Kota Semarang)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
PERSETUJUAN SKRIPSI
Tembalang)
Dosen Pembimbing,
NIP. 198509252008121003
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Tembalang)
Tim penguji:
iii
PERNYATAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Linati Haida Alimi, menyatakan bahwa
skripsi dengan judul : Kepemimpinan Berdasarkan Gender: Efektivitas dan
Tantangan (Studi Kasus pada Kelurahan Mugassari dan Kecamatan Tembalang),
adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau
pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri,
dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau
yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis
aslinya.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Persembahan Sederhana
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Objek utama pada
penelitian ini adalah pemimpin perempuan dan laki-laki pada organisasi pemerintah
di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga meneliti pada persepsi bawahan, rekan
kerja hingga atasan mengenai kepemimpinan para pemimpin tersebut.
vi
ABSTRACT
Gender is not only about type of sex, but it is more about character, social
role and identity in the society. Gender equality has not perfectly happened in
workplace and also political issue. It caused of the incredulity of people about
women leadership. However, in previous research we found that women and men
are equal on their leadership capability. Therefore, this research aimed to identify
leadership style, leadership effectiveness, and also challenges of men and women
leaders in Indonesia.
This research used qualitative method and case study approach. The main
object of this research are men and women leaders in Indonesian government
organizations. Moreover, this research investigated on subordinate, counterpart,
and superior about leadership of those leaders.
The result of this research revealed that men and women leaders are using
transformational leadership style. And then, those leaders are considered equal on
leadership effectiveness, and also have common challenges on task,
communication, and their leadership.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan yang rahmat dan berkah yang telah
penyusunan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan ini ditujukan
kepada kepada :
1. Keluarga tercinta, Bapak Drs. Edy Kustoro dan Ibu Indriastuti, Kakak Deviana
Putri S.Marcom, dan Kakak ipar Wibowo Aji Utomo, SE, M.ak. yang tiada
2. Bapak Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
lebih baik.
viii
3. Bapak Dr. Harjum Muharam, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen
bimbingan serta arahannya selama penulisan skripsi ini dan selama menempuh
5. Dr. Fuad Mas’ud, MIR dan Dra. Rini Nugraheni, MM sebagai dosen penguji
6. Ibu Eka Kriswati, SH., MM. yang telah memberikan jalan yang memperlancar
7. Bapak Camat Kecamatan Tembalang dan Ibu Lurah Kelurahan Mugassari yang
8. Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bimbingan selama kuliah dan
penyusunan skripsi.
9. Dina Mutiara Hadi yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan
mengembangkan potensi diri penulis baik KMW, BEM Universitas dan BEM
ix
11. Seluruh teman-teman Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
12. Teman-teman perkuliahan yang selalu ada dan menghibur penulis dalam
kesedihan dan kesenangan, serta kasih sayang tiada henti yang diberikan oleh
Alfonsus Aristo W., Oktasadewa Putra S., Aulia Khairunisa, Emil Julius,
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
Penulis,
NIM : 12010114140183
x
DAFTAR ISI
xi
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………… 51
2.3 Kerangka Penelitian………………………………………. 67
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………. 69
3.1 Metode Penelitian…………………………………………. 69
3.2 Definisi Operasional……………………………………… 71
3.3 Informan Penelitian …………………………………........ 73
3.4 Sumberdata ……………………………………………… 75
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………… 75
3.5.1 Wawancara ………………………………………. 76
3.6 Objek Penelitian ………………………………………….. 77
3.7 Metode Pengolahan Data…………………………………. 77
3.7.1 Reduksi Data……………………………………….. 78
3.7.2 Teknik Analisis Data……………………………….. 78
3.7.3 Penyajian Data………………………………………. 80
3.7.4 Penarikan Kesimpulan………………………………. 80
BAB IV PEMBAHASAN……….…………………………………...... 81
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………… 81
4.1.1 Kasus 1…………………………….………………. 81
4.1.2 Kasus 2………………………………….………….. 82
4.2 Hasil Penelitian……..…………………………………… 84
4.2.1 Kasus 1…………….………………………………... 84
4.2.1.1 Kepemimpinan…………………………….. 84
4.2.1.1.1 Paternalistik/maternalistik………… 84
4.2.1.1.2 Supportif…………………………… 87
4.2.1.1.3 Empati……………………………… 90
4.2.1.1.4 Pengembangan Kemampuan……… 92
4.2.1.2 Efektivitas Kepemimpinan…………………. 95
4.2.1.2.1 Keterlibatan/Involvement…………. 95
4.2.1.2.2 Motivation…………………………. 98
4.2.1.2.3 Fulfillment………………………… 101
4.2.1.3 Tantangan Kepemimpinan…………………. 104
4.2.1.3.1 Tantangan Pekerjaan……………… 104
4.2.1.3.2 Tantangan Komunikasi……………. 106
4.2.1.4 Rangkuman…………………………………. 108
4.2.2 Kasus 2………….………………………..…………. 110
4.2.2.1 Kepemimpinan……………………………… 110
4.2.2.1.1 Komunikasi………………………. 110
4.2.2.1.2 Direktif……………………………. 114
4.2.2.1.3 Pengembangan……………………. 117
4.2.2.2 Efektivitas Kepemimpinan…………………. 120
4.2.2.2.1 Encouragement……………………. 120
4.2.2.2.2 Fulfillment………………………… 123
4.2.2.3 Tantangan……………….………………….. 127
4.2.2.3.1 Tantangan Pekerjaan……………… 127
4.2.2.3.2 Tantangan Kepemimpinan………… 130
4.2.2.4 Rangkuman…………………………………. 132
xii
4.3 Diskusi……………………………….. ………………….. 134
4.3.1 Apakah Terdapat Perbedaan Gaya Kepemimpinan
Antara pemimpin Laki-laki dan Pemimpin Perempuan?….. 134
4.3.2 Bagaimana Persepsi Efektivitas Gaya Kepemimpinan
Pimpinan Laki-laki dan pimpinan Perempuan pada
Organisasi Pemerintah?....................................................... 139
4.3.3 Apakah Tantangan yang Dialami para Pemimpin
(Perempuan dan Laki-laki) dalam Kepemimpinannya di
Organisasi Pemerintah?....................................................... 142
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………… 146
5.1 Temuan Kunci………… ………………………………… 146
5.1.1 Apakah Terdapat Perbedaan Gaya Kepemimpinan
Antara pemimpin Laki-laki dan Pemimpin Perempuan?….. 146
5.1.2 Bagaimana Persepsi Efektivitas Gaya Kepemimpinan
Pimpinan Laki-laki dan pimpinan Perempuan pada
Organisasi Pemerintah?....................................................... 148
5.1.3 Apakah Tantangan yang Dialami para Pemimpin
(Perempuan dan Laki-laki) dalam Kepemimpinannya di
Organisasi Pemerintah?........................................................ 149
5.2 Implikasi Manajerial.……………………………………… 150
5.3 Keterbatasan Penelitian…………………………………… 151
5.4 Agenda Penelitian yang Akan Datang…………………… 152
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….... 154
LAMPIRAN……………………………………………………………… 158
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
antara laki-laki dan perempuan, namun lebih pada bagaimana laki-laki dan
ditunjukkan dengan bukti sebuah penelitian yang mengatakan pada tahun 2008 di
500 perusahaan Fortune hanya 30% perempuan yang menjadi jajaran teratas di
perusahaan dan hanya 12 perempuan yang berhasil menjadi CEO (Chief Executive
Officer) (Lublin, 2010). Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa kesetaraan gender
belum berjalan dengan sempurna di negara maju seperti Amerika. Apabila kita teliti
1
2
2010). Hal tersebut terjadi karena di Arab, perbedaan gender masih terasa sangat
jelas, hal tersebut dibuktikan dengan masih sedikitnya pekerja perempuan disana.
Para laki-laki di Arab masih menganut ajaran atau budaya yang menganggap bahwa
laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan dan selalu berada diatas perempuan
dalam derajat hidup. Hal itu sangat menghambat perempuan Arab untuk menjadi
Malaysia posisi wanita dalam pekerjaan dan jabatan yang lebih tinggi telah
mendapat perhatian khusus dari Pemerintah mereka sejak tahun 2004 (Abdullah,
mendapat dukungan berupa regulasi yang jelas, sehingga itu dapat memperkuat
posisi perempuan dalam pekerjaannya dan untuk mendapat jabatan yang lebih
Selain bidang bisnis, ternyata kesetaraan gender juga masih sangat tabu di
politikus, mantan senator dan menteri luar negeri, yang mencalonkan diri sebagai
mantan anggota DPR RI. Megawati maju sebagai Calon Presiden pada Pemilu
Pada pilkada serentak yang dilakukan pada tahun 2015, terdapat 122 orang
perempuan yang mencalonkan diri dari total 1620 orang calon kepala dan wakil
kepala daerah. secara persentase hanya 7,32% dari total keseluruhan calon kepala
daerah yang terdaftar. Dari 123 orang perempuan, 35 orang diantaranya terpilih
untuk menjabat sebagai bupati, wakil bupati, walikota ataupun wakil walikota di
Gambar 1.1
Perbandingan Paslon Kepala
Daerah laki-laki dan perempuan
Pemilu 2015
4
(Eagly, Johannesen-Schmidt, & van Engen, 2003). Yaseen (2010) juga menemukan
fakta bahwa sebenarnya pemimpin perempuan di Arab memiliki sifat yang lebih
bawahannya secara lebih baik. Dengan hal tersebut, maka pemimpin perempuan
akan lebih mudah membangun koneksi yang baik dengan bawahan, rekan kerja,
kepemimpinan yang dibawanya (Bass, Avolio, & Atwater, 1996). Di Timur Tengah
terkenal dengan ciri khas dimana pemimpin menanamkan kesadaran kepada para
mereka butuhkan (B. M. Bass, 1990). Dengan kata lain, terdapat perbedaan gaya
Bahasa, glass ceiling adalah Batasan yang tidak terlihat yang menghalangi kaum
tersebut tidak hanya terjadi di negara-negara Asia dan Timur-tengah, tetapi juga
negara maju seperti Amerika. Fenomena tersebut mungkin saja terjadi dikarenakan
asumsi bahwa kepemimpinan pria lebih baik dan efektif dibandingkan perempuan.
perempuan tidak kalah efektifnya dibandingkan laki-laki (B. M. Bass et al., 1996;
Yaseen, 2010). Efektif menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
berhasil atau memiliki efek, maka secara Bahasa, kepemimpinan efektif adalah
kepemimpinan yang mampu memberikan hasil atau efek yang dapat dirasakan dan
dilihat.
penelitian terdahulu yang akan dillengkapi oleh penelitian ini. Celah penelitian atau
Research gap adalah pertanyaan atau masalah yang belum terselsaikan pada
pengertian yang mendalam terdahap penelitian yang dilakukan dan akan dapat
menjelaskan apa saja yang akan dilakukan dalam penelitian ini, serta menunjukkan
hal-hal yang akan di lengkapi oleh penelitian ini. Alvesson & Sandberg (2011)
6
mengungkapkan bahwa research gap dapat dijadikan dasar yang kuat dalam
banyak dilakukan di Amerika, Eropa, Timur-tengah, dan negara Asia (Brandt &
Laiho, 2013; Rhee & Sigler, 2015; Shapira, Arar, & Azaiza, 2010; Wang, Chiang,
Tsai, Lin, & Cheng, 2013; Wells, Peachey, & Walker, 2014). Penelitian mengenai
Indonesia adalah negara dengan jumlah populasi dan luas wilayah paling besar di
Asia Tenggara. Selain negara terbesar di Asia Tenggara, dengan populasi lebih dari
265 juta orang, Indonesia juga merupakan negara terbesar nomor 4 di dunia dilihat
kemungkinan hasil penelitian ini dapat menggambarkan keadaan yang ada dalam
Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dari data base Google Scholar dari tahun 2014
belum banyak memuat jurnal atau skripsi di Indonesia yang bertema kepemimpinan
Tabel 1.1
Penelitian Dengan Topik Kepemimpinan Berdasarkan Gender di Indonesia
judul tahun sumber
Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Perempuan terhadap Kinerja
2018 Petra.ac.id
Karyawan di PT. AIA Chandra
Utama Agency Kupang
Analisis Gaya Kepemimpinan
Perempuan pada Divisi Teknik di 2018 Petra.ac.id
PT. Prambanan Dwipaka
Perbedaan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah Laki-Laki Dan
Wanita Hubungannya Dengan
Kedisiplinan Guru Pada Sd 2018 Ojs.unm.ac.id
Negeri Kecamatan Somba Opu
Kabpaten Gowa
Analisis Pengaruh Kepemimpinan
Dan Gender Terhadap Kinerja 2017 Petra.ac.id
Karyawan Pt City Era Abadi
Pengaruh Gender, Pengalaman
Kerja, Gaya Kepemimpinan,
Kecerdasan Emosional, Motivasi
Dan Independensi Terhadap 2016 Repository.unika.ac.id
Pengambilan Keputusan Etis
Akuntan Publik (Studi Empiris Di
KAP Semarang)
Kajian Gender Leadership And
Inequality Pada Perguruan Tinggi 2017 Iaida.ac.id
Di Indonesia
8
Selain itu, Penelitian dengan tema yang sama belum banyak dilakukan pada
dan olahraga (Mendez & Busenbark, 2015; Schuh et al., 2014; Wells et al., 2014),
seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1. Penelitian ini mengambil organisasi
(PNS) yang mencapai 4,5 juta orang. Jumlah PNS di Indonesia menyerap 1,7% dari
Tabel 1.2
Penelitian dan Objek Penelitian
Penelitian Objek Penelitian
Mendez & Busenbark (2015), Brandt
& Laiho (2013), Wang, Chiang, Tsai, Bisnis / organisasi profit
et al. (2013)
Schuh, et al (2014), Shapira, Arar &
Azaiza (2010), Rhee & Sigler (2015), Pendidikan
Dunn, et al (2014)
Wells, et al (2014) olahraga
Dan terakhir, penelitian terdahulu mengenai tema yang sama belum banyak
dilakukan dengan metode kualitatif, tetapi telah banyak dilakukan dengan metode
kuantitatif (Rhee & Sigler, 2015; Strøm, D’Espallier, & Mersland, 2014; Wang et
al., 2013; Yaseen, 2010), dan dalam bentuk literature review (Dunn, Gerlach, &
Hyle, 2014; Lyle & MacLeod, 2016). Penelitian ini dilakukan dengan metode
yang diangkat dengan lebih baik, dapat mempermudah dalam penelitian ini apabila
ditemukan masalah yang kompleks, dapat mengambil data langsung dari objek
yang dituju, dapat menjelaskan secara lebih detail mengenai hal-hal yang diteliti,
(Creswell, 2007).
di sektor bisnis dan politik belum terjadi secara sempurna, bahkan di negara maju
yang akan dilengkapi oleh penelitian ini. Mengingat masih jarangnya penelitian
ini akan melakukan investigasi terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan mampu memberi kontribusi pada
lainnya. Penelitian ini diharapkan juga mampu menjadi referensi dasar bagi
Penelitian ini disusun melalui sistematika yang terdiri dari beberapa Bab,
yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab II Metode Penelitian, Bab
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab III penelitian ini akan diuraikan bagaimana metode yang
digunakan pada penelitian ini. Bab III ini akan berisikan Metode
BAB IV PEMBAHASAN
penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kedua ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang dipakai
dalam penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada kepemimpinan dan gender, maka
teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan teori penelitian ini tidak akan jauh
dari hal tersebut. Beberapa teori yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:
dibahas satu persatu pada sub-sub di bab 2 ini secara mendalam, sehingga penelitian
mengontrol perilaku mereka (Offermann, Kennedy, & Wirtz, 1994). Eden &
13
14
efektif ataupun tidak efektif (Lord & Maher, 1991). Dan sejauh ini Teori
secara kognitif (Phillips & Lord, 1981). Proses kategorisasi dapat mengurangi
pertukaran informasi mengenai kategori yang ada (Cantor & Mischel, 1979).
Lord dkk (1982; 1984) memberikan beberapa level hirarki dalam organisasi
utama yang memiliki atribut sesuai dengan yang diinginkan oleh atasan. Setelah
itu, terdapat kategori menengah yang lebih inklusif lagi dibandingkan dengan
kontekstual, pada kategori ini pemimpin dapat dibedakan menjadi tipe pemimpin
tertentu, contohnya pemimpin agama, militer, politik, ataupun bisnis. Pada level
oleh kultur dasar yang ada pada seseorang. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa
atribut mengenai karakteristik atau prototip mengenai pemimpin juga dapat berbeda
15
pada kultur yang berbeda. Hunt, Boal, and Sorensen (1990) mengemukakan bahwa
kultur sosial memiliki dampak yang sangat kuat pada perkembangan prototip
kategori pemimpin and teori implisit kepemimpinan. Namun batasan pada katergori
pemimpin pada pemimpin dan bukan pemimpin terkadang sangat sulit dijelaskan.
Sebuah kategori dikatakan membingungkan ketika tidak ada hal spesifik yang
membedakan antara anggota atau bukan anggota dari kategori tersebut. Pada
konteks manajemen antar kultur, relevansi dari kategorikasi secara kognitif dapat
dilakukan di Amerika, Eropa Barat dan Kanada (Yukl, 1998). Terdapat beberapa
ide pada kepemimpinan di Amerika yang belum tentu sinkron dengan belahan
penekanan pada proses pasar, penekanan pada individual, dan lebih berfokus pada
pemimpin bukan pekerja (Cantor & Mischel, 1979). Karena secara psikologi,
sosiologi dan antropologi pemikiran tersebut belum tentu sama, maka diperlukan
perilaku pemimpin di Amerika, dan tidak ditemukan alasan pasti kenapa teori
tersebut tidak dapat di Negara lain. Pada sebuah penelitian, Bryman (1987)
yang kuat dalam prototip kepemimpinan (Lord & Maher, 1991). Penelitian terakhir
yang meneliti mengenai kepemimpinan antar budaya adalah milik Gerstner & Day
(1994). Penelitian itu meneliti siswa di Amerika yang benar-benar berasal dan yang
berasal dari luar Amerika sebagai sampelnya, hasilnya mereka menemukan bahwa
sifat dari pemimpin sebuah perusahaan bervariasi bergantung pada darimana dan
batasan karena hanya menggunakan siswa yang ada di Amerika sebagai responde,
diperlukan penelitian yang bersifat lebih global untuk menemukan jawaban yang
dengan cara mengajak orang lain bekerjasama, dalam hal ini kepemimpinan dapat
dilihat dari beberapa sisi, yaitu pola hubungan, kemampuan koordinasi, memotivasi
dan mempengaruhi orang lain (Kirkpatrick, Locke, Executive, & May, 1991).
pemimpin untuk berusaha membujuk orang lain agar mau bekerjasama sehingga
17
baik oleh seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan agar terjadi hubungan yang baik
maupun tindakan. Namun, kekuatan dari pemimpin juga dipengaruhi oleh anggota
terhadap apa yang dilakukan oleh pemimpinnya, maka semakin tinggi pengaruh
power, yaitu; yang pertama Reward Power yaitu menggunakan balas jasa untuk
kekuasan, lalu Coercive Power yaitu kekuasan yang menggunakan ancaman, lalu
Referent Power yaitu kekuasan atas dasar kekaguman, Legitimate Power kekuasan
yang berasal dari posisi resmi, Expert power yaitu kekuasaan yang berasal dari
bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan
secara lebih detail. Dengan mengerti para bawahannya, pemimpin yang baik akan
seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu yang bahkan secara
disiplin dari setiap setiap sisi atau lini di organisasi ataupun perusahaan. Oleh
karena itu, pemimpin yang baik dalam kepemimpinan harus dapat menjadi inspirasi
dan contoh yang sebaik-baiknya bagi para bawahannya dalam hal kinerja,
komitmen, dan juga mampu memotivasi para bawahannya untuk mencapai tujuan
kepemimpinan adalah salah satu proses untuk mencapai tujuan perusahaan yang
atau sekelompok orang lainnya, sehingga dapat bekerja sesuai dengan keinginan
adalah penentu arah yang akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha mencapai
tujuan dan berbagai sasarannya. Kedua, sebagai wakil dan juru bicara organisasi
dalam hubungan dengan berbagai pihak luar organisasi, terutama dengan yang
19
tergolong stakeholder. Lalu yang ketiga, sebagai komunikator yang efektif bagi
organisasi. Yang keempat adalah sebagai mediator khususnya dalam konflik yang
muncul diantara individu yang dalam satu kelompok kerja atau dalam organisasi,
agar mereka mau mengikuti apa yang diinstruksikan oleh pemimpinnya. Unsur
yang harus dipenuhi oleh para pemimpin adalah kemampuan untuk mengarahkan
para pekerjanya. Kemampuan ini dianggap penting untuk menjaga kestabilan yang
ada di perusahaan agar para pekerja tidak berperilaku diluar kendali, dan tugas
diingikan oleh perusahaan kepada para bawahannya. Dan yang paling penting dari
semua unsur tersebut, semua hal diatas haruslah dilakukan oleh seorang pemimpin
untuk menunjang kinerja para bawahannya dengan tujuan untuk memenuhi tujuan
perusahaan.
