi dasar manajemen
dengan POAC, yaitu planning, orhanizing, actuaclity, dan controlling..
Menurut beberapa ahli fungsi manajemen yang dikutip dari Setio Nugroho (2009:
16) adalah sebagai berikut:
Menurut Ernest Dale fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan kerja, pengawasan inovasi, dan penyajian laporan pengendalian. Menurut
Luther Gullick fungsi manajemen yang dikenal istilah POSDCORB adalah Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (penyusunan personalia),
Directing (pengarahan), Coordinating (pengkordinasian), Reporting (penyusunan laporan),
Budgeting ( pendanaan).
Dari pendapat di atas maka fungsi-fungsi dari manajemen pembinaan prestasi yaitu:

1) Perencanaan (Planning)
Amin Wijaya T yang dikutip dari Hendi Sukamto (2011: 13) mendfinisikan
perencanaan adalah sebagai berikut: perencanaan berperan menetukan tujuan dan
prosedur mencapai tujuan, memperjelas bagi anggota organisasi melakukan
berbagai kegiatan sesuai dengan tujuan dan prosedur, memungkinkan untuk
memantau dan mengukur keberhasilan organisasi, serta mengatasi bila ada
kekeliruan. Susilo Martoyo yang dikutip dari Hendi Sukamto (2011: 12)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

menyatakan bahwa sesuatu rencana yang baik memiliki atau memenuhi sebagai
berikut :
a) Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
b) Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami
tujuan organisasi.
c) Rencana harus dapat dibuat oleh orang-orang yang memahami Teknik
perencanaan.
d) Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang diteliti.
e) Rencana tidah boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksana.
f) Rencana harus bersifat fleksibel.
g) Didalam suatu rencana harus terdapat kemungkinan pengendalian resiko.
h) Rencana harus bersifat praktis.
i) Rencana harus bersifat ramalan.

Mengingat perencanaan adalah hal yang sangat penting, perlu diketahui


bagaimana langkah-langkah untuk merencanakan. Menurut aswarani, yang dikutip
dari Setio Nugroho (2009: 18) langkah-langkah dalam perencanaan sebagai
berikut:

a) Merumuskan tujuan dan identifikasi masalah serta kriteria menentuan


alternative pencapaian tujuan yang tersedia.
b) Evaluasi alternative tersebut berdasarkan creteria yang telah di tetapkan.
c) Pilih rangkaian tindakan yang terbaik, yakni salah satu yang akan memecahkan
masalah dan mencapai tujuan.

Dari definisi tersebut langkah yang perlu dilakukan untuk menentukan


langkah perencanaan meliputi penentuan tujuan mengidentifikasikan kesulitan
yang akan timbul, menentukan berbagai alternative tindakan yang akan ditempuh.

2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan anggota
organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien ( Hani Handoko,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

1998: 168). Menurut Sondang P. Siagian yang dikutip dari Setio Nugroho (2009:
19), mengartikan perorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan
orang-orang, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Berdasarkan semua pendapat di atas perorganisisain adalah
mengelompokkan orang-orang serta menetapkan dan membagi tugas-tugas agar
tujuan organisasi dapat tercapai. Dari pengertian tersebut merupakan langkah-
langkah yang diperlukan agar tujuan lebih jelas sehingga prestasi optimal dapat
tercapai.
3) Penyusunan Personalia (staffing)

Menurut Luther Gullick yang dikutip dari buku Manulang yang dikutip dari
Setio Nugroho (2009: 20). Staffing adalah fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan
sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada
organisasi. Sedangkan menurut Terry yang dikutip dari Setio Nugroho (2009: 20)
staffing adalah mencakup, mendapatkan, menempatkan dan mempertahankan
anggota pada posisi yang di tentukan oleh pekerja organisasi yang bersangkutan.

Menurut Sarwoto yang dikutip dari Setio Nugroho (2009: 21) staffing
adalah penarikan serta penempatan orang pada satuan organisasi yang telah tercipta
dalam proses departemntasi.

Berdasarkan pendapat diatas organizing dan staffing merupakan fungsi


manajemen yang sangat erat hubungannya: pengorganisasian (organizing) berupa
penyusunan wadak untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilakukan
pada suatu organisasi, sedangkan penyususnan personalia (staffing) berhubungan
dengan penempatan orang-orang yang memangku jabatan yang ada didalam
oraganisasi tersebut.

Penyusunan personalia adalah suatu manajemen yang berkenaan dengan


penarikan, penempatan, pngembangan anggota-anggota organisasi agar tujuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

tersebut tercapai. Hal-hal tersebut menjelaskan langkah-langkahyang harus


dilakukan untuk memajukan prestasi.

4) Pengarahan (Directing)

