Anda di halaman 1dari 25

Modul Praktikum

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI PADAT

Penyusun:
Eva Monica, M.Sc., Apt.

Program Studi Farmasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Ma Chung
2017
1
Kata Pengantar

Modul praktikum Teknologi Sediaan Farmasi Padat ini ditujukan bagi mahasiswa program
studi Farmasi Universitas Ma Chung sesuai dengan kurikulum mata kuliah Teknologi Sediaan
Farmasi Padat dengan bobot 1 SKS pada semester 5. Penyusunan modul praktikum disesuaikan
dengan silabus perkuliahan Teknologi Sediaan Farmasi Padat. Kompetensi mahasiswa yang
diasah dalam modul praktikum Teknologi Sediaan Farmasi Padat ini adalah mahasiswa mampu
merancang formula dan membuat sediaan farmasi padat yaitu tablet, melakukan uji kualitas
granul dan tablet yang dibuat, dan memahami prinsip kerja teknologi peralatan yang digunakan
untuk membuat sediaan padat.
Diharapkan modul yang disusun ini memberikan manfaat bagi mahasiswa prodi farmasi
dalam mengaplikasikan konsep dengan aplikasi melalui percobaan di laboratorium dan dapat
mengaitkannya dengan dunia kerja kefarmasian khususnya dalam sediaan farmasi padat.

Malang, Januari 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

TATA TERTIB DAN PENILAIAN……………...……………………………………………….3


1. PEMBUATAN TABLET (PRAFORMULASI)………….………………………………..….5
2. PENGUJIAN MUTU GRANUL………………………………..………………...…………..8
3. PENGUJIAN MUTU TABLET………………………………………………….………….16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…………………….23

3
TATA TERTIB DAN PENILAIAN

A. Tempat dan Waktu Praktikum


1. Praktikum Teknologi Sediaan Farmasi Padat dilaksanakan di Laboratorium Kimia-Farmasi Universitas
Ma Chung
2. Waktu praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal praktikum yang telah ditentukan.
3. Praktikan harus berada di ruangan praktikum selambat-lambatnya 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
4. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit dari waktu yang telah ditentukan bersedia
menerima sangsi yang telah disepakati bersama pada saat pengantar praktikum.
5. Sebelum melakukan percobaan akan dilakukan pre test terlebih dahulu untuk mengukur kesiapan
praktikan.

B. Alat-alat dan Senyawa


1. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus mengecek dan mengembalikan alat-alat
inventaris yang digunakan.
2. Alat-alat yang hilang, pecah atau cacat harus diganti dengan alat-alat yang sama atau diganti dengan
alat dengan merek dan jenis yang sama atau uang yang besarnya ditentukan oleh laboratorium.

C. Perlengkapan Praktikum
1. Semua praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium, masker dan glove karet (standar laboratorium)
untuk melindungi keselamatan diri sendiri.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau bahan pada bak pencuci, buanglah sampah tersebut
pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada bahan yang tumpah, segera dibersihkan dengan air. Jika terjadi kecelakaan segera
melaporkan kepada dosen atau asisten yang bertugas.
4. Ruangan laboratorium dalam keadaan bersih setelah selesai digunakan dan menjadi tanggung jawab
praktikan yang menggunakan sebelumnya.
5. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan makan atau minum dalam ruangan
laboratorium dan tidak diperkenankan menggunakan sandal.
6. Berbicara seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu ketenangan pekerjaan
orang lain.

D. Laporan, Laporan akhir, dan Penilaian Praktikum


1. Laporan Sementara dibuat dalam modul praktikum.
2. Laporan lengkap dibuat dengan menambahkan bagian data, pembahasan dan kesimpulan
3. Laporan lengkap harus diserahkan kepada dosen jaga tiap kelompok pada praktikum minggu
selanjutnya, dan harus meminta paraf dari dosen yang menerima laporan tersebut. Jika dalam minggu
selanjutnya belum memberikan laporan percobaan, maka praktikan yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum selanjutnya sampai laporan diserahkan.

