Anda di halaman 1dari 61

DIKTAT PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

NAMA :
NIM :
KELAS :

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFAR)
RIAU

PERSETUJUAN MATERI
PRAKTIKUM STUDI S1 FARMASI

Mata Kuliah : Farmasetika Dasar


Semester :I
Beban SKS : 3 (2,1)
Tahun Akademik : Ganjil 2021/2022

Pekanbaru, 08 Oktober 2021

Mengetahui, Disetujui oleh:


Wakil Ketua 1 Dosen Koordinator

Dr. apt. Gressy Novita, M.Farm apt. Nesa Agistia, M.Farm

2
KATA PENGANTAR

Teori-teori dasar farmasetika saja tidak akan cukup menjadi bahan


pembelajaran bagi mahasiswa/i farmasi, sehingga diperlukan adanya proses praktikum
yang akan secara langsung mengaplikasikan teori-teori dasar tersebut.Diktat penuntun
praktikum Farmasetika Dasar ini merupakan sarana bagi mahasiswa/i dalam
mempraktikkan langsung peracikan berbagai bentuk sediaan farmasi, meliputi; pulvis,
pulveres, unguentum, potio, guttae, suspensi dan emulsi pada skala laboratorium.
Harapan kami semoga diktat sederhana ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i
sebagai langkah awal membuka wawasan dan pengetahuannya dalam ilmu farmasetika
dan sebagai bekal dalam pengembangan ilmu teknologi farmasi. Kami sangat
mengharapkan dengan senang hati masukan ataupun koreksian yang positif demi
kesempurnaan diktat penuntun praktikum ini ke depannya.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR ................................. iv
ALUR PRAKTIKUM DI LABORATORIUM FARMASETIKA .......................... v
SISTEM PENILAIAN ............................................................................................... vi
ATURAN PENILAIAN DI LABORATORIUM FARMASETIKA ..................... vii
I. CARA MENIMBANG BAHAN..................................................................... 1
II. CARA MENGERJAKAN RESEP ................................................................ 3
III. PULVIS DAN PULVERES ............................................................................ 7
IV. KAPSUL ........................................................................................................ 14
V. UNGUENTA .................................................................................................. 18
VI. POTIO & GUTTAE...................................................................................... 25
VII. SUSPENSI ...................................................................................................... 33
VIII. EMULSI ......................................................................................................... 39
IX. LOTIO............................................................................................................ 45
KEGIATAN PRAKTIKUM 1.................................................................................. 49
1) Pengenalan Tata Tertib Laboratorium & Sistematika Praktikum
2) Pengenalan Tata Letak Penyimpanan Bahan Obat & Buku Standar
3) Pengenalan Alat-alat Praktikum, Fungsi dan Penggunaannya
4) Pengenalan Cara Menimbang, Membagi Serbuk dan Membungkus
Serbuk (I)
5. Pengenalan Cara Mengisi Jurnal Resep Sekaligus Mengerjakan 2 (dua) Resep
Pulveres Sederhana Tanpa Dosis Maksimal (DM) Secara Lengkap
KEGIATAN PRAKTIKUM II
1). Pulveres Dengan DM (Umur)
2). Pulveres Dengan DM (Berat Badan)
3). Pulveres Dengan Bahan Aktif Berbentuk Tablet dan atau Kapsul Dengan
Pengenceran (Sealing Puyer)

ii
KEGIATAN PRAKTIKUM III
1) Pulveres Dengan Bahan Aktif Narkotika
2) Pulvis
3) Kapsul Jumlah Kecil (Manual) DM Berganda
KEGIATAN PRAKTIKUM IV
1) Kapsul Jumlah Besar (Papan Kapsul) Dari Copy Resep
2) Salep
3) Pasta
KEGIATAN PRAKTIKUM V
1) Krim
2) Gel
3) Elixir
KEGIATAN PRAKTIKUM VI
1) Guttae Oral
2) Potio Dengan DM dan BJ
3) Suspensi
4) Pulveres Jumlah Besar
KEGIATAN VII
1) Guttae Auric/Optik
2) Emulsi
3) Lotion
4) Kapsul Jumlah Besar (papan Kapsul)
KEGIATAN PRAKTIKUM VIII.
1) UAS
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 52

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

1. Hadir dan masuk laboratorium 10 menit sebelum praktikum dimulai dengan


berpakaian rapi, menggunakan jas lab dan alat pelindung yang diperlukan. Tidak
dibenarkan berkuku panjang dan bagi yang berambut panjang harus diikat rapi dan
ditutup dengan shower cap.
2. Praktikan harus sudah mempelajari dan menguasai objek yang akan
dipraktikumkan.
3. Praktikan terlebih dahulu memeriksa kelengkapan alat masing-masing dan segera
melapor kepada laboran bila ada ada yang kurang, pecah atau hilang.
4. Alat-alat pecah/rusak/hilang harus diganti dalam waktu 1 bulan.Yang tidak
mengganti dalam waktu tersebut tidak diizinkan mengikuti praktikum selanjutnya.
5. Hanya 1 jenis bahan obat yang diperbolehkan dibawa ke meja kerja.
6. Sendok dan spatel yang digunakan untuk mengambil bahan harus bersih.
7. Mengembalikan wadah obat pada tempatnya dalam keadaan rapi.
8. Alat yang diletakkan di atas meja hanya digunakan saat diperlukan.
9. Selesai praktikum semua sampah dibuang ke tempat yang telah disediakan.
Membuang sampah/zat warna/cairan berkloroform ke dalam wastafel, lantai
ataupun keluar jendela merupakan pelanggaran berat.
10. Selama praktikum berlangsung tidak dibenarkan keluar laboratorium tanpa izin
pengawas praktikum (dosen, laboran dan asisten laboratorium).
11. Tidak dibenarkan makan, minum, merokok, tidak dibenarkan memakai sendal
selama praktikum berlangsung.
12. Menjaga ketertiban, ketenangan dan dilarang bersenda gurau selama praktikum
berlangsung.
13. Membersihkan dan mengembalikan alat dan bahan yang digunakan kembali tempat
asalnya. Membersihkan dan merapikan ruangan laboratorium setelah praktikum.
14. Memeriksa instalasi listrik, gas dan air sebelum dan sesudah praktikum.
15. Jika tidak mengindahkan tata tertib laboratorium maka akan diberi skor/sanksi
sesuai pelanggaran yang dilakukan.

iv
ALUR PRAKTIKUM DI LABORATORIUM FARMASETIKA

1. 2. 3. 4.
PASTIKAN MEMAKAI MEMASUKI MENITIPKAN HP DI MEJA PERSIAPAN MEJA
JAS LAB, SHOWER CAP, LABORATORIUM DOSEN DAN MENYIMPAN PRAKTIKUM (MENYUSUN
MASKER SEBELUM ( 10 MENIT TAS DIDALAM LOKER ALAT & KELENGKAPAN
MASUK LAB SEBELUM DIMULAI) SESUAI NO.URUT MEJA PRAKTIKUM LAINNYA)

8. 7. 6.
PENGERJAAN RESEP SIAP MELAKSANAKAN 5.
1, 2 & 3 MENGIKUTI RESPONSI KUIS (MATERI YANG CEK KONDISI ALAT,
(PENIMBANGAN , PRA UTS (DIAWAL) DAN AKAN MENGISI BUKU BON
PENCAMPURAN, PASCA UTS (DIAKHIR) DIPRAKTIKUMKAN ALAT SEBELUM
PENGEMASAN) PRAKTIKUM SELAMA 10 MENIT) PRAKTIKUM

9. 10. 11. 12.