Menurut Ibnu Syamsi (1994: 24) mendefinisikan pengarahan merupakan


kegiatan pimpinan yang berupa pemberian bimbingan atau petunjukan kepada
bawahan dalam melaksanakan tugas dan mengusahakan agar terdapat kesatuan
sehingga tujuan dapat tercapai dan efisien.
Sedangkan Manullang yang dikutip dari Setio Nugroho (2009: 22)
mendefinisikan pengarahan adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
usaha memberikan bimbingan, saran-saran atau intruksi-intruksi kepada bawahan
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu organisasi.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
pengarahan merupakan kegiatan pimpinan yang berupa pemberian bimbingan dan
petunjukan agar tujuan organisasi dapat tercapai, kaitannya dengan pencapaian
prestasi olahraga yang optimal.
5) Pengkoordinasian (coordinating)
Koordinasi adalah prses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
kegiatan pada satuan yang terpisah (departemen ataua bidang-bidang fungsional)
suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien ( Hani Handoko T, 1998:
195). Menurut Soekanto Resodiputro yang dikutip dari Setio Nugroho (2009: 23)
medefinisikan pengkoodinasaian adalah merupakan usaha mengsingkronkan dan
menyatukan segala kegiatan dalam organisasi agar tujuan tercapai.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pada dasarnya fungsi
pengkoordinasian mengusahakan terjadinya kerjasama yang selaras dan tertib agar
tujuan-tujuan organisasi tersebut dapat tercapai secara menyeluruh. Pengertian
tersebut diharapkan terjadinya kerjasama yang selaras dan tertib agar tujuan-tujuan
dapat tercapai yaitau pencapaian prestasi yang optimal.
6) Pendanaan (Budgeting)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Menurut Manulang yang dikutip dari Setio Nugroho (2009: 24) pendanaan
berarti fungsi manajemen berupa penetapan tujuan suatu organisasi, menetapkan
peraturan, dan pendoman pelaksanaan tugas, menetapkan biaya yang diperlukan
dan pemasukan keuangan yang diharapkan akan diperoleh dan rangaian yang akan
dilakukan dimasa dating. Menurtu Ibnu Syamsi (1994: 26) pendanaan (budgeting)
adalah suatu rencana yang dinyatakan dalam pengeluaran tertantu untuk keperluan-
keperluan tertentu. Tujuan utamanya adalah untu meningkatkan kegiatan organisasi
dengan jalan koordinasi kegiatan, pengawasan biaya dan meningkatkan keutungan.
Dari pengertian diatas memberikan pandangan bahwa pada dasarnya
pendanaan merupakan suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dana
pengeluaran yang akan dilakukan setiap bidang didalam Tim Futsal Universitas
Sebelas Maret Surakarta atau dapat diartikan dengan kegiatan pendaan. Dengan
manajemen pendanaan yang baik di harapkan dapat mengoptimalkan kerjanya dan
dapat memberikan keadilan dalam mengoptimalkan pencapaian prestasi.
7) Penyusunan Laporan (Reporting)
Penyusunan laporan merupak fungsi manajemen berupa hasil kegiatan
atuapun pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan ataupun
pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik lisan maupun tertulis, sehingga
yang menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas
kepada orang yang memberikan laporan. Menurut Manulang yang dikutip dari
Setio Nugroho (2009: 25) penyusunan laporan merupakan fungsi manajemen
berupa hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik berupa
lisan maupun tertulis, sehingga yang menerima laporan dapat memperoleh
gambaran tentang pelaksanaan tugas kepada orang yang memberi laporan.
Berdasarkan pendapat tersebut, penyusunan laporan merupakan hasil
kegiatan yang dilaporakan dalam bentuk lisan atau tertulis yang dilakukan oleh
anggota organisasi dan di pertanggungjawabkan kepada wewenang yang lebih
tinggi agar kegiatan selanjutnya terdapat gambaran rencana yang akan dijalakan
sesuai yang diharapkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

2. Definisi Pembinaan Prestasi


a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an
yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Purwodarminto, 1996: 34), pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses
perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik. Secara umum pembinaan
diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai
suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang Pendidikan, ekonomi, social,
kemasyarakatan, dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan, uang,
waktu, metode dan system yang didasarkan pada prinsip tertentu untuk pencapaian
tujuan yang telah ditentukan dengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya (Musanef,
1991: 32). Pembinaan berusaha untuk mecapai efektivitas, efisiensi dalam suatu
perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti (MIftah, 1997:
42). Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah
membina, memperbaharui, atau proses perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
b. Pembinaan Prestasi
Untuk mencapai prestasi atlet secara maksimal diperlukan pembinaan yang
terprogram, terarah dan berkesinambungan serta didukung dengan penunjang yang
memadai. Untuk mencapai prestasi optimal atlet, juga di perlukan latihan intensif dan
berkesinambungan kadang-kadang menimbulkan rasa bosan (boredom). Hal ini dapat
menjadi penyebab penurunan prestasi, oleh karena itu diperlukan pencegahan yaitu
dengan merencanankan dan melakukan latihan-latihan yang bervariasi. Berlatih secara
intensif belum cukup untuk menjamin tercapainya peningkatan prestasi hal ini karena
peningkatan prestasi tercapai bila selain intensif, latihan dilakukan dengan bermutu dan
berkualitas (Tohar, 2002: 10).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Menurut M Furqon (2002: 1-2) “proses pembinaan memerlukan waktu yang


lama, yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat
efisiensi kompetisi yang tertinggi”. Pembinaan dimulai dari program umum mengenai
latihan dasar mengarah pada pengembangan efisiensi olahraga secara komprehensif
dan kemudia berlatih yang dispesialisasikan pada cabang olahraga tertentu.
Para ahli olahraga seluruh dunia sependapat perlunya tahap-tahap-pembinaan
untuk menghasilkan prestasi olahraga yang tinggi, yaitu melalui tahap pemassalan,
pembinaan, dan pencapaian prestasi (Djoko Pekik Irianto, 2002: 27). Adapun sebagai
berikut:
1) Pemasalan
Menurut M. Furqon H (2002; 3) “permasalan adalah mempolakan keterampilan
dan kesegaran jasmani secara multilateral dan spesialisasi”. Pemassalan adalah
mempolakan keterampilan dan kebugaran jasmani atlet.
2) Pembibitan
Menurut M. Furqon H (2002: 5) “pembibitan tatlet adalah upaya mencari
dan menemukan individu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi
olaraga yang setinggi-tingginya di kemudian hari, sebagai langkah atau tahap
lanjutan dari pemasalan olahraga”
Pembibitan adalah upaya yang diterapkan untuk menjaring atlet berbakal
dalam olahraga prestasi yang diteliti secara terarah dan itensif melalui orang tua,
guru, dan pelatih pada suatu cabang olahraga. Tujuan pembibitan adalah untuk
menyediakan calon atlet berbakat dalam berbagai cabang olahraga prestasi,
sehingga dapat dilanjutkan dengan pembinaan yang lebih intensif, dengan sistem
yang inofatif dan mampu memanfaatkan hasil riset ilmiah serta perangkat teknologi
modern.
Menurut Toho Cholik M (1994) yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002:
31), beberapa indicator yang perlu diperhatikan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi
dan menyeleksi bibit atlet berbakat secara objektif antara lain:
a) Kesehatan (pemeriksaan medic, khususnya sistem kardiorespiorasi dan sistem
otot saraf).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

b) Antropometri (tinggi dan berat badan, ukuran bagian tubuh, lemak tubuh dan
lain-lain).
c) Kemampuan fisik (speed power, koordinasi, VO2 Max).
d) Kemampuan psikologis (sikap, motivasi, daya toleransi).
e) Keturunan.
f) Lama latihan yang telah diikuti sebelumnya dan adakah peluang untuk
berkembang.
g) Maturasi.

