Catur Pramono Buku Ajar Material Teknik
Catur Pramono Buku Ajar Material Teknik
MATERIAL
TEKNIK
ANOM PUSTAKA
i
Material Teknik
Material Teknik
Copyright @ Catur Pramono, M.Eng.
Diterbitkan oleh :
Anom Pustaka
Perum Guwosari Blok XII No.187 Yogyakarta
Email: anompustaka@gmail.com
ii
Material Teknik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahannya
sehingga penulis mampu menghasilkan buku “Material Teknik”. Buku ini
disusun berdasarkan sumber-sumber yang relevan. Kajian dalam buku ini
meliputi kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan uji kompetensi.
Buku “Material Teknik”ini merupakan garis besar materi kuliah yang berguna
untuk memperluas dan memperdalam khasanah keilmuan baik untuk umum
maupun untuk mahasiswa pada khususnya. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan pada buku ajar ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca
senantiasa penulis harapkan.
iii
Material Teknik
iv
Material Teknik
DAFTAR ISI
vi
Material Teknik
vii
Material Teknik
DAFTAR GAMBAR
viii
Material Teknik
ix
Material Teknik
TABEL
Tabel 3.1 Skala kekerasan Rockwell, jenis indentor, serta besar beban utama
| 32
Tabel 3.2 Konversi angka kekerasan Brinel, Rockwell, &Vickers untuk Baja
| 36
Tabel 5.1 Kandungan unsur pada besi cor | 75
Tabel 6.1 Komposisi, sifat mekanis, dan aplikasi pengunaan paduan Mg
| 83
Tabel 6.2 Komposisi, sifat mekanis, dan aplikasi pengunaan paduan Cu
| 88
Tabel 6.2 Komposisi, sifat mekanis, dan aplikasi pengunaan paduan Ti
| 91
x
Material Teknik
BAB
1 KLASIFIKASI
MATERIAL TEKNIK
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengenal klasifikasi material teknik
dan aplikasinya
Indikator
Mahasiswa respek pemakaian beberapa bahan teknik di
lingkungan sekitar
Materi Pokok
Klasifikasi material teknik
1
Material Teknik
2
Material Teknik
Advanced materials:
1. Semi konduktor :
Semikonduktor merupakan material yang memiliki sifat perantara antara
konduktor listrik (yaitu logam dan paduan logam) dan isolator (yaitu
keramik dan polimer). Contoh material semi konduktor seperti IC,
transistor.
2. Biomaterial
Biomaterial merupakan bahan yang digunakan dalam komponen yang
ditanamkan ke dalam tubuh manusia untuk penggantian bagian tubuh
yang sakit atau rusak. Bahan ini tidak boleh menghasilkan zat beracun
dan harus kompatibel dengan jaringan tubuh (misal tidak boleh
menyebabkan reaksi biologis yang merugikan). Semua bahan seperti
logam, keramik, polimer, komposit, dan semikonduktor dapat digunakan
sebagai biomaterial.
3. Smart material (material cerdas)
Smart material/ bahan pintar/ bahan cerdas adalah sekelompok bahan
baru dan canggih yang sampai saat ini sedang dikembangkan yang
memiliki pengaruh signifikan pada kebanyakan teknologi. Kata sifat
“pintar” menyiratkan bahwa bahan-bahan ini mampu merasakan
perubahan di lingkungan bahan ini dan kemudian merespons perubahan
ini dalam perilaku yang telah ditentukan sebelumnya. Sifat-sifat smart
material juga ditemukan pada organisme hidup. Selain itu, konsep
"pintar" ini diperluas ke sistem yang canggih.
4. Nanoengineered material
Nanoengineered material merupakan material dengan ukuran nano (10-
9 m), contohnya carbon nanotube.
5
Material Teknik
6
Material Teknik
BAB
2 DIAGRAM FASA
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji diagram
fasa
Indikator
Mahasiswa mampu membaca, menjelaskan, dan
menganalisis diagram fasa
Materi Pokok
Diagram Fasa
7
Material Teknik
8
Material Teknik
9
Material Teknik
10
Material Teknik
11
Material Teknik
13
Material Teknik
Berdasarkan diagram fasa Fe-Fe3C sesuai gambar 2.5, maka dapat dilihat
bahwa pada proses pendinginan sangat lambat terjadi perubahan – perubah-
an pada struktur kristal dan struktur mikro yang bergantung pada komposisi
kimia. Fasa yang terbentuk pada diagram Fe-Fe3C yaitu:
1. Ferit (α)
Ferit merupakan larutan padat karbon dalam (Fe) BCC dengan kandung-
an karbon maksimum 0,025%C pada temperatur 727°C, dan akan berubah
fasa menjadi austenit pada suhu 912°C, bentuk stabil Fe pada temperatur
kamar, bersifat magnetik di bawah 400°C. Pada temperatur kamar, kan-
dungan karbonnya 0,008%C. Sifat ferit adalah struktur paling lunak pada
diagram Fe-Fe3C(nilai kekerasannya : Fe3C > Perlit > γ > α), keuletan
tinggi dan ketahanan korosi medium, Kekerasan < 90 HRB.
2. Sementit (Fe3C)
Sementit sering disebut dengan istilah karbida besi. Sementit merupakan
senyawa logam yang mempunyai kekerasan tertinggi dibandingkan fasa-
fasanya yang terjadi pada baja. Sementit mengandung kadar karbon
6,67%C dengan struktur kristal orthorhombic (struktur kristal yang dida-
sarkan pada tiga sumbu yang tidak sama semua pada sudut kanan satu
sama lain). Sifat sementit memiliki sifat paling keras (nilai kekerasannya :
Fe3C > Perlit > γ > α), paling getas, metastabil (tetap sebagai senyawa
pada temperatur kamar), dan berubah fasa secara sangat lambat dalam
beberapa tahun menjadi ferit (α) dan C (graphite/ grafit) pada tempe-
rature 650°C - 700 °C.