20
Era personalitas atau personality Era ini adalah waktu pertama kali teori
tentang kepemimpinan dibahas secara formal. Era ini dibedakan menjadi dua, yaitu
the Great Man Period and the Trait Period. Pada masa ini, peneliti berfokus pada
orang-orang yang sangat berpengaruh pada masa itu (laki-laki maupun perempuan)
yang kuat (Borgatta, Bales, & Couch, 1954; Galton, 1869). Penelitian mengenai
sifat dasar pemimpin atau disebut dengan Trait Period. Pada masa ini penelitian
yang apabila diterapkan dapat berpengaruh pada potensi kepemimpinan dan kinerja
kepemimpinan. Namun hal tersebut gagal, karena tidak ditemukan suatu sifat dari
yang baik (Jenkins, 1947). Hal lain yang membuat era ini gagal adalah fakta bahwa
sifat tidak dapat dipelajari, sehingga pada akhirnya sifat hanya sebagai variabel
Masa ini adalah perkembangan dari era sebelumnya yang berfokus pada
personality seorang pemimpin. Pada Infulence Era ini peneliti mulai menyadari
21
tentang seorang pemimpin. Pada era ini muncullah aspek power dan pengaruh, yang
memanfaatkan sumber dan besar power yang mereka miliki. Pada masa sekarang,
pengaruh kekuatan masih umum digunakan oleh pemimpin (Pfeffer, 1981), namun
kepemimpinan yang bersifat diktator sudah dirasa tidak efektif dan tidak cocok
Sebagai lawan dari sifat dan sumber power, pada era ini lebih berfokus pada
apa yang seorang pemimpin lakukan. Kepemimpinan adalah bagian dari perilaku
manusia (Hunt & Larson, 1977). Pada masa ini teori kepemimpinan mengalami
kemajuan pesat karena penelitian didukung oleh bukti empiris dan juga dapat
kepemimpinannya (Fleishman & Harris, 1962). Pada periode perilaku awal, pada
dasarnya pengembangan dari sifat , tetapi bukan sifat personal, namun lebih pada
sifat perilaku. Menurut penelitian Ohio State dan Michigan terdapat dua perilaku
22
penting dari pemimpin, yaitu: penekanan pada penyelesaian tugas dan pemimpin
itu adalah makhluk yang pasif, harus diarahkan dan harus dimotivasi untuk
memenuhi kebutuhan organisasi. Dan di sisi lain juga ada teori Y yang mengatakan
bahwa manusia pada dasarnya telah termoativasi secara intrinsik dan hanya
membutuhkan kondisi kerja yang layak (McGregor, 1966). Pada akhir periode ini,
pemimpin dan bawahannya. Contohnya adalah tipe tugas, status sosial dari
yang efektif. Pada Environtment Period, peneliti berpikir pemimpin hanya akan
dapat timbul dan tumbuh pada waktu yang tepay, tempat yang tepat, dan pada
keadaan yang tepat. Ada banyak bukti empiris untuk pendekatan ini, dan banyak
1977).
Selanjutnya, pada Social Status Period memiliki ide dasar bahwa sebagai
anggota kelompok yang bekerja pada tugas tertentu, mereka memiliki ekspektasi
bahwa setiap individu akan bertindak sesuai dengan perilaku sebelumnya. Pada
mereka berikan untuk dapat berkontribusi dalam grup (Stogdill, 1959). Pada
pengaruh grup.
Pada masa ini merepresentasikan kemajuan besar dalam evolusi dari teori
kepemimpinan yang efektif bergantung pada satu atau lebih dari faktor perilaku,
personality, pengaruh, dan situasi. Banyak peneliti meyakinkan bahwa sumber dari
dengan teori kemungkinan (contingency theories). Pada masa ini berkembang tiga
teori yang dianggap paling penting, yang pertama adalah Contingency Theory, yang
cocok dengan mereka atau melatih pemimpin untuk merubah situasi sesuai dengan
gaya dari pemimpinnya (Fielder, Chemers, & Mahar, 1976). Yang kedua adalah
Path-Goal Theory yang tidak berfokus pada situasi ataupun perilaku pemimpin,
namun lebih pada menciptakan kondisi untuk kesuksesan bawahan (House, 1971).
24
Dan yang terakhir Normative Model yang lebih memberikan petunjuk bagi
memiliki kekurangan dan kontroversi. Teori yang berkembang pada era ini sangat
berbeda satu dengan lainnya sehingga sulit untuk membedakan periode di era
kepemimpinan, tetapi tidak ada yang memiliki semua jawaban atas suatu masalah.
Pemimpin sudah terlalu sibuk dalam membuat keputusan dan mengurusi masalah
dan situasi, tetapi juga pada pebedaan peran dan interaksi sosial. Pemikiran tersebut
atau Influence era. Terdapat dua periode dalam era ini, yaitu Exchange period dan
Role Development Period. Pada Exchange Period, terdapat transaksi yang terjadi
pemimpin memiliki tipe transaksi yang berbeda dengan bawahan yang berbeda
pula. Dalam konteks ini, kepemimpinan hanya akan terjadi apabila telah diketahui
1981). Teori kepemimpinan ini tetap bisa hidup dalam beberapa era kepemimpinan
dan memiliki tempat yang kuat dalam teori kepemimpinan saat ini.
tetapi lebih spesifik pada peran relative dari pemimpin dan bawahnnya. Pada
periode ini muncul kondisi dimana grup memberikan penghargaan dan status lebih
mencapai tujuan. Dalam hal ini kepemimpinan menjadi hubungan pertukaran yang
adil, karena tidak ada dominasi dari satu pihak (Bass, 1981). Pemimpin bertindak
sebagai contoh dan pencipta ekspektasi yang positif, sehingga perilaku pemimpin
bawahan (Crowe, Bochner and Clark, 1972; Lowin and Craig, 1968). Namun pada
bukan pada pemimpin. Hal tersebut membuat keraguan pada penelitian mengenai
kepemimpinan, dan telah banyak variabel yang diangkat sebagai bagian dari
kepemimpinan. Tetapi dari sekian banyak penelitian tersebut belum ada yang dapat
perseptual dari pikiran peneliti” (Mitchell, 1979). Pemikiran tersebut juga didukung
26
oleh Meindl et al. (1985) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
bagian dari proses perubahan organisasional yang tidak dapat dimengerti. Bahkan
ditinggalkan saja.
yang telah ditemukan pada era situasional. Tugas dan karakteristik dari bawahan
bawahan (Kerr and Jermier, 1978). Pada periode ini, pemimpin hanya dianggap
sebagai wakil atau penertalisir didalam situasi kerja. Tetapi terdapat pemikiran
bahwa peran tersebut bukanlah sebuah kegagalan dalam kepemimpinan, hanya saja
situasi tersebut dibangun sendiri oleh pemimpin dan hal tersebutlah kepemimpinan
individual, hubungan antar atasan bawahan, ataupun kelompok kecil, namun lebih
pada budaya yang ada di keseluruhan organisasi. Pada era ini, fokus kepemimpinan
berubah dari jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan (produktivitas dan efisiensi)
menjadi peningkatan kualitas (melalui ekspektasi dan nilai-nilai). Secara luas hal
tersebut juga mencakup 7-S Framework (Pascale and Athos, 1981), atribut In
Reasearch of Excellence (Peters and Waterman, 1982) dan juga Teori Z (Ouchi,
Era ini adalah perkembangan dari era sebelumnya yang mengatakan apabila
dapat membentuk budaya yang kuat didalam organisasi, makan para karyawan akan
secara tidak langsung megikuti (Manz and Sims, 1987). Pemikiran tersebut juga
merupakan turunan dari era transaksional, yang mengatakan apabila budaya dapat
berkembang masih bersifat pasif, dan kepemimpinan hanya terjadi apabila diinisiasi
dan dalam proses perubahan. Dan masih dianggap ada hal yang hilang dari ekuasi
kepemimpinan.
Era ini adalah era yang paling menjajikan dalam perkembangan teori
kepemimpinan, karea pada masa ini kepemimpinan yang tadinya berdasarkan pada
hal intrinsic, diubah menjadi ekstrinsi, yaitu motivasi. Pada era ini pemimpin
dituntut untuk lebih proaktif dibandingkan reaktif dalam pemikiran, lebih radikal
pemikiran baru (Bass, 1985). Tichy dan Ulrich (1984) mengatakan bahwa
membangun visi dan membanguan komitmen bawahan untuk berubah. Pada era ini
terdapat dua periode, yaitu Charisma Period dan Self-Fulfilling Prophecy Period.
mampun menguatkan siapapun yang menerima visi tersebut, serta lebih peka
bawahan untuk mencapai visi tersebut. Dalam Charisma Period, terdapat teori
kemampuan bawahan untuk menerima ideology baru (Conger and Kanungo, 1987;
House, 1977).
pemenuhan keinginan diri oleh Field (1989). Kepemimpinan SFP ini dapat
dibentuk dari pemimpin tingkat atas kebawah dan juga sebaliknya, bukan hanya
terjadi pada hubungan antar individu tetapi juga dalam konteks organisasi. Kunci
yang positif. Dalam teori ini, pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang dapat
kelompok. Dengan situasi itu tujuan bawahan berubah dari mencari keaman dan
yaitu internal dan proses individual, dan yang menjadi fokus adalah personality,
Setiap era berubah setelah menyadari bahwa era yang ada belum memadai
terus berkembang dan memberikan aplikasi praktek pada para manajer, peneliti
harus menyadari bahwa kepemimpinan itu adalah hal yang kompleks dalam
tidak hanya berdasarkan pada individu, tetapi hubungan antar individu, kelompok
dan juga level organisasi. Dapat diaplikasikan dari level terendah organisasi ke
puncak kepemimpinan dan juga sebaliknya, serta terjadi secara internal dan juga
penghargaan.
Dalam beberapa tahun kedepan akan diterjadi era integrative yang dapat
yang lebih kompleks, perubahan yang sangat cepat, pemberian keputusan secara
bertahap, konteks multi budaya, dan juga aktivitas politik (Hunt, Hosking,
Schreisheim and Stewart, 1984). Dan juga harus disadari bahwa kepemimpinan
30
yang efektif tidak dapat dilihat dari satu pendekatan saja, tetapi lebih pada interaksi
beberapa tipe variabel. Bahkan Clark (1984) mengatakan bahwa kita membutuhkan
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Leadership
Gambar 2.1
Pohon Perkembangan Kepemimpinan
(sumber: Van Seters & Field, 1990)
Personality Era hingga harapan peneliti tentang masa depan perkembangan teori
penelitian ini mengambil dua gaya kepemimpinan atau era yang dianggap paling
kepemimpinan inilah yang menjadi bahasan utama. Selain itu kedua gaya
kepemimpinan ini lebih mudah untuk dibanding dalam konteks aplikasinya pada
penelitian ini.
Full Ranged Leadership Theory (FRLT) ini adalah sebuah model teori
kepemimpinan yang didasarkan pada lebih dari 100 tahun penelitian tentang teori
management-by-exception (putting out the fires) dan juga contingent rewards (let’s
make a deal). Sedangkan pada perilaku Transformasional akan dibahas lebih lanjut
masses/sharing the vision), dan juga idealized influence (walking the walk). Pada
33
produktivitas yang lebih tinggi, dan juga keefektivan secara organisasi (Barbuto &
Cummins-Brown, 2007).
Tabel 2.1
Perbandingan perilaku gaya kepemimpinan transaksional dan
transformasional
Transaksional Transformasional
1. Laissez-Faire (Hands-off 1. Individualized Consideration
leadership) (Compassionate leader)
• Ketiadaan kepemimpinan • Berempati pada kebutuhan
• Menolak mengambil sikap individual
atas sebuah isu • Membuat hubungan
• Tidak menekankan pada hasil interpersonal dan karyawan
• Menahan diri dari campur • Secara tulus memberikan
tangan ketika isu timbul perhatian dan menunjukkannya
• Tidak peduli terhadap kinerja melalui tindakan
karyawan • Mendorong perkembangan dan
• “pemimpin itu tidak peduli pertumbuhan dari karyawan
apakah kita melakukan secara terus-menerus
pekerjaan ataupun tidak.” • Mengirimkan pesan, “aku
peduli tentang mu dan aku
mencari apa yang kau
inginkan.”
2. Management-By- Exception 2. Intellectual Stimulation (Thinking
(Putting out the fires) outside of the box)
• Mengambil tindakan • Mendorong imajinasi dari
perbaikan karyawan
• Memiliki standar, tetapi baru • Mencari cara terbaik untuk
bergerak ketika masalah melakukan sesuatu
muncul • Melawan cara lama dalam
• Menekankan pada apa yang menjalankan sesuatu
salah dilakukan • Mendorong bawahan untuk
tidak berpikir seperti dia
34
Transaksional Transformasional
• Menegakkan aturan, tidak • Berani mengambil resiko untuk
menyukai perlawanan atas keuntungan potensial
status quo • Mengirim pesan, “bila kita
• Hanya mendengarkan dari mengubah asumsi kita,
pemimpin apabila terjadi maka…”
kesalahan
• “oh tidak, dia datan!”
3. Contingent Rewards (let’s make a 3. Inspirational Motivation (Exciting
deal!) the masses/Sharing the vision)
• Mengaplikasikan transaksi • Menginspirasi orang lain untuk
yang membangun perform
• Membuat ekspektasi yang • Menjelaskan dengan baik
jelas mengenai hasil dan bagaimana organisasi dimasa
penghargaan depan
• Memberikan penghargaan dan • Menciptakan tujuan yang kuat
pengakuan untuk keberhasilan diantara para karywan
• Secara aktif memonitor • Menyamakan kebutuhan
kemajuan karyawan dan organisasi dan individu
memberikan ‘umpan balik’ • Membantu karyawan untuk
yang suportif. meraih lebih dari apa yang
• “apabila kamu melakukan mereka pikirkan
sesuai perjanjian, kamu akan • Mengirim pesan, “apabila kita
mendapat penghargaan.” berfokus pada apa tujuan
organisasi, maka kita dapat
memperoleh apapun yang kita
inginkan!”
4. Idealized Influence (Action speak
louder than words)
• Mendemonstrasikan visi yang
inklusif
• Menjalankan apa yang harus
dijalankan
• Memperlihatkan komitmen
yang kuat dan kegigihan dalam
mencapai tujuan
• Menunjukkan kepercayaan diri
dalam visi organisasi
• Mengembangkan kepercayaan
dan kepercayaan diri karyawan
• Menyimbolkan tujuan dan misi
dari organisasi
• Mengirimkan pesan, “aku
percaya bahwa ini lah hal yang
benar-benar harus dilakukan.”
(Barbuto & Cummins-Brown, 2007)
35
Gambar 2.2
Perbandingan Efektivitas Perilaku Gaya Kepemimpinan
Transaksional dan Transformasional
(Barbuto & Cummins-Brown, 2007)
pada Full Range Leadership Theory (FRLT). Dapat dilihat bahwa Lassez-Faire
(LF) adalah perilaku pemimpin yang paling tidak efektif dan tidak aktif. Penelitian
(MBE) memiliki tingkat efektivitas diatas LF, tetapi secara umum masih dianggap
36
tingkat turnover yang tinggi pada karyawan dan keabsenan, serta kepuasan kerja
yang rendah dan tingkat keefektivan organisasi yang rendah. Contingent Reward
(CR) merupakan gaya kepemimpinan yang cuku efektif, tetapi tidak banyak yang
dapat diperoleh dari pengaplikasian gaya kepemimpinan ini (Barbuto & Cummins-
Brown, 2007).
(IS), inspirational motivation (IM) dan Idealized Influence (II) dapat menghasilkan
usaha yang ekstra dari para bawahannya, tingkat produktivitas yang tinggi, moral
yang lebih tinggi, kepuasan kerja, tingkat efektivitas organisasi yang lebih tinggi,
Brown, 2007).
2.1.5 Gender
dunia ini, salah satu perbedaan tersebut adalah perbedaan gender atau jenis kelamin.
hubungannya dengan manusia lainnya, tak terkecuali dalam hal hubungan di tempat
kerja. Hal tersebut dikarenakan peran gender ini memiliki kekuatan atau peranan
37
yang cukup penting dalam hubungan sosial manusia. Pada dasarnya, gender
merupakan sifat dasar yang dibawa oleh manusia sesuai dengan jenis kelaminnya
dan memiliki hubungan dengan budaya yang ada. Hubungan antara laki-laki dan
perempuan sangat dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada dan juga kesenjangan
sosial, dan hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan yang kental antar gender
perbedaan dalam sosial dalam bentuk perbedaan fungsi, tanggung jawab, peran, dan
Perspektif mengenai gender telah dikemukakan oleh salah satu dari bagian
dari PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (dalam Bahasa Inggris disebut United
dalam UNIFEM (The United Nations Development Fund for Women). UNIFEM
menguraikan bahwa gender adalah hal yang berbeda dengan seks. Pada dasarnya
seks adalah perbedaan yang terdapat pada manusia secara biologis dan secara
kodrat alam. Perbedaan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan seks ini
contohnya adalah perbedaan bagian-bagian yang terdapat pada tubuh laki-laki dan
perempuan, contohnya adalah adanya payudara pada perempuan dan penis pada
laki-laki, atau dalam pula berdasarkan contoh biologis lainnya seperti adanya haid
Dilain sisi, gender adalah perbedaan peran, perilaku, sikap dan atribut yang
dianggap pantas oleh masyarakat yang dimiliki atau yang dibawa oleh perempuan
dan laki-laki secara sosial. Contoh perbedaan menurut gender itu adalah anggapan
sebagai makhluk yang feminin dan lemah, yang tidak memiliki hak untuk dapat
bekerja diluar rumah atau untuk mencari nafkah. Selain itu terdapat pula perbedaan
status dan kedudukan laki-laki dan perempuan dimata masyarakat yang tentu saja
juga dapat mempengaruhi interaksi yang terjadi antara gender yang ada, dan juga
Selain penjabaran mengenai gender dan seks oleh UNIFEM diatas, terdapat
pula teori-teori dasar mengenai gender. Teori-teori dasar tersebut dibagi dalam
menjadi empat bagian atau empat teori dasar, yang pertama adalah teori gender
berdasarkan fungsional structural, dan juga teori evolusi tentang gender. Teori-teori
tersebut di jabarkan oleh Suryadi & Idris pada penelitiannya ditahun 2004.
dibedakan dalam suatu tingkat kualitas tertentu oleh pikiran atau persepsi manusia,
dan hal tersebut dikatakan sebagai stereotip (Schneider, 2004). Terdapat banyak
kategori utama dalam kehidupan manusia seperti agama, kasta, hingga gender yang
telah dijadikan sebagai objek penggunaan stereotip oleh pikiran manusia. Karena
pada dasarnya stereotip adalah pemikiran manusia mengenai suatu kategori tertentu
dan anggapan mereka mengenai hal tersebut, yang pada akhirnya diyakini sebagai
suatu hal yang nyata. Penggunaan stereotip pada gender, agama dan kasta telah
39
terjadi pada manusia sejak abad ke-20, dengan kata lain stereotip bukanlah hal yang
oleh sebagian besar orang karena dianggap lebih mudah dalam menggambar suatu
secara aktual. Mills (2012) mengungkapkan bahwa stereotip juga dipakai seseorang
dikehidupan sosialnya.
masyarakat juga telah diatur oleh regulasi atau hokum yang jelas. Di Indonesia,
masyarakat Indonesia, khususnya yang masih berpegang teguh pada adat istiadat
dan kebiasaan yang ada. Hal-hal tersebut tentu saja menimbulkan ketidakadilan
40
karena diskriminasi yang diterima oleh kaum hawa dapat menghambat mereka
dalam karirnya.