PENGUMPULAN & CEK KONDISI ALAT, PRAKTIKUM SELESAI MENINGGALKAN
PENGECEKAN SEDIAAN MENGISI BUKU BON DAN PIKET RUANGAN
OLEH ASISTEN LAB (1) ALAT SETELAH LABORATORIUM
PRAKTIKUM

v
SISTEM PENILAIAN

• Praktikum :
a) Jurnal : 30%
b) Kuis : 10%
c) Kehadiran : 10%
d) UTS/UAS : 50%

• Format jurnal :
a) Nilai total : 100
b) Kesalahan fatal : 50 (Nilai terendah)
Jenis kesalahan fatal : salah signa, nama pasien, salah penimbangan
zat aktif)
c) KR/ tidak lengkap : - 10
d) FO tidak lengkap : - 10
e) Salah menghitung dosis : -20
f) Salah penimbangan eksipien : - 10
g) Salah cara kerja penting/khusus : - 20
h) Salah cara kerja tidak penting/tidak khusus : - 10
i) Salah label etiket : - 10
j) Jurnal betul, sediaan belum siang : 60-70
k) Jurnal betul, sediaan tak jadi/gagal : 70

vi
ATURAN PENILAIAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM
FARMASETIKA DASAR
• Format jurnal :
1. Nilai total : 100
2. Kesalahan fatal : 50 (Nilai terendah)
Jenis kesalahan fatal : salah signa, nama pasien, salah penimbangan zat aktif)
3. KR/ tidak lengkap : - 10
4. FO tidak lengkap : - 10
5. Salah menghitung dosis : -20
6. Salah penimbangan eksipien : - 10
7. Salah cara kerja penting/khusus : - 20
8. Salah cara kerja tidak penting/tidak khusus : - 10
9. Salah label etiket : - 10
10. Jurnal betul, sediaan belum siap : 60-70
11. Jurnal betul, sediaan tak jadi/gagal : 70

II. Pengurangan Nilai Saat Praktikum :


a) Berbicara/ribut selama praktikum : - 10
b) Berpindah meja untuk menyalin jurnal teman : - 10
c) Membawa bahan > dari 1 botol dan tidak meletakkan kembali ke
tempatnya : - 10
d) Tidak menimbang dan atau praktikum tidak sesuai dengan prosedur : - 20

vii
I. CARA MENIMBANG OBAT

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menimbang bahan obat adalah sebagai
berikut:
1. Periksa dahulu apakah letak timbangan sudah tepat, caranya:
• Meja timbangan harus datar, dilihat pada water pass atau batu duga
• Lengan timbangan harus datar, dilihat dari jarum timbangan yang diletakkan
tepat ditengah skala
• Piring timbangan beratnya harus seimbang, dilihat dari jarum timbangan yang
letaknya tepat ditengah skala
2. Timbangan obat miligram digunakan untuk menimbang bahan obat yang
beratnya kurang dari 1 g
3. Waktu menimbang, di atas kedua piringan timbangan, selalu diletakkan kertas
timbangan sebagai alas
4. Anak timbangan terletak pada piring timbangan sebelah kiri dan bahan obat
dipiring timbangan sebelah kanan
5. Bahan obat berbentuk kristal dan bahan-bahan higroskopis ditimbang diatas
arloji gelas
6. Bahan obat yang lembek/setengah padat, dapat ditimbang diatas kertas
perkamen
7. Bahan-bahan obat cair:
• Tanpa pengerjaan lebih lanjut,ditimbang langsung dalam botol
• Dengan Pengerjaan lanjutan,ditimbang diatas cawan penguap /erlemeyer
8. Bahan-bahan yang mudah menguap ditimbang dalam wadah tertutup
9. Bahan-bahan obat yang mudah rusak oleh zat organik/bersifat
oksidator,ditimbang diatas gelas arloji dengan menggunakan sendok porselen
untuk mengambilnya
10. Bahan obat yang berbau keras, ditimbang diatas gelas arloji dengan
menggunakan sendok porselen
11. Ekstrak kental ditimbang diatas perkamen yang telah dioleskan paraffin cair

1
12. Bahan obat dengan jumlah kecil dari 50 mg harus dibuat pengenceran yang
genap.misalnya 1 dalam 100

2
II. CARA MENGERJAKAN RESEP

1. Kelengkapan Resep
• Periksa kelengkapan resep
➢ Nama dokter
➢ Alamat dan nomor telpon dokter, serta no izin praktek dokter
➢ Nama obat yang jelas
➢ Banyak obat yang tertulis
➢ Aturan pakai yang jelas
➢ Aturan pakai yang jelas
➢ Nama pasien
➢ Paraf dokter
• Urutan pengerjaan
Resep –resep antidotum,CITO, PIM, urgent, Statim dan sebagainya dikerjakan
lebih
dahulu
• Narkotik
Resep yang mengandung narkotika harus diperhatikan:
➢ Tidak boleh ada iter/ulangan
➢ Nama pasien harus jelas, tidak boleh M.I (untuk dipakai sendiri)
➢ Alamat pasien harus jelas
➢ Aturan pakai harus jelas, tidak boleh S.U.C/ S.U.N(aturan pakai sudah tahu)
2. Formula Standar
Formula standar atau formula officinalis adalah resep-resep yang tertulis pada buku
resmi.
3. Dosis Maksimum
• Dosis maksimum yang terdapat dalam farmakope berlaku untuk dewasa
• Bila ada obat yang bekerja searah dalam resep, harus dihitung dosis maksimum
berganda

3
• Dosis maksimum yang mengikat adalah yang terdapat pada farmakope
indonesia, bila
tidak ada dapat dilihat pada farmakope
4. Peracikan
Setelah hal-hal diatas diperhatikan barulah dipikirkan cara pembuatan sekaligus
pelaksanaanya. Pada waktu mengerjakan pembuatan resep, agar diperhatikan:
a) Cara pembuatan yang sepraktis mungkin
b) Mengambil dan menimbang zat dengan teliti (baca etiket pada botol waktu
mengambil
dan mengembalikan zat ketempatnya, pastikan timbangan dalam posisi tara
kembali
setelah menimbang)
c) Jangan sampai ada bahan obat terlupa untuk menimbang dan atau
mencampurnya.
d) Perhatikan zat-zat yang memiliki cara pengerjaan penting/khusus
e) Perhatikan urutan dan konsep pencampuran zat-zat yang diresepkan

5. Pengemasan
I. Penyusunan kertas perkamen
➢ Kertas perkamen disusun dari arah kiri ke kanan, dengan cara
menghimpitkan kertas ke dua dan seterusnya, ± 3 cm di atas kertas
perkamen sebelumnya.
➢ Setelah seluruh perkamen telah diisi serbuk, ambil dan lipatlah
perkamen dimulai dari arah kanan ke kiri (perkamen terakhir).
a. Pulveres
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemas/membungkus
sediaan pulveres :
✓ Jumlah sediaan kurang < 10 bungkus.
➢ Dibagi sama banyak di atas perkamen berdasarkan penglihatan
mata.

4
✓ Jumlah sediaan ganjil > 9 bungkus.
➢ Dikemas/dibungkus dengan menimbang berat seluruh serbuk
terlebih dahulu.
➢ Hitung berat serbuk untuk 1 bungkus, caranya berat seluruh
serbuk dibagi jumlah sediaan (1500 mg/15 bungkus = 100 mg
berat/bungkus).
➢ Sisanya (14 bungkus), dibagi 2 sama banyak di atas timbangan.
✓ Jumlah sediaan genap > 10 bungkus.
➢ Dikemas/dibungkus dengan membagi 2 sama banyak jumlah
serbuk di atas timbangan.
b. Semi solid (salep, cream, pasta, gel)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemas sediaan semi solid
:
✓ Sediaan yang mengandung bahan aktif antibiotik dikemas dalam wadah
tube.
✓ Sediaan yang tidak mengandung bahan aktif aktibiotik dikemas dalam
wadah pot (plastik/botol)
c. Cairan (potio, suspensi, emulsi, mikroemulsi)
✓ Sediaan cairan dikemas dalam wadah botol kaca yang disesuaikan
ukurannya dengan jumlah sediaan yang akan dibuat.
✓ Sediaan saturasi dan effervescent ditutup dengan champagne knoop.
d. Suppositoria
✓ Dikemas dengan alluminium foil dan dimasukkan dalam wadah kotak
yang disesuaikan ukurannya dengan jenis suppositoria yang dibuat.

