Anda di halaman 1dari 14

TUGAS HUKUM NON LITIGASI

OLEH KELOMPOK 2

Sudirman Lase (21310157)


Winda C. Boli Ola (21310177)
Selviana Fin Mako (21310217)
Maria N.P Tanaeofeto (21310053)
Reagen A. Leneng (21310181)
Indra Saputra Ratu (21310058)
Jisheilla Noniex Po (21310095)
Christiano Desforado Oematan (21310105)
Gregorius Gerald Luru (21310052)
Jennifer Manusiwa (21310012)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2023
1. RESTORATIVE JUSTICE
Restorative justice merupakan penyelesaian tindak pidana secara Bersama-sama dengan melibatkan
korban, pelaku, keluarga korban/pelaku, dan pihak lain terkait untuk dapat mencari penyelesaian yang adil
dengen mengutamakan pemulihan pada keadaan semula dan bukan pembalasan.
restorative justice sebagai alternatif penyelesaian perkara tindak pidana yang dalam mekanisme tata
cara peradilan pidana, berfokus pada pemidanaan yang diubah menjadi proses dialog dan mediasi yang
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait. hal ini bertujuan untuk
bersama-sama menciptakan kesepakatan atas penyelesaian perkara pidana yang adil dan seimbang bagi
pihak korban maupun pelaku dengan mengedepankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan
mengembalikan pola hubungan baik dalam masyarakat.
Di dalam restorative justice terdapat prinsip dasar yang merupakan pemulihan kepada korban yang
menderita akibat kejahatan dengan memberikan ganti rugi kepada korban, perdamaian, pelaku yang
melakukan kerja sosial, maupun kesepakatan lain. hukum yang digunakan di dalam restorative justice tidak
berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang, dan hanya berpihak pada kebenaran sesuai peraturan
perundang-undangan serta mempertimbangkan kesetaraan hak kompensasi dan keseimbangan dalam setiap
aspek kehidupan. Persyaratan umum untuk menerapkan restorative justice pada saat penyelenggaraan fungsi
reserse criminal, penyelidikan, atau penyidikan berdasarkan pasal 4 peraturan kepolisian No8 Tahun 2021
Tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restorative.

Persyaratan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, meliputi:

a. Tidak menimbulkan keresahan dan atau penolakan dari Masyarakat;

b. Tidak Berdampak konflik sosial;

c. Tidak berpotensi memecah belah bangsa;

d. Tidak bersifat radikalisme dan separatism; dan

e. Bukan pelaku pengulanagan tindak pidana betrdasarkan putusan pengadilan.

Persyaratan formil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi:

a. Perdamaian dari kedua belah, kecuali umtuk tindak pidana narkoba; dan

b. Pemenuhan hak-hak korban dan tanggung jawab pelaku kecuali untuk tindak pidana narkoba

Pengecualian penerapan restorative justice berdasarkan peraturan kepolisian NO 8 tahun 2021 tentang
penanganan tindak pidana berdasarkan keadilan restorative.

1. Tindak pidana terorisme

2. Tindak pidana terhadap keamanan negara

3. Tindak pidanan korupsi

4. Tindak pidana terhadap nyawa orang

Persyaratan umum untuk menerapkan restorative justice pada tahap penuntutan berdasarkan peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia NO. 15 tahun 2020 tentang penghentian penuntutan berdasrkan keadilan
restorative (pasal 5 angka 6).

a. Tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana;


b. Tindak pidana hanya diancam dengan pidana denda atau diancam dengan pidana penjara tidak lebih dari
5(lima) tahun;

c. Tindak pidana dilakukan dengan nilai barang bukti atau nilai kerugian yang di timbulkan akibat dari
tindak pidana tidak lebih dari Rp2.5000.000,00 ( dua juta lima ratus ribu rupiah );

d. Telah ada pemulihan kembali pada keadaan semula yang dilakukan oleh tersangka dengan cara tertentu;

e. Telah ada kesepakatan perdamaian antara korban dan tersangkaa;dan

f. Masyarakat merespon positif.

