Anda di halaman 1dari 132

PENGARUH KEHADIRAN TAHLIL TERHADAP KETENANGAN

JIWA JAMAAH ZIARAH MALAM JUMAT KLIWON MAKAM


SYEKH WOTGALEH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

Hadziq Mahmud Indrawan

9334 100 16

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ILMU DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2023

i
Halaman Persetujuan

PENGARUH KEHADIRAN TAHLIL TERHADAP KETENANGAN


JIWA JAMAAH ZIARAH MALAM JUMAT KLIWON MAKAM
SYEKH WOTGALEH YOGYAKARTA

HADZIQ MAHMUD INDRAWAN


NIM.9334.100.16

Disetujui Oleh:

Pembimbing I pembimbing II

(Dr. A. Halil Thahir. M. HI) (Nur Aziz Afandi, S. Psi, M. Si)


NIP. 19711121200501100 NIP. 197908252008121001

ii
NOTA DINAS
Kediri, 2023
Nomor :
Lampiran : 4 (empat) berkas
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada
Yth, Bapak Ketua Institut
Agama Islam Negri (IAIN) Kediri
Di
Jl. Sunan Ampel 07- Ngeronggo
Kediri
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Memenuhi Perintah Bapak Ketua untuk membimbing
penyususnan skripsi mahasisiwa tersebut di bawah ini:
Nama : HADZIQ MAHMUD INDRAWAN
NIM : 9334.100.16
Judul : Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan
Jiwa Jamaah Ziaroh Malam Jumat Kliwon Makam
Syekh Wotgaleh Yogyakarta.
Setelah diperbaiki materi dan susunannya, kami
berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat sebagai
kelangkapan ujian akhir Sarjana Strata Satu (S-1). Bersama ini
kami melampirkan berkas naskah skripsinya, dengan harapan dapat
segera diujikan dalam sidang Munaqosah.
Demikian agar maklum dan atas kesediaan Bapak kami
ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. A. Halil Thahir. M.HI) (Nur Aziz Afandi, S. Psi M. Si)


NIP. 19711121200501100 NIP. 197908252008121001

iii
NOTA PEMBIMBING

Nomor : Kediri, 2023


Lampiran :-
Hal : Penyerahan Skripsi

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Kediri
di
Jl. Sunan Ampel 07-Ngronggo
Kediri

Assalamu‟alaikum Wr, Wb
Memenuhi permintaan Dekan untuk membimbing penyusunan skripsi
mahasiswa tersebut di bawa ini:
Nama : Hadziq Mahmud Indrawan
Nim : 933410016
Judul : Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa
Jamaah Ziarah Malam Jumat Kliwon Makam Syekh
Wotgaleh Yogyakarta.

Setelah diperbaiki materi dan susunannya dengan beberapa petunjuk dan


tuntunan yang telah diberikan dalam Sidang Munaqosah yang dilaksanakan, kami
dapat menerima dan menyetujui hasil perbaikannya.
Demikian agar maklum dan atas kesediaan Bapak kami ucapkan
terimakasih.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. A. Halil Thahir, M. HI) (Nur Aziz Afandi, S. Psi, M. Psi)


NIP. 19711121200501100 NIP. 197908252008121001

iv
MOTTO

~Syekh Syarafuddin Yahya Al-Imrithi

‫ َو ُك ُّل َم ْن لَـْم َيْع َت ِقْد َلـْم َي ْنَت ِفْع‬# ‫ِاِذ ْالَف َت ى َح ْس َب اْع ِتـَق اِدِه ُر ِفع‬

"Ketinggian derajat Seorang pemuda tergantung pada keyakinannya. Setiap orang yang
tidak mempunyai keyakinan, maka ia tidak akan ada gunanya"

(Nadhom Imrithi Bait Ke-16).

v
PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa cinta dan kasih, kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

a. Kedua orang tua (Abah dan ibu), serta adek-adek yang selama ini berjuang
dari tenaga, doa, perhatian, dan kasih sayang yang tiada habisnya sampai
kapanpun.
b. Ayah dan ummi yang tiada hentinya mendukung, memberi semangat, serta
mendoakan hal-hal baik bagi saya.
c. Terkhusus untuk seorang wanita yang sangat istimewa (Well), atas segala
perhatian, kasih sayang dan support believe system yang telah diberikan
kepada saya.
d. Segenap dosen IAIN Kediri yang sudah membantu kami dalam memberikan
keilmuan demi bekal masa depan, terkhusus kepada yang terhormat dosen
pembimbing skripsi Bapak Dr. A. Halil Thahir, M. HI dan bapak Nur Aziz
Afandi, M. Psi yang telah dengan telaten membimbing serta memberikan
segenap waktunya yang sangat berharga.
e. Teruntuk keluarga besar Juru kunci makam yang telah berkenan membantu
dan menyediakan tempat untuk penelitian saya.
f. Pakdhe Zulfa Farid yang sudah menginvestasikan waktu, kendaraan, serta sara
prasana dalam membantu saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
g. Sahabat, sedulur alumni pondok yang tak pernah capek memotivasi untuk
terus berjuang dan pantang menyerah.
h. Seluruh angkatan Psikologi tahun 2016 yang selalu memberikan pengalaman
berharga.
i. Dan seluruh orang yang diam-diam menyayangi dan mendoakan saya selama
ini.

vi
ABSTRAK

HADZIQ MAHMUD INDRAWAN, 2023. Pengaruh Kehadiran


Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa Jamaah Ziarah Malam Jumat Kliwon
Makam Syekh Wotgaleh Yogyakarta, Skripsi, Psikologi Islam, Fakultas
Ushuluddin, IAIN Kediri. Pembimbing (1) Dr. A. Halil Thahir, M. HI (2)
Nur Aziz Afandi, M. Psi
Kata Kunci: Kehadiran Tahlil, Ketenangan Jiwa

Makam Syekh Wotgaleh merupakan suatu tempat yang disakralkan


oleh masyarakat Yogyakarta, tempat yang diyakini dapat mendatangkan
ketenangan jiwa. Nama Wotgaleh sendiri berasal dari bahasa jawa yaitu
“wot ing penggalih”, yang artinya “jembatan hati menuju ketenteraman”.
Tempat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan karena
mengharap barokah doa dan karomah dari Syekh Wotgaleh. Syekh
Wotgaleh bernamakan asli Syekh Purbaya, julukan Wotgaleh didapatkan
pada semasa beliau masih hidup banyak orang yang datang kepada beliau
untuk meminta sebuah wejangan terhadap permasalahan hidup, namun
banyak dari mereka yang datang tidak mengetahui nama aslinya, dan
akhirnya dikenal sebagai Syekh Wotgaleh. Semua manusia tentunya
mempunyai permasalahan hidupnya masing-masing, dalam setiap
pemecahan sebuah masalah manusia membutuhkan sebuah ketenangan,
terutama ketenangan jiwa. Makam Syekh Wotgaleh akan ramai dikunjungi
oleh para peziarah ketika masuk malam jumat kliwon. Oleh karena itu,
adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana tingkat
kehadiran jamaah tahlil ziarah makam syekh Wotgaleh pada malam Jumat
Kliwon, 2) Bagaimana tingkat ketenangan jiwa jamaah ziarah makam
syekh Wotgaleh pada malam Jumat Kliwon, dan 3) Adakah pengaruh
kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa jamaah ziarah makam pada
malam Jumat Kliwon.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik populasi atau sering disebut dengan
sampling, dari pengambilan sampel peneliti mendapat 48 subjek.
Penelitian ini menggunakan analisis uji regresi sederhana untuk
menjelaskan tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,
kemudian hasil diolah menggunakan aplikasi software SPSS 29.0 for
windows.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu 1) Tingkat
kehadiran tahlil dapat di ketahui bahwa peziarah dengan kategori
kehadiran tahlil rendah berjumlah 5 peziarah dengan presentase 10%,
kemudian peziarah dengan kategori sedang berjumlah 36 peziarah
dengan presentase 75%, dan kategori tinggi berjumlah 7 peziarah dengan
presentase 15%. 2) Tingkat ketenangan jiwa para peziarah dapat

vii
diketahui bahwa peziarah dengan kategori ketenangan jiwa rendah
berjumlah 3 peziarah dengan presentase 6%, kemudian peziarah dengan
kategori sedang berjumlah 35 peziarah dengan presentase 73%, dan
kategori tinggi berjumlah 10 peziarah dengan presentase 21%. 3)
Berdasarkan data statistik pengambilan keputusan dalam uji regresi
sederhana antara kedua variabel memperoleh hasil nilai uji t diketahui
nilai thitung 6.292 > 0.284 ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel X (kehadiran tahlil) berpengaruh terhadap variabel Y
(ketenangan jiwa).

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi dengan baik. Sholawat serta

salam semoga tetap terlimpahkan kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW

yang dengan syafaatnya menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman

Islamiah.

Adanya karya ini tidak akan lepas dari kontribusi beberapa pihak yang

sudah terlibat di dalamnya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

ingin mengucapkan rasa terimakasih sebanyak-banyaknya meskipun hal tersebut

terasa tidak cukup mewakili apa yang sudah mereka berikan. Namun izinkan

penulis mengabadikannya dalam tulisan sebagai rasa hormat kepada:

a. Rektor IAIN dan Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Kediri beserta staf, atas

segala kebijaksanaan, perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi.

b. Bapak Dr. A. Halil Thahir, M.H dan Bapak Nur Aziz Afandi, M.Psi selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan waktu berharganya dalam

memberikan bimbingan, arahan dan dorongan sehingga penyusunan skripsi ini

bisa terselesaikan.

c. Keluarga besar, terkasih dan terhormat ayah ibu yang selama ini memberikan

kasih sayang, doa terbaiknya, motivasi, serta mengajariku untuk selalu

semangat dan sabar dalam menjalani setiap proses-proses dalam memahami

ix
apa arti kehidupan. Terimakasih untuk semua yang menyayangiku, tidak ada

kebaikan selain saling berdo’a baik untuk lingkungan terdekat kita.

d. Kepada segenap Juru Kunci Makam Syekh Wotgaleh yang sudah berkenan

menerima penulis untuk melaksanakan penelitian.

e. Semua sahabat dan pihak yang turut serta dalam penyelesaian tugas akhir ini

baik moral maupun materi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak mendapat pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja

yang membacanya. Amiin.

Kediri, 15 Juni 2023

Penulis

Hadziq Mahmud Indrawan


NIM.9334.100.16

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii

NOTA DINAS.................................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING....................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vi

ABSTRAK.......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR........................................................................................ ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 14
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 14
E. Hipotesis Penelitian............................................................................ 15
E. Telaah Pustaka.................................................................................... 16

BAB II: LANDASAN TEORI............................................................................ 21

A. Ketenangan Jiwa................................................................................ 21
1. Pengertian Ketengan Jiwa............................................................. 21
2. Faktor-Faktor Ketenangan Jiwa ................................................... 25
3. Aspek-Aspek Ketenangan Jiwa..................................................... 27

xi
B. Kehadiran Tahlil................................................................................. 30
1. Aspek Kehadiran Tahlil................................................................ 33
2. Faktor Kehadiran Tahlil................................................................ 35
C. Pengertian Tahlil................................................................................ 38
D. Peziarah.............................................................................................. 40
1. Pengertian Peziarah....................................................................... 41
2. Makam Syekh Wotgaleh............................................................... 43
3. Manfaat dan Keutamaan Berziarah............................................... 44

BAB III: METODE PENELITIAN.................................................................... 45

A. Rancangan Penelitian......................................................................... 45
B. Populasi dan Sampel........................................................................... 46
C. Tehnik Pengumpulan Data................................................................. 48
D. Instrumen Penelitian........................................................................... 48

BAB IV: HASIL PENELITIAN......................................................................... 56

A. Deskripsi Objek Penelitian................................................................. 56


B. Deskriptif Data................................................................................... 58
C. Validasi Instrumen.............................................................................. 66
D. Uji Asumsi Dasar............................................................................... 76
E. Uji Hipotesis....................................................................................... 79

BAB V: PEMBAHASAN................................................................................... 83

A. Bagaimana Tingkat Kehadiran Tahlil Jamaah Ziarah....................... 83


B. Bagaimana Tingkat Ketenangan Jiwa Jamaah Ziarah...................... 85
C. Adakah Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa..... 87

BAB VI: PENUTUP........................................................................................... 93

A. Kesimpulan......................................................................................... 93
B. Saran .................................................................................................. 95

xii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 97

LAMPIRAN........................................................................................................ 106

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS.......................................................... 115

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL: 3.1 Blue Print Skala Ketenangan Jiwa................................................. 50

TABEL: 3.2 Blue Print Skala Kehadiran Tahlil................................................. 52

TABEL: 4.1 Distribusi Data Demografis............................................................ 59

TABEL: 4.2 Deskriptif Data Statistik................................................................. 59

TABEL: 4.3 Pedoman Kriteria Kategori Data.................................................... 60

TABEL: 4.4 Hasil Kategori Variabel Ketenangan Jiwa..................................... 60

TABEL: 4.5 Hasil Frekuensi Kategori Ketenangan Jiwa................................... 61

TABEL: 4.7 Gambaran Ketenangan Jiwa Berdasarkan Aspek.......................... 62

TABEL: 4.8 Hasil Kategori Variabel Kehadiran Tahlil..................................... 63

TABEL: 4.9 Hasil Frekuensi Kategori Kehadiran Tahlil................................... 64

TABEL: 4.11 Gambaran Ketenangan Jiwa Berdasarkan Aspek........................ 65

TABEL: 4.12 Hasil Uji Validitas Kusioner Ketenangan Jiwa............................ 67

TABEL: 4.13 Hasil Uji Validitas Aitem Ketenangan Jiwa................................ 69

TABEL: 4.14 Hasil Uji Validitas Kusioner Kehadiran Tahlil............................ 71

TABEL: 4.15 Hasil Uji Validitas Aitem Kehadiran Tahlil................................. 72

TABEL: 4.16 Hasil Uji Reliabelitas Kusioner Ketenangan Jiwa....................... 74

TABEL: 4.17 Hasil Uji Reliabelitas Kusioner Kehadiran Tahlil.......................75

TABEL: 4.18 Hasil Uji Normalitas.................................................................... 76

TABEL: 4.19 Hasil Uji Linieritas Anova Table.................................................. 78

xiv
TABEL: 4.20 Hasil Variable Entered/Removed................................................. 79

TABEL: 4.21 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana.............................................. 80

TABEL: 4.22 Hasil Output R square Koefisien Model Summary...................... 81

TABEL: 4.23 Hasil Output Anova Table F hitung dan nilai Signifkan.............. 82

DAFTAR GAMBAR

xv
Halaman

GAMBAR 1. Diagram Pie Ketenangan Jiwa................................................... 62

GAMBAR 2. Diagram Pie Kehadiran Tahlil................................................... 65

LAMPIRAN PENELITIAN

xvi
Lampiran Angket Penelitian............................................................................. 105

Lampiran Hasil Data Kusioner Ketenangan Jiwa............................................. 109

Lampiran Hasil Data Kusioner Kehadiran Tahlil............................................. 111

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju masa modern sekarang, berkaitan erat dengan persaingan untuk

mewujudkan kenyamanan dan ketentraman dalam hidup. Bahkan tak jarang

persaingan tersebut, memunculkan sifat individualistis, egoistis, dan

materialistis dalam kepribadian seseorang. Hal ini berdampak terhadap

kegelisahan, depresi, stress, dan kecemasan. Melihat kenyataan yang tidak

sesuai dengan harapan, maka akan menimbulkan sebuah perasaan kecewa

yang mana berakibat buruk pada ketenangan serta gangguan mental atau

kejiwaan.1

Menurut Finkelor, semakin maju masyarakat semakin banyak

kompleksitas hidup yang dijalaninya, maka semakin sukarlah orang mencapai

ketenangan hidup.2 Kebutuhan hidup yang meningkat serta kesenjangan sosial

menimbulkan ketegangan emosi yang menuntut seseorang mencari

ketenangan dan penyelesaian persoalan kehidupannya. 3 Sehingga pada era

modern saat ini tentunya kebutuhan akan ketenangan jiwa seseorang sangat di

perlukan untuk menfilterisasi akibat buruk yang di peroleh dari persaingan

hidup.

1
Haryanto S., Psikologi Shalat: Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2002), hlm. 19.
2
Dorothy C. Finkelor, Bagaimana Emosi Berperan dalam Hidup Anda, Kebencian, Kecintaan dan
Ketakutan Kita, (Yogyakarta: Zenit Publister, 2004), hlm. 3-4.
3
Ibid, hlm. 4-5.

1
2

Menurut Hasan Langgulung sebagimana dikutip Ahmad Asmuni

dalam artikelnya, Jiwa dalam konteks psikologi lebih dihubungkan dengan

tingkah laku, sehingga yang dimaksud dengan ilmu jiwa adalah ilmu tentang

tingkah laku. Karena suatu ilmu itu harus logis dan empiris, sedangkan jiwa

itu sendiri tidak dapat diselidiki secara empiris maka dari itu yang diselidiki

dalam psikologi adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-

gejala dari jiwa, atau tingkah laku manusia itu telah menggambarkan sisi

kejiwaannya. Teori-teori psikologi, baik Psikoanalisa (yang menempatkan

keinginan bawah sadar sebagai penggerak tingkah laku), teori behaviorisme

(yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya

menghadapi lingkungan sebagai stimulus), maupun teori humanisme (yang

memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kemauan baik dalam

merespon lingkungan), semua memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada

di belakang tingkah laku.4

Menurut Al-Ghazali, jiwa adalah suatu zat atau substansi (jauhar) yang

berdiri dengan sendirinya dan bukan suatu keadaan atau aksiden (‘ardh),

sehingga ia ada pada dirinya sendirinya. Munculnya kekuatan jiwa itu berawal

dari dorongan semangat lalu berubah menjadi tindakan.5

Ketenangan jiwa dapat diperoleh melalui hal-hal yang mendekatkan

diri kepada Allah SWT, seperti: media dzikir, beribadah, dan berdoa. Dzikir

merupakan sikap batin yang biasanya diungkap melalui ucapan tahlil (Lā
4
Ahmad Asmuni, “Dzikir dan ketenangan jiwa”, Propetic, Vol. 1, No.1 (November 2018), hlm.
40.
5
Al-Ghazali, Mi’rāj al-Sālikīn, terj. Fathur Rahman, Tangga Pendakian bagi Para Hamba yang
Hendak Merambah Jalan Allah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hlm. 65.
3

Ilāha IllalLāh, artinya tiada tuhan selain Allah), tasbih (subhanallah artinya

Maha Suci Allah), tahmid (Alhamdulillah artinya segala puji bagi Allah) dan

takbir (Allahu Akbar artinya Allah Maha Besar).6 Dalam fenomena yang ada,

ketenangan jiwa yang didapatkan oleh para jamaah tahlil tergambarkan

melalui raut wajah, ekpresi, dan tingkah laku para jamaah tahlil yang telah

mengikuti ziarah makam malam jumat kliwon dengan kondisi fisik yang

sehat, wajah yang berseri, raut wajah yang bahagia dan tingkah laku yang

terlihat baik dan tenang.

Kebersihan dan kejernihan hati atau jiwa dapat diperoleh dengan

berdzikir (menyebut dan mengingat) Allah yang menenteramkan dan

mendamaikan hati orang yang bertaqwa. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa taqwa adalah pintu zikir, sedangkan zikir adalah pintu kasyf

(terbukanya hati) kepada Allah.7 Ada empat tahapan berurut yang membentuk

niat atau bisikan hati (jiwa) untuk melakukan suatu pekerjaan. Pertama,

timbulnya goresan hati atau lintasan pikiran sesaat. Kedua, timbulnya

kecenderungan, kehendak hati atau kata lain (haditsun-nafsi). Ketiga,

timbulnya perintah hati. Keempat, adanya tekad, niat dan maksud kuat untuk

mengerjakannya.8 Bila jiwa seseorang dalam kondisi tenang dan mampu

menyingkirkan kegaulannya dalam menentang kehendak syahwatnya, maka

6
Ristiadi Ardi Ardani, Psikologi Islam, cet. ke-1, (Jakarta: Malang Press, 2008), hal.332.
7
Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin, (Beirut: Dār al-Kutūb al-Islāmiyyah, t.t.), hlm. 28.
8
Ibid., hlm. 86.
4

yang demikian menurut Al-Ghazali dinamakan jiwa yang tenang (al-

muthmainnah).9 Hal ini juga didasarkan atas firman Allah berikut.10

‫ٰۤي َاَّيُتَها الَّنۡف ُس اۡل ُم ۡط َم ِٕٮَّنُة اۡر ِج ِع ۤۡى ِاٰل ى َر ِّبِك َر اِضَيًة َّم ۡر ِض َّيًة‬

Artinya: Wahai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati

yang ridha dan diridhai-Nya.

Apabila jiwa belum dapat hidup tenang, tapi sudah berupaya menolak

nafsu syahwatnya, maka jiwa seperti itu menurut Al-Ghazali disebut jiwa al-

lawwamah. Namun bila tidak berupaya menentang dan bahkan tunduk kepada

syahwatnya atau tunduk kepada dorongan-dorongan syaitan, maka jiwa yang

demikian itu dinamakan jiwa al-ammarah yang selalu mengajak kepada

keburukan.11 Dalam buku Tazkiyatun an-Nufus yang dikarang oleh tiga Imam

besar yaitu Imam Al-Ghazali, Ibnu Rajab al-Hambali, dan Ibnu Qayyim al-

Jauziyah, yang dialih bahasakan oleh Nabhani Idris dengan judul Pembersih

Jiwa, disebutkan bahwa tanda-tanda jiwa yang sehat antara lain:

1. Bahwa pemiliknya seakan-akan telah meninggalkan dunia menuju

alam akhirat, dan di alam akhirat tersebut ia menetap seolah-olah ia

telah menjadi sebagian dari penduduk keluarga akhirat.

2. Bahwa pemiliknya ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid

(bacaan rutin berupa zikir, atau Al-Qur’an), atau ia tidak sempat dan

9
Al-Ghazali, Raudhah al-Thālibin wa ’Umdah al-Sālikīn dan Minhāj al-‘Ārifin, terj. Masyhur
Abadi dan Hasan Abrori, Mihrab Kaum Arifin Apresiasi Sufistik untuk Para Salikin, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2002), hlm. 62.
10
Al-Fajr (89): 27-28:
11
Ibid, hlm.63.
5

ketinggalan dalam melaksanakan sesuatu ibadah, maka ia merasa

sakit, gelisah, dan kecewa seperti seseorang apabila kehilangan

hartanya.

3. Bahwa seseorang yang rindu untuk mengkhidmat dan berbakti kepada

Allah sebagaimana rindu dan mengharapnya seorang lapar kepada

makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz dalam hal ini melukiskan:

“Barang siapa yang riang dan gembira dengan sebab berkhidmat

(beribadah) kepada Allah, maka akan senanglah kepadanya segala

makhluk. Dan barang siapa yang merasa tentram dan sejuk hatinya

dekat dengan Allah, maka sejuk dan tentramlah setiap pandangan

manusia bila melihat dia”.

4. Bahwa seseorang yang cita-cita dan perhatiannya hanya tertuju

kepada satu hal, yaitu beribadah kepada Allah. Ia memelihara waktu

seefisien mungkin, takut kalau waktunya hilang percuma, dengan rasa

takut yang betul-betul melebih takutnya seseorang terhadap hilangnya

hartanya.

5. Apabila ia masuk shalat, hilanglah seluruh pikiran dan segala urusan

dunia, ketentraman, dan nikmat kesenangan ibadah dengan penuh

kegembiraan. Yang ia temui dalam shalatnya hanyalah kedamaian,

ketentraman, dan nikmat kesenangan ibadah dengan penuh

kegembiraan hati.
6

6. Adanya perhatian dan upaya seseorang untuk memperbaiki dan

meluruskan amal dan niat berbakti serta beribadah adalah jauh lebih

besar daripada amal itu sendiri.12

Adapun keterangan diatas diperkuat dengan dilakukannya wawancara

kepada jamaah tahlil ziarah makam syekh wotgaleh, wawancara tersebut

menghasilkan sebuah hasil sebagai berikut: “mereka yang diwawancarai

menyatakan bahwa tahlil ziarah makam sesuai dengan apa yang telah

dicontohkan Rosululloh sebagai sarana dzikir, berdo’a, mendekatkan diri

kepada Allah SWT, dan juga mengingatkan mereka kepada kematian. Ada

pula yang menyatakan bahwa berziarah juga mendatangkan ketenangan jiwa,

karena lafadz dzikir Lā Ilāha IllalLāh mengingatkan akan keagungan Allah,

tidak ada Tuhan yang hak untuk disembah melainkan Allah”. Ketenangan jiwa

yang mereka dapatkan bermacam-macam, seperti: hati merasa lebih tenang,

banyak bersyukur dan berpasrah diri, lebih sabar dalam menghadapi ujian

yang datang, lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan, ketenangan

dalam berfikir, dan merasakan kehidupan yang lebih tentram.

Imam Al-Ghozali mengatakan bahwa ketenangan jiwa yang

sesungguhnya diperoleh dari ibadah dan hubungan seorang individu kepada

sang pencipta.13 Salah satu bentuk dzikir untuk mendapatkan ketenangan jiwa

adalah tahlil yang mempunyai arti (Lā Ilāha IllalLāh). Sebagaiamana yang

telah diajarkan oleh tokoh besar Aswaja yaitu Hadrotus Syekh Hasyim
12
Al-Ghazali dkk, Tazkiyatun an-Nufūs, terj. Nabhani Idris, Pembersih Jiwa, (Bandung: Penerbit
Pustaka, 1990), hlm. 24-27.
13
Rahmat Ilyas, “Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah Pemikiran Al-Ghazali”, Jurnal Dakwah dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan, Vol. 8, No. 1, (2017), 98-99.
7

Asy’ari, dalam buku karangan beliau yaitu Ahlusunnah Wal Jamaah, beliau

menerangkan bahwa tahlil adalah sebuah dzkir amaliyah yang didalam

terdapat lafadz-lafadz pujian yang diajarkan oleh Rosululloh kepada umatnya,

lafadz tersebut dibaca dengan tujuan meraih ridho dan ampunan dari Allah

SWT.14

Ketenangan jiwa yang diperoleh para jamaah tahlil terpancarkan

melalui wajah mereka yang berseri-seri, saling bersalam-salaman, tegur sapa

senyum sesama jamaah, saling berkomunikasi dengan baik, dan bertutur kata

lembut. Hal tersebut terlihat setelah acara tahlil malam jumat kliwon selesai

dan para jamaah keluar dari makam sembari mengambil nasi berkat yang

disediakan oleh juru kunci dan tentunya sudah didoakan sewaktu acara. Para

jamaah saling bercengkrama ria, bertegur sapa saling menjalin hubungan

silaturahim yang baik di serambi masjid sambil menikmati hidangan nasi

berkat yang disuguhkan setelah acara dzikir tahlil malam jumat kliwon selesai.

Dari sinilah peneliti dapat melihat gambaran ketenangan jiwa yang didapatkan

oleh para jamaah setelah menghadiri tahlil ziarah di makam syekh Wogaleh

Yogyakarta.

Maka tidak heran jika setiap memasuki malam jumat kliwon banyak

peziarah yang hadir guna mengikuti acara rutin tahlil malam jumat kliwon di

makam syekh Wotgaleh tersebut, mereka yang hadir mengikuti tahlil dalam

acara tersebut menyatakan bahwa ingin mendapat barokah doa serta

14
Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, “Risalah Ahlissunnah wal Jamaah fi Hadits al-Mawta wa
Asyrat al-Saa’ah wa Bayani Mafhumi al-Sunnah wal Bid’ah”. (Jombang: Maktabah At-Turats Al-
Islamy 1418 H) hlm. 07-08.
8

ketenangan jiwa. Kehadiran tahlil merupakan sebuah keterlibatan para jamaah

yang berkaitan dengan keadaan lahiriyah pada saat melaksanakan kegiatan

dzikir tahlil, hadir secara fisik, jiwa, dan fikiran yang sadar tanpa adanya

paksaan. Tahlil dalam konteks penelitian ini dilakukan di makam Syekh

Wotgaleh Yogyakarta, sebuah makam yang dianggap oleh masyarakat dan

peziarah dapat mendatangkan ketenangan jiwa dalam hidup mereka. 15

Akhmad Sudrajat berpendapat bahwa kehadiran seseorang yakni hadir dan

ikut serta baik secara mental maupun fisik.16 Sejalan dengan pemikiran

Akhmad Sudrajat, Ali Imron berpendapat bahwa kehadiran diartikan sebagai

kegiatan hadir dan ikut serta siswa di sekolah, baik secara fisik maupun

mental, pada aktivitas sekolah khususnya pada waktu-waktu efektif sekolah.

Sebaliknya, menurut Imron, ketidakhadiran adalah tidak adanya partisipasi

fisik oleh siswa pada kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.17

Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Nashâihul ‘Ibâd menuturkan

ada 4 (empat) macam motivasi orang melakukan ziarah kubur: 18 Pertama,

ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat mati dan akhirat. Ziarah dengan

motivasi ini bisa hanya dengan melihat kuburan atau komplek pemakaman

saja tanpa harus tahu siapa yang bersemayam di dalam kuburan. Tidak harus

kuburan orang muslim, bahkan kuburan orang kafir sekalipun bisa menjadi

15
Bapak Syawwal, “hasil wawancara”, Juru kunci Makam Syekh Wotgaleh, 21 November 2021.
16
Akhmad Sudrajat. “Konsep Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Pendidikan”.
Http://Akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses pada 17 Februari 2022.
17
Ali Imron, “Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah”, Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan,
(UIN Malang, 2004).
18
https://islam.nu.or.id/jenazah/empat-motivasi-ziarah-kubur-menurut-syekh-nawawi-banten,
kitab: Nashâihul ‘Ibâd. Diakses pada 20 agustus 2021.
9

sarana untuk menjadikan seorang muslim mengingat kematian dan kehidupan

akhirat yang pada saatnya nanti akan ia lakukan.

Kedua, ziarah kubur dengan tujuan untuk mendoakan orang yang ada

di dalam kuburan. Menurut Syekh Nawawi ziarah dengan tujuan ini

disunahkan bagi setiap orang muslim. Tentunya kuburan yang dikunjungi juga

kuburan yang di dalamnya bersemayam jenazah orang muslim, pun tidak

harus kuburan keluarga sendiri. Di Indonesia ada beberapa daerah yang

memiliki budaya di mana pada waktu-waktu tertentu biasanya menjelang

puasa Ramadhan masyarakat kampung berkumpul di satu komplek

pemakaman untuk bersama-sama mendo’akan ahli kubur yang ada di komplek

tersebut, baik ahli kubur itu keluarga sendiri maupun orang lain. Kegiatan

semacam ini lazim disebut dengan nyadran.

Ketiga, ziarah kubur dengan motivasi untuk tabarruk atau

mendapatkan keberkahan. Ziarah dengan tujuan ini disunahkan dengan

mengunjungi kuburnya orang-orang yang dikenal baik pada waktu hidupnya.

Ziarah dengan motivasi ini juga sangat sering dilakukan oleh masyarakat

muslim di Indonesia khususnya warga Nahdliyin. Pada waktu-waktu tertentu

mereka secara berombongan berziarah ke makam para wali dan para kiai yang

dipandang memiliki kedekatan dengan Allah dan berjasa dalam berdakwah

menebarkan agama Islam di masyarakat.

Keempat, ziarah kubur dengan motivasi untuk memenuhi hak ahli

kubur yang diziarahi, seperti ziarah ke makam orang tua. Di daerah tertentu
10

ada budaya di mana setiap hari Jumat Kliwon, atau di sore hari Kamis

sebelum Jumat Kliwon masyarakat menziarahi makam orang tuanya. Ini

dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak bagi orang tuanya. Meski

mendoakan orang tua bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja namun

dengan menziarahi kuburnya di waktu tertentu diharapkan akan menjadikan si

anak akan selalu ingat dan tidak dengan mudah melupakan akan jasa orang

tua. Maka tidak heran jika dikalangan masyarakat muslim, para arwah

waliyullah maupun alim ulama dipercayai juga ikut mendoakan hajat atau

keinginan orang yang berdoa di makam, atau yang akrab disebut sebagai do’a

biddo’a (saling mendoakan). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa doa para

orang alim lebih cepat terkabulkan, karena dekat dengan Allah. 19 Oleh karena

itu para makam alim ulama yang dianggap memiliki barokah semasa hidupya

akan memberikan keberkatan apabila berziarah di makamnya, dan memunajat

doa sebagaimana hajat yang dimiliki akan cepat terkabul karena tempat yang

diyakini kramat serta dipercayai hajat tersebut akan di bantu oleh ulama atau

auliya yang meninggal kepada Allah SWT supaya cepat terkabulkan.20

Pelaksanaan tahlil ziarah makam terdapat hari yang diyakini dapat

mempercepat terkabulnya doa bahkan mendatangkan ketenangan jiwa pada

diri jamaah. Hari yang di anggap spesial tersebut adalah hari malam Jumat

Kliwon. Dimana pada malam tersebut diyakini oleh masyarakat dan para

jamaah sebagai malam yang barokah, hal ini berlandaskan dengan sabda Nabi

Muhammad SAW:
19
Ibid.
20
Dikutip dari wawancara dengan juru kunci makam sykeh purbaya I
11

‫ َو ُك ِتَب َبًّر ا‬، ‫َم ْن َز اَر َقْبَر َأَبَو ْيِه َأْو َأَح َدُهَم ا ِفْي ُك ِّل ُج ُم َعٍة ُغَفَر َلُه‬

Artinya: “Barangsiapa menziarahi kuburan kedua orang tuanya atau

salah satunya setiap Jumat, maka dia diampuni dosanya dan dicatat sebagai

anak yang berbakti.” (HR. Thabarani). 21

Hadis diatas dijadikan dasar oleh para ulama mengenai kesunnahan

menziarahi kuburan orang tua kita di malam dan hari Jumat. Malam jumat

sendiri merupakan “Sayyidul Ayyam” (Rajanya Hari), maka tak heran jika

memasuki malam jumat kliwon jumlah pengunjung yang datang untuk

melaksanakan tahlil tentunya lebih banyak di bandingkan hari-hari biasanya.

Proses pelaksaan tahlil di makam Wotgaleh dipimpin oleh seorang imam lalu

diikuti oleh para jamaah tahlil, selama tahlil berlangsung para jamaah

mengikuti acara dengan khusu’, hal tersebut dapat dilihat dari kekompakan

para jamaah membaca kalimat-kalimat dzikir dan tahlil di area makam

Wotgaleh.

Suasana di makam terasa sangat tenang dan menyejukkan hati,

lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an serta dzikir amaliyah tahlil yang dibaca

secara bersama-sama memperlihatkan kekhusukan jamaah yang hadir,

disinilah para jamaah menyatakan mendapatkan ketenangan jiwa. setelah

proses pembacaan tahlil selesai, selanjutnya ditutup dengan do’a yang

dipimpin oleh imam tahlil. Kemudian para jamaah diizinkan untuk berdo’a

masing-masing kepada Allah SWT. Didalam pelaksanaan tahlil juga terdapat

21
Habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf, “Taqrirat Sadidah”, Tarim, Republik
Yaman, Dar al-‘Ilm wa al-Da’wah, 2003, hlm. 157
12

sebuah makanan dan minuman yang telah dido’akan, makanan dan minuman

tersebut akan dibagikan kepada jamaah tahlil untuk dimakan setelah tahlil dan

do’a selesai, hal tersebut diyakini oleh seluruh jamaah bahwa makanan

tersebut membawa barokah dan sebagai pelengkap untuk mendapat

ketenangan jiwa.

Makam syekh Wotgaleh adalah sebuah makam keramat yang diakui

oleh lingkup masyarakat Yogyakarta, nama Wotgaleh sebenarnya adalah nama

masjid Sulthoni Wotgaleh, yang mana didalamnya terdapat makam-makam

kerajaan mataram. Wotgaleh sendiri berasal dari kata “wot ing penggalih”,

yang artinya jembatan hati menuju ketenteraman. Tempat ini seringkali

dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan karena tempat ini adalah sebuah

tempat yang diyakini sakral. Banyak jamaah tahlil yang mengatakan bahwa

setelah melakukan ziarah, hati mereka terasa tenang, nyaman, dan tentram. 22

Sebagaimana dalam penelitian ini mengenai salah satu tradisi tahlil di

makam Wotgaleh Yogyakarta yang diyakini masyarakat setempat dan para

jamaah mendatangkan ketenangan jiwa, pelaksanaan tahlil pada hari Jumat

Kliwon yang digelar oleh para sesepuh dan juru kunci makam kemudian

dihadiri oleh seluruh jamaah, mereka yang hadir mengakui mendapat

ketenangan jiwa serta hajat mereka cepat terkabul setelah mengikuti acara

dzikir tahlil ziarah makam Syekh Wotgaleh. Dari fenomena penelitian

kehadiran dzikir tahlil di makam syekh Wotgaleh yang digelar pada malam

jumat kliwon yang diyakini mendatangkan ketenangan jiwa dan menjadi


22
Yohanes Maria, dkk, “Gerakan Rakyat Wotgaleh”, Jurnal Penelitian, No. 23, (November 2008),
hlm. 105.
13

tradisi dikalangan peziarah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih dalam kepada jamaah tahlil mengenai ketenangan jiwa yang mereka

dapatkan setelah menghadiri acara tahlil malam jumat kliwon tersebut.

Berdasarkan hasil mini wawancara diatas maka judul yang terkait oleh

keunikan dari permasalahan tersebut adalah “Pengaruh Kehadiran Tahlil

Terhadap Ketenangan Jiwa Jamaah Ziarah Malam Jumat Kliwon Makam

Syekh Wotgaleh Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang masalah, maka penelitia

ini memunculkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kehadiran jamaah tahlil ziarah makam syekh

Wotgaleh pada malam Jumat Kliwon?

2. Bagaimana tingkat ketenangan jiwa jamaah ziarah makam syekh

Wotgaleh pada malam Jumat Kliwon?

3. Adakah pengaruh kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa jamaah

ziarah makam pada malam Jumat Kliwon?


14

C. Tujuan Masalah

Merujuik pada rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

memiliki tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui kehadiran jamaah tahlil ziarah makam syekh

Wotgaleh pada malam Jumat Kliwon.

2. Untuk mengetahui tingkat ketenangan jiwa jamaah ziarah makam

syekh Wotgaleh pada malam Jumat Kliwon.

3. Untuk mengetahui pengaruh kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa

jamaah ziarah makam pada malam Jumat Kliwon.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah khasanah keilmuan Psikologi khususnya Psikologi

Agama mengenai Kehadiran Tahlil terhadap Ketenangan Jiwa jamaah.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Subjek

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi subjek untuk

memahami bagaimana tingkat ketenangan jiwanya yang selanjutkan berguna

untuk dipertahankan atau ditingkatkan.

b. Bagi para pembaca dan masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan masyarakat sebagai rujukan tentang

ketenangan jiwa para peziarah kubur sehingga menambah kesadaran bahwa


15

terdapat berbagai macam upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan ketenangan jiwa salah satunya melalui dzikir tahlil. Mereka akan

lebih mengerti dampak positif dari kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa.

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi umat beragama dan

khususnya para pembaca agar dapat mengerti makna kehadiran tahlil yang

sesungguhnya, serta mengenal arti ketenangan jiwa yang didapat oleh para

jamaah ziarah makam.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dibuat sebagai bahan rujukan guna peneliti

berikutnya untuk melakukan penelitian yang sama dengan metode, subjek,

yang sama atau berbeda agar menambah variasi temuan tentang ketenangan

jiwa dan atau kehadiran tahlil.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yaitu jawaban sementara akan permasalahan dalam


23
penelitian yang hendak dilakukan hingga seluruh data terkumpul. Pada

penelitian ini, terdapat dua dugaan sementara yang digunakan oleh peneliti

sebagai acuan sebelum data yang diperoleh terkumpul dan terbukti.

Ha: Terdapat pengaruh antara kehadiran tahlil dengan ketenangan jiwa

jamaah malam jum’at kliwon.

Ho: Tidak terdapat pengaruh antara kehadiran tahlil dengan ketenangan

jiwa jamaah malam jum’at kliwon.


23
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
62.
16

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan uraian sistematis mengenai hasil-hasil

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan tema penulis, diantaranya:

Pertama, Skripsi dari David Amnur yang berjudul “Zikir dan

Pengaruhnya Terhadap Ketenangan Jiwa Menurut AL-Qur’an.” (Tahun 2010).

Membahas tentang pengaruh suatu zikir terhadap ketenangan jiwa para

pembacanya. Hasil dari penelitian ini adalah dzikir yang dilakukan

berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Adapun persamaan penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang, yaitu: pertama, variabel kajian yang

dilakukan berkaitan dengan ketenangan jiwa. Sedangkan perbedaannya yaitu:

pertama, subjek penelitian terdahulu adalah pasien yang terkena gangguan

jiwa. Kedua, tempat penelitian terdahulu terletak di Pekanbaru, sedangkan

penelitian sekarang berada di Yogyakarta. Ketiga, metodologi penelitiannya

menggunakan perpustakaan (library research), berbeda dengan metodologi

penelitian yang akan dilakukan adalah kuantitaif. Selain itu penelitian

terdahulu meneliti mengenai metode zikir dipercayai apabila

melaksanakannya dengan khusyu’ maka akan memberikan rasa ketenangan

dalam jiwa. Adapun zikir dalam pembahasannya dapat dijadikan juga sebagai

metode terapi untuk mengobati rasa stress dan gangguan kegelisahan pada

umumnya. Sehingga akan menemukan titik rasa kenikmatan dalam berdzikir.

Penelitian tersebut juga dikaitkan dengan tafsiran Al-Qur’an yang bertujuan

agar tidak semata-mata tanpa adanya landasan dalam pembahasannnya.


17

Kedua, Skripsi Ayu Efita Sari yang berjudul “Pengaruh Ketenangan

Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan

Trenggalek.” (Pada tahun 2015). Dalam penelitian ini membahas tentang

bagaimana dzikir dapat mempengaruhi ketenangan jiwa manusia, disebutkan

juga bahwa media dzikir sebagai salah satu sarana untuk terapi agama

terhadap berbagai kondisi kehidupan masyarakat yang banyak mengalami

kegoncangan hidupnya, seperti: frustasi, kecewa, bahkan melakukan

perbuatan nekat untuk bunuh diri. Hasil dari penelitian ini memiliki korelasi

yang signifikan, terbukti dari besarnya prosentase ketengan jiwa sebesar 6,5%.

Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, yaitu:

pertama, variabel kajian yang dilakukan berkaitan dengan ketenangan jiwa.

Kedua, saling menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan

perbedaannya yaitu: pertama, subjek penelitian terdahulu adalah jamaah

majlisul dzakin, sedangkan penelitian sekarang adalah masyarakat umum.

Kedua, tempat penelitianterdahulu terletak di Trenggalek, sedangkan

penelitian sekarang di Yogyakarta.

Ketiga, Skripsi Ilmu Sosial yang ditulis dan dilakukan oleh Fauziyati

‘Alimah dengan judul “Pengaruh kegiatan Ziarah Kubur Terhadap

Ketenangan Jiwa Santri Kelas XII Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-

Anwar Paculgowang Jombang” pada tahun 2020. Penelitian ini membahas

mengenai pengaruh suau kegiatan ziarah kubur terhadap ketenangan jiwa

santri kelas XII Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-Anwar Paculgowang

Jombang. Hasil penelitian menunjukkan nilai Sig. adalah 0,011, yang mana
18

0,011 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dalam penelitian ini

menghasilkan sebuah hasil pengaruh ziarah kubur terhadap ketenangan jiwa

adalah sebesar 27,1%, sementara sisanya yaitu 72,9% dipengaruhi oleh faktor

lain diluar penelitian. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian sekarang, yaitu: pertama, variabel yang dikaji menggunakan

ketenangan jiwa. Kedua, menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Sedangkan perbedaannya yaitu: pertama, subjek penelitian tedahulu adalah

para santri, sedangkan subjek penelitian yang akan dilakukan adalah

masyarakat umum. Kedua, varibel penelitian terdahulu menggunakan kegiatan

ziarah kubur, sedangkan penelitian sekarang adalah keiktsertaan tahlil. Ketiga,

tempat penelitian pada penelitian terdahulu berada di Jombang dan penelitian

yang akan dilakukan berada di Yogyakarta. Selain itu perbedaan lagi terhadap

isi dari penelitian yaitu, penelitian terdahulu mencakup mengenai aktivitas

ziarah kubur yang dilakukan, doa dan dzikir yang dilantunkan. Tentunya

dalam kalangan madrasah pondok pesantren tentunya memiliki aturan dalam

ziarah wali serta doa dan dzikir yang dipanjatkan mengandung kaidah-kaidah

yang diajarkan oleh para guru dan kiyai di pondok pesantren. Sedangkan

dalam penelitian yang akan dilakukan aktivitas ziarah hanya dilakukan ketika

hari malam jumat kliwon saja, selain itu doa dan dzikir juga berbeda tentunya,

karena melihat konteks kajian pondok pesantren dengan masyarakat umum.

Keempat, Jurnal Riset Agama yang ditulis dan dilakukan oleh

Mursyid, Dkk dengan judul “Pengaruh Zikir Lazimah Terhadap Ketenangan

Jiwa Para Santri Yang Terkena Stress.” Hasil penelitian menunjukan bahwa
19

zikir Lazimah berpengaruh terhadap kesehatan jiwa santri, yang dibuktikan

melalui santri yang mengalami stress dan kemudian dilanjutkan untuk

mengamalkan suatu zikir Lazimah. Adapun persamaan penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang, yaitu: pertama, variabel kajian yang dilakukan

berkaitan dengan ketenangan jiwa. Kedua, menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu: pertama, subjek penelitian

penelitian terdahulu adalah santri, sedangkan penelitian sekarang adalah

masyarakat umum. Kedua, tempat penelitian terdaulu terletak di Garut,

sedangkan penelitan sekarang terletak di Yogyakarta.

Kelima, Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam yang ditulis dan

dilakukan oleh Masnida, Dkk dengan judul “Pengaruh Aktivitas Ziarah Kubur

Terhadap Ketenangan Jiwa Dalam Menghafal Al-Quran Santri Tahfidz

Asrama Al-Mujahidin Pondok Pesantren Darussalam Blokagung

Banyuwangi.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ziarah kubur

berpengaruh signifikan terhadap ketenangan jiwa dalam menghafal Al-Qur’an

santri tahfidz asrama Al Mujahidin Pondok Pesantren Darussalam Blokagung

Banyuwangi. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang, yaitu: pertama, variabel yang dikaji menggunakan ketenangan jiwa.

Kedua, menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaannya

yaitu: pertama, subjek penelitian tedahulu adalah para santri, sedangkan

subjek penelitian yang akan dilakukan adalah masyarakat umum. Kedua, pada

penelitian ini terdapat volume dan nomor penelitian, sedangkan di. Ketiga,
20

tempat penelitian pada penelitian terdahulu berada di Banyuwangi dan

penelitian yang akan dilakukan berada di Yogyakarta.


BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini pembahasan utama adalah tentang teori Kehadiran

Tahlil dan Ketenangan Jiwa. Akan tetapi selain membahas teori penting dalam

penelitian ini, peneliti juga mencantumkan hipotesis penelitian yang

merupakan salah satu pokok dalam sebuah penelitian.

A. Ketenangan Jiwa

1. Pengertian ketenangan jiwa

Menurut bahasa, ketenangan jiwa berasal dari kata ketenangan dan

jiwa. Asal kata ketenangan adalah tenang yang berarti diam tidak berubah-

ubah, tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman, dan tentram

(perasaan hati; keadaannya). Ketika mendapat imbuhan ke-an, menjadi kata

ketenangan, yang memiliki arti hal atau keadaan tenang hati, batin dan

pikiran24. Dalam istilah psikologi, jiwa adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat

(abtsrak) pernyataan-pernyataan yang hanya bisa dipelajari dalam

hubungannya yang tampak dengan tubuh, atau gejala-gejala jiwa yang hanya

nampak sebagai sesuatu yang misterius. Namun apakah benar jiwa itu sudah

ada dalam diri manusia.25

24
Aplikasi Android, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V.
25
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Membangun Citra Berfikir dan Merasa), (Malang
Jakarta Timur: Madani Press Wisma Kalemero, 2014) hlm.1.

21
22

Menurut Al-Ghozali mengatakan bahwa jiwa adalah suatu yang halus

dari manusia, yang mengetahui dan merasa. Jiwa diibaratkan dengan raja,

ketika raja itu berlaku adil, maka adilah semua kekuatan yang ada dalam tubuh

manusia26. Sehingga ketenangan jiwa juga dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain, masyarakat dan

lingkungan serta dengan lingkungan dimana pun berada. Sehingga orang dapat

menguasai faktor dalam hidupnya dan menghindarkan tekanan-tekanan yang

membawa kepada frustasi.

Robert Frager yang mengatakan bahwa ketenangan jiwa itu terdiri dari

jiwa mineral (ruh maddani), jiwa nabati ( ruh nabati), jiwa hewani (ruh

heywani),jiwa pribadi (nafsani), jiwa insani (hati spiritual), jiwa rahasia

(kesadaranbatiniah), jiwa maha rahasia (sir al-asrar). 27 Selanjutnya frager

mengatakan bahwa jiwa memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam

keseimbangan jiwa, jika kita hanya memperhatikan sebagain dari jiwa dan

mengabaikan sebagain lainnya, maka kita akan kehilangan keseimbangan.28

Menurut pandangan Zakiah Daradjat ketenangan jiwa adalah bentuk

keharmonisan yang benar-benar antara faktor jiwa, serta memiliki

kesanggupan untuk menghadapi masalah-masalah yang biasa terjadi dan dapat

merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya 29. Menurut

26
Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qolbi Terj. Ismail Yakub. Jilid 4 (Jakarta: Tirta
Mas 1984) hlm. 3
27
Franger robert, Psikologi Sufi (Jakarta: Serambi, 1999) hlm. 89.
28
Rober Frager, Obrolan Sufi (Jakarta: Zaman, 2014) hlm 1.
29
Muhammad Mawangir, ―Zakiah Daradjat Dan Pemikirannya Tentang Peran Pendidikan Islam
Dalam Kesehatan Mental, Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena
Agama 16, no. 2 (2015): 53–65.
23

Zakiah Daradjat agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan

terhadap sesuatu yang diyakini bahwa lebih tinggi daripada manusia30.

Zakiah Daradjat, membuat batasan-batasan dalam pengertian

kesehatan mental, antara lain: terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan,

mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi berbagai masalah dan

keguncangan jiwa, adanya keserasian fungsi jiwa, merasa dirinya berharga,

berguna, dan bahagia, serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki 31.

Sementara itu, tanda-tanda jiwa yang sehat antara lain:

1) Seakan-akan telah meninggalkan dunia untuk menuju ke alam

akhirat.

2) Jika tidak melaksanakan ibadah, akan merasa gelisah.

3) Rindu berkhidmat dan berbakti kepada Allah, seperti seseorang

yang kelaparan mengharapkan makanan.

4) Memelihara waktu seefisien mungkin untuk hal lain diluar ibadah,

dengan tujuan memperbanyak waktu ibadah.

5) Merasa gembira ketika masuk waktu sholat, dan segala urusan

dunia akan hilang dari pikirannya. Berupaya untuk selalu

meluruskan niat dan amal.32

Zakiah daradjat memasuki aspek agama, keimanan dan ketaqwaan

sebagai salah satu aspek yang sangat urgen dalam pembentukan jiwa yang

30
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta, Pt, Bulan Bintang, 2005), h. 10
31
Zakiah Daradjat, ISLAM dan Kesehatan Mental, 9
32
Rahmat Ilyas, “Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah Pemikiran Al-Ghazali”, Jurnal Dakwah Dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan, vol. 8, no. 1, 2017, 98-99.
24

sehat, karena beliau melihat bahwa agama memiliki peranan yang sangat

substansial dalam kehidupan manusia, di samping agama itu merupakan

kebutuhan bagi manusia.33 Sehingga agama yang menjadi pokok penting

dalam kehidupan manusia akan memberikan dampak yang signifikan bagi

kehidupan. Adapun memberikan ketenangan jiwa bagi umat manusia

beragama.34

St. Hafi Anshori mengatakan bahwa manusia memang membutuhkan

suatu insitusi yang menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam

kehidupan moral dan sosial, dan agama dapat berfungsi sebagai institusi

semacam itu, melainkan juga pada tujuan yang bersifat moral dan sosial.

Motivasi beragama yang mereka lahirkan lewat tingkah laku keagamaanya

tidak lain merupakan keberadaan agama sebagai sarana untuk menjaga

kesusilaan dan tata tertib dalam masyarakat.35

Ketenangan jiwa yang diperoleh para peziarah makam setelah

melakukan dzikir tahlil terpancarkan melalui wajah mereka yang berseri-seri,

saling bersalam-salaman, tegur sapa senyum sesama jamaah, saling

berkomunikasi dengan baik, dan bertutur kata lembut. Hal tersebut terlihat

setelah acara tahlil malam jumat kliwon selesai dan para jamaah keluar dari

makam sembari mengambil nasi berkat yang disediakan oleh juru kunci dan

tentunya sudah didoakan sewaktu acara. Para jamaah saling bercengkrama ria,

bertegur sapa saling menjalin hubungan silaturahim yang baik di serambi


33
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental dalam Pendidikan dan Pengajaran, IAIN (Jakarta: Ruhana
1978), hlm 62.
34
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta, Pt, Bulan Bintang, 2005), h. 10
35
Ibid, h. 227
25

masjid sambil menikmati hidangan nasi berkat yang disuguhkan setelah acara

dzikir tahlil malam jumat kliwon selesai. Dari sinilah peneliti dapat melihat

gambaran ketenangan jiwa yang didapatkan oleh para jamaah setelah

menghadiri tahlil ziarah di makam syekh Wogaleh Yogyakarta.

Jadi kesimpulan dari ketenangan jiwa adalah suatu kondisi ketika

seseorang tidak memiliki beban dalam hidupnya serta dapat beraktivitas

dengan perasaan bahagia. Jadi jiwa yang ada pada diri manusia merupakan

sebuah inti dari kehidupan, inti tersebut yang mengatur segala perilaku dan

tindakan manusia. apabila inti tersebut baik dan tenang, maka kehidupan yang

dijalani oleh manusia akan baik dan tentram. Ketenangan jiwa sendiri dapat

diperoleh dengan cara melaksanakan ibadah, seperti berdzikir kepada Allah

SWT. Orang yang mempunyai ketenangan jiwa itu bisa dilihat melalui tingkah

laku dan sifatnya, antara lain yaitu : syukur, sabar, takut siksa, cinta Allah, rela

akan hukuman Allah, pasrah dan mengharapkan pahala dari Allah SWT.

2. Faktor-faktor Ketenangan Jiwa

Menurut Zakiah Daradjat ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketenangan jiwa di mana orang yang ingin mencapai ketenangan jiwa harus

memenuhi beberapa faktor tersebut antara lain36:

a. Faktor agama

36
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. cet. IV, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), hlm. 52
26

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur

dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadap tiap-tiap masalah.

Dengan demikian, di dalam agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di

dalamnya terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia. Dan juga ada

perintah yang harus ditaati karena di dalamnya ada kebaikan bagi orang yang

melakukan. Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara

benar, di dalam hatinya tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa

yakin bahwa keimanan dan ketaqwaannya itu akan membawa kelegaan dan

ketenangan batinnya. Pelaksanaan agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-

hari dapat membentengi orang dari rasa gelisah dan takut. Diantara dari

berbagai macam ibadah yang ada yaitu shalat secara psikologis semakin

banyak shalat dan menggantungkan harapan kepada Allah SWT maka akan

tenteramlah hati, karena dalam shalat itu sendiri mengandung psiko-religius

(kekuatan rohaniah) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa

optimisme sehingga memiliki semangat untuk masa depan. Daripada itu

tujuan utama dari shalat adalah ingin beraudiensi, mendekatkan diri dengan

Allah supaya terciptalah kebahagiaan dan ketenangan hidupnya.

b. Terpenuhinya Kebutuhan Manusia

Ketenangan dalam hati dapat dirasakan apabila kebutuhan kebutuhan

manusia baik yang bersifat fisik maupun psikis terpenuhi. Apabila kebutuhan

tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan kegelisahan dalam jiwa yang

akan berdampak pada terganggunya ketenangan hidup.


27

Jadi ketenangan jiwa memiliki beberapa factor yaitu: faktor agama,

bagaimana hubungan individu dengan sang pencipta. Jika hubungan dengan

sang pencipta baik maka hidupnya akan terasa tenang. Maksudnya adalah

dalam kehidupan yang dia jalani tidak akan merasakan kesusahan, hatinya

tidak merasa gelisah sedikitpun, hal itu dikarenakan semua hidupnya

dipasrahkan kepada Allah SWT. Kedua, kebutuhannya terpenuhi, manusia

tentnya memiliki kebutuhan hidup jika semua kebutuhannya terpenuhi maka

tidak aka nada rasa kegelisahan yang menyelimuti. Maksud dari kebutuhan

yang terpenuhi adalah perlunya menerapkan rasa bersyukur kepada apa yang

telah diperoleh dari hasil kerja keras, selian itu mensyukuri hal tersebut adalah

sebuah rizqi yang diberikan Allah kepada kita. Apabila kita pintar dalam

bersyukur maka kehidupan yang dijalani akan terasa tercukupi, alhasil hati

tidak ada rasa gelisah dan kehidupan terasa tentram.

3. Aspek ketenangan jiwa

Menurut Zakiah Daradjat mengenai kesehatan mental adalah

terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta

mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa

terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya 37.

Aspek-aspek dalam ketenangan jiwa menurut Imam Al-Ghozali yaitu antara

lain38 :

a. Memiliki rasa sabar.