3. Austenit (γ)
Austenit merupakan larutan padat intertisi antara karbon dan besi yang
mempunyai sel satuan BCC (kubus berpusat badan/ body centered cubic)
dengan sifat yang lunak tapi ulet. Sifat austenit antara lain bersifat non
magnetik, tidak stabil dibawah temperatur eutektoid (727°C) kecuali
didinginkan cepat, kelarutan maksimum C dalam Fe FCC 1,7%C , akan
berubah fasa menjadi fasa δ pada 1394°C, ketangguhan baik sekali, keta-
hanan korosi yang paling baik, non hardened heat treatment, mudah
dibentuk, paling banyak dipakai dalam industri.
14
Material Teknik
4. Perlit (α+Fe3C)
Perlit terdiri dari 2 fasa yaitu ferit (α) dan sementit (Fe3C). Kedua fasa ini
tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi di bawah
727°C. Sifatnya kuat, tahan terhadap korosi, memiliki kandungan karbon-
nya 0,83%C.
5. Ladeberit (γ + Fe3C )
Ladeberit merupakan campuran antara besi gamma dengan sementit
dengan kandungan karbonnya 4,3%C. Sifatnya halus dan getas karena
sementit yang banyak.
6. Besi delta (δ)
Besi delta merupakan fasa yang berada antara temperatur 1400°C–1538°C
dan mempunyai sel satuan BCC dengan kadar karbon yang larut sampai
0,1%C. Sifat besi delta yaitu stabil hanya pada temperatur tinggi (di atas
1493°C), strukturnya sama seperti ferit (α), dan mencair pada suhu
1538°C.
15
Material Teknik
a). Fraksi tiap fasa dan sketsa struktur mikro untuk tiap-tiap temperatur
(dari T1-T5) !
b). Jika austenit 25 kg yang terbentuk, maka berapakah ferit (α) dan
cementit (Fe3C) yang akan terbentuk?
16
Material Teknik
BAB
3 SIFAT-SIFAT
MATERIAL TEKNIK
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji sifat-sifat material teknik
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat material
teknik
Materi Pokok
Sifat-sifat material teknik
17
Material Teknik
18
Material Teknik
tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan kekuatan torsi dan kekuatan leng-
kung.
2. Kekerasan (hardness) dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan un-
tuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau pene-
trasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan
juga mempunyai korelasi dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (elasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen
setelah tegangan dihilangkan. Bila suatu benda mengalami tegangan maka
akan terjadi perubahan bentuk. Bila tegangan yang bekerja besarnya tidak
melewati suatu batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya
bersifat sementara, perubahan bentuk itu akan hilang bersama dengan hi-
langnya tegangan, tetapi bila tegangan yang bekerja telah melampaui batas
tersebut maka sebagian dari perubahan bentuk itu tetap ada walaupun
tegangan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak
perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk
yang permanen mulai terjadi, dengan kata lain kekenyalan menyatakan ke-
mampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah
menerima beban yang menimbulkan deformasi.
4. Kekakuan (stiffness) menyatakan kemampuan bahan menerima tegangan
atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi)
atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting dari pada
kekuatan.
5. Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami
sejumlah deformasi plastik (yang permanen) tanpa mengakibatkan fatah.
Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai
proses pembenlukan seperti forging, rolling, extruding dan lainya. Sifat ini
sering juga disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan yang mampu
mengalami deformasi plastik cukup banyak dikatakan sebagai bahan yang
mempunyai keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sedang bahan yang
tidak menunjukkan terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan
yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).
6. Ketangguhan (toughness) menyatakan kemampuan bahan untuk menye-
rap energi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan
19
Material Teknik
Berbagai sifat mekanik di atas juga dapat dibedakan menurut cara pem-
bebanannya, yaitu sifat mekanik statis, sifat terhadap beban statik, yang besar-
nya tetap atau berubah dengan lambat, dan sifat mekanik dinamik, sifat me-
kanik terhadap beban yang berubah-ubah atau mengejut. Ini perlu dibedakan
karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang
berbeda.
21
Material Teknik
Gambar 3.2 Grafik beban (gaya tarik) terhadap pertambahan panjang (grafik
P-ΔL)
Data diperoleh dari mesin tarik biasanya dinyatakan dengan grafik be-
ban dan pertambahan panjang (grafik P-ΔL). Grafik ini masih belum banyak
digunakannya karena hanya menggambarkan kemampuan batang uji (bukan
kemampuan tarik) untuk menerima beban/gaya. Untuk dapat digunakan
menggambarkan sifat ini secara umum, maka grafik P - ΔL harus dijadikan
diagram tegangan - regangan (stress - strain), disebut juga suatu diagram σ -
ε , kadang-kadang juga disebut diagram tarik. Pada saat batang uji menerima
beban sebesar P maka batang uji (yaitu mg uji) akan bertambah panjang
sebesar ΔL mm, saat itu pada batang uji bekerja tegangan yang besarnya
sesuai persamaan 3.1.
σ = P/Ao (3.1)
dimana Ao = luas penampang batang uji mula-mula.
Pada saat itu pada batang uji terjadi regangan yang besarnya sesuai persama-
an 3.2.
ε = ΔL/Lo = (L - Lo/Lo) x 100% (3.2)
dimana Lo = panjang "panjang uji" mula-mula L = panjang "panjang uji" saat
menerima beban.
22
Material Teknik
Tegangan dituliskan dengan satuan kg/mm2, kg/cm2, psi (pound square inch)
atau MPa (Mega Pascal = 106 N/m2). Regangan dapat dinyatakan dengan
persentase pertambahan panjang, satuannya adalah persen (%) atau mm/mm.
23
Material Teknik
logam-logam yang lebih getas tidak terjadi necking dan logam itu akan putus
pada saat beban maksimum.