Penghentian penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif peraturan Kejaksaan Republik Indonesia


NO. 15 tahun 2020 tentang penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restorative (pasal 5 angka 8)
dikecualikan untuk perkara:

a. tindak pidana terhadap keamanan negara, martabat Presiden dan Wakil Presiden, negara sahabat, kepala
negara sahabat serta wakilnya, ketertiban umum, dan kesusilaan;

b. tindak pidana yang diancam dengan ancaman pidana minimal;

c. tindak pidana narkotika;

d. tindak pidana lingkungan hidup; dan

e. tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi.

restorative justice atau keadilan restoratif menjadi alternatif penyelesaian kasus tindak pidana ringan
untuk mewujudkan keadilan hukum yang lebih memanusiakan manusia di hadapan hukum. Hukum terus
bergerak mengikuti dinamika masyarakat, restorative justice menjadi terobosan untuk mewujudkan keadilan
hukum yang memanusiakan manusia, menggunakan hati nurani. Sekaligus melawan stigma negatif yang
tumbuh di masyarakat yaitu hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Sehingga perkara-perkara yang
sifatnya sepele atau ringan dapat diselesaikan di luar pengadilan dan tidak perlu dilimpahkan ke pengadilan.
penerapan keadilan restoratif dengan cara memediasi antara korban dan pelaku kejahatan dalam
penyelesaian permasalahan memiliki tujuan utama pemulihan kerugian pada korban dan pengembalian pada
keadaan semula. “Lebih daripada itu, melalui RJ (restorative justice), stigma negatif atau labeling “orang
salah” itu dihapuskan. Ia tidak akan diadili di depan umum dan diberi kesempatan untuk bertaubat. Kalau
dalam masa kesempatan itu diberikan, orang itu mengulangi perbuatannya, maka dia siap untuk dipenjara

Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum non litigasi kami pergi untuk mendapatkan data pada
tanggal 21 September 2023 terkait dengan penyelesaian tindak pidana melalui restorative justice di
kepolisian daerah (polda) Nusa Tenggara Timur.

berikut ini data atau kasus yang telah kami peroleh dari pihak kepolisian polda NTT terkait dengan tindak
pidana yang telah di selesaikan melalui jalur restorative justice :

KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR


DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM

DATA RETORISTIVE JUSTICE (RJ) SUBDIT DITRESKRIMUM POLDA NTT TAHUN 2018-2023
N JENIS KASUS UU DAN PASAL ALASAN DASAR HUKUM YG BAGAIMANA CARA PENYELESAIAN
O YG DI GUNAKAN SEHINGGA MENGATUR TTG (RJ) PERKARA MELALUI JALUR (RJ)
TERJADINYA (RJ) DI KEPOLISIAN
1 PENGANIAYAAN PENGANIAYAAN KEDUA BELAH PERATURAN ADANYA SURAT PERNYATAAN
PASAL 351 PIHAK SUDAH KEPOLISIAN NEGARA PERDAMAIAN DARI KEDUA BELAH
KUHP BERSEPAKATAN NOMOR 8 TAHUN PIHAK DAN PENYIDIK DAN
DAMAI DAN 2021 TENTANG PENYIDIK PEMBANTU SUDAH
KORBAN SUDAH PENANGANAN MELAKUKAN GELAR PERKARA
TIDAK MERASA TINDAK PIDANA MELALUI JALUR RESTORISTIVE
DIRUGIKAN. BERDASARKAN JUSTICE (RJ) SP3 SIDIK YANG
KEADILAN DIHADIRI OLEH KEDUA BELAH
RESTORATIF PIHAK SERTA TOKOH MASYARAT,
JUSTICE (RJ) TOKOH ADAT DAN TOKO AGAMA.
2 PENGGELAPAN PENGGELAPAN KEDUA BELAH PERATURAN ADANYA SURAT PERNYATAAN
PASAL 372 PIHAK SUDAH KEPOLISIAN NEGARA PERDAMAIAN DARI KEDUA BELAH
KUHP BERSEPAKATAN NOMOR 8 TAHUN PIHAK DAN PENYIDIK DAN
DAMAI DAN 2021 TENTANG PENYIDIK PEMBANTU SUDAH
KORBAN SUDAH PENANGANAN MELAKUKAN GELAR PERKARA
TIDAK MERASA TINDAK PIDANA MELALUI JALUR RESTORISTIVE
DIRUGIKAN. BERDASARKAN JUSTICE (RJ) SP2 LIDIK YANG
KEADILAN DIHADIRI OLEH KEDUA BELAH
RESTORATIF PIHAK SERTA TOKOH MASYARAT,
JUSTICE (RJ) TOKOH ADAT DAN TOKO AGAMA.
3 PENIPUAN PENIPUAN KEDUA BELAH PERATURAN ADANYA SURAT PERNYATAAN
PASAL 378 PIHAK SUDAH KEPOLISIAN NEGARA PERDAMAIAN DARI KEDUA BELAH
KUHP BERSEPAKATAN NOMOR 8 TAHUN PIHAK DAN PENYIDIK DAN
DAMAI DAN 2021 TENTANG PENYIDIK PEMBANTU SUDAH
KORBAN SUDAH PENANGANAN MELAKUKAN GELAR PERKARA
TIDAK MERASA TINDAK PIDANA MELALUI JALUR RESTORISTIVE
DIRUGIKAN. BERDASARKAN JUSTICE (RJ) SP2 LIDIK YANG
KEADILAN DIHADIRI OLEH KEDUA BELAH
RESTORATIF PIHAK SERTA TOKOH MASYARAT,
JUSTICE (RJ) TOKOH ADAT DAN TOKO AGAMA.
4 KDRT PASAL 44 UU SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
NO.23 TH 2004 KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
TTG PKDRT DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
5 SETUBUH ANAK PASAL 81 AYAT SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
(1) UU NO. 23 KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
THN 2002 TTG DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
PERLINDUNGAN KEDUA BELAH 2021 TENTANG
ANAK PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
6 SETUBUH ANAK PASAL 81 AYAT SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
(1) UU NO.23 TH KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
2002 TENTANG DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
PERLINDUNGAN KEDUA BELAH 2021 TENTANG
ANAK PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
7 PERZINAHAN PASAL 284 SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
KUHP KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
8 KDRT PASAL 44 UU SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
NO.23 TH 2004 KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
TTG PKDRT DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
9 PERZINAHAN 284 KUHP SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
10 PENELANTARAN 49 UU NO.23 TH SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
2004 TENTANG KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
PKDRT DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
11 KDRT PASAL 44 UU SUDAH ADA PERATURAN MEDIASI ANTARA KEDUA BELAH
NO. 23 TH 2004 KESEPAKATAN KEPOLISIAN NEGARA PIHAK DENGAN DISAKSIKAN OLEH
TTG PKDRT DAMAI ANTARA NOMOR 8 TAHUN PENYIDIK DAN SAKSI
KEDUA BELAH 2021 TENTANG
PIHAK PENANGANAN
TINDAK PIDANA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
12 PENGEROYOKAN PASAL 170 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
MEL TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
13 PENGANIAYAAN PASAL 351 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
14 PENGGELAPAN PASAL 372 TERLAPOR PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP MENGGANTI 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
KERUGIAN MILIK PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
KORBAN TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
15 PENGANIAYAAN PASAL 351 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
16 PENGANCAMAN PASAL 335 AYAT PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
1 KE 1E KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF

17 PENCURIAN PASAL 363 AYAT PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
1 KE 3E KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
SERTA TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
BARANG MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
18 PERAMPASAN PASAL 368 AYAT PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
1 KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
SERTA TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGEMBALIKAN BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
BARANG MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
19 PENCURIAN PASAL 363 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
AYAT1KE 3E KE ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
4E KUHP SUBS DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
PASAL 480 SERTA TINDAK PIDANA PARA SAKSI
KUHP JO PASAL MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
64 AYAT (1) BARANG MILIK KEADILAN
KUHP KORBAN RESTORATIF
20 PENGGELAPAN PASAL 372 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANATAR KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TERLAPOR TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KERUGIAN MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
21 PENGEROYOKAN PASAL 170 AYAT PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
1 KUHP SUBS ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
PASAL 351 AYAT DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
(1) KUHP JUNTO TINDAK PIDANA PARA SAKSI
PASAL 55 AYAT BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
(1) KE -1 KUHP KEADILAN
RESTORATIF
22 PENGEROYOKAN PASAL 170 AYAT PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
1 KUHP JUNTO ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
PASAL 55 AYAT DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
(1) KE -1 KUHP TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
23 PENIPUAN PASAL 378 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANATAR KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TERLAPOR TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KERUGIAN MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
PENGGELAPAN PASAL 372 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANATAR KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TERLAPOR TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KERUGIAN MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
24 PENGANIAYAAN PASAL 351 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
TINDAK PIDANA PARA SAKSI
BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
KEADILAN
RESTORATIF
25 PENCURIAN PASAL 362 PERDAMAIAN PERPOL NO 8 TAHUN SECARA KEKELUARGAAN BAIK
KUHP ANTARA KORBAN 2021 TENTANG DARI PIHAK KORBAN MAUPUN
DAN TERLAPOR PENANGANAN TERLAPOR DI SAKSIKAN OLEH
SERTA TINDAK PIDANA PARA SAKSI
MENGGANTI BERDASARKAN MELALUI GELAR PERKARA
BARANG MILIK KEADILAN
KORBAN RESTORATIF
26 PENGANIAYAAN 351 (1) KUHP PENYELESAIAN PERATURAN PERTEMUAN KEDUA BELAH PIHAK
SECARA KEPOLISIAN NEGARA DENGAN DIHADIRI OLEH
KEKELUARGAAN NOMOR 8 TAHUN PEMERINTAHAN SETEMPAT,
2021 TENTANG MEMBUAT KESEPAKATAN YANG
PENANGANAN KEMUDIAN DITUANGKAN DALAM
TINDAK PIDANA PERNYATAAN BERSAMA
BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)
27 PENGGELAPAN 378 KUHP PENYELESAIAN PERATURAN PERTEMUAN KEDUA BELAH PIHAK
SECARA KEPOLISIAN NEGARA DENGAN DIHADIRI OLEH
KEKELUARGAAN NOMOR 8 TAHUN PEMERINTAHAN SETEMPAT,
DENGAN 2021 TENTANG MEMBUAT KESEPAKATAN YANG
MENGGANTI PENANGANAN KEMUDIAN DITUANGKAN DALAM
KERUGIAN TINDAK PIDANA PERNYATAAN BERSAMA
KORBAN BERDASARKAN
KEADILAN
RESTORATIF
JUSTICE (RJ)