Pemanduan dan pembinaan dalam perencanaan untuk pencapaian prestasi


olahraga yang maksimal dibutuhkan tahap-tahap yang berkelanjutan. Menurut
KONI (1997: A.4) tahap pembinaan dibagi dalam tiga tinggkatan, adapun tiga
tingkatan itu dapat digambarkan dalam sebuah piramida pembinaan, seperti gambar
berikut:

Golden
Age

Pemantapan

Spesialisasi

Multilateral

Gambar 1. Piramida Tahap-tahap Pembinaan

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pemcapaian prestasi


olaharaga yang maksimal dibutuhkan tahap-tahap yang berkelanjutan. Untuk lebih
memahaminya berikut akan dijelaskan, yaitu:

a) Tahap latihan persiapan (Multilateral), tahap ini merupakan tahap dasar untuk
memberikan kemampuan dasar yang menyeluruh (multirateral) kepada anak dalam
aspek fisik, mental, dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak yang berprestasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

diarahkan ke tahap spesialisasi, akan tetapi latihannya dimodifikasi dengan


permainan sehingga anak tidak mudah bosan dan mampu membetuk kerangka
tubuh yang kuat dan benar, khususnya dalam perkembangan biomotorik, guna
mnunjang peningkatan prestasi di tahapan latihan berikutnya.
b) Tahap Latihan Pembentukan (Spesialisasi), tahapa latihan ini adalah untuk
meralisasikan terwujudnya profil atlet seperti yang diharapkan, sesuai dengan
cabang olahraganya masing-masing. Kemampuan fisik, maupun teknik telah
terbentuk, demikian pula keterampilan taktik, sehingga dapat digunakan atau
dipakai sebagai titik tolak pengembangan, serta peningkatan prestasi selanjutnya.
Pada tahap ini, atlet dapat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga yang paling
cocok/sesuai baginya.
c) Tahap Latihan Pemantapan. Profil yang telah diperoleh pada tahap pembentukan,
lebih ditingkatkan pembinaannya, serta disempurnakan samapai ke batas optimal
atau maksimal. Tahap pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi
atlet semaksimal mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai
puncak prestasi.
d) Golden age, sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai
prestasi puncak (golden age). Tahapan ini didukung oleh program latihan yang
baik, dimana perkembangannya dievaluasi secara periodik.

Dalam tahap latihan pemantapan, keadaan atlet disiapkan untuk mencapai


prestasi puncak. Dalam tahap pembibitan pembinaan harus dilakukan secara
terprogram, terarah dan terencana dengan baik. Untuk mencapai prestasi puncak
pentingnya pembinaan merupakan salah satu atau kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan atau memperoleh hasil yang baik. Menurut Depdiknas (2000: 32) pretasi
terbaik hanya akan dapat dicapai dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya
yang mencakup:

a) Kepribadian atlet
b) Kondisi fisik
c) Keterampilan taktik
d) Keterampilan taktis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

e) Kemampuan mental
Kelima aspek itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Bila salah satu
terlalaikan, berarti pelatihan tidak lengkap. Keunggulan salah satu aspek akan menutup
kekurangan pada aspek lainnya. Dan setiap aspek akan berkembang dengan memakai
metode latihan yang spesifik.
c. Program Latihan

Kondisi fisik puncak (peak performance) adalah tujuan utama atlete berlatih
untuk pertandingan utama. Maka dari itu, pembinaan atlet harus direncanakan dengan
baik dan benar dan didasarkan pada konsep periodisasi dan prinsip-prinsip latihan.
Rencana latihan berfungsi untuk pelatih dalam mengarahkan dan memfokuskan latihan
dalam jangka yang ditentukan. Hal ini didasari oeh konsep periodisasi (pembagian
rencana tahunan kedalam fase-fase latihan), serta prinsip-prinsip latihan. Suatu
program latihan yang diatur dan direncanakan adalah tuntutan yang diperlukan untuk
mencapai prestasi maksimal dari atlet.

Untuk mencapai suatu prestasi, maka program latihan harus diperiodisasikan


dan direncanakan dengan tepat, sehingga perkembangan sebuah tim akan terlihat setiap
bulannya. Periodisasi adalah proses perkembangan rencana tahunan ke dalam fase
latihan yang lebih kecil, bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam menyusun
bagian-bagian yang dapat diatur, serta menjamin pemuncakan yang tepat dalam
pertandingan. Pembagian dapat meningkatkan pengorganisasian latihan, dan
memberikan kesempatan kepada kepada pelatih untuk mengarahkan programnya
secara sistematis. Pemakaian konsep periodisasi tidak terbatas hanya struktur rencana
latihan. Tetapi dapat dipergunakan secara luas.