Bila pengujian dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda yaitu beban di-
tambahkan perlahan-Iahan sampai suatu harga tertentu lalu beban diturun-
kan sampai nol, dinaikkan lagi sampai di atas harga tertinggi yang sebelum-
nya, dan diturunkan lagi sampai nol, demikian terus berulang-ulang, maka
akan terjadi bahwa pada beban yang kecil disamping berlaku Hukum Hook
juga logam mangalami elastik, pada saat menerirna beban akan bertambah
panjang tetapi bila beban dihilangkan pertambahan panjang juga akan hilang,
batang uji kembali ke bentuk ukuran semula. Keadaan ini berlangsung sampai
batas elastis (elastic limit, titik E). Jadi untuk beban rendah, pertambahan
panjang mengikuti garis OP gambar 3.3. Bila beban melebihi batas elastis,
maka bila beban dihilangkan pertambahan panjang tidak seluruhnya hilang,
masih ada terdapat pertambahan panjang yang tetap, atau pertambahan
panjang yang plastis. Besarnya pertambahan panjang (%) plastis ini dapat
dicari dengan menarik garis sejajar dengan garis pertamabahan panjang elas-
tis garis OP dari titik yang menunjukkan besarnya beban/tegangan yang be-
kerja. Diagram tegangan - regangan dapat dibagi menjadi dua daerah yaitu
daerah elastis dan daerah plastis. Yang menjadi batas antara kedua daerah
tersebut seharusnya adalah batas elastis, titik E, tetapi ini tidak praktis karena
mencari titik E cukup sulit, maka yang dianggap sebagai batas antara daerah
elastis dan plastis adalah titik luluh (yield point), Y. Diagram seperti contoh di
atas, dimana yield tampak jelas dan patah terjadi tidak pada beban mak-
simum, sebenarnya jarang terjadi. Ini akan terjadi hanya pada beberapa logam
yang cukup ulet, seperti baja karbon rendah yang ulet. Pada logam yang lebih
getas yield kurang nampak, bahkan tidak terlihat sama sekali dan putus akan
terjadi pada beban maksimum. Keuletan (ductility) menggambarkan kemam-
puan untuk berdeformasi secara plastik tanpa menjadi patah dapat diukur
dengan besarnya regangan plastis yang terjadi setelah batang uji putus.
Keuletan biasanya dinyatakan dengan persentase perpanjangan (percentage
elongation) sesuai persamaan 3.3.
ΔL = (Lf - Lo)/Lo x 100 % (3.3)
dengan Lo = panjang awal, Lf = panjang gauge length setelah putus
24
Material Teknik
25
Material Teknik
keuletan akan makin rendah. Oleha karena itu, sifat keuletan material logam
berbanding terbalik dengan kekuatan material yang ditunjukkan pada gam-
bar 3.5.
27
Material Teknik
28
Material Teknik
29
Material Teknik
permukaan logam tsb akan terjadi tapak tekan yang berbentuk tembereng
bola. Kekerasan Brinell dihitung dengan persamaan 3.7.
BHN = gaya tekan/luas tapak tekan
BHN = P/((πD/2).(D- √(D2-d2))) (3.7)
dimana : BHN= Brinell hardness number, P = gaya tekan (kgf, pada nilai
kekerasan seringnya ditulis dengan satuan kg), D = diameter bola indentor
(mm), d = diameter tapak tekan (mm).
Biasanya, pada pengujian kekerasan Brinell yang standar digunakan
bola baja yang dikeraskan berdiameter 10 µm, gaya tekan 3000 kg (untuk
pengujian kekerasan baja), atau 1000 kg atau 500 kg (untuk logam non
ferrous, yang lebih lunak dengan lama penekanan 10 - 15 detik). Pada ka-
sus tertentu, mengingat kekerasan bahan uji dan juga tebal bahan uji (su-
paya tidak terjadi indentasi yang terlalu dalam atau terlalu dangkal) boleh
digunakan gaya tekan dan indentor dengan diameter yang berbeda asalkan
selalu dipenuhi persyaratan P/D2 = konstan. Dengan memenuhi persyarat-
an tersebut maka hasil pengukuran tidak akan berbeda banyak bila diuji
dengan gaya tekan/diameter bola indentor yang berbeda. Harga konstanta
ini untuk baja adalah 30, untuk tembaga/paduan tembaga 10 dan
aluminium/paduan aluminium 5. Pengujian kekerasan Brinell ditunjukkan
oleh gambar 3.8.
30
Material Teknik
31
Material Teknik
dengan skala B ini relatif tidak begitu tinggi, untuk mengukur kekerasan
logam yang keras digunakan Rockwell C (sampai angka kekerasan 70 Rc)
atau Rockwell A (untuk yang sangat keras). Di samping metode Rockwell
yang normal/umum, ada juga pengujian kekerasan yang disebut super-
ficial Rockwell dengan menggunakan beban awal 3 kg, indentor kerucut
intan (diamond cone, brale) dan beban utama 15 kg, 30 kg atau 45 kg.
Superficial Rockwell digunakan untuk specimen yang tipis.
ditunjukkan hasil yang sama untuk bahan yang sama. Dengan demikian,
metode pengujian kekerasan Vickers dapat untuk mengukur kekerasan
bahan mulai dari yang sangat lunak (5 VHN) sampai yang amat keras
(1500 VHN) tanpa perlu mengganti gaya tekan. Besarnya gaya akan yang
digunakan dapat dipilih antara 1 kg sampai dengan 120 kg, tergantung
dari kekerasan/ketebalan bahan yang diuji agar diperoleh tapak tekan
(diagonal injakan) yang mudah diukur dan tidak ada anvil effect (pada
benda yang tipis).
c. Kekerasan Meyer
Meyer mengukur kekerasan dengan cara yang hampir sama seperti
Brinell, yang menggunakan indentor bola, hanya saja angka kekerasannya
tidak dihitung dengan luas permukaan tapak tekan tetapi dihitung dengan
luas proyeksi tapak tekan. Angka kekerasan Mayer sesuai persamaan 3.10.
MHN = 4P/(πd2) 3.10
dimana : MHN= Meyer hardness number, P = gaya tekan (kgf), d =
diameter tapak tekan (mm)
Dengan cara ini, hasil pengukuran tidak lagi terpengaruh oleh besarnya
beban yang digunakan untuk menekan indentor (tidak seperti Brinell).
Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Meyer jarang diguna-
kan.
d. Microhardness test
Pengujian tidak hanya untuk benda yang berukuran besar, namun se-
ringkali pengukuran kekerasan pada daerah yang sangat kecil (misalnya
pada salah satu struktur mikro logam) atau pada lapisan yang sangat tipis
(misalnya pada lapisan elektroplating). Oleh karena itu, pengujian dilaku-
kan dengan gaya tekan yang sangat kecil, di bawah 1000 gram, mengguna-
kan mesin yang dikombinasi dengan mikroskop. Metode uji yang biasa
digunakan adalah mikro Vickers atau Knoop.
Metode uji kekerasan mikro Vickers, indentor yang digunakan juga
sama seperti pada Vickers biasa, juga cara perhitungan angka kekerasan-
nya. Gaya tekan uji kekerasan mikro Vickers yang digunakan kecil sekali
34
Material Teknik
yaitu antara 1 gram sampai 1000 gram dan panjang diagonal indentasi
diukur dalam mikron.
Pada metode uji kekerasan mikro Vickers / Knoop microhardness test,
digunakan indentor piramida intan dengan alas berbentuk belah ketupat
dan perbandingan panjang diagonalnya 1 : 7.
metode pengujian kekerasan. Oleh karena itu, hubungan konversi ini hanya
bersifat hubungan empiric, dan hubungan konversi inipun hanya berlaku
untuk satu jenis logam tertentu saja, sehingga masing-masing logam memiliki
hubungan konversi sendiri-sendiri. Hubungan konversi yang sudah banyak
dibuat adalah hubungan konversi antara Brinell (BHN), Rockwell dan Vickers
(VHN) untuk baja seperti tertera pada Tabel 3.2 .
Tabel 3.2 Konversi Angka kekerasan Brinel, Rockwell, dan Vickers untuk
Kekerasan Baja
Brinell
Rockwell Rockwell Vickers
Hardness N/mm²
BHN HRC HRB VHN
800 72
780 71
760 70
752 69
745 68
746 67
735 66
711 65
695 64
681 63
658 62
642 61
627 60
613 59
601 58 746
592 57 727
572 56 694
36
Material Teknik
552 55 649
37
Material Teknik
38
Material Teknik
95 56 104
90 52 95
81 41 85
76 37 80
Brinell Rockwell Rockwell Vickers
N/mm²
BHN HRC HRB VHN
Diamond
3000kg 150kg 100kg Tensile
Pyramid
strength
10mm (Approx)
Brale 1/16″ Ball 120kg
Ball
39
Material Teknik
Gambar 3.12. Skema uji impak Izod dan alat uji impak Izod
Besarnya energi terserap pada pengujian impak izot dapat dihitung
dengan persamaan 3.12 (Manual book of Gotech-Izot Impact).
E serap WR cos cos cos ' cos
'
(3.12)
40
Material Teknik
Pada metode uji impak Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan
ujung-ujungnya ditahan ke arah mendatar oleh penahan yang berjarak 40
mm. Bandul berayun akan memukul batang uji tepat di belakang takikan.
Untuk pengujian ini batang dapat berayun dengan bebas. Pada ujung batang
dipasang penumbuk yang diberi pemberat. Batang uji diletakkan di bagian
bawah alat uji impak Charpy dan batang takikan tepat berada pada bidang
lintasan pemukul.
Pada pengujian ini bandul pemukul dinaikkan sampai ketinggian ter-
tentu h. Pada posisi ini, pemukul memiliki energi potensial sebesar Ep =
m.g.h1. Pemukul kemudian dilepaskan dan berayun bebas, memukul batang
uji hingga patah, dan pemukul masih terus berayun sampai ketinggian h2.
Pada posisi ini sisa energi potensial adalah Em = m.g.h2. Selisih antara energi
awal dengan energi akhir adalah energi yang digunakan untuk mematahkan
batang uji. Mekanisme uji impak charpy ditunjukkan gambar 3.13.
Gambar 3.13 Skema uji impak Charpy dan alat uji impak Charpy
Rumusan yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang ter-
serap pada pengujian impak charpy dengan persamaan 3.14.
Eserap = Ep - Em
Eserap = m.g.h1 - m.g.h2
41
Material Teknik
Eserap = m.g.(h1-h2)
Eserap = m.g.(R(1-cos α)-R(1-cos β))
Eserap = m.g.R (Cos β - Cos α)
Eserap = W.R (Cos β - Cos α) (3.14)
dimana Eserap = energi serap (J), Ep= energi potensial (J), Em= energi mekanik (J),
m=Massa pendulum (kg), h1= ketinggian awal pendulum tanpa benda uji (m),
h2=ketinggian pendulum setelah mengenai benda uji (m), W = berat pendulum
(N), R = panjang lengan pendulum (m), = sudut pantul pendulum (0), dan
= sudut ayun pendulum(0).
42
Material Teknik
pengujian impak ini, baik bentuk dan ukuran batang uji maupun bentuk dan
ukuran takikan harus benar-benar sama.
Bentuk penampang batang uji biasanya bujur sangkar 10x10 mm
dengan bentuk takikan V (V-notched) atau U (U-notched, atau key hole). V-
notched biasanya digunakan untuk logam yang dianggap ulet sedang U-
notched biasanya digunakan untuk logam yang getas. Bentuk takikan V (V-
notched) atau U (U-notched, atau key hole) sesuai gambar 3.14.
Gambar 3.14 Bentuk takikan V (V-notched) atau U (U-notched, atau key hole)
44
Material Teknik
Gambar 3.17 (a) Fluctuating stress cycle, (b) Reversed stress cycle
Cara untuk menguji tingkah laku bahan terhadap beban yang berulang-
ulang (cyclic load) antara lain dengan alternating tensile, reversing flexural
bending, rotating bending dan lain-lain. Sebenarnya pengujian yang hasilnya
akan menunjukkan sifat yang paling mendekati kenyataan adalah pengujian
kelelahan pada benda/komponen bahkan konstruksi sebenarnya dan pembe-
banan diberikan dengan cara yang paling mendekati keadaan kerja dari ben-
da/komponen/konstruksi sebenarnya. Seperti pengujian kelelahan terhadap
rangka pesawat terbang dan beberapa konstruksi lain. Pengujian kelelahan
yang banyak dilakukan adalah pengujian kelelahan dengan rotating bending.