6. Etiket
a) Untuk obat luar, digunakan etiket bewarna biru.
b) Untuk obat dalam, digunakan etiket berwarna putih.
c) Pada etiket harus dituliskan:

5
➢ Sebelah atas : nama apotek, alamat apotek dan nama
apotek
➢ Sebelah kanan atas : tempat pembuatan resep
➢ Sebelah kiri atas : nomor resep
➢ Ditengah : nama pasien dan cara pakai
➢ Pada etiket biru : pada bagian bawah sekali ditulis “obat
luar”
➢ Dibawah etiket, kalau perlu ditambahkan label: kocok dahulu dan atau
tidak boleh diulang tanpa resep dokter

➢ CONTOH ETIKET DAN LABEL –LABEL

APOTEK FARMASIANA APOTEK FARMASIANA


Jalan. Kesehatan No.116 Jalan. Kesehatan No.116
APA: SIPA: APA: SIPA:

NO. PEKANBARU NO. PEKANBARU

NAMA PASIEN NAMA PASIEN

SIGNA SIGNA

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA KOCOK DAHULU SEBELUM PAKAI OBAT LUAR
RESEP DOKTER

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP KOCOK DAHULU SEBELUM PAKAI OBAT LUAR
DOKTER
7.

7. Pengecekan
Setelah semua lengkap periksa lagi, barulah obat itu dapat dikumpulkan kepada
asisten laboratorium.

6
III. PULVIS DAN PULVERES

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas
permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan yang
dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya
untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk
serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk oral dicampur dengan air minum.
Masalah stabilitas yang sering kali dihadapi dalam bentuk sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau
larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk granul.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi
(pulvis). Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dibungkus dengan kertas perkamen,
walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh lingkungan
dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul polietilen.
Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relative tidak poten,
seperti laxantia, antasida, makanan diet dan beberapa analgesic tertentu dan pasien
dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi
lainnya antara lain, serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk tidak terbagi sebaikknya disimpan
dalam wadah gelas bermulut lebar, tertutup rapat, untuk melindungi dari pengaruh
astmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang mudah menguap.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan
pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
no.60 untuk yang tidak menganduk lemak, no.40 untuk yang mengandung lemak, agar
tidak menimbulkan iritasi bagian yang peka.

Syarat–Syarat Sediaan Serbuk:


1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.

7
2. Harus homogeny semua komponen
3. Harus dalam keadaan kering.
Peracikan Puyer
Pembuatan puyer menggunakan mortir dan stamfer yang bersih dan kering,
yang harus dicuci kembali setelah dipergunakan. Puyer yang sudah jadi dibungkus
dalam kertas perkamen. Membungkus puyer harus rapih dengan jumlah serbuk yang
sama banyaknya pada setiap bungkus. Puyer tidak boleh keluar dari lipatan saat
bungkus puyer dibuka.
Bahan untuk praktikum berupa sediaan jadi berupa tablet, sebagai simulasi
digunakan sedian bentuk tablet besar, tablet kecil, kaplet besar, kaplet kecil dengan
berbagai warna, dan beberapa bahan baku untuk obat dalam seperti Acetaminophenum,
coffein, Theophylline, Lactosum dan yang lainnya berupa tablet dan capsul.

Cara peracikan puyer :


1. Bila bahan untuk puyer berupa bahan baku
a. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
b. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
c. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) kecil digerus terlebih dahulu, kemudian
bahan obat
dengan BJ besar.
d. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
e. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran.
2. Bila bahan obat untuk puyer berupa tablet
a. Tablet yang ukurannya paling kecil di gerus terlebih dahulu;
b. Tablet yang ukurannya lebih besar di gerus kemudian;
c. Kemudian semua serbuk di gerus hingga halus dan homogen, homegenitas
di lihat bila tabletnya warna warni, hasil akhirnya berupa serbuk halus, tidak
terdapat butiran-butiran kasar dengan warna yang homogen.
d. Bila semua serbuk atau tablet berwarna putih, pada waktu penggerusan

8
ditambahkan zat pewarna khusus makanan agar dapat di lihat homogenitas
dari pewarnaan yang merata.
e. Baru kemudian diasukkan bahan obat yang berupa serbuk, kemudian
Seluruhnya diaduk hingga homogen.

Contoh resep pulveres dan penyelesaiannya :

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Antalgin 0,2 K Analgetik, antipiretik - -


GG 0,1 K Ekspektoran - -
Dexamethason 0,005 K Antiinflamasi - -

Mf pulv dtd No. XII


S 3 dd pulv I

Pro : Intan
Umur : 8 tahun
Alamat : Jl. Purwodadi

KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

9
KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

a. Methampiron - FI ed III, hal 369


Serbuk hablur; putih atau putih
kekuningan.
b. GG - FI ed III, hal 272
Serbuk hablur; putih hingga agak
keabuan, hampir tidak berbau atau
berbau lemah, rasa pahit.
c. Dexamethason FI ed III, hal 195
Hablur atau sebruk hablur, putih atau -
hampir putih, tidak berbau, rasa agak
pahit.
PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Antalgin = 0,2 x 12 = 2,4 g


- GG = 0,1 x 12 = 1,2 g
- Dexamethason = 0,005 x 12 = 0,060
CARA KERJA :

a. Dexamethason gerus halus, ditambah GG gerus homogen, ditambah dexamethason gerus homogen.
b. Bagi dua diatas timbangan sama banyak untuk masing-masing 6 bungkus.
c. Dibungkus dengan kertas perkamen, dimasukkan dalam plastik obat dan diberi etiket putih.
PENYERAHAN
WADAH: APOTEK FARMASIANA

ETIKET: Jalan. Kesehatan No.116

APA: SIPA:
NO. PEKANBARU,

Intan
LABEL :
Sehari Tiga Kali Satu Bungkus

10
GOL KHASIAT DL DM
RESEP

R/ Extr. Bellad 10 mg Antifungi - 1x = 20 mg


K
1h = 80 mg
Atropin Sulfas 0,5 mg
Oleosach lact anisi qs Parasimpatolitik - 1x = 1 mg
K
1h = 3 mg
- -
Mf pulv dtd No. XII Zat tambahan
B
S t dd pulv I

Pro : Farma
Umur : 12 tahun
Alamat : Jl. Merpati Putih 37
KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

- Oleosacch lact anisi terdiri dari :


• Sacch lact 2
• Ol. Anisi 1 tts

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

- Extr Bellad
1x = 12/20 x 20 mg = 12 mg % 1x = 10 mg/12 mg x 100% = 83,33%
1h = 12/20 x 80 mg = 48 mg % 1h = 3 x 10mg/48 mg x 100% = 62,5%

- Atropin Sulfas
1x = 12/20 x 1 mg = 0,6 mg % 1x = 0,5 mg/0,6 mg x 100% = 83,33%
1h = 12/20 x 3 mg = 1,8 mg % 1h = 3 x 0,5 mg/1,8 mg x 100% = 83,33%

11
- DM berganda Extr Bellad dan Atropin Sulfas
% 1x = 83,33% + 83,33% = 166,66 %
% 1h = 83,33% + 62,5% = 145, 83%

Ternyata dosis maksimum berlebih dari 100%, maka harus dilaporkan terlebih dahulu untuk penurunan
dosis sebelum dikerjakan.

KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

a. Extr Bellad - FI ed III, hal


108
Cairan kental, coklat tua
b. Atropin Sulfas -
FI ed III, hal
Hablur tidak bewarna atau serbuk
98
putih, tidak berbau, sangat pahit,
sangat beracun.
c. Sacharum lactis
Serbuk hablur putih, tidak berbau, -
FI ed III, hal
rasa agak manis.
338
PENIMBANGAN :
- Extr. Bellad = 10 mg x 12 = 120 mg
- Atropin sulfas = 0,5 mg x 12 = 6 mg
- Sacch lactis = 2g
- Ol. Anisi = 1 tts

CARA KERJA :

a. Pengenceran atropin Sulfas 1 : 10


• Timbang Atropin sulfas 50 mg
• Timbang SLCC 450 mg
• Gerus homogen

12
• Timbang 6 mg/50 mg x 500 mg = 60 mg (M1)
• Sisa 500 mg – 60 mg = 440 mg (dibungkus)
b. Panaskan lumpang
c. Extr belladon ditambah etanol 70% ± 3 tts, aduk cair, tambahkan sebagian sacch lact, aduk (M2).
d. Keringkan lumpang, gerus sisa sacch lact dalam lumpang, ditambah M2, gerus cepat sampai serbuk
kering, ditambah atropin sulfas, gerus homogen, teteskan 1 tetes ol. Anisi, gerus homogen.
e. Bagi dua sama banyak diatas timbangan untuk masing-masing 6 bungkus. Masukkan dalam plastik
obat, beri etiket putih.

PENYERAHAN APOTEK FARMASIANA


WADAH:
Jalan. Kesehatan No.116
ETIKET:
APA:
NO. SIPA:
PEKANBARU,

Farma

Sehari Tiga Kali Satu Bungkus

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA


LABEL: RESEP DOKTER

13
IV. CAPSULAE (KAPSUL)

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi
dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang
untuk hewan. Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang
(dikenal sebagai ukuran OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa
peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian yaitu bagian
dalam/induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan kapsul) dan bagian
luar /tertutup. Kapsul bercangkang keras yang diisi pabrik sering mempunyai warna
dan bentuk berbeda-beda atau diberi tanda untuk mengetahui identitas pabrik. Pada
kapsul seperti ini dapat dicantumkan jumlah zat aktif/kode produk dan lain-lain yang
diceak secara aksial atau radikal. Tinta cetak kualitas farmasi memenuhi ketentuan
yang berlaku mengenai pigmen dan zat warna yang diizinkan.
Dalam praktek pelayanan resep diapotek, kapsul cangkang keras dapat diisi
dengan tangan, cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat
tunggal atau campuran dengan dosis yang tepat yang paling baik bagi setiap pasien.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul. Butiran gula
inert dapat dilapisi dengan kompisisi bahan aktif dan penyalut yang memberikan profil
lepas lambat dan bersifat enterik. Sebagai alternatif, bahan aktif dengan dosis lebih
besar dapat dibuat dalam bentuk pellet dan kemudian disalut. Bahan semi solid atau
cairan dapat juga diisikan kedalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan
dimasukkan kedalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk
mencegah kebocoran.
Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat diisikan kedalam kapsul
cangkang keras jika digunakan absorben seperti MgCO3 atau silikon dioksida koloidal
atau zat lain yang sesuai. Obat-obat yang berkhasiat keras sering dicampur dengan zat
pengencer inert sebelum diisikan kedalam kapsul. Jika dua macam obat yang tak

14
tercampurkan diresepkan bersama, kadang-kadang dimungkinkan untuk menempatkan
salah satunya didalam kapsul kecil dan menggabungkan dengan kapsul lebih besar
yang berisi kapsul kedua. Obat-obat yang tak tercampurkan dapat juga dipisahkan
dengan menempatkan tablet bersalut, atau kapsul cangkang lunak yang berisi obat
pertama kedalam kapsul sebelum penambahan obat kedua.
Kapsul gelatin lunak dapat dibuat dengan cara proses lempeng dengan
menggunakan seperangkat cetakan untuk membentuk kaspsul dengan cara die process
(berputar atau bolak-balik) yang lebih efisien dan produktif. Kapsul cangkang lunak
dapat juga diproduksi melalui proses gelembung yang membentuk kapsul sferik tanpa
lekukan. Dengan peralatan yang sesuai, serbuk dan zat padat kering lain dapat disikan
kedalam kapsul cangkang lunak.

Contoh resep kapsul dan penyelesaiannya :

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Sanexon ½ tab K Antiinflamasi - -


Piroxicam 20 mg K Analgetika dan - -
antinflamasi
Mf cap dtd No. XXX
S 2 dd cap 1 pagi

Pro : Abel
Umur : Dewasa
Alamat : Jl. Kayangan No. 11

KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

15
- Sanexon tab (MIMS Vol 10, hal 227)
• Methylprednisolone 4 mg

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

-
KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

a. Methylprednisolon - FI ed IV, hal 551


Serbuk hablur, putih atau praktis
putih, tidak berbau, melebur pada
suhu lebih kurang 2250C disertai
penguraian.
b. Piroxicam
Serbuk, hampir putih atau coklat - FI ed IV, hal 683
terang atau kuning terang, tidak
berbau. Bentuk monohidrat bewarna
kuning.

PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Sanexon tab = ½ x 30 = 15 tab


- Piroxicam = 20 mg x 30 = 600 mg

CARA KERJA :

a. Tablet sanexon digerus halus ditambahkan piroxicam gerus homogen.


b. Bagi 2 diatas timbangan sama banyak untuk masing-masing 15 bungkus, masukkan kedalam
cangkang kapsul.
c. Bersihkan kapsul, masukkan kedalam plastik obat. Beri etiket putih.

16
Keterangan :
Menghitung nomor kapsul :
Misal berat seluruh serbuk = 3600 mg
Hitung berat 1 kapsul = 3600 mg/30 kapsul = 120 mg
Tentukan nomor kapsul = 120 mg/65 grain = 1.85
Rule’s of 7 = 7 – 2 = 5
Jadi cangkang kapsul yang digunakan adalah nomor = 5

PENYERAHAN
WADAH: APOTEK FARMASIANA

ETIKET: Jalan. Kesehatan No.116

APA: SIPA:
NO. PEKANBARU,

Abel

Sehari Dua Kali Satu Kapsul


Pagi Hari
LABEL:

17
V. UNGUENTA (SALEP)

Unguenta (salep) adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian


topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi
dalam 4 kelompok yaitu :

1). Dasar Salep Hidrokarbon.


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin
putih, vaselin kuning, cera alba, cera flava, paraffin liquidum, paraffin solidum
dan ceraceum. Dasar salep ini hanya dapat bercampur dengan sejumlah kecil
komponen berair. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering
dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang
kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup kulit. Dasar salep
hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien.
2). Dasar Salep Serap.
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok :
a. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak.
b. Contoh : Lanolin anhidrat (adeps Lanae), Parafin hidrofilik.
c. Kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin, dan Cold cream).
Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan
melekat sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae
hydrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%. Salep ini dapat
dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada walaupun
telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik. Dasar
salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
3). Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.

18
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air”,
karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima
untuk dasar kosmetika.
4). Dasar Salep Larut Dalam Air.
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen
larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang
dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air
seperti lanolin anhidrat, parafin dan malam (cera). Dasar salep ini lebih tepat
disebut “gel“.
Contoh dasar salep ini ialah polietilenglikol. Pemilihan dasar salep untuk dipakai
dalam formulasi salep bergantung pada beberapa faktor, seperti kecepatan
pelepasan bahan obat dari dasar salep, absorpsi obat, kemampuan
mempertahankan kelembaban kulit oleh dasar salep, waktu obat stabil dalam
dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar salep.

Penggolongan dasar salep berdasarkana sifat fisik :


Berdasarkan sifat fisiknya basis salep ada yang berupa:
1. Zat padat seperti : Cera alba, Cera flava, Cetaceum, Paraffin solidum,
Cetylalcohol,
Acidum Stearinicum.
2. Setengah padat seperti : Vaselin album, vaselin flavum, adeps lanae.
3. Zat cair (cairan kental ) seperti : Oleum Sesami, Oleum Cocos dan Paraffin
liquidum.
Bila basis salep yang digunakan berupa zat setengah padat seperti Vaselin atau
Adeps lanae dapat langsung digunakan/dicampur dengan bahan obat. Tetapi bila
berupa campuran basis yang bentuk fisiknya setengah padat, padat dan cairan
maka harus dicampur dan dilebur hingga cair diatas waterbath, kemudian diaduk
hingga dingin dan homogen.

19
Pemilihan dasar salep
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang
cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang
mangandung air.
Dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan Vaselin
Putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu
bahan dasar salep yang disebutkan diatas. Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang
ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor di atas diharapkan dapat diperoleh bentuk
sediaan yang paling baik.

Mekanisme Kerja Salep :


Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar
hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep
absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karena komponen airnya
yang besar. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air
mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang
memerlukan penetrasi yang dalam.