HASIL ANALISIS

1. kasus penganiayaan sebagaimana diatur dalam pasal 351 kuhp

dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Data ini mengindikasikan kasus penganiayaan yang berhubungan dengan Pasal 351 KUHP, di mana
kedua belah pihak telah sepakat damai, dan korban tidak lagi merasa dirugikan. Data juga mencantumkan
adanya Surat Pernyataan Perdamaian dari kedua belah pihak serta fakta bahwa penyidik dan penyidik
pembantu telah melakukan gelar perkara melalui jalur Restorative Justice (RJ) dengan kehadiran kedua
belah pihak, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama. Berikut adalah analisis data tersebut:

Pasal 351 KUHP: Ini adalah hukum yang mengatur tindakan penganiayaan. Namun, dalam konteks
ini, disebutkan bahwa kedua belah pihak sudah bersepakat damai dan korban tidak merasa dirugikan. Ini
mungkin berarti bahwa kasus penganiayaan awalnya diajukan, tetapi kemudian pihak-pihak yang terlibat
telah mencapai kesepakatan damai. Peraturan Kepolisian Negara Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan
Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif (Justice RJ): Ini adalah peraturan kepolisian yang mungkin
mengatur penanganan kasus-kasus tindak pidana, termasuk penganiayaan, dengan pendekatan restoratif
yang berfokus pada perdamaian dan rekonsiliasi.

adanya Surat Pernyataan Perdamaian: Disebutkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai
kesepakatan damai dan mungkin telah mengeluarkan surat pernyataan perdamaian. Ini menunjukkan bahwa
penyelesaian kasus tersebut telah mencapai tahap perdamaian. Gelar Perkara melalui Jalur Restoristive
Justice (RJ): Kasus ini tampaknya telah diperlakukan melalui pendekatan Keadilan Restoratif (Justice RJ),
yang fokus pada pemulihan dan rekonsiliasi, bukan hanya hukuman. SP3 Sidik yang dihadiri oleh Kedua
Belah Pihak serta Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, dan Tokoh Agama: Ini menunjukkan bahwa proses
hukum telah melibatkan berbagai pihak, termasuk pihak yang terlibat dalam insiden penganiayaan, serta
tokoh-tokoh masyarakat, adat, dan agama, untuk mencapai kesepakatan dan penyelesaian yang lebih luas.

Hasil Analisis data ini menunjukkan bahwa kasus penganiayaan ini telah berhasil diselesaikan
melalui pendekatan Restorative Justice dengan kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Hal ini sesuai
dengan semangat keadilan restoratif yang berusaha untuk memulihkan hubungan dan memungkinkan
pemulihan korban dan rehabilitasi pelaku.