Siklus latihan tahunan suatu cabang olahraga, pada umumnya, secara


konvensional dibagi dalam 3 tahapan latihan yaitu:

a. Tahap persiapan
b. Tahap pertandingan atau kompetisi
c. Tahap transisi
Tahap persiapan dibagi menjadi 2 tahap, karena masing masing tugasnya
berbeda. Tahap persiapan pada dasarnya memiliki perbedaan mengenai sifat latihan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

yang keduanya memiliki sub fase umum dan khusus, sedangkan fase pertandingan
umumnya memiliki sub fase sebelum pertandingan dan sub fase pertandingan
utama. Berikut dibawah ini penjelasan pada setiap tahap dalam program latihan:
1) Tahap persiapan
Dalam fase ini sangat penting dalam latihan sepanjang tahun.
Karena, diseluruh periode ini atlet dikembbangjkan secara disik, taktik dan
persiapan psikologinya dalam menghadapi pertandingan. Selama tahap
persiapan, volume latihan nya tinggi untuk menciptakan dasar yang baik.
Tujuan dari tahap ini adalah membentuk kembali atau mengembalikan
kondisi fisik. Ozolin dalam Bompa (1994) menggambarkan bahwa
meskipun masih bersifat umum, orientasi dan spesifikasi pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
a) Menguasai dan memperbaiki fisik secara umum.
b) Memperbaiki kemampuan biomotorik yang dituntut
dalam cabang olahraga.
c) Mengembangkan dan menyempurnakan Teknik.
d) Menumbuhkan ciri-ciri psikologi khusus.
e) Memperbaiki pengetahuan teoritis tentang teori dan strategi
latihan khusus terhadap olahraga yang bersangkutan
Tahap persiapan memerlukan waktu antara 3-6 bulan, tergantung dari
karakteristik cabang olahraga dan jenis rencana tahunan yang dipakai. Pada tahapan
persiapan jumlah latihan dalam training unitnya harus semakin meningkat sampai
akhir fase ini. Persiapan terbagi oleh dua tahap yaitu:
a) Tahap persiapan Umum (TPU)
Persiapan umum memiliki tujuan untuk mengembangkan kapasitas
kerja atlet, persiapan fisik umum serta memperbaiki Teknik maupun
gerakan dasar. Pada tahap ini volume latihan tinggi harus
mendapatkan penekanan yang menghubungkan latihan-latihan yang
ektstensif secara umum maupun khusus. Harre dalam Bompa (1994)
mengatakatan bahwa, 70% - 80% dari jumlah total waktu latihan harus
dialokasikan untuk mengembangkan daya tahan aerobik. Harre dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Bompa (1994) menambahkan bahwa waktu yang di alokasikan adalah


1/3 dari total waktu rencana tahunannya. Jenis latihan yang
dilaksanakan pada tahap persiapan ini, khususnya pada tahap
persiapan umum menunjukann faktor yang menentukan untuk fase
pertandingan dan dan kualitas hasil yang dicapai.
b) Tahap persiapan Umum (TPU)
Tahap Persiapan khusus adalah bentuk-bentuk latihan menjadi lebih
spesifik. Bentuk-bentuk latihan diarahkan kepada latihan khusus
yang langsung berhubungan dengan keterampilan atau pola Teknik
olahraganya Peningkatan yang proposional terhadap bentuk latihan
yang khusus dengan pengaruh langsung akan memudahkan peralihan
ke fase pertandingan. Nossek (1982) mengatakan, Volume
diturunkan sampai dengan 50% selama bagian khusus dari periode
persiapan, terutama karena meningkatnya intensitas. Karena beban
yang sangat tinggi pada bagian pertama adaptasi mengikuti setelah
penundaan tertentu. Penurunan volume berlangsung secara bertahan
dan terus menerus selama 2-4 minggu. Intensitas ditingkatkan
terutama di bagian persiapan khusus, pengkondisian khusus berarti
suatu peningkatan gerak. Struktur dan isi latihan juga berada dalam
beberapa perubahan. Latihan-latihan pengembangan umum
dikurangi dan hanya mengalihkan fungsi pemeliharaan kondisi
umum atlet. Pentingnya latihan-latihan khusus dan kompetensi
ditekankan.
Sejumlah kompetisi kontrol, latihan dan pertandingan
persahabatan harus dipersiapkan untuk atlet dalam berbagai kondisi
kompetisi seperti:

(a) Tipe lawan yang berbeda-beda.


(b) Cahaya suhu atau keadaan iklim yang berbeda.
(c) Mutu fasilitas kompetisi yang berbeda.
(d) Penonton dan suasana lain yang berbeda.
2) Tahap Kompetisi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Tahap ini memiliki tujuan mencapai kondisi fisik puncak/peak


performance dan memelihara setiap penampilan yang baik selama
periode kompetisi. Tahap pertandingan merupakan penyempurnaan
semua faktor latihan, yang bertujuan memperbaiki kemampuan untuk
dapat bertanding dengan kemampuan yang terbaik. Ozolin dan Bompa
(1994) menggunakan diantara tujuan umum dalam tahap pertandingan
adalah sebagai berikut:
(a) Sepanjang tahap pertandingan, Melanjutkan perbaikan
kemampuan biomotorik dan ciri psikologis sesuai dengan
kekhususan cabang olahraga.
(b) Menyempurnakan dan mematangkan taktik.
(c) Membentuk dan menyempurnakan gerakan-gerakan teknik
serta memperoleh pengalaman bertanding.
Fisik atlet harus dipertahankan pada tingkat yang diperolehnya
diakhir tahap persiapan, sebagai dukungan yang konstan dan
berkelanjutan untuk peningkatan prestasi latihan khusus dapat
memberikan jaminan perbaikan, stabilitas, dan konsistensi prestasi.
Tahap pertandingan dapaty dibagi menajdi dua bagian, tahap pra
pertandingan dan tahap pertandingan.