Pembagian salep :
1. Salep
2. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai atau sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut

20
lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
terdispersi mikrokristal, asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan
kosmetik dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat secara
vagina.
3. Pastae
Pastae atau pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok
pertama dibuat dari gel fasa tunggal mengandung air misalnya pasta natrium
karboksimetil selulosa. Kelompok lain adalah pasta zink oksida, merupakan
salep yang padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Konsistensinya dapat agar
kaku dari salep, mengandunmg bahan obat padat 20-50% dan terdispersi dalam
dasar berlemak. Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum
dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi yang lebih rendah dari salep.
Karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang lebih cenderung membentuk
kerak, mengelembung atau mengeluarkan cairan. Pasta gigi digunakan untuk
pelekatan pada selaput lendir unuk memperoleh efek lokal, misalnya pasta gigi
triamsinolon asetonida.
4. Gel
Gel kadang-kadang disebut jelli, merupakan sistem semi padat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. ika masa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah Gel digolongkan sebagai sistem dua fasa,
misalnya aluminium hidroksida. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma,
misalnya magma bentonit.

21
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan).
Molekul organik larut dalam fasa kontinu. Gel-gel umumnya mengandung air,
etanol dan minyak dan dapat juga digunakan sebagai fasa pembawa. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan kedalam
lubang tubuh.

Contoh resep unguenta dan penyelesaiannya :

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Ketokonazol 2% Antifungi - -
B
- -
Supfur PP 4% Antiskabies/antiseptik extern
B - -
Acid Salicyl 2% Keratolitik - -
B
Vaselin ad 25 Basis Salep
B
Mf Ungt
SUC

Pro : Tn. Suparman


Umur : Dewasa
Alamat : Jl. Merpati Putih 37
KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :


-

22
KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

d. Ketokonazol

e. Sulfur PP Praktik tidak larut dalam air, sangat FI ed IV, hal 771
Serbuk amorf atau serbuk hablur mudah larut dalam karbon disulfida,
renik, sangat halus, warna kuning sukar larut dalam minyak zaitun,
pucat, tidak berbau dan tidak praktis tidak larut dalam etanol.
berasa. Larut dalam 550 bagian air dan
dalam 4 bagian etanol 95%, mudah FI ed III, hal 56
f. Acid salicyl larut dalam kloroform dan dalam
Hablur ringan tidak bewarna atau eter, larut dalam amonium asetat.
serbuk bewarna putih, hampir tidak Praktis tidak larut dalam air dan
berbau, rasa agak manis dan tajam. dalam etanol 95%, larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam FI ed III, hal 633
g. Vaselin mintak tanah.
Massa lunak, lengket, bening,
putih, tidak berbau, hampir tidak
berasa.
PENIMBANGAN :
- Ketokonazol = 2/100 x 25 = 0,500
- Sulfur PP = 4/100 x 25 = 1
- Acid Salicyl = 2/100 x 25 = 0,5
- Vaselin album = 25 – (1,5 + 1 + 0,5) = 23

CARA KERJA :

f. Sulfur PP digerus halus, kemudian ditambahkan sebagian vaselin album gerus homogen,
keluarkan dari lumpang (M1)

23
g. Acid salicyl dilarutkan dengan etanol 95% ± 3 tetes gerus dalam lumpang, kemudian tambahkan
sisa vaselin album, gerus tambahkan M1, gerus homogen, keluarkan dari lumpang (M2).
h. Ketokonazol digerus halus, ditambahkan M2, gerus homogen, masukkan ke dalam pot, beri etiket
biru.

PENYERAHAN
WADAH: APOTEK FARMASIANA
ETIKET: Jalan. Kesehatan No.116

APA: SIPA:

NO. PEKANBARU

Tn. Suparman

Cara Pakai Sudah Diketahui


LABEL:

24
VI. LARUTAN (POTIO) & GUTTAE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mampu membuat dan mengevaluasi sediaan larutan dan elixir untuk


penggunaan obat dalam sesuai dengan formula yang telah dirancang dan formula
dari resep standar.

II. DASAR TEORI

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih zat
terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas dalam pelarut
(solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar
atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi.
Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 °C, kecuali
dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
Dalam membuat larutan/obat minum perlu diperhatikan sifat bahan- bahan
obatnya apakah larut atau tidak dengan melihat kelarutannya dibuku standar
seperti FI, Extra Pharmacope, Martindale dll. Kelarutan bukanlah merupakan
standar atau uji kemurnian dari zat yang bersangkutan, tetapi dimaksudkan sebagai
informasi dalam penggunaan, pengolahan dan peracikan suatu bahan.
Kelarutan zat yang tercantum di dalam Farmakope Indonesia Edisi V
dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :

25
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk
No. Istilah kelaruatan melarutkan 1 bagian zat
1. Sangat mudah larut Kurang dari 1
2. Mudah larut 1 sampai 10
3. Larut 10 sampai 30
4. Agak sukar larut 30 sampai 100
5. Sukar larut 100 sampai 1000
6. Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
7. Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Contoh : Kelarutan Aethacridini Lactas (Rivanol) agak sukar larut dalam air;
mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam etanol.
1. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk melarutkan 500 mg (0,5 gram)
Rivanol adalah:
(30–100) x 0,5 gram = 15–50 gram atau 15–50 mL (karena BJ air 1).
2. Untuk 2,5 g Rivanol jika ingin dilarutkan dalam air panas, dibutuhkan air
Panas sebanyak : (1-10) x 2,5 gram = 2,5–25 gram = 2,5–25 mL.
3. Untuk 250 mg Rivanol jika ingin dilarutkan dalam etanol, dibutuhkan
etanol sebanyak : (100-1000) x 0,250 gram = 25-250 gram = 25–250 mL.

Jenis-jenis Sediaan Larutan

Larutan oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam
air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung sukrosa atau gula
lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air disebut
sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol sebagai kosolven
disebut eliksir.

26
Larutan topikal
Larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.
Lotio
Sediaan larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal. Contohnya :
lotio kumerfeldi.
Larutan Otik (Tetes Telinga)
Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik neonisin dan
polimisin B sulfat.
Spirituosa
Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika pelarutnya
air disebut air aromatik.
Sirup
Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi
rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan obat atau pembawa yang
wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.
Eliksir
Larutan hidroalkohol yang jernih dan manis, biasanya diberi rasa untuk
menambah kelezatan. Dibanding dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang
kental karena mengandung kadar gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam
menutupi rasa dan bau zat aktif.
Saturasi, Effervesent dan Netralisasi
Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa
(bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai
habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO2.

27
Potiones
Sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga
dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume besar, umumnya 50 ml.
Collyria
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet.
Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup kedap.
Gargarisma
Sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan
dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan
penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput lendir
yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput lendir maka
tidak digunakan bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok sebagai obat
kumur. Dalam tiket harus tertera :
hanya untuk kumur, jangan ditelan.
Sebelum digunakan diencerkan.
Mouthwash
Sediaan yang hampir mirip dengan gargarisma, ditujukan sebagai antiseptik
mulut. Namun dalam penggunaanya tidak perlu lagi untuk diencerkan dan hanya
dikumur dalam rongga mulut.
Infusa
Sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 0C selama 15 menit.

SOLUBILISASI

Suatu campuran zat cair dapat membentuk ikatan (solubilizer) yang


memperbesar kelarutan dan saling mempengaruhi kelarutan yaitu menambah
kelarutan suatu zat.
Metoda pembentukan solubilisasi antara lain dengan cara :
a. Pelarut campur.

28
➔ Dengan membuat larutan dari 2 buah pelarut yang akan meningkatkan
kemampuan melarutkan dari kedua pelarut tersebut.
Contoh : pada sediaan spirituoasa dan elixir
b. Penambahan surfaktan.
➔ Dengan menambahkan suatu surfaktan yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan yang terjadi pada proses pencampuran
dua cairan yang sukar bercampur.
Contoh : penambahan tween dan span pada formulasi emulsi dan
mikroemulsi.

