Anda di halaman 1dari 24

FORMULASI SEDIAAN

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT

Oleh:

NAMA : UMY KALSUM

NIM : 22018065

KELAS : TRANSFER B 2022

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH:

Muhammad Iqbal Ismail, S.Farm., M.M., CLSP, CSEP

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2023
A. Kajian Preformulasi Tablet
Rancangan formula
Tiap 650 mg mengandung :
Vit C Zat Aktif
Avicel Pengisi
PVP Pengikat
Amylum Penghancur
Mg stearat Pelincir
Talk Glidan

a. Studi pasar ( Hufavice, Vitalong Enervon C, Nature’s Way C)


b. Studi Fisikokimia dan Farmakologi
1. Sifat fisikokimia
a). Pemierian
Berwarna putih atau kuning terang, non hidriskopis, tidak
berbau, serbuk kristal, atau kristal tajam tidak berwarna, rasa
asam bias berubah menjadi gelap bila terkena cahaya.
b). Kelarutan
Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam
3,5 bagian air, dalam 35 bagian etanol 95%, 1 dalam 50 bagian
etanol
c). Titik Didih
Kurang lebih 1900C (monografi 10:11)
d). Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
2. Sifat farmakologi
a). Khasiat
Vitamin c dapat diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan skorbut (defistensi vitamin C) khasiatnya yang
terpenting adalah pada dosis terapeutis yang cukup tinggi
berdaya antiviral kuat dan antibakteri yang diperkirakan
berdasarkan sifat antioksidannya (Drs, Tan Hoan Tjay :
2007.855).
b). Absorbsi
Vitamin C diabsorbsi melalui saluran cerna pada bagian
atas usus halus secara difusi lalu masuk ke peredaran darah
melalui vena porta. Vitamin C akan dieliminasi melalui urine
yang sudah diekskresi dari ginjal
c). Distirbusi
d). Metabolisme
e). Ekskresi
f). Mekanisme kerja
g). Indikasi
Meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan
sariawan karna defisiensi vitamin C
h). Efek samping
Vitamin C dengan dosis lebih dari 1g/hari dapat
menyebabkan diare. Hal ini terjadi karna efek iritasi langsung
pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan
pariestaltik ( journal biomedik, 2012)
i). Dosis
Usia 8-13 tahun sehari 1 kali 1 tablet
Diatas 14 tahun sehari 2 kali 1 tablet
j). Aturan pakai
Gunakan sesuai dosis yang di anjurkan
k). Bentuk sediaan
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat, baik dalam
bentuk tablet, dan cairan yang mengandung 5-_1500 mg
maupun dalam bentuk larutan utnuk suntikan terdapat vitamin
C 100-500 mg. vitamin c dalam bentuk tablet berisi 500 mg, dan
dalam bentuk cairan berisi 1000 mg (Goodman dan Gilman
2008)
l). Pertimbangan formula
B. Pemilihan bahan baku dan formula sediaan
a). zat aktif : Asam askorbat
alasan penggunaan karna asam askorbat berfungsi untuk
antioksidan
b). Bahan pengisi : Avicel
Alasan penggunaan karna bobot zat aktif dalam 1X dosis
sedikit untuk dibentuk dan dibuat bulk dan tidak mencukupi bobot
total tablet. Bobot yang diinginkan untuk 1 tablet adalah 500 mg
sehingga ditambahkan sukrosa sebagai pengisi.
c). Bahan pengikta larutan : PVP
Alasan penggunaan karena dalam formulasi granulasi kering
larutan PVP dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk,
diperlukan untuk membentuk granul.
d). Bahan Penghancur : Amilum kering
Alasan penggunaan karena sediaan tablet sukar untuk segera
hancur ketika kontak dengan cairan lambung. Sedangkan sediaan
tablet yang mudah pecah menjadi granul ketika berkontak dengan
cairan pada saluran cerna, sehingga terjadi pelepasan zat aktif
sehingga ditambah amilum kering sebagai penghancur.
e). Bahan Pelincir
 Lubrikan : mg stearat
Alasan penggunaan karena kemungkinan tablet
sulit dikeluarkan dari ruang die dan terjadi gesekan antara
punch dan die yang dapat menyebabkan bentuk tablet