a) Tahap Pra Pertandingan


Tahap pra pertandingan bertujuan ikut serta dalam
berbagai jenis pertandingan atau eksebisi tidak resmi,
sehingga pelatih dapat mengamati sampai seberapa jauh
kesiapan dan dan seberapa jauh perkembangan timnya.
Dapat dilihat dari aspek latihan yang ada, semua yang
bertumpu selama tahap persiapan seperti fisik, taktik, dan
teknik.
b) Tahap pertandingan
Tahap pertandingan utama digunakan untuk
meningkatkan potensi atlet. Hal ini memberikan kemudahan
untuk prestasi yang luar biasa pada pertandingan utama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Bentuk-bentuk latihan pun harus mencerminkan seperti


dalam keadaan pertandingan sebenarnya. Bompa (1994)
mengatakan, volume latihan masih tetap tinggi pada cabang
olahraga dimana kemampuan daya tahannya dominan.
Koordinasi, kekuatan dan powernya harus sempurna, volume
latihan dapat dikurangi sebanyak 50%-75% dari tingkat yang
sudah dicapai selama tahap persiapan. Sebaliknya intensitas
ditingkatkan secara terus menerus mencapai tingkat tertinggi
dalam waktu 2-3 minggu menjelang pertandingan utama.

Pada tahap ini bertujuan untuk stabilitas dan realisasi


dari peak performance. Kondisi puncak yang telah terbentuk
dan distabilisasikan dengan peningkatan prestasi.
3) Tahap Transisi
Tahap ini adalah waktu untuk istirahat aktif/tidak istirahat
penuh, unuk menjamin agar kondisi fisik tetap dalam taraf tertentu,
tidak terlalu menurun. Para atlet butuh recovery bukan hanya secara
fisik, tetapi juga psikologis, recovery bersifat aktif. Atlet harus
melakukan berbagai aktifitas fisik lain yang tidak ada hubungannya
dengan cabang olahraganya. Aktifitas dalam tahap ini adalah
olahraga/latihan yang rekreatif tanpa target tertentu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

a. Faktor-faktor Pendukung pembinaan Prestasi


Usaha untuk mencapai pembinaan yang baik merupakan masalah yang rumit dan
kompleks dan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk mencapai pembinaan yang
baik tanpa didukung oleh bakat yang memadai merupakan pekerjaan sia-sia. Akan tetapi
bukan berarti bakat merupakan modal utama. Faktor latihan sama pentingnya dengan faktir
bakat, ibarat kedua faktor itu merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Usaha untuk mencapai pembinaan yang baik merupakan masalah yang rumit dan
kompleks dan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk mencapai pembinaan yang
baik tanpa didukung oleh bakat yang memadai merupakan pekerjaan sia-sia. Akan tetapi
bukan berarti bakat merupakan modal utama. Faktor latihan sama pentingnya dengan faktir
bakat, ibarat kedua faktor itu merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Pemanduaan dan pembinaan dalam perencaan untuk pencapaian prestasi olahraga
yang maksimal dibutuhkan tahap-tahap yang berkelanjutan. Menurut KONI pusat (1997:
A.4) Tahap pembinaan dibagi dalam empat tingkatan, yaitu Multirateral, Spesialisasi,
Pemantapan, Golden Age, dijelakan sebagai berikut:
1) Tahap Latihan Persiapan (Multirateral)
Tahap ini merupakan tahap dasar untuk memberikan kemampuan dasar
yang menyeluruh (multirateral) kepada anak dalam aspek fisik, mental, dan sosial.
Pada tahap dasar ini, anak yang berprestasi diarahkan ke tahap spesialisasi, akan
tetapi latihannya harus mampu membentuk tubiuh yang kuat dan benar, khususnya
dalam perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di tahapan
latihan berikutnya.
2) Tahap Latihan Pembentukan (Spesialisasi)
Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet
seperti yang diharapkan, sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing atau
sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk,
demikian pula keterampilan taktik, sehingga dapat digunakan atau dipakai sebahai
titik tolak pengembangan, serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

atlet dapat disepesialisasikan pada satu cabang olahraga yang paling cocok/sesuai
baginya.
3) Tahap Latihan Pemantapan
Profil yang telat diperoleh pada tahap pembentukan, lebih ditingkatkan
pembinaannya, serta disempurnakan sampai kebatas optimal atau maksimal. Tahap
pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal
mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak
prestasinya.
4) Golden Age
Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai
prestasi puncak (golden age). Tahapan ini didukung oleh program latihan yang
baikm dimana perkembangannya dievaluasi secara periodik. Dalam tahap latihan
pemantapan, keadaan atlet disiapkan untuk mencapai prestasi puncak. Di dalam
tahapa pembibitan pembinaan harus dilakukan secara terprogram, terarah dan
terencana dengan baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendukung
pembinaan merupakan hal sangat kompleks. Banyak faktor yang berpengaruh
dalam proses pembinaan sehingga dalam proses pembinaan perlu dilakukan mulai
dari hal yang paling kecil ke yang besar sehingga proses pembinaan dapat berjalan
dengan baik dan maksimal.
1) Faktor Endogen Pendukung Pembinaan
Untuk mencapai suatu pembinaan yang baik, tentunya dibutuhkan faktor
pendukung, misalnya faktor endogen. Menurut Depdiknas (2000: 24) pretasi
terbaik hanya akan dapat dicapai dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya
yang mencakup:
a) Kepribadian atlet
b) Kondisi fisik
c) Keterampilan teknik
d) Keterampilan taktis
e) Kemampuan mental
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Kelima aspet itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Bila salah satu terlalaikan,
berarti pelatihan tidak lengkap. Keunggulan salah satu aspek akan menutup kekurangan
pada aspek lainnya. Setiap aspek akan berkembang dengan memakai metode latihan yang
spesifik. Faktor pendukung prestasi dari faktor endogen dalam penelitian ini dibatasi pada
indikator atlet dan fisik, sebagai berikut:
a) Atlet
Atlet (sering dieja sebagai atlit) dari bahasa Yunani yang artinya athlos yang
berarti kontes adalah seseorang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga
kompetetif. Atlet ataua olahragawan adalah seorang yang menggeluti dan aktif
melakukan latihan untuk merai prestasi pada cabang yang dipilihnya. Menurut
Sukadiyanto (2005: 35) atlet juga merupakan individu yang memiliki bakat dan
pola perilaku pengembangannya dalam suatu cabang olahraga.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berprestasi
dalam cabang olahraga, dalam hal ini yaitu cabang olahraga sepakbola. Tujuan
seseorang menekuni cabang olahraga ini yakni berprestasi setinggi-tingginya sesuai
dengan kemampuan yang dikeluarkan secara maksimal. Prestasi yang didapat dari
seorang atlet akan membawa dirinya meraih suatu kehidupan yang disiplin,
tanggung jawab dan mempunyai daya juang tinggi di masa yang akan datang.
b) Fisik
Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam
mengembangkan teknik, takti, maupun strategi. Menurut Sugiyanto (1996: 38),
kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh dalam
melakukan aktivitas fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung
mengembangkan aktifitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat dilakukan
apabila kemampuan fisiknya memadai. Menurut Mochamad Sajoto (1995: 41),
kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh daru komponen-komponen yang tidak dapat
dis=pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaan. Artinya bahwa
di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus
berkembang. Status kondisi fisik dapat dicapai titik optimal jika melalui latihan
sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