konflik peran adalah diskriminasi dalam dunia kerja yang lebih sering dialami oleh
tingkatan yang sama (Ashkanasy, Zerbe, & Härtel, 2014). Ditemukan anggapan
agentic, namun perempuan ternyata memiliki peranan yang bersifat communal, hal
ini disebut sebagai role congruity theory (Li Kusterer, Lindholm, & Montgomery,
2013). Menurut teori tersebut, laki-laki memiliki karakteristik agentic yang bersifat
lebih pandai dalam mengatur, percaya diri, dan juga lebih tegas, sedangkan
simpatik kepada orang lain, peka, dan rela berkorban demi orang lain. Sehingga,
anggapan bahwa manajer atau pemimpin laki-laki dianggap lebih cocok atau
kerja, dan hal tersebut telah dikemukakan oleh Eagly dan Carly pada penelitian
dan perempuan memiliki karakter sebaliknya, yaitu communal. Dan kerangka kerja
Tabel 2.2
Agentic Communal
Agresif Suportif
Penuh tekad Interpersonal
Kompetitif Empatik
Pendorong Bersahabat
Ambisius Sensitif
Tegas Compassionate
Mandiri Baik hati
Fokus pada pekerjaan Suka membantu
Tegas Lembut
Suka mengatur Pengasih
Bergantung pada diri sendiri Simpatik
(Patterson, 2012)
Dapat dilihat pada table tersebut sifat-sifat yang dimiliki oleh karakteristik
agentic lebih dapat diterima sebagai sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh
seorang pemimpin, dan secara tidak langsung anggapan tersebut mengerucut pada
kesimpulan bahwa pemimpin yang ideal adalah yang ber-gender laki-laki. Namun
Karyawan
pekerjaan dan karir. Bukan hanya ingin mendapatkan materi dari hasil kerjanya,
pekerjaan tersebut. Dalam banyak sektor seperti publik, privat, hingga non-profit,
teratas yang memiliki gengsi yang tinggi (Burke, Koyuncu, Singh, Alayoglu, &
pemimpin haruslah memiliki karakteristik yang tegas, fokus, ambisius dan lain-lain,
berbeda dari para rekan kerja laki-lakinya. Dampak tersebut secara nyata
pemimpin laki-laki. Bahkan dalam penelitian pada tahun 2014 mengatakan bahwa
para bawahannya pada kinerja yang jauh lebih efektif dibandingkan pemimpin laki-
tersebut juga diyakini tidak lebih efektif dibandingkan gaya kepemimpinan yang
43
pada umumnya dibawa oleh perempuan yang mengedepankan sifat simpati dan
empati (Rhee & Sigler, 2015). Pada penelitiannya lainnya disebutkan bahwa
perempuan yang memiliki sifat lembut, simpati, empati dan berperan sebagai
yang lebih transaksional (Yaseen, 2010). Jadi, pada dasarnya perempuan tidak perlu
seorang pemimpin yang baik, tetapi dengan sifat asli dan alamiah mereka ternyata
dapat membentuk gaya kepemimpinan terbaru yang tidak kalah efektif, yaitu gaya
kepemimpinan transformasional.
perempuan akan lebih bersikap sebagai sistem pendukung bagi para bawahannya.
membuka dirinya dan pikirannya bagi para bawahannya agar mereka dapat
termotivasi, sehingga para karyawannya secara sadar akan lebih peduli terhadap
Terdapat lima dimensi yang diajukan oleh Kouzes dan Pousner, yaitu; Challenging,
dimensi pertama adalah dimana pemimpin akan lebih berani dalam mengambil
dengan cara terbaik. Lalu enabling, yaitu pemimpin harus mampu meningkatkan
mengambil keputusan. Dengan begitu, bawahan akan merasa lebih dihargai dan
nilai perusahaan secara tepat. Selain itu, pemimpin diharapkan dapat membuat
perencanaan dan tujuan yang jelas, serta memiliki filosofi yang kuat dalam
memberikan penghargaan dan mengakui setiap hal-hal positif yang dilakukan oleh
dasarnya memiliki simpati dan empati yang lebih daripada pemimpin perempuan
akan memiliki kesuksesan lebih dalam hal hubungannya dengan karyawan. Namun
laki-laki dalam hal ini lebih bersifat dewasa, memiliki kompeten yang baik, dan
maupun perempuan, seorang pemimpin perempuan memiliki nilai yang lebih tinggi
daripada pemimpin laki-laki dalam hal representasi, persuasi dan juga empati.
Pandang Karyawan
hal yang membedakan adalah kepercayaan karyawan tentang gender dan perilaku
2010). Namun kepercayaan atau persepsi terhadap gender dan perilakunya ini
dianggap negatif oleh banyak kalangan. Dalam suatu kondisi, apabila seorang
diperusahaan atau organisasi dan mendapatkan kesuksesan atas itu, akan tetap
dianggap sebagai pemimpin yang tidak berkompeten dan tidak sesuai dengan
pemimpin perempuan memiliki efektivitas yang tidak kalah atau sama dengan
perempuan akan lebih memperhatikan para bawahannya dalam hal pribadi maupun
organisasi yang lebih tinggi, karena pada dasarnya pemimpin perempuan akan
digunakan oleh pemimpin perempuan dan pemimpin laki-laki, tetapi secara umum
47
balik yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para bawahannya, selalu
meranuh simpati dan empati kepada para bawahannya, serta yang terakhir,
pemimpin yang efektif akan selalu membuka diri bagi para bawahannya untuk
karakteristik pemimpin yang dianggap efektif oleh para pemimpin. Para pemimpin
menganggap diri mereka sebagai pemimpin yang efektif apabila mereka dapat
pemimpin yang efektif, mereka akan berusaha terlihat karismatik didepan para
bawahannya. Pemimpin yang efektif bagi para atasan, memiliki sikap rendah hati
mereka juga berusaha mendorong bawahnnya untuk terus berkembang. Dari segi
kompetensi, pemimpin yang dianggap efektif oleh para pemimpin yaitu mereka
yang dapat memberikan pelatihan yang mumpuni, serta memberikan motivasi dan
inspirasi bagi mereka. Tentu saja untuk menjadi pemimpin yang efektif, para atasan
48
menganggap diri mereka harus memiliki kompetensi yang lebih baik dari
bawahannya, namun tidak terkesan sombong dan menggurui (Muchiri et al., 2011).
Tabel 2.3
Persepsi Kepemimpinan efektif
Persepsi kepemimpinan Efektif Persepsi kepemimpinan efektif
sudut pandang kepada karyawan sudut pandang kepada atasan
Fairness, equality & honesty communication
contingent reward Leader assist & supports
emphaty leader listens to employees
employee investment staff development
consultation & consideration
(Muchiri et al., 2011)
Perubahan era yang terjadi pada dunia hingga saat ini membuat
kepemimpinan menjadi suatu hal yang menantang. Selain terdapat evolusi pada
gaya kepemimpinan dari satu zaman ke zaman lainnya, ternyata tantangan yang
globasasi seperti ini, maka tantangan yang dihadapi oleh pemimpin masa kini
sebuah kepemimpinan yang kuat dan tangguh untuk dapat mengatasi setiap
yang jelas. Yang ketiga, pemimpin tentu saja tidak dapat terpaku pada satu cara saja
dalam mengejar tujuan organisasi, tetapi mereka harus lebih inovatif. Sedangkan
yang keempat, seorang pemimpin harus dapat mendorong para bawahannya untuk
melakukan yang terbaik (Posner & Kouzes, 2003). Maka dengan kelima praktek
tersebut, seorang pemimpin dapat melakukan hal yang luar biasa dalam memimpin
organisasinya.
Untuk membuat hal yang luar biasa, pemimpin harus memiliki prinsip yang
baik dan setiap orang mengerti tujuan yang harus dicapai. Pemimpin yang baik
harus dapat membuat sebuah standar yang dapat diikuti oleh semua orang dan setiap
lapis di organisasi (Posner & Kouzes, 2003). Hal tersebut akan menjadi petunjuk
bagi semua orang didalam organisasi dalam kompleksitas perubahan yang ada,
sehingga ada hal-hal kecil yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan yang lebih
besar. Pemimpin diharapkan bisa menjadi petunjuk arah bagi para bawahannya dan
petunjuk bagi para bawahannya, maka pemimpin harus dapat membuat perbedaan
unik dan ideal tentang masa depan organisasi. Pemimpin harus dapat mengajak para
hal yang mudah untuk dapat membuat orang-orang disekitarnya untuk tertarik
50
2003)
Agar para bawahannya dapat tertarik dengan apa yang diimpikan oleh
dalam organisasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan eksperimen
kesalahan dan kekecewaan, tetapi pemimpin harus dapat meyakinkan bahwa ada
hal yang dapat dipelajari dari segala kegagalan. Dalam pencapaikan tujuan
organisasi, seorang pemimpin yang baik saja dianggap tidak akan cukup, tetapi
dibutuhkan sebuah tim yang bekerja bahu-membahu (Posner & Kouzes, 2003).
Maka pemimpin diharapkan dapat membentuk suatu tim yang dapat berkolaborasi
dengan baik satu sama lainnya. Pemimpin harus dapat menciptakan atmosfer yang
sehingga mereka merasa lebih kuat dan mampu melakukan hal-hal dengan lebih
baik lagi.
membuat hal-hal yang luar biasa didalam organisasi. Untuk dapat membuat hal
yang luar biasa, tentu diperlukan usaha yang luar biasa pula (Posner & Kouzes,
2003). Pemimpin harus dapat hadir disetiap proses dalam mencapai tujuan
organisasi. Mereka harus dapat menjaga harapan dan determinasi tetap hidup
harus dapat mengapresiasi hal-hal yang dicapai oleh para bawahannya, sehingga
setiap orang merasa diri mereka sangat berguna dalam proses pencapaian tujuan
utama organisasi.
Eropa dan negara-negara Asia lainnya. Penelitian mengenai topik tersebut juga
Shapira (2010) yang meneliti kepemimpinan pada kepala sekolah perempuan yang
bersuku Arab di Israel dan menggunakan metode interview atau wawancara secara
(Shapira et al., 2010). Selain itu penelitian ini membuktikan mengubah norma-
norma yang selama ini membelenggu suku Arab di Israel sacara menyeluruh.
persepsi dari kepemimpinan yang efektif dan juga preferensinya dengan gender
serta gaya kepemimpinan. Sampel dari penelitian ini adalah 166 mahasiswa yang
bukan lagi menjadi yang paling efektif untuk digunakan dalam memimpin
organisasi dimasa sekarang ini (Rhee & Sigler, 2015). Penelitian ini juga
kepemimpinannya.
dan laki-laki, telah pula dilakukan oleh Yaseen (2010). Penelitian ini dilakukan
karena masih banyaknya perdebatan tentang gaya kepemimpinan yang dibawa oleh
cara perempuan Arab dalam bekerja juga dapat membuat perbedaan dalam gaya
sampel 100 orang yang terdiri dari 60 orang pria dan 40 orang perempuan ini
dilakukan oleh Mendez (2015), yang meneliti representasi perempuan pada posisi
mendistribusikan kepemimpinan secara lebih setara, dan dalam hal ini diperkirakan
lebih. Namun pada kesimpulannya penelitian ini gagal dalam membuktikan dan
gap yang ada antar pemimpin laki-laki dan pemimpin perempuan dalam pembuatan
dilakukan di bidang olahraga oleh Wells et al. (2014). Penelitian ini bertujuan untuk
Athletic Association (NCAA). Penelitian dilakukan pada 294 asisten pelatih, terdiri
dari 193 orang perempuan dan 101 orang laki-laki. Instrument yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) dari Bass dan
berhubungan dengan gender pemimpin (Wells et al., 2014). Dan penemuan lainnya
54
perempuan.
Berhubungan dengan penelitian diatas, Brandt & Laiho (2013) juga telah
tentang stereotip pada gender yang ada pada kepemimpinan dan gaya
dianggap lebih baik pada hal asertif, independensi, dan dalam pengambilan
dengan melibatkan personaliti dari pemimpin tersebut, bukan hanya faktor gender.
kepemimpinan yang dibawanya (Brandt & Laiho, 2013). Sampel dari penelitian
kepemimpinan yang dibawa oleh gender pemimpin dan juga pandangan bawahan
mengenai pemimpinnya. Penelitian ini dilakukan melalui dua studi dengan sampel
pabrik elektronik dan juga bank komersial di Taiwan. Penelitian ini menemukan
55
begitu efektitf pada pemimpin perempuan (Wang et al., 2013). Menurut Wang dan
memiliki batasan dalam gaya kepemimpinan mereka dan peran mereka dalam
pendidikan. Subjek dari penelitian ini adalah 44 orang manajer senior perempuan
dan laki-laki di Australia dan Portugal. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
sehingga membuka peluang lebih besar bagi para pemimpin perempuan di Institusi
56
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
3. Untangling the Tujuan penelitian ini adalah untuk Sampel Pemeriksaan Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan
relationship mempelajari secara empirik persepsi pilihan video interaksi antara bahwa gaya kepemimpinan tradisional
between gender dari kepemimpinan yang efektif dan dari otoritarian dan bukan lagi menjadi yang paling efektif
and leadership preferensi pada gender dan gaya pemimpin kepemimpinan dalam memimpin dan menanajemen
(Rhee & Sigler, kepemimpinan yang di partisipatif dan oganisasi yang dinamik di masa sekarang
2015) dramatisir. peran gender ini. Perusahaan sekarang lebih mengganti
Serta 166 untuk dari berbagai jenis kepemimpinan. Dari
mahasiswa. keefektivan dan empat dekade penelitian mengenaai
pilihan. kepemimpinan perempuan menunjukkan
bahwa perlu waktu dalam persepsi orang-
(kuantitatif) orang untuk kepemimpinan efektif untuk
menyamai kinerja sebenarnya dari
pemimpin wanita.
4. Leadership Perempuan dan laki-laki memiliki 100 Multifactor Perempuan Arab mengalami diskriminasi
styles of men perbedaan dalam cara dan responden, 60 leadership dan mengalami pembatasan atas hak dan
and women in keefektivan dalam kepemimpinan pria dan 40 questionnaire kebebasannya. Gaya kepemimpinan
the Arab world masih dalam argument yang belum perempuan. (MLQ) perempuaan Arab lebih demokratik dari
(Yaseen, 2010) terselesaikan. Dalam dunia Arab, laki-laki Arab. Pemimpin perempuan
perempuan telah berjuang selama (Kuantitatif) Arab melebihi laki-laki Arab dalam hal
beberapa dekade untuk posisi mereka efektivitas dilihat dalam hubungan dengan
di dunia kerja. Gaya dan cara yang gaya kepemimpinan transformasional,
berbeda dari perempuan perempuan transaksional dan ‘laissez-faire’.
Arab dalam bertindak akan
memberikan input bagi penulis untuk
menentukan apakah perempuan Arab
dapat menjadi pemimpin yang
efektif.
5. Shared representasi perempuan pada posisi 231 partisipan Kuesioner Hasil dari tes ini gagal dalam mendukung
leadership and pemimpin terus berkembang, namun dari 28 bukti bahwa kepemimpinan bersama
gender: all dalam tingkat tanggung jawab yang komite (kuantitatif) dapat meningkatkan kesempatan
members are lebih rendah. Ketidaksetaraan dalam pemimpin wanita untuk berpartisipasi dan
57
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
equal … but gender selalu ditemukan dalam meningkatkan kontribusi mereka.
some more than kepemimpinan. Pada penelitian Kemimpinan bersama gagal untuk
others (Mendez sebelumnya, memprediksi mengurangi gap antar pemimpin dalam
& Busenbark, kepemimpinan bersama akan perilaku intruksi pemimpin dan perilaku
2015) mendistribusikan bentuk suportif pemimpin.
kepemimpinan secara lebih setara.
Pada grup yang kepemimpinannya
dilakukan bersama membuka
peluang bagi perempuan untuk
memiliki peran lebih.
6. The Relationship Penelitian ini bertujuan untuk 294 asisten Kuesioner Peneltian ini menemukan bahwa
Between mendalami pengaruh perbedaan pelatih pada kepemimpinan trasformasional lebih
Transformational gender pada kepemimpinan divisi I (Kuantitatif) berpengaruh pada efektivitas
Leadership, transformasional, keefektivan basket, kepemimpinan dibandingkan dengan
Leader pemimpin dan tingkat turnover pada softball dan faktor lainnya, termasuk gender. Dengan
Effectiveness, National Collegiate Athletic volley pada kata lain, laki-laki maupun perempuan
and Turnover Association (NCAA). NCAA. bisa menjadi pemimpin yang efektif
Intentions: Do 193 apabila menggunakan kepemimpinan
Subordinates perempuan transformasional. Untuk tingkat turnover
Gender dan 101 laki- terhadap gender dan gaya kepemimpinan
Differences laki. Transformasional, ternyata laki-laki lebih
Exist? mudah untuk meninggalkan seorang
(Wells, Peachey pemimpin yang dianggap tidak efektif
& Walker, dibandingkan dengan perempuan.
2014)
7. Gender and Penelitian terdahulu Penelitian Interview Penelitian menemukan bahwa gender dan
personality in mengindikasikan bahwa pemimpin dilakukan personaliti memiliki dampak pada
transformational yang menggunakan kepemimpinan pada 459 (kualitatif) perilaku pemimpin dan penelitian ini
leadership transformasional memiliki pemimpin mendukung hasil bahwa gaya
context (Brandt keunggulan bagi bisnis yang yang MBTI kepemimpinan dapat dibedakan melalui
& Laiho, 2013) dipimpinnya. Namun pemimpin nya telah gender.
58
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
terkadang dinilai dari stereotip yang diukur, dan
dibawa oleh gender mereka. 378 penilaian
Pemimpin laki-laki dinyatakan lebih bawahan pada
baik dalam hal asertif, independen, pemimpinnya.
dan lebih baik dalam mengambil
keputusan. Namun disis lain,
pemimpin perempuan memiliki
keunggulan dari segi hubungannya
dengan para bawahannya dan lebih
banyak menggunakan gaya
kepemimpinan transformasional.
Pertanyaan utama dalam penelitian
ini adalah apakah semua penemuan
di penelitian sebelumnya diatas dapat
berlaku apabila personality dari
pemimpin dipakai dalam penelitian?
8. Gender makes Penelitian ini mencoba untuk Untuk study Kuesioner Penelitian ini menemukan bahwa gender
the difference: melebarkan penelitian sebelumnya 1, sampel pemimpin tidak terlalu berpengaruh pada
The moderating oleh Kelley, untuk menawarkan yang (Kuantitatif) gaya kepemimpinannya, otoritarian
role of leader kerangka yang lebih komrehensif digunakan ataupun benevolent serta kinerja
gender on the untuk menjelaskan bagaimana adalah bawahannya. Namun kedua gaya
relationship pemimpin dapat mempengaruhi sekelompok kepemimpinan ini tidak terlalu efektif bila
between kinerja bawahnnya, melengkapi teknisi R&D digunakan oleh pemimpin perempuan.
leadership styles bagaimana pemimpin laki-laki dan dan supervise Pemimpin perempuan memerluka gaya
and subordinate perempuan memperlihatkan gaya langsungnya kepemimpinan yang lebih eksklusif dari
performance kepemimpinan mereka atau pada 15 yang telah ada.
(Wang, Chiang, perbedaan bagaimana pemimpin pabrik
Tsai, et al., laki-laki dan perempuan dari sisi elektronik.
2013) bawahannya.
Untuk study
2, sampel
59
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
yang
digunakan
adalah bagian
CS dan para
supervisinya
pada 72
cabang Bank
Komersial dia
Taiwan.
9. Gender and Penelitian yang telah ada saat ini Jurnal atau Reflection Penelitian refleksi ini merupakan
Leadership: sangat berfokus pada kepemimpinan penelitian Research perubahan metode bagi setiap penulis.
Reflections of yang dilakukan oleh laki-laki, terdahulu Penulis menyadari refleksi diri yang
Women in sehingga memberikan batasan pada (literature dilakukan secara sistematik dan dianalisis
Higher perempuan untuk memiliki aspirasi review) dapat memberikan tambahan pengertian
Education mengenai kepemimpinan. Terlebih bagaimana karir seseorang, sehingga
Administration lagi kepemimpinan perempuan pada dapat membimbing serta menjadi mentor
(Dunn, Gerlach posisi senior administrative dalam bagi yang lainnya. Hasilnya, gender
& Hyle, 2014) bidang akademik. Penelitian refleksi merupakan pola variable yang lebih
ini bertujuan untuk mengidentifikasi penting bagi karir seseorang dibandingkan
informasi yang general untuk dengan bagi organisasi. Kesimpulan dari
menjadikan pemimpin perempuan penelitian ini membawa kesadaran diri
mentor yang lebih efektif di kampus. dan kepercayaan diri dalam hal peran
bahwa seorang perempuan dapat menjadi
pemimpin dibidang admistrasi.