yang tidak rata. Sedangkan yang diinginkan tablet mudah
dikeluarkan dari ruang die dalam bentuk tablet utuh. Maka
ditambahkan mg stearat sebagai lubrikan membantu
memperbaiki fluidity dan compactibilitas zat aktifnya)
 Antiadheren dan glidant : Talk
Alasan penggunaan karena massa cetak
kemungkinan lengket pada permukaan punch dan die
karena pengeringan yang kurang sempurna. Sedangkan
yang diinginkan massa cetak tidak lengket pada
permukaan punch dan die sehingga dihasilkan tablet yang
sempurna, tidak mudah terjadi sticking. Maka
ditambahkan talk sebagai antiadheren membantu
memperbaiki fluidity dan compactibilitas zat aktifnya"
C. Alur dan proses pembuatan sediaan
a). Disiapkan alat dan bahan
b). Ditimbang semua bahan yang akan digunakan
c). Dimasukkan bahan fase dalam kedalam lumpang gerus
hingga homogen
d). Disemprotkan etanol hingga membentuk massa yang dapat
dikepal
e). Diayak massa granul dengan mesh 10 dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan
f). Dilakukan evaluasi granul hingga memenuhi syarat
g). Ditimbang bahan-bahan fase luar
h). Dimasukkan semua granul kedalam lumping dan
ditambahkan bahan-bahan fase luar dan diaduk hingga
homogen
i). Massa siap untuk dimasukkan kedalam mesin untuk dicetak
j). Setelah selesai dicetak,dilakukan evaluasi tablet
k). Jika telah memenuhi syarat,tablet dimasukkan kedalam
wadah diberi etiket
D. Evaluasi
1. Uji kualitas granul dan massa
a). Loss on drying (granul)
Menurut (Elisabeth, 2018) syarat kandungan lembab yang
baik itu adalah 2-4 %
b). Sifat alir
Aliran granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 100 gram granul tidak lebih dari 100 detik
(Voight, 1994). Prosedur kerja untuk memperoleh granul
dengan kualitas yang baik yaitu sebanyak 100 gram granul
dimasukkan kedalam corong yang tertutup bagian bawahnya,
penutup dibuka dan dihidupkan stopwatch hingga semua
granul keluar dari corong dan dicatat waktunya (Elisabeth,
2018)
c). Kompresibilitas
Ditimbang 50 gram massa granul dimasukkan dalam gelas
ukur 100 ml, lalu diukur volumenya awalnya. Berat jenis bulk
yaitu massa dalam gelas ukur diketuk-ketuk dari ketukan
10,50,100,500 dan 1250 dari ketinggian 2,5 cm sampai
volumenya tetap (Elisabeth, 2018).
d). Distribusi ukuran partikel
Ayakan disusun secara vertikal mulai dari ayakan yang
paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus di bawah.
Kemudian digoyang (agitasi) secara mekanik. Sejumlah berat
tertentu sampel ditempatkan pada ayakan teratas (Elisabeth,
2018).
e). Homogenitas
-
2. Uji kualitas fisik
a). Pemerian
Dilihat secara langsung mulai dari bentuk,warna, bau dan
rasa dari sediaan kapsul yang dihasilkan (Elisabeth, 2018).
b). Keseragaman bobot
Keseragaman bobot. Dua puluh tablet vit C ditimbang satu
per satu, kemudian rerata bobot tablet, penyimpangan bobot,
Standart deviasi serta Coefficient of Variation dihitung dengan
rumus (Rahayu et al., 2017).
c). Waktu hancur
Diambil 2 tablet kemudian kedalam masing-masing taung
basket yang akan diperiksa satu persatu disusul dengan cakram
penuntun, kemudian tablet dimasukkan kedalam bekker yang
berisi 1 Liter air pada suhu (37 ± 2) ᵒC sebagai media. Basket
dijalankan dengan frekuensi 30 kali permenit. Waktu yang
dipersyaratkan adalah tidak bolh lebih dari 15 menit.
d). Kekerasan
Alat hardness tester, diambil 20 tablet acak, kekerasan
diukur luas permukaan tablet dengan beban (kg)
e). Ketebalan
-
f). Kerenyahan
-
3. Uji kualitas kimia
a. Disolusi
Alat metode paddle, masukkan satu tablet pada masing-
masing tabung disolusi, jalankan alat, pengambilan sampel 5 ml
pada selang waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim2001Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang


BaikBadan POM, Jakarta

Dengan Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho Dan Pengaruhnya Pada
Sifat Fisik Granul. PHARMACON.,Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 7 (4).

Ditjen POM1995, Farmakope IndonesiaEdisi IV, Departemen Kesehatan


Replubik IndonesiaJakarta (4) British Pharmacopoeia Commission
Office, 2009, British Pharmacopoeia Volume I & IThe Department of
Health, Social

Elisabeth,V., Yamlean,P,V,Y., Supriati, H, S. 2018. Formulasi Sediaan Granul

Rahayu, S., Azhari, N. dan Ruslinawati, I. (2017). Penggunaan Amylum


Manihot Sebagai Bahan Penghancur Dalam Formulsi Tablet Ibuprofen
Secara Kombinasi Ekstragranular, Intragranular. Journal of Current
Pharmaceutical Sciences, 1(1), pp. 6-11

Rowe, R.CSheskey, P.J and Owen, S.C, 2009 Handbook of Pharmaceutical


Excipients6th Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
AssociationUSA

Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed Solid ProductsSix


EditionPharmaceutical Press and American Pharmacists
AssociationUSA

Services and Public SafetyLondon (5) LachmanLeon1994Teori dan Praktek


Farmasi Industri Edisi Ketiga, UI pressJakarta
A. KAJIAN FORMULASI KAPSUL
Aminofilin 100 mg zat aktif
laktosa QS pengisi
Amilum 10% penghancur
Talk 7% glidan
Magnesium stearate 1% pelincir
Mucilago amily 10% pelarut

a). Studi pasar (Aminophylline, Decafil, Erphafillin)