III. CARA MERACIK SEDIAAN LARUTAN

Dalam meracik sediaan larutan kita harus memperhatikan sifat dari


bahan- bahannya apakah larut dalam air, alkohol, sirup atau pelarut yang tersedia
dalam komposisi resepnya. Untuk mengetahui berapa banyak pelarut yang
dipergunakan dapat dilihat pada monografi masing-masing zat yang terdapat
dalam buku standar (Farmakope Indonesia, Extra Pharmacopeae Martindale,
Merck Index).
Melarutkan bahan obat dapat dilakukan dalam erlenmeyer, mortir atau
dalam beaker gelas dengan bantuan batang pengaduk tergantung pada sifat bahan
obatnya. Bila jumlah bahan yang akan dilarutkannya banyak dan pelarutnya
terbatas, atau dibutuhkan penggerusan terlebih dahulu maka melarutkannya
dilakukan dalam mortir.
Bahan obat yang berupa kristal dapat dilarutkan dengan menggunakan
erlemeyer, tambahkan air/pelarut sesuai dengan kelarutannya, kemudian dikocok
hingga larut atau dalam beker gelas kemudian diaduk dengan bantuan batang
pengaduk. Untuk bahan obat tertentu harus dilarutkan dalam lumpang seperti
Succus Liquiritiae (sari akar manis), harus digerus hingga halus dan dilarutkan
dalam air mendidih.
Soda kue (Natrii subcarbonas), harus dilarutkan dengan cara gerus tuang.
Natrii subcarbonas digerus ditambahkan air dan diaduk, bagian yang jernih

29
dituang kedalam botol, sisanya yang belum larut digerus kembali dengan air
diaduk hingga larut, demikian seterusnya.

IV. FORMULASI
Contoh formulasi elixir :

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Paracetamol 120 mg/5 ml


Etanol 95% 5 ml
Propilen glikol 7 ml
Sirup simplex 20%
Asam benzoat 0,1%
Pewarna q.s
Essence q.s
Aqua ad 60 ml
Mf Elixir
S t dd C I

Pro : Alex
Umur : 9 tahun
Alamat : Jl. Rajawali
KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

-
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

30
-

KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

a. Paracetamol Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 FI ed III, hal 37


Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, bagian etanol 95%, dalam 40
rasa pahit. bagian gliserol, dalam 9 bagian
b. Propilen glikol gliserol. FI ed III, hal 534
Cairan kental, jernih, tidak bewarna, tidak Dapat campur dengan air, dengan
berbau, rasa agak manis, higroskopik. etanol 95%.
c. Syrupus simplex FI ed III, hal 49
Cairan jernih, tidak bewarna. -
d. Asam benzoat FI ed III, hal 567
Hablur halus dan ringan, tidak bewarna, tidak Larut dalam lebih kurang 350
berbau. bagian air, dalam 3 bagian
etanol 95%.
PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Paracetamol 120 mg/5 ml x 60 ml = 2240 m g


- Etanol 95% 5 ml
- Propilen glikol 7 ml
- Sirup simplex 20%
- Asam benzoat 0,1%
- Pewarna 3 tetes
- Essence jeruk 3 ml
- Aquadest 60 ml – 5 ml = 55 ml

CARA KERJA :

1. Botol dikalibrasi 60 ml.


2. Buat pelarut campur ( etanol + aquadest) → M1.

31
3. Gerus halus Paracetamol, ditambahkan Asam benzoat, gerus homogen (M2).
4. Aduk larut M2 dalam M1, ditambahkan sirup simplex, aduk homogen (M3).
5. M3 ditambahkan pewarna dan essence jeruk, aduk homogen. Ditutup. Diberi etiket putih.

PENYERAHAN
APOTEK FARMASIANA
WADAH:
Jalan. Kesehatan No.116
ETIKET:
APA: SIPA:
NO. PEKANBARU,

Alex

Sehari Tiga Kali Satu Sendok


Makan (15 ml)
LABEL:

32
VII. SUSPENSI ORAL & TOPIKAL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara pembuatan dan mengevaluasi formula sediaan suspensi
untuk penggunaan obat dalam maupun luar sesuai formula yang telah dirancang.

II. DASAR TEORI


Sediaan suspensi adalah sediaan dengan sistem heterogen yang terdiri
dari fase terdispersi sebagai fase dalam dan fase pendispersi sebagai fase luar. Fase
terdispersi berbentuk partikel dengan kehalusan yang tidak larut dalam fase
pendispersi. Fase luar merupakan bagian terbesar yang berbentuk cairan. Jumlah
partikel yang terdispersi didalam suspensi oral tergantung dari dosis bahan
berkhasiat yang dipakai. Misalnya untuk suspensi antibiotika dalam 5cc harus
berisi 125 sampai 500 mg bahan aktif, sedangkan untuk sediaan antasida dan zat
pengontras dalam penyinaran mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak.

Secara umum sediaan suspensi terdiri dari:


1. Bahan berkhasiat dengan kelarutan yang relative kecil didalam fase
pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah: ukuran partikel dan sifat
permukaan padat-cair. Partikel yang terdispersi dapat bersifat hidrofilik dan
hidrofobik. Untuk partikel yang hidrofobik perlu dilakukan proses pembasahan
terlebih dahulu agar dapat terdispersi dengan sempurna dalam pelarut. Bahan
pembasah yang lazim dipakai adalah surfaktan yang mempunyai sifat dapat
menurunkan tegangan permukaan antara zat padat dengan zat cair. Humektan
merupakan bahan pembasah yang dapat menghilangkan lapisan udara disekitar
zat padat yang terdispersi sehingga lebih mudah dibasahi oleh pelarut. Untuk
zat padat yang bersifat hidrofobik lebih baik digunakan surfaktan sebagai zat
pembasah, karena dengan berkurangnya tegangan permukaan padat-cair proses
pembasahan zat padat yang terdispersi akan lebih baik.
2. Bahan penambah:

33
• Pembawa atau fase luar: air, minyak, dan lain-lain
• Bahan pembasah : surfaktan dan derivate polyalcohol (humektan)
• Bahan pensuspensi yang ditambahkan kedalam sediaan suspensi adalah
untuk memodifikasi viskositas fase luar dan mencegah terjadinya proses
pengendapan zat padat yang terdispersi dalam fase luar.
• Dapar
• Pengawet
• Flavor (corigensia) : pewarna, pemanis, penutup rasa.

Suspensi dengan pembawa air digunakan sebagai sediaan peroral


dengan dosis obat yang mempunyai kelarutan di dalam air kecil. Luas
permukaan fase terdispersi yang cukup besar akan mempengaruhi absorptivitas
obat. Kecepatan disolusi ditentukan oleh ukuran partikel. Apabila ukuran
partikel zat padat yang terdispersi lebih besar dari pada 10 µm, kecepatan
disolusi berbanding lurus dengan luas permukaan. Dengan demikian disini luas
permukaan partikel merupakan faktor penentu kecepatan disolusi.
Berdasarkan data kecepatan disolusi, ketersediaan hayati obat dalam
tubuh setelah pemberian dapat diasumsikan bahwa sediaan larutan suspensi >
kapsul > tablet > tablet salut.
Cara pengembangan bahan pensuspensi didalam sediaan suspensi
memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas zat padat yang terdispersi
dalam bahan pembawa.oleh karena itu bahan pensuspensi harus mengembang
maksimum sebelum dimasukkan kedalam sediaan. Pengembangan bahan
pensuspensi tergantung dari sifat bahan pensuspensi yang digunakan.

III. PROSEDUR PEMBUATAN SUSPENSI DENGAN BAHAN PEMBASAH

1. Didihkan air yang akan dipakai sebagai fase pendispersi, dinginkan dalam

keadaan tertutup.

2. Timbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu sesuai dengan kebutuhan

34
3. Haluskan bahan-bahan yang digunakan sampai ukuran partikel tertentu.
4. Kembangkan bahan pensuspensi sesuai dengan sifat bahan
5. Campurkan bahan berkhasiat dengan bahan pembasah kemudian diencerkan
dengan pembawa
6. Tambahkan bahan pensuspensi yang telah dikembangkan, kemudian
tambahkan pengawet dan korigensia.
7. Tambahkan air sampai volume yang diminta.

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut
di dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang
adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain
kontaminan.
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah kemasukkan
udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari suspensi
medium.
Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang
dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.