4
4. Laporan akhir resmi dibuat dengan format terlampir.
5. Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
a. Pretest 10%
b. Laporan praktikum 10%
c. Laporan akhir 10%
d. Presentasi dan diskusi 20%
e. Ujian Akhir Semester 50%

E. Lain-lain
1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada musibah/halangan harus memberi surat keterangan
dari orang tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk praktikum, kegiatannya dihentikan dan harus
mengulang lagi bersama-sama kelompok baru.
4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.

F. Peringatan Keselamatan Laboratorium


1. Senyawa kimia bersifat toksik sampai dengan memengaruhi keselamatan bila lalai dalam bekerja. Ikuti
petunjuk berikut untuk menjaga keselamatan :
a. Perlakukan semua zat sebagai racun. Jika tanpa sengaja tertelan senyawa kima lainnya harus
segera dimuntahkan.
b. Apabila mengalami kecelakaan segera laporkan kepada pengawas praktikum
c. Semua sampah yang berhubungan dengan darah atau jarum suntik termasuk sampah infeksius.
Sampah infeksius tidak dapat dibuang pada tempat sampah umum yang tersedia di laboratorium
dan perlu mendapat penganganan khusus oleh petugas laboratorium.

Malang, Januari 2017

Koordinator Praktikum

5
PEMBUATAN TABLET MENGGUNAKAN METODE GRANULASI ...............

1) PEMBUATAN TABLET
a) PRAFORMULASI
1. Sifat Fisika Bahan Aktif
a. Nama/sinonim:
b. Bentuk:
c. Warna:
d. Rasa:
e. Bau:
f. Titik leleh:
g. Struktur:

2. Sifat Kimia dan Fisikokimia


a. Kelarutan:
b. Stabilitas:
(a) Stabilitas Fisika:
(b) Stabilitas Kimia:
c. Penyimpanan:
3. Sifat Fisikomekanika Bahan Aktif
a. Daya Alir:
b. Kompresibilitas:
4. Farmakologi
a. Dosis:
b. Khasiat:
b) FORMULA
R/

6
c) PENIMBANGAN (untuk 1.000 tablet)

d) FUNGSI MASING-MASING KOMPONEN DALAM FORMULA

7
e) PROSEDUR PEMBUATAN TABLET

f) PERHITUNGAN BOBOT TABLET YANG AKAN DICETAK

8
2) PENGUJIAN MUTU GRANUL
a) Ukuran Granul
1. Distribusi Ukuran
Alat-alat:
a. Timbangan
b. Seperangkat pengayak standar
c. Penggetar pengayak
Prosedur kerja:
1. Ditimbang ……….. g granul.
2. Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan
digunakan.
3. Pengayak tersebut disusun dengan urutan mesh 20, 30, 50, 60, 80, dan 100 dengan
pan penampung di bagian bawahnya.
4. Granul yang telah ditimbang diletakkan pada pengayak paling atas, kemudian
ditutup dan dikencangkan.
5. Pengayak digetarkan dengan ………………….. selama ………. menit dengan
kecepatan getaran ………. rpm.
6. Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di dalamnya.
7. Dihitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada pan
penampung tersebut.
8. Dibuat tabel dan kurva distribusi ukuran partikel yang diperoleh.

* Dilakukan 3x replikasi

Pengayak Bobot Bobot granul


Pengayak + %
Mesh D (µm) Bobot (g) Gram %
granul (g) kumulatif
20 850
30 600
50 300
60 250
80 180
100 150
Pan
Jumlah

9
Diameter (µm) % bobot % kumulatif (%)

>850
600-850
300-600
250-300
180-250
150-180
<150

Gambarkan diagram histogramnya!

b) Prosentase “fines”
“Fines”adalah partikel-partikel dengan ukuran <100 μm.
Hasil pengamatan:
Persyaratan:
Kesimpulan:
2 Kelembaban
Kadar residu lembab setelah granulasi perlu dianalisis, jika kadar lembab terlalu tinggi
akan mengganggu aliran granul ke dalam lubang cetakan. Kualitas residu lembab akan
mempengaruhi kualitas produk akhir. Jika kadar lembab terlalu rendah maka kohesi dalam tiap
tablet tidak cukup, friabilitas makin tinggi, dan tablet akan mudah pecah (Siregar, 1992).
Kelembaban ini diperlukan untuk mengurangi muatan elektrostatik yang menimbulkan gaya