Khusus untuk rotating bending karena juga diputar maka pada setiap tempat
dari batang uji akan mengalami perubahan tegangan dari tegangan tarik ke
tegangan tekan dan sebaliknya, secara berulang-ulang. Pengujian kelelahan
ini menggunakan sejumlah batang uji yang mempunyai bentuk, ukuran, cara
pengerjaan dan surface finish yang sama dan terbuat dari bahan yang sama.
Masing-masing batang uji akan diuji dengan cyclic load yang besarnya
berbeda-beda. Batang uji pertama diberi beban hingga mencapai tegangan
cukup tinggi, dan setelah mengalami sejumlah siklus pembebanan, batang uji
itu patah. Diambil batang uji berikutnya, diberi beban yang lebih rendah,
demikian selanjutnya sampai semua batang uji selesai teruji. Pada saat pengu-
jian, setiap batang uji dicatat besarnya tegangan yang bekerja, dan jumlah
siklus yang dialami sampai saat patah. Berdasarkan data yang dikumpulkan
46
Material Teknik
kemudian dibuat sebuah grafik. Contoh mesin untuk pengujian fatique sesuai
gambar 3.18. Kurva S-N hasil analisis uji fatique sesuai gambar 3.19.
Gambar 3.18. Mesin uji fatique axial, (b) Mesin uji fatique jenis rotating
bending
dapat juga dikatakan sebagai fatigue strength pada N = tak terhingga. Pada
logam non-ferrous tidak dijumpai fatigue limit. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap sifat kelelahan, yaitu :
1. Konsentrasi tegangan
Bila pada suatu penampang terdapat distribusi tegangan yang tidak merata
(terjadi konsentrasi tegangan), maka fatigue limit/strength cenderung akan
menurun. Hal ini dikarenakan pada sebagian dari penampang tersebut
akan menerima tegangan yang lebih besar dari harga rata-rata yang
seharusnya terjadi yang mengakibatkan fatigue limit/strength akan turun.
Konsentrasi tegangan dapat terjadi pada komponen mesin dimana terdapat
alur pasak ulir, lubang, fillet, press fit dsb.
2.Ukuran/dimensi
Ukuran benda kerja yang besar cenderung menurunkan fatigue li-
mit/strength.
3. Kondisi permukaan
a. Kekasaran permukaan
Benda kerja yang kasar akan lebih mudah mengalami kelelahan. Hal ini
dapat dipahami dengan mengasumsikan bahwa pada permukaan yang
kasar dianggap sebagai permukaan yang penuh goresan, dan setiap
goresan dianggap konsentrasi tegangan yang berpotensi untuk menjadi
awal keretakan yang akan merambat karena pembebanan berulang. Jadi
untuk memperbaiki ketahanan terhadap kelelahan dapat dilakukan
dengan memperhalus permukaan.
b. Kekuatan permukaan
Pada benda yang menerima beban, maka tegangan yang paling tinggi
akan terjadi di permukaan. Oleh karena itu, retak sering mulai meram-
bat dari permukaan. Benda kerja yang mempunyai kekuatan di permu-
kaan yang lebih tinggi akan memiliki fatigue limit/strength yang lebih
tinggi. Pada permukaan yang memiliki kekuatan tinggi maka terjadinya
retak akan terhambat, sehingga pada tingkat tegangan yang sama umur-
nya akan jauh lebih panjang. Penguatan permukaan dapat dilakukan
dengan proses perlakuan panas, misalnya carburising, cyaniding,
nitriding dan lain-lain.
48
Material Teknik
regangan (laju creep/creep rate) akan konstan, dinamakan steady state creep.
(3) Pada tahap ketiga laju kenaikan regangan berjalan dengan cepat dan
akhirnya bahan tadi akan putus. Dalam peristiwa creep, kondisi tegangan
konstan. Mesin uji creep dan grafik hubungan tegangan terhadap waktu
disajikan pada gambar 3.20.
Gambar 3.20 (a) Mesin uji creep, (b) Grafik hubungan tegangan terhadap
waktu
Sebagian besar dari "masa kerja" atau "umur" suatu benda kerja
mengalami creep. Creep biasa bergantung pada steady state creep. Oleh kare-
na itu, besarnya creep rate pada kondisi steady state creep sangat menen-
tukan.
Creep juga terpengaruh akibat tegangan (stress) dan juga thermally
activated. Oleh karena itu, creep rate akan naik dengan naiknya tegangan
dan/atau temperatur. Pada peristiwa creep, patah akan terjadi bila creep strain
telah mencapai εf (strain pada saat putus). Creep rate akan meningkat dengan
naiknya tegangan dan/atau temperature, sehingga umur bahan sampai patah
akan menurun apabila tegangan dan/atau temperatur dinaikkan.
50
Material Teknik
yang disebabkan oleh pergerakan relatif benda dan sebuah subtansi kontak.
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang bertujuan
untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satu cara uji keausan
dengan menggunakan metode ogoshi, dimana benda uji memperoleh beban
gesek dari cincin yang berputar (revolving disc). Pembebanan gesek ini akan
menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhir-
nya akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya
jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan
tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka
semakin tinggi volume material yang terkelupas dari benda uji. Alat uji
keausan dapat dilihat pada gambar 3.21. Ilustrasi skematis dari kontak
permukaan antara revolving disc dan benda uji diberikan oleh gambar 3.22.
Gambar 3.21 Ogoshi high speed universal wear testing machine (type OAT-U)
dengan B = tebal revolving disc (mm), r = jari-jari disc (mm), bo = lebar celah
material yang terabrasi (mm), w= adalah kecepatan putaran disc (rpm), P =
adalah beban tekan pada disc (kg), dan h = adalah kedalaman injakan (mm).
Maka dapat diturunkan besarnya volume material yang terabrasi sesuai per-
samaan 3.16.
Ws = (3.16)
dengan catatan :
Ws = Keausan spesifik (mm2/kg)
B = Lebar piringan pengaus (mm)
Bo = Lebar keausan pada benda uji (mm)
r = Jari-jari piringan pengaus (mm)
P0 = Beban tekan (kg)
l0 = Jarak tempuh (m)
Gambar 3.23 Kekuatan tarik komposit berpenguat serat ijuk (Alfauzi, 2020)
52
Material Teknik
Nilai kekerasan mata bajak singkal setelah perlakuan panas dengan suhu
suhu 830°C dengan variasi waktu tahan (holding time) 30, 45, dan 60 menit
kemudian di quenching menggunakan air dengan lama waktu pencelupan
10 detik sesuai gambar 3.25.
Gambar 3.25 Sifat kekerasan mata bajak singkal (Pramono, dkk., 2020)
53
Material Teknik
c. Sifat Keausan
Nilai keausan rata-rata bahan komposit dari campuran serbuk biji mangga
manalagi (mangifera indica kultivar manalagi, serbuk kuningan, magne-
sium oksida, dan resin epoxy berturut-turur 45%:25%:20%:10%, 35%:35%:
20%:10%, dan 25%: 45%: 20%:10 sesuai gambar 3.26.
54
Material Teknik
55
Material Teknik
56
Material Teknik
BAB
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji klasifikasi baja karbon dan
baja paduan
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi baja karbon
dan dan baja paduan serta penggunaannya
Materi Pokok
Baja Karbon dan Baja Paduan
57
Material Teknik
58
Material Teknik
59
Material Teknik
61
Material Teknik
baja tahan karat feritik seperti pada cetakan gelas, valve pada suhu
tinggi, garpu, ruang pembakaran.
2. Baja tahan karat austenitik (austenitic stainless steel)
Baja tahan karat austenitik (austenitic stainless steel) memiliki unsur
paduan utama Fe, Cr, Ni ( Cr>16%, Ni > 3,5%, ada Mn). Struktur
mikronya terdiri fasa austenite. Baja tahan karat austenitic termasuk
bahan non heat treatable (tidak mampu diperlakukan panas). Sifat
mekanisnya dapat diperkeras dan diperkuat dengan cold working.
Baja ini tidak bersifat magnetic dan ketahanan korosinya paling baik.
Baja ini paling banyak diproduksi. Contoh material baja tahan karat
austenitik AISI 304 dan AISI 316L. Penggunaan baja tahan karat
austenitic seperti pada bejana cryogenic, peralatan proses industri
makanan dan kimia.
3. Baja tahan karat martensitik (martensitic stainless steel)
Baja tahan karat martensitik memiliki unsur paduan utama Fe, Cr.
Struktur mikronya terdiri fasa martensi. Baja ini dapat diperkeras
dan diperkuat dengan perlakuan panas. Baja ini juga bersifat mag-
netik. Contoh material baja ini yaitu AISI 410 dan AISI 440A. Peng-
gunaan baja tahan karat martensitic seperti pada bearing, surgical
tools.
4. Baja tahan karat duplex
Baja tahan karat duplex disebut juga precipitation hardenable stain-
less steel. Unsur paduan utamanya terdiri dari Fe, Cr, Ni, Al, Mn.
Struktur mikro baja tahan karat duplex terdiri fasa campuran (ferit +
martensit atau ferit + austenit). Baja ini bertambah keras karena
terjadi transformasi fasa dari austenit menjadi fasa kedua. Contoh
material baja tahan karat duplex seperti AISI 17-7PH. Penggunaan
baja tahan karat duplek seperti pada baja pegas, bejana tekan.
b. Baja Perkakas (tool steel)
Baja perkakas diklasifikasikan menjadi :
1. Tool steel tipe W yaitu baja perkakas yang dikeraskan dengan pence-
lupan dalam air.
62
Material Teknik
63
Material Teknik
64
Material Teknik
65
Material Teknik
66
Material Teknik
67
Material Teknik
68
Material Teknik
BAB
5 BESI COR
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji besi cor (cast iron)
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi besi cor,
karakteristik besi cor, dan aplikasinya
Materi Pokok
Besi Cor
69
Material Teknik
70
Material Teknik
71
Material Teknik
72
Material Teknik
73
Material Teknik
1. Pemanasan besi cor putih pada 800-900°C selama waktu yang lama dan di
dalam atmosfir netral.
2. Pemanasan besi cor putih pada 700°C selama 30 jam.
74
Material Teknik
Penggunaan besi cor mampu tempa (besi cor malleable) antara lain untuk :
1. Connecting rod
2. Gear
3. Pipe fitting
75
Material Teknik
76
Material Teknik
77
Material Teknik
78
Material Teknik
BAB
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji paduan non ferrous
(paduan tanpa mengandung unsur Fe)
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan paduan logam non
ferrous, karakteristik, dan aplikasinya
Materi Pokok
Paduan Non Ferrous
79
Material Teknik
80
Material Teknik
81
Material Teknik
83
Material Teknik
84
Material Teknik
85
Material Teknik
2. Paduan Cu – Sn
Bronze / perunggu merupakan paduan Cu dengan unsur lain Sn, Al, Ni,
Si. Lazimnya logam yang digunakan untuk perunggu adalah paduan Cu-
Sn. Paduan Cu dengan penambahan unsur Al memiliki sifat paling baik
ketahanan korosi dibanding paduan Cu lainnya.
Sifat bronze secara umum:
a. Lebih kuat dari brass
b. Tahan korosi
Sifat beryllium bronze:
a. Precipitation hardenable
b. Kekuatan tarik tinggi (1400 MPa)
c. Sifat listrik dan korosinya baik
d. Tahan aus
e. Dapat dicor, hot worked, cold worked
86
Material Teknik
87
Material Teknik
90
Tabel 6.3 Komposisi, Sifat Mekanis, dan Aplikasi Pengunaan Paduan Titanium
Material Teknik
91
Material Teknik
93
Material Teknik
6.8 Superalloy
Superalloy merupakan paduan logam yang memiliki kombinasi sifat super.
Karakteristik superalloy antara lain :
a. Kuat dan tahan korosi pada Temperatur sangat tinggi.
b. High creep resistance
c. Berbasis Co, Ni, dan Fe dan unsur tambahan seperti Nb, W, Mo, Ta,
Cr, dan Ti
d. Aplikasi: sudu turbin
94
Material Teknik
2. Bahan Perkakas
a. Paduan Co – 30%Cr – 4-25% W – 3%C disebut dengan istilah paduan
“Stelliet” yang digunakan untuk material bahan perkakas dengan sifat
tidak mudah dibentuk tapi mudah dicor
b. Digunakan sebagai ujung pahat
b. Tahan panas
c. Mahal
d. Contoh noble metals yaitu silver, gold, platinum, palladium, rhodium,
ruthenium, iridium, osmium
97
Material Teknik
98
Material Teknik
BAB
7 APLIKASI MATERIAL
TEKNIK KHUSUS
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji aplikasi material teknik
khusus
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi material
teknik khusus
Materi Pokok
Aplikasi material teknik khusus
99
Material Teknik
100
Material Teknik
Paduan Cu-Br
6. Pegas dengan E tetap (Timbangan presisi)
Paduan Fe-36%Ni-12%Cr
a. Harus kuat
b. Tahan terhadap fatik
c. Tahan terhadap beban tiba-tiba/kejut dan fluktuasi
d. Tahan aus
Contoh material poros:
a. Baja karbon medium dan tinggi
b. Baja karbon rendah 0,1%C dengan “surface hardening”
Surface hardening dapat dilakukan dengan cara thermochemical treatment
seperti carburizing, nitriding, dll atau melapiskan/menyemprotkan logam
yang keras ke permukaan bahan misalnya stellit ke permukaan poros.
103
Material Teknik
104
Material Teknik
BAB
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mengkaji bahan non logam
Indikator
Mahasiswa mampu menjelaskan bahan non logam
Materi Pokok
Bahan Non Logam
105
Material Teknik
8.2 Keramik
Keramik tidak hanya meliputi bahan-bahan yang terbuat dari tanah liat
atau sebangsanya. Keramik sebagai bahan tektik terdiri dari berbagai fase
yang masing-masing merupakan senyawa dari logam dan non logam.
Kebanyakan keramik adalah kristalin sebagai mana halnya logam, hanya saja
ikatan antar atom pada keramik adalah ikatan ionik atau kovalen sehingga
dapat stabil. Biasanya keramik terdiri dari berbagai oksida, silika karbida
(SiC), dll. Kegunaan keramik diantaranya untuk :
a. Produk tanah liat, seperti batu bata, pipa tanah liat, ubin, genteng, dll.
b. Keramik tahan panas, keramik ini memiliki ketahanan pada suhu yang
tinggi dan digunakan sebagai cetakan pengecoran logam, tungku
perapian, dapur peleburan, dll.
c. Semen, sebagai bahan baku pembuatan beton untuk jalan maupun
konstruksi.
d. Perabot berwarna putih seperti china, porselin, vas, pottery, stoneware,
dll.
e. Kaca, sebagai bahan pembuatan kacamata, gelas, botol, jendela, bolam
lampu, dll.
f. Abrasif seperti aluminium oxide, silicon carbide, dll.
g. Bahan bakar nuklir.
h. Bio keramik sebagai bahan baku pembuatan tulang dan gigi palsu.
106
Material Teknik
107
Material Teknik
Kaca umumnya dibuat dari berbagai campuran oksida, dan non kristalin/
amorph, atom/molekulnya tidak tersusun menurut suatu pola tertentu seperti
halnya logam, tetapi berupa suatu network tiga dimensi yang acak ( seperti
berikut). Fungsi dari oksida yaitu :
a. glass former yaitu yang membentuk network dari kaca;
b. sebagian sebagai modifier biasanya akan memperlemah ikatan pada
network sehingga menurunkan titik leburnya.
c. Dan ada berfungsi sebagai intermediates.
Bahan dari oksida antara lain :
a. glass former : SiO2 yang paling umum, P2O5, B2O3, Al2O3, Sb2 dan B2O3.
b. sebagai modefier : oksida alkali, alkali tanah oksida timbal.
c. sebagai intermediates : oksida aluminium (alumina), beryllia, zirconia.
Sodalime glass
Sodalime glass merupakan kaca yang paling banyak di produksi karena harga
murah, tahap pada tahap divitrifikasi (partikel pada kaca yang menyebabkan
108
Material Teknik
gelas), relative tahan air. Aplikasi sodalime glass : kaca candela, botol, bola
lampu dan table ware yang tidak perlu tahan tempat tinggi & tahan bahan-
bahan kimia.
109
Material Teknik
8.2.3 Abrasives
Abrasives merupakan bahan yang digunakan untuk menghaluskan
permukaan bahan lain (cara menggosokan). Bahan abrasives dapat digunakan
untuk membuat gerinda, kertas gosok (amplas), serbuk / pasta untuk etsa. Ba-
han-bahan abrasives terbuat dari berbagai oksida dan karbida yang sangat
keras, seperti alumina, silica carbide, tungsten carbide, dll. Bahan-bahan ini
juga dapat dibentuk dengan cara sintering contohnya pada pahat potong
(pahat carbida).
Plastik mempunyai ikatan polimer yang cukup kuat, tidak mudah terurai.
Secara umum plastik digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Thermosetting
Thermosetting yaitu plastik yang segera mengeras setelah mencapai
temperature pembentukannya dan selanjutnya tidak akan menjadi lu-
nak bila dipanaskan kembali.
2. Thermo plastics
Thermo plastics memiliki ikatan antara rantai-rantai molekul plastic
tidak begitu erat, sehingga apabila terjadi pemanasan kembalai, plastic
bisa mejadi lunak, dan apabila temperaturnya diturunkan plastic bisa
menjadi keras kembali (mudah dibentuk ).
b. elastis
c. tidak bereaksi dengan bahan kimia
d. kesetabilan dimensi cukup baik
e. pembuatannya tidak memerlukan temperatur dan tekanan tinggi
f. penggunaan epoxy antara lain untuk bahan komposit.
4. Acrylic
Acrylic termasuk thermosetting plastic dengan sifat :
a. transparan
b. cukup kuat
c. tahan impact
d. isolator listrik baik
e. mudah diberi warna
f. tahan pada tahap berbagai bahan kimia
g. acrylic merupakan plastik paling transparan tapi mudah tergores
5. Nylon
Nylon termasuk thermosetting plastic dengan sifat :
a. tahan abrasi
b. ulet
c. kestabilan dimensi baik
d. harga cukup mahal
e. bentuk filament : tali, senar, benang, dll.
f. koefisien gesek rendah
6. Polystyrene
Polystyrene termasuk thermosetting plastic dengan sifat :
a. stabil
b. dimensi baik
c. menyerap air hanya sedikit
d. isolator listrik baik
e. mudah terbakar
f. mudah bereaksi dengan asam-asam.
112
Material Teknik
7. Vinil
Vinil termasuk thermo plastics dengan sifat :
a. dapat dibuat tipis seperti karet samapi dengan yang kaku
b. ulet dan flexible
c. cukup kuat
d. tidak mudah lapuk
e. stabilitas baik
f. sedikit menyerap air
8. Polyethylene
Polyethylene termasuk thermosetting plastic dengan sifat :
a. ulet/tangguh
b. tahanan listrik yang besar
c. isolasi kabel listrik
d. alat-alat dapur
9. Silicone
Silicone mempunyai sifat:
a. tahan panas
b. sifat dielektrik yang tinggi
c. menyerap kelembaban sangat rendah
Guna memperbaiki sifat dari plastik maka perlu ditambahkan beberapa bahan
lain diantaranya :
a. bahan serat (fiber)
b. plasticuzer (berfungsi untuk mempermudah pencetakan)
c. caloring agent / hibricant
8.4 Komposit
Komposit merupakan jenis material yang merupakan gabungan 2 atau lebih
material yang berbeda sehingga diperoleh material baru dengan sifat yang
lebih baik dan tidak dimiliki oleh komponen penyusunnya. Komponen
113
Material Teknik
penyusun komposit terdiri dari dua yaitu matrix (dominan) dan reinforce-
ment (minoritas). Matrix dapat berupa polimer (resin), logam (Al, Ni),
keramik (Al2O3, SiO2), sedangkan Reinforcement dapat berupa serat karbon,
serat gelas, serat aramid (kevlar), logam (Al, Ti, Ni). Fungsi matrik sebagai
pengikat dan pelindung serat, meneruskan dan membagi beban ke serat. Sifat
umum komposit yaitu :
a. Ringan
b. Kuat
c. Kaku
d. Tahan abrasi dan impak
e. Tidak mudah terkorosi
Contoh aplikasi komposit :
a. Pesawat terbang
b. Otomotif (body kereta api, mobil ringan, dll)
c. Alat olah raga
d. Konstruksi bangunan. dll
114
Material Teknik
115
Material Teknik
116
Material Teknik
DAFTAR PUSTAKA
Alfauzi, M.I., 2020, Analisis Variasi Fraksi Volume Serat Ijuk sebagai Bahan
Komposit terhadap Kekuatan Tarik, Jurusan Teknik Mesin FT
Universitas Tidar, Magelang
Avner, S.H., 1986, Introduction to Physical Metallurgy, McGraw Hill, New
York
Brantov, S. K., Yakimov, E. B., 2019, Thermoresistive Semiconductor SiC/Si
Composite Material, Publication : Semiconductors. Feb 2019, Vol. 53
Issue 2, P220-223. 4p
Callister, W.D, Rethwisch, D.G., 2014, Materials Science and Engineering, 9th
ed, John Willey, New York
Stojanovic, B., Bukvic, M., Epler, I., 2018, Application of Aluminum and
Aluminum Alloys in Engineering, Applied Engineering Letters, Vol 2
No X-X(201X)
Haeri, H., 2018 Materials in Environmental Engineering, De Gruiter, Berlin-
Germany
Hammid, M.A., 2018, Analisis Pengaruh Holding Time dan Media Quenching
pada Pegas Daun terhadap Kekerasan Dan Stuktur Mikro, Jurusan
Teknik Mesin FT Universitas Tidar, Magelang
Hosford, W.F., 2011, Materials Science an Intermediate Text, Cambridge
University Press
Gupta, K. M., 2015, Engineering Materials : Research, Applications and
Advances, CRC Press, Boca Raton
Kraner, J., Medved, J., Godec, M., Paulin, I., 2020, Characterization Of Non-
Ferrous Metal Powders, Materials & Technologies Vol. 54 Issue 1, p149-
153, 5p
Lakes, R., 2014, Viscoelastic Materials, Cambridge University Press
Pourhashemi, A., 2015, Engineering Materials : Applied Research and
Evaluation Methods, Apple Academic Press, Toronto [Ontario]
117
Material Teknik
Pramono, C., Salahudin, X., Taufik, I., Bagaskara, A., Irawan, D.M., 2019,
Study of Mechanical Properties of Composite Strengthened Mango Seed
Powder (Mangifera Indica Cultivar Manalagi), Brass, and Magnesium
Oxide for Brake Pads Material, 1st Borobudur International Symposium,
Magelang
Rusianto, T., 2009, Hot Pressing Metalurgi Serbuk Aluminium, Jurnal
Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 89-95
Shabalin, I.L., 2015, Ceramic, Glasses, Composite Materials Part 1 :Intoduction,
Definition, Classification & Application, The University of Salford
Smallman, Bishop, R.J., 2000, Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material,
Erlangga, Jakarta
Suarsana, 2017, Diktat Ilmu Material Teknik, Program Studi Teknik Mesin
Fakulatas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Surdia, T., Chijiwa, K., 2000, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya Paramita,
Jakarta
Suresh, S., 1998, Fatigue of Materials, 2nd Edition, Cambridge University
Press
Susan, T.M., Newnham, 2017, Materials Engineering : Bonding, Structure, and
Structure-Property Relationships, Cambridge University Press
Syngellakis, S., 2016, Composites: Advances in Manufacture and
Characterisation, WIT Press
Van Vlack, L.H., Djaprie, S., 1995, Ilmu dan Teknologi Bahan : Ilmu Logam
dan Bukan Logam, Erlangga, Jakarta
Kusmono, 2009, Material Teknik Lanjut, Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
UGM, Yogyakarta
He, F., 2014, Materials Engineering, Trans Tech Publications Ltd, Zurich,
Switzerland
Tindell, H., 2014, Engineering Materials, Crowood, New York
118