b). Studi Fisikokimia dan Farmakologi
1. Sifat fisikokimia
a). Pemierian
Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan, bau lemah mirip
amoniak,, rasa pahit (FI ED III HAL 82)
b). Kelarutan
Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin
menjadi keruh, praktis tidak larut dalam etanol (95%) p dan dalam
eter p.(FI ED III HAL 82)
c). Titik Didih
169-10,5oC, Kurang lebih 1900C (monografi 10:11
d). Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik (FI ED III HAL 82)
2. Sifat farmakologi
a). Khasiat
Bronkodilator, antispasmodikum, diuretikum
b). Absorbsi
Melalui mukosa mulut
c). Distirbusi
Sekitar berkisar 0,3 hingga 0,7 L/Kg.
d). Metabolisme
Hepatik; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien
lebih dari 1 tahun, 90% metabolisme terjadi di hati. Metabolit aktif:
3-methylxanthine; caffeine (tidak ditemukan pada pasien dewasa,
diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat
menyebabkan efek farmakologi
e). Ekskresi
Pada ginjal
f). Mekanisme kerja
Aminofilin sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi
utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan
stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway
stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti.
Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan
2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE
IVSedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan
aktivitas molekular yang lainTeofilin juga dapat meningkatkan
kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca
melalui Adenosin-mediated Chanels
g). Indikasi
h). Efek samping
Vitamin C dengan dosis lebih dari 1g/hari dapat menyebabkan
diare. Hal ini terjadi karna efek iritasi langsung pada mukosa usus
yang mengakibatkan peningkatan pariestaltik ( journal biomedik,
2012)
i). Dosis
Maksimum sekali 500 mg sehari 1,5 g
j). Aturan pakai
Gunakan sesuai dosis yang di anjurkan
k). Bentuk sediaan
Kapsul
l). Pertimbangan formula
B. Pemilihan bahan baku dan formula sediaan
a). Alasan aminofilin
Karna aminofilin berfungsi untuk indikasi obstruksi saluran nafas
reversible dan asma akut berat. Aminofilin digunakan dosis
besar, kurang kompartibel dan sifat alir zat aktif kurang baik
sehingga dapat digunakan metode granulasi basah
b). Talcum
Karna memiliki sifat sebagai pelican sehingga tidak mudah
melekat pada cetakan
Talk digunakan sebagai glidan, glidan berfungsi agar granul atau
massa yang akan dimasukkannkedalam kapsul tidak terjadi
gesekan dan dapat mengalir dengan baik.
c). Mg stearate
Karna dapat melancarkan aliran granul dan mencegah
menempelnya granul
Mg stearate berfungsi sebagai lubrikan untuk mengurangi
gesekan antara cangkang kapul (wulandari dkk 2020)
d). Amilum
Menurut rowe et al 2009 penggunaan amilum sebagai
penghancur yaitu pada konsentrasi 5-10% semakin tinggi
konsentrasi bahan penghancur yang ditambahkan pada suatu
formula maka waktu hancur yang dipilih adalah konsentrasi yang
paling tinggi
C. Alur dan proses pembuatan sediaan
a). Disiapkan alat dan bahan
b). Ditimbang Aminophyllin, starch, talk, magnesium stearate
c). Pembuatan mucilago: Dimasukkan amylum kedalam beker gelas,
ditambahkan 3 bagian air panaskan larutkan amylum di atas untuk
water bath hingga menjadi mucilage.
Dicampur zat aktif, ditambahkan amylum, ditambhakan mg stearate
lalu aduk ad homogen
d). Tambhakan bahan pengikat (mucilage amilum starat )l.a sampai
terbentuk massa granul yang baik lalu di ayak dengan pengayak no
12.
e). Granul basah dikeringkan dengan FBD selama 15 menit.
f). Setelah kering diayak lagi dan ditambah bahan pelican (mg stearate
dan talk) dicampur ad homogen
g). Dimasukkan campuran tersebut dalam kapsul tambahkan larutan
h). Dikeringkan granul dalam oven kurang lebih 1,5 jam sampai kering,
setelah kering diayak dengan pengayakan no 15
i). Dimasukkan campuran tersebut dalam cangkang kapsul
menggunakan alat
j). Setelah selesai bersihkan kapsul dan lakukan uji evaluasi
1). Dasar pemilihan bahan :
a). Zat aktif : Aminofilin
Karna aminofilin berfungsi untuk indikasi obstruksi
saluran nafas reversible dan asma akut berat. Aminofilin
digunakan dosis besar, kurang kompartibel dan sifat alir zat
aktif kurang baik sehingga dapat digunakan metode granulasi
basah
b). Talcum
Karna memiliki sifat sebagai pelican sehingga tidak mudah
melekat pada cetakan
Talcum merupakan glidan yang baik karna dapat
meningkatkan fluiditas yang akan dikempa, sehingga massa
tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam
(sulaiman 2007)
c). Magnesium stearate
Karna dapat melancarakan aliran granul dan mencegah
menempelnya granul
Mg stearat berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk atau
granul sehingga memperbaiki sifat alir dengan memperkuat
gesekan antar partikel (rowe 2009)
d). Amilum
Dapat digunakan sebagai penghancur/desintegrant (wardani
dan septiani 2022). Penghancur/ desintegrant merupakan
eksipient yang berfungsi untuk memfasilitasi hancyrnya
kapsul ketika terjadi kontak dalam saluran cerna. Bahkan
penghancur terdesintegrasi dalam lambung supaya bahan
aktif dapat diasorbsi.
e). Laktosa
Laktosa degunakan sebagai pengisi untuk memenuhi bobot
tablet yang diinginkan, dimana laktosa memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik. sehingga dapat memperbaiki sifat
alir zat aktifyang kurang baik.(septiarin 2022)
D. Evaluasi
1. Uji kualitas granul dan massa
a). Loss on drying (granul)
b). Sifat alir
Aminofilin digunkan dosis besar, kurang kompertibel dan sifat alir
zat aktif kurang baik sehingga dapat digunakan metode granulasi
basah.
c). Kompresibilitas
Ditimbang 50 gram massa granul dimasukkan dalam gelas ukur
100 ml, lalu diukur volumenya awalnya. Berat jenis bulk yaitu
massa dalam gelas ukur diketuk-ketuk dari ketukan
10,50,100,500 dan 1250 dari ketinggian 2,5 cm sampai
volumenya tetap (Elisabeth, 2018).
d). Distribusi ukuran partikel
Ayakan disusun secara vertikal mulai dari ayakan yang paling
kasar diletakkan diatas dan yang paling halus di bawah.
Kemudian digoyang (agitasi) secara mekanik. Sejumlah berat
tertentu sampel ditempatkan pada ayakan teratas (Elisabeth,
2018)..
e). Homogenitas
-
2. Uji kualitas fisik
a). Pemerian
Dilihat secara langsung mulai dari bentuk,warna, bau dan rasa
dari sediaan kapsul yang dihasilkan (Elisabeth, 2018).
b). Keseragaman bobot
Menurut (Dirjen POM, 1979) kapsul dengan bobot rata-rata lebih
dari 120 mg tidak boleh memiliki perbedaan dalam persen bobot
isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata isi kapsul lebih dari 7,5 %
dan 15 %.
c). Waktu hancur
Menurut (Dirjen POM, 1979) syarat uji waktu hancur kapsul yaitu
dibawah 15 menit.
d). Kekerasan
Uji kekerasan dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanis
suppositoria saat diberi tekanan dan dilakukan dengan
menggunakan alat uji kekerasan suppositoria
e). Ketebalan :
f). Kerenyahan :
3. Uji kualitas kimia
a). Disolusi
Menurut Dirjen POM dalam waktu 30 menit harus larut
tidak kurang dari 80 % dari jumlah yang tertera pada etiket
DAFTAR PUSTAKA

Anonim2001Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang


BaikBadan POM, Jakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Ditjen POM1995, Farmakope IndonesiaEdisi IV, Departemen Kesehatan


Replubik IndonesiaJakarta (4) British Pharmacopoeia Commission
Office, 2009, British Pharmacopoeia Volume I & IThe Department of
Health, Social

Elisabeth,V., Yamlean,P,V,Y., Supriati, H, S. 2018. Formulasi Sediaan Granul


Dengan Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho Dan Pengaruhnya
Pada Sifat Fisik Granul. PHARMACON.,Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 7
(4).

Rowe, R.CSheskey, P.J and OwenS.C2009, Handbook of Pharmaceutical


Manufacturing Formulations Compressed Solid ProductsSix
EditionPharmaceutical Press and American Pharmacists
AssociationUSA
A. KAJIAN FORMULASI SUPPOSITORIA
Diazepam 0,005g zat aktif
Peg 1000 10,344g komponen basis
Peg 4000 0,431g komponen basis
Twin 80 0,022g surfaktan

a. Studi pasar (Nozepav, Pronalges, Valium Diazepam, Pronalges).


b. Studi Fisikokimia dan Farmakologi
1. Sifat fisikokimia
a). Pemierian : serbuk hablur putih atau hamper putih,
tidak berbau (Dirjen POM, 1979)
b). Kelarutan : 1g 330 ml air, sukar larut dalam air
c). Titik Didih : 133 oC; 131 oC
d). Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Sifat farmakologi
a). Khasiat : antikejang, relaksan otot dan obat sedatif
b). Absorbsi :-
c). Distirbusi :-
d). Metabolisme :-
e). Ekskresi :-
f). Mekanisme kerja : bekerja dengan cara meningkatkan efek
GABA (Gamma aminobutyric acid) diotak). GABA neurotransmitter
(suatu senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling
berkomunikasi) yang menghambat aktifitas diotak. Kerja utama
diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam GABA
sebagai mrdiator pada sistem saraf pusat.
g). Indikasi : sebagai pemakaian jangka pendek pada
ansietas derajat ringan hingga sedang, insomnia, status epilepticus,
kejang demam, spasme otak,
h). Efek samping : manifestasi perilaku agresif, iritabel, hingga
halusinasi.
i). Dosis : 0,4-6 mg/kg dosis rektal suppositoria
atau rektal diazepam 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang
dari 10 mg dengan berat di atas 10 kg. dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun dan dosis 7,5 mg diatas 3 tahun.
j). Aturan pakai : Diazepam per rektal adalah 0,5
mg/Kg obat pilihan pertama karna kerjanya sangat cepat, untuk
anak yang mengalami kejang berkepanjangan dapat diberikan
diazepam rektal.
Diazepam dalam larutan rektal 0,5 mg sampai 10 mg sekali.
k). Bentuk sediaan : Suppositoria
B. Pemilihan bahan dan formulasi sediaan
a). Alasan dibuat suppositoria Diazepam
Karna dapat dimetabolisme oleh hati menjadi dalam bentuk inaktif.
Oleh karna itu dibuat dalam bentuk sediaan suppositoria yang tidak
melalui hati.
b). Penggunaan PEG sebagai basis
Basis manapun yang digunakan obat harus didispersikan secara
homogen didalamnya, tetapi obat tersebut harus dapat dilepaskan
dengan laju yang dikehendaki pada cairan-cairan tubuh. Oleh
karena itukelarutan bahan-bahan aktif dalam air atau terlarut lainnya
harus diketahui jika obat larut dalam airmaka basis lemak dengan
angka air dipilih, sebalikny jika obat tersebut sangat mudah larut
dalam lemaksuatu basis tipe air yang ditambahkan surfaktan untuk
menambah kelarutanmungkin merupakan pilihan utama
(Lachman1184).
Tidak digunakan basis larut air seperti gelatin-gliserin, karena basis
ini paling sering digunakan dalam pembuatan suppositoria
vaginaDimana memang diharapkan efek setempat yang cukup lama
dan unsur obatnya (Ansel,583)
c). Penggunaan surfaktan
 Campuan PEG dapat digunakan sebagai basis suppositoria.
Dimana campuran PEG ini memiliki banyak kelebihan
dibandingkan basis. lemakMisalnya titik leleh suppositoria
dibuat lebih tinggi untuk menahan paparan iklim
hangatpelepasan obat yang tidak tergantung pada titik
lebur/leleh stabilitas fisik dalam penyimpanan baiksuppositoria
dapat segera larut dengan cairan rektum(Lachman1174)
 Basis dengan kombinasi PEG 1000 dan PEG 4000 ini
mempunyai titik leleh rendah dan berguna bila diinginkan
penghancuran yang cepat
Konsentrasi: Untuk PEG 1000 96 %
Untuk PEG 4000 4%
dimana formula ini telah ditetapkan sebagai basis 1 yaitu
kombinasi PEG 1000 dan 4000 yang konsentrasinya juga telah
ditetapkan. (Excipient 518-519, Excipient 1983, 209-211)
 Penggunaan basis PEG 1000 karena basis ini memiliki titik lebur
37°C- 40°C dan kelembaban sekitar 0,585% dan penggunaan
basis PEG karena memiliki titik lebur 50°C-58°C dan
kelembaban sekitar 0,300%
 Penggunaan Tween 80, karena telah ada pengujian tentang
pengaruh konsentrasi PEG 4000 terdapat uji disolusi dengan
menggunakan surfaktanDimana tween 80 merupakaan
surfaktan non ionik dan memiliki keuntungan yaitu tidak toksik
dan tidak iritatif, dapat bercampur dengan semua bahan obat,
netral dan stabil terhadap trolit dan zat ionik.
C. Alur dan proses pembuatan
a). Ditimbang diazepam sebanyak 0,005 gTween 80 sebanyak
0,22 g 1000 10,344 g dan PEG 4000 0,431
b). Dimasukkan diazepam kedalam lumpang dan digerus hingga
halus
c). Dileburkan kombinsi PEG 4000 dan 1000 diatas waterbath pada
suhu 50°C
d). Ditambahkan tween 80 kedalam campuran basis setelah itu
diaduk hingga homogen
e). Dimasukkan diazepam kedalam campuran tersebutdiaduk
hingga homogen
f). Dimasukkan seluruh campuran hasil leburan kedalam cetakan
g). Dimasukkan kedalam lemari pendingin kurang lebih 15 menit
h). Dikeluarkan supositoria dari cetakn
i). Dibungkus dengan aluminium foil
j). Dimasukkan kedalam kemasan
k). Dimasukkan kedalam dus yang telah berisi brosur