berpendoman pada prinsip-prinsip dasar latihan. Status kondisi fisik seorang dapat
diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes kemampuan. Tes ini dapat
dilakukan di dalam laboratorium dan di lapangan. Kondisi fisik dapat mencapai
titik optimal jika latihan dimulai sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus.
Karena untuk mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang
mudah, harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu
sehingga mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa
menimbulkan efek dikemudian hari.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik merupakan
faktor yang sangat penting untuk menunjang pembinaan selain itu kondisi fisik
sangat berpengaruh dalam tahap perkembangan kemampuan seorang atlet. Kondisi
fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya mampu dan mudah
mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti
latihan maupun pertandingan, programlatihan dapat diselesaikan tanpa mempunyai
banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan berat. Kondisi fisik sangat
diperlukan oleh seorang atlet, karena tanoa didukung oleh kondisi fisik prima maka
pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala, dan musthail dapat
berpretasi tinggi.
2) Faktor Eksogen Pendukung Pembinaan Prestasi
a) Pelatih
Pelatih adalah seseorang yang memiliki kemampuan profesional
untuk membantu mengungkapkan potensi olahragawan menjadi
kemampuan yang nyata secara optimal dalam waktu relatif singkat
(Sukadiyanto 2005: 38). Untuk itu tugas utama pelatih adalah membimbing
olahragawan dan membantu mengungkap kompetensi yang dimiliki
olahragawan sehingga olahragawan dapat mandiri sebagai peran utama
mengaktualisasikan akumulasi hasil latihan dalam kancah pertandingan.
Pencapaian prestasi atlet yang dilatih dipengaruhi oleh kualitas pembinaan
seorang pelatih. Oleh karena itu, pelatih harus memenuhi kriteria sebagai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

pelatih yang baik. Menurut Soepardi (1998: 11) ada beberapa syarat unutk
menjadi seorang pelatih diantaranya sebagai berikut:
1) Latar belakang pendidikan yang sesuai dengan cabang olahraganya.
2) Pengalaman dalam olahraga, pengalaman sebagai seorang atlet dalam
sebuah tim boleh dikatakan suatu keharusan untuk seorang calon pelatih
karena hal ini sangat bermanfaat sekali bagi pekerjaannya kelak.
3) Sifat dan kualitas kepribadian, kepribadian seorang pelatih sangat
penting oleh karena dia nanti harus bergaul dengan personalitas-
personalitas yang beraneka ragam watak dan kepribadiannya.
4) Tingkah laku, tingkah laku seorang pelatih harus baik oleh karena
pelatih menjadi panutan bagi atlet.
5) Sikap sportif, dapat mengontrol emosi selama pertandingan dan
menerimaapa yang terjadi baik menang maupun kalah.
6) Kesehatan, kesehatan dan energi serta vitalitas yang besar penting
dimiliki oleh seorang pelatih.
7) Kepemimpinan, pelatih haruslah seorang yang dinamis yang dapat
memimpin dan memberikan motivasi kepada atletnya.
8) Keseimbangan emosi, kesungguhan untuk bersikap wajar dan layak
dalam keadaan tertekan atau terpaksa.
9) Imajinasi, kemampuan daya ingat untuk membentuk khayalan-khayalan
tetang objek-objek yang tidak tampak.
10) Humor, membuat atlet merasa relaks untuk mengurangi ketegangan.
Hal senada menurut Sukadiyanto (2005: 42) syarat pelatih antara
lain memiliki: 1) kemampuan dan keterampilan cabang olahraga yang
dibina, 2) Pengetahuan dan pengalaman di bidangnya, 3) Dedikasi dan
komitmen melatih, 4) memiliki moral dan sikap kepribadian yang baik.
Pelatih harus memahami cara-cara yang tepat untuk menimbulkan
motivasi atlet, sehingga akhirnya dengan kemauan sendiri atlet berusaha
menggapai target yang telah ditetapkan, untuk mencapai prestasi lebih
tinggi, memenangkan pertandingan atau memecahkan rekor sendiri (
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Sudibyo Setyobroto, 1992: 19). Dari bebagai pendapat di atas dapat


