TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Obat
Obat generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama
resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
Non-propieretary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari
monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat
tunggal. Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan
nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga
obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI. Obat generik esensial adalah obat
generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
(Widodo, 2004).
C. Definisi Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat
3
secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna,
zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. (Ansel, 1989).
D. Parasetamol
Rumus bangun :
Kandungan : Tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%,
C8H9NO2, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan rapat dan tidak tembus cahaya
4
2. Uraian Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan golongan para aminofenol bersama
dengan fenasetin. Efek samping golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari
parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama
dapat menyebabkan kerusakan hati (Dermawan, 2015).
E. Disolusi
Disolusi merupakan suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat
menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai
proses melarutnya suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik padat terdispersi dalam
cairan setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan terlepas dari sediaannya dan
mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke
dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis (Siregar, 2010).
5
b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan.
1) Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur
dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat
hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh
karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat
mengurangi laju disolusi.
2) Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju
disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat
hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan
menambah laju disolusi (Shargel dan Andrew, 1988)
6
e. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji
Beberapa faktor parameter uji disolusi mempengaruhi karakteristik disolusi
zat aktif. Faktor – faktor tersebut seperti sifat dan karakteristik media disolusi, pH,
lingkungan dan suhu sekeliling telah mempengaruhi daya guna disolusi suatu zat
aktif (Siregar,2010).
F. Uji Disolusi
Uji Disolusi didefenisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam
pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat
padat melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dan pelarut (Ansel, 1989).
Secara singkat alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul
atau tablet terdiri dari (Ansel, 1989):
7
Menurut Depkes RI (1995), ada dua metode alat uji disolusi sesuai dengan yang
tertera dalam masing-masing monografi:
G. Spektrofotometri UV-Vis
1. Defenisi spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
8
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Gandjar dan
Rohman, 2007).