Anda di halaman 1dari 2

Tawangmangu merupakan salah satu ikon wisata di Kabupaten Karanganyar.

Namun

demikian, banyak yang tak tahu kenapa wilayah di kaki Gunung Lawu itu dinamakan

Tawangmangu.

Memiliki pemandangan alam yang indah dan suhu udara yang sejuk membuat Tawangmangu

menjadi rujukan favorit wisatawan, terutama di kawasan Soloraya, untuk healing. Selain itu,

keragaman budaya dan sejarah pula yang membuat Tawangmangu menarik. Termasuk

kenapa daerah ini dinamakan Tawangmangu.

Menurut Sudono yang disebut paham akan sejarah, menceritakan asal-usul Tawangmangu

maka kita ditarik ke belekang tepatnya pada Desember 1744. Itu adalah saat di mana Raden

Mas Said atau Pangeran Sambernyawa turun dari pertapaan atau ritualnya.

Saat itu, Raden Mas Said diserang tentara Belanda yang bekerja sama dengan prajurit

Kasunanan Surakarta. Peristiwa tersebut terjadi Desa Nglaroh, Wonogiri.

Dalam upayanya kabur, Raden Mas Said berpindah-pindah tempat. Ia kemudian teringat

dengan nasehat Tumenggung Kudono Warso dan Tumenggung Suro Wijoyo untuk berguru

di Desa Sumokaton, yang mana sekarang namanya Somokado, Kecamatan Tawangmangu.

Di sana, ada dua Ki Hajar, yakni Ki Hajar Adisono dan Ki Hajar Adi Roso. Ki Hajar Adi

Roso mengatakan belum saatnya Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa disebut ratu.

Ia harus melakukan ritual khusus terlebih dahulu.

Setelah itu, Raden Mas Said bertapa atau nyepi di Gunung Mengadek yang saat itu masih

hutan belantara. Ia didampingi oleh Tumenggung Kudono Warso dan Tumenggung Suko
Wijaya. Tetapi ketiganya kemudian terpisah karena angin kencang dan hujan deras.

Keduanya tidak tahan dan pindah tempat, sementara Raden Mas Said tetap tinggal.

Pangeran Sambernyawa Termenung


Raden Mas Said lantas bertemu pria tua yang datang membawa dua benda pusaka. Satu

berbentuk bendera disebut Kyai Gubro dan yang satu berupa tameng kulit bekas binatang dan

disebut Kyai Slamet.

Setelah menerima keduanya, Raden Mas Said ingin pergi ke suatu tempat untuk menemui

gurunya, yakni Ki Hajar Adiroso di Desa Sumokado. Namun ketika Raden Mas Said hendak

pergi, rupanya sang guru sudah menjemputnya.

Gurunya itu pun berkata, “Nak, kamu bakalan mendapat wahyu, tapi syaratnya temuilah

pamanmu, Pangeran Mangkubumi yang bertempat tinggal di Sukowati [sekarang Sragen].”

Dalam perjalanan hendak menuju ke Sukowati, Raden Mas Said melihat ke arah timur. Ia

menyaksikan pemandangan Gunung Lawu yang sangat besar dan diselimuti awan-awan,

kemudian terdiam termangu karenanya.

Setelah termangu beberapa saat, Raden Mas Said berkata, “Nanti, jika zaman sudah

berkembang atau zaman sudah mulai ramai, muncul masyarakat baru, maka dari itu, tempat

ini saya namakan Tawangmangu.”

Anda mungkin juga menyukai