10
tolak-menolak pada waktu ditekan (Osol, 1980).
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan kandungan lembab granul yaitu
.................................................................
Prosedur pengukuran kandungan lembab granul:
1. Ditimbang .......... g bahan, diratakan permukaannya pada wadah.
2. Alat dioperasionalkan.
3. Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 5 menit akan ditunjukkan bobot bahan,
proses pengeringan sempurna bila setelah interval 3x5 menit menunjukkan tidak terjadi
perubahan bobot bahan.
4. Dihitung kandungan lembab dengan rumus sebagai berikut:
* Dilakukan 3x replikasi
Wa - Wb
MC  x 100%
Wb
Keterangan: MC : % kandungan lembab
Wa : berat granul basah (g)
Wb : berat granul kering (g)

Hasil:
Interval W (g) Wo (g) % MC
1
2
3
Hasil akhir

Syarat:
Kesimpulan:
3 Daya alir
Daya alir adalah kemampuan granul untuk mengalir dari corong mesin tablet ke dalam
ruang cetak tablet. Terdapat dua prinsip pengukuran kemampuan alir granul, yaitu waktu yang
diperlukan oleh sejumlah tertentu bahan untuk mengalir melalui lubang corong dan jumlah bahan
yang mengalir dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui kemampuan alir ini dapat dilakukan
dengan dua cara, meliputi:

11
1. Menguji kecepatan alir granul
Kecepatan alir granul dapat diuji dengan menggunakan metode corong.
Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan cara:
Ditimbang …………... g granul, dimasukkan dalam corong yang lubang corong bagian
bawah ditutup sebelumnya. Waktu diamati dengan stopwatch dari mulai pada saat
dibukanya lubang corong hingga seluruh granul melewati lubang corong. Kecepatan alir
dinyatakan dalam gram/detik.
* Dilakukan 3x replikasi
Hasil:

Replikasi W (gram) T (detik) Kecepatan alir (g/dtk)


1
2
3
Rata-rata ±SD
CV (%)
Syarat:

Kesimpulan:

2. Mengukur sudut diam granul


Untuk menentukan kemampuan alir, berlaku sudut kemiringan yang diberikan jika suatu
granul mengalir bebas dari sebuah corong ke suatu dasar membentuk kerucut yang sudut
kemiringannya diukur. Selain metode corong (fixed funnel) digunakan juga metode
silinder dan silinder berputar (revolving cylinder)
Semakin datar kerucut, sudut kemiringannya semakin kecil, maka kemampuan alir serbuk
semakin baik. Sudut diam dapat dihitung dengan rumus:
Tan α = h / r

Keterangan : α = sudut diam (⁰ )


r = jari – jari lingkaran alas kerucut (cm)
h = tinggi kerucut granul (cm)
* Dilakukan 3x replikasi

12
Hasil:
Replikasi h (cm) r (jari-jari) α (º)

Rata-rata±SD
CV (%)

Syarat:

Kesimpulan:

Hubungan antara sudut diam dengan kemampuan alir granul dapat dilihat pada tabel
berikut:
Hubungan Sudut Diam dan Kemampuan Alir Granul (Syarat)
Sudut diam (°) Kemampuan alir

< 25 Sangat baik

25 – 30 Baik

30 – 40 Cukup

> 40 Buruk

(Wells dan Aulton, 1988)


Kesimpulan:

4 Bobot jenis & Kompresibilitas


Untuk mengukur kompresibilitas granul diperlukan data tentang bobot jenis granul.
* Dilakukan 3x replikasi
a. Bobot jenis nyata (Bulk density = ρ0)
Pengukuran bobot jenis nyata dilakukan dengan cara ditimbang 40 g granul, dimasukan
dalam gelas ukur kemudian dicatat volumenya (Voigt, 1995).
bobot serbuk (g)
Bobot jenis nyata =
volume serbuk (cm3)

13
Replikasi W (g) V (ml) ρB (g/ml)
1
2
3
Rata-rata±SD
CV (%)

b. Bobot jenis mampat (Tap density = ρ1)