2. Kasus penggelapan, sebagaimana diatur dalam Pasal 372 KUHP.


Penggelapan merupakan suatu tindakan tidak jujur dengan menyembunyikan barang/harta orang lain
oleh satu orang atau lebih tanpa sepengetahuan pemilik barang dengan tujuan untuk mengalih-milik
(pencurian), menguasai, atau digunakan untuk tujuan lain.
Sedangkan untuk penggelapan sendiri atur dalam pasal 372 KUHP yang menyatakan bahwa barang
siapa yang sengaja memiliki dengan cara melawan hak suatu barang yang secara keseluruhan atau sebagian
milik orang lain dan barang tersebut ada dalam tangannya bukan karena tindak kejahatan maka akan
dihukum dengan tindakan penggelapan yang hukumannya penjara maksimal 4 tahun.
Penyelesaian Damai: Data mencatat bahwa kedua belah pihak telah sepakat damai. Ini menunjukkan bahwa
mereka telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa mereka tanpa melanjutkan proses
hukum.
Data ini menggambarkan kasus penggelapan yang terkait dengan Pasal 372 KUHP, di mana kedua
belah pihak telah sepakat damai, dan korban tidak lagi merasa dirugikan. Data juga mencatat bahwa kasus
ini telah ditangani melalui jalur Keadilan Restoratif (Restorative Justice - RJ), termasuk gelar perkara RJ
dengan kehadiran kedua belah pihak, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama. Di bawah ini adalah
analisis data tersebut:
Ketidakmerugikan Korban: Fakta bahwa korban tidak lagi merasa dirugikan menunjukkan bahwa
korban mungkin telah menerima ganti rugi atau bahwa masalah telah diselesaikan secara memuaskan bagi
mereka.
Restorative Justice (RJ): Kasus ini telah ditempuh melalui jalur Keadilan Restoratif (RJ), pendekatan
yang mengutamakan pemulihan hubungan dan rekonsiliasi antara pelaku dan korban. Kehadiran tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama dalam gelar perkara RJ menunjukkan upaya untuk memfasilitasi
perdamaian dan rekonsiliasi.
SP2 Lidik: Data menyebutkan bahwa SP2 Lidik telah dikeluarkan. SP2 Lidik adalah Surat Perintah
Penghentian Penyelidikan (Lidik), yang menghentikan proses penyelidikan lebih lanjut dalam kasus ini,
mengingat adanya perdamaian antara kedua belah pihak.Analisis data ini menunjukkan bahwa kasus
penggelapan ini telah berhasil diselesaikan melalui pendekatan Keadilan Restoratif (RJ) dengan kesepakatan
damai antara kedua belah pihak. Hal ini mencerminkan semangat keadilan restoratif yang bertujuan untuk
memulihkan hubungan antara pelaku dan korban serta menghindari proses hukum yang lebih lanjut.

3. Kasus penipuan, sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP.

Ketentuan Pasal 378 KUHP menerangkan bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah kondisi
yang dilakukan oleh siapa pun dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

Data ini menggambarkan kasus penipuan yang terkait dengan Pasal 378 KUHP, di mana kedua belah
pihak telah sepakat damai, dan korban tidak lagi merasa dirugikan. Kasus ini juga ditangani melalui jalur
Keadilan Restoratif (Restorative Justice - RJ), termasuk gelar perkara RJ dengan kehadiran kedua belah
pihak, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama. Berikut adalah analisis data tersebut:

Penyelesaian Damai: Data mencatat bahwa kedua belah pihak telah sepakat damai, yang
menunjukkan kesepakatan untuk menyelesaikan masalah tanpa melibatkan proses hukum lebih lanjut.

Ketidakmerugikan Korban: Fakta bahwa korban tidak lagi merasa dirugikan menunjukkan bahwa
korban mungkin telah menerima ganti rugi atau bahwa masalah telah diselesaikan dengan memuaskan bagi
mereka.
Restorative Justice (RJ): Kasus ini ditangani melalui jalur Keadilan Restoratif (RJ), yang bertujuan
untuk memulihkan hubungan antara pelaku dan korban serta mendorong rekonsiliasi. Kehadiran tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama dalam gelar perkara RJ menunjukkan upaya untuk memfasilitasi
perdamaian dan rekonsiliasi.

SP2 Lidik: Data menyebutkan bahwa SP2 Lidik telah dikeluarkan. SP2 Lidik adalah Surat Perintah
Penghentian Penyelidikan (Lidik), yang menghentikan proses penyelidikan lebih lanjut dalam kasus ini,
mengingat adanya perdamaian antara kedua belah pihak.

Analisis data ini menunjukkan bahwa kasus penipuan ini telah berhasil diselesaikan melalui
pendekatan Keadilan Restoratif (RJ) dengan kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Hal ini
mencerminkan semangat keadilan restoratif yang berfokus pada pemulihan hubungan antara pelaku dan
korban serta menghindari proses hukum yang lebih lanjut.