disimpulkan bahwa syarat pelatih yang baik, yaitu:
1) Mempunyai kondisi fisik dan keterampilan cabang olahraga yang baik,
meliputi: kesehatan dan pengeuasaan skill yang baik sesuai cabang
olahraga yang dibina.
2) Mempunyai pengetahuan yang baik, meliputi: pengalaman dan
pengeuasaan ilmu secara teoritis dan praktis.
3) Mempunyai kepribadian yang baik, meliputi: tanggung jawab,
kedisiplinan, dedikasi, keberanian, sikap kepemimpinan, humor,
kerjasama, dan penampilan.
4) Kemampuan psikis, meliputi: kreatifitas, daya perhatian dan kosentrasi,
dan motivasi.
b) Sarana Prasarana
Pencapaian yang baik dan prestasi yang maksimal harus didukung
dengan prasarana dana sarana berkuantitas dan berkualitas guna untuk
menampung kegiatan olahraga prestasi berarti peraltan yang digunakan
sesuai dengan cabang olahraga yang dilakukan, dapat digunakan secara
optimal mungkin dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi,
sehingga prestasi yang maksimal akan dapat tercapai. Menurut Soepartono
(2000: 5-6) dalam buku saran dan prasarana olahraga, bahwa:
(1) Prasarana
Yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya
suatu proses (usaha atau bangunan). Dalam olahraga prasarana merupakan
suatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang
relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah sulit dipindahkan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disebutkan beberapa contoh prasarana
olahraga ialah: lapangan sepakbola, lapangan, gedung olahraga (hall), dan
lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasarana berfungsi serbaguna yang
secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

olahraga. Semua yang disebutkan adalah contoh-contoh prasarana olahraga


dengan ukuran standar.
(2) Sarana
Istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari “facilities”, yaitu
sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan
kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
• Perlatan (apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: palang
tunggal, palang sejajar, gelang-gelang dan lainnya.
• Perlengkapan (device), yaitu: sesuatu yang melengkapi kebutuhan
prasarana, misalnya: cone, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-
lain, lalu sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan
tangan atau kaki, misal: bola, raket, pemukul dan lain-lain.
Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam
kegiatan olahraga pada masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran
standar. Sarana olahraga adalah sumberdaya pendukungyang terdiri dari
segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan olahraga. Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang
terdiri dari tempat olahraga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas
fisik yang statusnya jelas dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan unutk
pelaksanaan program kegiatan olahraga. Fasilitas olahraga memegang peran
sangat penting dalam usaha mendukung prestasi kemampuan peserta didik.
Tanpa adanya fasilitas olahraga maka proses pelaksanaan olahraga dapat
mengalami gangguan sehingga proses pembinaan olahraga juga mengalami
gangguan bahkan tidak berkembang.
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan hal yang harus
dipenuhi oleh suatu organisasi olahraga. Kemajuan atau perbaikan dan
penambahan jumlah fasilitas yang ada dapat menunjang suatu kemajuan
prestasi dan paling tidak dengan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan
prestasi. Fasilitas dapat pula diartikan kemudahan dalam melaksanakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

proses melatih yang meliputi peralatan dan perlengkapan tempat latihan.


Dengan demikian fasilitas sangat dibutuhkan karena merupakan sesuatu
yang dipakai untuk memperoleh atau memperlancar jalannya kegiatan
dalam pencapaian peningkatan prestasi.
c) Organisasi
Menurut Jones (2004) memberikan definisi bahwa “organisasi
adalah suatu alat yang dipergunakan oleh orang-orang untuk
mengkoordinasi kegiatan untukmencapai sesuatu yang meraka inginkan
atau nilai, yaitu untuk mencapai tujuan”. Dari tingkat pembinaan yang
umum (pemasalan) sampai yang paling khusus (pembinaan prestasi) perlu
dirancang pembinaan yang sesuai dengan pola piramida pembinaan
olahraga yang dianut dan disepakati sebagai metode yang paling efektif
untuk peningkatan prestasi olahraga Indonesia secara menyeluruh.
Keberadaan organisasi sebenernya setua sejarah peradaban manusia di
muka bumi. Sepnajang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah sekelompok
orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk merealisasi tujuan
bersama. Hamdan Mansoer (1989: 1) Organisasi yaitu suatu kesatuan yang
mempunyai struktur kerja yang sistematis.
Kegiatan olahraga termasuk juga pendidikan jasmani yang
mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan
manajemen yang baik. Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani
dihadapkan dengan kekurangan yang kronis, lemahnya dukungan, kecilnya
pendanaan yang disediakan dan kesulitan lain untuk menumbuhkan
programnya. Maka kemampuan mejerial sangat dibutuhkan yang intinya
adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (Rusli Lutan, 2000: 8-9).
Adapuan hakikat organisasi menurut Harsuki (2012: 117) adalah sebagai
alat administrasi dan manajemen, organisasi dapat ditinjau dari dua sudut
pandang, yaitu:
(1) Organisasi sebagai wadah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Sebagai wadah, organisasi adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan


administrasi dan, managemen sehingga bersifat relatif statis. Setiap
organisasi perlu memiliki suatu pola dasar struktur organisas yang relatif
permanen. Dengan semakin kompleksnya tugas-tugas yang harus
dilaksanakan seperti berubahnya tujuan, pergantian pimpinan, beralihnya
kegiatan, semuanya yang menuntut adanya perubahan dalam struktur suatu
organisasi.
(2) Organisasi sebagai proses.
Organisasi sebagai proses menyoroti interaksi antara orang-orang di
dalam organisasi itu. Oleh karena itu, organisasi sebagai proses jauh lebih
dinamis sifatnya dibandingkan dengan organisasi sebagai wadah. Hasil dari
perorganisasian ialah terciptanya suatu organisasi yang dapat digerakan
sebagai suatu kesatuan dalam rangka upaya pencapaian tujuan yang telah
ditentukan, menurut perencanaan yang telat ditetapkan. Dengan demikian
apabila demikian halnya, maka suksesnya administrasi dan manajemen
dalam melaksanakan fungsi pengorganisasiannya dapat dinilia dari
kemampuannya untuk menciptakan suatu organisasi yang baik.
Lebih lanjut menurut Harsuki (2012: 117) yang
dimaksud dengan organisasi yang baik adalah suatu
organisasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a)
Terdapat tujuan yang jelas b) Tujuan organisasi harus
dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi. c) Tujuan
organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam
organisasi, d) Adanya kesatuan arah, e) Adanya kesatuan
perintah, f) Adanya keseimbangan antara wewenang
dantanggung jawab seseorang, g) Adanya pemberian
tugas, h) Struktur organisasi harus disusun sesederhana
mungkin, i) Pola dasar organisasi harus relatif permanen,
j) Adanya jaminan jabatan (security of tenure), k) Balas
jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