10. Women in Penelitian ini memeriksa apakah 44 senior Interview Penelitian ini hamper semua perempuan
Academic perempun di HEIs (Higher Education manajer laki- tidak membatasi diri mereka dalam
Leaderhip (de Institution) terbatasi oleh gaya laki dan (kualitatif) pengembangan gaya kepemimpinan pada
Lourdes, kepemimpinan mereka dan apakah perempuan di HEI. Dan hampir semua narasumber
Machado- kultur organisasi membuat mereka Australia dan perempuan menyetujui bahwa pemimpin
Taylor & Kate kurang bernilai di tim manajemen Portugal. pada universitas akan mengadaptasi gaya
White, 2014) senior. Kepemimpinan pada HEIs kepemimpinan mereka dangan kultur dari
60
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
memiliki kompleksitas yang berbeda institusi pendidikan. Hasil penelitian
karena menyangkut kontek menemukan bahwa banyak kemungkinan
pendidikan. Seorang pemimpin atau untuk transformasi pada akademi apabila
rector diangkat berdasarkan otoritas, mereka lebih menghargai peran
disiplin ilmu, pengalaman, dan kepemimpinan perempuan. Setiap negara
profesionalitas. Dan penelitian memiliki persepsi yang berbeda menganai
terdahulu mengatakan bahwa HEI efektivitas kepemimpinan perempuan
selalu di dominasi oleh laki-laki dan pada HEI. Australia sudah memiliki
perempuan kurang ditampilkan pergerakan kesetaraan perempuan pada
dalam kepemimpinan universitas. kepemimpinan, sehingga memiliki nilai
lebih pada tim manajemen senior.
Sedangkan Portugal yang belum memiliki
program seperti diatas, masih menjadi
penghalang bagi perempuan untuk
memiliki peran kepemimpinan pada HEI.
11. Gender Peran wanita dalam dunia kerja telah Studi 1: 240 Kuesioner Penelitan tersebut menemukan bahwa dari
Differences in meningkat secara pesat, di Amerika mahasiswa 4 studi yang dilakukan pada 4 sampel
Leadership Role 47% pekernya dalah perempuan, bisnis di (kuantitatif) yang berbeda menunjukkan bahwa
Occupancy: The namun hanya 14% yang berhasil universitas motivasi perempuan untuk ‘power’ lebih
Mediating Role mendapat posisi top manajer. Hal jerman (125 rendah dibandingkan laki-laki. Hal itu
of Power serupa juga dapat ditemukan di perempuan menunjukkan bahwa laki-laki memiliki
Motivation Inggris dan Jerman. Penelitian ini dan 115 laki- keinginan yang lebih besar untuk menjadi
(Schuh, et al., memiliki ambisi untuk mengetahui laki). pemimpin. Dari penelitian ini juga dapat
2014) alasan mengapa perempuan kurang dilihat bahwa kurangnya perempuan
dapat bersaing dengan laki-laki Studi 2: 61 dalam penempati posisi pemimpin juga
untuk posisi pemimpin. Penelitian ini mahasiswa disebabkan motivasi mereka akan ‘power’
meletakkan variable motivasi sebagai jerman juga lebih rendah daripada laki-laki.
perspektif dalam perbedaan gender
untuk menempati posisi pemimpin. Studi 3: 382
Pada intinya penelitian ini ingin pekerja
melihat hubungan antara gender,
61
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
motivasi untuk ‘power’, dan (partisipasi
penempatan peran pemimpin. via online)
Studi 4: 861
pekerja (255
perempuan,
606 laki-laki
dan
partisipasi
melalui
email)
12. Female Institusi microfinance (MFI) 329 (kuantitatif) Terdapat tiga konklusi dari penelitian ini.
leadership, merupakan sebuah bisnis yang Microfinance Yang pertama, Pemimpin perempuan
performance, memiliki tingkatan tinggi bagi bisnis Institution meningkatkan misi MFI untuk menyuplai
and governance perempuan. MFI juga adalah bisnis pada 73 kredit pada perempuan dan bekerjasama
in microfinance yang baik bagi perempuan, buktinya Negara. dengan NGO. Yang kedua adalah
institutions 27% CEO adalah perempuan, 23% hubungan antara pemimpin perempuan
(Strom, pemimpinnya perempuan, dan 29% dan kepemerintahan korporasi. Pemimpin
D’Espallier & jajaran utamanya adalah perempuan. perempuan berhubungan dengan
Mersland, 2014) Pemimpin perempuan memiliki pemerintaha yang lemah karena
dampak yang positif bagi kinerja dari pertemuan yang lebih sedikit. Dan yang
MFI, tetapi hasil ini tidak ketiga, CEO perempuan memiliki
dipengaruhi oleh kepemerintahan kontribusi positif pada keuangan
yang baik. perusahaan.
13. Kepemimpinan Keinginan perempuan untuk dapat di 2 orang Interview ?
dan Gender: perlakukan setara dengan laki-laki pemimpin secara
Efektivitas & dalam pekerjaan dan politik tidak (laki-laki & mendalam
Tantangan mudah untuk diwujudkan. Banyak perempuan),
tantangan-tantangan dan fenomena- 2 orang (kualitatif)
fenomena yang menghalangi mereka bawahan
untuk mendapat pengakuan atas langsung dari
62
No. Artikel Latar Belakang Masalah Sampel Metodologi Kesimpulan
kemampuan mereka, terutama dalam masing-
kepemimpinan. Tantangan-tantangan masing
yang dihadapi oleh para perempuan pemimpin
itu datang dari berbagai sudut (jumlah 4
pandang, yaitu ekonomi, sosiologi, orang), 2
maupun budaya/kultur yang ada di orang rekan
berbagai tempat di dunia. kerja dari
masing-
Dengan fakta tersebut, masing
penelitian ini ingin menggali lebih pemimpin
dalam mengenai posisi perempuan (jumlah 4
dalam dunia kepemimpinan di orang).
Indonesia. Gaya kepemimpinan dan
perbandingan efektivitas Penelitian
kepemimpinan laki-laki maupun studi kasus,
perempuan akan menjadi bahasan masing-
utama dalam penelitian ini. Hal masing kasus
tersebut akan dilakukan dengan 5 orang
meneliti pada pemimpin perempuan, subjek
pemimpin laki-laki, dan juga penelitian.
bawahan langsung mereka sebagai
pembanding.
63
64
Dari tabel yang telah disediakan sebelumnya, dapat diketahui bahwa seluruh
penelitian terdahulu yang penelitian ini jadikan dasar berasal dan dilakukan diluar
tengah, dan juga di Negara-negara Asian selain Indonesia, atau bahkan ada yang
penelitian terdahulu yang dilakukan di lebih dari satu negara. Contonya saja,
terdapat penelitian yang dilakukan di Arab oleh Shapira, Arar dan Azaiza (2010)
dan Yaseen (2010). Selain Arab, terdapat juga penelitian yang dilakukan di Eropa,
di Eropa, lalu Brandt & Laiho (2013) di Finlandia, dan yang terakhir adalah
penelitian Schuh, et al. (2014) di Inggris dan Jerman. Beberapa penelitian terdahulu
dari Amerika, contohnya penelitian yang dilakukan oleh Mendez & Busenbark
(2015), Wells, Peachey & Walker (2014), Gerlach, & Hyle (2014), serta Rhee &
Asia terdapat penelitian oleh Wang, Chiang, Tsai, et al. (2013) yang dilakukan di
Taiwan. Terdapat juga penelitian yang dilakukan di dua atau lebih negara sekaligus,
Australia dan Portugal dan Strom, D’Espallier & Mersland (2014) di 73 Negara.
Selain lokasi penelitian, dari tabel yang telah dilampirkan tersebut dapat
dilihat bahwa semua penelitian terdahulu memilih subjek penelitian dari berbagai
oleh Shapira, Arar & Azaiza (2010) pada kepala sekolah perempuan Arab di Israel,
65
Rhee & Sigler (2015) dan Schuh, et al. (2014) pada mahasiswa. Terdapat pula
penelitian yang dilakukan pada banyak perusahaan, seperti yang dikakukan oleh
Mendez & Busenbark (2015) dan Brandt & Laiho (2013) yang melakukan
pada organisasi olahraga oleh Wells, Peachey & Walker (2014). Dan yang terakhir
penelitian oleh Wang, Chiang, Tsai, et al. (2013) yang melakukan penelitian di
ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan beberapa diantaranya berupa literature
review. Penelitian yang dilakukan oleh Rhee & Sigler (2015), Yaseen (2010),
Mendez & Busenbark (2015), Wells, Peachey, & Walker (2014), Wang, Chiang,
Tsai, et al. (2013), Schuh, et al. (2014), serta Strom, D’Espallier & Mersland (2014)
literature review dilakukan oleh Lyle & MacLeod (2016) dan Dunn, Gerlach &
Hyle (2014).
Maka dari ketiga hal yang telah dijabarkan diatas, maka mengenai lokasi
penelitian, subjek penelitian, dan juga metode penelitian, telah didapatkan beberapa
gap atau kesenjangan penelitian yang akan ditutupi oleh penelitian ini. Dari sisi
lokasi penelitian, semua penelitian terdahulu yang jadikan dasar dalam penelitian
ini belum ada yang dilakukan di Indonesia, maka penelitian ini akan dilakukan di
66
dan luas wilayah paling besar di Asia Tenggara. Selain negara terbesar di Asia
Tenggara, dengan populasi lebih dari 265 juta orang, Indonesia juga merupakan
penelitian ini dapat menggambarkan keadaan yang ada dalam lingkup regional Asia
Tenggara
mengambil subjek penelitian pada organisasi pemerintah, maka penelitian ini akan
bukan hanya berdasarkan kompetensi, tetapi lebih didasari oleh tingkatan yang
sebagai objek penelitian, dikarenakan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
mencapai 4,5 juta orang. Jumlah PNS di Indonesia menyerap 1,7% dari populasi
ataupun hanya berbentuk literature review, maka penelitian ini akan dilakukan
ini akan menyuguhkan hasil penelitian yang faktual dan juga dilengkapi dengan
67
yang diangkat dengan lebih baik, dapat mempermudah dalam penelitian ini apabila
ditemukan masalah yang kompleks, dapat mengambil data langsung dari objek
yang dituju, dapat menjelaskan secara lebih detail mengenai hal-hal yang diteliti,
Terdapat sebuah kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang sudah dibuat
untuk menjadi dasar penelitian ini. Kerangka penelitian ini juga dibuat agar
penelitian ini tidak keluar dari pokok bahasan yang menjadi fokus dalam penelitian
ini. Selain itu, kerangka penelitian ini juga berguna untuk memandu penelitian ini
Akan diketahui:
1. Perbedaan gaya kepemimpinan menurut
gender
2. Persepsi efektivitas kepemimpinan
pemimpin laki-laki / perempuan
3. Tantangan dalam kepemimpinan
BAB III
METODE PENELITIAN
profit. Penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana gaya
kepemimpinan yang dipakai pemimpin yang berbeda gender. Untuk itu, penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk dapat mengetahui lebih jelas
individu atau kelompok yang dianggap sebagai masalah sosial atau masalah
metode studi kasus. Creswell (2007) mengemukakan bahwa studi kasus adalah
penelitian kualitatif yang berfokus pada sebuah “kasus” tertentu pada kehidupannya
nyata secara kontemporer. Dengan kata lain, penelitian ini ingin mengetahui lebih
eksplor melalui satu atau beberapa kasus didalam system yang terbatas (Creswell,
2007). Metode penelitian studi kasus memiliki kesamaan dengan penelitian naratif,
69
70
khususnya apabila yang dipilih adalah satu kasus tertentu, tetapi terdapat beberapa
perbedaan. Pada umumnya studi kasus memilih pada satu individu, multi-individu,
suatu program ataupun aktivitas sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penelitian
(Creswell, Hanson, Clark Plano, & Morales, 2007). Pada studi kasus, pendekatan
Dalam metode studi kasus, sebuah isu ditelusuri melalui satu atau banyak
kasus namun tetap dalam batasan tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian
Studi kasus adalah suatu metode pada penelitian kualitatif yang dimana peneliti
menelusuri suatu kasus atau beberapa kasus dalam jangka waktu tertentu dan
dijelaskan secara detail, pengumpulan data secara mendalam dari berbagai sumber
Terdapat beberapa tipe dalam penelitian dengan metode studi kasus, tipe
tersebut dibedakan berdasarkan ukuran dari kasusnya, apakah itu satu individu,
et al., 2007). Variasi dalam studi kasus juga dapat dibedakan dari maksud
penelitian: studi satu kasus instrumental, studi multi-kasus, dan studi kasus
instrinsik. Dalam studi kasus instrumental, peneliti fokus pada satu masalah dan
memilih satu kasus terbatas untuk mengilustrasikan masalah tersebut. Dalam studi
kasus kolektif, peneliti tetap memilih sebuah kasus yang ingin difokuskan dan
memilih beberapa kasus untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dan yang terakhir,
71
studi kasus intrinsik dimana peneliti berfokus pada sebuah kasus dimana terdapat
situasi yang tidak biasa dan unik didalam kasus tersebut (Creswell, 2007).
Dari semua penjelasan diatas, maka penelitian ini dianggap cocok untuk
Tipe yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus kolektif, hal
tersebut dikarenakan penelitian ini akan membahas sebuah isu atau masalah dengan
diharapkan penelitian ini, maka informan yang dijadikan objek tidak berjumlah
banyak, agar bisa mendapatkan info yang lebih detail dan mendalam.
bawahan.
ekspektasinya.
membuat keputusan.
bawahan
keras.
organisasi.
atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penelitian ini disebut sebagai informan. Agar informasi yang didapat oleh
penelitian ini bersifat lengkap dan detail, maka penelitian ini menggunakan teknik
dengan menentukan sampel sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh penelitian,
sehingga sampel yang diambil tidak keluar dari tujuan penelitian dan juga
Semarang.
3. Rekan kerja atau pimpinan bagian lain yang setara dengan pimpinan yang telah
dipilih.
4. Atasan atau pimpinan langsung dari kepala bagian yang telah dipilih.
74
Atasan
Gambar 3.1
Skema wawancara
Kasus 1
1. Dua orang Ketua Seksi (Kasi) berbeda gender dari Kecamatan yang ada di Kota
Semarang.
2. Dua orang bawahan dari masing-masing Ketua Seksi (Kasi) di Kecamatan yang
Narasumber Narasumber
1 2
Gambar 3.2
Skema wawancara
Kasus 2
75
Didalam sebuah penelitian, sumber data dapat berasal dari dua bagian, yaitu
1. Data Primer
Data yang penelitian ini peroleh secara langsung dari informan melalui
2. Data Sekunder
Selain data primer diatas terdapat pula data sekunder yang digunakan untuk
melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini. Data yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber, gambar arsip ataupun gambar yang diperoleh
sendiri dan juga data-data lainnya yang dapat melengkapi informasi yang
dibutuhkan.
Menurut Emzir (2011) teknik ataupun cara yang dilakukan seorang peneliti
untuk dapat melengkapi data atau informasi yang dibutuhkan oleh penelitiannya
76
kualitatif, data atau informasi yang diperoleh haruslah jelas, spesifik, dan
3.5.1 Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
tanya jawab secara langsung dengan informan, diharapkan dapat menghasilkan data
yang bersifat terfokus pada topik penelitian maka teknik pengumpulan data lainnya
pelaksanaan wawancara juga dibutuhkan berbagai alat bantu yang bertujuan untuk
lengkapnya. Alat bantu tersebut antara lain adalam recorder atau perekam dan alat
tulis.
Agar narasumber mengerti apa maksud dan tujuan penelitian ini dan
jawaban seperti apa yang diharapkan dari penelitian ini, maka peneliti harus
menjelaskan terlebih dahulu inti atau tujuan dilakukannya penelitian. Setelah itu
agar proses wawancara dapar berjalan dengan lancar dan sesuai prosedur, maka
dimulai. Dan untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti akan mengulang
menunggu hingga seluruh data yang dibutuhkan terkumpul seluruhnya. Data yang
telah terkumpul dapat langsung diolah dan dilakukan analisis data oleh peneliti.
Data tambahan dapat diambil kembali apabila informasi atau data yang telah
diperoleh dirasa kurang lengkap atau tidak valid. Pengolahan data dalam penelitian
berdasarkan sub tema sesuai dengan kebutuhan penelitian (Bagong, Suyanto, &
Sutinah, 2006). Agar data dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, maka penelitian
ini menggunakan metode pengolahan data: reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
78
mentah dari proses penelitian disebut sebagai reduksi data (Miles & Huberman,
1992). Agar data dapat diproses dengan lebih baik, maka perlu dilakukan beberapa
ada, pengefektivan dan pengefisienan data dengan mengurangi yang tidak penting,
serta pengorganisasian data juga diperlukan agar data dengan mudah diverifikasi
dan diambil kesimpulan. Semua data yang berkaitan dengan inti atau topik dari
penelitian haruslah direduksi, karena dengan reduksi data peneliti akan lebih mudah
memudahkan peneliti apabila diperlukan data tambahan. Proses reduksi data ini
akan mempermudah peneliti dalam menganalisis seluruh data yang diperoleh dari
lapangan
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun dengan strategi analisis yang
umum hal tersebut dapat diatasi. Dalam penelitian studi kasus, terdapat empat
bentuk yang telah diajukan oleh Stake (1995) mengenai analisis data dan
contoh yang berkaitan dengan kasus tersebut dan menemukan makna yang
2. Interpretasi langsung, peneliti menarik makna dari satu kasus secara terpisah
dari contoh lainnya. Namun pada akhirnya contoh-contoh yang terpisah tersebut
3. Membentuk pola, peneliti mencari hubungan antara satu atau lebih kategori
yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat digambarkan melalui tabel yang
Tipe analisis dari studi kasus berupa analisis holistik, atau analisis yang
bersifat kesuluruhan kasus. Terdapat tiga teknis analisis yang diajukan oleh Yin
(1989), yang pertama adalah dengan penjodohan pola yaitu dengan mengaitkan
bukti empiris yang ada dengan pola yang diprediksikan, sehingga dapat
eksplanasi, hal ini bertujuan untuk menganalisis serta menjelaskan mengenai kasus
yang terjadi secara detail. Dan yang terakhir, dengan analisis deret waktu, yaitu
cara yang dianggap palin cocok untuk penelitian ini adalah analisis data
Penyajian data adalah tahap kedua dari proses analisis data, menurut
dan lain-lain. Proses penyajian data ini dapat membantu menjelaskan lebih
ini dilakukan dengan menarik suatu kesimpulan yang didapat dari seluruh informasi
penelitian ini peroleh harus dapat diolah menjadi sebuah kesimpulan yang jelas.
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan penelitian adalah sebuah temuan baru yang
berbentuk pencerahan atau deskripsi atas suatu objek yang sebelumnya tidak pernah
diketahui atau suatu hal baru yang ditemukan oleh penelitian ini, temuan tersebut
dapat berupa hubungan kausal maupun interaktif, berbentuk teori baru ataupun
hipotesis.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Kasus 1
Objek penelitian pada Kasus 1 penelitian ini adalah salah satu kelurahan
Selatan. Kelurahan Mugassari membawahi daerah seluas wilayah (-/+) 148.298 Ha,
dengan jumlah penduduk mencapai 7.671 jiwa. Dengan data tersebut, secara umum
kepadatan pada Kelurahan Mugassari ini adalah 51,7 jiwa/Ha. Secara umum, tugas
dari kontor Kelurahan Mugassari ini adalah melayani masyarakat yang berkaitan
seorang Lurah yang membawahi seorang Sekertaris Lurah, tiga orang Kepala Seksi
(Kasi), dan tiga orang staf PNS (Pegawai Negeri Sipil) maupun staf ASN (Aparatur
Sipil Negara). Sehingga total pegawai yang ada di Kelurahan Mugassari adalah 8
orang, dengan pembagian 6 orang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 2 orang ASN
81
82
Lurah
Bendahara Sekertaris
Kelurahan Lurah
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kelurahan Mugassari
oleh Bu Lurahnya sangat terbuka mengenai penelitian ini, sehingga penelitian ini
dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan seluruh lapisan yang ada pada
kantor Kelurahan Mugassari ini. Oleh karena itu, tidak ditemui masalah dalam
4.1.2 Kasus 2
Pada kasus 2 dalam penelitian ini, objek penelitian yang dipilih adalah
kelurahan. Secara keseluruhan terdapat 98 orang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang
masing subbagian dan Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan Kepala
sebagai berikut:
Camat
Kelompo Sekertaris
k jabatan Kecamatan
fungsion
al Kasubbag Kasubbag
perencanaa UM dan
n evaluasi kepegawaia
dan n
keuangan
lebih banyak, banyaknya kegiatan dan birokrasi yang lebih rumit, menyebabkan
kasus 2 penelitian ini menemui kesulitan ketika harus melakukan wawancara. Oleh
karena itu, pada kasus 2 ini penelitian ini hanya dapat mewawancara 2 (dua) orang
Kasi dan 2 (dua) orang staff dari masing-masing Kasi yang berhasil diwawancara.
84
4.2.1 Kasus 1
Tabel 4.1
Identitas Responden Kasus 1
narasumber Posisi Nama
1. Kepala Seksi Ketentraman dan
Ketertiban Parjo
(Pemimpin laki-laki)
2. Kepala Seksi Pembangunan &
pemerintahan Neni
(Pemimpin perempuan)
3. Sekertaris Lurah
Sukarni
(Rekan kerja)
4. Lurah
Tina
(Atasan)
5. Staf
Junaidi
(Bawahan 1)
6. Staf Teknologi Informasi
Robi
(Bawahan 2)
Bendahara
Sri
7. (Bawahan 3)
4.2.1.1 Kepemimpinan
apa yang dibawa pemimpin tersebut kedalam organisasi atau bagian yang dipimpin.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, gaya kepemimpinan yang dibawa oleh
pemimpin perempuan dan laki-laki dalam kasus 1 ini memiliki unsur Paternalistik
antara pemimpin dan yang dipimpin, yang seperti hubungan ayah/ibu dan anaknya.
85
Dengan kata lain pemimpin tersebut menganggap bawahan mereka sebagai anak
bawahan sebagai mitra kerja. Hal tersebut didukung oleh Sukarni, rekan kerjanya
yang menganggap bahwa Neni lebih banyak mengajak bawahannya untuk bekerja
Selain itu, Neni dianggap sebagai pemimpin yang tidak pernah membeda-bedakan
orang berdasarkan jabatan, hal ini membuat bawahannya tidak pernah merasa
diremehkan oleh Neni dan juga membuat harga diri dari bawahannya meningkat.
kepemimpinannya merasa unsur keibuan yang dibawa Neni sangat kuat. Hal
bukan hanya sekedar perhatian tetapi diikuti dengan kepedulian terhadap apa yang
dihadapi bawahannya. Tina sebagai atasan mengatakan bahwa Neni tidak segan
untuk berkomunikasi dengan para bawahannya bahkan diluar jam kerja. Contohnya
adalah penyataan Robi yang mengaku kerap mendapat pesan singkat dari Neni
ketika malam hari untuk sekedar mengingatkan agar Robi beristirahat, sembari
Senada dengan pernyataan Neni tadi, Parjo sebagai pemimpin laki-laki juga
berusaha membangun hubungan yang dekat dengan para bawahan dan rekan
rekan kerja dan bawahannya. Hal serupa juga diungkap oleh Sri yang menganggap
bahwa Parjo adalah seorang pemimpin yang cenderung santai. Kepemimpinan yang
menganggap bahwa Parjo adalah pemimpin yang asik, lucu dan bisa memberikan
energi positif secara informal, baginya pendekatan itu tidak jauh berbeda dari
pendekatan seorang ayah kepada anaknya. Hal itu sangat disetujui oleh Robi yang
mengatakan bahwa Parjo mudah membaur dengan para bawahannya dan memiliki
kemampuan untuk membangun hubungan informal yang baik, dan tidak segan
membahas hal-hal yang bersifat pribadi. Contoh yang diceritakan Robi adalah
seringkali Parjo mengajak keluar makan siang bersama dengan para staf laki-laki,
“Kalo Parjo sih dia lebih terbuka ya sama siapa aja, terutama
yang cowo-cowo. Tapi Neni itu dia lebih perhatian sama
bawahan.” (Sukarni, 50 tahun, Sekertaris Lurah)
87
lingkungan yang dibangun dalam organisasi itu adalah lingkungan yang bernuansa
kekeluargaan, sehingga tidak terdapat celah antar personal yang ada didalam
organisasi. Tidak hanya kepada bawahannya saja, kedua pemimpin itu juga dapat
menjadi lebih terbuka bahkan tidak terlalu formal. Sedangkan Sri berpendapat
bahwa sifat perhatian yang ada pada Neni membuat para bawahannya merasa lebih
diperhatikan dan juga merasa nyaman, sehingga dapat bekerja dengan lebih baik.
4.2.1.1.2 Supportif
sebagian besar narasumber mengatakan bahwa kedua pemimpin dalam Kasus 1 ini
adalah kedua pemimpin ini mampu untuk mendukung, dan bahkan membantu para
tersebut, membuat kinerja dari para bawahan dapat terdorong menjadi lebih baik,
dan membuat bawahan bekerja lebih percaya diri karena tidak akan merasa
disalahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Namun dibalik itu semua, terdapat
bawahannya.
88
Neni tidak hanya pemimpin yang hanya memberikan tugas lalu mengkoreksi. Robi
mendampinginya saat pengerjaan tugas atau bahkan saat harus mengikuti pelatihan.
tugasnya, dan juga dapat menghindarkan dari kesalahan, yang secara tidak langsung
akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja bawahan karena tidak adanya
pengerjaan ulang.
“Kalo Pak Parjo sih kalo salah ya beliau langsung bilang, gak
basa basi, langsung disuruh benerin. Tapi kali Bu Neni lebih
dampingin sih kalo minta tolong ngerjain tugas, jadi salahnya
dikit.” (Junaidi, 23 Tahun, Staf)
Disisi lain, ketika bawahannya bekerja dengan baik, Neni juga tidak segan
untuk memuji mereka dan memberikan insentif tambahan kepada mereka. Robi
moral dengan kata-kata yang membangun, layaknya seperti ibu kepada anaknya.
Neni selalu memberikan insentif dalam bentuk uang bensin atau sekedar mengajak
makan diluar. Junaidi mengatakan bahwa Neni seringkali mendapat tugas diluar
kantor, dan biasanya meminta bantuan dirinya untuk sekedar mengantarkan, lalu
biasanya apabila sudah waktu makan siang, Neni akan membayarkan makan siang
89
dan tetap mengganti uang bensin kendaraan Junaidi. Hal tersebut memang
bawahannya, Parjo akan secara terang memberitahu dimana kesalahannya dan akan
dengan nada yang sedikit tinggi, namun hal itu dimaksudkan agar bawahannya
Junaidi, Robi dan Sri mengaku lebih banyak diberikan dukungan atau support
dalam bentuk kata-kata atau candaan yang membangun dalam bentuk apresiasi
memberikan pujian kepada dirinya dengan candaan dan biasanya candaan itu juga
diungkapkan didepan Kasi (Kepala Seksi) lain sebagai bukti bahwa Parjo benar-
90
hubungan Parjo dengan para bawahannya, sehingga bawahannya tidak merasa ada
Dalam penjelasan diatas dapat dilihat terdapat perbedaan yang jelas antara
Neni dan Parjo dalam hal memberi dukungan kepada bawahannya. Apabila Neni
lain Parjo lebih terbuka kepada bawahannya mengenai kesalahan yang mereka
kedua pemimpin ini menggunakan cara yang tidak berbeda jauh, yaitu dengen
memberi pujian untuk membangun kepercayaan diri bawahan dan juga memberika
4.2.1.1.3 Empati
sebelumnya, empati adalah unsur selanjutnya yang dibawa oleh kedua pemimpin
ini. Empati adalah sikap peduli yang ditunjukkan oleh seseorang, tidak hanya
kepedulian yang ditunjukkan tetapi diikuti dengan usaha untuk merespon apapun
empati dalam hal yang berbeda, mereka tetap memperdulikan bawahan dan rekan
bekerja atau bekerja dengan tidak maksimal, dirinya akan mencoba menanyakan
dan membahas apa hal yang menyebabkan hal tersebut. Selain membahas, Neni
91
akan berusaha mendiskusikan solusi yang dapat membantu apapun masalah yang
didukung oleh Junaidi dan Sri yang selalu merasa diperhatikan dan diberikan saran
yang positif oleh Neni apabila sedang mengalami masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan ataupun diluar pekerjaan, dan kerap diberikan waktu untuk beristirahat
belum pernah mengalami hal tersebut karena Neni selalu mendampinginya dalam
candaan yang dapat menyemangati mereka. Namun apabila cara tersebut tidak juga
untuk istirahat kepada bawahannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Tina
sebagai atasan, melihat bahwa Parjo merupakan pemimpin yang selalu menyadari
bertujuan menyemangati. Junaidi dan Robi mengatakan bahwa Parjo tidak pernah
dalam bekerja. Junaidi mengatakan pernah suatu waktu dirinya tidak dapat bekerja
maksimal karena alasan pribadi, lalu Parjo datang bertanya dengan nada yang
memberikan saran dan pendapatnya kepada Junaidi, selain itu Parjo memberikan
Dari penjabaran diatas, dapat dilihat bahwa kedua pemimpin ini merupakan
pemimpin yang memperhatikan tingkah laku para bawahannya dalam bekerja, dan
mengalami masalah. Kedua pemimpin juga tidak lantas membiarkan atau berdiam
diri apabila hal tersebut terjadi kepada para bawahannya, mereka bahkan berusaha
atau hanya memberikan semangat. Kedua pemimpin ini juga tidak ragu untuk
bawahannya.
mengikuti pelatihan-pelatihan. Hal tersebut juga didukung oleh Tina sebagai atasan
yang mengaku beberapa kali mendapat permintaan dari Neni untuk mengikutkan
bidang pemerintahan yang banyak berhubungan dengan input data dan juga
aplikasi-aplikasi baru yang dapat membantu tugasnya. Contohnya adalah ketika ada
pelatihan mengenai aplikasi baru dari Pemkot (Pemerintah Kota) mengenai data
bagi Sri berdikusi dengan Neni mengenai tugas tertentu juga dapat menambah dan
dirinya seringkali diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu oleh Neni, dan
94
dengan para bawahannya, dan bertukar pikiran dengan mereka melalui obrolan yang
formal maupun informal. Bagi Parjo, hal tersebut secara tidak langsung dapat
hal diluar pekerjaan. Hal tersebut juga didukung oleh Robi yang mengatakan kerap
kali memiliki obrolan yang mendalam dengan Parjo, bahkan untuk hal-hal pribadi.
parjo mengenai hobi mereka dibidang otomotif, maupun sekedar mendengar cerita
Parjo dapat menambah pengalaman dirinya mengenai tugas-tugas baru. Robi juga
pengalaman bawahan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tugas mereka.
memberikan tugas, Parjo akan menjelaskan secara detail dan mendalam mengenai
bagaimana tugas harus diselesaikan, sehingga bawahan akan mudah mengerti apa
yang atasan inginkan dan apa yang harus dilakukan dalam penyelesaian tugas.
Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa kedua pemimpin dalam kasus
1 ini memiliki andil dalam pengembangan diri dan kemampuan para bawahannya.
Walaupun hal tersebut ditempuh melalui cara yang berbeda, Parjo dengan
pendekatan informal dan Neni dalam bentuk pelatihan. Neni memang secara jelas
lebih baik dalam meningkatkan kemampuan teknis bawahannya, tetapi Parjo dapat
mengembangkan diri bawahan dari segi yang lebih informal. Jadi, pada dasarnya
suatu pekerjaan melalui orang lain. Di dalam sebuah organisasi, untuk mencapai
tujuan organisasi terdapat tugas-tugas yang harus diselaikan oleh divisi atau bagian
tertentu, oleh karena itu pemimpin yang memimpin bagian tertentu harus dapat
Dalam kasus 1 ini, kedua pemimpin memiliki perbedaan dalam pemberian tugas
96
kepada para bawahannya. Neni sebagai pemimpin perempuan lebih berusaha untuk
dan membagikan tugas mana yang harus dikerjakan sendiri dan mana yang harus
sesuatu bersama dengan para bawahannya. Maka dengan begitu, setiap tugas yang
dikerjakan bawahan akan lebih terkontrol, sehingga setiap kesalahan juga dapat
diperbaiki secara cepat. Hal tersebut diakui oleh Sukarni sebagai rekan kerja dan
Tina sebagai atasan, kedua melihat bahwa Neni adalah pemimpin yang tidak ragu
untuk ikut langsung dalam pengerjaan tugas bersama dengan para bawahannya. Hal
tersebut dapat berdampak positif dan negatif bagi bawahan, karena disatu sisi
bawahan akan lebih fokus dalam mengerjakan tugas, dan setiap kesalahan dapat
diperbaiki secara langsung tanpa pengerjaan dua kali. Namun disisi lain, hal
melaksanakan tanggung jawabnya, dan tidak baik apabila hal tersebut berlangsung
bahwa pimpinannya selalu melihat situasi dan kondisi bawahan dalam memberikan
tugas. Robi mengatakan bahwa Neni tidak pernah memberikan tugas ketika dirinya
97
masih memiliki tugas lainnya dengan deadline yang sama, dan akan dikerjakan
langsung oleh Neni. Dengan kata lain, Neni tidak mengerjakan setiap tugas-tugas
yang ada dengan bawahannya, tetapi lebih bergantung pada situasi yang dihadapi.
Bagi staf lainnya, Neni merupakan sosok pemimpin yang santai dan sopan dalam
memberikan tugas, bahkan seperti meminta tolong. Sri mengatakan biasanya Neni
akan datang ke meja kerjanya, dan meminta tolong mengenai sesuatu. Dengan kata
lain, Neni bukanlah atasan yang ‘bossy’ dan memaksa bawahan untuk melakukan
Sebagai kontras, Parjo akan membagi tugas yang akan dikerjakan sendiri
dan tugas yang akan dilimpahkan kepada bawahannya. Parjo menganggap apabila
suatu pekerjaan masih dapat dikerjakan sendiri, maka akan diselesaikan sendiri,
tetapi apabila tugas yang harus diselesaikan banyak, maka sebagian akan
dilimpahkan pada bawahannya. Hal tersebut didukung oleh Tina yang melihat
bahwa Parjo merupakan pemimpin yang cukup adil kepada bawahannya, tidak
Sukarni melihat bahwa Parjo adalah pemimpin yang lebih mengajak para
Junaidi dan Robi yang menganggap bahwa Parjo lebih sering memberikan tugas
bahwa Parjo selalu menjelaskan tugas yang harus dikerjakan secara detail dan
bersifat kegiatan dilapangan, Parjo selalu mendampingi dan turun langsung dalam
PKL (Pedagang Kaki Lima), Parjo selalu mengajak Junaidi untuk membantunya di
lapangan.
bawahannya, namun tetap disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sebagai kontras,
Parjo lebih memilih untuk membagi tugas dengan para bawahannya. seperti yang
telah dijelaskan, cara yang dipakai Neni lebih baik dalam hal kontrol pada bawahan
dan dapat menghindari kesalahan, tetapi cara yang dipakai Parjo akan lebih efisien
dari segi waktu pengerjaan. Tapi dari sudut pandang lain, cara yang dipakai Neni
dapat secara tidak langsung membatasi kreativitas bawahan, karena lebih banyak
4.2.1.2.2 Motivation
bawahannya bekerja dengan lebih keras, terlebih apabila kinerja bawahan kurang
dibutuhkan treatment tersendiri yang dilakukan oleh atasan untuk mendorong hal
tersebut. Dalam kasus 1 ini, kedua pemimpin memiliki beberapa kesamaan dan
keras. Parjo sebgai pemimpin laki-laki lebih memilih untuk memberikan motivasi
99
secara informal dengan candaan kepada bawahan, namun Neni sebagai pemimpin
pendapatnya ketika bawahan telah merasa dihargai, mereka akan lebih merasa
nyaman dan senang dalam melakukan apapun, tak terkecuali mengerjakan tugas.
Selain itu, menurut Neni dengan pendampingan, bawahan akan bekerja lebih serius
dan dapat menghindarkan dari kesalahan. Robi sebagai bawahan langsung juga
ketika mengikuti pelatihan, hal tersebut diakuinya dapat mendorong dirinya untuk
Selain pendampingan, Robi juga merasa selalu merasa ingin bekerja lebih
keras karena atasannya dapat membangun hubungan yang baik dengannya dan
selalu memberikan support, bahkan diluar jam kerja. Sri juga berpendapat bahwa
untuk terus memperbaiki cara kerjanya untuk terus lebih baik dan lebih baik lagi.
hubungan dalam bentuk informal kepada bawahannya untuk dapat lebih dekat.
personal dengan para bawahan dan rekan kerjanya, sehingga lebih seperti teman
digunakan Parjo sebagai alat untuk membuat bawahan bekerja dengan lebih keras,
untuk bekerja lebih keras lagi. Contoh lainnya adalah ketika bawahannya bekerja
olehnya. Hal tersebut diakui oleh Robi dan Junaidi yang selalu mendapatkan
juga seringkali memeriksa hasil pekerjaannya dan selalu memberikan saran untuk
sehingga bawahannya tau bagian mana yang harus diperbaiki dan harus dihindari
bawahannya ketika melakukan tugas yang sama dikemudian hari. Sri juga
mengatakan bahwa dirinya selalu diberikan teguran dan contoh-contoh yang baik
dalam mengerjakan suatu tugas, dan hal ini membuatnya mengerti bagaimana untuk
Dapat dilihat dari penjelasan diatas, bahwa pendekatan yang dilakukan Neni
merasa nyaman bekerja dibawah perintahnya, dan secara tidak langsung membuat
bawahannya mau untuk bekerja dengan lebih baik dan lebih baik lagi. Kedua cara
bekerja dengan lebih maksimal berdampak positif dari sisi bawahan, rekan kerja,
4.2.1.2.3 Fulfillment
Sebagai pemimpin, untuk dapat bekerja lebih efektif tentu saja terdapat
datang dari berbagai sisi organisasi, contohnya saja kebutuhan dari sisi bawahan
dan juga dari sisi organisasi secara keselurahan. Berdasarkan hasil wawancara,
secara garis besar kedua pemimpin ini telah berhasil memenuhi kebutuhan bawahan
dan organisasi. Namun tentu saja masih ada beberapa hal yang belum terpenuhi
tetapi dirinya mengaku tidak bisa menilai dirinya sendiri sudah atau belum
menganggap bahwa Neni telah memenuhi kebutuhan mereka. Robi menilai Neni
membuat bawahan merasa terpenuhi kebutuhannya. Selain itu Neni juga secara
direkomendasikannya.
Neni juga tidak dapat menilai dirinya, tetapi dirinya selalu berusaha memenuhi
segala hal yang berkaitan dengan Tugas Pokok dan Fungsinya sebagai Kepala
Seksi. Tetapi Sukarni sebagai rekan kerja menganggap Neni sudah memenuhi
(Tupoksi) selalu berdiskusi dengan atasan, rekan kerja dan bawahannya. Tina
sebagai atasan juga mengatakan hal yang senada dengan Sukarni bahwa Neni sudah
urusan yang tidak berkaitan dengan tugas organisasi. Junaidi, Robi dan Sri
sependapat dengan pernyataan Parjo diatas, bahwa Parjo telah dapat memenuhi
hubungan yang dekat dengan para bawahannya, Robi menggaris bawahi sifat Parjo
yang terbuka mengenai hal apapun membuat dirinya merasa kebutuhannya sebagai
Junaidi mengatakan bahwa Parjo dapat berkerja dengan cepat, sehingga dapat
memberikan contoh bagi dirinya bagaimana agar dapat bekerja dengan efektif dan
efisien.
sebagai Kepala Seksi. Sukarni sebagai rekan kerja juga mengatakan memang Parjo
telah memenuhi Tupoksinya, tetapi dianggap belum maksimal. Hal tersebut juga
dikatakan Tina sebagai atasan mengatakan bahwa Parjo sudah bekerja sesuai
Tupoksi yang diberikan kepadanya. Namun ada beberapa hal yang dianggap Tina
disayangkan oleh Tina, karena beberapa kali ketika dirinya membutuhkan Parjo,
Selain itu kedua pemimpin ini juga telah mampu memenuhi Tugas Pokok dan
sedikit ‘catatan merah’ dari atasannya karena terlalu sering meninggalkan kantor
dijam kerja. Namun secara keseluruhan, kedua pemimpin ini juga telah mampu
bagi pemimpin tersebut. Tantangan tersebut dapat berasal darimana saja, didalam
maupun diluar organisasi. Berdasarkan hasil wawancara, dalam kasus 1 ini secara
umum tantangan yang dialami kedua pemimpin ini lebih kepada tugas yang harus
pekerjaannya masing-masing.
Menurut Tina sebagai atasan, salah satu tantangan yang dihadapi oleh Neni
dalam pekerjaannya adalah tugas pokok yang sangat banyak dan beragam karena
memang posisinya menuntut hal seperti itu. Walaupun dihadapkan dengan tugas
yang sangat banyak dan beragam, tetapi Tina selalu dapat memenuhi seluruhnya
karena dirinya memiliki tingkat keinginan untuk selalu belajar yang tinggi. Sukarni
juga mengatakan bahwa Neni tidak segan untuk belajar dan berdiskusi dengan
105
Kepala Seksi dari kelurahan lain untuk dapat memenuhi dan menyelesaikan
Selaras dengan tugas yang beragam, Neni juga memiliki tuntutan untuk
dapat bekerja didalam dan diluar ruangan. Posisinya menuntut dirinya untuk
harus dipenuhi oleh Neni adalah berdiskusi atau penyuluhan dengan warga
keputuasan yang baik serta cepat. Neni harus dapat menyelaraskan keinginan
masyarakat yang beragam dengan aturan yang ada, biasanya hal ini
Tantangan yang sama juga dihadapi oleh Parjo, dimana tugasnya lebih
Lima (PKL) yang tidak mau mengikuti aturan yang sudah ada dengan berbagai
yang baik dan juga kesabaran ekstra. Bahkan seringkali Parjo harus berdiskusi
dengan Tina selaku atasan, atau terkadang Tina perlu ikut turun ke lapangan untuk
Misalnya saja ketika PKL (Pekerja Kaki Lima) yang dimaksud tidak mau mengikuti
aturan, atau dalam menghadapi pedagang yang bergender perempuan, hal tersebut
Dari penjabaran diatas, dapat dilihat bahwa tantangan yang dihadapi oleh
kedua pemimpin ini sangatlah kompleks. Namun keduanya juga memiliki caranya
dibutuhkan oleh kedua pemimpin ini. Selain itu, koordinasi dengan atasan, rekan
saja kedua pemimpin ini tidak dapat terhindar dari kewajiban untuk dapat bekerja
dengan baik bersama seluruh lapisan yang dalam organisasi tersebut. Komunikasi
dan koordinasi yang baik antar lapisan dalam organisasi dapat menjadi salah satu
indikator baik atau tidaknya kinerja suatu organisasi secara keseluruhan. Untuk
membangun komunikasi yang baik dengan semua orang bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan, karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda, sehingga
untuk menghadapinya perlu cara yang berbeda pula. Hal tersebut ternyata juga
menjadi salah satu tantangan kepemimpinan yang dihadapi kedua pemimpin ini.
Karena menurut mereka, tidak mudah untuk dapat beradaptasi dengan masing-
masing individu secara sempurna, tentu saja masih akan terdapat kekurangan.
107
dalam berkomunikasi dengan rekan kerjanya, tertutama rekan kerja yang bergender
sama. Walaupun secara umum komuniasi yang terjalin di organisasi tersebut cukup
baik, tetapi itu tidak menutup kemungkinan terjadinya gesekan antar individu
ketika terjadi sesuatu. Neni merasa lebih sulit dalam menghadapi rekan kerja yang
bergender sama dan lebih senior dibandingkan dirinya. Misalnya saja apabila
terdapat suatu pekerjaan yang merupakan Tupoksi dari Seksi yang dipimpin oleh
Neni dan terdapat kesalahan, maka dirinya akan mendapat kritikan yang ‘pedas’
dari rekan kerjanya. Neni merasa diperlakukan seperti itu karena dirinya adalah
orang yang lebih suka berkomunikasi secara informal, dibandingkan secara formal,
lebih menjaga perkataannya terhadap atasan, rekan kerja dan bawahan yang
hal yang tidak diinginkan, maka dirinya lebih memilih untuk berhati-hati dalam
“ya sejauh ini sih tidak ada, ya paling saya lebih berhati-hati
kalau ngomong dengan perempuan sih.” (Parjo, 50 tahun,
Kepala Seksi)
108
baik dengan atasan, rekan kerja, ataupun bawahan bukanlah suatu hal yang mudah.
Terdapat banyak tantangan yang dihadapi oleh kedua pemimpin ini dalam menjaga
4.2.1.4 Rangkuman
data yang telah ditemukan dalam proses wawancara. Rangkuman ini akan dibagi
dan tantangan yang dihadapi oleh pemimpin-pemimpin yang dijadikan objek utama
mangacu pada salah satu gaya kepemimpinan yang dijelaskan dalam Full Ranged
yang lebih menekankan pada sikap empati yang memperhatikan bawahan dan
109
kasus 1 ini. Berdasarkan sub-tema yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga
poin yang menjadi sorotan, yaitu; involvement atau keterlibatan, motivasi, dan
fulfillment atau pemenuhan. Kedua pemimpin dalam kasus 1 ini diakui oleh rekan
kerja dan bawahannya memiliki efektivitas kepemimpinan yang baik. Hal tersebut
dengan para bawahannya dari sisi formal maupun informal. Selain itu, kedua
Dan yang paling penting, kedua pemimpin ini secara aktif melakukan usaha-usaha
secara pribadi.
Dan terakhir, kedua pemimpin didalam kasus 1 ini memiliki tantangan yang
tidak jauh berbeda dalam kepemimpinannya. Kedua pemimpin ini mengakui bahwa
tantangan yang mereka hadapi adalah dari segi pekerjaan dan dalam komunikasi.
Dari sisi pekerjaan, kedua pemimpin ini dituntut untuk dapat bekerja di dalam dan
diluar ruangan, dimana mereka harus dapat mengimbangi pekerjaan yang bersifat
teori maupun teknis. Ketika harus bekerja dilapangan, kedua pemimpin ini harus
kebutuhannya. Selain itu, kedua pemimpin ini juga dihadapkan dengan tantangan
110
bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja yang bergender
4.2.2 Kasus 2
Tabel 4.2
Identitas Responden Kasus 2
Narasumber Jabatan Nama
1. Kepala Seksi Pelayanan Publik
Lina
(Pemimpin Perempuan)
2. Kepala Seksi Keterntraman dan
Keamanan Yanto
(pemimpina laki-laki)
3. Staf mahasiswa PKL
Bunga
(bawahan pemimpin perempuan)
4. Staf
Sarwanto
(bawahan pemimpin perempuan)
5. Staf
Doni
(bawahan pemimpin laki-laki)
6. Staf
Kris
(bawahan pemimpin laki-laki)
4.2.2.1 Kepemimpinan
4.2.2.1.1 Komunikasi
orang yang memimpin dan dipimpin. Menjadi seorang pemimpin bukanlah sebuah
tugas yang mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang menjadi tanggung jawab
hubungan yang baik. Cara untuk menjalin hubungan yang baik, salah satunya
111
berpengaruh pada kinerja dan secara tidak langsung pada tercapai atau tidaknya
tujuan organisasi. Dalam kasus 2 ini, kedua pemimpin laki-laki dan perempuan ini
dengan bawahan.
hubungan yang interpersonal yang baik dengan setiap individu yang ada di
adalah Lina berusaha untuk memiliki ikatan yang kuat dan saling membutuhkan
dengan para bawahan dan rekan kerja, sehingga akan diketahui sifat dan karakter
masing-masing individu. Ikatan itu dibangun Lina melalui komunikasi yang intens
dengan para bawahannya, untuk masalah pekerjaan maupun diluar itu. Dengan
mengetahui karakter dan sifat para bawahannya, tentu saja akan lebih mudah bagi
masing-masing bawahannya. Hal yang sama juga diungkapkan para staf yang
bekerja dibawah kepemimpinan Lina, yaitu Bunga dan Yanto. Kedua setuju bahwa
Lina mampu membuat hubungan yang baik dengan para bawahannya, tidak
membeda-bedakan, memberi perhatian, dan juga tidak hanya terpaku pada hal-hal
Selain itu, Lina juga berusaha berperan sebagai pembimbing dan pengarah
bagi para bawahannya, bukan sebagai atasan. Hal senada juga dikatakan oleh
Bunga dan Sarwanto sebagai staf yang bekerja dibawah Lina, dimana mereka
menganggap bahwa Lina tidak membuat jarak yang jauh antara dirinya dan
bawahannya. Bunga mengatakan bahwa Lina lebih terasa sebagai mentor yang
yang ditiru atau diikuti oleh para bawahannya. keduanya sepakat bahwa Lina
kepada bawahannya disesuaikan dengan posisinya sebagai Kepala Seksi yang harus
memberi contoh dan perintah kepada para bawahannya sesuai dengan Tupoksi
dipakai dalam posisinya sebagai seorang individu didalam organisasi yang harus
berinteraksi dengan individu lainnya secara baik dan dekat. Yanto mengatakan
dalam organisasi Pemerintah, tidak dapat hanya terpaku dengan pendekatan formal,
karena hal tersebut akan membuat dirinya jauh dan tidak disukai oleh individu lain
di organisasi tersebut.
113
mengungkapkan bawah atasannya selalu dapat menempatkan diri secara baik dan
dirasa pas. Doni merasa bahwa Yanto dapat bertindak tegas dalam pengerjaan suatu
tugas, tetapi juga dapat bersikap santai diluar pekerjaan. Contohnya adalah ketika
Kaki Lima), maka Yanto akan fokus dan serius menyelesaikan tugas hingga tuntas,
tetapi setelah itu Yanto tidak segan untuk duduk disebuah warung sembari bersenda
gurau dengan para bawahannya untuk melepas penat. Sedangkan Kris merasa
bahwa Yanto selalu dapat bekerjasama dengan baik dengan para bawahannya.
Mereka menganggap pendekatan yang digunakan oleh Yanto bukanlah suatu cara
yang negatif karena dapat membuat mereka bekerja dengan lebih profesional, tetapi
juga tidak merasa terdapat jarak yang jauh dalam hal kedekatan dengan atasannya
tersebut.
“Pak Yanto itu orangnya serius kalau dalam bekerja, tapi kalo
di luaran juga baik ke kita-kita. Suka bercanda juga kadang
kalo lagi diwarung.” (Doni, 35 tahun, staf)
Secara garis besar, memang terdapat perbedaan cara yang dilakukan oleh
Namun dari kedua pendekatan tersebut, tak ada satupun bawahan yang
ataupun hal-hal diluar itu, melalui caranya masing-masing. Peran pembimbing yang
dipakai oleh Lina, dan pendekatan formal yang digunakan Yanto dianggap
114
memudahkan para bawahan dalam pelaksanaan segala tugas yang diberikan oleh
dan pendekatan informal yang dipakai oleh Yanto dianggap membuat para bawahan
4.2.2.1.2 Direktif
pemimpin juga harus bersifat direktif. Sifat direktif ini adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk dapat mengarahkan para bawahannya
agar melaksanakan seluruh tugas yang diberikan dengan baik. Dalam kasus 2 ini,
kedua pemimpin laki-laki dan perempuan yang dijadikan objek utama memiliki
cara yang tidak berbeda jauh dalam menyampaikan tugas dan pemikiran yang
mereka inginkan. Dalam hal ini, Lina dan Yanto menggunakan pengarahan
bawahan.
bawahan lebih dilakukan dalam komunikasi sehari-hari. Dalam kasus tertentu, Lina
akan menjelaskan secara detail kepada para bawahnnya mengenai seperti apa suatu
tugas harus diselesaikan dan bagaimana ekspektasinya dalam bentuk standar diawal
waktu. Namun dengan berjalannya waktu, untuk mengetahui apakah hal tersebut
berjalan baik atau tidak, dirinya akan melakukan evaluasi secara berkala. Melalui
115
evaluasi tersebut, Lina akan melihat kinerja bawahannya dan dibandingkan dengan
apa yang dijadikan standar dalam bekerja, maka dari situlah akan dapat dilihat
Bunga selaku staf yang bekerja dibidang pelayanan publik juga mengatakan
Procedure) mengenai suatu tugas tertentu sebelum dirinya dilepas dan menjalankan
tugasnya. Misalnya adalah ketika Bunga akan ditugaskan di meja pelayanan, maka
Lina sudah terlebih dahulu melatih dan menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan
oleh Bunga dari beberapa hari sebelumnya. Sarwanto juga mengatakan bahwa Lina
dilaksanakan. Selain itu, Bunga juga mengatakan bahwa Lina selalu melakukan
melalui rapat bulanan Kecamatan maupun rapat berkala Seksi Pelayanan Publik.
Tidak jauh dari apa yang dilakukan Lina, Yanto juga selalu memberikan
melaksanakan tugas, khususnya untuk tugas-tugas lapangan yang tidak selalu dapat
didampingin oleh Yanto. Melalui pengarahan ini, Yanto berharap para bawahannya
116
dapat mengerti apa yang harus mereka lakukan, apa wewenang mereka, dan apa
yang harus mereka hindari dalam melaksanakan suatu tugas. Dalam pelaksanaan
tugas pun, Yanto lebih sering membiarkan bawahannya untuk dapat bekerja secara
dibalik itu, Yanto juga tetap melakukan tindakan kontrol apabila terjadi kesalahan
atau kesulitan yang dihadapi bawahannya. Tindakan yang diberikan pun sesuai
dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Misalnya untuk tingkat kesalahan yang
dikarenakan oleh situasi dan kondisi maka Yanto akan memberikan dispensasi,
namun apabila kesalahan itu murni dari bawahan maka teguran dan peringatan
secara pribadi akan diberikan. Namun apabila kesalahan tersebut terjadi berulang,
maka Yanto tidak segan memberikan surat peringatan secara organisasional kepada
bawahannya
Kris mengatakan bahwa dirinya telah dijelaskan apa saja tugas pokok,
wewenang, dan fungsi dari Seksi tersebut, dari awal dirinya bekerja dibawah
kepemimpinan Yanto. Dengan begitu, pada dasarnya setiap staf yang bekerja
dibawah kepemimpinan Yanto sejatinya telah mengetahui apa yang harus mereka
lakukan. Namun, Kris dan Doni juga mengatakan bahwa Yanto selalu memberikan
tugas lapangan. Selain pengarahan, Doni juga mengatakan bahwa atasannya juga
beberapa kali memberikan contoh cara bekerja dengan baik, sehingga dirinya
Pada dasarnya, Yanto dan Lina memiliki sifat yang direktif dalam
mereka harus bekerja kepada bawahannya, serta mengambil tindakan kontrol atas
hal itu. Namun dalam teknisnya, mereka lebih membebaskan bawahannya dalam
secara mandiri.
4.2.2.1.3 Pengembangan
bawahan akan sangat berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari
kinerja karyawan, yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya kinerja
sangat pesat, tetntu saja secara tidak langsung akan berdampak pada pekerjaan
karyawan itu sendiri. Pada kasus 2 ini, kedua pemimpin memiliki peran vital dalam
pengembangan diri serta kemampuan bawahannya, dan cara yang dipakai kedua
tugasnya. Hal tersebut dilakukan agar setiap individu yang bekerja dibawahnya
memiliki kemampuan yang beragam. Namun untuk kasus tertentu, misalnya untuk
mahasiswa yang magang, Lina hanya menjelaskan secara mendalam mengenai SOP
hal yang sama, dimana dirinya kerap diberikan tugas-tugas yang beragam yang
yang diberikan Lina dalam bekerja pun sudah menjadi acuan tersendiri bagi
sudah menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan dirinya mengenai suatu hal
tertentu.
Yanto berpendapat bahwa banyak cara yang telah digunakan oleh dirinya
perlu diberikan kepada para bawahannya agar kemampuan mereka dilatih dan
Doni juga menyatakan bahwa dirinya beberapa kali diminta untuk mewakili
atasannya untuk menghadiri rapat atau acara yang notabene untuk sekelas para Kasi
(Kepala Seksi). Menurut Doni itu adalah kesempatan yang menarik karena dalam
acara seperti itu terdapat banyak hal baru yang dapat dipelajari olehnya yang
berkaitan dengan tugas dan bagiannya. Sedangkan Kris mengatakan bahwa Yanto
selalu memberikan tugas-tugas yang beragam tidak monoton kepada setiap individu
ini dapat merasakan setiap tugas yang ada dan secara tidak langsung memaksa
Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa kedua pemimpin ini memiliki
peran yang sangat vital dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan serta
memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai berbagai pekerjaan. Selain itu,
kedua pemimpin ini juga aktif dalam mengikutkan para bawahannya untuk
Daya Manusia) yang diadakan Pemkot maupun instansi lainnya yang terkait. Hal
tersebut tentu saja dapat berdampak positif dalam pengembangan diri dan
4.2.2.2.1 Encouragement
memimpin secara efektif agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal.
Salah satu hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang pemimpin yang efektif
adalah dapat mendorong bawahannya untuk bekerja dengan lebih keras atau lebih
maksimal. Dorongan ini dapat berbentuk banyak hal, misalnya saja insentif apabila
bekerja agar bawahan dapat bekerja lebih keras, atau memberikan standar tertentu
Dalam kasus 2 ini, kedua pemimpin memiliki cara yang berbeda dalam
usahanya untuk membuat para bawahannya bekerja dengan lebih keras. Lina
‘halus’ kepada bawahannya untuk dapat mencapai titik tertentu dalam bekerja.
dan sesuai dengan apa yang diharapkan dirinya, sehingga tindakan-tindakan untuk
memacu bawahan untuk bekerja lebih keras tidak perlu dilakukan. Namun dalam
Negeri Sipil) memiliki sistem insentif yang sudah terkontrol secara organisasi
melalui sistem tersebut. Secara tidak langsung, apabila bawahan ingin mendapat
insentif lebih, maka mereka harus dapat ‘mengambil hati’ atasannnya dengan
bekerja lebih keras. Misalnya saja dengan selalu datang lebih pagi dari atasan,
dilakukan secara pribadi oleh Lina dalam usahanya untuk membuat bawahan
dapat bekerja lebih keras. Yanto mengatakana bahwa dirinya sesekali memberi
bawahan. Selain itu, Yanto juga secara berkala melakukan kunjungan dengan
bekerja. Dan yang paling penting, Yanto tidak segan menegur dan mengingatkan
bawahannya secara pribadi atau kedinasan ketika bawahannya bekerja dengan tidak
memuaskan. Tetapi Yanto juga tidak lupa memberitahukan apa saja keuntungan-
ekspektasinya atau bahkan diatas itu. Hal-hal tersebut tentu saja membuat bawahan
yanto akan selalu merasa terpacu untuk bekerja dengan lebih baik lagi dan lagi.
Pernyataan Yanto tersebut juga diakui oleh kedua orang bawahannya, Doni
mengatakan bahwa Yanto adalah orang yang sangat profesional dalam bekerja.
Doni mengatakan bahwa Yanto selalu memberi contoh yang baik, memberikan
standar serta ekspektasi tertentu yang harus dirinya penuhi dalam bekerja. Lalu,
ketika Doni tidak berhasil memenuhi ekspektasi tersebut, maka dirinya akan ditegur
oleh atasannya tersebut. Kris juga mengatakan hal yang demikian, Kris
yang baik dalam bekerja. Disamping itu, Kris mengungkapkan bahwa Yanto selalu
terbuka apabila tidak puas terhadap pekerjaan Kris, dan akan diberikan teguran.
Contohnya adalah ketika Kris ditugaskan untuk menyebar surat ke kelurahan, tetapi
ternyata terdapat beberapa kelurahan yang tidak mendapat surat tersebut karena
digunakan Yanto dalam memimpin sangat efektif dalam mendorong mereka untuk
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua pemimpin ini memiliki
cara yang berbeda dalam usaha meningkatkan kinerja para bawahannya. Contoh-
contoh cara kerja yang dipertunjukkan Lina kepada bawahannya memang akan
tetapi hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa bawahannya akan bekerja keras
untuk mencapai ekspektasi tersebut. Disisi lain, Yanto secara lengkap memberikan
contoh dari internal maupun eksternal organisasi untuk memacu bawahannya dalam
bekerja lebih keras. Selain itu Yanto juga memberikan sistem punishment and
reward kepada para bawahannya agar mereka tetap menjaga dan terus
meningkatkan kinerjanya.
4.2.2.2.2 Fulfillment
harus dipenuhi oleh pemimpin tersebut. Tuntutan tersebut dapat datang dari
organisasi dalam bentuk tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi, dan juga
dapat datang dari kebutuhan bawahan yang dipimpin. Dalam pemenuhan tuntutan
tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, berbagai cara perlu dilakukan
ditentukan apakakah visi dan misi organisasi dapat tercapai atau tidak.
124
Dari hasil wawancara yang dilakukan dalam kasus 2 ini, secara keseluruhan
kedua pemimpin ini dianggap telah dapat memenuhi kebutuhan organisasi maupun
kebutuhan bawahan. Secara garis besar, kedua pemimpin telah berhasil memenuhi
Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) yang diberikan organisasi kepadanya. Hal
Disisi lain kedua pemimpin ini juga sudah mampu memenuhi kebutuhan bawahan
secara umum. Kedua pemimpin ini sudah berusaha mengakomodir segala hal yang
telah berusaha memenuhi semua hal yang ditugaskan organisasi dan atasannya
secara maksimal. Lina mengatakan sejauh ini dirinya sudah berusaha memenuhi
Daerah), serta memenuhi segala Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) yang
dilimpahkan kepadanya. Diluar itu, Lina juga berusaha selalu memenuhi apapun
yang atasannya (Camat) perintahkan kepadanya. Hal tersebut juga diakui oleh
Sarwanto (staf) yang mengatakan bahwa tugas sebagai Kasi Pelayanan Publik itu
sangat banyak dan kompleks, namun sejauh ini Lina sudah bisa melaksanakannya
dengan baik. Bunga juga sependapat tentang hal itu, dimana dirinya mengatakan
dengan pelayanan publik dengan baik. Menurut Bunga, masalah seperti warga yang
emosional atau warga yang tidak puas dengan pelayanan Kecamatan adalah
masalah yang sering muncul dalam hal pelayanan publik, namun Lina selalu
125
berhasil mencari solusi atas hal tersebut dengan langsung menghadapi warga
memberikan seluruh hal yang dibutuh oleh bawahan dalam bekerja. Kebutuhan itu
menguatkan hal itu dengan berpendapat bahwa Lina selalu memenuhi segala
Lina adalah pemimpin yang mampu dekat dengan para bawahannya secara pribadi
dan profesional. Dekat secara pribadi dan profesional maksudnya adalah dimana
dalam hal pekerjaan maupun hal-hal diluar itu. Misalnya, Kecamatan juga
tersebut Lina juga dapat membangun hubungan yang baik diluar urusan pekerjaan.
Tidak jauh berbeda dengan Lina, Yanto juga sudah berusaha memenuhi
kebutuhan organisasi dengan melaksanakan segala tugas dan fungsi yang diberikan
kepadanya dan bagiannya. Selain memuhi segala hal tersebut, dirinya juga telah
126
mendedikasikan dirinya agar organisasinya memiliki kualitas yang lebih baik dari
dirinya telah mencotohkan cara kerja baru kedalam organisasinya agar dapat
bekerja lebih efektif, namun tetap manusiawi. Doni dan Kris sebagai bawahannya
kedepannya.
dan selalu memberikan contoh kinerja yang efektif namun tetap manusiawi. Sikap
profesionalitas dalam pekerjaan merupakan hal yang paling disukai Kris dari
kepemimpinan Yanto, karena dari sikap itulah Dirinya menganggap Yanto dapat
memenuhi kebutuhan dari para bawahannya. Kris menganggap contoh kerja yang
diperlihatkan Yanto membuat dirinya dapat terus berkembang karena standar kerja
tinggi yang diterapkan Yanto. Sedangkan Doni menganggap bahwa Yanto dapat
berlaku adil terhadap para bawahannya dalam hal pekerjaan, karena beliau
menerapkan sistem reward and punishment, serta memberikan jalan bagi para
Dari paparan diatas, dapat dilihat bahwa kedua pemimpin ini telah berusaha
bawahannya. segala hal telah mereka lakukan untuk memastikan bagiannya dapat
bekerja dengan maksimal, dari pemenuhan tugas pokok dan fungsi, hubungan
4.2.2.3 Tantangan
tertentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang harus
dipikirkan serta dipenuhi oleh seorang pemimpin untuk memastikan visi dan misi
organisasi dapat tercapai. Dalam usaha pencapaian visi dan misi organisasi juga
bukanlah hal yang mudah, karena akan terdapat banyak tantangan yang harus
dilewati oleh seorang pemimpin. Tantang tersebut dapat berasal dari berbagai sisi
dari kepemimpinan itu sendiri, misalnya pekerjaan, hubungan dengan bawahan atau
rekan kerja, atau bahkan dari keluarga. Namun sebagai seorang pemimpin yang
baik, segala tantangan tersebut harus dapat dilewati dan diatasi dengan baik.
Apabila dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan dalam kasus 2
pekerjaan. Kedua pemimpin ini mendapat tantangan yang dianggap berarti dari
tugas dan fungsi mereka di organisasi, namun dalam hal yang berbeda. Bila Lina
berkutat dengan kuantitas pekerjaan, Yanto lebih menitik beratkan pada hal-hal
dan fungsi masing-masing yang harus dipenuhi, dan dengan kuantitas serta tingkat
publik adalah bagian yang memiliki tugas dengan kuantitas lebih dibandingkan
dengan bagian lainnya. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi Kecamatan adalah
untuk melayani masyarakat yang berkaitan dengan kependudukan dan segala seluk-
beluknya. Maka tidak heran apabila sektor pelayanan publik memiliki tugas pokok
Selain dalam hal kuantitas, dari segi kualitas pun, tugas-tugas dari sektor
tersebut tidak dapat dianggap mudah, karena setiap harinya akan ‘beresentuhan’
Kecamatan, sektor ini kerap mendapat tugas tambahan langsung dari Pemerintah
Kota Semarang, yang tentu saja juga harus diselesaikan. Contohnya adalah ketika
terdapat aplikasi terbaru dalam bidang pelayanan publik, Lina dan bagiannya
wilayah tugas Kecamatan. Maka bagi Lina, banyaknya dan sulitnya tugas-tugas
Sedangkan bagi disisi lain, Yanto sebagai Kepala Seksi Keamana dan
ketertiban bersama para bawahannya lebih banyak bekerja diluar lapangan yang
mana harus bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena tugasnya yang lebih
tahu apa yang terjadi lapangan dibandingkan dengan atasannya. Seringkali dirinya
berbagai hal baru yang mungkin dapat menjadi solusi permasalahan di lapangan.
Namun, tidak semua saran tersebut diterima oleh atasannya, dan mengakibatkan
dirinya tidak dapat bergerak fleksibel untuk menyelesaikan masalah yang ada.
memiliki masalah atau tantangan yang berbeda, bahkan dari sudut pandang yang
sama. Namun diluar tantangan tersebut, hal yang lebih penting adalah bagaimana
para pemimpin ini dapat mengatasi tantangan yang ada. Untuk kasus Lina, dirinya
agar mengetahui mana tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu. sedangkan
untuk kasus Yanto, dirinya tidak dapat berbuat apapun mengenai masalah yang
130
sesuatu.
dari pekerjaan, hubungan internal atau eksternal organisasi, dari keluarga, atau
bahkan datang dari kepemimpinan itu sendiri. Yang dimaksud tantangan yang
datang dari kepemimpinan itu sendiri adalah tantangan yang datangnya dari proses
memimpin orang dan sebagai seorang pemimpin. Tantangan ini bisa datang proses
apabila dilihat lebih dalam lagi, tantangan yang dialami oleh kedua pemimpin ini
Dalam kasus yang dihadapi oleh Lina, dirinya mengatakan belum puas
akan Lina proyeksikan untuk dapat menggantikan posisinya atau siap untuk
dikarenakan saat ini dirinya hanya memiliki satu staf yang khusus bekerja dibawah
pelayanan publik. Lina tidak bisa mengkader mereka, karena mahasiswa magang
ini sifatnya hanya temporer dan cenderung singkat, hanyak 2 sampai 3 bulan. Hal
tersebut sangan disesalkan oleh Lina, karena menurutnya dengan sistem kaderisasi
akan dapat menjaga atau bahkan mengembangkan kualitas sektor pelayan publik
khususnya.
dari sebuah kepemimpinan itu adalah bagaimana untuk menjadi pemimpin yang
visioner, mampu mebuat visi dan misi organisasi untuk memenuhi kebutuhan
Dalam hal ini, menurutnya untuk menjadi pemimpin yang memilik pandangan
kedapan adalah bukan hal yang mudah, tetapi sangat diperlukan. Dengan pemikiran
yang visioner, maka akan terwujudlah visi dan misis organisasi yang mengacu pada
masa depan, bukan hanya dengan saat ini. Menurutnya, visi dan misi untuk
132
organisasi yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, tentu saja harus dapat
yang visioner, akan dapat membawa perkembangan yang positif bagi organisasi
secara keseluruhan.
sudut pandang yang tidak jauh berbeda, yaitu keduanya lebih memikirkan keadaan
organisasi dimasa yang akan datang. Namun perbedaannya, Lina hanya berfokus
pada sumber daya manusianya, sedangkan Yanto lebih befikir secara organisasi
secara keseluruhan.
4.2.2.4 Rangkuman
Dalam kasus ke-2 ini, juga terdapat tiga hal yang dapat dijadikan sebuah
kesimpula. Ketiga hal tersebut adalah dari sisi gaya kepemimpin, efektivitas
kepemimpinan, dan juga tantangan. Secara umum tidak banyak hal yang berbeda
dari rangkuman di kasus 2 ini dibanding dengan kasus 1, namun tetap terdapat
beberapa perbedaan.
Dari sisi gaya kepemimpinan, terdapat tiga poin inti yang didapat dari hasil
penelitian, yaitu; komunikatif, direktif dan juga pengembangan. Secara detail kedua
outcome yang mereka berikan dalam kepemimpinnya tidak jauh dari tiga poin
tersebut. Namun, bila dilihat dari Full Ranged Leadership Theory (FLTR) kedua
pemimpin ini memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Lina sebagai pemimpin
bahwa mereka telah efektif dalam memimpin para bawahannya. walaupun secara
detail, banyak hal-hal berbeda secara teknis yang dilakukan oleh kedua pemimpin
ini. Namun, secara umum apa yang mereka lakukan berujung pada encouragement
atau dorongan dan fulfillment atau pemenuhan. Dalam kasus 2 ini, kedua pemimpin
selalu mendorong bawahannya untuk dapat bekerja secara mandiri, namun selalu
kepemimpinan kedua pemimpin ini juga didukung oleh usahanya dalam memenuhi
umum kedua pemimpin ini menghadapi tantangan yang datang dari hal yang sama.
Tantangan yang dihadapi kedua pemimpin ini datang dari sisi pekerjaan dan
kepemimpinannya itu sendiri. Bagi Lina kuantitas dan kualitas tugas yang harus
diselesaikan oleh bagiannya merupakan salah satu tantangan tersendiri bagi dirinya.
134
tantangan yang dialami oleh kedua pemimpin ini dari sisi kepemimpinan lebih
4.3 Diskusi
Secara umum, dalam penelitian ini menemukan beberapa dimensi dari gaya
beberapa persamaan dan perbedaan yang didapati penelitian ini dari para
karena merupakan dasar dari hubungan antara bawahan dan atasan. Pemimpin
perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini memakai pendekatan formal dan
cara ini bawahan merasa memiliki kedekatan lebih dengan para atasannya.
bahwa pemimpin perempuan lebih simpatik, peka, dan rela berkorban (Li Kusterer
135
kedekatan dengan para bawahan, tetapi tetap memiliki sisi tegas dalam
adalah suportif. Sifat suportif ini sangat diperlukan dalam kepemimpin, karena
dengan sikap ini pemimpin akan dapat menunjukkan rasa menghargai bawahan dan
sebaliknya, bawahan akan merasa sangat dihargai oleh atasannya. Dalam penelitian
ini mayoritas dari keempat pemimpin menggunakan cara yang tidak jauh berbeda,
atau sikap dukungan yang diberikan para pemimpin ini ditunjukan melalui verbal
secara langsung atau bahkan memberikan insentif lebih ketika bawahannya bekerja
dengan baik, namun juga tidak ragu untuk mengomentari secara positif apabila
bahwa mereka menghargai apa yang dilakukan bawahannya, dan juga tidak
dimasa yang akan datang. Dalam dimensi ini tidak ditemukan perbedaan yang
Selain suportif, ternyata penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat sisi
empati didalam kepemimpinan para pemimpin ini. Mayoritas dari pemimpin yang
dijadikan objek utama penelitian ini (tiga dari empat pemimpin) memiliki empati
yang tinggi terhadap para bawahannya. Mereka bersikap lebih peduli pada
bawahannya dalam hal formal maupun informal, dalam pekerjaan maupun diluar
& Bremser (2015). Penelitian ini menemukan bahwa pemimpin perempuan lebih
aktif dalam menunjukkan sifat empatinya kepada para bawahannya. Sikap empati
ini terbukti sangat berarti bagi bawahan karena mereka merasa lebih dihargai dan
diperhatikan oleh atasannya. Dibalik itu, pemimpin laki-laki juga memiliki sifat
empati, namun tidak secara jelas ditunjukkan kepada para bawahannya dalam
keseharian. Melalui sikap empati ini pula, pemimpin dapat menunjukkan bahwa
mereka tidak hanya memikirkan sisi formal dari bawahannya, tetapi juga sisi
penelitian ini secara umum memiliki sifat direktif. Yang dimaksud dengan
kepemimpinan yang bersifat direktif dalam penelitian ini adalah para pemimpin ini
selalu memberikan instruksi yang jelas mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan
perempuan selalu memberikan tugas dan petunjuk secara jelas kepada bawahannya,
dan tidak hanya menunggu bawahan bertanya atau bahkan menganggap bawahan
menemukan bahwa para pemimpin laki-laki lebih banyak memberikan contoh agar
137
para bawahan dapat mengerti apa yang harus mereka lakukan. Dengan petunjuk
yang jelas dari atasan, bawahan pun merasa jelas mengenai apa yang harus mereka
lakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Hal tersebut juga telah
mengatur, percaya diri dan lebih tegas (Li Kusterer et al., 2013). Singkatnya,
dengan sikap direktif yang dimiliki oleh atasannya, membuat bawahan mengerti
seperti apa ekspektasi atasa terhadap pekerjaannya. Sehingga penelitian ini tidak
meliputi kemampuan dan juga secara pribadi. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dari cara yang ditempuh oleh keempat pemimpin ini untuk
pelatihan yang berkaitan dengan bidang kerjanya, serta memberikan pekerjaan yang
bidang kerjanya. Tetapi pendekatan secara personal juga dilakukan oleh mayoritas
bawahannya. hal tersebut tentu saja berdampak sangat positif terhadap masa depan
bawahan.
138
penelitian ini dapat menarik sebuah kesimpulan yang lebih mendalam. Dari dua
kepemimpinan dengan gender pemimpin (Wells et al., 2014). Hal tersebut dapat
secara tidak langsung mengaplikasikan ‘transaksi’ antara bawahan dan atasan yang
secara umum, tidak terdapat perbedaan yang berarti dari gaya kepemimpinan yang
dipakai atau diterapkan oleh para pemimpin perempuan maupun laki-laki didalam
penelitian ini, hanya perbedaan dalam penerapannya saja. Hal tersebut sejalan
139
Bremser, 2015).
Pada bab sebelumnya, telah diljelaskan beberapa hal yang menjadi bagian
leader assist & supports, leader listens to employees, dan staff development
beberapa poin yang tekankan dari efektivitas kepemimpinan para pemimpin dari
kasus 1 dan kasus 2. Beberapa dari poin tersebut adalah Involvement, motivation &
kesediaan pemimpin untuk melibatkan bawahannya. Dalam hal ini, mayoritas dari
keempat pemimpin dari 2 kasus dalam penelitian ini selalu berusaha melibatkan
beberapa perbedaan dalam teknisnya. Para pemimpin dalam hal ini memberi contoh
secara baik dengan para bawahan. Disamping itu, keempat pemimpin ini (laki-laki
maupun perempuan) dinilai tidak ragu dalam melibatkan bawahan dalam keputusan
yang mereka ambil. Keempat pemimpin ini tidak ragu meminta pertimbangan dari
140
yang efektif adalah yang mampu membangun komunikasi yang baik dengan
bawahannya dan memiliki sikap rendah hati untuk menerima masukan (Muchiri et
al., 2011). Dalam poin ini, aspek communication dan leader listens to employees
dijadikan objek utama penelitian telah selalu berusaha memberikan motivasi dan
mendorong bawahan untuk selalu bekerja dengan lebih baik dan lebih keras. Hal
yang baik harus dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi para bawahannya
(Muchiri et al., 2011). Motivasi dan dorongan yang diberikan atasan ini dapat
Namun dalam hal tertentu, pemimpin laki-laki dinilai lebih baik dalam
mendorong bawahannya untuk bekerja lebih karena karena memiliki sifat yang
memiliki sifat tegas (Li Kusterer et al., 2013). Hal ini tentu saja akan membuat
bawahannya lebih bersemangat dalam bekerja dan juga bekerja dengan keras untuk
141
memenuhi ekspektasi atasan. Dalam poin ini, aspek leader assist & support telah
Dan poin terakhir yang didapatkan oleh penelitian ini adalah fulfillment
atau pemenuhan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah usaha keempat pemimpin
ini untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan bawahan. Kebutuhan bawahan ini
Penelitian ini menemukan bahwa keempat pemimpin dalam penelitian ini dianggap
mereka untuk terus berkembang (Muchiri et al., 2011). Berbagai cara digunakan
oleh para pemimpin ini, dari pemberian tugas yang beragam hingga
positif bagi bawahannya, dimasa kini maupun dimasa depan. Dari poin ini, dapat
disimpulkan bahwa aspek staff development telah dipenuhi oleh keempat pemimpin
ini.
keempat pemimpin ini dalam mencapai kepemimpinan yang efektif tersebut. Apa
4.3.3 Apakah tantangan yang dialami para pemimpin (perempuan dan laki-
Penelitian ini menemukan tiga hal yang dianggap menjadi tantangan tersendiri
tantangan komunikasi dan tantangan dalam kepemimpinan itu sendiri. Namun dari
dua kasus yang dibahas dalam penelitian ini ternyata terdapat perbedaan pendapat
dari kasus 1 dan kasus 2. Pada kasus 1, tantangan yang dihadapi adalah tantangan
Tantangan pekerjaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah dari segi
kuantitas dan juga kualitas pekerjaan. Dari segi kuantitas, mayoritas pemimpin
banyak. Sedangkan dari segi kualitas, keempat pemimpin ini mengalami tantangan
pekerjaan ini, dan secara umum penelitian ini menemukan bahwa mereka dianggap
dapat menghadapi tantangan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang mengatakan bahwa seorang pemimpin tidak boleh hanya terpaku
pada satu cara saja untuk mengejar tujuan organisasi (Posner & Kouzes, 2003).
Tantangan yang dihadapi oleh dua pemimpin dalam kasus 1 lebih pada
komunikasi mereka dengan bawahan dan rekan kerja, maupun atasan. Pemimpin
perempuan dan laki-laki dalam kasus 1 ini menganggap bahwa mereka harus
gender lawannya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan pada
penelitian terdahulu bahwa salah satu tantangan seorang pemimpin adalah untuk
Kouzes, 2003).
bahwa kaderisasi merupakan suatu hal yang penting dalam kepemimpinan. Hal
tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri bagi para pemimpin, karena akan
berpengaruh pada masa depan organisasi. Selain itu, pemimpin lainnya juga
mengatakan bahwa mewujudkan kepemimpinan yang visioner, visi & misi yang
bagi seorang pemimpin. Hal tersebut juga sudah disebutkan pada penelitian
ini tidak menyebut bahwa keluarga atau glass ceiling sebagai tantangan bagi
mereka. Karena tidak sedikit literatur sebelumnya yang menyebut bahwa kedua hal
ini merupakan masalah utama atau tantangan utama dalam kepemimpinan seorang
perempuan. Hal tersebut tidak terjadi karena adanya sistem kenaikan pangkat bagi
PNS (Pegawai Negeri Sipil) setiap 4 tahun sekali, menyebabkan setiap PNS akan
terus mengalami kenaikan pangkat dan pasti menempati suatu jabatan tertentu
Tabel 4.3
Temuan Penelitian
Temuan Penelitian
keterangan
Pemimpin Laki-laki Pemimpin Perempuan
Menggabungkan hubungan Menggabungkan hubungan Sesuai dengan
formal dan informal, tetapi formal dan informal, tetapi dengan
lebih mengutamakan lebih cenderung hubungan penelitian Li
hubungan formal informal Kusterer, et al
(2013)
145
Temuan Penelitian
keterangan
Pemimpin Laki-laki Pemimpin Perempuan
Pemimpin laki-laki Pemimpin perempuan Sesuai dengan
memiliki sikap empati memiliki sikap empati yang penelitian
terhadap bawahan tinggi Alonso-Almeida
& Bremser
(2015)
Pemimpin laki-laki Pemimpin perempuan Sesuai dengan
memiliki ketegasan yang memiliki ketegasan dalam dengan
tinggi dalam kepemimpinan kepemimpinan penelitian Li
Kusterer, et al
(2013)
Terdapat pemimpin laki- Pemimpin perempuan Sesuai dengan
laki yang memadukan gaya mempraktekkan gaya penelitian Bass
kepemimpinan kepemimpinan (1990), Barbuto
transformasional transformasional & Cummins-
(Individual consideration) Brown (2007)
& transaksional (contingent dan Shapira, et
rewards) al (2010)
Pemimpin laki-laki dan perempuan melibatkan bawahan Sesuai dengan
dalam kepemimpinan penelitian
Muchiri, et al
(2011)
Pemimpin laki-laki dan perempuan mampu mendorong Sesuai dengan
perkembangan bawahan penelitian
Muchiri, et al
(2011)
Pemimpin perempuan memiliki tingkat efektivitas Sesuai dengan
kepemimpinan yang setara dengan pemimpin laki-laki penelitian
Yaseen (2010)
Pemimpin perempuan dan laki-laki memiliki tantangan yang Penemuan baru
kepemimpinan yang berbeda dan tidak dapat
digeneralisasikan kapada gender
Pemimpin perempuan tidak Penemuan baru
menyebutkan adanya
hambatan dari keluarga dan
glass ceiling dalam tantangan
kepemimpinannya
BAB V
KESIMPULAN
dari gaya kepemimpin, efektivitas dan tantangan yang dihadapi oleh pemimpin
bawahannya, dan hal tersebut berbeda antar satu dan yang lainnya berdasarkan sifat
dan karakter pemimpin itu sendiri. Apa yang penelitian ini temukan adalah sebagai
berikut.
kepemimpinan para objek utama penelitian ini. Namun, hanya saja terdapat sedikit
146
147
terdapat perbedaan yang berarti dalam gaya kepemimpinan pemimpin laki-laki dan
Tabel 5.1
Persamaan dan perbedaan kepemimpinan laki-laki dan perempuan
dari 360 derata (atasan, rekan kerja, dan bawahan), tetapi pada kasus 2
kepemimpinan pemimpin laki-laki dan perempuan hanya dinilai dari sisi pribadi
perempuan yang penelitian ini ambil hanyalah dari sudut padang bawahan.
yang diharapkan bawahan dari atasannya yaitu; communication, leader assist &
menemukan bahwa seluruh aspek tersebut telah diwujudkan oleh para atasan
yang sama-sama efektif, dan tidak ada perbedaan dalam segi efektivitas antara
Tabel 5.2
Persepsi efektivitas kepemimpinan laki-laki dan perempuan
5.1.3 Apakah tantangan yang dialami para pemimpin (perempuan dan laki-
ditemukan oleh para pemimpin (laki-laki dan perempuan) dalam kasus 1 dan kasus
dan tantangan kepemimpinan. Dalam hal ini dalam tantangan pekerjaan, yang
dianggap sebagai tantangan oleh para pemimpin ini adalah banyaknya kuantitas
tugas yang harus dihadapi oleh para pemimpin ini. Selain itu, keempat pemimpin
150
ini dituntut untuk bekerja dengan baik di ruangan maupun diluar lapangan, serta
Maka dari itu, para pemimpin ini harus mampu berinovasi dalam pekerjaannya,
tidak dapat bertahan dengan cara yang sama terus menerus. Yang kedua, dalam
bergender perempuan) dengan baik. Dan terakhir, yang dimaksud dengan tantangan
kepemimpinan oleh para pemimpin dalam penelitian ini adalah bagaimana untuk
hasil yang telah didapat melalui wawancara dan dipaduka dengan teori, penelitian
ini memiliki beberapa hal yang dapat menjadi masukan kepada organisasi
yang mampu memiliki hubungan yang dekat dengan para bawahannya. hubungan
yang dekat dengan bawahab diakui dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga
diri bawahan didepan atasannya. Penelitian ini juga menemukan bahwa bawahan
memiliki respect yang lebih kepada pemimpin yang memiliki sifat empati yang
151
tinggi. Hal tersebut dikarenakan pemimpin yang memiliki empati tinggi dianggap
lebih pengertian terhadap apa yang dihadapi bawahan dan kebutuhan bawahan.
Namun penelitian ini juga menemukan fakta bahwa bawahan cenderung dapat
bekerja lebih keras dibawah pemimpin yang tegas, dapat menginspirasi dan mampu
didalam penelitian ini, ditemukan fakta tidak terdapat perbedaan yang signifikan
yang ditunjukkan oleh para pemimpin laki-laki dan perempuan pada organisasi
pemerintah juga sama baiknya dari sudut pandang bawahan. Maka penelitian ini
batasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah dari sisi instrumen penelitian dan
Questionaire) oleh Bass & Avolio (1995) dan instrument efektivitas kepemimpinan
yang terdapat pada penelitian oleh Muchiri et.al (2011) sebagai dasar pembuatan
pemimpin laki-laki dan perempuan dilihat dari gaya kepemimpinan, efektivitas dan
yang berada pada organisasi pemerintah yang berada di Kota Semarang, Jawa
umum di Indonesia.
harus mampu melengkapi atau menyempurnakan hasil dari penelitian ini. Maka
sama, tetapi menggunakan metode campur atau mix method agar hasil penelitian
juga dapat dihitung secara statistik, tetapi juga dibahas secara mendalam melalui
pertanyaan terbuka.
menggunakan Organisasi Pemerintah yang berada pada daerah yang berbeda dan
pada tingkatan organisasi yang berbeda untuk mendapat hasil penelitian yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pertanyaan general
1. Bisakah anda ceritakan pengalaman anda selama berkarir sebagai PNS?
- Jabatan atau posisi sebelumnya
- Jabatan atau posisi paling menarik atau menantang
Gaya kepemimpinan
2. Bisakah bapak/ibu ceritakan bagaimana kepemimpinan anda?
- Dalam membangun hubungan dengan bawahan
- Dalam bekerja sama
- Dalam menyelesaikan masalah
- Cara Menularkan pemikiran
- Usaha untuk meningkatkan kemampuan anda & bagaimana bentuknya
- Apabila menghadapi otoritas yang lebih tinggi
- Ketika bawahan bekerja dengan baik
- Bila bawahan kesulitan dalam pekerjaan
- Dalam membuat keputusan
Efektivitas kepemimpinan
3. Seperti apakah kepemimpinan yang efektif menurut anda? Apakah anda telah
memenuhi hal-hal itu?
- Pemberian tugas
- membuat bawahan ingin bekerja lebih keras
- Ketika kinerja bawahan tidak memuaskan
- Memenuhi kebutuhan karyawan
- Memenuhi kebutuhan organisasi
159
Tantangan kepemimpinan
4. Menurut anda apa tantangan terbesar dalam karir anda?
- Tantangan dalam mimpin lawan jenis atau orang yang berbeda usia
160
Pertanyaan general
a. Sudah berapa lama menjadi atasan objek utama A & B?
b. Sudah kenal dengan objek utama A & B sebelumnya?
Gaya kepemimpinan
1. Bisakah bapak/ibu ceritakan bagaimana kepemimpinan bawahan anda?
- Dalam membangun hubungan dengan bawahan
- Dalam membangun hubungan dengan rekan kerja
- Dalam bekerja sama
- Dalam menyelesaikan masalah
- Cara Menularkan pemikiran
- Usaha untuk meningkatkan kemampuan anda & bagaimana bentuknya
- Apabila menghadapi otoritas yang lebih tinggi
- Ketika bawahan bekerja dengan baik
- Bila bawahan kesulitan dalam pekerjaan
- Dalam membuat keputusan
Efektivitas kepemimpinan
2. Seperti apakah kepemimpinan yang efektif menurut anda? Apakah objek utama
A & B telah memenuhi hal-hal itu?
- Pemberian tugas
- membuat bawahan ingin bekerja lebih keras
- Ketika kinerja bawahan tidak memuaskan
- Memenuhi kebutuhan karyawan
- Memenuhi kebutuhan organisasi
- Dibandingkan dengan objek utama A/B
Tantangan kepemimpinan
3. Menurut anda apa saja tantangan yang dihadapi oleh objek utama A&B?
161
Pertanyaan general
a. Sudah berapa lama menjadi rekan kerja objek utama A?
b. Sudah kenal dengan objek utama A?
Gaya kepemimpinan
1. Bisakah bapak/ibu ceritakan bagaimana kepemimpinan rekan kerja anda?
- Dalam membangun hubungan dengan bawahan
- Dalam membangun hubungan dengan rekan kerja
- Dalam bekerja sama
- Dalam menyelesaikan masalah
- Cara Menularkan pemikiran
- Usaha untuk meningkatkan kemampuan anda & bagaimana bentuknya
- Apabila menghadapi otoritas yang lebih tinggi
- Ketika bawahan bekerja dengan baik
- Bila bawahan kesulitan dalam pekerjaan
- Dalam membuat keputusan
Efektivitas kepemimpinan
2. Seperti apakah kepemimpinan yang efektif menurut anda? Apakah objek utama
A telah memenuhi hal-hal itu?
- Pemberian tugas
- membuat bawahan ingin bekerja lebih keras
- Ketika kinerja bawahan tidak memuaskan
- Memenuhi kebutuhan karyawan
- Memenuhi kebutuhan organisasi
- Dibandingkan dengan objek utama B
Tantangan kepemimpinan
3. Menurut anda apa saja tantangan yang dihadapi oleh objek utama?
163
Pertanyaan general
a. Sudah berapa lama berada dibawah kepemimpinan atasan?
b. Sebelumnya sudah kenal atau tidak dengan atasan sekarang?
c. Apakah sebelumnya pernah dipimpin oleh orang yang berbeda gender?
Gaya kepemimpinan
1. Bisakah bapak/ibu ceritakan bagaimana kepemimpinan atasan anda?
- Dalam membangun hubungan dengan bawahan
- Dalam bekerja sama
- Dalam menyelesaikan masalah
- Cara Menularkan pemikiran
- Usaha untuk meningkatkan kemampuan anda & bagaimana bentuknya
- Apabila menghadapi otoritas yang lebih tinggi
- Ketika bawahan bekerja dengan baik
- Bila bawahan kesulitan dalam pekerjaan
- Dalam membuat keputusan
- Ketika anda mengalami masalah / tidak dapat bekerja
Efektivitas kepemimpinan
2. Seperti apakah kepemimpinan yang efektif menurut anda? Apakah atasan anda
telah memenuhi hal-hal itu?
- Pemberian tugas
- membuat anda ingin bekerja lebih keras
- Ketika kinerja anda tidak memuaskan
- Memenuhi kebutuhan karyawan
- Memenuhi kebutuhan organisasi
- Perbandingan dengan atasan lainnya yang bergender sama/beda
- Kepuasan dalam kepemimpinan
165
Tantangan kepemimpinan
3. Kira-kira apa saja masalah yang dihadapi atasan anda dalam memimpin?
- Menghadapi otoritas yang lebih tinggi
- Menghadapi bawahan lawan jenis
- Menghadapi bawahan dengan usia berbeda
Tabel Matriks Wawancara Kasus
Peratanyaan Narasumb Narasumbe 1
Narasumber Narasumber 4 Narasumber Narasumber Narasumber
er 1 r2 3 (rekan (atasan) 5 6 7
kerja 1) (bawahan 1) (bawahan 2) (bawahan 3)
1. Membangu Pendekatan Mengangga N1: N1: selau N1: asik, lucu, N1: mudah N1: atasan
n hubungan seperti p bawahan berhubungan bekerjasama dan bisa membaur dan yang santai
dengan teman sebagai dekat seperti dengan baik memberikan pendekatan
bawahan? biasa mitra kerja keluarga semangat informal baik N2:perhatian
N2: banyak dan
N2: lebih koordinasi dan N2: asik dan N2: punya memperhatik
banyak hubungan diluar tidak pernah unsur keibuan an staffnya
mengajak jam kerja baik membeda- yang sangat
kerja secara bedakan kuat
bersama-sama
2. Dalam Saling Saling N1: N1: tidak formal N1: N1: N1:
bekerjasama kerjasama bekerjasama menganggap dan terkesan
dengan dengan dengan para seperti santai N2: N2: N2:
rekan kerja? rekan kerja rekan kerja keluarga,
hubungan N2: bekerjasama
informal juga dengan baik dan
terbangun saling mengisi
dengan baik dengan rekan
kerjanya
N2: banyak
bekerjasama
dan berdiskusi
3. Dalam Lebih Saling N1: banyak N1: lebih N1: N1: lebih N1: lebih
penyelesaia banyak diskusi bertanya menghadapi cenderung banyak menutupi
n masalah? diskusi dengan bercerita
167
dengan rekan kerja dengan rekan masalah secara diam dan bahkan dan terkesan
atasan atau atau atasan kerja langsung tertutup tentang diam
rekan kerja masalah
yang setara N2: bertanya N2: koordinasi N2: lebih pribadi N2: lebih
pada bu lurah dan konsultasi banyak banyak
atau Seklur, dengan atasan berdiskusi N2: biasanya bercerita
atau dengan atau rekan kerja atau bercerita diam, tetapi
rekan kerja dengan rekan tetap akan
dari kerja cerita pada
Kelurahan akhirnya. Dan
lainnya cukup terlihat.
4. Usaha Lebih Mengajarka N1: tidak N1: tidak pernah N1: dengan N1: N1:
meningkatk dengan n mengenai pernah memberikan memberikan memberitahu
an membangu hal-hal yang memberi N2: tugas-tugas tugas-tugas mengenai
kemampuan n hubungan berkaitan pelatihan, merekomendasi yang berbeda yang beragam kesalahan
bawahan formal dan dengan tetapi kan untuk untuk untuk dan
informal, pekerjaan biasanya akan mengikuti memberikan memberikan memeritahu
bertukar bawahan memberitahu pelatihan yang pengalaman. pengalaman. yang benar
pikiran dan hal yang salah sesuai dengan
ngobrol. dari bawahan tugasnya. N2: belum N2: mengajak N2: saling
pernah untuk berdiskusi
N2: - mengikuti tentang
pelatihan tugas-tugas
tertentu yang ada
5. Dalam Menghadap Lebih N1: N1: terkadang N1: apabila N1: santai, N1: dengan
menghadapi i dengan mencoba menghadapi nadanya agak suka ya akan sopan dan santai
otoritas sopan melindungi dengan halus tinggi apabila baik, namun terbuka.
santun dan kinerja dan lembut apabila tidak Atasan dan N2: sopan
168
diskusi dengan
dengan atasan masalah,
atau yang biasanya
berkaitan hasilnya
dengan menguntungk
masalah yang an semua
dihadapi pihak
9. Ketika Memberika Dibicarakan N1: N1: memberikan N1: bertanya N1: N1:
bawahan n perhatian dan mencari membantu semangat dan menaggapi memberikan
mengalami dalam solusi sebisanya dengan candaan memberikan dengan santai, saran
masalah bentuk bersama dan memberi istirahat memberikan
atau tidak kata-kata atau N2: bertanya waktu isrirahat keleluasaan N2:
dapat yang memberikan dan mencoba N2: untuk memperhatik
bekerja membuat waktu untuk memberikan N2: sejauh ini memberikan beristirahat an dan
semangat beristirahat solusi belum terjadi saran untuk memberikan
dengan staffnya istirahat N2: cenderung ruang untuk
terlebih mendampingi, istirahat
dahulu sehingga
pekerjaan
akan terasa
lebih ringan
10. Dalam Membagi Mengerjaka N1: mengajak N1: membagi N1: N1: N1: meminta
pemberian tugas n bersama melakukan pekerjaan menyampaika menjelaskan secara sopan
tugas dengan dengan tugas bersama dengan n seperti apa bagaiaman dan
bawahan, bawahan bawahan, tidak tugas yang tugas yang membantu
dan N2: mengajak memberikan harus harus saya menyelesaika
mengerjaka bekerja semua tugas dikerjakan kerjakan n
n yang bersama dan kepada bawahan dan dengan detail
171
12. Ketika Pendekatan Dalam tugas N1: ditegur, N1: terkadang N1: N1: sejauh ini N1:
kinerja secara dengan tetapi secara membiarkan, memberikan memberikan memberikan
bawahan informal bawahan informal. Jadi terkadang masukan dan support dalam contoh yang
tidak dan selalu kesannya memberikan memeriksa bentuk yang baik dan
memuaskan memberika dikerjakan seperti candaan untuk pekerjaan, tidak formal, memberikan
n contoh bersama, bercanda memberikan serta atau sekedar semangat.
secara sehingga tetapi serius. semangat memberitahuk mengajak
verbal agar meminimali an kesalahan ngopi. N2: banyak
bekerja sir ketidak N2: sejauh ini N2: bawahannya berdiskusi
lebih baik puasan atau belum pernah belum pernah N2: N2: selalu dengan
kesalahan. melihat tidak memberitahu mendampingi bawahan
memuaskan dan selalu ketika mengenai
mengingatkan pengerjaan pekerjaan.
untuk tugas. Jadi
memperbaiki sejauh ini
masih
memuaskan.
13. Memenuhi Memuaska Tidak dapat N1: dengan N1: sudah N1: sudah, N1: sudah, N1: sudah,
kebutuhan n karena menilai diri bawahan dia memuaskan karena diluar karena karena
bawahan bisa dekat sendiri, sangat dekat tetapi belum dapat pendekatan sifatnya yang
dengan tetapi sudah dan tidak ada maksimal. menyelasaika yang informal, tidak
bawahan memberikan jarak, karena n pekerjaan jadi bawahan membedakan
secara usaha yang pendekatan N2: sudah, dengan cepat, merasa lebih siapapun.
formal paling yang lebih karena selalu beliau juga dekat.
maupun maksimal. informal. mendampingi dekat dengan Terbuka N2: sudah,
informal dalam setiap bawahannya. dalam hal apa sifatnya yang
N2: sudah, penyelesaian saja, sehingga perhatian
karena beliau tugas mudah dalam membuat
173
Diluar itu,
terkadang
makan bersama
ketika jam
istirahat.
7. Ketika Menyelesaikan Ditegur tetapi Biasanya Melihat situasi Sangat tegas, Beliau sangat
bawahan permasalahan yang membantu dikasih tau dan kondisi. biasanya sensitif dengan
melakukan ada dengan dalam bagian mana Memberikan ditegur. Tetapi kesalahan, pasti
kesalahan bersama-sama menyelesaikan yang salah peringatan dan setelah itu akan ditegur
masalah atau kurang. contoh. Apabila diberikan dan diminta
Lalu masih terjadi contoh atau untuk
memberikan lagi, diberitahu memperbaiki
saran punishment secara lisan sesegera
bagaimana bagaimana cara mungkin.
yang menyelesaikan Beliau juga
seharusnya. sesuai yang selalu berusaha
beliau harapkan. memberikan
contoh yang
baik.
8. Dalam Berkomunikasi Kalau ada Kurang Sesuai dengan Kalau Lebih sering
membuat dengan yang hubungannya, paham, tapi kapasitas dilapangan, mengambil
keputusan berhubungan biasanya akan untuk hal-hal keputusan yang kebanyakan tindakan
dengan keputusan minta yang bersifat harus diambil. beliau sendiri, atau
yang akan dibuat. penjelasan umum, belaiu Konsultasi mengambil berdiskusi
Meminta saran. mengenai selalu dengan atasan. tindakan dengan atasan,
permasalahanny mendengarka Memakai semua sendiri. Kalau terutama tugas-
a. Tapi lebih n pendapat sumber yang berhubungan tugas yang
sering orang lain berhubungan dengan berkaitan
180
10. Dalam Secara langsung Kalau tugasnya Meminta Pemberian Kami bekerja Semua tugas
pemberian meminta tolong diluar yang secara tugas, sesuai sesuatu tugas yang kami
tugas kepada bawahan sudah langsung kemampuan dan dari kecamatan lakukan sudah
ditugaskan dengan karakter. dan dari tercantum di
kecamatan, sopan. Tidak Melakukan pemkot. Untuk tupoksi dan
biasanya beliau seperti pertukaran tugas yang sudah ada
meminta tolong menyuruh. tugas dilapangan jadwalnya.
secara langsung Selalu biasanya beliau Kamu diminta
dijelaskan mengajak. untuk bekerja
terlebih Tetapi untuk professional
dahulu tugas diluar itu, tanpa harus
tugasnya, biasanya beliau disuruh. Namun
atau saya meminta tolong untuk tugas
tanya duluan secara langsung. diluar itu,
tugasnya beliau selalu
seperti apa. meminta
tolong.
11. Membuat Sejauh ini bawahan Memberikan Biasanya sih Pendekatan Belaiu orang Dengan melihat
bekerja telah bekerja dengan contoh dalam diberi contoh personal dan yang sangat cara kerja
dengan lebih baik dan sesuai yang menyelesaikan bagaimana memberikan professional, beliau saja
keras diinginkan tugas. seharusnya contoh kerja. dengan sudah membuat
Memberikan dalam Benchmarking, pemberian kami terpacu
dukungan dalam bekerja. membuka contoh beliau untuk bekerja
bentuk wawasan yang secara tidak dengan lebih.
semangat bersangkutan. langsung Biasanya
memberikan ditambah
standard dan dengan
ekspektasi kunjungan ke
182
contoh kinerja
yang baik.
14. Memenuhi Sudah, karena telah Sudah, karena Sudah sangat Sudah, karena Sangat sudah, Sudah, karena
kebutuhan mengikuti peraturan menurut saya memenuhi, sudah tugas beliau beliau selalu
organisasi daerah dan beliau sangat karena setau mendedikasikan sangat banyak berusaha
memenuhi tupoksi serius dalam saya tugas kualitas, tetapi sejauh ini melaksanakan
mengerjakan beliau itu memberikan sudah tugas sesuai
semua pekerjaan sangat sesuatu yang dilaksanakan tupoksi dan
banyak. baru, efektif dan
dengan sangat arahan atasan.
Tetapi sejauh manusiawi. baik. Beliau
dapat Membangun selalu
terselesaikan, komunikasi mengamati apa
artinya tidak yang baik yang terjadi
masalah. dilapangan
untuk
memberikansara
n kepada atasan.
15. Kepuasan Belum Belum puas, karena sejauh ini ada
dalam puas, hal-hal diluar kewenangan yang
memimpin karena masih mengganjal.
tidak dapat
membangu
n kader-
kader
untuk
generasi
selanjutnya
184
Lurah N4
Sekertaris Lurah N3
Bendahara N7
Staf IT N6
Staf N5
186
Staf N4
Staf N5
Staf N6