4. Kasus KDRT, sesuai dengan Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004.

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Data ini menggambarkan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terkait dengan Pasal
44 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dalam kasus ini, sudah
ada kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Selain itu, kasus ini ditangani melalui jalur Keadilan
Restoratif (Restorative Justice - RJ), termasuk mediasi antara kedua belah pihak dengan disaksikan oleh
penyidik dan saksi. Berikut adalah analisis data tersebut:

Kesepakatan Damai: Data mencatat bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan damai. Ini
menunjukkan bahwa mereka telah berusaha menyelesaikan masalah KDRT yang terjadi di dalam rumah
tangga secara sukarela tanpa melibatkan proses hukum lebih lanjut.

Keadilan Restoratif (RJ): Kasus ini ditangani melalui pendekatan Keadilan Restoratif (RJ), yang
bertujuan untuk memulihkan hubungan antara pelaku dan korban serta mendorong rekonsiliasi. Mediasi
antara kedua belah pihak dengan disaksikan oleh penyidik dan saksi adalah salah satu elemen penting dalam
RJ. Pendekatan ini mengutamakan pemulihan, rekonsiliasi, dan pencegahan lebih lanjut.

Dalam konteks KDRT, pendekatan RJ sering digunakan untuk mencoba memecahkan masalah dalam
rumah tangga dengan cara yang mempromosikan perdamaian dan keselamatan semua pihak terlibat.
Pendekatan ini dapat menghindari eskalasi masalah ke dalam proses hukum yang lebih kompleks, selama
semua pihak merasa bahwa kesepakatan damai tersebut adil dan memadai.

5. Kasus setubuh anak, yang merupakan tindakan serius dan ilegal yang melibatkan anak-anak, sesuai
dengan Pasal 81 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Data ini menggambarkan kasus serius mengenai setubuh anak yang terkait dengan Pasal 81 Ayat (1)
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam kasus ini, terdapat informasi bahwa telah ada
kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan kasus ini ditangani melalui jalur Keadilan Restoratif
(Restorative Justice - RJ), termasuk mediasi antara kedua belah pihak dengan disaksikan oleh penyidik dan
saksi. Berikut adalah analisis data tersebut:

Kesepakatan Damai: Fakta bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan damai sangat
mencolok dalam kasus ini. Namun, perlu dicatat bahwa dalam kasus setubuh anak, seringkali sangat penting
untuk memastikan bahwa kepentingan dan perlindungan anak terutama diutamakan.
Keadilan Restoratif (RJ): Kasus ini ditangani melalui pendekatan Keadilan Restoratif (RJ). RJ adalah
pendekatan yang bertujuan untuk memulihkan hubungan antara pelaku dan korban, namun dalam kasus ini,
keamanan dan perlindungan anak harus diutamakan. Mediasi dengan disaksikan oleh penyidik dan saksi
adalah elemen dari pendekatan RJ ini.

Penting untuk mencatat bahwa dalam kasus kejahatan terhadap anak, perlu ada penegakan hukum
yang kuat untuk melindungi hak dan kepentingan anak serta memastikan bahwa pelaku tindakan tersebut
bertanggung jawab atas perbuatannya. Meskipun ada kesepakatan damai, peran hukum dalam melindungi
anak harus tetap dihormati dan ditegakkan sesuai dengan hukum yang berlaku.

6. Kasus penelantaran, yang terkait dengan Pasal 49 UU No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT. Penelantaran
adalah tindakan yang melibatkan pengabaian terhadap kewajiban merawat dan melindungi anggota
keluarga, terutama anak-anak.

Data ini menggambarkan kasus penelantaran yang terkait dengan Pasal 49 UU No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT). Dalam kasus ini, sudah ada kesepakatan
damai antara kedua belah pihak, dan kasus ini ditangani melalui jalur Keadilan Restoratif (Restorative
Justice - RJ), termasuk mediasi antara kedua belah pihak dengan disaksikan oleh penyidik dan saksi. Berikut
adalah analisis data tersebut:

Kesepakatan Damai: Data mencatat bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan damai. Ini
menunjukkan bahwa mereka telah mencoba menyelesaikan masalah penelantaran secara sukarela tanpa
melibatkan proses hukum lebih lanjut.

Keadilan Restoratif (RJ): Kasus ini ditangani melalui pendekatan Keadilan Restoratif (RJ), yang
bertujuan untuk memulihkan hubungan antara pelaku dan korban serta mendorong rekonsiliasi. RJ dalam
kasus penelantaran dapat berfokus pada memahami penyebab kelalaian, mengatasi masalah dalam hubungan
keluarga, dan mencari solusi yang memungkinkan pemulihan dan rekonsiliasi.

