SKRIPSI
Oleh:
Andreanto Siswoyo
14.D1.0013
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 14.D1.0013
sendiri. Karya ini adalah milik saya, karena itu saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
Andreanto Siswoyo
14. D1.0013
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 8 januari 2019
Yang menyatakan
Andreanto Siswoyo
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“Pemilihan Karayawan berprestasi pada PT. Dwi Abadi Farma Semarang”
yang di susun oleh :
Nim : 14.D1.0013
Telah di pertahan kan di hadapan tim penguji pada hari/tanggal kamis 13 Desember
2018 dan di terima sebagai persyaratan yang di perlukan untuk memperoleh gelar
sarjana pada program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Katolik Soegijapranata.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan berkat, rahmat, dan karunia yang boleh Peneliti rasakan sehingga Skripsi
penyusunan skripsi ini dari awal tahap penyusunan hingga akhir dapat berjalan
Peneliti tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kritik,
dan saran dari berbagai pihak yang sudah terlibat dalam proses penyusunan skripsi
Semarang
dan doa
g. Serta Semua pihak yang Peneliti tak bisa disebutkan satu per satu yang
Penelitian ini
Untuk semua pihak yang sudah terlibat Peneliti mengucapkan terima kasih.
Peneliti juga berharap semoga skripsi ini juga bermanfaat bagi peneliti serta bagi
pembaca. Semoga kerja sama yang baik antara Peneliti dan pihak yang diteliti yaitu
PT. Dwi Abadi Farma Semarang ini dapat terjalin kembali dalam penelitian yang
akan datang.
itu Peneliti meminta kritik dan saran yang dapat berdampak positif bagi peneliti
Peneliti
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Pengelompokan Core Factor Dan Secondary Factor …………25
Tabel 2. Gambaran Umum Pendidikan………………………………………….34
Tabel 3.Gambaran umum usia …………………………………………………..34
Tabel 4. Gambaran umum jabatan………………………………………………35
Tabel 5. Kriteria dan Sub kriteria……………………………………………….. 36
Tabel 6. Profile Jabatan Pada Jabatan Level 1 dan 2 ……………………………37
Tabel 7. Bobot Nilai GAP ……………………………………………………….39
Tabel 8. Nilai Bobot Kriteria Disiplin Jabatan Level 1 …………………..……..40
Tabel 9. Nilai Bobot Kriteria Sikap Kerja Pada Jabatan Level 1 …………..…..42
Tabel 10. Nilai Bobot Kriteria Prestasi Kerja Jabatan Level 1 ……………..…..44
Tabel 11. Nilai Bobot Kriteria Disiplin Jabatan Level 2 …….………….………47
Tabel 12. Bobot Nilai Kriteria Sikap Kerja Jabatan Level 2 …………………....50
Tabel 13. Bobot Nilai Kriteria Prestasi Kerja Jabatan Level 2 ………….……...53
Tabel 14. Persentase Bobot Core ………………………………………………..57
Tabel 15. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Disiplin Level 1………………………………………………………………… 59
Tabel 16. Persentase Bobot Coredan Secondary Factor Kriteria Disiplin Level 2
……………………………………………………………………………..…..61
Tabel 17.Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Disiplin Level 2…………………………………………………………………. 62
Tabel 18. Persentase Bobot Core dan Secondary Factor Kriteria Sikap Kerja Level
…………………………………………………………………………….66
Tabel 19. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Sikap Kerja Level 1 ……………………………………………………………..67
Tabel 20. Persentase Bobot Core dan Secondary Factor Kriteria Sikap Kerja Level
2 ………………………………………………………………………………….69
Tabel 21. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Sikap Kerja Level 2…………………………………………………………….. 70
Tabel 22. Persentase Bobot Core dan Secondary Factor Kriteria Prestasi Kerja
Level 1 …………………………………………………………………………..74
Tabel 23. Hasil Nilai Core Factor ,Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Prestasi Kerja Level 1 …………………………………………………………...75
Tabel 24. Persentase Bobot Core dan Secondary Factor Kriteria Prestasi Kerja
Level 2 …………………………………………………………………………..77
Tabel 25. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria
Prestasi Kerja Level 2 …………………………………………………………..78
Tabel 26. Persentase Bobot Core dan Secondary Hasil Akhir Level 1 …………82
Tabel 27.Rekapitulasi Skor Total Dan Rangking Tiap Kriteria Pada Karyawan PT.
Dwi Abadi Farma ………………………………………………………………..83
Tabel 28. Persentase Bobot Core dan Secondary Hasil Akhir Level 2 …………84
Tabel 29. Rekapitulasi Skor Total Dan Rangking Tiap Kriteria Pada Karyawan
PT.Dwi Abadi Farma ………………………………………..…………………..86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................... 96
Lampiran 2 ........................................................................................................... 97
Lampiran 3 ......................................................................................................... 100
Lampiran 4 ......................................................................................................... 106
Lampiran 5 ......................................................................................................... 110
Lampiran 6 ......................................................................................................... 113
Lampiran 7 ……………………………………………………………………..115
Lampiran 8……………..……………………………………………………….120
Lampiran 9………………..………………………………………………….…128
Lampiran 10 ……………………………………………………………………135
Lampiran 11……………………….……………………………………………144
Lampiran 12…………………………………………………………………….148
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan figure utama dan sentral dalam sebuah
organisasi maupun perusahaan. Supaya kegiatan manajemen dapat berjalan dengan
baik, sebuah perusahaan harus memiliki karyawan yang berpengetahuan dan
memiliki ketrampilan tinggi serta kemauan untuk mengelola perusahaan semaximal
mungkin sehingga meningkatnya kinerja karyawan tersebut. Karyawan merupakan
salah satu faktor utama dalam kelancaran, kemajuan serta keberhasilan suatu
perusahaan (Kusumawati , 2008 ; Kusrini , 2007)
Terdapat dua aspek yang harus menjadi pembahasan dalam Penilaian Kinerja
Karyawan yaitu kinerja karyawan itu sendiri dan feedback yang ditujukan untuk
pengembangan karir karyawan. Proses penilaian kinerja karyawan dimulai dari
penentuan tujuan/target dari kinerja yang diiringi dengan pengamatan. Kemudian
saat dan setelah pekerjaan dilaksanakan kemudian dilakukanlah evaluasi yang
disusul dengan rencana promosi berdasarkan hasil evaluasi berupa insentif maupun
peningkatan posisi.. Penilaian kinerja dengan melihat beberapa kriteria seperti
kedisiplinan, kerjasama dan prestasi kerja.(Handayani, 2017)
Metode sistem pendukung keputusan atau disebut juga sebagai DSS (Decision
Support System) sangatlah beraneka ragam, beberapa contoh metode yang sering
digunakan antara lain, yaitu Metode Sistem Pakar, Metode Regresi Linier, Metode
Logika Fuzzy, Metode AHP dan Metode Profile matching.Profile Matching
merupakan sebuah metode penilaian yang akurat dan cocok di terapkan pada
perusahaan karena pada metode ini menggunakan perhitungan yang jelas dan cepat
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di uraikan di atas maka masalah
penelitian nya adalah :
A. Bagi Praktisi
Manfaat yang di dapat bagi perusahaan dari penelitian ini adalah penelitian
ini dapat membantu perusahaan untuk memberi masukan tentang metode
profile matching
B. Bagi Akademisi
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Rating Scales
Penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan skala prioritas untuk mengukur
faktor-faktor kinerja (performance factor). contoh nyaketika mengukur tingkat
kesadaran diri dan tanggung jawab seorang karyawan. Skala yang dipakai ialah
angka satu sampai lima, angka 1 adalah yang terburuk dan angka 5 adalah yang
terbaik. Jika tingkat kesadaran diri dan tanggung jawab karyawan tersebut biasa
saja, maka karyawan tersebutmendapat nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk
melakukan penilaian faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical Incidents
Seorang yang melakukan evaluasi melakukan pencatatan mengenai semua
perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk (extremely good or bad behaviour)
karyawan. Pada metodeCritical Incidents , seorang yang melakukan penilaian
harus menyimpan berupa catatan tertulis tentang sebuah tindakan-tindakan atau
perilaku kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang sangat
negatif (high unfavorable) selama dalam periode penilaian.
3. Essay
Seorang yang melakukan evaluasi menulis sebuah deskripsi tentang kekuatan dan
kelemahan karyawan, kinerjanya pada masa lampau, potensinya dan memberikan
saran-saran terbaik untuk perkembangan pekerja tersebut. Metode yang di lakukan
ini cenderung lebih memusatkan sebuah perhatian pada perilaku yang ekstrim
dalam melaksanakan tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan atau suatu kinerja
rutin yang mereka lakukan tiap hari ke hari. Penilaian yang di lakukan seperti ini
sangat bergantung kepada kemampuan menulis dan mengarang seorang penilai.
4. Work standard
Dalam work standart melakukan perbandingan kinerja setiap pegawai dengan
sebuah standar nilai yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran
yang diharapkan. Standar mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja
yang berprestasi rata-rata, yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar
dalam standar ini dianggap lebih objektif, para pekerja harus melakukan
pemahaman secara jelas bagaimana standar yang harus ditetapkan.
5. Ranking
Sorang penilai menempatkan seluruh karyawan dalam satu kelompok yang sama
sesuai dengan peringkat yang disusun atas dasar kinerja secara keseluruhan.
Contohnya, seorang pekerja dengan nilai kinerja terbaik dalam suatu bagian diberi
nilai paling tinggi dan pekerja yang paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat
paling bawah. Kesulitan ini terjadi apabila seorang pekerja menunjukkan
peningkatan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced distribution
Seorang penilai harus “memasukkan” atau meng input individu dari dalam
kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori tersendiri yang mirip dengan sebuah
kelompok distribusi frekuensi normal. Contoh seorang karyawaan yang termasuk
ke dalam sebuah persentase 10 persen nilai terbaik ditempatkan ke dalam tempat
kategori tertinggi, 20 persen terbaik dan sesudahnya ke dalam kelompok kategori
berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kelompok kategori menengah, 20 persen
berikut nya ke dalam kategori lainnya, dan 10 persen sisanya ke dalam kategori
terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang semuanya berprestasi
sempurna, pimpinan secara langsung maupun tidak langsung “dipaksa” untuk
mengambil keputusan siapa yang harus dimasukkan ke dalam kategori yang lebih
rendah.
7. Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS)
Pengevaluasi melakukan penilaian pegawai berdasarkan beberapa kelompok
perilaku kerja yang menggambarkan sebuah dimensi kinerja dan membuat skalanya
tersendiri. Misalnya penilaian pelayanmendapat tip dari pelanggan, ia diberi skala
4 yang berarti kinerja lumayan. Bila seorang karyawan itu membantu konsumen
yang permasalahan atau kebingungan, ia diberi skala nilai 7 yang berarti kinerjanya
memuaskan dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
Menurut Rivai (2010), tujuan penilaian kinerja secara umum diantaranya yaitu:
7) Mendapatkan keadilan dalam sistem pemberian upah dan gaji yang diterapkan
di dalam organisasi.
8) Mendapatkan data untuk menetapkan struktur pengupahan dan penggajian
yang sesuai dengan pemberlakuan secara umum.
9) Membantu pihak manajemen dalam melakukan pengukuran dan pengawasan
secara lebih akurat terhadap biaya yang digunakan oleh perusahaan.
10) Memungkinkan manajemen melakukan negosiasi secara rasional dan obyektif
dengan serikat pekerja maupun secara langsung dengan karyawan.
Aplikasi DSS dapat terdiri dari beberapa sub sistem manajemen basis pengetahuan
yang mendukung subsistem-subsistem lainnya (Muchsam dkk, 2011).
Menurut Kusrini (2007) Metode sistem pendukung keputusan atau disebut juga
sebagai DSS (Decision Support System) sangatlah beragam, beberapa metode yang
sering digunakan antara lain, yaitu
Sistem Pakar (expert system) ialah sebuah sistem informasi yang berasal dari
pengetahuanseorang pakar sehingga bisa dipakai untuk melakukan bimbingan. ilmu
dari seorang ahli di dalam sistem ini dipakai sebagai dasar oleh Sistem Pakaragar
dapat menjawab pertanyaan atau konsultasi. sistem pakar inimerupakan sistem
yang mengangkat pengetahuan seorang manusia ke pada komputer yang telah
dirancang untuk pmodelan kemampuan dalam menyelesaikan masalah seperti
seorang pakar/ahli
Metode Statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab
akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel Akibatnya adalah
Regresi Linier Sederhana . Faktor umum penyebab nya digambarkan dengan X atau
disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan dengan Y
atau disebut juga dengan tanggapan. Regresi Linier Sederhana atau sering disingkat
dengan SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu Metode
Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan ataupun
prediksi tentang karakteristik kualitas maupun kuantitas.
Teknik/ metode yang dipakai untuk mengatasi hal yang tidak pasti pada masalah –
masalah yang mempunyai banyak jawaban atau yang di sebut logika fuzzy. Pada
dasarnya Fuzzy logic merupakan logika bernilai banyak/ multivalued logic yang
mampu mengartikan nilai diantara kondisi yang manual seperti benar atau salah,
ya atau tidak, putih atau hitam dan lain-lain. Penalaran Logika Fuzzy
menyediakan cara untuk memahami kinerja system dengan cara menilai input dan
output system dari hasil pengamatan. Logika Fuzzy menyediakan cara untuk
menggambarkan kesimpulan pasti dari informasi yang samar-samar, ambigu dan
tidak tepat. Kelebihan logika fuzzy ada pada kemampuan penalaran secara bahasa.
Sehingga, dalam perancangannya tidak memerlukan persamaan metematis yang
kompleks dari objek yang akan dikendalikan. Fuzzy logic pertama kali
dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh tahun 1965.
d. Metode AHP
a. Common sense
b. Verbalisasi ide
c. Sistematika berpikir
e. Konsentrasi
f. Logika Praktis
g. Fleksibilitas berpikir
h. Imajinasi berpikir
i. Antisipasi
a) Energi psikis
c) Kehati-hatian
d) Pengendalian perasaan
e) Dorongan berprestasi
a) Kekuasaan
b) Pengaruh
c) Keteguhan hati
d) Pemenuhan
Layaknya sebuah analisis, Profile Matching tentu juga memiliki kekurangan dan
kelebihan di dalam sistem analisisnya antara lain :
1. Menentukan Variabel
Dalam metode profile matching langkah pertama nya adalah menetapkan variabel-
variabel yang kemudian dipakai sebagai skor penilaian karyawan terhadap jabatan.
Profile jabatan merupakan standar yang ditetapkan perusahaan kepada setiap sub
kriteria yang di analisis.
Gap adalah selisih antara profil jabatan maupun dengan standar nilai untuk
perencanaan karir dengan profil karyawan. Profile jabatan merupakan standar yang
ditetapkan perusahaan kepada setiap karyawan yang di analisis, sedangkan profile
karyawan merupakan nilai yang di berikan pimpinan kepada karyawan berdasarkan
kriteria yang ditetapkan perusahaan. Rumus yang di gunakan untuk menghitung
hasil pemetaan GAP kompetensi adalah :
Setelah diperoleh hasil tiap gap tiap-tiap karyawan, maka setiap profil karyawan
diberi bobot skor sesuai dengan patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
Core factor merupakan sub faktor yang paling menonjol atau sangat dibutuhkan
oleh suatu jabatan yang diprediksikan dapat memperoleh kinerja optimal.
Sedangkan secondary factor merupakan sub faktor yang tidak terlalu di butuhkan
oleh suatu jabatan.
NCF = JumalhNC
JumlahIC
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NC : Jumlah total nilai core factor (aspek 1, aspek 2, aspek 3, dst.)
IC : Jumlah item core factor
5. Menghitung Nilai Total Tiap Aspek
Berdasarkan hasil perhitungan dari setiap aspek tersebut selanjutnya diperoleh nilai
total dengan dasar persentase dari core factor dan secondary factor yang
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
X : Prestase core factor dan secondary factor
6. Menghitung Hasil Akhir (Ranking)
Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang dapat
dijadikan karyawan yang dapat mengisi suatu jabatan tertentu. Penetapan ranking
berdasar pada hasil perhitungan tertentu, rumus perhitungan tersebut dapat
ditunjukkan sebagai berikut :
Keterangan :
HA : Hasil Akhir
N1 : Nilai Total Aspek 1
N2 : Nilai Total Aspek 2
N3 : Nilai Total Aspek 3
N4 : Nilai Total Aspek 4
(X)% : Persentase nilai hasil akhir dengan total 100%
1. Membuat hierarki
3. Menentukan prioritas
4. Konsistensi logis
Konsistensi memiliki dua makna ,pertama obyek yang serupa bisa di kelompokan
sesuai dengan keseragaman dan relevansi , Kedua menyangkut nilai tingkat
hubungan antar obyek yang di dasarkan pada kriteria tertentu.
Menurut Kusrini (2007), pada dasarnya proses pengambilan keputusan adalah suatu
alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input
utama persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah
kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi
suatu bentuk hierarki.
AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan
keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan
Sedangkan proses yang dapat di peroleh dari dua penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut
Dalam perhitungan core factor dan secondary factor untuk tiap kriteria, dengan
terlebih dahulu menentukan sub-aspek mana yang menjadi core factor dari tiap
kriteria , secondary factor dari tiap kriteria tersebut. Kemudian nilai core factor dan
secondary factor ini dijumlahkan sesuai rumus dan di peroleh hasilnya .
Menghitung Presentase
untuk pengelompokan core
dan secondary factor dengan
metode AHP
Menghitung dan
Mengelompokkan Core
Factor dan Secondary
Factor
Menghitung Nilai Total
Tiap Aspek
Melakukan pe rankingan
pada tiap kriteria
1. Input :
Input dalam penelitian ini adalah menentukan kriteria dalam penilaian kinerja
karyawan. Kriteria digunakan sebagai point penilaian karyawan terhadap karyawan
yang di analisis, antara lain sebagai berikut:
a) Disiplin yang meliputi: Hadir tepat waktu, tanggung jawab dalam bekerja,
berpakaian rapi, attitude
2. Proses :
Penghitungan core factor dan secondary factor untuk semua aspek, dengan
terlebih dahulu menentukan sub-aspek mana yang menjadi core factor
dansecondary factor dari semua aspek. Core factor memiliki presentase angka
80.32 % sedangkan secondary factor memiliki presentase angka 19.68 %.
NCF =Jumlah NC
Jumlah ΣIC
3. Output:
BAB III
METODE PENELITIAN
Obyek pada penelitian ini adalah semua karyawan PT Dwi Abadi Farma
Semarang yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
distribusi obat-obatan atau farmasi. PT Dwi Abadi Farma ini terletak di Kawasan
Industri Candi Blok 2 no 23 Gatot Subroto, Semarang
maksud studi. Sumber data primer adalah narasumber individu, kelompok fokus,
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan melalui
internet (Sekaran, 2011). Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. (Sekaran, 2011)
Sedangkan sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber data yang
berasal dari pimpinan dan karyawan PT Dwi Abadi Farma secara langsung.
manager mengisi satu kuestioner yang di dalam nya berisi penentuan kriteria ,
sub kriteria dan penilaian kinerja masing-masing karyawan..
a) Disiplin yang meliputi: Hadir tepat waktu, tanggung jawab dalam bekerja,
berpakaian rapi, attitude
b) Sikap kerja yang meliputi : Bersikap aktif, Ketelitian, tanggung jawab, kehati-
hatian, membantu rekan, pengendalian diri
Setiap profil karyawan diberi bobot nilai dengan pedoman tabel bobot nilai
gap. Tiap karyawan akan mempunyai tabel bobot nilai seperti tabel-tabel yang ada.
Dengan tabel bobot nilai karyawan dan dengan pedoman pada tabel bobot nilai gap,
maka karyawan dengan sub-sub aspek disiplin, kerjasama dan prestasi kerja akan
memiliki hasil dengan bobot nilai gap.
Rumus yang di gunakan untuk menghitung hasil pemetaan GAP kompetensi adalah
:
Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan
diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
4. Menghitung presentase bobot nilai core dan secondary factor dengan metode
AHP.
Metode AHP digunakan untuk menghitung persentase bobot nilai core dan
secondary factor sehingga menghasilkan penilaian yang lebih obyektif.
Berdasarkan perhitungan AHP maka di peroleh bobot persentase penentuan core
factor dan secondary factor . Berdasar kan pada pengelompokan Core dan
secondary factor tergantung dari jumlah dari sub kriteria yang ada apabila terdapat
4 sub kriteria maka yang menjadi core factor adalah yang memiliki bobot
persentase diatas 25% .Apabila terdapat 5 sub kriteria maka yang memiliki bobot
persentase di atas 20 % yang menjadi core factor Berikut adalah persentase disiplin
core factor dan secondary factor .
Untuk penghitungan core factor dan secondary factor untuk aspek disiplin,
dengan terlebih dahulu menentukan sub-aspek mana yang menjadi core factor dari
aspek disiplin , secondary factor dari aspek disiplin. Kemudian nilai core factor dan
secondary factor ini dijumlahkan sesuai rumus dan hasilnya .
NCF =ΣNC
ΣIC
Keterangan :
Setelah di peroleh hasil perhitungan dari tiap aspek tersebut lalu menghitung nilai
total berdasarkan persentase dari core factor dan secondary factor yang
diprediksikan berdampak terhadap kinerja tiap-tiap karyawan. Persentase
perhitungan NCF dan NSF di proleh dari metode AHP. Perhitungannya dapat
dilihat pada rumus :
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
X : Presentase core dan secondary factor
7. Menghitung Hasil Akhir
Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang dapat
dijadikan karyawan yang dapat mengisi suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking
mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Persentase perhitungan NCF dan NSF di
proleh dari metode AHP. Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus:
HA = X % N1 + X % N2 + X % N3
Keterangan :
HA : Hasil Akhir
N1 : Nilai Total Aspek disiplin
N2 : Nilai Total Aspek sikap kerja
N3 : Nilai Total Aspek prestasi kerja
(X)% : Persentase nilai hasil akhir dengan total 100%
8. Menentukan Ranking
Berdasarkan perolehan pada hasl akhir pada langkah sebelumnya maka dapat di
tentukan ranking . Penentuan 5 orang karyawan berprestasi berdasarkan pada
(Lampiran 12 )
BAB IV
A. HASIL
PT. Dwi abadi Farma merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
distribusi obat-obatan atau farmasi. Obat-obat yang di distribusi seperti Decolgen,
procold, mixagrip, salonpas, neoremachyl dan masih banyak lagi. Perusahaan ini
berdiri sejak tahun 2000 dan terus berkembang sampai saat ini. Pada awal berdiri
PT. Dwi Abadi Farma Semarang di mulai dengan hanya mendistribusikan obat
dalam bentuk tablet dan kemudian terus berkembang sampai dengan obat herbal
dan salep. PT. Dwi Abadi Farma Semarang yang di kelola dan di pimpin langsung
oleh Bp Budi Kristanto selaku direktur dari PT Dwi Abadi Farma Semarang.
Perusahaan ini terletak di Kawasan Industri Candi Blok 2 no 23 Gatot Subroto
kecamatan Ngaliyan Semarang. Jam operasional perusahaan ini pada hari Senin-
Jumat pk 08.00-16.00. Sedangkan Sabtu Pk 08.00-13.00. PT. Dwi Abadi Farma
Semarang memiliki 50 orang karyawan dimana terdiri dari 10 orang manager dan
supervisor, 10 orang admin, 10 orang bagian gudang dan 20 orang bagian sales. PT.
Dwi Abadi Farma Semarang memiliki stuktur organisasi sebagai berikut,
Direktur
Bp Budi Kristanto
Oprasional Manager
Harry Kristanto
Supervisor
Ka. Gudang Ka. Umum Fakturis Ka. Admin Ka. Kendaraan
1. Andre Gunardi
Wulan Slamet 2. Saputra Deviana Denny F Yudi Lesmana
3. Stefanus
4. Thomas
33
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
34
Jenis Kelamin
Pendidikan Total
Laki-laki Perempuan
SMA 15 2 17
S1 17 16 33
Total 32 18 50
Sumber: Hasil wawancara dengan Pimpinan PT. Dwi Abadi Farma Semarang
Pada tabel 2 gambaran umum pendidikan di atas dimana tingkat pendidikan pada
perusahaan ini yang paling dominan adalah S1 terdapat 33 orang karyawan dan
pada jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki dengan 32 orang
karyawan
Jenis Kelamin
Usia Total
Laki-laki Perempuan
20-30 Tahun 6 5 11
31-40 Tahun 17 8 25
41-50 Tahun 9 5 14
Total 32 18 50
Sumber: Hasil wawancara dengan Pimpinan PT. Dwi Abadi Farma Semarang
Pada tabel 3 gambaran umum usia diatas di jelaskan bahwa pada perusahaan ini
rentang usia yang dominan yaitu pada rentang usia 31-40 tahun dengan jenis
kelamin laki-laki terdapat 17 orang karyawan dan perempuan terdapat 8 orang
karyawan dan pada perusahaan ini jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-
laki dengan jumlah karyawan 32 orang karyawan. Maka rata-rata pada perusahaan
PT. Dwi Abadi Farma Semarang memiliki rentang usia 31-40 tahun.
Pada tabel 4 gambaran umum jabatan diatas pada PT. Dwi Abadi Farma Semarang
yang paling dominan adalah jabatan sales dengan 20 orang karyawan dan untuk
jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki dengan 32 orang karyawan .
Profile jabatan merupakan standar nilai yang ditetapkan perusahaan kepada setiap
sub kriteria yang akan di analisis. Profile jabatan atau standart nilai tersebut di
peroleh dari informasi langsung pimpinan perusahan melalui wawancara dengan
pimpinan perusahaan terdapat pada lampiran 5 . Profile jabatan level 1 ini terdiri
dari jabatan manager oprational, ka. Gudang, ka. umum, supervisor, fakturis, ka.
admin, ka. Kendaraan. Sedangkan profile jabatan level 2 ini terdiri dari jabatan
staff helper, sales, admin, supir. Berikut merupakan profile jabatan level 1 dan
level 2:
Kriteria Disiplin
D01 D02 D03 D04
L1 L2 L1 L2 L1 Ll 2 L1 L2
5 4 5 4 5 4 5 4
Kriteria Sikap kerja
SK01 SK02 SK03 SK04 SK05
L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2
5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
Kriteria Prestasi Kerja
P01 P02 P03 P04 P05
L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2 L1 L2
4 4 4 4 5 4 5 4 5 4
Sumber: Lampiran 5
Keterangan :
L1 : Jabatan Level 1
L 2 : Jabatan Level 2
D01: Kemampuan dalam distribusi obat
D02: Tanggung jawab dalam bekerja
D03: Berpakaian rapi
D04: Hadir tepat waktu
SK01: Bersikap Aktif
SK02 : Ketelitian dan tanggung jawab
SK03: Kehati-hatian
SK04: Membantu rekan
SK05: Pengendalian diri
P01: Bekerja dengan SOP
P02: Dorongan ber prestasi
P03: Menyelesaikan tugas di atas rata-rata
P04: Melakukan pembelajaran terhadap proses
P05:Perbaikan untuk kinerja yang optimal
Berdasarkan tabel 6 profile jabatan level 1 dan 2 dari ke tiga kriteria yang di
sebutkan terdapat perolehan angka 5 dan perolehan angka 4, perolehan angka
tersebut berasal dari hasil kuesioner dengan pimpinan perusahaan (Lampiran 5)
Dipilihnya standar nilai 5 pada jabatan level 1 karena pada jabatan ini memiliki
tanggung jawab yang lebih besar sehingga di tuntut untuk bekerja di perfoma
puncak , selain itu pada level 1 juga terdapat standar nilai 4 dengan tujuan agar
jabatan level 1 mampu berkembang dan dapat termotivasi untuk selalu diatas
standar nilai yang ada. Pada jabatan level2 standar nilai yang di berikan adalah 4
karena jabatan level 2 memiliki tanggung jawab yang kecil namun karyawan tetep
di tuntut untuk mengembangkan diri nya
Langkah ke tiga adalah menghitung pemetaan Gap kompetensi yang di peroleh dari
pengurangan profile karyawan dengan profile jabatan sehingga akan menghasilkan
Gap .Gap berfungsi sebagai alat yang dapat di gunakan untuk menetukan bobot
nilai pada langkah perhitungan berikutnya
Gap adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan.. Rumus yang di
gunakan untuk menghitung hasil pemetaan GAP kompetensi adalah :
Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan
diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
Berikut merupakan tabel bobot nilai GAP seperti pada tabel 8 yang di gunakan
sebagai pedoman untuk menentukan hasil bobot nilai GAP:
Pada perhitungan GAP dan penentuan nilai bobot level 1 Kriteria Disiplin ini terdiri
dari jabatan manager oprasional, ka. gudang, Ka.umum, supervisor, fakturis, ka.
40
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
41
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
D01 :Kemampuan dalam distribusi obat
D02 :Tanggung jawab dalam bekerja
D03 :Berpakaian rapi
D04 : Hadir tepat waktu
Berdasarkan perhitungan GAP dan penentuan nilai bobot pada jabatan level
1 kriteria disiplin pada tabel 8 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan angka 0,
negative 1 dan 2. Angka 0 (nol) menunjukkan tidak ada selisih atau sesuai dengan
standar nilai profile jabatan yang di butuhkan, sedangkan bila di peroleh hasil GAP
negative maka karyawan tersebut memiliki nilai standart di bawah dari profile
jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan level 1 aspek disiplin ini memiliki kisaran
hasil angka GAP sebesar 0 , -1 dan -2 angka 0 berarti sesuai dengan standar nilai
profile jabatan yang di butuhkan, sedangkan untuk nilai -1 berarti Profile karyawan
kurang 1 level dari profile jabatan . Dengan demikian jabatan level 1 disiplin
memiliki rentang nilai -2 sampai dengan 0 berarti pada jabatan level 1 ini memiliki
kinerja yang cukup bagus dimana tidak ada karyawan yang memperoleh nilai GAP
-4
Sedangkan pada nilai bobot pada jabatan level 1 memiliki nilai tertinggi 5
dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak ada selisih atau
sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3 maksudnya adalah
karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level .
Berikut merupakan Tabel Nilai Bobot Kriteria Sikap Kerja Pada Jabatan Level 1
42
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
43
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
SK01 : Bersikap Aktif
SK02 :Ketelitian dan tanggung jawab
SK03 :Kehati-hatian
SK04 : Membantu rekan
SK05 : Pengendalian diri
Berdasarkan perhitungan GAP dan penentuan nilai bobot pada jabatan level
1 kriteria sikap kerja pada tabel 9 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan angka
0, negative 1 dan negative 2. Angka 0 (nol) menunjukkan tidak ada selisih atau
sesuai dengan standar nilai profile jabatan yang di butuhkan, sedangkan bila di
peroleh hasil GAP negative maka karyawan tersebut memiliki nilai standart di
bawah dari profile jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan level 1 aspek disiplin ini
memiliki kisaran hasil angka GAP sebesar 0 , -1 dan -2 angka 0 berarti sesuai
dengan standar nilai profile jabatan yang di butuhkan, sedangkan untuk nilai -1
berarti Profile karyawan kurang 1 level dari profile jabatan . Dengan demikian
jabatan level 1 sikap kerja memiliki rentang nilai -2 sampai dengan 0 berarti pada
jabatan level 1 sikap kerja memiliki kinerja yang cukup bagus dimana tidak ada
karyawan yang memperoleh nilai GAP -4
Sedangkan pada penentuan nilai bobot pada jabatan level 1 ini memiliki
nilai tertinggi 5 dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak
ada selisih atau sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3
maksudnya adalah karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level .
Berikut merupakan Tabel. Nilai Bobot Kriteria Prestasi Kerja Jabatan Level 1:
44
45
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
P01 : Bersikap Aktif
P02 :Ketelitian dan tanggung jawab
P03 :Kehati-hatian
P04 : Membantu rekan
P05 : Pengendalian diri
Berdasarkan perhitungan GAP dan penetuan nilai bobot pada jabatan level
1 kriteria prestasi kerja pada tabel 10 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan
angka 1, 0 (nol), negative 1 dan negative 2. Angka 1 menunjukan bahwa profile
karyawan memiliki kelebihan 1 level sedangkan 0 (nol) menunjukkan tidak ada
selisih atau sesuai dengan standar nilai profile jabatan yang di butuhkan,
sedangkan bila di peroleh hasil GAP negative maka karyawan tersebut memiliki
nilai standart di bawah dari profile jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan level 1
aspek prestasi kerja ini memiliki kisaran hasil angka GAP sebesar1, 0 , -1 dan -2
angka 0 berarti sesuai dengan standar nilai profile jabatan yang di butuhkan,
sedangkan untuk nilai -1 berarti Profile karyawan kurang 1 level dari profile jabatan
. Dengan demikian jabatan level 1 sikap kerja memiliki rentang nilai -2 sampai
dengan 0 berarti pada jabatan level 1 prestasi kerja memiliki kinerja yang lebih
baik dibandingkan dengan kriteria lain nya di level 1 dimana tidak ada karyawan
yang memperoleh nilai GAP -4 dan terdapat perolehan angka GAP 1
Sedangkan pada penentuan nilai bobot pada jabatan level 1 ini memiliki
nilai tertinggi 5 dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak
ada selisih atau sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3
maksudnya adalah karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level .
1. Level 2 Kriteria Disiplin, aspek sikap kerja, aspek prestasi kerja. Level 2
pada aspek disiplin ini terdiri dari jabatan helper, sales, admin, supir.
Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan
diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
Gap adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan.. Rumus yang di
gunakan untuk menghitung hasil pemetaan GAP kompetensi adalah :
Setelah didapatkan tiap gap masing-masing karyawan, maka tiap profil karyawan
diberi bobot nilai sesuai dengan patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
47
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
48
48
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
49
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
D01 :Kemampuan dalam distribusi obat
D02 :Tanggung jawab dalam bekerja
D03 :Berpakaian rapi
D04 : Hadir tepat waktu
Berdasarkan perhitungan GAP dan penetuan nilai bobot pada jabatan level
2 kriteria disiplin pada tabel 11 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan angka 0,
positive dan negative. Angka yang memiliki positive berarti karyawan tersebut
memiliki nilai yang melebihi dari standar nilai profile jabatan yang di tetapkan
sedangkan bila di peroleh hasil GAP negative maka karyawan tersebut memiliki
nilai standart di bawah dari profile jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan level 2
aspek disiplin ini memiliki kisaran angka GAP sebesar 1 sampai -2 angka 1 berarti
nilai profile karyawan melebihi 1 level nilai standart profile jabatan, sedangkan
untuk nilai 0 berarti tidak ada selisih atau sesuai dengan standar nilai profile jabatan
yang di butuhkan. Pada perhitungan Gap pada jabatan level 2 memiliki perolehan
nilai negative paling tinggi adalah -2 dan nilai positive paling tinggi 1 berarti pada
jabatan level 1 ini memiliki kinerja yang cukup bagus dimana tidak ada karyawan
yang memperoleh nilai GAP -4
Sedangkan pada penentuan nilai bobot pada jabatan level 1 ini memiliki
nilai tertinggi 5 dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak
ada selisih atau sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3
maksudnya adalah karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level .
50
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
51
Lanjutan Tabel 12. Bobot Nilai Kriteria Sikap Kerja Jabatan Level 2
Ahmad/Sales 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5
Kevin/Sales 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5
Rahmat/Sales 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5
Raden/Sales 4 4 0 5 2 4 -2 3 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5
Hastuti/Sales 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Indra/Sales 4 4 0 5 3 4 -1 4 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5
Yohanes/Sales 4 4 0 5 2 4 -2 3 5 4 1 4.5 4 4 0 5 3 4 -1 4
Hidayat/Sales 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5 4 4 0 5 5 4 1 4.5 2 4 -2 3
Bagus/Sales 4 4 0 5 5 4 1 4.5 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 3 4 -1 4
Arief/Sales 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 4 4 0 5
Devi/Sales 4 4 0 5 2 4 -2 3 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Dina/Sales 5 4 1 4.5 5 4 1 4.5 3 4 -1 4 4 4 0 5 2 4 -2 3
Diana/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 5 5 5 4 1 4.5
Amalia/Sales 5 4 1 4.5 4 4 0 5 5 4 1 4.5 5 4 4.5 4.5 2 4 -2 3
Utami/Sales 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5 5 4 4.5 4.5 3 4 -1 4
Puji/Sales 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5 5 4 4.5 4.5 3 4 -1 4
51
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
52
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
SK01 : Bersikap Aktif
SK02 :Ketelitian dan tanggung jawab
SK03 :Kehati-hatian
SK04 : Membantu rekan
SK05 : Pengendalian diri
Berdasarkan perhitungan GAP dan penetuan nilai bobot pada jabatan level
2 Kriteria sikap kerja pada tabel 12 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan angka
0, positive dan negative. Angka yang memiliki positive berarti karyawan tersebut
memiliki nilai yang melebihi dari standar nilai profile jabatan yang di tetapkan
sedangkan bila di peroleh hasil GAP negative maka karyawan tersebut memiliki
nilai standart di bawah dari profile jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan level 2
aspek sikap kerja ini memiliki kisaran angka GAP sebesar 1 sampai -2 angka 1
berarti nilai profile karyawan melebihi 1 level nilai standart profile jabatan,
sedangkan untuk nilai 0 berarti tidak ada selisih atau sesuai dengan standar nilai
profile jabatan yang di butuhkan. Pada perhitungan Gap pada jabatan level 2
memiliki perolehan nilai negative paling tinggi adalah -2 dan nilai positive paling
tinggi 1 berarti pada jabatan level 1 ini memiliki kinerja yang cukup bagus dimana
tidak ada karyawan yang memperoleh nilai GAP -4
Sedangkan pada penentuan nilai bobot pada jabatan level 1 ini memiliki
nilai tertinggi 5 dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak
ada selisih atau sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3
maksudnya adalah karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level.
Anis/Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Yenni/Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Yuni/Admin 3 4 -1 4 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5
Diana/Admin 3 4 -1 4 3 4 -1 4 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5
Gunawan /Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 3 4 -1 4 3 4 -1 4
Valentino/Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4
Endah/Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 3 4 -1 4 3 4 -1 4
Novi/Admin 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 4 4 0 5 3 4 -1 4
Kendaraan
Bambang/Kendara 3 -1 4 3 -1 4 4 0 5 5 1 4.5 5 1 4.5
4 4 4 4 4
an
Tommy/Kendaraa 3 -1 4 3 -1 4 3 -1 4 3 -1 4 3 -1 4
4 4 4 4 4
n
53
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
54
Lanjutan Tabel 13. Bobot Nilai Kriteria Prestasi Kerja Jabatan Level 2
Helper
Hadi/ Helper 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5
Hendra/ Helper 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 3 4 -1 4 4 4 0 5
Hendra/ Helper 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 3 4 -1 4 4 4 0 5
Teddy/ Helper 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5
Sugeng/ Helper 3 4 -1 4 3 4 -1 4 3 4 -1 4 4 4 0 5 4 4 0 5
Lukas/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4
Albert/Sales 3 4 -1 4 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4 3 4 -1 4
Budi/Sales 3 4 -1 4 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 3 4 -1 4 3 4 -1 4
Surya/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4
54
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
55
Lanjutan Tabel 13. Bobot Nilai Kriteria Prestasi Kerja Jabatan Level 2
Ahmad/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4
Kevin/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 3 4 -1 4
Rahmat/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 3 4 -1 4 3 4 -1 4
Raden/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 5 4 1 4.5 3 4 -1 4
Hastuti/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 2 4 -2 3 4 4 0 5
Indra/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 5 4 1 4.5
Yohanes/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 2 4 -2 3 5 4 1 4.5
Hidayat/Sales 3 4 -1 4 3 4 -1 4 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Bagus/Sales 2 4 -2 3 2 4 -2 3 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Arief/Sales 2 4 -2 3 2 4 -2 3 3 4 -1 4 4 4 0 5 5 4 1 4.5
Devi/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4 4 4 0 5 4 4 0 5
Diana/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 5 4 1 4.5 4 4 0 5 4 4 0 5
Amalia/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 3 4 -1 4
Utami/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 5 4 1 4.5 3 4 -1 4
Puji/Sales 4 4 0 5 4 4 0 5 4 4 0 5 5 4 1 4.5 2 4 -2 3
55
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
56
Keterangan :
PK : Profile Karyawan
PJ : Profile Jabatan
P01 : Bersikap Aktif
P02 :Ketelitian dan tanggung jawab
P03 :Kehati-hatian
P04 : Membantu rekan
P05 : Pengendalian diri
Berdasarkan perhitungan GAP dan penetuan nilai bobot pada jabatan level
2 kriteria presatsi kerja pada tabel 13 diatas maka di peroleh hasil GAP dengan
angka 0, positive dan negative. Angka yang memiliki positive berarti karyawan
tersebut memiliki nilai yang melebihi dari standar nilai profile jabatan yang di
tetapkan sedangkan bila di peroleh hasil GAP negative maka karyawan tersebut
memiliki nilai standart di bawah dari profile jabatan yang di tetapkan . Pada jabatan
level 2 aspek sikap kerja ini memiliki kisaran angka GAP sebesar 1 sampai -2 angka
1 berarti nilai profile karyawan melebihi 1 level nilai standart profile jabatan,
sedangkan untuk nilai 0 berarti tidak ada selisih atau sesuai dengan standar nilai
profile jabatan yang di butuhkan. Pada perhitungan Gap pada jabatan level 2
memiliki perolehan nilai negative paling tinggi adalah -2 dan nilai positive paling
tinggi 1 berarti pada jabatan level 1 ini memiliki kinerja yang cukup bagus dimana
tidak ada karyawan yang memperoleh nilai GAP -4
Sedangkan pada penentuan nilai bobot pada jabatan level 1 ini memiliki
nilai tertinggi 5 dan nilai terendah adalah 3 . Bobot nilai angka 5 memiliki arti tidak
ada selisih atau sesuai dengan yang di butuhkan . Sedangkan bobot nilai angka 3
maksudnya adalah karyawan tersebut memiliki profile karyawan kurang 2 level
Setelah memperoleh hasil GAP kompetensi dan penentuan bobot maka langkah
berikutnya adalah pengelompokan dan perhitungan core factor, secondary factor
dan nilai total. Core factor merupakan sub faktor yang paling menonjol atau paling
dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja
optimal. Sedangkan secondary factor merupakan sub faktor yang tidak terlalu di
butuhkan oleh suatu jabatan.
Berdasarkan tabel 14 maka dapat di rumuskan nilai total kriteria disiplin jabatan
level 1 sebagai berikut :
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
Persentase untuk perhitungan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
seperti pada lampiran 10
Sedangkan untuk perhitungan core factor dan secondary factor dapat ditunjukkan
pada rumus sebagai berikut:
NCF =ΣNC
ΣIC
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NC : Jumlah total nilai core factor (aspek 1, aspek 2, aspek 3, dst.)
IC : Jumlah item core factor
Kriteria pertama yang di nilai dalam menghitung dan mengelompokan core factor
Terpilih nya D01 dan D02 sebagai core factor karena pada D01 yaitu
kemampuan dalam mendistribusikan barang dan D02 yaitu tanggung jawab dalam
pekerjaan nya sangat penting untuk jabatan level 1 karena sangat menentukan
keberhasilan perusahaan tersebut. Sedangkan D03 yaitu berpakaian rapi dan D04
yaitu hadir tepat waktu dianggap secondary factor karena dalam hal penilaian ke
dua factor tersebut hanya dianggap factor penunjang atau pendukung . Level 1 pada
aspek disiplin ini terdiri dari jabatan manager oprasional, Ka. gudang, supervisor,
fakturis, Ka. admin, Ka. kendaraan. Terpilih nya D01 dan D02 sebagai core factor
serta D03 dan D04 sebagai secondary factor di dapat dari informasi perusahaan dan
hasil perhitungan menggunakan metode AHP dengan perhitungan 80.32 % core
factor dan 19.68 % secondary factor sehingga dapat menghasilkan penentuan core
factor dan secondary factor lebih obyektif.
Berikut merupakan tabel nilai core factor , secondary factor dan nilai total aspek
disiplin :
Tabel 15. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Disiplin Level 1
59
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
60
Keterangan:
CF : Rata-rata dari D01 dan D02
SF : Rata-rata dari D03 dan D04
Nilai total aspek disiplin : (80.32%CF+19.68%SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 1 kriteria disiplin di atas terdapat persentase
perhitungan 80.32 % NCF dan 19.68 % NSF dimana pada jabatan level 1 ini core
factor nya memiliki persentase yang lebih tinggi karena dianggap lebih penting dan
utama bila di bandingkan dengan secondary factor yang hanya memiliki persentase
perhitungan 19.68 % hal tersebut di peroleh berdasarkan informasi dari pimpinan
perusahaan PT Dwi Abadi Farma semarang secara langsung serta perhitungan AHP
yang rumus perhitungan nya terdapat pada lampiran sehingga menghasilkan
pembagian presentase yang lebih obyektif.
Terpilih nya D01 dan D02 sebagai core factor dikarenakan pada D01 yaitu
kemampuan dalam mendistribusikan barang dan D02 yaitu tanggung jawab dalam
pekerjaan nya sangat penting untuk jabatan level 2 karena sangat menentukan
keberhasilan dalam pendistribusian obat ke konsumen. Sedangkan D03 yaitu
berpakaian rapi dan D04 yaitu hadir tepat waktu dianggap secondary factor karena
dalam hal penilaian ke dua factor tersebut dianggap sebagai factor penunjang.
Terpilih nya D01 dan D02 sebagai core factor serta D03 dan D04 sebagai secondary
factor di dapat dari informasi perusahaan dan hasil perhitungan menggunakan
metode AHP sehingga dapat menghasilkan penentuan core factor dan secondary
factor lebih obyektif. Berikut merupakan rumus perhitungan nilai core factor dan
secondary factor aspek disiplin Jabatan level 2 Aspek Disiplin ini terdiri dari
jabatan helper, sales, admin, supir.
Berdasarkan tabel 16 maka dapat di rumuskan nilai total Kriteria disiplin jabatan
level 2 sebagai berikut :
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
Persentase untuk perhitugan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
seperti pada lampiran 10
Berikut merupakan tabel hasil nilai core factor , secondary factor dan nilai total
kriteria disiplin jabatan level 2:
Tabel 17.Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Disiplin Level 2
Endang/Admin 5 5 5 5 5 5 5
62
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
63
Lanjutan Tabel 17 .Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Disiplin Level 2
Lukas/Sales 5 5 5 5 5 5 5
63
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
64
LanjutanTabel 17 .Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Disiplin Level 2
Hastuti/Sales 5 5 5 5 5 5 5
64
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
65
Keterangan:
CF : Rata-rata dari D01 dan D02
SF : Rata-rata dari D03 dan D04
Nilai total aspek disiplin : (70.11%CF+29.89%SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 2 Kriteria disiplin di atas terdapat
persentase perhitungan 70.11 % NCF dan 29.89 % NSF dimana pada jabatan level
2 aspek disiplin ini core factor nya memiliki persentase yang lebih tinggi karena
dianggap lebih penting dan utama bila di bandingkan dengan secondary factor yang
hanya memiliki persentase perhitungan sebesar 28.89 % . hal tersebut di peroleh
berdasarkan informasi dari pimpinan perusahaan PT Dwi Abadi Farma semarang
secara langsung serta perhitungan AHP yang rumus perhitungan nya terdapat pada
lampiran sehingga menghasilkan pembagian presentase yang lebih obyektif.
Setelah menghitung dan mengelompokan core factor dan secondary factor pada
aspek disiplin maka langkah berikut nya adalah menghitung dan mengelompokan
core factor dan secondary factor aspek sikap kerja sebagai berikut
Berdasarkan tabel 18 maka dapat di rumuskan nilai total kriteria sikap kerja
jabatan level 1 sebagai berikut :
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
Persentase untuk perhitugan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
seperti pada lampiran 10
Berikut merupakan hasil nilai core factor , secondary factor dan nilai total kriteria
sikap kerja level 1:
Tabel 19. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Sikap Kerja Level 1
67
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
68
Keterangan:
CF : Rata-rata dari SK02 dan SK03
SF : Rata-rata dari SK01, SK04 dan SK05
Nilai total aspek disiplin : (56.96%CF+43.04 %SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 1 di atas terdapat persentase
perhitungan 56.96 % NCF dan 43.04 % NSF dimana pada jabatan level 1 ini core
factor nya memiliki persentase yang lebih tinggi karena dianggap lebih penting dan
utama bila di bandingkan den hal tersebut di peroleh berdasarkan informasi dari
pimpinan perusahaan PT Dwi Abadi Farma semarang secara langsung serta
perhitungan AHP yang rumus perhitungan nya terdapat pada lampiran sehingga
menghasilkan pembagian presentase yang lebih obyektif
Terpilih nya SK02 dan SK03 sebagai core factor dikarenakan pada SK03
yaitu kehati-hatian , SK02 yaitu ketelitian dan tanggung jawab penting untuk
jabatan level 2 karena sangat menentukan keberhasilan perusahaan tersebut serta
penting dalam penilaian kinerja karyawan. Namun bila di bandingkan dengan
jabatan level 1 presentase di jabatan level 2 ini lebih kecil dikarena tingkat jabatan
dan tanggung jawab nya dalam perusahaan . Sedangkan SK01 yaitu bersikap aktif
dan SK04 yaitu membantu rekan serta SK05 yaitu pengendalian diri hanya di
gunakan sebagai bahan evaluasi karyawan untuk meningkatkan kinerja karyawan
dan dianggap secondary factor karena dalam hal penilaian ke dua factor tersebut
tidak terlalu di perhitungkan dan dianggap factor penunjang. Pembagian core dan
secondary tersebut di peroleh dari pimpinan perusahaan secara langsung serta
perhitungan menggunakan metode AHP sehingga dapat menghasil kan penentuan
lebih obyektif. .Jabatan level 2 Kriteria Prestasi Kerja. Level 2 pada aspek prestasi
kerja ini terdiri dari jabatan helper, sales, admin, supir.
memiliki bobot persentase diatas 20% . Berikut adalah persentase disiplin core
factor dan secondary factor .
Berdasarkan tabel 20 maka dapat di rumuskan nilai total kriteria sikap kerja
jabatan level 2 sebagai berikut :
Nilai Total = (57.23%CF+42.77SF)
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
Persentase untuk perhitugan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
seperti pada lampiran 10
Berikut merupakan hasil core factor , secondary factor dan niali total kriteria sikap
kerja level 2:
Tabel 21. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Sikap Kerja Level 2
Bambang/Kendaraan 5 5 5 5 5 5 5 5
70
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
71
LanjutanTable 21. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Sikap Kerja Level 2
HELPER
71
72
Lanjutan Table 21. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Sikap Kerja Level 2
72
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
73
Keterangan:
CF : Rata-rata dari SK02 dan SK03
SF : Rata-rata dari SK01, SK04 dan SK05
Nilai total aspek disiplin : (57.23%CF+42.77SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 2 di atas terdapatpersentase perhitungan
57.23 % NCF dan 42.77 % NSF dimana pada jabatan level 2 ini core factor nya
memiliki persentase yang lebih tinggi karena dianggap lebih penting dan utama bila
di bandingkan dengan secondary factor yang hanya memiliki persentase
perhitungan 42.77 % . hal tersebut di peroleh berdasarkan informasi dari pimpinan
perusahaan PT Dwi Abadi Farma semarang secara langsung serta perhitungan AHP
yang rumus perhitungan nya terdapat pada lampiran sehingga menghasilkan
pembagian presentase yang lebih obyektif
Setelah menghitung dan mengelompokan core factor dan secondary factor pada
aspek sikap kerja maka langkah berikut nya adalah menghitung dan
mengelompokan core factor dan secondary factor kriteria prestasi kerja sebagai
berikut
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
Persentase untuk perhitugan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
Berikut merupakan hasil core factor , secondary factor dan nilai totalkriteria prestasi kerja level 1:
Tabel 23. Hasil Nilai Core Factor ,Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja Level 1
Saputra/Supervisor 4 4 4 4 4 4 4 4
Stefanus/Supervisor 5 3 4 4 4 4 4 4
Thomas/Supervisor 5 4 3 4 5 3 4 4
75
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
76
Keterangan:
CF : Rata-rata dari P01 , P02 dan P03
SF : Rata-rata dari P04 dan P05
Nilai total aspek disiplin : (85.97%CF+14.03SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 1 di atas terdapat persentase
perhitungan sebesar 85.97 % NCF dan 14.03 % NSF dimana pada jabatan level 1
ini core factor nya memiliki presentase yang lebih tinggi karena dianggap lebih
penting dan utama bila di bandingkan dengan secondary factor yang hanya
memiliki persentase perhitungan 14.03% . Perolehan persentase angka 85.97 % di
karena kan menggambarkan tingkat kepentingan core factor tersebut lebih tinggi
bila di bandingkan dengan secondary factor dan juga bila dibandingkan dengan
jabatan level 2. Perolehan presentase angka tersebut di peroleh dari informasi
pimpinan perusaahaan dengan menggunakan perhitungan AHP sehingga
menghasilkan presentase angka yang lebih obyektif .
Terpilih nya P01, P02 dan P03 sebagai core factor dikarenakan pada P01
yaitu bekrja dengan SOP , P02 yaitu menyelesaikan tugas standar rata-rata dan P03
yaitu melakukan pembelajaran terhadap proses penting untuk jabatan level 2 karena
sangat menentukan keberhasilan perusahaan tersebut serta penting dalam penilaian
kinerja karyawan. Namun bila di bandingkan dengan jabatan level 1 presentase di
jabatan level 2 ini presentase nya lebih kecil P04 yaitu perbaikan untuk kinerja
yang optimal hanya di gunakan sebagai bahan evaluasi karyawan untuk
meningkatkan kinerja karyawan dan dianggap secondary factor karena dalam hal
penilaian ke dua factor tersebut tidak terlalu di perhitungkan dan dianggap factor
penunjang. Pembagian tersebut di peroleh dari pimpinan perusahaan secara
langsung dan perhitungan menggunakan metode AHP seperti yang terdapat pada
lampiran sehingga menghasilkan pembagian core dan secondary lebih obyektif.
Jabatan level 2 Kriteria Prestasi Kerja. Level 2 pada kriteria prestasi kerja ini terdiri
dari jabatan helper, sales, admin, supir.
Berdasarkan tabel 24 maka dapat di rumuskan nilai total aspek prestasi kerja
Keterangan :
Persentase untuk perhitugan NCF dan NSF di dapat dari hasil perhitungan AHP
Berikut merupakan hasil core factor , secondary factor dan nilai total kriteria
Tabel 25. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja Level 2
Tommy/Kendaraan 4 4 4 4 4 4 4 4
78
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
79
Lanjutan Tabel 25. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja Level 2
Helper
79
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
80
Lanjutan Tabel 25. Hasil Nilai Core Factor , Secondary Factor Dan Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja Level 2
80
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
81
Keterangan:
CF : Rata-rata dari P02 dan P03
SF : Rata-rata dari P01 , P04 dan P05
Nilai total aspek disiplin : (85.97%CF+14.03SF)
Pada rumus nilai total jabatan level 2 di atas terdapatpersentase perhitungan
75.85 % NCF dan 24.13 % NSF dimana pada jabatan level 2 ini core factor nya
memiliki persentase yang lebih tinggi karena dianggap lebih penting dan utama bila
di bandingkan dengan secondary factor yang hanya memiliki persentase
perhitungan 24.13 % . Namun presentase kepetingan nya tidak sebesar core factor
jabatan level 1 Perolehan persentase angka tersebut di peroleh dari informasi
pimpinan Perolehan persentase angka 75.85 % di karena kan menggambarkan
tingkat kepentingan core factor tersebut lebih tinggi bila di bandingkan dengan
secondary factor dan juga bila dibandingkan dengan jabatan level 2. Perolehan
presentase angka tersebut di peroleh dari informasi pimpinan perusaahaan dengan
menggunakan perhitungan AHP sehingga menghasilkan presentase angka yang
lebih obyektifperusaahaan.
Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang dapat
1. Jabatan level 1 ini terdiri dari jabatan manager oprational, ka. gudang,
supervisor, fakturis, ka. admin, ka. kendaraan.
Keterangan :
HA : Hasil Akhir
N1 : Nilai Total Kriteria Disiplin
N2 : Nilai Total Kriteria Sikap Kerja
N3 : Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja
(X)% : Nilai persen rumus hasil akhir (total 100%)
Pada perhitungan hasil akhir tiap aspek pada jabatan level 1 ini memiliki
persentase perhitungan sebagai berikut nilai disiplin sebesar 47.86 % , nilai sikap
kerja sebasar 47.56 % , nilai prestasi kerja sebesar 4.58 % Persentase perhitungan
hasil akhir tiap aspek diatas di dasari dari hasil wawancara dengan pimpinan
perusahaan dengan menggunakan perhitungan dengan metode AHP sehingga
menghasilkan pembagian presentase yang lebih obyektif. Sehingga dapat di peroleh
presentase perhitungan seperti pada rumus di atas.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi ranking tiap aspek pada karyawan PT Dwi
Abadi Farma Semarang.
Tabel 27.Rekapitulasi Skor Total Dan Rangking Tiap Kriteria Pada Karyawan PT. Dwi Abadi Farma
83
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
84
Maka dari hasil perhitungan hasil rangking jabatan level 1 diatas dapat di
ambil sebuah keputusan bahwa terdapat 5 orang karyawan berprestasi dengan
perolehan nilai tertinggi yaitu Harry Kristianto ranking 1 dengan skor 4.61, Denny
F ranking 2 dengan skor 4.51. Andre Gunardi ranking 3 dengan skor 4.50,Deviana
ranking 4 dengan skor 4.38 dan Yudi Lesmana ranking 5 dengan skor 4,3. Maka
lima orang dengan ranking tertinggi tersebut dapat di rekomendasikan menjadi
karyawan berprestasi untuk mendapat penghargaan berupa kenaikan jabatan, bonus
perbulan nya dari perusahaan atas kinerja yang di lakukan nya
2. Jabatan level 2 menghitung hasil akhir Level 2 pada mengitung hasil akhir ini
terdiri dari jabatan helper, sales, admin, supir.
Berikut merupakan hasil perhitungan persentase bobot tiap kriteria dengan metode
AHP seperti pada lampiran 10
Disiplin 47.86 %
Keterangan :
HA : Hasil Akhir
N1 : Nilai Total Kriteria Disiplin
N2 : Nilai Total Kriteria Sikap Kerja
N3 : Nilai Total Kriteria Prestasi Kerja
(X)% : Nilai persen rumus hasil akhir (total 100%)
Pada perhitungan hasil akhir tiap aspek pada jabatan level 1 ini memiliki
persentase perhitungan sebagai berikut nilai disiplin sebesar 47.86 % , nilai sikap
kerja sebasar 47.56 % , nilai prestasi kerja sebesar 4.58 % Persentase perhitungan
hasil akhir tiap aspek diatas di dasari dari hasil wawancara dengan pimpinan
perusahaan dengan menggunakan perhitungan dengan metode AHP sehingga
menghasilkan pembagian persentase yang lebih obyektif. Sehingga dapat di peroleh
presentase perhitungan seperti pada rumus di atas.
Tabel 29. Rekapitulasi Skor Total Tiap Kriteria Pada Karyawan PT. Dwi Abadi Farma
86
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
87
Lanjutan Tabel 29. Rekapitulasi Skor Total Dan Rangking Tiap Kriteria Pada Karyawan PT. Dwi Abadi Farma
87
88
Lanjutan Tabel 29. Rekapitulasi Skor Total Dan Rangking Tiap Kriteria Pada Karyawan PT. Dwi Abadi Farma
88
Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata
89
B. PEMBAHASAN
Maka dari hasil perhitungan hasil rangking jabatan level 1 diatas dapat di
ambil sebuah keputusan bahwa terdapat 5 orang karyawan berprestasi.
Pengambilan 5 orang karyawan berprestasi ini karena berdasrkan ketetapan
perusahaan dengan maksud agar karyawan yang belum masuk 5 besar pada bulan
ini dapat termotivasi agar dapat masuk ke 5 besar tersebut sehingga dapat
memunculkan kompetisi antar karyawan.5 orang karyawan berprestasi dengan
perolehan nilai tertinggi yaitu Harry Kristianto ranking 1 dengan skor 4.61, Denny
F ranking 2 dengan skor 4.51. Andre Gunardi ranking 3 dengan skor 4.50,Deviana
ranking 4 dengan skor 4.38 dan Yudi Lesmana ranking 5 dengan skor 4,3. Maka
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2.Pada jabatan level 1 didapatkan rumus perhitungan hasil akhir sebagai berikut
HA = 47.86 % N1 + 47.56 % N2 + 4.58 % N3. Perolehan nilai N1 atau nilai disiplin
dari 80.32% NCF +19.68 % NSF begitu juga pada N2 (nilai sikap kerja) di dapatkan
dari 56.96%NCF+43.04%NSF dan N3 (nilai prestasi kerja) di dapatkan dari
85.97%NCF+14.03%NSF. Sedangkan untuk perolehan nilai NCF kriteria disiplin
di peroleh dari rata-rata D01 dan D02 , dan untuk NSF di peroleh dari rata-rata D03
dan D04. Untuk kriteria sikap kerja NCF di peroleh dari rata-rata SK02 dan SK03
sedangkan NSF sikap kerja di peroleh dari rata-rata SK01 , SK04 dan SK05. Untuk
kriteria prestasi kerja NCF di peroleh dari rata-rata P01 , P02 dan P03 sedangkan
NSF nya di peroleh dari rata-rata P04 dan P05
3. Pada jabatan level 2 di dapatkan rumus perhitungan hasil akhir sebagai berikut
HA = 47.86 % N1 + 47.56 % N2 + 4.58 % N3. Perolehan nilai N1 atau
nilai disiplin dari 70.11% NCF + 29.89% NSF begitu juga pada N2 (nilai sikap
kerja) di dapatkan dari 57.23%NCF+42.77%NSF dan N3 (nilai prestasi kerja).
di dapatkan dari 67.35%NCF+32.65%NSF Sedangkan untuk perolehan nilai
NCF kriteria disiplin di peroleh dari rata-rata D01 dan D02 , dan untuk NSF di
peroleh dari rata-rata D03 dan D04. Untuk kriteria sikap kerja NCF di peroleh
dari rata-rata SK02 dan SK03 sedangkan NSF sikap kerja di peroleh dari rata-
rata SK01 , SK04 dan SK05. Untuk kriteria prestasi kerja NCF di peroleh dari
rata-rata P02 dan P03 sedangkan NSF nya di peroleh dari rata-rata P01 , P04
dan P05
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti kepada pihak perusahaan terkait
DAFTAR PUSTAKA