Jika interaksi antara padatan dan cairan lebih besar daripada interaksi antara
padatan dan udara, sudut kontak yang terbentuk antara padatan dengan cairan ialah
>90°, hal ini menyebabkan partikel/padatan tersebut sulit untuk dibasahi bahkan
akan berada di udara (mengapung) jika sudut kontaknya. Sudut kontak dibawah
<90°, menyebabkan padatan yang siap dibasahi.

35
IV. FORMULASI

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Chloramphenicol Palmitat 150 mg


CMC Na 50 mg
Polysorbatum-80 25 mg
Propilen glicolum 1 gr
Sirupus simplex 1,5 gr
Nipagin 0,1 %
Perasa q.s
Aqua destilata hingga 60 ml

Mf Suspensi
S 3 dd C I

Pro : Carla
Umur : 6 tahun
Alamat : Jl. Bangau Sakti
KELENGKAPAN RESEP :

- Usul cara kerja dianggap aseptis karena ada antibiotika.


- BJ = 1,5 g/60 ml = < 1/6 = 1
FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

-
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

-
KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

36
a. Chloramphenicol Palmitat : Praktis tidak larut dalam air, FI ed III, hal 145
Serbuk hablur putih, licin, putih, bau lemah, larut dalam 45 bagian
rasa tawar. etanol.
b. Na. CMC FI ed III, hal 401
Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning Mudah mendispersi dalam air,
gading, tidak berbau atau hampit tidak membentuk suspensi
berbau, higroskopik. koloidal.
c. Polysorbatum-80 FI ed III, hal 509
Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning,
bau asam lemak, khas. Mudah larut dalam air, dalam
d. Propilen glikol etanol 95%. FI ed III, hal 534
Cairan kental, jernih, tidak bewarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopik. Dapat campur dengan air,
e. Syrupus simplex dengan etanol 95%. FI ed III, hal 49
Cairan jernih, tidak bewarna.
f. Nipagin - FI ed III, hal 378
Serbuk hablur, putih, hampir tidak berbau,
tisak mempunyai rasa, kemudian agak Larut dalam 500 bagian air,
membakar diikuti rasa tebal. dalam 20 bagian air
mendidih.
PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Chloramphenicol = 125 mg
- CMC Na = 50 mg
- Air pensuspensi = 20 x 50 mg = 1 ml ~ 2 ml
- Polysorbatum-80 = 50 mg
- Propilen glicolum = 1 gr
- Sirupus simplex = 1,5 gr
- Nipagin = 0,1 %
- Perasa =

37
- Aqua destilata hingga 60 ml
CARA KERJA :

6. Botol dikalibrasi 60 ml.


7. Kembangkan CMC Na dalam air panas (2 ml) → M1
8. Chloramfenikol digerus halus dalam lumpang, masukkan ke dalam beaker glass, tambahkan M1,
gerus cepat hingga terbentuk inti suspensi yang baik, encerkan dengan sirupus simplex, gerus
homogen, ditambkan propilen glikol, gerus homgen, masukkan kedalam botol.
9. Nipagin gerus halus dalam lumpang, masukkan ke dalam beaker glass, ditambah air (2 ml) aduk
larut, masukkan kedalam botol.
10. Polysorbatum-80 gerus halus dalam lumpang, pindahkan ke dalam beaker glass, ditambah air (2
ml) aduk larut, masukkan kedalam botol.
11. Tambah aquadest ad 60 ml, tambahkan perasa, tutup botol, beri etiket putih.
PENYERAHAN
APOTEK FARMASIANA
WADAH:
Jalan. Kesehatan No.116
ETIKET:
APA: SIPA:
NO. PEKANBARU,

Carla

Sehari Tiga Kali Satu Sendok


Makan (15 mL)
LABEL:

38
VIII. EMULSI
I. TUJUAN PERCOBAAN

Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan


sediaan mikroemulsi menggunakan surfaktan serta mengamati stabilitas sediaan
emulsi dan mikroemulsi.

II. DASAR TEORI

Sediaan emulsi merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua cairan yang tidak
bercampur satu dengan yang lain. Pada umumnya cairan tersebut adalah campuran dari
minyak dan air tergantung dari pada tipe emulsi yang dibuat, fase terdispersi dapat
berupa minyak atau air. Pada prinsipnya pembuatan sediaan emulsi terbagi menjadi
dua bagian yaitu :
1. Tahap destruksi : dalam tahap ini dilakukan pemecahan fase minyak menjadi
globul-globul kecil, sehingga fase terdispersi tersebut dapat lebih mudah terdispersi
dalam fase pendispersi.
2. Tahap stabilisasi : dalam tahap ini dilakukan stabilisasi globul-globul yang
terdispersi dengan menggunakan emulgator.

Formulasi umum sediaan emulsi terdiri dari :


1. Bahan aktif
a. Bahan padat yang dapat larut dalam air atau minyak
b. Bahan cair yang berbentuk minyak atau yang dapat tersatukan dengan air.
2. Bahan pembantu
a. Emulgator : terdapat berbagai macam emulgator tergantung dari mekanisme
emulgator tersebut dalam proses stabilisasi emulsi. Dalam percobaan ini
digunakan emulgator alam. Polimer alam atau makro molekul pembentuk gel
dan membentuk lapisan film karena terjadi adsorpsi pada permukaan globul.
Derivate selulosa yang bersifat koloid hidrofil meningkatkan viskositas
medium pendispersi, sehingga dapat mencegah terjadinya koalesensi.
Golongan emulgator alam antara lain adalah bentonit, veegum merupakan zat

39
padat yang berbentuk koloid yang berbagi halus pada permukaan globul yang
terdispersi.
b. Pengawet : berfungsi menghambat mikroorganisme yang dapat hidup dalam
fase air dan didalam emulgator alam yang digunakan dalam sediaan emulsi
per oral antara lain:
• Derivate asam benzoat : metal p-hidroksil benzoate dengan kosentrasi
sekitar 0,1% -0,2% untuk tipe emulsi O/W. Untuk bentuk ester yang lebih
tinggi (propel dan butil) digunakan kosentrasi mendekati larutan jenuhnya.
• Aktivitas pengawet golongan ini dapat berkurang dengan adanya surfaktan
non ionic atau di dalam sediaan krem dengan konsentrasi minyak yang
tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan menaikkan kosentrasi total menjadi
lebih tinggi dan efektif terhadap range mikroorganisme lebih besar.
Kombinasi metal dan propel dengan ratio 2:1 dengan kosentrasi 0,06 dan
0,03%.
• Asam sorbat, terutama digunakan dalam sediaan yang mengandung
surfaktan non ionik. Konsentrasi yang digunakan sebesar 0,2%.
• Pengawet lain yang banyak digunakan dalam krem dan emulsi antara lain:
fenol (0,5%), klorokresol (0,1%).
c. Antioksidan : antioksidan dalam sediaan emulsi digunakan untuk mencegah
terjadinya reaksi oksidasi bahan berkhasiat dalam sediaan atau fase minyak.
Apabila terjadi reaksi oksidasi didalam minyak akan terjadi ketengikan yang
dapat diidentifikasi secara langsung. Antioksidan yang biasa dipakai dalam
sediaan emulsi adalah: tokoferol, dodesilgalat, oktilgalat, alkilgalat, butyl
hidroksi anisol, butyl hidroksitoluen, natrium metabisulfit. Ion logam berat
yang dapat mengkatalisa terjadinya reaksi oksidasi dapat diikat dengan
“sequestering agent” seperti asam sitrat dan asam tartrat.

Sediaan mikroemulsi adalah dispersi cair dari air dan minyak yagn dibuat
homogen, transparan dan stabil dengan penembahan surfaktan dalam jumlah
relative besar dan kosurfaktan. Surfaktan sintesis merupakan suatau zat aktif

40
permukaan yang dapat menstabilkan suatu sediaan emulsi karena dapat
menurunkan tegangan permukaan antar permukaan.
Ditinjau dari struktur surfaktan diketahui mempunyai dua gugus yang
bersifat polar dan non polar.Gugus-gugus tersebut akan bersosiasi pada permukaan
globul membentuk film yang kuat yang merupakan barier dari pada globul-globul
tersebut, sehingga dapat mencegah terjadinya adhesi dan koalesensi. Stabilitas
emulsi akan meningkat dengan meningkatnya viskositas dan kekuatan film pada
permukaan globul.Surfaktan terdiri dari beberapa tipe yaitu : anionik, kationik,
amfoterik, dan non ionik. Surfaktan ionic dapat mempengaruhi daya interaksi
listrik dari masing-masing globul.
Karateristik gugus surfaktan ditentukan dari harga HLB yang dapat
menggambarkan sifat hidrofisilitas surfaktan tersebut.Kombinasi surfaktan dengan
harga HLB rendah dan harga HLB tinggi ditambahkan untuk mendapatkan harga
HLB yang mendekati harga HLB butuh minyak yang digunakan. Untuk
menghitung kosentrasi masing-masing surfaktan dipakai perhitungan aligasi atau
aljabar biasa, dengan memasukkan harga HLB surfaktan.

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah surfaktan sebagai


berikut :
misalkan jumlah kombinasi surfaktan keseluruhan 5%. Konsentrasi surfaktan A=a
dengan
harga HLB A, konsentrasi surfaktan B=b dengan harga HLB B = harga HLB A.

Rumus : A x ( 5 – a ) + ( 5 – b ) – HLB butuh x 5

Untuk menghitung HLB surfaktan dapat digunakan ekuasi Griffin sebagai berikut
:

HLB = (jumlah gugushidrofil) – ( jumlah gugus lipofil) + 7

41
III. FORMULASI

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Oleum Iecoris Aselli 10 g


Glycerolum 10 g
PGA 30 g
Oleum Cinnamomi gtt VI
Aquadest ad 215 g

Mf emulsi
S.b.d.d 15 ml
Pro : Abdul
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl. Casablanca

KELENGKAPAN RESEP :

-
FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

-
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

-
KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

a. Oleum iecoris Sukar larut dalam etanol 95%. FI ed III, HAL 457
Cairan, kuning pucat, bau khas, agak
manis, tidak tengik, rasa khas.
b. Gliserol Dapat campur dengan air dan etanol FI ed III, hal 271
95%.

42
Cairan seperti sirop, jernih, tidak
bawarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, higroskopik. Mudah larut dalam air, menghasilkan FI ed III, hal 279
c. PGA larutan yang kental dan tembus
Hampit tidak berbau, rasa tawar seperti cahaya.
lendir. Larut dalam 8 bagian etanol FI ed III, hal 454
d. Oleum cinnamomi
Cairan, kuning, bau dan rasa khas.
PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Oleum Iecoris Aselli 10 g


- Glycerolum 10 g
- PGA 30 g
- Air corpus 2,5 x 10 g = 25 g
- Oleum Cinnamomi gtt VI
- Aquadest ad 215 g

CARA KERJA :

- Botol ditara
- Oleum iecoris aselli ditambah PGA dan air corpus, gerus cepat hingga terbentuk corpus emulsi yang
baik, encerkan dengan glycerolum, gerus homogen, masukkan ke dalam botol.
- Tambahkan aquadest hingga 215 g, teteskan 6 tetes oleum cinnamomi. Tutup botol, beri etiket putih,
sertakan label Kocok Dahulu Sebelum Digunakan.

43
PENYERAHAN
APOTEK FARMASIANA
WADAH:
Jalan. Kesehatan No.116
ETIKET:
APA: SIPA:
NO. PEKANBARU,

Abdul

Sehari Dua Kali 15 ml

LABEL:
KOCOK DAHULU SEBELUM PAKAI

44
IX. LOTIO
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara pembuatan dan melakukan evaluasi terhadap sediaan
suspensi obat luar (losio) dan emulsi obat luar (lotion), serta mengevaluasinya.

II. DASAR TEORI


Sediaan losio adalah sediaan bentuk suspensi atau emulsi yang digunakan
untuk pemakaian pada kulit. Losio bentuk suspensi biasanya mengandung bahan
obat yang tidak larut air, sedangkan losio bemtuk emulsi lebih banyak ditemukan
pada sediaan kosmetika.
Fase terdispersi merupakan partikel padat halus yang tidak larut, sedangkan
bentuk emulsi fase terdispersinya adalah zat yang dapat larut dalam air atau dapat
larut dalam minyak. Secara umum sediaan losio mengandung partikel-partikel
padat halus yang bersifat hidrofob atau partikel-partikel padat yang volumen. Oleh
karena itu dalam pembuatan losio ini perlu ditambahkan zat pembasah ataupun
humektan agar zat padat halus tersebut mudah dibasahi oleh fase pendispersinya.
Pada pembuatan losio sering ditambahkan juga alkohol ± 10% yang
bertujuan antara lain melarutkan zat-zat yang mudah larut dalam alkohol,
memberikan rasa sejuk (dingin) pada kulit sewaktu dioleskan dan agar losio cepat
mongering pada kulit.

III. FORMULASI

RESEP GOL KHASIAT DL DM

R/ Acid Salicyl 1
Vioform 2
Talkum
ZnO aa 3

45
Diphenhidramin HCl 0,250
Etanol 90% 5

Mf lotio 100
SUE

Pro : Cindy
Umur : 15 tahun
Alamat : Jl. Tanjung Raya

KELENGKAPAN RESEP :

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

KELARUTAN
SIFAT FISIKA/KIMIA (PEMERIAN) (DISESUAIKAN)
PUST
AKA
a. Acid Salicyl Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian FI ed III,
Hablur ringan tidak bewarna atau etanol 95%. hal 56
serbuk bewarna putih, hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam.
b. Talkum Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Serbuk hablur, sangat halus licin,
mudah melekat pada kulit, bebas

46
dari butiran, warna putih atau putih FI ed III,
kelabu. Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%. hal
c. ZnO 591
Serbuk amorf, sangat halus, putih atau
putih kekuningan, tidak berbau, Mudah larut dalam air, etanol 95%.
tidak berasa.
d. Diphenhidramine HCl
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa FI ed III,
pahit disertai rasa tebal. hal
636

FI ed III,
hal
228
PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

- Acid Salicyl 1
- Vioform 2
- Talkum 3
- ZnO 3
- Diphenhidramin HCl 0,250
- Etanol 90% 5g/100 ml x 100 g = 5 ml
- Aquadest ad 100 g
CARA KERJA :

- Botol ditara
- Etanol 95% ditimbang dalam botol, ditambahkan acid salicyl, kocok hingga larut.
- Diphenhidramin HCl ditambah air (5 ml), aduk larut, masukkan dalam botol.

47
- Talk ditambah vioform dan ZnO, gerus halus dan homogen, ditambah aquadest sedikit demi sedikit
→ disuspensi, masukkan ke dalam botol. Bilas lumpang, masukkan ke dalam botol.
- Beri etiket biru, serta label kocok dahulu sebelum pakai.

PENYERAHAN
APOTEK FARMASIANA
WADAH:
Jalan. Kesehatan No.116
ETIKET:
APA: SIPA:
NO. PEKANBARU

Cindy

Obat Luar

LABEL:

KOCOK DAHULU SEBELUM PAKAI

48
KEGIATAN PRAKTIKUM I

GOL KHASIAT DL DM
RESEP

R/ Ibuprofen 0,2
SL 0,05

Mf pulv dtd No. X


S 3 dd pulv I

Pro : Dedi
Umur : 6 tahun
Alamat : Jl. Kopi No. 55
KELENGKAPAN RESEP ADMINISTRATIF :

KELENGKAPAN RESEP FARMASETIS:

FORMULAE OFFICINALIS (FO) :

49
SIFAT FISIKA/KIMIA KELARUTAN
(PEMERIAN) (DISESUAIKAN) PUSTAKA

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM :

PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN :

50
CARA KERJA :

PENYERAHAN
WADAH:
ETIKET:

LABEL :

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

2. Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

3. Anonim, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

4. Anief, M., 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
5. Anief, M., 2012. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
6. Ansel, C.H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press
7. Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

52

Anda mungkin juga menyukai