Penting untuk dicatat bahwa dalam kasus penelantaran, kesejahteraan dan keamanan anggota
keluarga yang rentan, terutama anak-anak, harus menjadi prioritas utama. Meskipun ada kesepakatan damai
dan pendekatan RJ digunakan, peran hukum dalam melindungi hak-hak anak dan anggota keluarga lainnya
harus tetap dihormati sesuai dengan hukum yang berlaku.

7. Kasus perzinaan, yang diatur dalam Pasal 284 KUHP. Perzinaan adalah tindakan melibatkan hubungan
seksual di luar pernikahan yang dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum di beberapa yurisdiksi.

Data ini menggambarkan kasus perzinaan yang terkait dengan Pasal 284 KUHP. Dalam kasus ini,
terdapat informasi bahwa telah ada kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan kasus ini ditangani
melalui jalur Keadilan Restoratif (Restorative Justice - RJ), termasuk mediasi antara kedua belah pihak
dengan disaksikan oleh penyidik dan saksi. Berikut adalah analisis data tersebut:

Kesepakatan Damai: Data mencatat bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan damai. Ini
menunjukkan bahwa mereka telah mencoba menyelesaikan masalah perzinaan secara sukarela tanpa
melibatkan proses hukum lebih lanjut. Keadilan Restoratif (RJ): Kasus ini ditangani melalui pendekatan
Keadilan Restoratif (RJ), yang bertujuan untuk memulihkan hubungan antara pelaku dan korban serta
mendorong rekonsiliasi. RJ dalam kasus perzinaan mungkin fokus pada memahami penyebab perzinaan,
mengatasi masalah dalam hubungan, dan mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Penting untuk dicatat bahwa pendekatan RJ, dalam hal ini, dapat memungkinkan kedua belah pihak
untuk mencari pemahaman dan perdamaian tanpa melibatkan proses peradilan yang lebih formal. Namun,
dalam konteks hukum, perzinaan mungkin masih diperlakukan sebagai pelanggaran hukum di beberapa
yurisdiksi, dan konsekuensi hukum yang relevan harus diperhitungkan sesuai dengan hukum yang berlaku.

8. Kasus ini merupakan sebuah insiden perampasan yang di atur berdasarkan pasal 368 KUHP
Pengaturan atau ketentuan hukum tindak pidana perampasan diatur dalam Pasal 368 KUHP. Dan
unsur obyektif tindak pidana perampasan adalah memaksa, orang lain, dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan dan untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan yang lain. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP mengenai
perampasan menyebutkan bahwa : Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan melawan hukum memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang
itu memeberikan suatu barang yang seeluruhnya atau sebagian kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan
orang lain, atau supaya orang itu membuat hutang atau menghapuskan piutang, dihukum karena memeras
dengan hukuman penjara selamalamanya sembilan tahun.
Yang dimana tindakan tersebut adalah tindakan melanggar hukum. Pasal ini mengacuh pada tindakan
mengambil paksa barang dari orang lain dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Perampasan bisa di lakukan secara langsung atau dengan cara mengintimidasi atau membahayakan psikologi
korban. Namun dalam proses penanganan nya, terlihat adanya upaya perdamaian antar korban dan terlapor
serta mengembalikan barang milik korban.
Kasus ini turut melibatkan peraturan kepolisian nomor 8 tahun 2021 mengenai penanganan tindak
pidana berdasarkan keadilan restoratif, Yang di lakukan melalui pendekatan kekeluargaan dengan cara
mediasi antara korban dan terlapor tujuan nya untuk membantu terlapor bertanggung jawab terhadap
perbuatannya, dan terlapor dapat mengakui serta mengatasi dampak buruk dari tindakan nya untuk
menghindari perulangan kejahatan di masa depan. selama berlangsung nya proses tersebut melibatkan
kelompok pendukung ( saksi-saksi) dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada korban dan
terlapor, untuk memahami dan mencari cara, untuk mengatasi konflik secara lebih manusiawi, Secara
keseluruhan penanganan tindak pidana perampasan lewat pendekatan restorative justice ini, mencerminkan
beberapa nilai antara lain, keadilan, empati, partisipasi, tanggungjawab, dan kolaborasi. Untuk memperbaiki
hubungan antara pihak terlapor dan pihak korban