dengan jasa yang diberikan, l) Penempatan orang harus


sesuai dengan keahliannya.
Selain itu, menurut Jerome Quartyerman (2003) yang dikutip oleh
Harsuki (2012: 19) ciri-ciri sasi yang baik adalah:
• Suatu koleksi dari individu maupun kelompok.
• Berorientasi pada tujuan.
• Struktur yang tepat.
• Koordinasi yang tepat.
• Batas-batas yang teridentifikasi
Berdasrkan berbagai pendapat tersebut menunjukan adanya
kesamaan aspek atau komponen yang terdapat dalam manajemen, yaitu
perencanaan, perorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang
kesemuanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum manajemen merupakan rangkaian kegiatan untuk
mengarahkan seluruh potensi yang ada, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya, untuk memperoleh suatu dukungan dalam usaha
mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.
d) Lingkungan
Menurut Sukadiyanto (2005: 4-5) Lingkungan yang tepat
menunjang pembinaan adalah:
(1) Lingkunagn secara umum, khususnya lingkungan sosial.
(2) Keluarga, khususnya orantua.
(3) Pembinaan dan pelatih: para ahli sebagai penunjang dan para pelatih yang
membentuk dan mencetak langsung agar semua komponen yang dimiliki
muncul dan berprestasi setinggi mungkin.
Atlet adalah manusia biasa yang memiliki kebutuhn umum, antara
lain: kebutuhan makan dan minum, pakaian, rumah sebagai tempat
pertumbuhan, kebutuhan akan perhatian, penghargaan dan kasih sayang.
Kebutuhan khusus bagi atlet antara lain: pakaian, olahraga, peralatan
olahraga, dorongan motivasi dari orang lain, yaitu orang tua.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Menurut Sukadiyanto (2005: 17) menjelaskan faktor-faktor yang


mempengaruhi lingkungan atlet dalam olahraga diantaranya:
a) Faktor penonton
b) Faktor wasit, pembantu wasit
c) Faktor cuaca
d) Faktor fasilitas dan prasarana
e) Faktor organisasi pertandingan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga sangat


berpengaruh besar dalam proses pembinaan atlet karena di lingkungan itulah
seorang atlet dapat memenuhi banyak kebutuhan untuk berkembang. Didalam
keluarga itulah seorang atlet tinggal dan hidup sepanjang hari, maka dari itulah
lingkungan keluarga yang baik tentunya seorang atlet juga dapat berkembang
secara baik pula.

A. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Arifiani Widyastuti yang berjudul “Penerapan
Fungsi-fungsi Manajemen pada Klub Atletik di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2008”
b. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Tri Kuncoro yang berjudul “ Pembinaan
Prestasi Olahraga Pada Kelas Plus Olahraga di SMA Negeri 5 Kota Magelang
Tahun 2010”
B. Kerangka Berfikir
Pencapaian prestasi dalam olahraga tidak dicapai dengan begitu saja dan dalam
waktu yang singkat, melainkan harus bertahap dan secara kontinyu. Prestasi maksimal
tentunya perlu faktor-faktor pendukung di dalamnya. Di Kota Solo sendiri sebenarnya
olahraga futsal cukup maju, hal ini ditunjukkan dengan adanya klub olahraga futsal, dan
sarana yang digunakan juga sangat standar. Akan tetapi, prestasi olahraga futsal di Kota
Solo teruntuk di pembinaan prestasi olahraga futsal Fkor Universitas Sebelas Maret malah
mengalami kemunduran, hal ini tentunya harus dicari penyebabnya. Apakan dari faktor
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

endogen, yaitu atlet dan fisik, ataukah dari faktor eksogen, seperti pelatih, sarana dan
prasarana, dan pendanaan.
Pertama faktor endogen yaitu atlet, atlet adalah seseorang yang menggeluti dan
aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang yang dipilihnya. Atlet akan
dibina agar menjadi atlet yang beprestasi, di sini akan dicari tahu seperti apa atlet dibina
dan dikelola agar dapat berprestasi. 36 Selanjutnya kondisi fisik, apakah kondisi fisik atlet
sudah baik atau belum, kondisi fisik atlet akan dicari tahu apakah baik atau buruk.
Faktor eksogen yaitu pelatih, sarana prasarana dan organisasi. Yang pertama
pelatih, apakah pelatih di sini merupakan pelatih yang berkompeten di bidangnya dan akan
dicari tahu bagaimana cara pelatih membina para atlet agar dapar berprestasi maksimal.
Lalu ada sarana prasarana, sarana prasarana olahraga jelas faktor yang sangat mendukung
untuk pembinaan yang baik, apakah sarana prasarana ini sudah mencukupi untuk
menunjang pembinaan.
Pembinaan harus dilakukan dengan menggunakan segala usaha serta
kemampuannya hingga mencapai batas akhir. Pembinaan tidak hanya dapat tercapai oleh
satu atau dua orang saja, disitulah terdapat perpaduan yang sempurna antara tenaga
jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Untuk mencapai pembinaan dan hasil yang maksimal
membutuhkan waktu yang cukup lama 37 dan harus dilakukan secara kontinyu. Untuk
mencapai pembinaan yang maksimal diperlukan faktor-faktor yang saling menunjang,
selain itu harus didukung pula oleh faktor pendukung yang lain. Bagan penetu prestasi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Gambar 2. Bagan Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai