Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FTS NON STERIL


JUDUL TOPIK PRAKTIKUM

DOSEN PENGAMPU:
Dr. I GUSTI NGURAH AGUNG DEWANTARA PUTRA, S.Farm., M.Sc, Apt 
Dr. EKA INDRA SETIAWAN, S.Farm., M.Sc, Apt  (sesuaikan dngn pngmpunya)
OLEH 
KELOMPOK X
GOLONGAN X
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)
NAMA (NIM)

PROGRAM STUDI FARMASI 


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
I. PRAFORMULASI
1.1 Tinjauan farmakologi bahan obat
A. Indikasi
Vitamin C (asam askorbat) merupakan antioksidan non enzimatik yang
larut dalam air. Asam askorbat berperan sebagai reduktor untuk berbagai
radikal bebas dan meminimalkan terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh
stres oksidatif (SEPERTI INI YA UNTUK PENOMORAN SUBAB
KETIGA make A B C BIAR KOMPAK).
B. Farmakokinetik
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan
bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan
kemudian diserap ke lapisan kulit selanjutnya didistribusikan secara sistemik.
1.2 Tinjauan fisikokimia bahan obat
1.3 Tinjauan fisikokimia zat tambahan
1.4 Bentuk sediaan, dosis, dan cara pemakaian
II. FORMULASI
2.1 Formula
2.2 Permasalahan dan pencegahan masalah dalam formulasi
III. PRODUKSI
3.1 Penimbangan
3.2 Cara kerja
IV. PENGEMASAN
4.1 Kemasan primer
4.2 Kemasan sekunder
4.3 Etiket
4.4 Brosur
V. EVALUASI (berupa caker uji evaluasi)
5.1 Uji Evaluasi Terhadap Granul
A. Uji Kadar Air

Sebanyak 1 gram granul ditimbang, kemudian dipersiapkan alat uji


kadar air

1
Granul dimasukkan ke dalam alat dan dilakukan pengujian terhadap
kadar air

B. Uji Laju Alir


C. Uji Sudut Diam
D. Uji Kompresibilitas
E. Uji Distribusi Ukuran Partikel
5.2 Uji Evaluasi Terhadap Tablet
A. Uji Organoleptis
B. Uji Keseragaman Ukuran
C. Uji Keseragaman Bobot
D. Uji Waktu Hancur
E. Uji Kerapuhan
F. Uji Kekerasan
G. Uji Disolusi
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil (dicantumkan data hasil yang diberikan kalau ada yng perlu isi
perhitungan langsung isiin)
6.1.1 Formula yang Digunakan
6.1.2 Uji Evaluasi Terhadap Granul
A. Uji Kadar Air
Kadar air granul sebelum di oven 19,56%
Kadar air granul setelah di oven 1,09%
B. Uji Laju Alir
C. Uji Sudut Diam
D. Uji Kompresibilitas
E. Uji Distribusi Ukuran Partikel
6.1.3 Uji Evaluasi Terhadap Tablet
A. Uji Organoleptis
B. Uji Keseragaman Ukuran
C. Uji Keseragaman Bobot
D. Uji Waktu Hancur
E. Uji Kerapuhan

2
F. Uji Kekerasan
G. Uji Disolusi
6.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan formulasi serta evaluasi dari sediaan non steril
tablet teofilin dengan skala laboratorium. Menurut Farmakope Indonesia
(2014) tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Kemenkes RI, 2014). Tablet merupakan sediaan padat
kompak, dibuat dengan cara kempa atau cetak dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung. Tablet mengandung
satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisis, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI,
1979). Keuntungan dari bentuk 32 sediaan tablet antara lain praktis dan
efisien, lebih mudah dibawa dan disimpan, lepas lambat (efek lama), dan
dapat menentukan dosis yang tepat (Murtini, 2016).
Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan tablet yaitu teofilin.
Teofilin merupakan obat yang sering digunakan dalam terapi asma,
merupakan turunan metilxantin yang sangat efektif dalam pengobatan asma
bronkial kronis dan reaksi bronkospastik. Teofilin mungkin menimbulkan
efek aditif bila digunakan bersama agonis beta-2 dosis kecil, kombinasi kedua
obat tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping, termasuk
hipokalemia (BPOM RI, 2008). Teofilin memiliki waktu paruh yang relative
pendek (8,1 jam) dan jendela terapetik yang sempit yaitu sekitar 10 – 20
µg/mL. Toksisitas teofilin biasanya muncul pada konsentrasi di atas 20 µg /
ml dan fluktuasi konsentrasi serumnya dapat menyebabkan variabilitas dalam
respon klinis. Oleh karena itu, sediaan tablet teofilin dibuat dalam bentuk
sediaan lepas lambat diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi obat dalam
darah yang lebih seragam dan kadar puncak yang tidak fluktuatif (Siswanto
dan Soebagyo, 2006). Lepas lambat menggambarkan pelepasan suatu zat obat
dari bentuk sediaan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Bentuk lepas
lambat dirancang sedemikian rupa sehingga pemberian unit dosis tunggal
menghasilkan efek terapeutik yang diturunkan untuk periode bertahap dan

3
terus-menerus biasanya 8- 12 jam. Polimer yang digunakan dalam formulasi
peroral untuk mengantarkan obat pada kecepatan terkontrol yang telah
ditentukan, sehingga mempertahankan konsentrasi efektif terapeutiknya
dalam sirkulasi sistemik untuk periode waktu yang lama (Jeyamani, et al.,
2017).
Metode pembuatan tablet yang digunakan pada formulasi ini yaitu
metode granulasi basah. Metode granulasi basah merupakan metode
pembuatan tablet yang paling luas digunakan. Granulasi merupakan metode
untuk meningkatkan sifat alir bebas dari serbuk agar pada saat pemngempaan,
serbuk dapat terdistribusi merata pada cetakan. Granulasi basah dilakukan
dengan menambahkan zat pengikat pada serbuk yang mengakibatkan serbuk
menjadi lembab (basah) kemuudian diayak dan dikeringkan. Penambahan zat
pengikat yang berbentuk cair harus diperhatikan jumlahnya. Bila serbuk
dibasahi secara berlebihan, maka akan menghasilkan granul yang keras.
Pembasahan yang kurang juga akan dihasilkan tablet yang cenderung mudah
remuk (Ansel, 2008). Pada metode granulasi basah, zat berkhasiat, zat pengisi
dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan
pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40°C-50°C.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet (Anief, 1994).
Pembuatan sediaan tablet teofilin dalam bentuk lepas lambat sehingga
pelepasan obat harus relatif lambat dan terkontrol (Iskandarsyah dkk., 2010).
Pembuatan tablet lepas lambat menggunakan bahan tambahan HPMC dengan
konsentrasi 2 – 5 % (Rowe et al., 2009). Xanthan gum merupakan matriks
hidrofilik yang mudah terhidrasi karena bersifat mudah larut dalam air,
sehingga setelah kontak dengan medium akan mengembang dan mengalami
erosi. Kombinasi HPMC dan xanthan gum ini diharapkan dapat memberikan
sifat-sifat sediaan tablet lepas lambat teofilin yang ideal, yaitu memenuhi
persyaratan fisik tablet dan mampu mempertahankan pelepasan obat yang
stabil selama waktu tertentu. Tablet diharapkan segera melepaskan zat aktif,

4
kemudian terlarut dan selanjutnya dapat diabsorpsi oleh tubuh dan
memberikan efek terapi (Iskandarsyah dkk.,, 2010). Tablet diharapkan segera
melepaskan zat aktif, kemudian terlarut dan selanjutnya dapat diabsorpsi oleh
tubuh dan memberikan efek terapi. Kerapuhan tablet dapat diatasi dengan
melakukan penambahan bahan pengikat (binder) yaitu CMC-Na. Konsentrasi
CMC-Na yang digunakan berfungsi sebagai pengikat dengan konsentrasi 2-
10%. Pada saat pembuatan tablet terdapat kemungkinan terjadi perlekatan
granul pada die saat proses kempa tablet. Agar tidak melekat, dilakukan
penambahan talkum dengan konsentrasi 5% sebagai bahan lubrikan ke dalam
granul sehingga setiap granul dilapisi bahan lubrikan (Rowe et al., 2009).
Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi. Penggunaan laktosa sebagai bahan
pengisi karena bersifat inert (tidak bereaksi) hampir pada semua bahan obat.
Laktosa stabil secara kimia, fisika, dan mikrobiologis. Umumnya formula
dengan laktosa sebagai bahan pengisi menunjukkan laju pelepasan obat yang
baik (Setiana dan Kusuma, 2018).
Pada sediaan tablet dilakukan evaluasi terhadap granul. Evaluasi granul
dilakukan menilai granul yang telah dihasilkan apakah telah memenuhi
kriteria granul yang baik. Evaluasi granul meliputi uji waktu alir, uji sudut
diam, uji kadar air dan uji distribusi ukuran partikel, dan uji kompresbilitas.
Uji kadar air dilakukan untuk mengatahui kandungan air dalam granul
sehingga dapat memenuhi syarat kadar air yang baik, adanya kadar air yang
berlebih dapat mengganggu stabilitas fisik maupun kimia dari sediaan. Uji
kadar air dilakukan dengan cara ditimbang 1 gram granul pada alat pengukur
kadar air. Berdasarkan data yang didapatkan kadar air yang dimiliki oleh
sediaan sebelum dioven yaitu 19,56% dan kadar air yang dimiliki sediaan
setelah dioven yaitu 1,09. Granul yang baik memiliki kadar air yaitu dibawah
5% (Lachman, et al., 2008).
Mengevaluasi hasil dari data yang diberikan bahas tentang perbandingan
ketiga formula tersebut!
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
A. v

5
B. b
7.2 Saran

6
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: UGM Press.
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press.
BPOM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Bapan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Repubik Indonesia.
Iskandarsyah., S. dan D. Hayati. 2010. Pengaruh Kombinasi Hidroksiprofil
Metilselulosa-Xantan Gum Sebagai Mantriks Pada Profil Pelepasan Tablet
Teofilin Lepas Terkendali. Majalah Ilmu Kefarmasian. 7(3):58-77.
Jeyamani, S. V. P., P. Angel, R. Vijageetha, M. Murugan, K. Senthilkumaran.
2017. Formulation and Evaluation of Sustained Release Dosage Form of
Theophylline. Asian Journal of Pharmaceutical Science & Technology.
7(2): 72 – 75.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L., Liebermann, H.A., dan J.I. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi II. Jakarta: UI Press
Murtini, G. 2016. Farmasetika Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Exipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.
Setiana, I. H. dan Kusuma, A. S. W. 2018. Review Jurnal: Formulasi Granul
Effervescent dari Berbagai Tumbuhan. Farmaka. 16 (3): 100 – 105.
Siswanto, A. dan S. S. Soebagyo. 2006. Optimasi Formulasi Sediaan Tablet Lepas
Lmbat Teofilin dengan Matrik HPMC, Na CMC dan Xanthan gum.
Majalah Farmasi Indonesia. 17(3): 143-148.

7
Link Video Cara Kerja Evaluasi: xx
Ketentuan:
1. Laporan dibuat perkelompok, dan dikumpul yang telah di ACC asdos
2. Margin kiri 4 kanan, atas, bawah 3
3. Font times new roman, 12, spasi 1,5 justify
4. Halaman pojok kanan bawah, dimulai dari bab 1 sampai Dafpus
5. File yang dikumpul melalui oase paling lambat hari H prak pukul 13.00 wita.
6. Nama file :
Laporan akhir (pdf):
Kelompok X_Golongan X_Laporan Akhir_Judul Topik Praktikum
contoh: Kelompok 1_Golongan I_Laporan Akhir_Krim Vitamin C
PPT Laporan Akhir (pdf):
Kelompok X_Golongan X_PPT Laporan Akhir_Judul Topik Praktikum
Cara Kerja Evaluasi (dikumpul berupa linknya saja):
Kelompok X_Golongan X_Cara Kerja Evaluasi_Judul Topik Praktikum
PENGUMPULAN DI OASE OLEH SEMUA ANGGOTA KELOMPOK
Pengumpulan ke drive oleh perwakilan kelompok
7. Topik praktikum :
Topik 1: Krim vitamin C
Topik 2: sirup kering amoksisilin
Topik 3: suppositoria aminophilin
Topik 4: tablet teofilin

Anda mungkin juga menyukai