37
Zakiyah daradjat. Kesehatan Mental. (Jakarta: GunungAgung.1982) hlm. 13
38
Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qolbi Terj. Ismail Yakub. Jilid 4 (Jakarta: Tirta
Mas 1984) hlm. 4
28

Ketenangan jiwa dapat melahirkan rasa sabar ketika menghadapi

persoalan dalam kehidupan seperti meredam emosi, menahan diri dari perilaku

buruk dsb.

b. Optimis

Optimis adalah harapan yang kuat. Harapan tersebut ditujukan pada

segala sesuatu yang akan dihadapi di dalam kehidupan. Sikap optimis akan

membuat seseorang berpikir bahkan masalah akan teratasi dengan baik.

Meskipun orang tersebut sedang tidak dalam kondisi yang baik. Berkat sikap

optimis, semua akan dirasa mudah untuk dijalani.39

c. Memiliki rasa Syukur

Seseorang yang memperoleh ketenangan jiwa, akan memberikan rasa

senantiasa bersyukur atas segala keadaan dan ketentuan di dalam hidupnya.

d. Dekat dengan Allah SWT

Seseorang yang dekat dengan Allah SWT akan memeiliki ciri-ciri

sebagai berikut: hidupnya akan merasa tenang, tidak gila akan pujian. Aspek

ketenangan jiwa tersebut bisa didapatkan melalui hal-hal yang mendekatkan

diri kepada Allah SWT, seperti: media dzikir, beribadah, dan berdoa.

Tentunya bukan hanya sekedar dzikir, ibadah, dan doa pada umumnya, namun

harus disertrai dengan niat hati yang besar. Berniat menyerahkan,

mengikhlaskan semua urusan kepada Allah dan sebagai hamba kita hanya

39
https://www.gramedia.com
29

perlu berikhtiar, bersabar, dan berdo’a. Imam Al-Ghozali mengakatan bahwa

ketenangan jiwa yang sesungguhnya diperoleh dari ibadah dan hubungan

seorang individu kepada sang pencipta.40

Jadi aspek ketenangan jiwa adalah tanda-tanda yang dimiliki oleh

seseorang dalam hidupnya yang tenang. Aspek ketenangan jiwa dapat

tercermin melalui perilaku yang ditampakkan oleh individu, biasa orang yang

mempunyai ketenangan jiwa yang tinggi pasti memiliki sifat sabar, rasa

bersyukur yang besar, tenang dalam menghadapi masalah. Hal tersebut seperti

yang sudah dijelaskan oleh imam Al-Ghozali diatas.

B. Kehadiran Tahlil

Keihadiran berasal dari kata hadir yang mendapatkan imbuhan kata ke

dan an, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kata

kehadiran yakni perihal hadir, atau dalam kata lain kehadiran memiliki makna

apapun yang berkenaan dengan hadir.41 Kehadiran jamaah tahlil sama halnya

dengan mengabsolutkan diri secara sadar dalam acara tahlil, melibatkan

kondisi fisik, dan mental. Menurut Derrida kehadiran pertama-tama

mengabsolutkan indentitas-diri (the absolute proximity of self-indentity).

Menurut Jean-Paul Sartre, teori kehadiran atau "existentialisme"

merupakan pandangan filsafat yang menekankan kebebasan individu,

tanggung jawab pribadi, dan pentingnya keberadaan manusia dalam dunia

40
Rahmat Ilyas, “Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah Pemikiran Al-Ghazali”, Jurnal Dakwah Dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan, vol. 8, no. 1, 2017, 98-99.
41
MLA: “kamus “. KBBI Daring. Diambil tanggal 14 Juli 2022, dari https://kbbi.web.id/hadir%20.
30

yang tidak memiliki makna inheren atau tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Sartre berpendapat bahwa manusia tidak memiliki esensi yang tetap atau

esensialitas yang ditentukan sebelumnya, melainkan mereka menciptakan

makna dan identitas mereka sendiri melalui tindakan dan pilihan mereka.

Sartre menuturkan, bahwa keberadaan manusia dipandang sebagai

kehadiran yang sadar dan bebas. Dia menekankan bahwa manusia tidak hanya

ada, tetapi mereka juga "menjadi" melalui tindakan mereka. Kesadaran dan

kebebasan adalah dua konsep kunci dalam teori kehadiran Sartre.

Sartre berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak untuk

memilih dan bertindak, tetapi dengan kebebasan tersebut juga datang

tanggung jawab penuh atas pilihan dan tindakan tersebut. Dia menyatakan

bahwa setiap individu harus mempertimbangkan konsekuensi etis dari

tindakannya, karena tindakan manusia dapat berdampak pada dunia dan pada

orang lain. Dalam teori kehadiran Sartre, makna atau tujuan hidup tidak ada

sebelumnya. Manusia secara aktif menciptakan makna melalui tindakan dan

pilihan mereka. Dia menolak gagasan adanya "esensi manusia" yang

ditentukan sebelumnya, dan menyatakan bahwa individu harus menghadapi

kebebasan dan ketidakpastian dalam membangun identitas mereka sendiri.

Secara umum, teori kehadiran menurut Jean-Paul Sartre menekankan

pentingnya kebebasan individu, tanggung jawab pribadi, dan penciptaan

makna melalui tindakan dan pilihan manusia42.

42
Jean Paul Sartre, Pintu Tertutup, terj. Asrul Sani, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), hlm. 576-577.
31

Akhmad Sudrajat berpendapat bahwa kehadiran seseorang yakni hadir

dan ikut serta baik secara mental maupun fisik. 43 Pendapat Akhmad Sudrajat

juga diperkuat oleh Ali Imron yang menyatakan bahwa kehadiran diartikan

sebagai kegiatan hadir dan ikut serta siswa di sekolah, baik secara fisik

maupun mental, pada aktivitas sekolah khususnya pada waktu-waktu efektif

sekolah. Sebaliknya, menurut Imron, ketidakhadiran adalah tidak adanya

partisipasi fisik oleh siswa pada kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.44

Tahlil merupakan kegiatan yang diikuti oleh masyarakat muslim,

terkhususnya oleh masyarakat Nahdhotul Ulama yang di laksanakan pada

waktu dan tempat tertentu. Mengikuti kegiatan tahlil bisa secara berjamaah

maupun secara individu.45 Menurut Abdurrahman sebagaimana dikutip oleh

saktiyono, ketika suatu pemikiran sesuai dengan realitasnya, maka pemikiran

tersebut merupakan pemikiran yang nyata atau hakiki. Sebaliknya, jika suatu

pemikiran tidak sesuai dengan realitasnya, maka pemikiran tersebut

merupakan pemikiran yang manipulatif atau utopis.46

Adanya kegiatan tahlil yang diadakan di makam syekh Wotgaleh,

dilaksanakan secara berjamaah, dipimpin oleh seorang imam dan dihadiri oleh

para masyaakat yang statusnya sebagai jamaah rutin tahlil. Tugas seorang

imam sebagaimana memimpin jaalannya tahlil supaya selaras dan dapat di

43
Akhmad Sudrajat. “Konsep Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Pendidikan”.
Http://Akhmadsudrajat.wordpress.com.
44
Ali Imron, “Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah”, Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan,
(UIN Malang, 2004).
45
Syukriadi Sambas, Antropologi Komunikasi (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm. 163.
46
Saktiyono. B. Purwoko, “Psikologi Islam Teori dan Penelitian”, Bandung, Saktiyono
WordPress, (2012), hlm. 70.
32

ikuti secara tertib oleh para jaamaah tahlil. Adapun dalam kehadiran tahlil

selain untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, ada juga beberapa

orang yang memiliki sebuah hajat atau keinginan baik secara individu maupun

kelompok. Sebagaimana keyakinan mereka, apabila ingin hajat dan keinginan

segera terkabul, maka mereka menghadiri acara tahli rutin malam jumat ke

makam para waliyullah, tak lain mereka datang untuk bertawasul atas nama

para wali tersebut kemudian melaksanakan doa dan tahlil untuk memperoleh

barokah dari para wali-walinya Allah.

Jadi kehadiran tahlil dalam penelitian ini adalah mengikuti susunan

acara tahlil di makam syekh wotgaleh atau makam pangeran Purbaya I yang

bertempat di Sleman Yogyakarta. Pada hakikatnya para jamaah yang

menghadiri tahlil dan mengikuti pelakasanaan ziarah makam, mereka

memiliki maksud dan niatan tersendiri. Disamping hal tersebut, kehadiran

tahlil memiliki dampak yang positif bagi para jamaahnya, yakni dengan

bertahlil mengingat nama-nama Allah yang mulia berfaedah mendapat sebuah

ketenangan jiwa, dimana ketenangan jiwa didapatkan karena mengingat akan

kekuasaan Allah SWT, Dzat yang telah menciptakan segala sesuatu di dunia

ini, kesadaran mengingat hal tersebut membuat para jamaah tenang dan

tentram dalam menjalani kehidupan mereka masing-masing.

1. Aspek kehadiran tahlil


33

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) aspek adalah sebuah

tanda, selebihnya untuk memunculkan sebuah gagasan, masalah, situasi, dan

sebagainya atas pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu.47

Akhmad Sudrajat berpendapat bahwa kehadiran seseorang yakni hadir

dan ikut serta baik secara mental maupun fisik. Menurut Keith Davis

Sastropoetro sebagaimana dikutip oleh Isaura Gabriela Engka, Charles R.

Ngangi, dan Caroline B. D. Pakasi, Kehadiran adalah Partisipasi, peranserta

atau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya, keterlibatan

mental, pikiran dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha

mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan.48

Aspek kehadiran tahlil merupakan sebuah tanda yang dimiliki oleh

pelaku atau jamaah tahlil. Berdasarkan uraian diatas, kehadiran tahlil memiliki

dua aspek diantaranya adalah:49

1. Fisik

Aspek fisik merupakan keikutsertaan seseorang secara fisik, artinya

seseorang benar-benar ikut atau turut dalam suatu kegiatan. Salah satu yang

menjadi indikator dari aspek fisik yakni ketepatan waktu, sehingga yang

47
https://kbbi.web.id/aspek.
48
Isaura Gabriel Engka, Dkk, “Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Pembangunan Jalan
Pertanian Di Aertrang Kelurahan Malalayang I Timur Manado”, ejournal ASE, Vol. 11 No. 3,
(September 2015), hlm. 17.
49
Ibid. hlm.94.
34

dimaksud aspek fisik dari keikutsertaan tahlil adalah kedatangan seseorang

secara fisik dalam kegiatan tahlil ziarah makam.

2. Mental

Aspek mental yakni keikutsertaan seseorang bukan hanya dengan

fisiknya melainkan juga dengan mentalnya. Maknanya seseorang betul-betul

siap untuk diisi secara mental dan siap menerima apa yang akan didapatkan

dalam suatu acara yang diikuti. Beberapa yang menjadi indikator dari aspek

mental yakni atensi dan kesiapan mental, sehingga yang dimaksud aspek

mental dari keikutsertaan tahlil adalah mental ikut berperan dalam

keikutsertaan seseorang dalam mengikuti kegiatan, yakni siap secara mental

dan memiliki atensi terhadap kegiatan tahlil.

Jadi, Kehadiran tahlil merupakan sebuah keadaan dimana individu

hadir mengikuti dengan melibatkan kondisi fisik dan mental. Hatinya secara

mantab mengikuti sebuah acara tahlil. Selain itu ikut membaca dan

menghayati lafadz-lafadz amaliyah tahlil, diiringi dengan niatan hati untuk

memperoleh ridho dan ampunan dari Allah SWT.

2. Faktor kehadiran tahlil

Kehadiran tahlil memiliki beberapa faktor yang mana menyebabkan

para jamaah ziarah makam mendapatkan ketenangan jiwa, diantaranya sebagai

berikut.

j. Faktor Internal
35

Faktor internal merupakan faktor yang sudah ada dalam diri sendiri,

faktor internal pada kehadiran tahlil adalah sebagai berikut:

1) Agama

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur

dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.

Dengan demikian, di dalam agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di

dalamnya terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia. Pelaksanaan

agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari

rasa gelisah dan takut. Diantara dari berbagai macam ibadah yang ada yaitu

shalat secara psikologis semakin banyak shalat dan menggantungkan harapan

kepada Allah SWT maka akan tenteramlah hati, karena dalam shalat itu

sendiri mengandung psiko-religius (kekuatan rohaniah) yang dapat

membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme sehingga memiliki

semangat untuk masa depan.50

2) Kebutuhan rohani

Kebutuhan rohani merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh batin

atau jiwa. Jika kebutuhan ini dipenuhi, maka manusia mendapat kebahagiaan.

Kebutuhan rohani sangat mempengeruhi kehidupan manusia, karena

kebutuhan terhadap kedekatan hamba dengan Allah SWT adalah kebutuhan

utama yang harus dimiliki oleh umat muslim. Jadi, Faktor adalah hal (keadaan

atau peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.


50
Zakiah Daradjat, “Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental”, cet. IV, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), hlm. 52
36

Sebuah keadaan seperti factor agama, tradisi, dan rohani yang menjadi

pendorong keikutsertaan tahlil jamaah untuk mencapai ketenangan jiwa di

dalam dirinya.

k. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang lahir dari luar, faktor ini tidak serta

merta menjadi keinginan dari diri sendiri melainkan di luar kendali diri

sendiri. Diantaranya adalah:

1) Tradisi

Ziarah makam merupakan satu dari sekian tradisi yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat Jawa. Berbagai maksud dan tujuan maupun

motivasi selalu menyertai aktivitas ziarah. Ziarah kubur yang dilakukan oleh

orang Jawa ke makam yang dianggap keramat sebenarnya akibat pengaruh

masa Jawa-Hindu. Pada masa itu, kedudukan raja masih dianggap sebagai

titising dewa sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan seorang raja

masih dianggap keramat termasuk makam, petilasan, maupun benda-benda

peninggalan lainnya.51

Proses ketenangan jiwa yang diperoleh dalam keikutsertaan tahlil

bermula dari adanya sebuah tradisi ziarah makam dengan susunan ritual yang

ada sejak pertama kali makam berdiri dan dilaksanakan pada malam Jum’at

Kliwon.

51
Christriyati Ariani. “Motivasi Peziarah di Makam Panembahan Bodo Desa Wijirejo, Pandak,
Kabupaten Bantul”, dalam Patra-Widya. Vol. 3 No. 1, Maret 2002. (Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional), hal. 152.
37

C. Pengertian Tahlil

Tahlil sendiri berakar dari kata hallala (‫ )هّلل‬yuhallilu (‫ )يهّلل‬tahlīlan (

‫ )تهليال‬yang memiliki arti membaca kalimat Lā Ilāha IllalLāh (tiada Tuhan

selain Allah). Menurut Dr. HM. Zainuddin, MA tahlil dalam perspektif

psikologis, sebetulnya tradisi tahlilan pada hari-hari selama berkabung itu

sangat membantu bagi şahib al-muşibah, sebab pada hari-hari itu, 1-7 hari,

bahkan 40 dan 100 hari keluarga yang ditinggal mati itu biasanya masih

dirundung duka. Pada saat seperti itulah jika selama 1-7 hari diadakan tahlilan,

maka mereka akan terhibur atau merasa banyak saudara. Di sinilah makna

ta’ziyah itu, yang berarti menghibur (keluarga yang ditinggal mati)52.

Tahlilan juga merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Al-

Qur’an dan kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir), yang mana

bacaan tersebut pahalanya dihadiahkan kepada para arwah atau orang yang

sudah meninggal, dan tak lupa nama dari orang tersebut akan disebutkan oleh

imam tahlil atau pemilik hajat. Tahlilan biasanya dilaksanakan pada hari-hari

tertentu, seperti contoh 7 hari setelah meninggalnya seseorang, tahlil akan

dilaksanakan selama 7 hari secara berturut-turut setelah wafatnya seseorang

tersebut. Bahkan setelah itu akan diadakan tahlil kembali di hari ke-40, ke-

100, atau ke-1000-nya, Hal ini bertujuan untuk mengenang dan menghormati

wafatnya orang tersebut.

52
Dr. HM. Zainuddin, MA, Tahlilan Dalam Perspektif (Historis, Sosiologis, Psikologis,
Antropologis)
38

Jadi tahlil adalah kalimat Lā Ilāha IllalLāh, kalimat dzikir pujian-

pujian kepada Allah SWT. Tahlil adalah sebuah sarana umat muslim yang

diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, kalimat-kalimat Allah yang

dilantunkan untuk berdzikir supaya mendapatkan ampunan serta ridha dari

Allah SWT. Tahlil juga sering dibaca disaat ada saudara atau tetangga muslim

yang meninggal, berdoa dan memintakan ampunan orang yang sudah

meninggal kepada Allah. Doa mendoakan adalah tradisi orang muslim, karena

sebagai sesama hamba yang hanya bisa berdoa dan berikhtiar hal apa lagi

yang bisa dilakukan, maka dari itu Allah memperintahkan kepada makhluknya

agar saling menyayangi dan mendoakan.

a. Bacaan Tahlil

Bacaan tahlil dibaca disaat shohibul bait (pemilik rumah) mempunyai

hajat untuk mengirimkan doa kepada keluarga atau kerabat yang sudah

meninggal dunia. Adapun susunan dalam bacaan tahlil sebagai berikut.

1) Bertawasul & membaca Al-Fatihah

Menyebut nama Allah, nabi Muhammad, kemudian berlanjut kepada

nama orang yang sudah meninggal dunia53.

‫ِاَلى َح ْض َرِة الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َليِه َو َس َّلَم َو َاِلِه وَصْح ِبِه َش ْي ٌء ِهلِل َلُهُم اْلَفاِتَح ُة‬

 Surat Al-Ikhlas (3 kali)

 Surat Al-Falaq (1 kali)

 Surat An-Nas (1 kali)


53
Munjiyat Ponpes Al-Mahrusiyah Lirboyo.
39

 Tahlil & Takbir

 Surat Al-Fatihah

 Awal Surat Al-Baqoroh (Alif Lam Mim)

 Ayat kursi (Al-baqoroh ayat 255)

 Surat Al-baqoroh ayat 284-286

 Sholawat Nabi (3 kali)

 Surat Ali Imran ayat 173

 Hauqolah

 Istigfar (3 kali)

 Tahlil (Laila HailAllah)

 Dua kalimat syahadat dan sholawat

 Do’a Tahlil

Jadi tahlil adalah kalimat Allah (Lā Ilāha IllalLāh), tahlil juga

merupakan salah satu sarana untuk memunajatkan doa dan memintakan

ampunan si mayit kepada Allah SWT dengan cara berjamaah datang kerumah

keluarga mayit atau langsung ke makam si mayit. Bacaan tahlil yang sudah

dituliskan diatas adalah gambaran dari kalimat-kalimat Allah yang diajarkan

oleh para ulama kepada umat muslim untuk mendoakan orang yang sudah

meninggal.

D. Peziarah

a. Pengertian Peziarah
40

Seorang peziarah adalah orang yang melakukan suatu perjalanan

ziarah. Hal ini dilakukan biasanya dengan mengunjungi suatu tempat yang

mempunyai makna keagamaan, sering kali dengan menempuh jarak yang


54
cukup jauh. Kata “ziarah” menurut bahasa berarti menengok, jadi ziarah

artinya menengok kubur. Sedangkan menurut syariat Islam, ziarah kubur itu

bukan hanya sekedar tahu dan mengerti di mana ia dikubur, atau untuk

mengetahui keadaan kuburan atau makam, akan tetapi kedatangan seseorang

kekuburan adalah dengan maksud untuk mendoakan kepada yang dikubur

muslim dan mengirim pahala untuknya atas bacaan ayat-ayat al-Qur’an dan

kalimah-kalimah thayyibah, seperti tahlīl, tahmīd, tasbīh, shalawat dan lain-

lain55

Ziarah makam merupakan suatu tradisi yang dipercayai oleh umat

islam adalah suatu sunnah yang dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW.

Ziarah kubur termasuk di antara amalan yang dianjurkan dalam Islam.

Mengunjungi makam lalu melantunkan dzikir dan doa-doa menjadi sarana

(wasilah) seorang hamba untuk menghormati para pendahulu, mendoakan

mereka, atau merenungi hidup yang kelak pasti akan berakhir. Perilaku ziarah

kubur dapatmempengaruhi etika dan pendidikan seseorang akan mengingat

kematian dantetap pada jalur agama (beriman semakin kuat kepada Allah

SWT)56.

54
https://id.wikipedia.org/wiki/Peziarah
55
M. Afnan Chafidh- A. Ma’ruf Asrori, TRADISI ISLAM Panduan Prosesi Kelahiran,
Perkawinan dan Kematian, (Surabaya: Kalista, 2006) hlm, 2.
56
Abdurrahim, Ziarah Kubur, (Jakarta: Sandro Jaya, tt) h. 1
41

Rasulullah SAW termasuk orang yang tak hanya mempraktikkan

ziarah kubur tapi mengajarkan apa yang hendaknya dibaca saat seseorang

berkunjung ke tempat pembaringan terakhir itu. Dalam Shahih Muslim

dipaparkan bahwa setiap kali keluar rumah pada akhir malam menuju Baqi’

(makam para sahabat di Madinah yang kini menjadi makam Rasulullah

sendiri), Rasulullah menyapa penduduk makam dengan kalimat berikut:

‫ َو اَل‬،‫ َو ُتَذ ِّك ُر اآْل ِخ َر َة‬، ‫ َو ُتْد ِمُع اْلَعْيَن‬، ‫ َفِإَّنُه ُيِرُّق اْلَقْلَب‬،‫ُك ْنُت َنَهْيُتُك ْم َعْن ِز َياَرِة اْلُقُبوِر َأاَل َفُزوُر وَها‬

‫َتُقوُلوا ُهْج ر‬

Artinya:

Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang)


berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati,
menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian
berkata buruk (pada saat ziarah),” (HR. Hakim).57

Dari penafsiran hadis diatas bermaksud untuk menjelaskan

bahwasanya ziarah makam adaah sesuatu yang dianggap dapat mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Sebagaimana dengan kita akan mengerti kalau ada

kehidupan pasti akan menghadapi kematian.

Jadi kesimpulan dari peziarah adalah seorang individu yang

mengunjungi makam guna untuk mendoakan keluarga saudara, guru, bahkan

kaum muslim yang sudah meninggal. Hal tersebut bertujuan memintakan

ampunan atas dosa yang diperbuat selama didunia kepada Allah. Ziarah juga

sebagai sarana Do’a Biddo’a, hal ini merupakan ciri khas umat beragama

57
https://islam.nu.or.id/post/read/37170/anjuran-melaksanakan-ziarah-kubur
42

untuk saling mendo’akan agar mendapatkan ridho dan ampunan dari Allah

SWT.

b. Makam Syekh Wotgaleh

Makam syekh Wotgaleh terletak di Provinsi Yogyakarta, lebih

tepatnya 5CWH+M36, Jl. Raya Berbah, RT.05/RW.038, Mereden,

Sendangtirto, Kec. Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

55573. Dulunya, kawasan ini merupakan kompleks pesantren dan menjadi

pusat perkembagan dan penyebaran agama Islam, tetapi semua berubah

seiring perkembangan zaman dan maraknya pembangunan di sekitarnya.

Makam syekh Wotgaleh atau yang dikenal sebagai makam seorang pangeran

kerajaan mataram yang bernama pangeran Purboyo dan diakui sebagai makam

yang keramat, dianggap makam keramat karena beliau adalah sosok seorang

tokoh agama yang terkenal akan kesaktiannya. Menurut juru kunci makam

Ahmad, beliau dalam penyebaran agama islam sampai daerah kalisoka Tegal,

Disana beliau membangun sebuah pesantren dan masjid agar mempermudah

dalam penyiaran agama Islam. Dalam proses pembangunan masjid, Pangeran

Purbaya juga berhubungan dengan Wali Songo. Bahkan dia meyakini

Pangeran Purbaya adalah wali kesembilan. "Pangeran Purbaya itu wali yang

kesembilan dengan nama Sayid Syekh Abdul Ghofar Assegaf," ucapnya.58

Maka tidak heran jika banyak sekali jamaah yang datang untuk

berziarah ke makam pangeran Purboyo untuk bertirakat dan mengharapkan

58
Artikel "Pertarungan Pangeran Purbaya Melawan Pasingsingan dan Berdirinya Masjid di
Kalisoka". 2022.
43

barokah doa. Apalagi disaat malam jum’at kliwon yang diyakini sebagai

malam yang sakral bagi masyarakat Yogyakarta.

Jadi kesimpulannya, Sosok dari syekh Wotgaleh tak lain adalah

pangeran Purboyo, Beliau adalah putra dari Panembahan Senopati raja

kerajaan Mataram. Pangeran Purboyo dikenal sebagai sosok waliyulloh yang

sakti mandraguna, selain menyebarkan agama Islam beliau juga ikut

berperang melawan Belanda pada masa penjajahan dan melindungi rakyat

kerajaan Mataram. Tidak heran jika masyarakat Yogyakarta sangat mencintai

dan menghormati beliau, sehingga banyak sekali yang memperebutkan

barokah doa dari pangeran Purboyo.

c. Manfaat dan Keutamaan Berziarah

Perintah Rasulullah SAW. dalam berziarah kubur adalah untuk

kemaslahatan manusia yang masih hidup, yaitu untuk memberi peringatan dan

pelajaran kepada mereka. Manusia dapat melihat sendiri bahwa setinggi

apapun pangkatnya dan sebanyak apapun hartanya selama hidup di dunia,

pada akhirnya saat ia meninggal kelak, ia pun akan ditempatkan dalam suatu

lubang sempit di dalam tanah59.

Dalam kegiatan ziarah ini, terdapat aktivitas doa dan dzikir, yang mana

doa dan dzikir adalah sebuah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, hal

tersebut dapat mendatangkan ketenangan jiwa. Berbagai penelitian telah

banyak membahas mengenai doa dan dzikir yang dapat mendatangkan

59
Yusuf Al-Qaradhawi, Akidah Salaf dan Khalaf, 292
44

ketenangan jiwa. Salah satunya, menurut penelitian Sukarni, bahwa doa dan

dzikir dapat menumbuhkan jiwa menjadi tenang, menumbuhkan jiwa sabar

dalam menghadapi masalah dan cobaan, menumbuhkan jiwa optimis dan

penuh harap sehingga tidak mudah berputus asa dan menumbuhkan rasa dekat

dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari 60.

Adapun tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat kematian

ditengah suasana pemakaman. Walau hal ini dapat dilakukan dimana saja,

suasana pemakaman lebih dekat untuk mengingatkan akan kematian dan kita

bisa mendoakan ahli kubur yang kita kunjungi juga muslim-muslim dan

Mu’minin-Mu’minat lainnya.61 Orang yang sudah meninggal akan merasa

senang dan bahagia kalau diziarahi oleh banyak orang.62

60
Sukarni, “Dzikir Dan Doa Bagi Ketenangan Jiwa Santri Di Pondok Pesantren As-Salafiyah
Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung”, Skripsi, Jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, 2017.
61
Bachtiar Nasir, Anda Bertanya Kami Menjawab, (Jakarta: Gema insani, 2012), P. 97
62
Hana Nurrahmah, “Tradisi Zirah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang
Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro Di Kampung Pulobata Karawang”,
dalam Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. p.53
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk membuktikan

keingintahuan dari sesuatu yang belum jelas atau yang masih dipertanyakan.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian

yang datanya diperoleh berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik. Sugiyono menjelaskan bahwa, “Metode penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan secara random, pengumpulan

data menggunakan instumen penelitian, analisa data bersifat kuantitatif/

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.63

Selain dari penjabaran secara deskriptif, sifat dari penelitian kuantitatif

yakni deduktif-induktif. Maksudnya yaitu menarik kesimpulan dengan

berdasar dari sesuatu yang umum kepada sesuatu yang bersifat khusus.

Berkaitan dengan ini maka peneliti berkeinginan untuk meneliti fenomena

mengenai Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Keteangan Jiwa Jamaah

Ziarah Malam Jumat Kliwon Makam Syekh Wotgaleh Yogyakarta.

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet, 2010), hlm.
13.

45
46

Melihat dari jenis penelitian dan judul yang telah dipilih oleh peneliti,

dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diantara

yakni:

f. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas yakni variabel yang memungkinkan untuk

mempengaruhi, berefek terhadap outcome, atau menyebabkan.64 Adapun yang

menjadi variabel X pada penelitian ini yaitu Keikutsertaan Tahlil.

g. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat atau variabel Y merupakan hasil dari pengaruh

variabel X. Adapun yang menjadi variabel Y pada penelitian ini yakni

Ketenangan Jiwa.

B. Populasi dan Sampel

Dalam sub bab populasi dan sampel, peneliti akan membahas tentang

beberapa subjek yang akan diambil pada penelitian ini:

a. Populasi

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi dengan memiliki

keseluruhan elemen atau objek maupun subjek dengan ketentuan dan syarat-

syarat yang berkaitan dengan masalah penelitian lalu ditarik menjadi sebuah

kesimpulan.65 Sebagai suatu populasi, maka subjek harus memiliki beberapa

64
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta:
Pusaka Pelajar, 2013), 77.
65
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011) 74.
47

ciri-ciri yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dicari oleh peneliti

tersebut atau dengan karakteristik khusus sebagai suatu pembeda bahwasanya

subjek tidak hanya terbatas pada lokasi tertentu melainkan juga berupa

karakteristik-karakteristik subjek tersebut.66

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dari penelitian ini

adalah jamaah ziarah makam malam Jumat Kliwon, dengan kategori peziarah

sebagai berikut: Pertama, merupakan jamaah tetap yang mengikuti kegiatan

rutinan tahlil pada malam Jumat Kliwon, dengan alasan orang yang rutin

mengikuti tahlil malam Jumat kliwon tentunya memiliki motivasi dan alasan

mengapa mereka selalu hadir di acara tersebut. Kedua, jamaah yang berusia

20 sampai 50 tahun, dengan alasan jamaah pada usia tersebut lebih banyak

mengalami permasalahan hidup. Menurut Monks, Knoers & Haditono

sebagaimana dikutip oleh Alifia Fernanda Putri, Pada tahap ini manusia mulai

menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat.67

b. Sampel

Penentuan sampel yang menjadi objek penelitian diperlukan adanya

metode sampling. Metode sampling merupakan kegiatan memilih dalam

jumlah tertentu dari keseluruhan jumlah populasi yang ada.68

66
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), 77
67
Alifia Fernanda Putri, “Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas
Perkembangannya” Journal of School Counseling, Vol. 3, No. 2, (Padang, 2019), hlm.
68
Suharsimi Arikunto, Manajemen Mengajar secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
115.
48

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini yakni

accidental sampling yang berarti teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2016) “accidental sampling adalah

mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah metode Kuisioner. Metode kuisioner atau angket

merupakan daftar pertanyaan maupun pernyataan untuk memperoleh data-data

yang menjadi jawaban dari responden.69

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengukur fenomena

sosial maupun fenomena alam yang sedang diamati. Fungsi dari intrumen

penelitian yakni sebagai bahan untuk informasi yang lebih spesifik.70 Melihat

pada judul dan rumusan masalah yang sebelumnya, maka yang menjadi

instrumen dalam penelitian ini adalah uji validitas dan reliabilitas data.

a. Uji Validitas dan reliabilitas data

1) Uji validitas

69
Koenjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1994) 173.
70
Suharmi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 174.
49

Uji validitas merupakan pengujian mengenai keabsahan data yang

yang ditujukan pada konsistensi antara data dengan fenomena yang terjadi

sesungguhnya. Sehingga tujuan dari uji validitas data adalah untuk menguji

keabsahan data.71

2) Uji reliabilitas

Tujuan dari uji reliabilitas yakni untuk mengetahui bagaimana

kestabilan alat ukur yang digunakan. Instrumen dinyatakan reliabel apabila

mampu menghasilkan konsistensi pada penelitian yang telah diukur.72

b. Skala Ketenangan Jiwa

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Ketenangan

jiwa sesuai pendapat yang mencakup empat aspek yakni memiliki rasa sabar,

optimis, memiliki rasa syukur, dekat dengan Allah SWT.

Hasil dari ketenangan jiwa akan diperoleh dari angket yang

tersedia dengan 4 pilihan jawaban yakni SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS

(tidak sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai). 73

Skala ini tersaji dengan 2 bentuk yang berbeda yakni pernyataan

favorable dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 dan yang lainnya

adalah unfavorable dengan bobot nilai SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.

Tabel. 3.1 Blue print Skala Ketenangan Jiwa

71
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017) 37.
72
Ibid, 209.
73
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017) 175
50

No Aspek Indikator Aitem Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1. Sabar 1. Mampu 1,17 3,18 4 12,5%

mengendalikan

diri

2. Mampu menahan 2,20 4,19 4 12,5%

keinginan

2. Optimis 1. Percaya diri 5,21 7,22 4 12,5%

2. Berfikiran positif 6,24 8,23 4 12,5%

3. Bersyukur 1. Menerima segala 9,25 11,26 4 12,5%

keadaan

2. Selalu merasa 10,28 12,27 4 12,5%

cukup

4. Tawakal 1. Senantiasa 13,29 15,30 4 12,5%

berserah diri kepada

Allah

2. percaya dengan 14,32 16,31 4 12,5%

sepenuh hati kepada

Allah

Jumlah 16 16 32 100%

c. Skala kehadiran tahlil


51

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kehadiran

tahlil yang mencakup dua aspek, yakni aspek fisik dan aspek mental.

Hasil dari kehadiran tahlil akan diperoleh dari angket yang tersedia

dengan 4 pilihan jawaban yakni SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak

sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai).74

Skala ini tersaji dengan 2 bentuk yang berbeda yakni pernyataan

favorable dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 dan yang

lainnya adalah unfavorable dengan bobot nilai SS = 1, S = 2, TS = 3, STS

= 4.

74
Ibid, 175.
52

Tabel. 3.2 Blue print Skala Kehadiran Tahlil

No Aspek Indikator Aitem Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1 Fisik Peziarah berada di 33,41 35,42 4 25%

lokasi makam

Peziarah Datang 34,44 36,43 4 25%

tepat waktu saat

Tahlil

2 Mental a. Berfokus pada 37,45 38,46 4 25%

dzikir amaliyah

tahlil

b. Memiliki atensi 40,48 39,47 4 25%

Jumlah 8 8 16 100%

E.
53

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan rangkaian penting dalam pelakasanaan

penelitian dimana peneliti menelaah data, menata data, membagi untuk

menjadi satuan hingga data tersebut dapat dikelola serta mampu menghasilkan

kesimpulan yang sejalan dengan rumusan masalah yang telah ada

sebelumnya.75

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini tidak serta merta

langsung pada mengolah data. Ada beberapa langkah yang harus dilalui oleh

peneliti terlebih penting pada proses awal yakni mengumpulkan data terlebih

dahulu secara lengkap. Tanpa data lengkap maka analisis data tidak akan

mungkin dapat dilakukan. Berikut adalah langkah-langkan yang peneliti

lakukan dalam analsis data:

a. Pengolahan Data

1) Editing

Editing adalah kegiatan pengoreksian yang dilakukan pada saat awal

untuk mengantisipasi dan mengoreksi adanya kekeliruan-kekeliruan sebelum

data diolah.76

2) Scoring

75
Muhammad Saekan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Kudus: Nora Media Enterprise,2010),
91.
76
Ibid, 81.
54

Scoring adalah kegiatan pemberian nilai pada setiap item. Pemberian

nilai pada setiap item sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

valid.77

3) Tabulating Data

Pembuatan tabel dengan pengelompokan sederhana dari hasil

keseluruhan data yang didapat.

b. Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian ini

melihat bagaimana variable X mempengaruhi variable Y, baik itu pengaruh

berbanding lurus maupun berbanding terbalik.

3) Uji Regresi

Menurut Nawari uji regresi adalah Analisis regresi ialah sebuah cara

sederhana dalam melakukan investigasi mengenai relasi fungsional antara

variabel-variabel berbeda. Relasi antara variabel tersebut dituliskan dalam

sebuah model matematika. Di dalam model regresi sendiri, terdapat dua


77
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 206.
55

bagian variabel yakni variabel respon (response) dan variabel bebas

(independent variable). Variabel respons memiliki nama lain variabel

bergantung atau dependent variable, sedangkan variabel bebas memiliki nama

lain variabel penduga atau predictor variable atau variabel eksplonari. 78

78
Prof. Dr. Suyono,M.Si “Anlisis Regresi Untuk Penelitian”, Cv Budi Utama, (februari 2018),
hlm. 5
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Makam masjid Wotgaleh terletak di Provinsi Yogyakarta, secara

geografis makam masjid Wotgaleh terletak pada koordinat 113,261379 derajat

bintang timur dan 8,223228 derajat-8,262277 derajat lintang selatan 79. Masjid

sulthoni Wotgaleh berdiri pada tahun 1600 M, masjid ini merupakan masjid

kerajaan. Dibelakang masjid terletak pesarean Wotgaleh, pesarean ini

merupakan komplek pemakaman dari zaman kerajaan Mataram yang sangat

dikeramatkan oleh warga setempat. Nama Wotgaleh berasal dari dua bahasa

jawa yaitu “Wot Ing Penggaleh”, Wot memiliki arti Jembatan dan Penggaleh

memiliki arti Hati, jadi kedua kata tersebut memiliki makna “jembatan menuju

ketenangan hati”.

Dipesarean Wotgaleh disemayamkan pangeran purbaya I beserta

keluarga. Pangeran Purbaya I merupakan putera dari Panembahan Senopati

Raja Mataram I, yang diberi nama Jaka Umbaran pangeran Purbaya terkenal

sakti karena beliau menjadi panglima perang pasukan Sultan Agung saat

menyerang Belanda di Batavia pada serangan pertama. Selain itu pangeran

Purbaya merupakan sosok wali dan

79
http://www.wotgalih-yosowilangun.lumajangkab.go.id/, (diakses pada tanggal 26 Februari
2023).

56
57

penyebar agama Islam di daerah Yogyakarta dan sekitarnya80. Dulunya

kawasan Wotgaleh merupakan kompleks pesantren dan menjadi pusat

perkembagan dan penyebaran agama Islam. Pangeran Purbaya terkenal

sebagai sosok yang baik hati, sabar dan dermawan kepada semua orang

yang datang. Pangeran Purbaya merupakan sosok guru mengaji di

kalangan masyarakat sekitar desa Wotgaleh, cerita kemashuran beliau

sudah menyebar ke segala penjuru kota sekitar Yogyakarta. Dimana

cerita masyarakat yang mengatakan setiap orang yang mempunyai

permasalahan hidup disarankan untuk datang ke padepokan beliau guna

mengharapkan nasehat dan barokah doa bersama beliau agar setiap

permasalahannya dimudahkan oleh Allah SWT. Banyak masyarakat

yang datang kesana namun tidak mengetahui nama asli dari beliau, dan

akhirnya beliau terkenal dengan nama Syekh Wotgaleh, yang mana

sesuai dengan nama padepokan dan desa didaerah tersebut 81. Mereka

yang datang dengan membawa permasalahan hidup, akan diajak untuk

berdzikir dan berdo’a kepada Allah SWT. Sewaktu berdzikir dan berdoa,

mereka yang datang merasakan ketenangan hati, banyak dari mereka

yang setelah pulang dari majelis dzikir tersebut mendapat kemudahan

dari setiap permasalahan hidup, oleh sebab itu tempat ini dinamakan

“Wotgaleh”.

80
Gagas Ulung, Wisata Ziarah “90 destinasi wisata ziarah & sejarah di Jogja, Solo, Magelang,
Semarang, Cirebon: masjid, candi, gua, makam, kelenteng, situs”, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, (2013), Hlm. 45-46.
81
Bapak Syawwal, “hasil wawancara”, Juru kunci Makam Syekh Wotgaleh, 21 November 2022.
58

Mulai dari zaman nenek moyang mengajarkan jika sedang dilanda

kesusahan maka datanglah ke makam pangeran purbaya untuk berdzikir dan

berdoa kepada Allah lewat perantara Syekh Purbaya beserta Shohib Wotgaleh,

Insyaallah kamu akan merasa tenang dan hajatmu akan segera terkabul 82. Oleh

sebab itu makam Wotgaleh tidak sepi akan pengujung, karena sejatinya jika

manusia ingin mendapatkan ketenangan jiwa mereka juga perlu memenuhi

kebutuhan rohani, tak lain kebutuhan tersebut adalah dzikir dan ibadah kepada

Allah SWT.

B. Deskriptif Data

Statistik deskriptif digunakan untuk analisis data, yang dilakukan

dengan cara memberikan gambaran atau mendiskripsikan dari data yang sudah

dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kategori rendah,

sedang, dan tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ketenangan

jiwa para jamaah ziarah yang datang, maka dilakukannya penyebaran data

angket secara langsung, dapat diketahui bahwa responden yang terlibat dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 48 individu. Berikut merupakan sajian data

demografis dari responden yang telah dikategorikan dan menjadi subjek dalam

penelitian ini:

Tabel 4.1

82
Bapak Syawwal, 2022, “Wawancara Cerita Rakyat Asal Mula Nama Wotgaleh”, Sleman
Yogyakarta, 20 Februari, pukul. 19.28.
59

Distribusi Data Demografis

Kategori Jenis Frekuens Subjek(%

Kelamin i Jumlah )

64,6%
Laki-laki 31

35,4%
Perempuan 17

Total 48 100%

Tabel 4.2

Diskriptif Data Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kehadiran Tahlil 48 34 63 43.98 5.741

Ketenangan Jiwa 48 77 119 93.67 10.276

Valid N (listwise) 48

Dari tabel diatas diketahui deskriptif data Kehadiran Tahlil dengan

nilai rata-rata (mean) “43.98”, standar deviasi sebesar “5.741”, untuk

memudahkan perhitungan maka nilai mean pada kehadiran tahlil dibulatkan

menjadi “44”, dengan standar deviasi menjadi “6”. untuk deskriptif

Ketenangan Jiwa nilai rata-rata “93.67”, standar deviasi “10.276”, untuk

memudahkan perhitungan maka nilai mean pada ketenangan jiwa dibulatkan


60

menjadi “94”, dengan standar deviasi menjadi “10”. Kemudian diketahui nilai

N 48 maka tidak ada missing value di kedua variabel.

Tabel 4.3

Pedoman Kriteria Kategori Data

Rendah X < M – 1 SD

Sedang M – 1 SD ≤ X < M + 1 SD

Tinggi M + 1 SD ≤ X

Tabel 4.4

Hasil Kategori Variabel Ketenangan Jiwa

Rendah X < M – 1 SD

X < 94 – 10

X < 84

Sedang M – 1 SD ≤ X < M + 1 SD

94 – 10 ≤ X < 94 + 10

84 ≤ X < 104

Tinggi M + 1 SD ≤ X

94 + 10 ≤ X

104 ≤ X
61

Dari hasil kategorisasi di atas, untuk mengetahui frekuensi perilaku

moral dapat dilihat dari tabel hasil berikut:

Tabel 4.5

Hasil Frekuensi Kategori Ketenangan Jiwa

Kategorisasi Frekuensi Persentase Keterangan

X < 84 3 6% Rendah

84 ≤ X 104 35 73% Sedang

104 ≤ X 10 21% Tinggi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ketenangan jiwa kategori

rendah berjumlah 3 peziarah dengan presentase 6%, kategori sedang

berjumlah 35 peziarah dengan presentase 73%, dan kategori tinggi berjumlah

10 peziarah dengan presentase 21%.


62

Gambar 4.6

Diagram Pie Ketenangan Jiwa

Distribusi Data

Rendah
Tinggi 6%
21% Rendah
Sedang
Tinggi

Sedang
73%

Dari gambar pie chart diatas dapat diketahui bahwa tingkat ketenangan

jiwa pada peziarah tidak sama. Peziarah yang memiliki kategori ketenangan

jiwa tinggi sebesar 21%, kemudian peziarah yang memiliki kategori

ketenangan jiwa sedang sebesar 73%, dan peziarah yang memiliki kategori

ketenangan jiwa rendah sebesar 16%.

Dibawah ini merupakan hasil perolehan dari aspek-aspek ketenangan

jiwa ialah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Gambaran Ketenangan Jiwa Berdasarkan Aspek

No Aspek Rata-rata Persen

1. Sabar 2,89 24,0%


63

2. Optimis 2,93 24,3%

3. Bersyukur 3,10 25,7%

4. Tawakal 3,13 26,0%

Jumlah 12,06 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek yang memiliki

presentase paling tinggi adalah aspek Tawakal dengan presentase sebesar

26.0%, diikuti oleh aspek bersyukur dengan persentase 25,7%, kemudian

disusul oleh aspek optimis dengan presentase nilai 24,3%, dan aspek yang

memiliki presentase paling rendah yakni aspek sabar dengan presentase

sebesar 24.0%.

Tabel. 4.8

Hasil Kategori Variabel Kehadiran Tahlil

Rendah X < M – 1 SD

X < 44 – 6

X < 38

Sedang M – 1 SD ≤ X < M + 1 SD

44 – 6 ≤ X < 44 + 6

38 ≤ X < 50
64

Tinggi M + 1 SD ≤ X

44 + 6 ≤ X

50 ≤ X

Dari hasil kategorisasi di atas, untuk mengetahui frekuensi perilaku

moral dapat dilihat dari tabel hasil berikut:

Tabel. 4.9

Hasil Frekuensi Kategori Kehadiran Tahlil

Kategorisasi Frekuensi Persentase Keterangan

X < 38 5 10% Rendah

38 ≤ X 50 36 75% Sedang

50 ≤ X 7 15% Tinggi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kehadiran tahlil kategori

rendah berjumlah 5 peziarah dengan presentase 10%, kategori sedang

berjumlah 36 peziarah dengan presentase 75%, dan kategori tinggi berjumlah

7 peziarah dengan presentase 15%.


65

Gambar. 4.10

Diagram Pie Kehadiran Tahlil

Distribusi
Tinggi Data
Rendah
15%
10%

Rendah
Sedang
Tinggi

Sedang
75%

Dari gambar pie chart diatas dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran

tahlil pada peziarah tidak sama. Peziarah yang memiliki kategori kehadiran

tahlil tinggi sebesar 15%, kemudian peziarah yang memiliki kategori

kehadiran tahlil sedang sebesar 75%, dan peziarah yang memiliki kategori

kehadiran tahlil rendah sebesar 10%.

Dibawah ini merupakan hasil perolehan dari aspek-aspek kehadiran

tahlil ialah sebagai berikut:

Tabel. 4.11

Gambaran Kehadiran Tahlil Berdasarkan Aspek

No Aspek Rata-rata Persen

1. Fisik 2,72 48%


66

2. Mental 2,90 52%

Jumlah 5,63 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek yang memiliki

presentase paling tinggi adalah aspek Mental memperoleh nilai rata-rata

sebesar 2,90 dengan presentase sebesar 52%, dan aspek Fisik memperoleh

nilai rata-rata sebesar 2,72, dengan presentase sebesar 48%.

C. Validasi Instrumen

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui hasil valid dan reliabel sebuah aitem kusioner,

maka dilakukan uji hasil data yang sudah didapatkan melalui angket yang

sudah di sebar secara langsung kepada subjek penelitian. Pengujian validitas

dan reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 29.0 for

windows.

Sugiono mengatakan bahwa uji validitas menunjukan derajat ketepatan

antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat

dikumpulkan oleh peneliti.83 Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah

setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan

mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Instrumen yang valid
83
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 348.
67

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur dan bisa disebut tepat. Dasar mengambil keputusan uji

validitas yaitu:

a. Jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan berkolerasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak

berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) dan

harus dihapus atau diganti dengan item pertanyaan yang baru84.

Dalam penelitian ini memperoleh total sample 48 responden, sehingga

setelah dilihat dan dicocokkan dengan nilai rtabel df=(N-2) mendapat nilai

rtabel sebesar “0.284”.

Tabel 4.12

Hasil Uji Validitas Kusioner Ketenangan Jiwa

No Rhitung Rtabel Keterangan

1 0.514 0.284 Valid

3 0.423 0.284 Valid

4 0.558 0.284 Valid

6 0.626 0.284 Valid

7 0.600 0.284 Valid


84
Ali Anwar, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya dengan SPSS dan Exsel
(Kediri: IAIT Press, 2009), hlm. 20.
68

8 0.698 0.284 Valid

9 0.442 0.284 Valid

11 0.355 0.284 Valid

12 0.584 0.284 Valid

13 0.589 0.284 Valid

14 0.554 0.284 Valid

15 0.432 0.284 Valid

16 0.510 0.284 Valid

17 0.410 0.284 Valid

18 0.515 0.284 Valid

19 0.700 0.284 Valid

20 0.651 0.284 Valid

21 0.443 0.284 Valid

22 0.655 0.284 Valid

23 0.564 0.284 Valid

24 0.632 0.284 Valid

25 0.562 0.284 Valid


69

26 0.633 0.284 Valid

27 0.581 0.284 Valid

29 0.508 0.284 Valid

31 0.595 0.284 Valid

32 0.610 0.284 Valid

Berdasarkan tabel diatas dari 32 aitem kuesioner yang diberikan

kepada 48 responden memperoleh 5 aitem yang gugur karena memiliki

Rhitung kurang dari Rtabel (Rhitung < 0.284) aitem yang gugur ditandai

dengan warna merah agar mudah untuk dilihat. Dari pernyataan tersebut,

maka aitem kuesioner yang gugur dihapus sehingga menyisakan 27 aitem

kuesioner yang valid.

Tabel 4.13

Blue Print Uji Validitas Variabel Kusioner Ketenangan Jiwa

No Aspek Indikator Aitem Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1. Sabar 3. Mampu 1, 17 3, 18 4 12,5%

mengendalikan
70

diri

4. Mampu menahan *2, 20 4, 19 4 12,5%

keinginan

2. Optimis 3. Percaya diri *5, 21 7, 22 4 12,5%

4. Berfikiran positif 6, 24 8, 23 4 12,5%

3. Bersyukur 3. Menerima segala 9, 25 11, 26 4 12,5%

keadaan

4. Selalu merasa *10, *28 12, 27 4 12,5%

cukup

4. Tawakal 1. Senantiasa 13, 29 15, *30 4 12,5%

berserah diri kepada

Allah

2. percaya dengan 14, 32 16, 31 4 12,5%

sepenuh hati kepada

Allah

Jumlah 16 16 32 100%

*) Nomor item dengan tanda bintang pada tabel menunjukan data tidak valid.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa uji validitas pada 32

aitem angket yang sudah disebar kepada 48 responden, didaptkan 27 aitem


71

yang valid dan 5 aitem yang gugur, aitem yang gugur terdapat pada nomor:

2,5,10,28,30. Adapun nilai koefisien validitas paling tinggi yaitu 0.700,

sedangkan nilai koefisien validitas paling rendah yatu 0.355. aitem yang

gugur, pada tabel Blue Print ditandai dengan warna merah.

Tabel 4.14

Hasil Uji Validitas Kusioner Kehadiran Tahlil

No Rhitung Rtabel Keterangan

2 0.531 0.284 Valid

3 0.523 0.284 Valid

4 0.542 0.284 Valid

5 0.645 0.284 Valid

6 0.672 0.284 Valid

7 0.538 0.284 Valid

8 0.653 0.284 Valid

9 0.608 0.284 Valid

10 0.700 0.284 Valid

11 0.384 0.284 Valid

12 0.347 0.284 Valid

14 0.717 0.284 Valid


72

15 0.565 0.284 Valid

16 0.672 0.284 Valid

Berdasarkan tabel 4.14, dari 16 aitem kuesioner yang diberikan kepada

48 responden memperoleh 2 aitem yang gugur karena memiliki Rhitung

kurang dari Rtabel (Rhitung < 0.284), aitem yang gugur ditandai dengan

warna merah agar mudah untuk dilihat. Dari pernyataan tersebut, maka aitem

kuesioner yang gugur dihapus sehingga menyisakan 14 aitem kuesioner yang

valid.

Tabel 4.15

Blue Print Uji Validitas Variabel Kusioner Kehadiran Tahlil

No Aspek Indikator Aitem Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

1 Fisik Peziarah berada di *33, 41 35, 42 4 25%

lokasi makam

Peziarah Datang 34, 44 36, 43 4 25%

tepat waktu saat

Tahlil
73

2 Mental c. Berfokus pada 37, *45 38, 46 4 25%

dzikir amaliyah

tahlil

d. Memiliki atensi 40, 48 39, 47 4 25%

Jumlah 8 8 16 100%

*) Nomor item dengan tanda bintang pada tabel menunjukan data tidak valid.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa uji validitas pada 16

aitem angket yang sudah disebar kepada 48 responden, didaptkan 14 aitem

yang valid dan 2 aitem yang gugur, aitem yang gugur terdapat pada nomor: 1

dan 13. Adapun nilai koefisien validitas paling tinggi yaitu 0.717, sedangkan

nilai koefisien validitas paling rendah yatu 0.384. aitem yang gugur, pada

tabel Blue Print ditandai dengan warna merah.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji

reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi hasil pengukuran dari


74

kuesioner dalam penggunaan yang berulang. Variabel dinyatakan reliabel

dengan kriteria berikut85:

a. Jika koefisien Cronbach Alpha > 0,70 maka variabel dinyatakan reliabel.

Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,70 maka pertanyaan

dinyatakan tidak reliabel atau konsisten.

b. Tingkat Reliabilitas menurut Imam Ghozali yaitu:

1) Jika alpha > 0,9 maka Sangat Reliabel

2) Jika alpha 0,7 – 0,9 maka Reliabel

3) Jika alpha 0,4 – 0,7 Cukup Reliabel

4) Jika alpha 0,2 – 0,4 Kurang Reliabel

5) Jika alpha < 0,2 Tidak Reliabel

Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabelitas Kusioner Ketenangan Jiwa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.897 27

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa N Of Items adalah

banyaknya butir soal sebanyak 27 item yang mana dari 32 aitem gugur

sebanyak 5 item. Hasil pengujian data reliabilitas ketenangan jiwa, dengan

menggunakan Cronbach Alpha, mendapatkan hasil nilai Alpha sebesar 0.897.

85
Imam Ghozali, Aplikasi Multi Variate dengan Program IBM SPSS 25, (Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang, 2018), hlm 45.
75

Jadi nilai tersebut lebih besar dari nilai koefisien 0.700, maka berdasarkan

skala Cronbach Alpha, dapat dinyatakan bahwa kuesioner yang digunakan

untuk mengukur Ketenangan Jiwa sangat Reliabel.

Tabel 4.17

Hasil Uji Reliabelitas Kusioner Kehadiran Tahlil

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.843 14

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa N Of Items adalah

banyaknya butir soal sebanyak 14 item yang mana dari 16 aitem gugur

sebanyak 2 item. Hasil pengujian data reliabilitas ketenangan jiwa, dengan

menggunakan Cronbach Alpha, mendapatkan hasil nilai Alpha sebesar 0.843.

Jadi nilai tersebut lebih besar dari nilai koefisien 0.700, maka berdasarkan

skala Cronbach Alpha, dapat dinyatakan bahwa kuesioner yang digunakan

untuk mengukur Ketenangan Jiwa sangat Reliabel.

D. Uji Asumsi Dasar

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah satu bagian

dari uji persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum

dilakukan analisi regresi. Maka data penelitian harus diuji kenormalan


76

distribusinya. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas

K-S/Kolmogorov Smirnov:

1) Jika nilai signifikan (Sig.) lebih besar dari 0.05 maka data penelitian

berdistribusi normal.

2) Jika nilai signifikan (Sig.) lebih kecil dari 0.05 maka data penelitian

tidak berdistribusi normal.86

Tabel 4.18

Hasil uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.53308985

Most Extreme Differences Absolute .094

Positive .094

Negative -.078

Test Statistic .094

Asymp. Sig. (2-tailed)c .200d

86
Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistika Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS (Ponorogo: CV.
Weda Group, 2016), 83-89.
77

Monte Carlo Sig. (2-tailed)e Sig. .350

99% Confidence Interval Lower Bound .338

Upper Bound .363

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting seed 624387341.

Berdasarkan hasil uji normalitas K-S/Kolmogorov Smirnov yang mana

telah dilakukan analisis dari kedua variabel menjadi Unstandardized Residual.

Maka dapat diketahui nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar “0.200 > 0.05” yang

artinya variabel kehadiran tahlil dan variabel ketenangan jiwa berdistribusi

normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dasar pengambilan keputusan:

1) Dasar pengambilan keputusan dengan cara melihat probabilitas jika

nilai sig < 0,05 maka dikatakan linier antar variabel bebas dengan

variabel terikat.

2) jika nilai sig > 0,05 maka dikatakan tidak linier antar variabel bebas

dengan variabel terikat.


78

Tabel 4.19

Hasil Uji Linieritas

ANOVA Table

Sum of Mean

Squares df Square F Sig.

Ketenangan Jiwa Between (Combined) 3680.883 18 204.494 4.627 <.001

* Kehadiran Groups Linearity 2295.537 1 2295.53 51.93 <.001

Tahlil 7 6

Deviation from 1385.346 17 81.491 1.844 .071

Linearity

Within Groups 1281.783 29 44.199

Total 4962.667 47

Berdasarkan Hasil uji Linieritas dapat diketahui nilai Sig. Deviation

from Linearity sebesar “0.01 < 0.05”, maka dapat disimpulkan bahwa antara

variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) terdapat hubungan yang Linier.

E. Uji Hepotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui hipotesis dalam variabel X

dan variabel Y diterima atau ditolak. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan analisis regresi linear sederhana. Analisis regresi linear

sederhana digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan


79

keputusan jika signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima, tetapi jika signifikan

> 0,05 maka hipotesis ditolak.

Tabel 4.20

Hasil Output Pertama

Variables Entered/Removeda

Variables Variables

Model Entered Removed Method

1 Kehadiran . Enter

Tahlilb

a. Dependent Variable: Ketenangan Jiwa

b. All requested variables entered.

Output pertama pada tabel 4.15 merupakan variable entered/removed

yang didapatkan dari uji regresi pada program SPSS, pada tabel ini

menjelaskan tentang variabel yang dimasukkan dan metode yang digunakan.

Dalam penelitian ini variabel yang dimasukkan adalah kehadiran tahlil sebagai

variabel independent dan ketenangan jiwa sebagai variabel dependent,

sedangkan metodenya adalah entered.


80

Tabel 4.21

Hasil Output Kedua Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 40.128 8.579 4.677 <.001

Kehadiran 1.217 .193 .680 6.292 <.001

Tahlil

a. Dependent Variable: Ketenangan Jiwa

Output keempat (Coefficients) menjelaskan bahwa nilai constant a

sebesar “40.128”, sedangkan nilai kehadiran tahlil sebesar 1.217, sehingga

persamaan regresinya dapat ditulis:

Y = a + bX

Y = 40.128 + 1.217X

Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Nilai constant a sebesar 40.128 mengandung arti nilai konsinten

variabel ketenangan jiwa adalah sebesar 40.128.

b. Koofesien regresi variabel X sebesar 1.217 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1% nilai kehadiran, maka nilai ketenangan jiwa

bertambah sebesar 1.217. sehingga dapat dikatakan bahwa nilai


81

pengaruh variabel kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa bersifat

positif.

Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana:

a. Berdasarkan dari nilai signifikansi: dari tabel koefisien diperoleh nilai

sebesar “0.01< 0.05” sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X

berpengaruh terhadap variabel Y.

b. Berdasarkan nilai t: diketahui nilai thitung 6.292 > 0.284 ttabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X (kehadiran tahlil)

berpengaruh terhadap variabel Y (ketenangan jiwa).

Tabel 4.22

Hasil Output Ketiga R Square Koefisien Pada Variabel

Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate

1 .680a .463 .451 7.615

a. Predictors: (Constant), Kehadiran Tahlil

Output kedua model summary, pada tabel 4.3 menjelasakan besarnya

nilai korelasi (R) dan Koefisien (R Square) antara variabel X dengan variabel

Y, nilai korelasi yang didapat sebesar “0.680” pada tabel ditandai pada tabel

dengan warna biru. Kemudian didapatkan nilai koefisien sebesar “0.463” pada
82

tabel ditandai dengan warna hijau. Jadi pada tabel disini menjelaskan

bahwasannya pengaruh variabel X (kehadiran tahlil) terhadap variabel Y

(ketenangan jiwa) mendapat nilai sebesar 46,3%.

Tabel 4.23

Hasil Output Keempat Pengaruh Signifikan Kehadiran Tahlil

Terhadap Ketenangan Jiwa

ANOVAa

Sum of Mean

Model Squares Df Square F Sig.

1 Regressio 2295.537 1 2295.537 39.591 <.001b

Residual 2667.130 46 57.981

Total 4962.667 47

a. Dependent Variable: Ketenangan Jiwa

b. Predictors: (Constant), Kehadiran Tahlil

Output ketiga (ANOVA) menjelaskan bahwa dalam uji regresi

mendapatkan nilai F hitung sebesar “39.591” yang ditandai dengan warna

kuning pada tabel, kemudian mendapatkan nilai signifikansi sebesar “0.001 <

0.005” yang artinya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai signifikansi

probabilitas. Jadi model uji regresi linier sederhana pada penelitian ini dapat

digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel


83

terikat, atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas (kehadiran tahlil) terhadap variabel terikat (ketenangan jiwa).


84

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menjabarkan hasil penelitian yang didapat dari

lapangan dan menjawab rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini.

Dengan merujuk pada bab I sampai bab IV dapat dijelaskan hal-hal yang

berkaitan dengan masalah. Penjelasan mengenai pengaruh masing-masing

variabel sebagai berikut:

A. Bagaimana Kehadiran Tahlil Jamaah Ziarah Makam Jumat Kliwon

Hasil dari perhitungan analisis regresi sederhana mengenai kehadiran

tahlil para jamaah ziarah makam, yang mana dalam segi kehadiran tahlil para

jamaah yang sudah mengisi kusioner dengan jumlah subjek sebanyak 48,

dengan jumlah aitem pertanyaan mengenai kehadiran sebanyak 14 yang valid

dari 16 aitem. Kemudian hasil kusioner dihitung menggunakan aplikasi Ibm

SPSS versi 29.0.

Gambaran mengenai tingkat kehadiran tahlil pada setiap peziarah

tentunya berbeda-beda, dapat di ketahui bahwa peziarah dengan kategori

kehadiran tahlil rendah berjumlah 5 peziarah dengan presentase 10%,

kemudian peziarah dengan kategori sedang berjumlah 36 peziarah dengan

presentase 75%, dan kategori tinggi berjumlah 7 peziarah dengan presentase

15%.
85

Dari aspek-aspek kehadiran tahlil yang digunakan pada penelitian ini

adalah aspek fisik dan mental. Setelah dilakukannya perhitungan secara

menyeluruh, aspek fisik mendapatkan jumlah point sebesar “914” dengan rata-

rata “2,72” dan persentase 48%, sedangkan aspek mental mendapatkan jumlah

point sebesar “976” dengan rata-rata “2,90” dan persentase 52%. Hal tersebut

dapat dilihat dari hasil perhitungan antara aspek fisik dan mental, alhasil aspek

mental memperoleh hasil yang menonjol jika dibandingkan dengan aspek

fisik.

Aspek mental mendapat hasil yang lebih menonjol daripada aspek fisik

disebabkan adanya tingkat atensi subjek yang baik, dimana disaat mengikuti

acara tahlil, subjek membaca kalimat-kalimat dzikir tahlil dengan khusu’ dan

hikmat. Adapun disaat mengikuti acara tahlil para subjek sangat bersemangat

dalam melafalkan kalimat-kalimat dzikir tahlil, hal itu dapat diketahui dari

suara lantang yang mereka keluarkan saat pelafalan kalimat tahlil. Suasana

disekitar makam terasa begitu hidup dengan adanya jamaah peziarah makam

syekh Wotgaleh yang melantunkan kalimat-kalimat dzikir tahlil. Sehingga

kehadiran para peziarah makam terkait dengan implikasi penting terhadap

ketenangan jiwa. Dimana didalam kehadiran terdapat aspek fisik dan mental,

kedua aspek tersebut berperan dalam kehadiran para subjek. Kehadiran

jamaah tahlil sama halnya dengan mengabsolutkan diri secara sadar dalam

acara tahlil, melibatkan kondisi fisik, dan mental. Seperti halnya yang
86

dituturkan oleh Akhmad Sudrajat bahwasannya kehadiran seseorang yakni

hadir dan ikut serta baik secara mental maupun fisik.87

B. Bagaimana Tingkat Ketenangan Jiwa Jamaah Ziarah Makam

Hasil dari perhitungan analisis regresi sederhana mengenai tingkat

ketenangan jiwa jamaah ziarah makam, yang mana para jamaah yang sudah

mengisi kusioner dengan jumlah subjek sebanyak 48, dengan jumlah aitem

pertanyaan mengenai kehadiran sebanyak 27 yang valid dari 32 aitem.

Kemudian hasil kusioner dihitung menggunakan aplikasi Ibm SPSS versi

29.0, memperoleh hasil nilai Alpha sebesar 0.897. Jadi nilai tersebut lebih

besar dari nilai koefisien 0.700, maka berdasarkan skala Cronbach Alpha,

dapat dinyatakan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengukur

Ketenangan Jiwa sangat Reliabel.

Gambaran mengenai tingkat ketenangan jiwa pada setiap peziarah

tentunya berbeda-beda, dapat di ketahui bahwa peziarah dengan kategori

ketenangan jiwa rendah berjumlah 3 peziarah dengan presentase 6%,

kemudian peziarah dengan kategori sedang berjumlah 35 peziarah dengan

presentase 73%, dan kategori tinggi berjumlah 10 peziarah dengan presentase

21%.

Dari aspek-aspek ketenangan jiwa yang digunakan pada penelitian ini

adalah aspek sabar, optimis, bersyukur, dan tawakal. Setelah dilakukannya

perhitungan secara menyeluruh, aspek sabar mendapatkan jumlah point


87
Akhmad Sudrajat. “Konsep Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Pendidikan”.
Http://Akhmadsudrajat.wordpress.com.
87

sebesar “972” dengan rata-rata “2,89” dan persentase 24,0%, aspek optimis

mendapatkan jumlah point sebesar “985” dengan rata-rata “2,93” dan

persentase 24,3%, aspek bersyukur mendapatkan jumlah point sebesar “893”

dengan rata-rata “3,10” dan persentase 25,7%, dan aspek tawakal

mendapatkan jumlah point sebesar “1052” dengan rata-rata “3,13” dan

persentase 26,0%.

Dari hasil diatas dapat dilihat perhitungan antara aspek-aspek

ketenangan jiwa, aspek tawakal memperoleh hasil yang menonjol jika

dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. namun perbandingan tersebut

tidaklah jauh, yang perlu diperhatikan adalah aspek sabar, karena aspek sabar

memperoleh nilai kecil dibanding ketiga aspek diatas. Aspek tawakal

memperoleh hasil yang relatif besar, karena para subjek memiliki sifat

senantiasa berserah diri kepada Allah SWT, menyakini bahwa setiap apa yang

terjadi pada diri mereka tak lain atas kehendak Allah, selalu bersyukur atas

rezeqi yang diberikan walau itu sedikit, namun mereka merasa cukup. hal

tersebut tercerminkan dari wajah dan perilaku setiap subjek yang datang ke

makam Syekh Wotgaleh Yogyakarta. Kemudian perlu diperhatikan

bahwasannya setiap subjek memiliki tingkat kesabaran yang berbeda-beda,

baik itu dari segi pengendalian diri dan menahan keinginan. Artinya dalam

pengendalian diri, tidak semua subjek bisa memaafkan orang yang sudah jahat

kepada mereka, belum bisa sepenuhnya sabar ketika apa yang terjadi pada diri

subjek merupakan kehendak Allah dan yang pasti ada hikmahnya, serta
88

memaksakan gaya hidup yang mana dalam segi ekonomi mereka belum

mumpuni.

Sejatinya ketenangan jiwa didapatkan ketika manusia bisa berserah diri

sepenuhnya kepada-NYA, dalam artian setiap usaha yang sudah dilakukan

diserahkan hasilnya kepada Allah SWT. Sesuai dengan yang dikatakan Imam

Al-Ghozali bahwasannya Bila jiwa seseorang dalam kondisi tenang dan

mampu menyingkirkan kegaulannya dalam menentang kehendak syahwatnya,

maka yang demikian dinamakan jiwa yang tenang (al-muthmainnah). 88 Hal ini

juga didasarkan atas firman Allah berikut.89

‫ٰۤي َاَّي ُتَه ا الَّن ۡف ُس اۡل ُم ۡط َم ِٕٮَّن ُة اۡر ِجِع ۤۡى ِاٰل ى َر ِّب ِك َر اِض َي ًة َّم ۡر ِض َّي ًة‬

Artinya: Wahai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan


hati yang ridha dan diridhai-Nya.

C. Adakah Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa

Jamaah Ziarah Makam

Berdasarkan uji hipotesis maka dapat dikatakan bahwa kehadiran tahlil

berpengaruh secara signifikan terhadap ketenangan jiwa para peziarah, dapat

dilihat dari pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana antara kedua

variabel dan uji t diperoleh dari nilai signifikansi dari tabel koefisien diperoleh

nilai sebesar “0.01< 0.05” sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Selanjutnya

88
Al-Ghazali, Raudhah al-Thālibin wa ’Umdah al-Sālikīn dan Minhāj al-‘Ārifin, terj. Masyhur
Abadi dan Hasan Abrori, Mihrab Kaum Arifin Apresiasi Sufistik untuk Para Salikin, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2002), hlm. 62.
89
Al-Fajr (89): 27-28:
89

berdasarkan hasil nilai uji t diketahui nilai thitung 6.292 > 0.284 ttabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X (kehadiran tahlil) berpengaruh

terhadap variabel Y (ketenangan jiwa).

Nilai kolerasi (R) adalah “0.680”. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan

bahwa hubungan kedua variabel yaitu kehadiran tahlil terhadap ketenangan

jiwa memiliki tingkat yang cukup kuat. Dari hasil perhitungan model

summary juga diperoleh nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang

menunjukkan seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh interaksi dua

variabel bebas dan satu variabel terikat. Nilai KD yang diperoleh adalah

“0.463”, sehingga dapat ditafsirkan bahwa terdapat pengaruh variabel X

(kehadiran tahlil) terhadap variabel Y (ketenangan jiwa), jika dipersentasekan

mendapat nilai sebesar 46,3%.

Penelitian yang dilakukan sekarang oleh peneliti mendapat nilai yang

signifikan, baik itu dilihat dari hasil nilai signifikan, nilai uji f dan uji t, maka

Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya kehadiran tahlil berpengaruh

signifikan terhadap ketenangan jiwa jamah ziarah malam jumat kliwon.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian-penlitian terdahulu yang sudah

dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Skripsi Ayu Efita Sari yang berjudul “Pengaruh Ketenangan

Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan

Trenggalek.” (Pada tahun 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dalam

penelitian dan analisa data melalui penghitungan skor angket pengaruh dzikir
90

terhadap ketenangan jiwa diperoleh f hitung diperoleh melalui perhitungan

sebesar 4,012. Sedangkan f tabel pada taraf signifikansi 5% adalah 3,15. Hasil

korelasi penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

dzikir terhadap ketenangan jiwa di majlis dzakirin Trenggalek. terbukti dari

besarnya prosentase ketenagan jiwa sebesar 6,5%.

Penelitian dahulu yang dilakukan oleh Ayu Efita Sari didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang, dimana hasil penelitian

terdahulu dan sekarang sama-sama memiliki hasil yang signifikan dari hasil

nilai fhitung. Penelitian sekarang nilai F hitung sebesar “39.591” jika

dibandingkan dengan nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% adalah “4.05”

maka nilai “39.591 > 4.05” yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kedua, Skripsi Ilmu Sosial yang ditulis dan dilakukan oleh Fauziyati

‘Alimah dengan judul “Pengaruh kegiatan Ziarah Kubur Terhadap

Ketenangan Jiwa Santri Kelas XII Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-

Anwar Paculgowang Jombang” pada tahun 2020. Penelitian ini membahas

mengenai pengaruh suau kegiatan ziarah kubur terhadap ketenangan jiwa

santri kelas XII Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-Anwar Paculgowang

Jombang. Hasil penelitian menunjukkan nilai Sig. adalah 0,011, yang mana

0,011 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dalam penelitian ini

menghasilkan sebuah hasil pengaruh ziarah kubur terhadap ketenangan jiwa

adalah sebesar 27,1%.


91

Penelitian sekarang mendapat nilai signifikansi sebesar “0.001 <

0.005” yang artinya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai signifikansi

probabilitas. Jadi model uji regresi linier sederhana pada penelitian ini dapat

digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas (kehadiran tahlil) terhadap variabel terikat (ketenangan jiwa).

Ketiga, Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam yang ditulis dan

dilakukan oleh Masnida, Dkk dengan judul “Pengaruh Aktivitas Ziarah Kubur

Terhadap Ketenangan Jiwa Dalam Menghafal Al-Quran Santri Tahfidz

Asrama Al-Mujahidin Pondok Pesantren Darussalam Blokagung

Banyuwangi.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ziarah kubur

berpengaruh signifikan terhadap ketenangan jiwa dalam menghafal Al-Qur’an

santri tahfidz asrama Al Mujahidin Pondok Pesantren Darusslam Blokagung

Banyuwangi sesuai dengan analisis uji t yang menunjukkan bahwa nilai p =

0,000 lebih kecil (<) 0,05 (t hitung 8,459 lebih besar (>) t tabel 2,056).

Penelitian sekarang diketahui nilai thitung 6.292 > 0.284 ttabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X (kehadiran tahlil) berpengaruh

terhadap variabel Y (ketenangan jiwa).

Dari keterangan diatas mengenai hasil uji hipotesis pengaruh kehadiran

tahlil terhadap ketenangan jiwa, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua varibel

dalam penelitian ini berdistribusi normal dan signifikan. Kemudian penelitian

sekarang mendukung tiga penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.


92

Jadi ketenangan jiwa para peziarah diperoleh dari dzikir amaliyah

tahlil yang mereka lantunkan ketika berziarah di makam Syekh Wotgaleh,

dimana didalam tahlil bukan semata-mata hanya melafadkan kalimat “La Ilaha

Ilallah” melainkan terdapat kalimat-kalimat dzikir seperti: Istigfar, Sholawat,

Kalimat Thoyyibah, ayat-ayat suci Al-Qur’an dan diakhiri dengan doa. Saat

pembacaan tahlil perhatian seseorang berpusat pada Allah SWT, dengan

menyebut nama-Nya secara berulang-ulang sehingga memiliki pengalaman

berhubungan dengan Allah. Pada alam sadar, hal ini dapat berkembang

dengan menghayati kehadiran Allah yang mengetahui segala tindakan

manusia. Hal ini dapat memunculkan perasaan selalu ditemani oleh Allah,

yang membuat jiwanya merasa tenang.90 Kemudian Hamdani Bakran

berpendapat bahwa salah satu hikmah dari berdzikir yaitu dapat melenyapkan

keresahan dan kecemasan yang berada dalam hati, sesuai dengan firman Allah

dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28.91

‫اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا َو َت ْط َم ُّن ُقُلْو ُبُه ِذ ْك ِۗهّٰللا َااَل ِذ ْك ِهّٰللا َت ْط َم ُّن اْلُقُلْو ُۗب‬
‫ِٕى‬ ‫ِب ِر‬ ‫ْم ِب ِر‬ ‫ِٕى‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat
Allah hati akan selalu tenteram.

Dari sini peneliti menarik kesimpulan peziarah yang mendapat

ketenangan jiwa dengan kategori rendah, berarti mereka saat mengikuti acara

tahlil terlalu berharap semua hajat ataupun permasalahan hidup cepat

90
Ayu Efita Sari, “Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Di Majlisul Dzakirin
Kamulan Durenan Trenggalek”, Skripsi, Jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin, Adab,
Dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2015, hal. 37.
91
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Kecerdasan Kenabian, (Yogyakarta: Penerbit Islamika, 2005),
hal. 440.
93

terselesaikan dan terkabul, sehingga lupa bahwa sifat tawakal atau berserah

diri diperlukan untuk mendapatkan ketenangan jiwa.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis yang

diajukan dan hasil pengolahan data serta pembahasan sebelumnya, maka

peneliti memperoleh kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan

mengenai pengaruh kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa jamaah ziarah

makam syekh Wotgaleh Yogyakarta yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Tingkat Kehadiran Tahlil Jamaah Ziarah

Berdasarkan data statistik Gambaran mengenai tingkat kehadiran tahlil

pada setiap peziarah tentunya berbeda-beda, dapat di ketahui bahwa peziarah

dengan kategori kehadiran tahlil rendah berjumlah 5 peziarah dengan

presentase 10%, kemudian peziarah dengan kategori sedang berjumlah 36


94

peziarah dengan presentase 75%, dan kategori tinggi berjumlah 7 peziarah

dengan presentase 15%.

Dari aspek-aspek kehadiran tahlil yang digunakan pada penelitian ini

adalah aspek fisik dan mental. Setelah dilakukannya perhitungan secara

menyeluruh, aspek fisik mendapatkan jumlah point sebesar “914” dengan rata-

rata “2,72” dan persentase 48%, sedangkan aspek mental mendapatkan jumlah

point sebesar “976” dengan rata-rata “2,90” dan persentase 52%.

2. Bagaimana Tingkat Ketenangan Jiwa Jamaah Ziarah

Hasil data statistik Gambaran mengenai tingkat ketenangan jiwa pada

setiap peziarah tentunya berbeda-beda, dapat di ketahui bahwa peziarah

dengan kategori ketenangan jiwa rendah berjumlah 3 peziarah dengan

presentase 6%, kemudian peziarah dengan kategori sedang berjumlah 35

peziarah dengan presentase 73%, dan kategori tinggi berjumlah 10 peziarah

dengan presentase 21%.

Dari aspek-aspek ketenangan jiwa yang digunakan pada penelitian ini

adalah aspek sabar, optimis, bersyukur, dan tawakal. Setelah dilakukannya

perhitungan secara menyeluruh, aspek sabar mendapatkan jumlah point

sebesar “972” dengan rata-rata “2,89” dan persentase 24,0%, aspek optimis

mendapatkan jumlah point sebesar “985” dengan rata-rata “2,93” dan

persentase 24,3%, aspek bersyukur mendapatkan jumlah point sebesar “893”

dengan rata-rata “3,10” dan persentase 25,7%, dan aspek tawakal


95

mendapatkan jumlah point sebesar “1052” dengan rata-rata “3,13” dan

persentase 26,0%.

3. Adakah Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa

Jamaah Ziarah Makam

Berdasarkan data statistik pengambilan keputusan dalam uji regresi

sederhana antara kedua variabel dan uji t diperoleh dari nilai signifikansi dari

tabel koefisien diperoleh nilai sebesar “0.01< 0.05” sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel X berpengaruh terhadap variabel Y. Selanjutnya

berdasarkan hasil nilai uji t diketahui nilai thitung 6.292 > 0.284 ttabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X (kehadiran tahlil) berpengaruh

terhadap variabel Y (ketenangan jiwa).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat

penulis berikan:

1. Untuk subjek

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi subjek untuk

memahami bagaimana tingkat ketenangan jiwa mereka yang selanjutnya

berguna untuk dipertahankan atau ditingkatkan. Terlebih lagi khususnya bagi

para subjek yang sudah menikah dan memiliki banyak tanggungan diharapkan

dapat meningkatkan ketaqwaan dan kesabaran dalam diri. Sebagimana dari

hasil penelitian ini memberitahu bahwasannya tingkat kesabaran subjek


96

tergolong kecil dibandingkan dengan aspek optimis, bersyukur, dan tawakal.

Aspek sabar sendiri memperoleh nilai rata-rata “2,89” dan persentase 24,0%.

2. Untuk Masyarakat atau pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan masyarakat sebagai rujukan tentang

ketenangan jiwa para peziarah kubur sehingga menambah kesadaran bahwa

terdapat berbagai macam upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan ketenangan jiwa salah satunya melalui dzikir tahlil. Mereka akan

lebih mengerti dampak positif dari kehadiran tahlil terhadap ketenangan jiwa.

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi umat beragama dan

khususnya para pembaca agar dapat mengerti makna kehadiran tahlil yang

sesungguhnya, serta mengenal arti ketenangan jiwa yang didapat oleh para

jamaah ziarah makam.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Bagi penieliti selanjutnya yang tertarik dan ingin meneliti mengenai

Pengaruh Kehadiran Tahlil Terhadap Ketenangan Jiwa jama’ah Ziarah

Makam Syekh Wotgaleh Yogyakarta disarankan untuk lebih memperhatikan

variabel X yang akan digunakan, karena peneliti mengalami kesusahan dalam

mencari teori yang sesuai dengan peneltian yang dilakukan. Selain itu peneliti

selanjutnya lebih memperhatikan waktu dalam penyebaran kusioner kepada

jamaah, karena peneliti mengalami kesusahan dalam penyebaran kusioner,

sewaktu penyebaran kusioner peneliti memilih waktu setelah acara tahlil

selesai. Alhasil para subjek yang sedang bersantai menikmati makanan berkat,
97

banyak dari mereka menolak untuk mengisi kusioner. Disarankan kepada

peneliti selanjutnya dalam penyebaran kusioner sebaiknya dilakukan saat

peziarah masuk ke area makam, hal tersebut diharapkan dapat mengurangi

penolakan subjek untuk mengisi kusioner.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim. (2017). “Ziarah Kubur”. Jakarta: Sandro Jaya.

Achmad Mubarok. (2014). “Psikologi Dakwah (Membangun Citra Berfikir dan

Merasa)”. Malang: Madani Press Wisma Kalemero.

Al-Ghazali dkk. (1990). “Tazkiyatun an-Nufus, alih bahasa, Nabhani Idris,

Pembersih Jiwa”. Bandung: Penerbit Pustaka.

Al-Ghazali, Imam. (1984). “Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qolbi Terjemahan.

Ismail Yakub. Jilid 4”. Jakarta: Tirta Mas.

Al-Ghazali, Mi’raj al-Salikin, trans. by Fathur Rahman. (2005). “Tangga

Pendakian bagi Para Hamba yang Hendak Merambah Jalan Allah”.

Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Al-Ghazali. (2002). “Raudhah al-Thalibin wa’Umdah al-Salikin dan Minhaj al

‘Arifin, trans. by Masyhur Abadidan Hasan Abrori, Mihrab Kaum Arifin

Apresiasi Sufistik untuk Para Salikin”. Surabaya: Pustaka Progressif.

Ali Anwar. 2009 “Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya dengan

SPSS dan Exsel” Kediri: IAIT Press.

Alimah, Fauziyati. (2020). “Pengaruh kegiatan Ziarah Kubur Terhadap

Ketenangan Jiwa Santri Kelas XII Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Al-Anwar Paculgowang Jombang”. Skripsi. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Al-Naisaburi, Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj. (2010). “Syarah Shohih

Muslim, jil. 08 Terjemahan: Nawawi Imam An”. Palangkaraya: Pustaka

Azzam.

98
99

Amnur, David. (2010). “Zikir dan Pengaruhnya Terhadap Ketenangan Jiwa

Menurut AL-Qur’an”. Skripsi. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim.

Anggito, Albi dan Setiawan Johan. (2018). “Metodologi dan Penelitian

Kualitatif”. Sukabumi: CV Jejak.

Ardani, Ristiadi Ardi. (2008). “Psikologi Islam”. Jakarta: Malang Press.

Azwar, Saifuddin. (2004). “Metodologi Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, Saifuddin. (2017). “Penyusunan Skala Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Bachtiar Nasir. (2012). “Anda Bertanya Kami Menjawab”. Jakarta: Gema insani.

Baharuddin dan Mulyono. (2008). “Psikologi Agama Dalam Perspektif Islam”.

Malang: UIN Malang Press.

Bapak Syawwal, 2022, “Wawancara Cerita Rakyat Asal Mula Nama Wotgaleh”,

Sleman Yogyakarta, 20 Februari, pukul. 19.28.

Bapak Syawwal, 21 November 2022. “Hasil wawancara”, Juru kunci Makam

Syekh Wotgaleh.

Burhan Bungin. (2010). “Metodologi Penelitian Kuantitatif”. Jakarta: Predana

Media Group.

Daradjat, Zakiah. (1978). “Kesehatan Mental dalam Pendidikan dan Pengajaran

IAIN”. Jakarta: Ruhana.

Daradjat, Zakiah. (2005). “Ilmu Jiwa Agama”. Jakarta: Pt, Bulan Bintang.
100

Daradjat, Zakiyah. (1982). “Islam dan Kesehatan Mental”. Jakarta: Gunung

Agung.

Dorothy C. Finkelor. (2004). “Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda,

Kebencian, Kecintaan Dan Ketakutan Kita”. Yogyakarta: Zenit Publister.

Eko Murdiyanto, (2011), “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa

Wisata Karanggeneng, Purwobinangun, Pakem, Sleman”, Yogyakarta:

ejournal Studi Agribisnis, Vol. 7 No.2.

Gagas Ulung. (2013), Wisata Ziarah “90 destinasi wisata ziarah & sejarah di

Jogja, Solo, Magelang, Semarang, Cirebon: masjid, candi, gua, makam,

kelenteng, situs”, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hana Nurrahmah. (2014). “Tradisi Zirah Kubur Studi Kasus Perilaku

Masyarakat Muslim Karawang Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah

Pada Makam Syeh Quro Di Kampung Pulobata Karawang”. Skripsi.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, 2005, “Kecerdasan Kenabian” Yogyakarta:

(Penerbit Islamika).

Haryanto, S. (2002). “Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah

Shalat”. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Aplikasi Android, “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V”. diakses

pada 10 November 2022.


101

http://www.wotgalih-yosowilangun.lumajangkab.go.id/, (diakses pada tanggal 26

Februari 2023).

https://almanhaj.or.id/8161-berdoalah-kepadaku-niscaya-aka-aku-kabulkan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Peziarah

https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hadiah-orang-hidup-kepada-orang-mati-

8UWyU

https://islam.nu.or.id/jenazah/empat-motivasi-ziarah-kubur-menurut-syekh-

nawawi-banten, kitab: Nashâihul ‘Ibâd.

https://islam.nu.or.id/post/read/37170/anjuran-melaksanakan-ziarah-kubur

https://kbbi.web.id/aspek.

https://kbbi.web.id/ikut%20serta

https://www.gramedia.com

https://www.gramedia.com (kebutuhan manusia)

Ilyas, Rahmat. (2017). “Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah Pemikiran Al-

Ghazali”, Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan vol.

8, no. 1”. Bangka Belitung: STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik.

Imam Ghozali. 2018 “Aplikasi Multi Variate dengan Program IBM SPSS 25”,

Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Isaura Gabriel Engka, Dkk, (2015), “Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan

Pembangunan Jalan Pertanian Di Aertrang Kelurahan Malalayang I

Timur” Manado: ejournal ASE, Vol. 11 No. 3.

Jean Paul Sartre. (1980). Pintu Tertutup. Terj. Asrul Sani, Jakarta: Pustaka Jaya.
102

John W. Creswell. (2013). “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed”. Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Kholilurrohman. (2010). “Ritual Tahlil Sebagai Media Dakwah”. Purwokerto:

Fakultas Dakwah.

Koenjaraningrat. (1994). “Metode-Metode Penelitian Masyarakat”. Jakarta: PT

Gramedia.

M. Afnan Chafidh- A. Ma’ruf Asrori. (2006). “Tradisi Islam Panduan Prosesi

Kelahiran, Perkawinan dan Kematian”. Surabaya: Kalista.

Mahdiyah. (2016). “Study Mandiri Dan Seminar Proposal Penelitian”.

Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Martono, Nanang. (2011). “Metode Penelitian Kuantitatif”. Jakarta: Rajagrafindo

Persada.

Mawangir, Muhammad. (2015). “Zakiah Daradjat Dan Pemikirannya Tentang

Peran Pendidikan Islam Dalam Kesehatan Mental”. Jurnal. Palembang:

UIN Raden Fatah.

Moh.Sholeh, (2005). “Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran

Terapi Religius”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mubarok, Achmad. (2014). “Membangun Citra Berfikir dan Merasa”. Jurnal.

Malang Jakarta Timur: Madani Press Wisma Kalemero.


103

Muhammad Mawangir. (2015). “Zakiah Daradjat Dan Pemikirannya Tentang

Peran Pendidikan Islam Dalam Kesehatan Mental”. Jurnal. Palembang:

UIN Raden Fatah.

Muhammad Saekan. (2010). “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Kudus: Nora

Media Enterprise.

Nanang Martono. (2011). “Metode Penelitian Kuantitatif”. Jakarta: Rajagrafindo

Persada.

Nanang, Sobirin. (2022). "Pertarungan Pangeran Purbaya Melawan

Pasingsingan dan Berdirinya Masjid di Kalisoka". Artikel.

Prof. Dr. Suyono, M.Si. (2018), “Anlisis Regresi Untuk Penelitian”, Yogyakarta:

Cv Budi Utama.

Rahmat Ilyas. (2017). “Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah Pemikiran Al-

Ghazali”. Jurnal. Bangka Belitung: IAIN Syaikh Abdurrohman Siddik.

Redeska Zahran. (2021). “Ketenangan jiwa menurut imam Al-Ghozali”. Skripsi.

Riau: UIN Sultan Syarif.

Robert, Franger. (1999). “Psikologi Sufi” Jakarta: Serambi.

Sari, Ayu Efita. (2015). “Pengaruh Ketenangan Dzikir Terhadap Ketenangan

Jiwa di Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan Trenggalek.”. Skripsi. Jawa

Timur: IAIN Tulungagung.

Soemanto, Wasty. (1998). “Pengantar Psikologi”. Jakarta: Bina Aksara.


104

Sugiyono. (2010). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”.

Bandung: Alfabet.

Sugiyono. 2013 “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D” Bandung: Alfabeta.

Suharmi Arikunto. (1996). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (1993). “Manajemen Mengajar secara Manusiawi”. Jakarta:

Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2010). “Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik”.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suhasimi Arikunto. (2010). “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta.

Sujarweni, Wiratna. (2014). “Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah

Dipahami”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukarni. (2017). “Dzikir Dan Doa Bagi Ketenangan Jiwa Santri Di Pondok

Pesantren As-Salafiyah Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung”. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan.

Usman Said. (1982). “Pengantar Ilmu Tasawuf”. Sumatera Utara: Proyek

Pembinaan PTA IAIN Sumatera utara.

Widi Astuti, Cundo Harimurti, dan I Nyoman Purnaya, (2021). “Pengaruh Jumlah

Pembelian Terhadap Pengadaan Material Di PT. Antero Makmur”, Jurnal

Manajemen Logistik, Vol. 1, No. 1


105

Yahya, Imam Mahrus.KH. (2017). “Munjiyat Kaamilah”. Kediri: Ponpes Lirboyo

Al-Mahrusiyah.

Yohanes Maria, dkk. (2008). “gerakan rakyat wotgaleh”. Jurnal. Yogyakarta:

Sanata Dharma.

Yuliatun. (2015). “Ziarah Wali Sebagai Media Layanan Bimbingan Konseling

Islam Untuk Membangun Keseimbangan Psikis Klien.” Jawa Tengah:

STAIN Kudus Indonesia.

Zainuddin, HM. (2015). “Tahlilan Dalam Perspektif Historis, Sosiologis,

Psikologis, Antropologis”. Jurnal. Malang: UIN Malik Ibrahim.


Lampiran-Lampiran

Penelitian

ANGKET PENELITIAN

Petunjuk Pengisian:

1. Sebelum mengisi angket jangan lupa membaca bismillah terlebih dahulu.


2. Isilah identitas anda dengan sesuai yang telah disediakan di bawah ini.
3. Isilah semua kolom pernyataan dengan jujur.
4. Berilah tanda ceklist () pada kolom jawaban yang sesuai dengan yang anda
alami.

Keterangan:

SS Sangat Sesuai

S Sesuai

TS Tidak Sesuai

STS Sangat Tidak Sesuai

Biodata:

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya lebih memilih diam saat dimarahi atasan


walaupun saya benar

2 saya melawan atasan yang menjadikan saya tempat


pelampiasan kemarahannya

106
3 Saat marah, saya memukul atau membanting
benda-benda di sekitar saya.

4 Saya memilih tidak membalas perbuatan orang


yang jahat kepada saya

5 Saat menginginkan sesuatu, saya harus


mendapatkannya meski dengan memaksakan diri

6 Saya menabung untuk dapat membeli sesuatu yang


saya inginkan

7 Saya menghabiskan makanan yang saya sukai


hingga sakit perut

8 Saya dapat memaafkan orang yang telah


mendzolimi saya

9 Saya berani mengutarakan pendapat saat berdiskusi

10 Saya tidak percaya diri untuk memulai komunikasi


dengan orang baru.

11 Saya tidak merasa minder meski berada diantara


orang orang yang lebih baik ekonominya.

12 Saya tidak yakin bisa meraih apa yang menjadi cita


cita saya.

13 Saya berprasangka baik terhadap orang yang baru


dikenal

14 saya yakin di setiap kesulitan akan ada kemudahan

15 Ketika saya dilanda masalah, itu dikarenakan orang


yang berada di sekitar saya

16 Saya merasa tidak bisa melakukan hal yang


berguna

17 Saya hanya menginkan keberhasilan dari semua


usaha saya

18 Saya kecewa dengan keadaan yang saya jalani

107
19 Saya ikut senang ketika melihat orang lain sukses

20 Saya berusaha untuk mencapai hasil terbaik

21 Bagi saya bisa bersama dengan keluarga adalah


harta yang berharga

22 Saya merasa iri dengan kehidupan orang lain

23 Saya bersyukur atas pencapaian yang sudah didapat

24 Saya tidak puas dengan apa yang sudah saya miliki

25 Saya mengeluh akan hasil yang saya peroleh tidak


sesuai keinginan

26 Saya yakin bahwa pemberian Allah adalah


anugerah terbaik

27 Saya bersabar saat gagal dalam usaha saya

28 Ketika saya berhasil mencapai cita-cita itu karena


usaha saya sendiri

29 Saya menjauhi larangan Allah karena taku


kepadaNya

30 Saya merasa kebenruntungan yang saya dapatkan


karena ibadah yang saya lakukan

31 Setiap rezeqi yang saya dapatkan merupakan


pemberiaan dari Allah

32 Saya merasa bahwa Allah berperilaku tidak adil


terhadap saya.
33 Saya tidak akan datang ke acara tahlil jika cuacanya
hujan

34 Saya datang untuk mengikuti acara tahlil meskipun


cuaca yang tidak mendukung

35 Saya berada di area makam saat acara tahlil dimulai

36 Saya lebih nyaman berada di luar area makam saat

108
acara tahlil dimulai

37 Saya datang tepat waktu sebelum acara tahlil


dimulai

38 Saya masuk dahulu ke makam sebelum acara tahlil


dimulai

39 Saya terlambat datang ke acara tahlil karena banyak


tugas yang belum selesai

40 Saya memilih bersantai dahulu di warung sampai


acara tahlil dimulai dan duduk di belakang

41 Ketika acara tahlil bersama dimulai saya khusu'


membaca kalimah tahlil

42 Saya mengabaikan teman yang mencoba mengajak


berbicara disaat acara tahlil dimulai

43 Saya tertinggal dalam pelafaan kalimah tahlil


bersama di makam wotgaleh

44 Saya tidak dapat meresapi kalimah tahlil yang


diucapkan bersama sama di makam

45 Saya mengikuti acara tahlil bersama di makam,


wotgaleh saat ada teman yang menemani.

46 Ketika acara tahlil dimulai saya membaca dzikir


tahlil dengan suara lantang

47 Saya tertidur disaat acara membaca kalimah tahlil


berlangsung.

48 Saya mengikuti kegiatan tahlilan di makam dengan


semangat.
48 Saya mengikuti kegiatan tahlilan di makam dengan
semangat.

Hasil Data Kusioner Ketenangan Jiwa

109
110
111
Hasil Data Kusioner Kehadiran Tahlil

112
Dokumentasi

113
114
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Hadziq Mahmud Indrawan,

dilahirkan tepatnya di desa Bogotanjung kota

Pati provinsi Jawa Tengah pada tanggal 18

oktober 1998. Penulis merupakan anak pertama

(tiga bersaudara) dari pasangan Sukandar Ibnu

Iyadh dan Siti Fatimah. Berkebangsaan

Indonesia dan beragama islam. Penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah

dasar Negeri 012 Geringging Baru, Riau, pada tahun 2011 dan melanjutkan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 08 Benai, Riau, pada tahun 2013 penulis juga

tetap meneruskan di Madrasah Aliyah Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri, kemudian

penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di IAIN Kediri pada tahun 2016

dan penulis mengambil jurusan psikologi islam.

115

Anda mungkin juga menyukai