Pengukuran bobot jenis nyata dilakukan dengan cara: Sebanyak 40 g granul dimasukan
ke dalam gelas ukur kemudian diketuk-ketuk sampai 500 kali, hingga volumenya tidak
berubah lagi.
bobot serbuk (g)
Bobot jenis mampat =
volume sesudah dimampatkan (cm3)

Interval Volume (ml)


Pengetukan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
100
200
300
400
500

c. Bobot jenis benar (True density = ρ)


Pengukuran bobot jenis benar dilakukan dengan cara:
Ditimbang piknometer 25,0 ml kosong (w0) g kemudian diisi dengan parafin cair dan
ditimbang (w1) g, didapat bobot parafin = (w1 – w0) g = (w2) g. Kemudian granul
sebanyak 1–1,5 g ditimbang dengan seksama (w3)g, dimasukan ke dalam piknometer lalu
ditambah parafin cair ad 25,0 ml dan ditimbang (w4) g.
𝑤2 × 𝑤3
Bobot jenis benar =
25 (𝑤2 − 𝑤4 + 𝑤3 )
* Dilakukan 3x replikasi
Bobot piknometer + cairan = 43,29 g
Bobot piknometer kosong = 22,21 g _
Bobot cairan = 21,08 g
bobot cairan
𝜌 cairan =
volume cairan

14
21,08 g
=
25,00 ml
g
= 0,8 4 ⁄ml
Bobot piknometer + bahan = 23,40 g
Bobot piknometer kosong = 22,21 g _
Bobot bahan = 1,19 g

Bobot piknometer kosong + cairan + bahan = 43,88 g


Bobot piknometer + bahan = 23,40 g _
Bobot cairan di antara bahan = 20,48 g

bobot cairan di antara granul


Volume cairan di antara bahan = ρ cairan

20,48 g
= g
0,84 ⁄ml
= 24,38 ml
Volume granul = volume piknometer – volume cairan di antara granul
= ml – ml
= ml
bobot granul
ρ benar =
volume granul
1,19 g
=
0,62 ml
g
= 1,91 ⁄ml
d. Pengujian kompresibilitas granul
ρ1 – ρ0
% kompresibilitas = ρ1 X 100%

Hasil:

Syarat:

15
Kesimpulan:

e. Porositas
Porositas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(𝜌 − 𝜌𝐵 )
𝜖= × 100%
𝜌
∈ = porositas
𝜌 = bobot jenis benar
𝜌𝐵 = bobot jenis nyata
Hasil perhitungan:

Syarat:

Kesimpulan:

5 Homogenitas Campuran
Pengujian dilakukan dengan penetapan kadar bahan aktif untuk mengetahui distribusi
bahan aktif di dalam granul.
Pengujian homogenitas granul dilakukan dengan cara:
a. Penentuan panjang gelombang maksimum zat aktif dalam larutan dapar .....................
dengan pH .............
Dilarutkan sejumlah baku pembanding zat aktif dalam larutan dapar ……….. dengan pH
……….. kemudian amati panjang gelombang maksimumnya dengan spektrofotometer
ultraviolet dari 230 nm–350 nm. Panjang gelombang maksimum yang didapat digunakan
untuk pengukuran kadar cuplikan sampel uji disolusi dengan spektrofotometer UV.
b. Pembuatan larutan baku induk dan larutan baku kerja zat aktif
Pembuatan larutan baku induk dilakukan dengan menimbang seksama baku pembanding
zat aktif ….……. mg kemudian dilarutkan dalam larutan dapar ……….. dengan pH
…….. hingga volume tepat 100,0 mL (konsentrasi baku induk 500 bpj). Pembuatan
larutan baku kerja metronidazol dilakukan dengan mengencerkan dengan saksama larutan

16
baku induk didapatkan sepuluh konsentrasi baku kerja (4,0; 5,0; 6,0; 8,0, 10,0; 11,0; 12,0;
13,0; 14,0; 15,0 bpj). Masing-masing larutan baku kerja diukur serapannya sehingga
dapat dihitung persamaan regresi.
c. Granul diambil dari tiga tempat berlainan dalam massa, granul digerus, serbuk halus
ditimbang seksama dengan lebih kurang setara …………. mg zat aktif. Zat aktif
dilarutkan dalam 100,0 ml larutan dapar, disaring, kemudian ditetapkan kadar bahan
aktifnya dengan metode spektrofotometer UV
Menurut ……………… kandungan …………….. dalam bentuk sediaan tablet tidak
kurang dari ……… % dan tidak lebih dari ........... %.
Hasil:
Kesimpulan:

3) PENGUJIAN MUTU TABLET

Pengujian terhadap karakteristik tablet meliputi keseragaman bobot, ukuran, kekerasan,


dan friabilitas.
1 Keseragaman Bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Dalam Farmakope Indonesia III
dicantumkan sebagai berikut: Ditimbang seksama 20 tablet satu persatu dan hitung bobot rata-
rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, dihitung jumlah bahan aktif dari masing-masing dari 20 tablet dengan anggapan
bahan aktif terdistribusi homogen.
Tabel Keseragaman Bobot Tablet

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


Bobot Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg sampai dengan 150 mg 10 20
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15
lebih dari 300 mg 5 10
(Depkes RI, 1979)
Alat-alat:
Neraca analitik, pinset
17
Prosedur kerja:
1. Sebanyak 20 tablet yang telah dicetak, ditimbang satu per satu dengan menggunakan
neraca analitik
2. Hasil pengukuran bobot masing-masing tablet dicatat

Hasil pengamatan:
No. Bobot tablet (g) No. Bobot tablet (g)
1 11
2 12
3 13
4 14
5 15
6 16
7 17
8 18
9 19
10 20
Rata-rata

Bobot tablet yang direncanakan: …………………….. g


Kesimpulan:

2 Keseragaman Ukuran Tablet


Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur tebal dan diameter masing-
masing tablet sebanyak 10 tablet dengan menggunakan jangka sorong
Alat: jangka sorong
Prosedur kerja:
1. Tebal dan diameter masing-masing tablet diukur dengan menggunakan jangka sorong
sebanyak 10 tablet
2. Dicatat hasil pengukutan tebal dan diameter masing-masing tablet

18
No Diameter (mm) Tebal (mm) D/T
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata2

Persyaratan:

Kesimpulan:

3 Kekerasan Tablet
Tablet yang dibuat harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat
bertahan terhadap guncangan mekanik pada saat proses pengemasan dan pengiriman. Kekerasan
tablet mencerminkan ketahanan tablet terhadap perlakuan mekanik yang dapat memecah dan
mengikisnya dalam proses pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan selama tablet
digunakan.
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat “Hardness Tester”
Prosedur kerja:
1. Tablet ditempatkan pada ujung alat dan skala alat menunjukkan angka nol
2. Pangkal alat diputar sampai tablet pecah dan skala yang terbaca menunjukkan angka
kekerasan tablet
3. Dicatat hasil uji kekerasan masing-masing tablet sebanyak 10 tablet

19
Hasil pengamatan:

No. Kekerasan (kg) No. Kekerasan (kg)


1 6
2 7
3 8
4 9
5 10

Persyaratan:

Kesimpulan:

4 Friabilitas
Friabilitas atau keausan tablet adalah proses menurunnya bobot tablet karena guncangan,
goresan, kikisan dalam proses pengemasan dan transportasi. Friabilitas dinyatakan sebagai massa
seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat beban penguji mekanis, dinyatakan dalam
prosen, yang mengacu kepada massa bobot tablet awal sebelum pengujian.
Alat-alat:
1. Alat uji “Rolling and Impact Durability Tester”
2. Neraca analitik
3. Pinset
4. Sikat halus
Prosedur kerja:
1. Satu per satu tablet dibersihkan dari debu menggunakan sikat halus sebanyak 10 tablet
2. Ditimbang seluruh tablet menggunakan neraca analitik
3. Masing-masing 10 tablet dimasukkan ke dalam alat uji
4. Alat uji dioperasikan pada 25 rpm selama 4 menit
5. Ditimbang kembali sejumlah tablet yang dimasukkan ke dalam masing-masing alat
6. Dihitung selisih bobot tablet dan nyatakan dalam %friabilitas dengan rumus berikut:
𝑊𝑎 − 𝑊𝑏
% 𝐹𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑊𝑎

20
Wa = bobot awal tablet
Wb = bobot akhir tablet
Hasil pengamatan:
No. Wa Wb %
1
2
3

Persyaratan:

Kesimpulan:

5 Waktu Hancur
Waktu hancur tablet merupakan waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur. Pengukuran
waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat “disintegration tester”.
Alat-alat:
Alat uji waktu hancur
Stopwatch
Prosedur kerja:
1. Pengatur suhu pada alat dinyalakan dan air dimasukkan ke dalam bejana sehingga
keenam tabung tempat tablet diletakkan dapat terendam kemudian diatur setting pada
37°C.
2. Sebanyak 6 tablet ditempatkan pada masing-masing tabung yang terdapat pada alat uji
waktu hancur
3. Alat uji dioperasikan sehingga tabung-tabung bergerak naik turun dan stopwatch
dinyakana bersamaan dengan mulai dijalankannya alat sampai dengan tablet hancur atau
tinggal massa intinya yang tidak jelas.
4. Dicatat waktu hancur keenam tablet

21
Hasil pengamatan:
No. Waktu hancur (detik)
1
2
3
4
5
6

Persyaratan:

Kesimpulan:

6 Penentuan Laju Disolusi


Alat pengukur uji disolusi yang digunakan adalah Alat II (Metode “Paddle”). Pertama-tama
wadah diisi dengan larutan dapar……………….. dengan pH ……… sebanyak ………. ml.
Termostat dinyalakan pada suhu 37±0,5˚C. Setelah suhu air mencapai 37±0,5˚C dimasukkan
tablet paracetamol dan pengaduk dinyalakan dengan kecepatan 75 putaran per menit.
Cuplikan diambil 5 ml pada menit ke-0, 5, 10, 15, 30, 45, 60. Pada setiap pengambilan
cuplikan ditambahkan 5 ml larutan dapar ……………. pH ……… sehingga volume media
tidak mengalami perubahan. Setelah itu cuplikan yang diambil diukur kadarnya dengan
spektrofotometri

22
KESIMPULAN

SARAN

DISKUSI

1. Mengapa campuran bahan obat dan bahan tambahan perlu dibuat granul?
2. Apa yang dimaksud dengan granulasi basah/ kering?
3. Kondisi apa yang mendukung digunakannya metode granulasi basah/ kering?
4. Tuliskan proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah/ kering!

23
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, N.A., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and
Interpretation, Taylor and Francis, Bristol

Ansel, H. C., Popovich, N. G., & Allen, L. V. 2005. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and
Drug Delivery Systems. Journal of Chemical Information and Modeling, 9, 160.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Aulton, M.E., 1988, The Science of Dosage Form Design, Churchil Livingstone, Edinburg

Avis, K.E., Lachman, L., and Lieberman, H.A., 2000, Pharmaceutical Dosage Form :
Parenteral, Tablet, Disperse system, Vol I,II,III, Marcel Dekker Inc., New York

Banker, G.S., and Rhodes, C.T., 1996, Modern Pharmaceutics, 3rd . Ed., Marcel Dekker Inc.,
New York

Gad, S. C. 2007. Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and Processes.


Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and Processes.
https://doi.org/10.1002/9780470259818

Gennaro, A.R., 1995, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, 19th. Ed., Mack Publ.
Co., Pensylvania

Hadisoewignyo, Lannie dan Fudholi, Achmad. 2016. Sediaan Solida Edisi Revisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Lachman, 1986, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 2nd. Ed., Lea & Febiger,
Philadelphia

Swarbick, James. 2005. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. Handbook of


Pharmaceutical Granulation Technology, 333–363.
https://doi.org/10.1201/9780849354953.ch17

Stanifort, 2002. Powder flow. In Aulton.M.E. (Ed). Pharmaceutics the Science of Dosage Forms
Design 2ndedition. Philladelpia : Churchill Livingstone.

24

Anda mungkin juga menyukai