D. Evaluasi
1). Uji kualitas granul dan massa
a). Loss on drying :-
b). Sifat alir :-
c). Kompresibilitas :-
d). Distribusi ukuran partikel : -
e). Homogenitas
Pengujian homogenitas pada sediaan suppositoria dapat
dilakukan dengan melakukan pada pengamatan suppositoria
yang telah dibelah secara horizontal dan vertical. Homogenitas
zat aktif yang baik pada sediaan ditandai dengan tidak adanya
perbedaan warna pada semua bagian, tidak hanya bagian luar
namun bagian dalam dari sediaan suppositoria (Nuryanti et al,
2016)

2). Uji kualitas fisik disesuaikan


a). Uji keseragaman bobot
Suppositoria di timbang sebanyak 10 buah, diambil secara acak.
Lalu ditentukan bobot rata-ratanya. Persyaratan tidak boleh lebih
dari 2 suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang
lebih dari 5% dan 10 % berdasarkan bobot rata-ratanya
b).Uji suhu lebur
Alat yang digunakan dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan
prinsip kerja alat uji suhu lebur suppositoria, dimana satu
suppositoria dimasukkan dalam wadah khusus, lalu suhu air
pada bejana dikontrol pada suhu 37 0C, dengan cara
dimasukkan thermometer pembantu untuk mengecek suhu air di
dalam bejana. Kemudian diamati suhu pada saat suppositoria
mulai melebur dan di catat
sebagai suhu lebur suppositoria. Persyaratan suhu lebur adalah
suppositoria melebur sempurna pada temperatur tetap 37 0 C
c). Uji waktu lebur
Alat yang digunakan diirangkai sedemikian rupa sesuai dengan
prinsip kerja alat uji waktu lebur supposittooria, dimana satu
suppositoria dimasukkan dalam wadah khusus, lalu suhu air
pada bejana dikontrol pada suhu 36,50C, dengan cara
dimasukkan thermometer pembantu untuk mengecek suhu air di
dalam bejana. Kemudian diamati suppositoria mulai melebur
dengan itu bersamaan nyalakan stopwatch dan catat waktu yang
dibutuhkan suppositoria untuk melebur sepenuhnya
d). Uji kekerasan
Alat pengujian kekerasan terlebih dahulu ditimbang rangkaian
alat suppositoria, kemudiaan masukkan suppositoria pada
rangkaian alat, dan ditambahkan beban pada dudukan anak
timbangan secara bertahap, sehingga batang penekan akan
bergerak dan memberi tekanan pada suppositooria yang berada
pada batang penekan, sembari diamati kekuatan suppositoria
hingga hancur atau rapuh. Beban ditambahkan selama
suppositoria belum hancur dan beban yang diperlukan dicatat
sehingga masing-masing suppositooria hancur.
3). Uji kualitas kimia
a). uji disolusi
digunakan untuk menahan sampel ditempatnya dengan
kapas, saringan, kawat dan manik-manik gelas
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. 1985Pengantar bentuk sediaan farmasiJakarta: Universitas


Indonesia Press
Dirjen POM. 1979Farmakope Indonesia Edisi IIIJakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Jones, D. 2008Pharmaceuties Dosage Form and DesignLondon
Pharmaceutical Press
Lachman1989Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi IIIJakartaUI Press
RoweR2004Handbook of Pharmaceutical Excipient EditionWashington
Pharmaceutical Press
SweetmanS.C2009Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Sixth
EditionLondonPharmaceutical Press

VoightR1995Buku Pelajaran Teknologi FarmasiYogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Anda mungkin juga menyukai