9. Kasus pencurian, Kasus ini merupakan sebuah insiden pencurian yang diatur berdasarkan Pasal 363 ayat
1 ke 3e KUHP,

Pasal 363 KUHP: Pasal ini membahas tentang pencurian dengan pemberatan, yang terjadi ketika
seseorang melakukan pencurian dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang,
menggunakan senjata, atau bersekongkol dengan orang lain.

yang mencerminkan tindakan melanggar hukum terhadap kepemilikan barang milik orang lain.
Namun, dalam proses penanganannya, terlihat adanya upaya perdamaian antara pihak korban dan
terlapor.Penting untuk dicatat bahwa dalam upaya mencapai perdamaian ini, terlapor juga menunjukkan
komitmen untuk mengganti barang yang telah dicuri, mengindikasikan penyesalannya atas perbuatannya.
Hal ini menandakan adanya kesadaran dari terlapor terhadap dampak negatif dari tindakan pencurian yang
dilakukannya.Selain itu, kasus ini turut melibatkan Peraturan Kepolisian No. 8 tahun 2021 mengenai
penanganan tindak pidana berdasarkan keadilan restoratif. Pendekatan kekeluargaan tampak jelas terwujud
melalui keterlibatan aktif dari pihak korban maupun terlapor dalam proses perdamaian ini.Adanya saksi-
saksi yang menyaksikan proses gelar perkara menunjukkan transparansi dan kejujuran dalam menyelesaikan
kasus ini. Langkah ini juga menunjukkan keseriusan pihak terkait untuk menyelesaikan konflik dengan cara
yang lebih mendekati pendekatan restoratif, yang mengedepankan rekonsiliasi dan pemulihan hubungan di
antara pihak-pihak yang terlibat.Secara keseluruhan, kasus ini mencerminkan suatu usaha yang kuat untuk
menyelesaikan konflik dengan cara yang adil, damai, dan mendekati nilai-nilai keadilan restoratif.

Langkah-langkah yang diambil oleh pihak terkait menunjukkan komitmen mereka untuk mencapai
keharmonisan di antara pihak korban dan terlapor, dan untuk memperbaiki hubungan yang terganggu akibat
peristiwa pencurian ini.

10. Kasus ini melibatkan tindak penganiayaan yang diatur dalam Pasal 170 ayat 1 KUHP bersama dengan
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP,
yang mengatur tentang pidana bersamaan. Dalam konteks ini, terjadi upaya perdamaian antara
korban dan terlapor. Penting untuk dicatat bahwa proses perdamaian ini terjadi dalam kerangka Peraturan
Kepolisian No. 8 tahun 2021 mengenai penanganan tindak pidana berdasarkan keadilan restoratif. Hal ini
menandakan adanya kesadaran sistematis untuk mencari solusi yang lebih mendekati pendekatan restoratif
daripada pendekatan punitif. Pendekatan kekeluargaan juga tercermin dengan jelas dari keterlibatan aktif
baik pihak korban maupun terlapor dalam proses perdamaian. Mereka tampaknya berusaha memulihkan
hubungan yang terganggu akibat tindakan penganiayaan tersebut. Fakta bahwa proses ini disaksikan oleh
para saksi menunjukkan transparansi dan kejujuran dalam menyelesaikan kasus ini. Saksi-saksi ini memiliki
peran penting dalam memastikan bahwa proses berlangsung dengan benar dan sesuai dengan hukum.

Secara keseluruhan, kasus ini mencerminkan upaya kuat untuk menyelesaikan konflik dengan
pendekatan yang lebih mendekati nilai-nilai keadilan restoratif. Langkah-langkah yang diambil oleh pihak
terkait menunjukkan komitmen mereka untuk mencapai perdamaian dan memperbaiki hubungan yang
terganggu akibat tindakan penganiayaan.

Kesimpulan

berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari restorative justice tidak
terfokus pada pembalasan bagi pelaku tindak pidana, melainkan mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula. kemudian, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menerapkan restorative justice pada saat penyelenggaraan fungsi reserse kriminal, penyelidikan, atau
penyidikan, yaitu terdapat kesepakatan diantara para pihak untuk melakukan perdamaian, bukan
pengulangan tindak pidana, telah terpenuhinya hak-hak korban, dan penerapan restorative justice ini tidak
mendapat penolakan dari masyarakat. adanya syarat dan perkara apa saja yang dapat diselesaikan dengan
perkara restorative justice adalah untuk mengedepankan putusan hukum yang adil dan seimbang bagi pihak
korban maupun pelaku.

FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai